SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem hukum internasional modern merupakan suatu produk,kasarnya dari empat ratus
tahun terakhir ini yang berkembang dari adat istiadat dan praktek-praktek negara-negara eropa
modern dalam hubungan-hubungan dan komunikasi-komunikasi mereka.1
Abad ini telah menjadi sanksi adanya dorongan yang besar bagi perkembangan hukum
internasional di banding dengan yang terjadi pada tahap sebelumnya dari sejarah hukum
internasional ini.hal tersebut merupakan akibat wajar dari berkembanya interdependensi negara-
negara dan peningkatan pesat hubungan-hubungan antar negara negara karena berbagai macam
penemuan yang di tunjukan guna menagulangi kesulitan-kesulitan menyangkut waktu,ruang dan
komunikasi.2
Hukum internasional sendiri berkembang sangat pesat setelah berakhirnya perang dunia
ke II dengan tujuan utama untuk mengadili para penjahat perang nazi seperti Herman Goring,
Heinric himler dan beberapa penjahat nazi lainya lewat Mahkamah Militer Internasional di
Nuremberg yang di bentuk oleh sekutu sebagai pemenang perang antara lain Amerika
Serikat,Uni Soviet, Inggris dan Perancis selain itu sekutu juga mendirikan Mahkamah
Internasional Timur Jauh, atau dikenal dengan Mahkamah Tokyo, juga merupakan mahkamah
yang didirikan untuk mengadili penjahat perang
Pengadilan ini sendiri memiliki tujuan untuk menyelidiki pelanggaran HAM yang di
1 J.G.Starke,Pengantar Hukum Internnasional,(Jakarta:,Sinar Grafika 2010),Hal 8
2 Ibid.hlm 17
lakukan oleh para pejabat serta jendral perang nazi dan jepang yang terjadi di negara-negara
yang di duduki oleh nazi dan jepang lewat kejadian yang kita kenal sebagai holocaust yaitu suatu
pemusnahan besar-besaran kaum yahudi oleh nazi dan perbudakan oleh pihak jepang.
Dengan demikian,Konsepsi negara-negara Barat dari semula telah medominasi pemikiran
negara-negara yang tergabung dalam PBB waktu mereka,seusai perang dunia ke II (1942-1945)
yang amat dahsyat itu,ingin merumuskan suatu dokumen hak asasi manusia yang dapat di terima
secara universal.3
Hampir setengah abad setelah Perang Dunia berakhir, masyarakat internasional kembali
dikejutkan dengan praktek pembersihan etnis yang lagi-lagi terjadi di Eropa yakni di Negara
bekas Yugoslavia. Konflik di Bosnia-Herzegovina, sejak April 1992 dan berakhir bulan
November 1995, merupakan praktek pembersihan etnis yang kekejamannya sudah mencapai
tingkat yang tidak pernah dialami Eropa sejak Perang Dunia II. Kamp-kamp konsentrasi,
perkosaan yang sistematis, pembunuhan besar-besaran, penyiksaan, dan pemindahan penduduk
sipil secara massal adalah bukti-bukti yang tidak dapat diingkari yang akhirnya mendorong
Dewan Keamanan PBB untuk mendirikan International Criminal Tribunal for The Former
Yugoslavia (ICTY) dengan pertimbangan bahwa sudah meluasnya tindakan pelanggaran
terhadap hukum humaniter termasuk praktek pembersihan etnis sehingga sangat mengancam
perdamaian dan keamanan internasional.
Berbagai kritikan kembali muncul seiring terbentuknya ICTY ini, banyak kalangan yang
menganggap bahwa mahkamah ini hanyalah kebetulan belaka dan hanya menjadi alat bagi
negara-negara adikuasa seperti halnya amerika serikat untuk memuluskan langkah politiknya
dalam politik negara lain di sisi lain pembentukan ICTY jauh dari objektifitas hukum karena
yang mengadili adalah negara-negara yang memiliki kepentingan di negara tersebut sebagai
3 Prof.Miriam Budiardjo,Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 2008),Hal 211
akibat belum adanya hukum internasional atau peraturan mengenai pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
Indonesia sendiri telah mengalami berbagai macam pelanggaran HAM seperti peristiwa
1965, Semanggi I, Semanggi II, Tragedi Trisakti, Peristiwa Talangsari, Peristiwa Tanjung Priok,
Penembak Misterius, Penculikan Aktivis 1998, Kasus-Kasus di Papua dan Aceh, Timor Leste yang
membuat kejadian-kejadian tersebut merubah perspektif dan paradigma masyarakat tentang
perlindungan dan pertanggungjawaban penyelesain peristiwa pelanggaran HAM akan tetapi dengan
banyaknya korban jiwa tidak membuat banyak pelaku pelanggar HAM dapat di seret di pengadilan
sebagai akibat masih kuatnya praktek impunitas di Indonesia.
Masih kuatnya praktek impunitas di Indonesia sebagai akibat belum terlaksananya secara
maksimal Asas Pertanggungjawaban Komando biasanya dalam penaganan kasus pelanggaran HAM
serta penyelesainya hanya fokus kepada pelaku yang melakukan pelanggaran secara langsung atau
fisik akan tetapi para pejabat terkait dan atasan mereka tidak di bebankan pelanggaran HAM
walaupun mereka tidak melakukan secara fisik tetapi mereka mengetahui dan ikut memerintahkan
karena hal tidak mungkin seorang prajurit melakukan suatu operasi tanpa sepengatahuan atau
perintah dari atasan.
Dalam perkembanganya sebagai akibat belum adanya suatu peraturan Mengenai Hak
Asasi Manusia secara universal akhirnya PBB berinisiatif untuk membentuk suatu peraturan dan
pembentukan lembaga permanen yang mengadili tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
bertujuan untuk supermasi hukum dan keadilan dalam penaganan Kasus pelanggaran HAM.
Pada 17 Juli 1998, 120 negara yang berpartisipasi dalam “United Nations Diplomatic
Conference on Plenipotentiaries on the Establishment of an International Criminal Court
menyetujui dibentuknya International Criminal Court (ICC) yang diadopsi dari Statuta Roma
tersebut.Pengadilan Pidana Internasional (ICC = The International Criminal Court) merupakan
sebuah lembaga yudisial independen yang permanen, yang diciptakan oleh komunitas negara-
negara internasional, untuk mengusut kejahatan yang mungkin dianggap sebagai yang terbesar
menurut hukum internasional seperti: genosida, kejahatan lain terhadap kemanusiaan dan
kejahatan perang.4
Statuta Roma menjadi tonggak sejarah dalam penegakan pelanggaran HAM di berbagai
negara akan tetapi Indonesia sebagai negara yang telah berkomitmen dalam penegakan
pelanggaran HAM belum melakukan Ratifikasi Statuta Roma padahal hal ini telah tercantum
dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (Ranhamnas) 2004 – 20095 dan remhamnas
2009-20146, akan tetapi Ratifikasi masih belum di lakukan padahal Ratifikasi Statuta Roma
menjadi hal sangat Urgen dalam penegakan HAM di Indonesia padahal UUD 1945 telah jelas
mengatur dan melindungi HAM rakyat Indonesia, dan dalam pasal 28 I ayat 4
dinyatakan:“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.”7
Dalam hal ini sudah sangat jelas negara harus berperan aktif dalam melindungi warga
Negara dari pelanggaran HAM memang Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 26 tahun
2000 tentang Pengadilan HAM yang adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi
manusia yang berat.8 Pengadilan ini bersifat ad hoc (sementara) dan mampu mengadili kasus-
kasus pelanggaran HAM berat di masa lampau. Namun jika di lihat dari fakta di lapangan
banyak pelaku pelanggaran HAM berat tidak pernah di periksa akibatnya timbulnya Impunitas
terhadap pelaku Pelanggaran HAM padahal pelanggaran HAM Bukan hanya mengenai kontak
fisik tetapi ada pula asas Pertanggujawan Komando yang sangat efektif dalam menjerat para
4Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional, KERTAS KERJA: Indonesia Menuju
Ratifikasi Statuta Roma Tentang Mahkamah Pidana Internasional Tahun 2008
5 Lihat Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2004.
6 Lihat Peraturan Presiden 23 tahun 2011.
7 Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Pasal 28 I ayat 4.
8 Lihat Undang-undang No. 26 tahun 2000 pasal 1 angka 3.
pelaku kejahatan Hak Asasi Manusia.
Oleh sebab itu dari latar belakang di atas penulis berkeinginan meneliti dan memberikan
sebuah gagasan dengan judul ”KONSTRUKSI HUKUM NASIONAL INDONESIA
MENURUT STATUTA ROMA TENTANG PRAKTEK IMPUNITAS DAN PENEGAKAN
ASAS PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO (SUATU TINJAUN KRITIS
TERHADAP KASUS SEMANGGI)”
1.2. Rumusan Masaalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Apakah memungkinkan bagi Indonesia untuk membentuk konstitusi nasional Indonesia
terkait dengan impunitas atas pelanggaran HAM?
2. Bagaimana kaitan urgensi Ratifikasi Statuta Roma dengan pengaturan impunitas di
Indonesia terkait kasus semanggi?
3. Apa urgensi penerapan asas Pertanggungjawaban Komando di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan permasalahan diatas antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengentahui dan menganilisis Konstitusi Nasional Indonesia terkait
impunitas atas pelanggara HAM
2. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis Ratifikasi Statuta roma sebagai landasan
Penghapusan Impunitas di Indonesia?
3. Untuk mengetahui dan menganalisis Pentingnya Ratifikasi statuta roma dalam Penerapan
Pertanggungjawaban Komando di Indonesia?
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian hukum berdasarkan tujuan penelitian diatas
anatara lain sebagai berikut.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat mengembangkan konsep tentang HAM dan Ratifikasi Statuta Roma
di tinjau dari Praktek Impunitas dan Pertanggungjawaban Komando.
1.4.2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1.4.2.1. Bagi Peneliti
Agar dapat mengetahui, mengerti dan memahami bagaimana Proses penegakan HAM di
Indonesia, Manfaat Ratifikasi Statuta Roma oleh indonesia,dan praktek impunitas serta
Pertanggungjawaban Komando di Indonesia
1.4.2.2. Bagi Masyarakat
Memberikan pemahaman serta pengetahuan yang objektif tentang Ratifikasi Statuta
Roma oleh Indonesia dalam menghapus praktek Impunitas dan penegakan Pertanggungjawaban
Komando.
1.4.2.3. Bagi Pemerintah
Memberikan dorongan moral agar dapat Meratifikasi Statuta Roma sebagai landasan
untuk penyelesain kasus pelanggaran HAM.
1.4.2.4. Bagi Akademisi
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan kajian ilmiah tentang penggunaan Ratifikasi
Statuta Roma dalam penghapusan Praktek Impunitas dan Penegakan Asas Pertanggungjawaban
Komando.
Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Negara hukum dan ham
Negara hukum dan hamNegara hukum dan ham
Negara hukum dan hamRobet Saputra
 
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasiAditya Setia Basuki
 
Konstitusi rule of law
Konstitusi rule of lawKonstitusi rule of law
Konstitusi rule of lawsuher lambang
 
Slde pengadilan ham
Slde pengadilan hamSlde pengadilan ham
Slde pengadilan hamgaluhmunita
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorIr. Soekarno
 
Negara Hukum dan ham
Negara Hukum dan hamNegara Hukum dan ham
Negara Hukum dan hamSayur Lodeh
 
Rule of law (pkn)
Rule of law (pkn)Rule of law (pkn)
Rule of law (pkn)Nurul Huda
 
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKHak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKsahrul gunawan
 
PKN BAB 5 KELAS 8
PKN BAB 5  KELAS 8 PKN BAB 5  KELAS 8
PKN BAB 5 KELAS 8 Raechan Anam
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluIr. Soekarno
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaermisetyawati
 
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan KedamaianBab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan KedamaianRama Putra
 
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani
Budaya demokrasi menuju masyarakat madaniBudaya demokrasi menuju masyarakat madani
Budaya demokrasi menuju masyarakat madaniFikri Novianto
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamrayhanf
 

Was ist angesagt? (20)

Negara hukum dan ham
Negara hukum dan hamNegara hukum dan ham
Negara hukum dan ham
 
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
 
Konstitusi rule of law
Konstitusi rule of lawKonstitusi rule of law
Konstitusi rule of law
 
Slde pengadilan ham
Slde pengadilan hamSlde pengadilan ham
Slde pengadilan ham
 
Makalah rule of law
Makalah rule of lawMakalah rule of law
Makalah rule of law
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptor
 
Negara Hukum dan ham
Negara Hukum dan hamNegara Hukum dan ham
Negara Hukum dan ham
 
Rule of law (pkn)
Rule of law (pkn)Rule of law (pkn)
Rule of law (pkn)
 
Konstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of lawKonstitusi dan rule of law
Konstitusi dan rule of law
 
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMKHak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
Hak Asasi Manusia PKN kelas X SMK
 
Mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia2
Mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia2Mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia2
Mengarungi bahtera keadilan bangsa indonesia2
 
PKN BAB 5 KELAS 8
PKN BAB 5  KELAS 8 PKN BAB 5  KELAS 8
PKN BAB 5 KELAS 8
 
Rule of law
Rule of lawRule of law
Rule of law
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemilu
 
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesiaBab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
Bab 5 menegakan keadilan bagi bangsa indonesia
 
Bab 3 ham kls x
Bab 3 ham kls xBab 3 ham kls x
Bab 3 ham kls x
 
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan KedamaianBab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
Bab 5: Menyiram Indahnya Keadilan dan Kedamaian
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani
Budaya demokrasi menuju masyarakat madaniBudaya demokrasi menuju masyarakat madani
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani
 
Perlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan hamPerlindungan dan penegakan ham
Perlindungan dan penegakan ham
 

Andere mochten auch

Pembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontaloPembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontaloIr. Soekarno
 
Materi Hukum International
Materi Hukum International Materi Hukum International
Materi Hukum International Ir. Soekarno
 
Menghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitasMenghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitasIr. Soekarno
 
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAULaporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAUIr. Soekarno
 
Realitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumRealitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumIr. Soekarno
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...Ir. Soekarno
 
Makalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta BendaMakalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta BendaIr. Soekarno
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaIr. Soekarno
 
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National Cybersecurity
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National CybersecurityID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National Cybersecurity
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National CybersecurityIGF Indonesia
 
Ppt pkn ( hubungan internasional )
Ppt pkn ( hubungan internasional )Ppt pkn ( hubungan internasional )
Ppt pkn ( hubungan internasional )Alfat ghani Abdullah
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaAisyah Salsabilla Rositha
 
Pkn IX: Politik luar negeri indonesia
Pkn IX: Politik luar negeri indonesiaPkn IX: Politik luar negeri indonesia
Pkn IX: Politik luar negeri indonesiaviviantjoa
 

Andere mochten auch (20)

Hukum pidana internasional
Hukum pidana internasionalHukum pidana internasional
Hukum pidana internasional
 
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontaloPembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
Pembentukan polisi adat di provinsi gorontalo
 
Materi Hukum International
Materi Hukum International Materi Hukum International
Materi Hukum International
 
Menghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitasMenghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitas
 
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAULaporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
Laporan KKN KEBANGSAAN 2016 KEP.RIAU
 
Realitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan HukumRealitas Penegakan Hukum
Realitas Penegakan Hukum
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
praperadilan
 praperadilan praperadilan
praperadilan
 
Makalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta BendaMakalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
Makalah Kejahatan Terhadap Harta Benda
 
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesiaGlobalisasi dan pt._freeport_indonesia
Globalisasi dan pt._freeport_indonesia
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
MEMBACA KRITIS
MEMBACA KRITISMEMBACA KRITIS
MEMBACA KRITIS
 
Punyadiah
PunyadiahPunyadiah
Punyadiah
 
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National Cybersecurity
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National CybersecurityID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National Cybersecurity
ID IGF 2016 - Hukum 2 - HAM dalam National Cybersecurity
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Ppt pkn ( hubungan internasional )
Ppt pkn ( hubungan internasional )Ppt pkn ( hubungan internasional )
Ppt pkn ( hubungan internasional )
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
 
Pkn IX: Politik luar negeri indonesia
Pkn IX: Politik luar negeri indonesiaPkn IX: Politik luar negeri indonesia
Pkn IX: Politik luar negeri indonesia
 
Proposal nelayan
Proposal nelayanProposal nelayan
Proposal nelayan
 

Ähnlich wie Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona

Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Merta Triyadi
 
Upaya Penegakan HAM
Upaya Penegakan HAMUpaya Penegakan HAM
Upaya Penegakan HAMRirisya
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaAdhi Panjie Gumilang
 
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptxPPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptxMatahariSuhaimi
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalAZA Zulfi
 
Sejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptxSejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptxAbdillahAfifudin
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khususAyuu Ebbol
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalKuroko Tetsuya
 
Ham 131107101519-phpapp02
Ham 131107101519-phpapp02Ham 131107101519-phpapp02
Ham 131107101519-phpapp02rofiqalfauzy
 
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi Manusia
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi ManusiaPKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi Manusia
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi ManusiaVERGITA HANDOKO
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalrradityaaa
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalSeptian Muna Barakati
 

Ähnlich wie Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona (20)

Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998
 
Bab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasionalBab iv mahkamah pidana internasional
Bab iv mahkamah pidana internasional
 
Upaya Penegakan HAM
Upaya Penegakan HAMUpaya Penegakan HAM
Upaya Penegakan HAM
 
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di IndonesiaPengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Pengadilan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
 
Instrumen HAM
Instrumen HAMInstrumen HAM
Instrumen HAM
 
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptxPPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
PPT Pengadilan HAM Amel(190510106).pptx
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
 
Sejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptxSejarah Pengadilan HAM.pptx
Sejarah Pengadilan HAM.pptx
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Ham 131107101519-phpapp02
Ham 131107101519-phpapp02Ham 131107101519-phpapp02
Ham 131107101519-phpapp02
 
Ham
HamHam
Ham
 
negara hukum dan ham
negara hukum dan hamnegara hukum dan ham
negara hukum dan ham
 
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi Manusia
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi ManusiaPKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi Manusia
PKN Kelas 10 Smt 1 : Hak Asasi Manusia
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Hukum Ditaati Orang
Hukum Ditaati OrangHukum Ditaati Orang
Hukum Ditaati Orang
 
Makalah komnasham
Makalah komnashamMakalah komnasham
Makalah komnasham
 
Hak asasi manusia
Hak asasi manusiaHak asasi manusia
Hak asasi manusia
 
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasionalMakalah sistem hukum dan peradilan internasional
Makalah sistem hukum dan peradilan internasional
 

Mehr von Ir. Soekarno

Laporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxLaporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxIr. Soekarno
 
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptxUrusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptxIr. Soekarno
 
Pertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docxPertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docxIr. Soekarno
 
POKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docxPOKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docxIr. Soekarno
 
POKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxPOKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxIr. Soekarno
 
Moh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar hamMoh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar hamIr. Soekarno
 

Mehr von Ir. Soekarno (7)

Laporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docxLaporan Magang kabau.docx
Laporan Magang kabau.docx
 
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptxUrusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
Urusan-urusan pemerintahan pusat dan daerah.pptx
 
Pertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docxPertanyaan dan Jawaban.docx
Pertanyaan dan Jawaban.docx
 
POKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docxPOKOK2 PIKIRAN SPM.docx
POKOK2 PIKIRAN SPM.docx
 
POKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docxPOKOK perlindugan guru.docx
POKOK perlindugan guru.docx
 
POKOK.docx
POKOK.docxPOKOK.docx
POKOK.docx
 
Moh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar hamMoh. hidayat muhtar ham
Moh. hidayat muhtar ham
 

Kürzlich hochgeladen

pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 

Kürzlich hochgeladen (10)

pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 

Ratifikasi Statuta Roma dalam Perspektif Hukum Nasiona

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem hukum internasional modern merupakan suatu produk,kasarnya dari empat ratus tahun terakhir ini yang berkembang dari adat istiadat dan praktek-praktek negara-negara eropa modern dalam hubungan-hubungan dan komunikasi-komunikasi mereka.1 Abad ini telah menjadi sanksi adanya dorongan yang besar bagi perkembangan hukum internasional di banding dengan yang terjadi pada tahap sebelumnya dari sejarah hukum internasional ini.hal tersebut merupakan akibat wajar dari berkembanya interdependensi negara- negara dan peningkatan pesat hubungan-hubungan antar negara negara karena berbagai macam penemuan yang di tunjukan guna menagulangi kesulitan-kesulitan menyangkut waktu,ruang dan komunikasi.2 Hukum internasional sendiri berkembang sangat pesat setelah berakhirnya perang dunia ke II dengan tujuan utama untuk mengadili para penjahat perang nazi seperti Herman Goring, Heinric himler dan beberapa penjahat nazi lainya lewat Mahkamah Militer Internasional di Nuremberg yang di bentuk oleh sekutu sebagai pemenang perang antara lain Amerika Serikat,Uni Soviet, Inggris dan Perancis selain itu sekutu juga mendirikan Mahkamah Internasional Timur Jauh, atau dikenal dengan Mahkamah Tokyo, juga merupakan mahkamah yang didirikan untuk mengadili penjahat perang Pengadilan ini sendiri memiliki tujuan untuk menyelidiki pelanggaran HAM yang di 1 J.G.Starke,Pengantar Hukum Internnasional,(Jakarta:,Sinar Grafika 2010),Hal 8 2 Ibid.hlm 17
  • 2. lakukan oleh para pejabat serta jendral perang nazi dan jepang yang terjadi di negara-negara yang di duduki oleh nazi dan jepang lewat kejadian yang kita kenal sebagai holocaust yaitu suatu pemusnahan besar-besaran kaum yahudi oleh nazi dan perbudakan oleh pihak jepang. Dengan demikian,Konsepsi negara-negara Barat dari semula telah medominasi pemikiran negara-negara yang tergabung dalam PBB waktu mereka,seusai perang dunia ke II (1942-1945) yang amat dahsyat itu,ingin merumuskan suatu dokumen hak asasi manusia yang dapat di terima secara universal.3 Hampir setengah abad setelah Perang Dunia berakhir, masyarakat internasional kembali dikejutkan dengan praktek pembersihan etnis yang lagi-lagi terjadi di Eropa yakni di Negara bekas Yugoslavia. Konflik di Bosnia-Herzegovina, sejak April 1992 dan berakhir bulan November 1995, merupakan praktek pembersihan etnis yang kekejamannya sudah mencapai tingkat yang tidak pernah dialami Eropa sejak Perang Dunia II. Kamp-kamp konsentrasi, perkosaan yang sistematis, pembunuhan besar-besaran, penyiksaan, dan pemindahan penduduk sipil secara massal adalah bukti-bukti yang tidak dapat diingkari yang akhirnya mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mendirikan International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia (ICTY) dengan pertimbangan bahwa sudah meluasnya tindakan pelanggaran terhadap hukum humaniter termasuk praktek pembersihan etnis sehingga sangat mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Berbagai kritikan kembali muncul seiring terbentuknya ICTY ini, banyak kalangan yang menganggap bahwa mahkamah ini hanyalah kebetulan belaka dan hanya menjadi alat bagi negara-negara adikuasa seperti halnya amerika serikat untuk memuluskan langkah politiknya dalam politik negara lain di sisi lain pembentukan ICTY jauh dari objektifitas hukum karena yang mengadili adalah negara-negara yang memiliki kepentingan di negara tersebut sebagai 3 Prof.Miriam Budiardjo,Dasar-dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 2008),Hal 211
  • 3. akibat belum adanya hukum internasional atau peraturan mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia. Indonesia sendiri telah mengalami berbagai macam pelanggaran HAM seperti peristiwa 1965, Semanggi I, Semanggi II, Tragedi Trisakti, Peristiwa Talangsari, Peristiwa Tanjung Priok, Penembak Misterius, Penculikan Aktivis 1998, Kasus-Kasus di Papua dan Aceh, Timor Leste yang membuat kejadian-kejadian tersebut merubah perspektif dan paradigma masyarakat tentang perlindungan dan pertanggungjawaban penyelesain peristiwa pelanggaran HAM akan tetapi dengan banyaknya korban jiwa tidak membuat banyak pelaku pelanggar HAM dapat di seret di pengadilan sebagai akibat masih kuatnya praktek impunitas di Indonesia. Masih kuatnya praktek impunitas di Indonesia sebagai akibat belum terlaksananya secara maksimal Asas Pertanggungjawaban Komando biasanya dalam penaganan kasus pelanggaran HAM serta penyelesainya hanya fokus kepada pelaku yang melakukan pelanggaran secara langsung atau fisik akan tetapi para pejabat terkait dan atasan mereka tidak di bebankan pelanggaran HAM walaupun mereka tidak melakukan secara fisik tetapi mereka mengetahui dan ikut memerintahkan karena hal tidak mungkin seorang prajurit melakukan suatu operasi tanpa sepengatahuan atau perintah dari atasan. Dalam perkembanganya sebagai akibat belum adanya suatu peraturan Mengenai Hak Asasi Manusia secara universal akhirnya PBB berinisiatif untuk membentuk suatu peraturan dan pembentukan lembaga permanen yang mengadili tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia yang bertujuan untuk supermasi hukum dan keadilan dalam penaganan Kasus pelanggaran HAM. Pada 17 Juli 1998, 120 negara yang berpartisipasi dalam “United Nations Diplomatic Conference on Plenipotentiaries on the Establishment of an International Criminal Court menyetujui dibentuknya International Criminal Court (ICC) yang diadopsi dari Statuta Roma tersebut.Pengadilan Pidana Internasional (ICC = The International Criminal Court) merupakan
  • 4. sebuah lembaga yudisial independen yang permanen, yang diciptakan oleh komunitas negara- negara internasional, untuk mengusut kejahatan yang mungkin dianggap sebagai yang terbesar menurut hukum internasional seperti: genosida, kejahatan lain terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.4 Statuta Roma menjadi tonggak sejarah dalam penegakan pelanggaran HAM di berbagai negara akan tetapi Indonesia sebagai negara yang telah berkomitmen dalam penegakan pelanggaran HAM belum melakukan Ratifikasi Statuta Roma padahal hal ini telah tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (Ranhamnas) 2004 – 20095 dan remhamnas 2009-20146, akan tetapi Ratifikasi masih belum di lakukan padahal Ratifikasi Statuta Roma menjadi hal sangat Urgen dalam penegakan HAM di Indonesia padahal UUD 1945 telah jelas mengatur dan melindungi HAM rakyat Indonesia, dan dalam pasal 28 I ayat 4 dinyatakan:“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.”7 Dalam hal ini sudah sangat jelas negara harus berperan aktif dalam melindungi warga Negara dari pelanggaran HAM memang Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.8 Pengadilan ini bersifat ad hoc (sementara) dan mampu mengadili kasus- kasus pelanggaran HAM berat di masa lampau. Namun jika di lihat dari fakta di lapangan banyak pelaku pelanggaran HAM berat tidak pernah di periksa akibatnya timbulnya Impunitas terhadap pelaku Pelanggaran HAM padahal pelanggaran HAM Bukan hanya mengenai kontak fisik tetapi ada pula asas Pertanggujawan Komando yang sangat efektif dalam menjerat para 4Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional, KERTAS KERJA: Indonesia Menuju Ratifikasi Statuta Roma Tentang Mahkamah Pidana Internasional Tahun 2008 5 Lihat Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2004. 6 Lihat Peraturan Presiden 23 tahun 2011. 7 Lihat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Pasal 28 I ayat 4. 8 Lihat Undang-undang No. 26 tahun 2000 pasal 1 angka 3.
  • 5. pelaku kejahatan Hak Asasi Manusia. Oleh sebab itu dari latar belakang di atas penulis berkeinginan meneliti dan memberikan sebuah gagasan dengan judul ”KONSTRUKSI HUKUM NASIONAL INDONESIA MENURUT STATUTA ROMA TENTANG PRAKTEK IMPUNITAS DAN PENEGAKAN ASAS PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO (SUATU TINJAUN KRITIS TERHADAP KASUS SEMANGGI)” 1.2. Rumusan Masaalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah memungkinkan bagi Indonesia untuk membentuk konstitusi nasional Indonesia terkait dengan impunitas atas pelanggaran HAM? 2. Bagaimana kaitan urgensi Ratifikasi Statuta Roma dengan pengaturan impunitas di Indonesia terkait kasus semanggi? 3. Apa urgensi penerapan asas Pertanggungjawaban Komando di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian berdasarkan permasalahan diatas antara lain sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengentahui dan menganilisis Konstitusi Nasional Indonesia terkait impunitas atas pelanggara HAM 2. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis Ratifikasi Statuta roma sebagai landasan Penghapusan Impunitas di Indonesia? 3. Untuk mengetahui dan menganalisis Pentingnya Ratifikasi statuta roma dalam Penerapan Pertanggungjawaban Komando di Indonesia?
  • 6. 2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian hukum berdasarkan tujuan penelitian diatas anatara lain sebagai berikut. 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat mengembangkan konsep tentang HAM dan Ratifikasi Statuta Roma di tinjau dari Praktek Impunitas dan Pertanggungjawaban Komando. 1.4.2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.4.2.1. Bagi Peneliti Agar dapat mengetahui, mengerti dan memahami bagaimana Proses penegakan HAM di Indonesia, Manfaat Ratifikasi Statuta Roma oleh indonesia,dan praktek impunitas serta Pertanggungjawaban Komando di Indonesia 1.4.2.2. Bagi Masyarakat Memberikan pemahaman serta pengetahuan yang objektif tentang Ratifikasi Statuta Roma oleh Indonesia dalam menghapus praktek Impunitas dan penegakan Pertanggungjawaban Komando. 1.4.2.3. Bagi Pemerintah Memberikan dorongan moral agar dapat Meratifikasi Statuta Roma sebagai landasan untuk penyelesain kasus pelanggaran HAM. 1.4.2.4. Bagi Akademisi Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan kajian ilmiah tentang penggunaan Ratifikasi Statuta Roma dalam penghapusan Praktek Impunitas dan Penegakan Asas Pertanggungjawaban Komando.