SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 197
Downloaden Sie, um offline zu lesen
LAPORAN PRAKTIKUM

 TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN




                    Disusun oleh :

Bintang Elka           (10/296464/TP/09660)

Yanis Rahmasari P      (10/297605/TP/09714)

M. Roisul Akbar I      (10/297679/TP/09724)

Moh. Hidayatullah      (10/305402/TP/09934)

          Asisten: RM Persia manggala

   LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

   FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

       UNIVERSITAS GADJAH MADA

                YOGYAKARTA

                        2012



                                              1
DAFTAR ISI

ACARA 1

    BAB I : PENDAHULUAN.................................................6

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................8

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................12

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................22

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................23

ACARA 2

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................25

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................27

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................31

    BAB IV: PENUTUP ..........................................................46

    DAFTAR PUSTAKA.........................................................47

ACARA 3

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................49

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................51

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................54

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................66

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................67

ACARA 4

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................69

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................71

                                                                                    2
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................74

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................88

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................89

ACARA 5

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................91

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................93

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................96

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................105

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................106

ACARA 6

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................108

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................110

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................115

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................121

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................122

ACARA 7

    BAB I : PENDAHULUAN...............................................124

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................126

    BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................131

    BAB IV: PENUTUP ...........................................................141

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................142

ACARA 8

                                                                                     3
BAB I : PENDAHULUAN...............................................144

        BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................146

        BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................150

        BAB IV: PENUTUP ...........................................................155

        DAFTAR PUSTAKA..........................................................156

ACARA 9

        BAB I : PENDAHULUAN...............................................158

        BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................159

        BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN..........................162

        BAB IV: PENUTUP ..........................................................169

        DAFTAR PUSTAKA.........................................................170

ACARA 10

        BAB I : PENDAHULUAN...............................................172

        BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................174

        BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................177

        BAB IV: PENUTUP ...........................................................183

        DAFTAR PUSTAKA..........................................................184



LAMPIRAN...................................................................................185




                                                                                                 4
LAPORAN PRAKTIKUM

       TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

                           ACARA 1

DENAH TATA LETAK AWAL DAN DESKRIPSI PERUSAHAAN




                          Disusun oleh :

      Bintang Elka           (10/296464/TP/09660)

      Yanis Rahmasari P      (10/297605/TP/09714)

      M. Roisul Akbar I      (10/297679/TP/09724)

      Moh. Hidayatullah      (10/305402/TP/09934)

                Asisten: RM Persia manggala

         LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

     JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

         FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

             UNIVERSITAS GADJAH MADA

                      YOGYAKARTA

                              2012

                                                    5
BAB I

                                PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
       Dalam suatu perusahaan mendapat untung yang sebesar-besarnya
merupakan tujuan utama dilakukannya suatu produksi. Oleh karena itu untuk
dapat mencapainya, suatu perusahaan harus dapat melalukan produksinya dengan
efisien. Efisiennya suatu produksi tergantung dari banyak faktor, seperti
bagaimana sistem kerja di perusahaan tersebut. Salah satu hal yang
mempengaruhi keefisienan kerja di suatu perusahaan adalah tata letak ruang
produksi perusahaan tersebut.

       Tata letak merupakan suatu teknik penempatan area alat-alat produksi atau
proses produksi sesuai dengan aliran kerja. Tata letak yang baik dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan tata letak
yang baik, terdapat keefisienan waktu dam kerja sehingga menyebabkan pekerja
produksi tidak terlalu kelelahan saat bekerja. Stamina pekerja yang baik dapat
membuat kerja menjadi lebih efektif karena hal tersebut dapat meminimalkan
allowance time.

       Ilmu tata letak merupakan suatu hal yang penting untuk dikuasai oleh
lulusan Teknologi Industri Pertanian, maka ilmu tata letak diajarkan di
pembelajaran mata kuliah dan praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan
jurusan Teknologi Industri Pertanian. Hal ini dikarenakan lulusan TIP yang akan
bekerja di perusahaan pasti akan berhubungan dengan tata letak dan penanganan
bahan di suatu industri. Selain itu, untuk dapat menentukan tata letak yang baik
dalam suatu industri, maka sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui
deskripsi dari perusahaan.




                                                                               6
B. TUJUAN PRAKTIKUM

1.Praktikan dapat menggambar tata letak awal suatu industri
2.Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai   kondisi
  umum industri yang digunakan sebagai obyek kajian




                                                                        7
BAB II


                             TINJAUAN PUSTAKA


       Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak
pabrik dan menangani pemindahan bahan. Tata letak yang baik selalu melibatkan
tata cara pemindahan bahan di pabrik sehingga kemudian disebut tata letak dan
pemindahan bahan (Machfud dan Agung, 1990).
       Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri.
Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan
efektivitas kegiatan produksi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga
kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan. Peralatan produksi yang
canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat perencanaan tata
letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara
normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak
yang tidak berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata
letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Bila ditinjau secara umum,
tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas
produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman dan nyaman
sehingga akan dapat meningkatkan moral kerja yang baik dari operator (Anonim
1, 2009).
       Desain tata letak pabrik melibatkan penentuan besarnya ruang kerja (floor
space) yang dibutuhkan untuk meletakkan tiap – tiap komponen produksi, yaitu
para pekerja, peralatan, bahan mentah dan inventaris serta menata dan mengatur
berbagai aktivitas produksi guna menjamin terciptanya kelancaran, keamanan dan
efisiensi operasional (Wright, 2005).
       Adapun pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan manfaat
dalam sistem produksi, antara lain :
   1. Menaikkan output produksi
   2. Mengurangi waktu tunggu
                                                                                8
3. Mengurangi proses pemindahan bahan
   4. Penghematan penggunaan area (produksi, gudang, service, dsb)
   5. Peningkatan pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas
        produksi
   6. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran
   7. Termanfaatkannya tenaga kerja dan ruang secara efektif
   8. Memperbaiki moral dan kepuasaan kerja
   9. Memberikan kemudahan perawatan fasilitas dan kebersihan
   10. dan lain-lain
        Pengaturan tata letak tersebut pada dasarnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan mengurangi biaya operasi, dapat diperoleh harga produk
yang rendah, sehingga mampu bersaing di pasar bebas (Anonim 2, 2009). Secara
singkat langkah-langkah untuk merencanakan tata letak pabrik adalah sebagai
berikut :

   1. Analisa produk yaitu aktivitas untuk menganalisa macam dan jumlah
        produk yang harus dibuat.
   2. Analisa proses adalah langkah untuk menganalisa macam dan urutan
        proses pengerjaan produk.komponen.
   3. Analisa macam dan jumlah mesin / peralatan serta luas area yang
        dibutuhkan.
Aliran barang biasanya merupakan hal pokok dalam fasilitas produksi sehingga
harus dirancang dengan cermat dan terstruktur. Enam prinsip dasar tata letak
menurut Apple (1990) yaitu :

   1. Integrasi keseluruhan dari semua factor yang mempengaruhi proses
        produksi.
        Tata letak pabrik harus meliputi integrasi dari semua fasilitas menjadi satu
        unit operasi. Tata letak pabrik dapat mendukung proses manufaktur
        sehingga dapat berjalan baik.
   2. Perpindahan jarak seminimum mungkin.


                                                                                  9
Setiap proses industri mencakup beberapa pergerakan material yang tidak
       dapat dihilangkan secara keseluruhan. Spesialisasi dari pekerja dan mesin
       merupakan inti dari efisiensi produksi. Pergerakan material dapat
       diminimumkan dengan cara mengurangi jarak perpindahannya. Hal ini
       berarti mencoba menempatkan operasi berikutnya berdekatan dengan
       operasi sebelumnya sehingga dapat menghilangkan transportasi diantara
       operasi tersebut.
   3. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik
       Tipe aliran ini merupakan tipe aliran yang konstan menuju proses produksi
       akhir dengan gangguan dan kemacetan minimum.
   4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
       Pada dasarnya layout merupakan pengaturan ruangan yang mencakup
       pekerja, material, mesin dan aktivitas pendukung yang ada di dalamnya.
   5. Kepuasan kerja dan keamanan dari pekerja
       Kepuasan pekerja dapat diberikan dengan adanya jaminan keselamatan
       kerja sehingga dapat mencegah adanya kecelakaan kerja yang mungkin
       saja terjadi. Keamanan kerja dapat meliputi adanya penempatan mesin–
       mesin dan peralatan secara tepat.
   6. Pengaturan tata letak harus culup fleksibel.
       Pengaturan tata letak sebuah pabrik bila diatur secara tepat akan dapat
       mengurangi biaya–biaya tidak langsung.

       Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur
fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Tata letak fasilitas
merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan
unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin,
peralatan, meja, bangunan dans sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat
berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak atau total biaya
perpindahan bahan. Dalam merancang tata letak fasilitas manufaktur atau tata
letak pabrik, maka unsur-unsur fisik yang perlu diperhatikan adalah mesin,
peralatan, operator dan mateial. Umumnya, fungsi tujuannya adalah total biaya

                                                                                10
perpindahan yang minimum. Hal ini dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan
peralatan sedemikian sehingga jaraknya tidak jauh tanpa melanggar kaidah-kaidah
ergonomis. Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks sehingga
membutuhkan pendekatan multi disiplin (Francis and White, 1974).

       Pengaturan fasilitas pabrik memegang peranan penting dalam kelancaran
proses produksi, sehingga akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman dan
nyaman. Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi
langsung dari kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangani
secara bijaksana, sehingga akan menghasilkan output yang optimal. Tata letak
pabrik berhubungan dengan perencanaan dan pengaturan tata letak mesin,
peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun
kerja (Tompkins, 1992).
       Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan tata letak dikelompokkan
menjadi 8, yaitu (Muther, 1955) :
   1. Faktor material, antara lain desain, jenis, jumlah, kebutahn operasi dan
       alirannya.
   2. Faktor mesin, antara lain peralatan, perlengkapan produksi dan utilitasnya.
   3. Faktor manusia, antara lain pengawasan dan pemberian bantuan sebagai
       pekerja langsung.
   4. Faktor perpindahan, antara lain pengangkutan antar dan interdepartemen,
       penanganan berbagai operasi, penyimpanan dan inspeksi.
   5. Faktor menunggu, antara lain penyimpanan secara permanen, sementara
       dan delay.
   6. Faktor pelayanan, antara lain perawatan,          inspeksi,   limbah, dan
       penjadwalan.
   7. Faktor gedung, antara lain bagian – bagian di dalam dan di luar gedung,
       pembagian perlengkapan dab peralatan.




                                                                               11
BAB III

             HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

  1. DENAH TATA LETAK AWAL




                                    12
2.    LEGENDA    P= 120 cm         J.    ETALASE
                                   DAPUR 1
A.    MEJA       L= 50 cm
MAKAN (4 BUAH)                     P= 102 cm
                 T= 70 cm
P= 121 cm                          L= 46 cm
                 F.    ETALASE
L= 57 cm         WARUNG 4          T= 162 cm

T= 36 cm         P= 135 cm         K.    ETALASE
                                   DAPUR 2
B.    WASTAFEL   L= 50 cm
(2 BUAH)                           P= 150 cm
                 T= 160 cm
P= 50 cm                           L= 55 cm
                 G.    = ETALASE
L= 38 cm         WARUNG 5          T= 170 cm

T= 68 cm         P= 130 cm         L.    MEJA
                                   KOMPOR 1
C.    ETALASE    L= 55 cm
WARUNG                             P= 100 cm
                 T= 175 cm
P= 102 cm                          L= 50 cm
                 H.    KURSI
L= 46 cm         (TEMPAT DUDUK)    T= 63 cm

T= 162 cm        P= 200 cm         M.    MEJA
                                   KOMPOR 2
D.    ETALASE    L= 56 cm
WARUNG 2                           P= 120 cm
                 T= 58 cm
P= 150 cm                          L= 50 cm
                 I.    KURSI 2
L= 55 cm                           T= 63 cm
                 P= 200 cm
T= 170 cm                          N.    ETALASE
                 L= 56 cm
                                   DAPUR 3
E.    ETALASE
                 T= 58 cm
WARUNG 3                           P= 120 cm
                                                   13
L= 50 cm            P= 134 cm         P= 52 cm

T= 70 cm            L= 65 cm          L= 38 cm

O.     KURSI        T= 152 cm         Y.    TEMPAT
                                      TIDUR
P= 144 cm           T.    MEJA
                    KOMPOR            P= 200 cm
L= 55 cm
                    P= 100 cm         L= 150 cm
T= 53 cm
                    L= 50 cm          T= 63 cm
P.     RAK PIRING
BERSIH              T= 63 cm          Z.    SUMUR

P= 134 cm           U.    MEJA        D= 94 cm

L= 65 cm            P= 146 cm         T= 40 cm

T= 152 cm           L= 71 cm          AB.   MEJA
                                      TEMPAT
Q.     TEMPAT       T= 69 cm
                                      PEMBUATAN
CUCI
                    V.    KOMPOR      MINUMAN
P= 151 cm
                    P= 70 cm          P= 180 cm
L= 74 cm
                    L= 35 cm          L= 60 cm
T= 70 cm
                    T= 12 cm          T= 76 cm
R.     KULKAS
                    W.    BAK MANDI   AC.   KURSI
P= 56 cm
                    P= 76 cm          P= 200 cm
L= 50 cm
                    L= 38 cm          L= 56 cm
T= 122 cm
                    T= 42 cm          T= 58 cm
S.     RAK
                    X.    CLOSET      AD.   RAK PIRING
PERABOTAN
                                      BASAH
                                                     14
P= 105 cm   AE.   TEMPAT   AF.   BOX IKAN
            SAMPAH
L= 58 cm                   P= 74 cm
            D= 94 cm
T= 175 cm                  L= 43 cm
            T= 40 cm
                           T= 35 cm




                                            15
B. PEMBAHASAN

       Rumah makan ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ berdiri sekitar 5 tahun yang
lalu. Rumah makan yang terletak di Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul ini
menyediakan berbagai jenis olahan ikan laut. Pemilik rumah makan, Pak Kenthut
menjelaskan bahwa pada awalnya beliau hanya membuka warung kecil-kecilan.
Warung yang dulunya terbuat dari bambu itu hanya menjual makanan ringan dan
minuman-minuman, juga letaknya masih di sebelah utara dari lokasi warung
makan yang sekarang. Karena banyaknya pengunjung, khususnya yang
mengunjungi Pantai Kuwaru, warung kecil-kecilan tersebut berkembang sedikit
demi sedikit menjadi warung yang menyediakan makanan olahan hasil laut dari
nelayan di sekitar pantai.

       Nama ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ itu sendiri berasal dari sejarah
keluarga, yaitu kakek dari pemilik warung yang merupakan anak tunggal. Rata-
rata per hari warung ini menyediakan 25-50 kg ikan segar, termasuk kepiting,
udang, cumi, kerang, dan ikan-ikan kecil. Agar ikan selalu terjaga kesegarannya,
ikan-ikan tersebut diberi es batuyang didapatkan dari pengepul es yang berada di
sekitar lokasi warung. Ikan didapatkan dari nelayan sekitar pantai, setiap jam 7
pagi ikan datang diantarkan ke warung. Jika ikan-ikan tidak habis terjual di
warung, pada hari yang sama ikan-ikan tersebut dijual secara berkeliling baik
dalam keadaan mentah ataupun yang sudah di masak sebelumnya. Misalnya saja
ikan cakalang, dibeli dengan harga Rp.13.000,- per kilogram, lalu dijual dengan
harga Rp.15.000,- per kilogramnya. Namun jika sudah di masak, maka harga
jualnya menjadi Rp.4000-5000 per ekornya. Bahan baku lain seperti bumbu-
bumbu dan sayuran didapatkan dari penjual keliling yang menawari, jika tidak
dapat membeli di pasar daerah Srandakan yang tidak jauh dari lokasi warung.

       Saat awal berdirinya warung makan ini, pegawai hanya dari keluarga
pemilik, namun setelah agak ramai ditambah 2 orang pegawai dari tetangga.
Seiring dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke Pantai Kuwaru,
pegawai pun ditingkatkan hingga mencapai 10 orang. Namun para pekerja

                                                                              16
tersebut bekerja secara serabutan, tidak tetap. Sesuai dengan jumlah pengunjung
warung. Dari sekian banyak pekerja, hanya 2 orang saja yang memasak, sisanya
menangani yang lain seperti pencucian atau penyiapan bahan. Warung ini buka
mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Namun jika ada pesanan, bisa sampai
malam. Resep semua masakan di warung ini didapatkan dari istri pemilik warung.
Di warung ini pengunjung diperbolehkan membawa ikan sendiri, namun dicek
terlebih dahulu kondisinya, lalu para juru masak mengolah ikan sesuai dengan
keinginan pengunjung.

       Fasilitas yang terdapat di warung ini cukup baik, tersedia ruang aula untuk
pengunjung yang datang dengan rombongannya, sebuah kamar mandi, mushola,
serta kolam ikan air tawar yang berisi ikan lele atau gurame. Rata-rata pengunjung
di hari biasa hanya sekitar 3-4 orang saja, namun pada saat hari libur pengunjung
melonjak hingga 100-200 orang, kebanyakan datang dengan rombongan.
Pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti Sleman, Kotagede, Solo,
Kebumen, Salatiga, dan daerah lainnya. Juga dari berbagai kalangan seperti tokoh
masyarakat, guru, pegawai kantor, ibu-ibu PKK, dan lain-lain. Kebanyakan dari
mereka mengadakan rapat atau arisan di warung ini. Karena banyaknya
pengunjung, membuat warga lain membangun warung makan sejenis, khususnya
saat 2 tahun terakhir. Sehingga terjadi saingan antar warung makan. Awalnya
warga lokal yang membuka warung makan, lama kelamaan warga luar daerah
Srandakan juga ikut membuka warung. Namun warung makan milik Pak Kenthut
ini menyediakan minuman spesial, yaitu degan bakar. Sehingga menjadi daya
tarik tersendiri dibandingkan dengan warung yang lainnya.

       Melihat pengunjung yang semakin banyak mendatangi Pantai Kuwaru,
juga pantai lainnya, membuat keinginan Pak Kenthut untuk membuka warung lagi
di pantai lain masih di pantai daerah Bantul, seperti Pantai Depok atau Pantai Dua
Cemara.

       Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini berbentuk persegi
panjang, dengan panjang 27,85 meter dan lebar 16,07 meter. Di dalamnya

                                                                               17
terdapat beberapa ruangan diantaranya 3 ruang makan, 2 kamar tidur, kasir, dapur,
pemanggangan, sumur, kamar mandi, toilet, tempat cuci, kolam, penakaran ikan,
kios jalanan, ruang kosong, parkir karyawan, dan teras.

       Satu ruang makan terletak di depan ruangan diantara kasir dan kios jalanan
yang didepannya juga ada teras. Sedangkan 2 ruang makan terletak di dalam
ruangan yang berdampingan dengan kamar tidur. Terdapat 2 dapur (dapur bersih
dan dapur kotor) yang satu terletak di dalam ruangan dan yang satunya terletak
samping kiri rumah makan yang disampingnya juga ada tempat pemanggangan
dan tempat cuci. Disamping tempat pencucian bahan terdapat kolam ikan yang
diatasnya juga ada tempat penakaran ikan. Sedangkan dibelakang ada sumur,
kamar mandi, dan toilet.

       Di dalam ruang makan yang berada di depan ruangan terdapat 4 meja
makan dan sebuah washtafel, sedangkan 2 ruang makan yang berada di dalam
ruangan terdapat 3 meja makan dengan ukuran yang sama. Di dapur bersih
terdapat 2 bak cuci, 2 kulkas, sebuah meja dapur, kursi, kompor, dan 2 rak panci.
Sedangkan di dapur kotor terdapat 3 etalase yang berfungsi untuk menyimpan
makanan yang sudah siap saji. Kemudian terdapat sebuah meja yang berfungsi
untuk menaruh makanan yang sudah matang. Terdapat juga 4 kompor untuk
memasak disertai dengan meja kompor. Sebuah kursi dekat meja saji yang
berfungsi untuk tempat duduk pekerja yang akan menyajikan makanan.
Disamping dapur kotor terdapat 2 tempat pembakaran yang berguna untuk
membakar ikan atau bahan lain yang perlu dibakar. Selain itu juga terdapat tempat
pencucian untuk penyiangan dan pembersihan ikan. Di depan tempat pencucian
terdapat 2 bak ikan yang diatasnya terdapat tempat penyimpanan ikan. Sedangkan
di dekat tempat pencucian terdapat rak piring basah untuk menempatkan piring-
piring atau alat lainnya yang baru saja dicuci.

       Dalam peta kerja yang kita buat terdapat 3 stasiun kerja yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu stasiun kerja penyiapan bahan, stasiun kerja pencucian
bahan, dan stasiun kerja pemasakn bahan. Alat yang digunakan dalam stasiun

                                                                              18
penyiapan bahan antara lain baskom sebagai wadah ikan yang akan diambil dari
tempat ikan. Kemudian ada timbangan untuk mengukur berat bahan yang akan
diproses. Dalam stasiun pencucian bahan terdapat sebuah kran air untuk
membersihkan ikan, kemudian bahan dipotong-potong dengan menggunakan
pisau. Stasiun yang terakhir adalah stasiun pemasakan/pembuatan bahan. Alat
yang digunakan antara lain 2 kompor yang lengkap dengan tabung elpiji, wajan
sebagai tempat penggorengan bahan (ikan), panci untuk memasak air, dandang
digunakan untuk pembuatan nasi, pisau untuk memotong bahan, dan peralatan
lain seperti piring, gelas, dan sendok/garpu. Sedangkan dalam proses
pemanggangan terdapat sebuah alat pemanggang yang digunakan untuk menjepit
bahan (ikan) agar mudah dalam pembakaran. Di tempat pembakaran ini juga
terdapat kipas angin yang berfungsi untuk memaksimalkan kerja dalam proses
pembakaran.

        Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan yang sudah terpaparkan di tabel
dibawah ini:

   No                 Lokasi                    Kelebihan          Kekurangan
   1     Area penyiapan bahan              Fleksibel dan hanya   Tidak terdapat
                                           membutuhkan area      area khusus
                                           yang kecil            sehingga
                                                                 mengganggu
                                                                 aliran produksi.
   2     Tempat pencucian bahan baku       Letaknya dekat        Tidak terdapat
                                           dengan area           batas dengan
                                           produksi.             area produksi
   3     Tempat produksi                   Telah difungsikan     Aliran produksi
                                           dengan maksimal.      kurang rapi
   4     Dapur                             Difungsikan dengan    Kurang bersih


                                                                            19
maksimal               dan masih
                                                   banyak yang
                                                   harus dibenahi
6    Ruang makan            Sudah tertapa rapi     Kurang fleksibel
                            dan nyaman             karena terpisah
                                                   antar ruang
                                                   makan
7    Tempat pembakaran      Dapat menampung        Kurang strategis
                            banyak arang
8    Tempat perabot         Dapat menampung        kotor dan
                            banyak perabot         kurang tertata
                                                   rapi
9    Area parkir karyawan   Luas dan memadai       Tidak strategis
                                                   karena berada di
                                                   dalam ruangan
10   Kamar tidur            Cukup luas dan         Kurang tertata
                            strategis              rapi
11   Toilet                 Sudah berada           Kurang bersih
                            diruang belakang       dan nyaman
                            sehingga tidak
                            mengganggu
                            pengunjung
12   Kolam                  Bisa digunakan         Kecil dan
                            untuk tambahan         seharusnya
                            pasokan ikan           berada
                                                   dibelakang
                                                   rumah makan.
                                                   Tidak terawat
13   Tempat ikan            Cukup       luas   dan Kurang       bersih
                            memadahi               dan higenis


                                                               20
14    Kasir                              Simple dan cocok      Tidak ada
                                            karena sudah berada   tempat khusus
                                            di depan ruangan      buat kasir dan
                                                                  hanya digabung
                                                                  dengan etalase
                                                                  tempat ikan



             Tabel 1: Tabel kelebihan dan kekurangan tiap ruangan

        Menurut kami, tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal sudah cukup
baik. Setiap stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan prosesnya, sehingga
mulai dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk atau makanan dan
minuman yang siap saji menjadi terorganisir dan teratur. Namun perlu perbaikan
sedikit, misalnya tempat pembakaran lebih dekat dengan penggorengan, sehingga
perpindahan bahan menjadi lebih singkat, serta lebih dekat dengan tempat
penyajian.




                                                                              21
BAB IV

                           PENUTUP

KESIMPULAN

1. Tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini sudah
   cukup baik. Staasiun-stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan
   prosesnya.
2. Rumah makan yang menjadi kajian praktikum ini termasuk warung
   yang cukup besar, dengan jumlah pekerja kurang lebih 8 orang dan
   jam kerja yang tidak terlalu lama.




                                                                   22
DAFTAR PUSTAKA




Agung , Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.
          Pusat Antar Universitas Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Anonim 1.       2009.    http://himathrik2.tripod.com/tataletakpabrik.htm.   Diakses
          tanggal 6 Maret 2010 pukul 15.15 WIB.

Anonim     2.     2008     http://manajemenpabrik.blogspot.com/2008/05/tata-letak
          pabrik.html Diakses tanggal 7 Maret 2010 pukul 10.00 WIB

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ke 3.
          Bandung : ITB.

Francais, R. L. dan J. A. White. 1974. Facility Layout and Location. Prentice-
          Hall, Inc : Ney Jersey.

Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. McGraw-Hill Company : New
          York.

Tompkins, JM. 1992. Facilities Planning. John Wiley & Sons Inc : New York.

Wright, Paul H. 2005. Pengantar Engineering Edisi 3. Jakarta : Erlangga.




                                                                                  23
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

                    ACARA 2

PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL




                  Disusun oleh :

         Bintang Elka          (10/296464/TP/09660)

         Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)

         M. Roisul Akbar I     (10/297679/TP/09724)

         Moh. Hidayatullah     (10/305402/TP/09934)

               Asisten: RM Persia Manggala

      LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

  JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

      FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

        UNIVERSITAS GADJAH MADA

                 YOGYAKARTA

                        2012


                                                      24
BAB I

                                   PENDAHULUAN




B. LATAR BELAKANG
         Proses produksi merupakan bagian vital dan penting dalam suatu industri.
  Dalam suatu industri, bagian proses produksi pasti akan menghabiskan banyak
  biaya. Hal ini dikarenakan proses produksi suatu industri yang akan menentukan
  kesuksesan suatu industri, selain ditentukan oleh kegiatan pemasaran. Selain
  membutuhkan banyak biaya, masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
  efektivitas dan efisiensi proses produksi. Keadaan fasilitas fisik dari suatu industri
  merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar.
         Untuk dapat menganalisa keadaan fasilitas fisik dari suatu industri
  dibutuhkan pemetaan terhadap keadaan industri itu sendiri. Melalui pembuatan
  peta kerja yang tepat maka dapat diketahui tingkat efisiensi yang ada pada proses
  produksi. Selain itu pembuatan peta kerja dapat memberikan keleluasaan dalam
  melakukan evaluasi terhadap keadaan produksi yang telah terjadi. Evaluasi yang
  telah dilakukan dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan keadaan fasilitas
  fisik yang lebih tepat bagi industri tersebut.
         Melalui praktikum ini diharapkan praktikan dapat menemukan opsi yang
  mungkin dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas industri yang
  bersangkutan. Penentuan opsi yang mungkin dilakukan berdasar pada peta kerja
  yang telah dibuat sehingga opsi yang muncul dapat diterapkan secara langsung
  pada industri yang bersangkutan.




                                                                                      25
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat membuat peta kerja, seperti peta proses operasi, peta aliran
   proses, diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses produksi yang
   terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses.
2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat.
3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada
   sekarang.




                                                                                   26
BAB II
                                TINJAUAN PUSTAKA



             Dalam suatu industri, merancang atau menata letak pabrik merupakan hal
   yang cukup penting. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penataan letak suatu
   pabrik dengan proses pemindahan bahan. Perancangan atau penataan letak
   fasilitas suatu pabrik bertujuan untuk membawa masukan (bahan pasokan)
   melalui setiap fasilitas dalam waktu yang tersingkat yang memungkinkan dengan
   biaya yang wajar. Dalam batasan industri, semakin singkat sepotong bahan berada
   dalam pabrik, maka akan semakin kecil keharusan pabrik menanggung beban
   buruh dan ongkos tak langsung. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya dimulai
   dengan suatu analisis tentang produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan
   diberikan, dan sebuah perhitungan tentang aliran barang atau kegiatan secara
   menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan terinci tentang susunan
   peralatan bagi tiap tempat kerja mandiri, langkah demi langkah. Pada akhirnya,
   keterkaitan antara tempat kerja dirancang dan daerah yang erat hubungannya
   dikelompokkan dalam satu satuan, yang disebut sebagai departemen yang
   kemudian akan dihubungkan menjadi satu tata letak akhir (Sims, E.R., 1968).

             Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi
   sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak
   strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam kapasitas,
   proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan,
   dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
   sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.
   Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang
   memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Dalam semua kasus, desain tata
   letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai (Anonim 1,
   2008) :

a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

                                                                                    27
b. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak
   tersebut akan perlu diubah).
           Di dalam usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perencanaan
   layout terhadap biaya dan efektivitas operasional, kajian layout perlu diadakan,
   dan secara khusus menyangkut kajian rancangan layout untuk situasi yang
   berbeda. Sistem operasional baik untuk manufaktur ataupun usaha jasa dapat
   dikelompokkan menjadi tiga jenis dasar operasional berdasarkan tingkat
   standardisasi produk dan jumah output, yaitu (Anonim 2, 2009) :
1. Operasional Berkesinambungan (Continously)
           Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk
   yang sangat besar, mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki
   kekhususan, menggunakan padat modal, secara umum arus produk tidak
   terganggu, serta perubahan skedul produksi tidak banyak, campuran produk tidak
   banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan persediaan.
2. Operasional Terputus-putus (Intermittent)
           Operasional konversi intermittent dengan ciri-ciri, bahwa jumlah produk
   tidak banyak, mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat
   karya, disertai arus produk yang terputus-putus, skedul sering berubah-ubah,
   produk banyak campurannya, dan dibuat berdasarkan pesanan.
3. Operasional Jasa (Service Operational)
           Usaha jasa pada umumnya menggunakan pada karya, dengan demikian
   operasional usaha jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten.
           Dalam merencanakan atau merancang aliran bahan dalam suatu industri,
   terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Salah
   satunya adalah teknik-teknik untuk menganalisis dan merancang suatu aliran
   bahan. Teknik-teknik ini dibagi dalam dua kategori, yaitu (Burbidge, 1975) :

1. Konvensional

                                                                                  28
Teknik ini telah digunakan beberapa tahun karena mudah untuk
   digunakan, bertitik berat pada cara grafis, dan secara keseluruhan merupakan alat
   terbaik untuk tujuan-tujuan yang diinginkan. Teknik konvensional sering
   membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat catatan perpindahan
   pada seluruh proses dengan teliti.
2. Kuantitatif
          Teknik kuantitatif menggunakan metode-metode statistic dan matematik
   yang lebih canggih dan umumnya diklasifikasikan sebagai penelitian operasional.
   Dalam penggunaan teknik ini, sering memerlukan bantuan komputer untuk
   melaksanakan perhitungan yang rumit.
          Perencanaan aliran bahan memerlukan analisis yang tepat dan teliti karena
   berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas pekerjanya. Padahal dalam
   menganalisis aliran bahan yang akan dipilih, harus memperhatikan aliran total
   yang melibatkan sejumlah besar perpindahan, bukan hanya satu atau dua aliran.
   Perpindahan-perpindahan ini dapat membawa bahan melewati suatu daur
   pemindahan yang etrpadu dan rumit selama suatu periode waktu tertentu.
   Misalnya, daur pemindahan dapat berawal dari gudang pabrik melewati beberapa
   bagian fasilitas dan berakhir di gudang pemakai. Dalam daur pemindahan
   tersebut, dapat terjadi banyak hal, seperti operasi, pemeriksaan, ataupun
   penyimpananoleh karena rumitnya perencanaan aliran bahan, maka terdapat
   bermacam-macam teknik atau gambaran grafis guna merancang aliran bahan di
   suatu industri. Teknik tersebut antara lain, peta rakitan, peta proses operasi, peta
   proses produksi-darab, diagram tali, peta proses, diagram alir, peta proses aliran,
   peta dari-ke, peta prosedur, dan jaringan jalur kritis (Machfud dkk, 1990).
          Peta dari-ke adalah salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan
   dalam pekerjaan tata letak dan pemindahan bahan. Teknik ini biasanya sangat
   berguna jika barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti
   di bengkel. Selain itu, peta dari-ke juga berguna jika terjadi keterkaitan antara
   beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Peta
   dari-ke sering disebut juga sebagai peta kekerapan perjalanan. Dalam peta ini
   biasanya angka menunjukkan ukuran aliran bahan antara lokasi yang terlibat,
                                                                                          29
misalnya jumlah satuan beban, jarak, berat, volume, atau faktor lain atau
   kombinasi beberapa faktor. Peta dari-ke memiliki potensi besar sebagai alat
   analitis, namun masih harus dikembangkan lagi (Apple, 1983).
             Kegunaan dan keuntungan peta dari-ke adalah sebagai berikut (Muther, R,
   1944) :
1. Menganalisis perpindahan bahan
2. Perencanaan pola aliran
3. Penentuan lokasi kegiatan
4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti
5. Pengukuran efisiensi pola aliran
6. Perinupaan perpindahan bahan
7. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
8. Menunjukkan volume perpindahan antar kegiatan
9. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi
10. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi
11. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk, komponen, barang, bahan dan
   sebagainya
12. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegaiatn dan perpindahannya
13. Pemendekan jarak perjalanan selama proses




                                                                                  30
BAB III
                         HASIL DAN PEMBAHASAN
   A. HASIL
       TERLAMPIR
   B. PEMBAHASAN
       Praktikum Acara 2 Tata Letak dan Penanganan Bahan dengan judul “Peta
Kerja untuk Evaluasi Tata Letak Awal” ini bertujuan untuk membuat peta-peta
kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran (bagan
tali) berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan
waktu proses serta mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat dan
menganalisis kelebihan dan kekurangan dari tata letak yang ada. Objek dalam peta
kerja ini adalah proses pembuatan makanan dan minuman di Rumah Makan Putra
Tunggal Sinar Harapan yang berada di sekitar Pantai Kwaru, Bantul, Yogyakarta.
       Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
yang akan dialami oleh bahan baku dengan cara membagi pekerjaan tersebut
menjadi elemen-elemen operasi secara detail, mulai dari awal operasi sampai
akhir operasi, dengan menyertakan informasi waktu yang digunakan per operasi,
alat yang digunakan, bahan yang digunakan, dan operasi serta inspeksi yang
dilakukan. Peta proses operasi menjadi acuan dalam melakukan perancangan tata
letak pabrik baru dan pembuatan peta kerja lainnya, sebagai contoh peta aliran
proses. Dalam peta proses operasi, hanya kegiatan yang produktif yang
digambarkan, dan semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
dibuat dalam satu peta proses operasi.

       Peta Aliran Proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua
aktivitas, baik aktivitas produktif maupun aktivitas yang tidak produktif yang
terlibat dalam proses pelaksanaan kerja dalam bentuk tabel. Pada prinsipnya peta
aliran proses hampir sama dengan peta proses operasi. Perbedaannya hanyalah
pada peta aliran proses terdapat kegiatan transportasi dan penundaan (delay)
disertai dengan informasi waktu dan jarak perpindahannya, sedangkan pada peta
proses operasi hanya terdapat proses operasi dan inspeksi, serta diakhiri dengan

                                                                                   31
penyimpanan. Peta aliran proses dibuat untuk tiap jenis bahan baku. Sehingga
   setiap satu bahan baku yang mengalami proses atau inspeksi memiliki satu peta
   aliran proses. Manfaat dari peta aliran proses adalah dapat mengeliminasi operasi
   yang tidak perlu atau mengkombinasi dengan operasi lain, mengeliminasi
   aktivitas handling yang tidak efisien, mengurangi jarak perpindahan material, dan
   mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena operasi atau kegiatan yang tidak
   produktif, seperti delay.

          Diagram aliran adalah diagram atau catatan grafis yang menggambarkan
   langkah-langkah proses yang digambarkan di atas tata letak. Tujuan pokok
   pembuatan diagram aliran adalah untuk mengevaluasi langkah-langkah proses
   dalam situasi yang lebih jelas, serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan
   perbaikan didalam desain layout fasilitas produksi yang ada. Selain itu, diagram
   aliran juga dapat digunakan untuk menerangkan proses kepada orang lain.
   Diagram aliran dibuat dengan memindahkan lambang-lambang dengan garis
   untuk menunjukkan lintasan perjalanan bahan. Dalam diagram aliran, hal yang
   dapat diamati adalah lokasi kritis, yaitu diketahui dengan banyaknya garis potong
   yang menggambarkan lintasan pemindahan bahan dan terdapatnya perpindahan
   bolak-balik atau disebut dengan Back-Tracking.
          Langkah-langkah pembuatan Peta Proses Operasi adalah :
a. Langkah pertama adalah dengan membuat judul “Peta Proses Operasi” di bagian
   paling atas, yang kemudian di bawahnya diikuti identifikasi berupa nama objek,
   nama pembuat peta, tanggal pemetaan, dan nomor peta.
b. Bahan yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan
   bahan tersebut masuk ke dalam proses.
c. Lambang-lambang diletakkan arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya proses
   dan perlakuan terhadap bahan.
d. Penomoran kegiatan operasi dan pemeriksaan harus urut, sesuai dengan yang
   terjadi di lapangan.
e. Untuk deskripsi operasi dan alat yang digunakan diletakkan di sebelah kanan
   lambang, sedangkan waktu diletakkan di sebelah kiri lambang.

                                                                                  32
Adapun lambang        artinya operasi, lambang      artinya inspeksi atau
   pemeriksaan, sedangkan       artinya penyimpanan.
           Langkah-langkah untuk pembuatan Peta Aliran Proses adalah :
a. Dibuat formulir PAP.
b. Formulir diisi sesuai dengan kegiatan atau proses yang telah diamati.
c. Aliran bahan atau orang yang sudah diamati ditentukan.
d. PAP hanya untuk 1 bahan atau 1 orang saja.
e. Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti jarak perpindahan, waktu
   yang dibutuhkan, metode perpindahan, frekuensi perpindahan, dan lain-lain.
f. Dilanjutkan ke seluruh proses yang diamati.
g. Setelah terbentuk titik-titik, titik-titik tersebut kemudian dihubungkan berdasarkan
   urutan prosesnya.
   Simbol-simbol yang digunakan dalam PAP yaitu           (operasi),    (inspeksi),
   (transportasi),     (menunggu), dan     (penyimpanan).

   Cara membuat Diagram Aliran adalah :

a. Dilakukan pendataan dan pengidentifikasian tata letak sutu industri, berikut
   dengan stasiun-stasiun proses atau tempat-tempat dilakukannya proses operasi.
b. Kemudian digambarkan dalam bentuk peta atau denah yang dilengkapi dengan
   keterangannya.
c. Diagram Alir ini dibuat berdasarkan PAP yang telah dibuat sebelumnya, sehingga
   DA juga berfungsi untuk memperjelas aliran bahan.
d. Dibuat garis dengan tanda panah yang menunjukkan aliran bahan dimulai dari
   proses pertama hingga akhir sesuai dengan urutannya.
           Berikut adalah penjelasan tentang peta kerja yang sudah kami buat di
   Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.


1. Peta Proses Operasi (PPO)
A. Pembuatan Nasi
   Peta proses operasi pembuatan nasi ini menggunakan bahan utama beras 1,5
   kilogram. Beras tersebut mengalami operasi dan inspeksi yaitu pada saat
                                                                                      33
pencucuian selama 3 menit 30 detik. Setelah itu beras mengalami operasi dan
   inspeksi lagi pada saat penanakan selama 22 menit yang sebelumnya ditambah air
   dulu. Kemudian beras mengalami operasi dan inspeksi pada saat pengukusan
   selama 15 detik dan jadilah nasi sudah siap untuk disajikan
B. Ikan Goreng Tepung
   Pada peta proses operasi ini dimulai dengan penimbangan yang dilakukan melalui
   operasi dan inspeksi selama 3 menit 45 detik. Setelah itu dilakukan penambahan
   bahan yang berupa air. Kemudian pencucian terhadap ikan pun dilakukan di
   dalam baskom melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 5 detik. Kemudian
   dilakukan penyaringan pada saringan melalui operasi selama 1 menit 25 detik.
   Lalu penambahan bawang putih dilakukan yang sebelumnyatelah ditimbang
   melaui operasi dan inspeksi selama 2 menit serta telah digiling melalui operasi 1
   menit 12 detik. Serta terdapat pula penambahan royco, garam dan sasa. Kemudian
   proses pembumbuan dilakukan dalam baskom melalui operasi selama 1 menit 48
   detik. Langkah selanjutnya yaitu perendaman bahan didalam bumbu melalui
   operasi selama 2 menit 14 detik. Lalu penambahan tepung instan dilakukan.
   Kemudian pemberian tepung dalam baskom melalui operasi selama 3 menit 8
   detik. Setelah itu dilakukan penambahan minyak, kemudian proses penggorengan
   didalam wajan melalui operasi selama 35 menit 16 detik. Kemudian penyaringan
   dengan menggunakan saringan melalui operasi selama 12 menit 8 detik. Lalu
   langkah terakhir yaitu penirisan di tempayak melalui operasi selama 25 detik. Ikan
   goreng tepung pun siap untuk disajikan.
C. Ikan Goreng
   Pada peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi
   penimbangan terhadap ikan menggunakan timbangan selama 1 menit 43 detik.
   Lalu operasi dan inspeksi pemotongan ikan menggunakan pisau selama 45 detik.
   Bahan tambahan air digunakan untuk operasi dan inspeksi pencucian selama 1
   menit 9 detik menggunakan baskom cuci. Bumbu yang merupakan bahan
   tambahan dimasukkan untuk operasi pembumbuan ikan selama 1 menit.
   Pembumbuan ini dilakukan menggunakan alat berupa baskom. Selanjutnya
   operasi dan inspeksi penggorengan ikan dilakukan menggunakan wajan selama 11
                                                                                       34
menit 43 detik.setelah itu operasi penirisan dilakukan selama 1 menit dan ikan
   goreng pun siap untuk disajikan.
D. Ikan Bakar
   Peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi terhadap
   bahan utama yang berupa ikan, operasi berupa penimbangan dengan
   menggunakan timbangan selama 4 menit 20 detik, kemudian operasi dan inspeksi
   pemotongan menggunakan pisau selama 2 menit 55 detik. Bahan tambahan
   berupa air digunakan untuk operasi pencucian selama 9 menit 10 detik. Setelah itu
   bahan tambahan berupa bumbu ditambahkan dan dilakukan operasi dan inspeksi
   pembumbuan terhadap ikan menggunakan baskom selama 3 menit 19 detik.
   Bahan tambahan arang disiapkan dan dilakukan operasi dan inspeksi pemanasan
   terhadap arang di tungku selama 5 menit 15 detik. Arang ditambahkan kemudian
   dilakukan inspeksi dan operasi pembakaran ikan di pemanggang selama 13 menit
   57 detik. Ikan bakar pun siap untuk disajikan.
E. Ikan Lombok Hijau
   Pada proses operasi ini menggunakan bahan utama minyak goreng, dikenakan
   operasi dan inspeksi berupa pemanasan menggunakan wajan selama 1 menit 30
   detik, kemudian ditambahkan bahan tambahan yaitu bawang bombay. Kemudian
   dilakukan operasi dan inspeksi kembali berupa penumisan selama 2 menit. Bahan
   tambahan berupa air, dimasukkan kedalam wajan dan dilakukan operasi
   pengadukan selama 2 menit. Setelah itu bahan tambahan berupa bawang merah,
   bawang putih dan cabai dikenakan operasi dan inspeksi berupa penggilingan
   menggunakan blender selama 3 menit 5 detik. Bahan tambahan tersebut bersama
   sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa dimasukkan kedalam minyak lalu
   dilakukan operasi dan inspeksi yaitu pengadukan selama 3 menit. Setelah itu
   bahan tambahan berupa ikan dikenakan inspeksi dan operasi penimbangan
   menggunakan timbangan selama 2 menit. Lalu ikan dikenakan inspeksi dan
   operasi pembersihan menggunakan baskom selama 15 menit. Ditambahkan
   minyak yang merupakan bahan tambahan kemudian dilakukan inspeksi dan
   operasi penggorengan ½ matang ikan selama 15 menit. Bahan tambahan ikan ½
   matang ditambahkan kedalam minyak dan dilakukan operasi pengadukan selama
                                                                                    35
3 menit. Selanjutnya dilakukan operasi dan inspeksi pemotongan ikan selama 28
   menit 20 detik. Ikan lombok hijau pun siap untuk disajikan.
F. Ca Kangkung
   Peta proses operasi ini diawali dengan operasi dan inspeksi pemanasan
   menggunakan wajan selama 1 menit 50 detik terhadap bahan utama yaitu minyak.
   Kemudian bahan tambahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai, dan tomat
   dikenakan operasi pemotongan pisau dengan waktu masing-masing 20 detik lalu
   ditambahkan kedalam wajan. Penambahan bahan tambahan tomat dan cabai yang
   sudah dipotong sebelumnya dengan operasi pemotongan selama 5 detik. Setelah
   itu dilakukan operasi dan inspeksi penumisan di wajan selama 1 menit 50 detik.
   Kemudian dilakukan penambahan kangkung yang telah dipotong dengan pisau
   melalui operasi dan inspeksi selama 10 detik serta telah dicuci di dalam ember
   melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Kemudian kangkung dimasukkan
   kedalam wajan melalui operasi selama 50 detik. Penumisan kembali dilakukan di
   dalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit.setelah itu ditambahkan
   bumbu penyedap instan ke dalam wajan. Lalu dilakukan penumisan terakhir
   didalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 6 detik. Ca kangkung
   pun siap untuk disajikan.
G. Es Jeruk
   Peta proses operasi ini diawali oleh pemotongan buah jeruk melalui operasi
   dengan menggunakan pisau selama 5 detik.. kemudian pemerasan manual
   dilakukan melalui operasi selama 1 menit. Lalu ditambahkan bahan tambahan
   berupa gula pasir dan air hangat. Kemudian dilakukan pengadukan manual
   terhadap campuran tersebut melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik. Bahan
   tambahan berupa es batu ditambahkan. Lalu pencampuran manual melalui operasi
   selama 30 detik. Es jeruk pun siap untuk disajikan.
H. Es Kelapa Muda
   Peta proses operasi ini diawali oleh pemilihan kelapa secara manual melalui
   operasi dan inspeksi selama 1 menit. Kemudian pemotongan terhadap kelapa
   muda secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 5 menit. Lalu penuangan
   air secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Bahan tambahan
                                                                                    36
berupa gula dimasukkan kedalam kelapa tersebut. Lalu dilakukan pengadukan
   manual melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik.kemudian langkah
   selanjutnya bahan berupa es ditambahkan kedalam kelapa dan diaduk kembali
   secara manual melalui operasi selama 30 detik dan kelapa muda pun siap untuk
   disajikan.
I. Lalapan
   Peta proses operasi ini diawali oleh operasi pencucian terhadap bahan utama
   berupa timun selama 30 detik. Operasi penirisan kemudian dilakukan selama 10
   detik menggunakan baskom, lalu operasi dan inspeksi pengupasan menggunakan
   pisau selama 10 menit. Bahan tambahan berupa kubis, tomat dan kemangi
   dikenakan operasi pencucian menggunakan baskom selama 30 detik. Operasi dan
   inspeksi penirisan dilakukan di baskom selama 10menit. Kemudian bahan
   tambahan tersebut ditambahkan dan dilakukan operasi inspeksi pemotongan
   mengunakan pisau selam 2 menit. Lalapan pun siap untuk disajikan.
J. Sambal
   Peta proses operasi ini diawali oleh operasi terhadap bahan utama yang berupa
   Lombok, pemotongan menggunakan pisau selama 30 detik. Kemudian bahan
   tambahan berupa bawang merah dikenakan operasi pemotongan menggunakan
   pisau selama 30 detik. Lalu bahan tambahan bawang merah dan kecap dikenakan
   operasi pencampuran selama 30 detik menggunakan sendok. sambal pun siap
   untuk disajikan.


2. Peta Aliran Bahan (PAP)
A. Pembuatan nasi
   Peta aliran bahan ini dimulai dengan pencucian beras selama 3 menit 3o detik
   melalui operasi dan inspeksi dengan jumlah 1,5 kg. lalu beras dipindahkan dari
   baskom ke panic selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 2 meter.
   Kemudian penanakan beras dilakukan selama 22 menit melalui operasi dan
   inspeksi dengan jarak 2 meter. Kemudian beras dipindahkan dari panic ke
   dandang selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah


                                                                                    37
selanjutnyaberas dikukus selama 15 menit melalui operasi dan inspeksi dengan
   jarak 0,5 meter. Nasi siap untuk disajikan ke tempat penyajian.
B. Ikan Goreng Tepung
   Peta aliran bahan ini dimulai dengan penimbangan ikan selama 3 menit 45 detik
   melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter dari tempat pelelangan ikan.
   Kemudian cakalang tersebut dipindahkan dari timbangan ke baskom selama 1
   menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah selanjutnya yaitu
   pencucian cakalang selama 2 menit 5 detik melalui operasi dan inspeksi dengan
   jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring selama 1 menit 25 detik melalui operasi
   dengan jarak 0,25 meter. Lalu ikan dibumbui dengan bawang putih, garam, royco
   dan sasa serta air selama 1 menit 48 detik melalui operasi dengan jarak 2 meter.
   Lalu ikan direndam dalam bumbu selama 2 menit 14 detik melalui operasi dengan
   jarak 0,5 meter. Lalu ikan yang direndam diangkut kedalam baskom yang berisi
   tepung selama 1 menit 30 detik melalui transportasi dengan jarak 6,25 meter.
   Kemudian ikan dilumuri tepung selama 3 menit 8 detik melalui operasi dengan
   jarak 0,5 meter. Lalu ikan digoreng selama 35 menit 16 detik melalui operasi dan
   inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring dari minyak selama 12
   menit 8 detik melalui operasi denagan jarak 0,5 meter. Ikan ditiriskan setelah
   diangkat dari wajan selama 25 detik melalui operasi dengan jarak 1 meter ,ikan
   yang diproses sebanyak 3 kg. Ikan goreng tepung pun siap untuk disajikan.
C. Ikan Goreng
   Peta aliran proses ini dimulai dengan penimbangan ikan sejumlah 1 kg selama 1
   menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi,kemudian ikan dipindahkan dari
   timbangan ketempat pembersihan selama 5 detik melalui transportasi dengan
   jarak 0,4 meter dari tempat awal. Lalu ikan dipotong potong selama 45 detik
   melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter,setelah itu ikan dicuci selama 1
   menit 9 detik melalui proses operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Lalu
   ikan dipindahkan dari stasiun kerja pembersihan ke pemasakan selama 10 detik
   mealui transportasi dengan jarak 0,8 meter, lalu ikan dimasukkan ke baskom yang
   berisi bumbu selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian
   ikan digoreng selama 11 menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak
                                                                                      38
0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu penirisan ikan selama 1 menit melalui
   operasi dengan jarak 2 meter. Ikan goreng pun siap untuk disajikan.
D. Ikan Bakar
   Peta aliran proses ini dimulai dengan memindahan ikan dari tempat ikan ketempat
   penimbangan selama 20 detik mealui proses transportasi dengan jarak 1 meter
   sejumlah 1 kg, kemudian ikan ditimbang selama 4 menit melalui operasi dan
   inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu ikan dipotong potong
   selama 2 menit 55 detik melalui operasi dan inspeksi           dengan jarak 0,5
   meter,setelah itu ikan dicuci selama 9 menit 10 detik melalui operasi dan inspeksi
   dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu pembumbuan terhadap ikan
   selama 3 menit 19 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter, lalu
   ikan dipindahkan ketempat pembakaran selama 3 menit 15 detik melalui
   transportasi dengan jarak 1 meter. Kemudian ikan dibakar dengan arang yang
   sudah dipanaskan selama 13 menit 57 detik melalui operasi dan inspeksi dengan
   jarak 0,5 meter. Ikan bakar pun siap disajikan.

E. Ikan Lombok Hijau
   Peta aliran proses ini dimulai dengan pemanasan minyak dengan proses yang
   dilakukan dengan operasi dan inspeksi dengan jarak 1 m dari panci dengan waktu
   1 menit 30 detik dengan alat berupa kompor dan wajan. Setelah itu bawang
   Bombay ditumis dengan operasi dan inspeksi dengan menggunakan alat berupa
   wajan dan spatula dengan waktu selama 2 menit. Lalu bahan berupa air
   ditambahkan ke dalam wajan tersebut dengan operasi dan inspeksi selama 2
   menit.. setelah itu minyak tersebut dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah
   dipersiapkan, bumbu-bumbu yang ditambahkan berupa cabai, bawang putih,
   bawang merah, sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa. Setelah itu ikan
   dicampurkan kedalam minyak goring yang berisi campuran bumbu selama 3
   menit dengan alat berupa wajan dan spatula dengan proses berupa operasi.
   Kemudian bahan bahan tersebut diaduk sampai matang selama 24 menit 40 detik
   sampai matang. Ikan Lombok Hijau pun siap untuk disajikan.
F. Ca kangkung

                                                                                  39
Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan kangkung dipotong selama 10
   menit melalui operasi dan inspeksi sejumlah 15 ikat. Kemudian kangkung
   dipindahkan ke ember dari tempat pemotongan selama 15 detik melalui proses
   transportasi dengan jarak 0,5 meter. Setelah itu kangkung dicuci selama 2 menit
   melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian kangkung
   dipindahkan dari ember ke wajan selama 15 detik dengan jarak 2 meter melalui
   transportasi. Kemudian kangkung dimasukkan dalam wajan yang telah terisi
   campuran bumbuselama 50 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.
   Kemudian kangkung ditumis bersamaan dengan campuran bumbu.selama 2 menit
   melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,25 meter. kemudian kangkung
   ditumis kembali dengan bumbu penyedap selama 2 menit 6 detik melalui operasi
   dan inspeksi. Ca kangkung pun siap disajikan.


G. Es jeruk
   Peta aliran proses ini dimulai dengan jeruk dipotong selama 5 detik melalui
   operasi dengan jarak 0,25 meter dari tempat pengambilan. Kemudian jeruk
   diperas secara manual selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.
   setelah itu air perasan jeruk diaduk yang sebelumnya ditambah air hangat dan gula
   selama ½ menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. lalu air
   dicampur dengan es batu selama ½ menit dengan jarak ½ meter dengan cara
   operasi, pada proses jeruk yang digunakan sebanyak 1 buah. Setelah proses ini
   berakhir maka es jeruk pun siap untuk disajikan.
H. Es kelapa muda
   Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan kelapa muda yang sudah dipilih
   secara manual dengan waktu 1 menit melalui operasi dan ispeksi dengan jarak 2
   meter. kemudian kelapa muda dibelah selama 5 menit melalui operasi dan
   inspeksi dengan jarak ½ meter. air kelapa diaduk dengan sebelumnya sudah
   ditambahkan gula selama 30 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½
   meter. kemudian air kelapa pun diaduk secara merata selama 30 detik melalui
   operasi dengan jarak ½ meter. air kelapa muda pun siap untuk disajikan.
I. Lalapan
                                                                                     40
Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan timun secara manual selama 30
   detik melalui operasi dengan jarak 1 meter. kemudian timun ditiriskan selama 10
   detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter. lalu timun dikupas
   dengan pisau selama 1 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter.
   tomat, kubis, kemangi disiapkan yang juga dipotong dengan pisau selama 30 detik
   dengan operasi dengan jarak 2 meter. tomat, kubis, kemangi dipotong dengan
   pisau yang sebelumnya dicuci selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi
   dengan jarak 2 meter. pada proses ini buah timun yang digunakan 2 buah dan
   buah lainnya berjumlah 1 buah. Setelah semua langkah telah selesai dilakukan
   lalapan pun siap untuk disajikan.
J. Sambal
   Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan cabai yang dilakukan dengan
   menggunakan pisau selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. cabai
   dicampur dengan bawang merah yang telah dipotong dan kecap selama 30 detik
   melalui operasi dengan jarak ½ meter. kemudian sambal pun siap untuk disajikan.


3. Diagram Aliran
A. Pembuatan Nasi
   Pada pembuatan nasi diagram alir dimulai dari tempat pencucian yang dilanjutkan
   menuju tempat penanakan yang berada di tempat pemasakan.
B. Ikan Goreng Tepung
   Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat
   penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat
   pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.
C. Ikan Goreng
   Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan
   ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat
   pembumbuan dan penggorengan yaitu di tempat pemasakan.

D. Ikan Bakar



                                                                                    41
Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan
   ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat
   pembumbuan dan kemudian pembakaran di tempat pemanggangan.
E. Ikan Lombok Hijau
   Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat
   penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat
   pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.
F. Ca Kangkung
   Pada pembuatan Ca kangkung ini diagram alir dimulai dari tempat pencucian
   yang diteruskan ke tempat pemasakan.
G. Es Jeruk
   Pada pembuatan Es Jeruk ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan dan
   terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.
H. Es Kelapa Muda
   Pada pembuatan Es kelapa muda ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan
   dan terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.
I. Lalapan
   Pada pembuatan lalapan ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan
   ke tempat pencampuran bahan.
J. Sambal
   Pada pembuatan sambal ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan
   ke tempat pencampuran bahan.



            Dari pengamatan yang kami lakukan dengan pedoman tata letak yang baik
   untuk aliran bahan di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, pola aliran
   sudah bagus dan terencana. Di sana sudah di tentukan area-area untuk produksi
   sehingga aliran bahan itu berjalan lancar dan terencana. Pola aliran bahan pun
   lurus hanya ada sedikit langkah balik dari transportasi pengolahan dari bahan
   mentah sampai bahan jadi.



                                                                                    42
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing area kerja
yang ada di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan:

   No                   Lokasi                    Kelebihan          Kekurangan
   1      Area penyiapan bahan               Fleksibel dan hanya   Tidak terdapat
                                             membutuhkan area      area khusus
                                             yang kecil            sehingga
                                                                   mengganggu
                                                                   aliran produksi.
   2      Tempat pencucian bahan baku        Letaknya dekat        Tidak terdapat
                                             dengan area           batas dengan
                                             produksi.             area produksi
   3      Tempat produksi                    Telah difungsikan     Aliran produksi
                                             dengan maksimal.      kurang rapi
   4      Dapur                              Difungsikan dengan    Kurang bersih
                                             maksimal              dan masih
                                                                   banyak yang
                                                                   harus dibenahi
   6      Ruang makan                        Sudah tertapa rapi    Kurang fleksibel
                                             dan nyaman            karena terpisah
                                                                   antar ruang
                                                                   makan
   7      Tempat pembakaran                  Dapat menampung       Kurang strategis
                                             banyak arang
   8      Tempat perabot                     Dapat menampung       kotor dan
                                             banyak perabot        kurang tertata
                                                                   rapi
   9      Area parkir karyawan               Luas dan memadai      Tidak strategis
                                                                   karena berada di
                                                                   dalam ruangan
   10     Kamar tidur                        Cukup luas dan        Kurang tertata

                                                                               43
strategis              rapi
11   Toilet        Sudah berada           Kurang bersih
                   diruang belakang       dan nyaman
                   sehingga tidak
                   mengganggu
                   pengunjung
12   Kolam         Bisa digunakan         Kecil dan
                   untuk tambahan         seharusnya
                   pasokan ikan           berada
                                          dibelakang
                                          rumah makan.
                                          Tidak terawat
13   Tempat ikan   Cukup       luas   dan Kurang       bersih
                   memadahi               dan higenis
14   Kasir         Simple dan cocok       Tidak ada
                   karena sudah berada    tempat khusus
                   di depan ruangan       buat kasir dan
                                          hanya digabung
                                          dengan etalase
                                          tempat ikan




                                                      44
BAB IV
                                     PENUTUP


    KESIMPULAN
   Setelah kami amati proses pembuatan makanan dan minuman pada Rumah Makan
    Putra Tunggal Sinar Harapan, kami dapat membuat Peta Proses Operasi, Peta
    Aliran Proses, dan Diagram Aliran untuk setiap menu masakan dan minuman.
   Dari hasil evaluasi tata letak rumah makan ini, kami simpulkan bahwa masih
    kurang efektif karena jarak perpindahan yang terlalu jauh sehingga memakan
    waktu saat proses pembuatan produk.
   Kelebihan tata letak rumah makan ini adalah sudah terorganisirnya tempat untuk
    masing-masing stasiun. Kekurangannya adalah stasiun pembakaran yang masih
    terlalu jauh dari stasiun penyajian sehingga perpindahan bahan menjadi terlalu
    jauh.




                                                                               45
DAFTAR PUSTAKA




Anonim 1. 2008. Strategi Tata Letak – Manajemen Operasi. Dalam
       http://agungpia.multiply.com/journal/item/42/Strategi_Tata_Letak_-
       _Manajemen_Operasi diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.13 WIB

Anonim 2. 2009. Strategi Tata Letak. Dalam http://one.indoskripsi.com/node/9267
       diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.27 WIB

Apple, J. M. 1983. Plant Layout and Material Handling, Third Edition. John Wiley &
       Sonc, Inc.

Burbidge, J.L. 1975. The Introduction of Group Technology. New York : John Wiley &
       Sons Inc.

Machfud dan Agung, Yudha. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.
       Bogor : IPB

Muther, R. 1944. Production Line Technique. New York : McGraw-Hill Book Co.

Sims, E.R. 1968. Planning and Managing Materials flow. Lancaster, Ohio : E.R. Sims
       Associates




                                                                                     46
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

           TEKNIK TATA CARA KERJA

                        ACARA 3

ROUTE SHEET DAN MULTI PRODUCT PROCESS CHART




                       Disusun Oleh:

   Bintang Elka           (10/296464/TP/09660)

   Yanis Rahmasari P      (10/297605/TP/09714)

   M. Roisul Akbar I      (10/297679/TP/09724)

   Moh. Hidayatullah      (10/305402/TP/09934)

              Asisten:RM Persia Manggala

      LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

  JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

      FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

          UNIVERSITAS GADJAH MADA

                   YOGYAKARTA

                           2012

                                                 47
BAB I

                              PENDAHULUAN

D. LATAR BELAKANG
         Industri saat ini selalu berorientasi untuk meraih keuntungan di awal
  pendiriannya. Apabila industri tidak dapat membdaapt balik modal aatu
  meraih keuntungan saat melakukan produksi, maka industri tersebut sudah
  pasti akan mengalami kerugian. Keuntungan industri tidak hanya dipengaruhi
  oleh seberapa besar harga nominal suatu barang ataupun seberapa banyak
  produk industri yang terjual dan dinikmati konsumen, namun dipengaruhi pula
  oleh faktor internal industri. Faktor internal tersebut antara lain efisiensi dan
  produktivitas pekerja. Peningkatan efisiensi dan produktivitas dapat dilakukan
  dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan penentuan
  jumlah mesin dan sumber daya manusia yang tepat sesuai dengan kebutuhan
  di dalam proses produksinya.

         Berdasarkan hal di atas, maka sudah sepatutnya dilakukan perhitungan
  dan suatu evaluasi tata letak yang tepat dan sesuai agar diperoleh hasil yang
  akurat. Perhitungan tersebut dapat menunjukkan kebutuhan mesin dan sumber
  daya manusia pada suatu industri yang tepat dibutuhkan. Namun, penentuan
  atau perhitungan ini perlu disesuaikan dengan keadaan riil industri yang
  bersangkutan karena setiap industri memiliki kapasitas produksi yang berbeda.
  Salah satu cara untuk melakukan perhitungan, serta melakuakn evaluasi tata
  letak adalah Route Sheet dan Multi Product Process Chart (MPPC). Route
  sheet dapat memberikan informasi mengenai banyaknya bahan yang terbuang
  (scrap) pada proses produksi tersebut serta menunjukkan kapasitas produksi
  dengan memperhatikan efisiensi mesin. Sedangkan MPPC dapat mengevaluasi
  tata etak berdasarkan jumlah mesin.

         Melalui perhitungan dan route sheet yang dikerjakan maka diharapkan
  sebuah industri tidak memiliki mesin dan pekerja yang terlalu banyak atau
  terlalu sedikit untuk menjalankan proses produksinya. Selain itu jumlah
                                                                                48
pekerja yang tepat juga memberikan kesempatan kepada pekerja untuk lebih
  berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya
  peningkatan efisiensi dan produktivitas terhadap fasilitas fisik yang berarti
  peningkatan profit atau keuntungan terhadap industri tersebut. Hal inilah yang
  menyebabkan perlunya diadakan praktikum “Route Sheet dan Multi Product
  Process Chart” dalam lingkup pembelajaran Teknologi Industri Pertanian
  sebagai bekal untuk bekerja kelak.


E. TUJUAN
         Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber
  daya manusia berdasarkan kapasitas riil industri.




                                                                                  49
BAB II
                              TINJAUAN PUSTAKA


       Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik atau industri
biasanya akan didasarkan pada aliran bahan (material) yang bergerak di antara
fasilitas-fasilitas produksi atau departemen tersebut. Fasilitas-fasilitas produksi
tersebut lalu akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan
pengelompokannya. Perlu diketahui pula bahwa permulaan (penerimaan) dari
pola aliran dan ujung (pengiriman) juga merupakan titik tempat bergabungnya
aliran internal ke dalam daur aliran sistem keseluruhan (Wignjosoebroto, 1996).
       Dalam merancang aliran bahan, hal yang sama pentingnya untuk
diperhatikan adalah mengenai rancang fasilitas perusahaan tersebut. Aliran barang
biasanya merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang
dengan cermat, serta tidak boleh dibiarkan tumubuh atau berkembang menjadi
satu pola lulu lintas yang membingungkan. Konsep di atas dapat diringkas
menjadi sebagai berikut (Apple, 1983) :
a. Suatu perencanaan efisien bagi aliran barang adalah prayarat bagi produksi
   yang ekonomis.
b. Pola aliran barang menajdi dasar bagi penyusunan fasilitas fisik yang efektif.
c. Pemindahan barang mengubah pola aliran ke dalam suatu kenyataan cergas,
   dan memberitahukan bagaimana cara barang dipindahkan.
d. Susunan fasilitas yang baik di sekitar pola alirang barang dapat menghasilkan
   pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara efisien.
e. Penyelesaian proses yang baik dapat meminimumkan biaya produksi.
f. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.
       Rancang fasilitas dan aliran barang yang baik dapat diwujudkan dengan
cara mengevaluasi rancang fasilitas dan aliran barang yang sudah ada. Salah satu
cara melakukan evaluasi ini adalah dengan menggunakan Route Sheet dan Multi
Product Process Chart. Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations
process chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan
perakitan dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-
                                                                                      50
spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.
Routing sheet adalah lebih terperinci daripada bagian perakitan karena
menunjukkan operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian
proses individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga
dengan berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses
operasi-operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih
lengkap tentang cara memproduksi suatu barang (Handoko, 2000).
       Untuk proses perancangan tata letak , routing sheet mempunyai sifat yang
mendasar .Pada dasarnya routing sheet dibuat sebagai hasil dari perancangan
suatu proses ,belum ditentukan bagaimana pengaturan letak mesin atau pusat kerja
atau depertemen bagian produksi .Data dan informasi yang berkenan dengan
proses atau operasi yang berlangsung tertuang rinci dalam routing sheet
(Purnomo, 2004).
       Sedangkan untuk keperluan perencanaan layout maka penggambaran
aliran atau urutan operasi kerja seperti yang dilaksanakan dalam “Operation
Layout” akan lebih baik kalau dimodifikasi dalam bentuk “Multi Part Process
Chart”. Dengan membuat Multi Part Process Chart maka akan bisa diperoleh
gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya
dirancang selain itu dapat diketahui pula jumlah mesin secara teoritis dan
aktualnya (Wignjosoebroto, 1996).
       Peta prose multi produk menunjukkan keterkaitan produksi antara bagian
suatu produk atau antar produk ,bahan dan akuivitas. Dengan membuat MPPC
maka akan diperoleh gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas
produksi yang seharusnya dirancang. Berdasarkan peta tersebut maka akan dapat
dipelajari dan dianalisa dua hal yang memeiliki pengaruh yang cukup signifikan
dalam perancangan layout antara lain aliran balik (back tracking) dan
pengelompokan pola aliran (flow pattern) (Burbidge, 1975).

       Multi Product Process Chart adalah suatu diagram yang menunjukkan
urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi (Apple,
1990). Multi Product Process Chart termasuk dalam peta untuk menganalisis dan

                                                                                 51
merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah berdiri maupun bagi
perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta proses operasi (Anonim 1,
2008).

         Multi Product Process Chart berguna untuk menunjukkan keterkaitan
produksi antara komponen produk atau antar produk mandiri, bahan, bagian,
pekerjaan, atau kegiatan. Peta ini terutama berguna untuk membantu operasi job-
shop. Informasi yang dapat diperoleh adalah jumlah mesin yang dibutuhkan.
Untuk menggambarkan peta ini dengan baik, berikut petunjuk-petunjuk
pembuatan peta MPPC (Anonim 2, 2009) :

1. Menuruni sisi kertas, tulis daftar departemen atau bagian, kegiatan, proses dan
   mesin yang harus dilalui komponen. Pengurutan dilakukan dari atas kebawah.
2. Sepanjang baris atas dituliskan komponen yang sedang dikaji.
3. Pencatatan operasi pada tiap komponen/produk berhadapan dengan nama
   departemen/ proses/ mesin yang sesuai dengan lingkaran yang berisikan
   nomor operasi dari peta proses operasi.
4. Hubungan lingkaran menurut urutannya, walaupun mungkin saja terjadi garis
   balik.
5. Menjumlahkan nilai jumlah teoritis untuk setiap proses dan dicatat pada kotak
   paling kanan untuk setiap baris.
6. Merupakan pengkajian peta yang bertujuan untuk penyusunan ulang yang
   disebabkan oleh langkah balik., kesamaan pola aliran yang menunjukkan
   kebutuhan akan proses yang sama pada wilayah yang sama, waktu yang sama
   dan sebagainya. Penyusunan ulang akan menghasilkan pola aliran yang
   efisien. Pembuatan MPPC sangat bergantung oleh Routing Sheet




                                                                               52
BAB III

                        HASIL DAN PEMBAHASAN




  A. HASIL



  1.ROUTE SHEET

 ROUTE SH


                                                         Cakalang Goreng

                                                           Jml
                                                         disiapka
  No          Nama                    Kap.aktua                     Jumlah
                           Alat                    Eff      n
Operasi       Operasi                 l (Mnt/kg)                     Alat
                                                         (Kg/hari
                                                            )

                         Timbanga
 O-1                                    1,716
          Penimbangan       n                      1       10       0,00715

                                                                    0,00312
 O-2                                     0,75
          Pemotongan      Pisau                    1       10         5

 O-3      Pencucian      Baskom          1,15      1       10       0,0048

          Pembumbua
 O-4                                      1
          n              Baskom                    1       10       0,00416

          Penggorenga
 O-5                                    1,175
          n               Wajan                    1       10       0,0049

 O-6      Penirisan      Saringan         1        1       10       0,00416


                                                                            53
Ca
                                                 kangkun
                                                 g

 No                                                   Jml
            Nama              Kap.aktua                      Jumlah
Operas                Alat                 Eff   disiapkan
           Operasi            l (Mnt/kg)                      Alat
  i                                              (Kg/hari)

 O-1     Pemanasan    Wajan      3,6       1          0,5    0,0072

 O-2     Pemotongan   Pisau      0,6       1          0,5    0,0012

 O-3     Pemotongan   Pisau      0,6       1          0,5    0,0012

 O-4     Pemotongan   Pisau     0,16       1          0,5    0,00032

 O-5     Pemotongan   Pisau     0,16       1          0,5    0,00032

 O-6     Penumisan    Wajan      3,6       1          0,5    0,0072

 O-7     Pemotongan   Pisau     0,32       1          0,5    0,00064

 O-8     Pencucian    Ember     0,06       1          0,5    0,00012

 O-9     Penumisan    Wajan     0,06       1          0,5    0,00012

O-10     Penumisan    Wajan      4,2       1          0,5    0,0084




                                                 Tuna Lombok
                                                 Hijau


            Nama              Kap.aktua               Jml    Jumlah
 No                    Alat                Eff
           Operasi            l (Mnt/kg)         disiapka     Alat
Operas
                                                       n

                                                                  54
i                                                    (Kg/hari)

 O-1     Pemanasan       Wajan         0,3       1         5       0,00625

 O-2     Penumisan       Wajan         0,4       1         5       0,0083

 O-3     Perebusan       Wajan         0,4       1         5       0,0083

 O-4     Penggilingan    Blender     0,616       1         5       0,0128

 O-5     Pengadukan      Wajan         0,6       1         5       0,0125

 O-6     Penimbangan    Timbangan      0,4       1         5       0,0083

 O-7     Pembersihan     Baskom       0,05       1         5       0,0001

         Penggorenga
 O-8
         n               Wajan        0,05       1         5       0,0001

 O-9     Pengadukan      Wajan         0,6       1         5       0,0125

O-10     pematangan      Wajan        5,66       1         5        0,118




                                                       Pembuatan Sambal

                                                         Jml
 No
             Nama                   Kap.aktua          disiapka    Jumlah
Operas                    Alat                   Eff
             Operasi                l (Mnt/kg)            n         Alat
  i
                                                       (Kg/hari)

 O-1     Pemotongan       Pisau        0,5       1        1         0,002

 O-2     Pemotongan       Pisau        0,5       1        1         0,002

         Pencampura
 O-3
         n               Sendok        0,5       1        1         0,002


                                                                           55
Lalapan

 No                                                  Jml
             Nama               Kap.aktual                     Jumlah
Operas                  Alat                 Eff   disiapkan
             Operasi            (Mnt/kg)                        Alat
  i                                                (Kg/hari)

 O-1     Pencucian     Manual      0,5       1        4        0,0083

 O-2     Penirisan     Baskom      10        1        4        0,167

 O-3     Pengupasan     Pisau       1        1        4        0,0167

 O-4     Pencucian     Baskom      0,5       1        4        0,0083

 O-5     Penirisan     Baskom      10        1        4        0,167

 O-6     Pemotongan     Pisau       2        1        4        0,033




                                                   Es Jeruk

                                                     Jml
 No
             Nama               Kap.aktual         disiapka    Jumlah
Operas                  Alat                 Eff
             Operasi             (Mnt/kg)              n        Alat
  i
                                                   (Kg/hari)

 O-1     Pemotongan     Pisau      0.08       1        2       0,0006

 O-2     Pemerasan     Manual       1         1        2       0,008

 O-3     Pengadukan    Manual       0,5       1        2       0,004

         Pencampura
 O-4
         n             Manual       0,5       1        2       0,004



                                                                       56
Cakalang Goreng
                                                       Tepung

                                                          Jml
 No
             Nama                   Kap.aktua          disiapka    Jumlah
Operas                     Alat                  Eff
             Operasi                l (Mnt/kg)             n        Alat
  i
                                                       (Kg/hari)

 O-1     Penimbangan    Timbangan     1,25       1         6       0,0313

 O-2     Pencucian       Baskom       0,69       1         6       0,0173

 O-3     Penyaringan    Saringan      0,47       1         6       0,0118

 O-4     Penimbangan    Timbangan     0,67       1         6       0,0168

 O-5     Penggilingan    Gilingan      0,4       1         6        0,01

 O-6     Pembumbuan      Baskom        0,6       1         6       0,015

         Perendaman
 O-7
         Bumbu           Baskom       0,78       1         6       0,0195

         Pemberian
 O-8
         Tepung          Baskom       1,04       1         6       0,026

         Penggorenga
 O-9
         n                Wajan       11,76      1         6       0,294

O-10     Penyaringan    Saringan      4,04       1         6       0,101

O-11     Penirisan      Tempayak      0,14       1         6       0,0035




                                                       Cakalang Bakar




                                                                           57
Jml
  No
               Nama                   Kap.aktua                 disiapka    Jumlah
Operas                     Alat                        Eff
              Operasi                 l (Mnt/kg)                      n        Alat
   i
                                                                (Kg/hari)

          Penimbanga
 O-1
          n             Timbangan        4,32            1            4       0,072

 O-2      Pemotongan      Pisau          2,92            1            4       0,049

 O-3      Pencucian      Baskom          9,17            1            4       0,153

          Pembumbua
 O-4
          n              Baskom          3,42            1            4       0,057

 O-5      Pemanasan      Tungku          5,25            1            4       0,087

                        Pemanggan
 O-6
          Pembakaran        g           13,95            1            4       0,232




                                                             Pemasakan Nasi

                                                                Jml
  No          Nama                  Kap.aktual                              Jumlah
                         Alat                      Eff       disiapkan
Operasi       Operasi               (Mnt/kg)                                  Alat
                                                             (Kg/hari)

 O-1      Pencucian     Baskom        2,33         1            1,5         0,0146

 O-2      Penanakan      Panci        14,67        1            1,5         0,092

 O-3      Pengukusan    Dandang        10          1            1,5         0,0625




                                                             Es Kelapa Muda


                                                                                      58
No                                                    Jml
               Nama               Kap.aktual                     Jumlah
Operas                    Alat                 Eff   disiapkan
               Operasi            (Mnt/kg)                        Alat
  i                                                  (Kg/hari)

 O-1     Pemilihan       Manual       1        1        3        0,0125

 O-2     Pemotongan      Golok        5        1        3        0,0625

         Penuangan
 O-3
         air             Manual       2        1        3         0,025

 O-4     Pengadukan      Sendok      0,5       1        3        0,00625

 O-5     Pengadukan      Sendok      0,5       1        3        0,00625




                                                                          59
2.MPPC




         60
B. PEMBAHASAN
       Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan acara 3 ini membahas
tentang Route Sheet dan Multi Product Process chart. Praktikum ini bertujuan
agar praktikan dapat melakukan perhitungan akan kebutuhan mesin dan
sumberdaya manusia berdasar kapasitas riil industri sehingga tidak ada
pemborosan atau kekurangan tenaga kerja maupun mesin.
       Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations process
chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan perakitan
dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-
spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.
Routing sheet lebih terperinci daripada bagian perakitan karena menunjukkan
operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian proses
individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga dengan
berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses operasi-
operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap
tentang cara memproduksi suatu barang.
       Sedangkan MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu
diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing
komponen yang akan diproduksi. MPPC termasuk dalam peta untuk
menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah
berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta
proses operasi
       Dalam pembuatan Route Sheet terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil data yang
diperlukan. Data tersebut dapat diambil dari Peta Proses Operasi yang telah
dibuat sebelumnya pada acara 2 yaitu berupa jumlah bahan dan produk yang
diharapkan, waktu yang ditempuh untuk melakukan suatu operasi dan
jumlah scrap yang timbul dari setiap operasi yang dinyatakan dalam persen
atas jumlah keseluruhan bahan atau produk. Alasan data diambil dari PPO
karena PPO merupakan peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah
proses yang akan dialami oleh bahan baku berupa urutan kegiatan operasi dan
                                                                              61
inspeksi sejak bahan mentah hingga menjadi produk yang memuat informasi
mengenai waktu proses, bahan yang digunakan, mesin/stasiun kerja yang
melakukan kegiatan operasi, serta waktu dan kondisi operasi.
        Langkah kedua adalah menentukan nomor operasi, nama operasi,
mesin/stasiun kerja yang melakukan kegiatan operasi waktu proses/waktu
baku dari masing-masing operasi, serta jumlah yang diharapkan tiap operasi.
Nomor dan nama operasi diurutkan dari nomor operasi paling pertama,
sedangkan maksud dari stasiun kerja atau mesin adalah bagaimana operasi itu
dilakukan oleh pekerja. Operasi dapat dilakukan dengan bnatuan mesin atau
alat sehingga pekerja dapat meninggalkan operasi itu untuk melakukan operasi
lainnya atau pekerja dapat melakukannya secara manual. Pekerjaan yang
dilakukan secara manual disebut dengan stasiun kerja dalam Route Sheet.
        Langkah ketiga adalah menentukan kapasitas aktual dari masing-
masing operasi dengan cara menghitung waktu proses per berat (gram) bahan.
        Langkah ke empat adalah menghitung efisiensi mesin / pekerja dari
masing-masing operasi dengan menggunakan rumus:


        Ei =                                        atau


        Ei  1 -
                   down time  set up time tiap periode
                     waktu optimal kerja tiap periode
        Dalam perhitungan ini, praktikan menggunakan rumus efisiensi yang
pertama. Perhitungan ini digunakan untuk menghitung efisiensi mesin/pekerja
dari operasi yang menggunakan mesin, bukan operasi yang dilakukan secara
manual. Hal ini dikarenakan efisiensi operasi yang dilakukan secara manual
atau disebut dengan stasiun kerja adalah 100 %.
        Langkah ke lima adalah menghitung jumlah yang siapkan yaitu dengan
menentukan jumlah kilogram tiap bahan dibagi dengan jumlah pesanan per
hari.
        Langkah ke delapan adalah menghitung jumlah mesin. Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan rumus:

                                                                              62
Ni =

       Hasil perhitungan tersebut inilah yang selanjutnya akan digunakan
dalam pembuatan MPPC untuk mendapatkan jumlah mesin yang dibutuhkan
secara teoritis maupun aktual.

       MPPC merupakan kelanjutan dari Route Sheet, yaitu berisi urutan
proses yang dialami oleh tiap bahan. MPPC          menunjukkan keterkaitan
produksi, bahan, atau kegiatan. Dengan dibuatnya peta proses multi produk ini
dapat ditentukan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi.
Apabila dalam suatu proses tidak menggunakan mesin atau dengan kata lain
operasi dilakukan secara manual,       maka data akhirnya berupa jumlah
kebutuhan tenaga kerja untuk proses operasi manual tersebut. Selain itu pada
MPPC juga terdapat jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis dan aktual
pada tiap stasiun kerja, untuk stasiun kerja yang tidak membutuhkan mesin
maka nilai tersebut adalah jumlah pekerja atau operator yang dibutuhkan.

       MPPC dibuat dengan cara membuat suatu tabel dengan menggunakan
software autocad atau VCO, di mana pada baris atas tercantum seluruh bahan
baku yang digunakan, serta jumlah mesin, baik secara teoritis maupun aktual.
Sedangkan pada bagian kiri tercantum nama operasi urut dari operasi yang
pertama. Selanjutnya data-data jumlah mesin yang diperoleh dari hasil
perhitungan pada Route Sheet dipindahkan ke MPPC. Operasi tiap bahan yang
telah dilingkari dan telah tercantum jumlah mesin secara teoritis di atasnya,
disambungkan antar lingkaran dengan anak panah.

       Untuk hasil perhitungan, sama dengan nilai jumlah mesin yang
dibutuhkan secara teoritis pada Route Sheet, nilai mesin yang dibutuhkan pada
jumlah mesin secara aktual MPPC masih berbentuk pecahan sehingga
dilakukan pembulatan ke atas. Alasan dilakukan pembulatan ke atas, selain
agar target produksi dapat tercapai adalah karena dengan pembulatan kebawah
target produksi sulit direncanakan. Selain itu, jika dilakukan pembulatan ke
bawah maka seluruh stasiun kerja tidak memiliki mesin dan operatornya.
                                                                           63
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix
Final print all fix

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)
Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)
Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)Eko Supriyadi
 
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALIlaporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALISyaifa Altari
 
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahan
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahanJurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahan
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahanBrawijaya University
 
Laporan praktikum sistem produksi
Laporan praktikum sistem produksiLaporan praktikum sistem produksi
Laporan praktikum sistem produksiRohmad_ Putra
 
Panduan FYP Adtec Shah Alam
Panduan FYP Adtec Shah AlamPanduan FYP Adtec Shah Alam
Panduan FYP Adtec Shah AlamKota Kinabalu
 
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesinAgus Witono
 
Makalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik IndustriMakalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik IndustriYoga Firmansyah
 
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...Uofa_Unsada
 
Report
ReportReport
ReportANIARI
 

Was ist angesagt? (14)

Bab i bab iii 2003
Bab i bab iii 2003Bab i bab iii 2003
Bab i bab iii 2003
 
Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)
Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)
Logam mesin machine and process operation 7.18 a, v1 rev (8)
 
Laporan Pkl wika beton byl.
Laporan Pkl wika beton byl.Laporan Pkl wika beton byl.
Laporan Pkl wika beton byl.
 
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALIlaporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
laporan prektek kerja nyata di PT WIJAYA KARYA BOYOLALI
 
Isi mamin
Isi maminIsi mamin
Isi mamin
 
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahan
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahanJurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahan
Jurnal 3-analsis-aspek-ergonomi-pekerja-bagian-sortasi-akhir-pada-pengolahan
 
Laporan praktikum sistem produksi
Laporan praktikum sistem produksiLaporan praktikum sistem produksi
Laporan praktikum sistem produksi
 
MAINTENANCE
MAINTENANCEMAINTENANCE
MAINTENANCE
 
Panduan FYP Adtec Shah Alam
Panduan FYP Adtec Shah AlamPanduan FYP Adtec Shah Alam
Panduan FYP Adtec Shah Alam
 
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
 
Makalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik IndustriMakalah method engineering Teknik Industri
Makalah method engineering Teknik Industri
 
Pengurusan bengkel
Pengurusan bengkelPengurusan bengkel
Pengurusan bengkel
 
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
 
Report
ReportReport
Report
 

Andere mochten auch

Metalurgi serbuk
Metalurgi serbukMetalurgi serbuk
Metalurgi serbukIlham Fahmi
 
Draft peraturan menteri kesehatan ri
Draft peraturan menteri kesehatan riDraft peraturan menteri kesehatan ri
Draft peraturan menteri kesehatan riZack Bjm
 
Contoh desain tata ruang lab kimia
Contoh desain tata ruang lab kimiaContoh desain tata ruang lab kimia
Contoh desain tata ruang lab kimiaNakashima Taiki
 
Rancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMARancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMAyunita97544748
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatErsa Yuliza
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbukMega Audina
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan12luthfi
 
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...Agus Supriyanto
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamAhmad Faozi
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGWelly Febrianto
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)Try Martanto
 
1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)Putu Adi Susanta
 
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...SlideShare
 

Andere mochten auch (19)

Metalurgi serbuk
Metalurgi serbukMetalurgi serbuk
Metalurgi serbuk
 
contoh denah perusahaan
contoh denah perusahaancontoh denah perusahaan
contoh denah perusahaan
 
Draft peraturan menteri kesehatan ri
Draft peraturan menteri kesehatan riDraft peraturan menteri kesehatan ri
Draft peraturan menteri kesehatan ri
 
Contoh desain tata ruang lab kimia
Contoh desain tata ruang lab kimiaContoh desain tata ruang lab kimia
Contoh desain tata ruang lab kimia
 
Pengantar teknik industri, modul 3
Pengantar teknik industri,  modul 3Pengantar teknik industri,  modul 3
Pengantar teknik industri, modul 3
 
Pengantar teknik industri modul 4
Pengantar teknik industri modul 4Pengantar teknik industri modul 4
Pengantar teknik industri modul 4
 
Pengantar teknik industri, modul 2
Pengantar teknik industri,  modul 2 Pengantar teknik industri,  modul 2
Pengantar teknik industri, modul 2
 
Rancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMARancangan Laboratorium Kimia SMA
Rancangan Laboratorium Kimia SMA
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan
 
indeks miller
indeks millerindeks miller
indeks miller
 
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...
Perancangan Pabrik Sorbitol Kapasitas 130000 ton/tahun dengan Hidrogenasi Kat...
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan Logam
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
 
Rev. material teknik
Rev. material teknikRev. material teknik
Rev. material teknik
 
1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)
 
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...
A Guide to SlideShare Analytics - Excerpts from Hubspot's Step by Step Guide ...
 

Ähnlich wie Final print all fix

Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranDewi Izza
 
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Arismon Saputra
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...Mercu Buana University
 
tata rias kecantikan.pdf
tata rias kecantikan.pdftata rias kecantikan.pdf
tata rias kecantikan.pdfThreRhHy
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Shofi Asriani
 
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...Deja Lewis
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...dian haryanto
 
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)Mulyo Puji Hadi
 
Laporan kegiatan praktek kerja industri
Laporan kegiatan praktek kerja industriLaporan kegiatan praktek kerja industri
Laporan kegiatan praktek kerja industriHamka Cadaz
 
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesinFarras Japstyle
 
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docx
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docxMakalah Farmasi Industri Kelompok11.docx
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docxsitirisdah
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantanaAndry Swantana
 
1. Konsep dasar design pabrik660.pptx
1. Konsep dasar design pabrik660.pptx1. Konsep dasar design pabrik660.pptx
1. Konsep dasar design pabrik660.pptxNumanSafwatulloh
 
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docx
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docxBuku Materi D.35EBT15.005.1.docx
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docxAliceKuhurima1
 
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”sigitsetiawan25
 

Ähnlich wie Final print all fix (20)

Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1Laporan Pratikum Proses Produksi 1
Laporan Pratikum Proses Produksi 1
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
 
tata rias kecantikan.pdf
tata rias kecantikan.pdftata rias kecantikan.pdf
tata rias kecantikan.pdf
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
 
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...
APLIKASI METODE GROUP TECHNOLOGY DALAM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS USULA...
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan
LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaanLAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan
LAPORAN KERJA PRAKTEK perusahaan
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
 
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)
Teknisi pemeliharaan otomasi elektronika industri (otomasi industry 4.0)
 
Laporan kegiatan praktek kerja industri
Laporan kegiatan praktek kerja industriLaporan kegiatan praktek kerja industri
Laporan kegiatan praktek kerja industri
 
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
2c handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin
 
Modul stat2
Modul stat2Modul stat2
Modul stat2
 
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docx
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docxMakalah Farmasi Industri Kelompok11.docx
Makalah Farmasi Industri Kelompok11.docx
 
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRIPRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
 
Tugas bunda ernias
Tugas bunda erniasTugas bunda ernias
Tugas bunda ernias
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantana
 
1. Konsep dasar design pabrik660.pptx
1. Konsep dasar design pabrik660.pptx1. Konsep dasar design pabrik660.pptx
1. Konsep dasar design pabrik660.pptx
 
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docx
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docxBuku Materi D.35EBT15.005.1.docx
Buku Materi D.35EBT15.005.1.docx
 
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)”
 

Final print all fix

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN Disusun oleh : Bintang Elka (10/296464/TP/09660) Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714) M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724) Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934) Asisten: RM Persia manggala LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 1
  • 2. DAFTAR ISI ACARA 1 BAB I : PENDAHULUAN.................................................6 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................8 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................12 BAB IV: PENUTUP ...........................................................22 DAFTAR PUSTAKA..........................................................23 ACARA 2 BAB I : PENDAHULUAN...............................................25 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................27 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................31 BAB IV: PENUTUP ..........................................................46 DAFTAR PUSTAKA.........................................................47 ACARA 3 BAB I : PENDAHULUAN...............................................49 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................51 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................54 BAB IV: PENUTUP ...........................................................66 DAFTAR PUSTAKA..........................................................67 ACARA 4 BAB I : PENDAHULUAN...............................................69 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................71 2
  • 3. BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................74 BAB IV: PENUTUP ...........................................................88 DAFTAR PUSTAKA..........................................................89 ACARA 5 BAB I : PENDAHULUAN...............................................91 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................93 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................96 BAB IV: PENUTUP ...........................................................105 DAFTAR PUSTAKA..........................................................106 ACARA 6 BAB I : PENDAHULUAN...............................................108 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................110 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................115 BAB IV: PENUTUP ...........................................................121 DAFTAR PUSTAKA..........................................................122 ACARA 7 BAB I : PENDAHULUAN...............................................124 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................126 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................131 BAB IV: PENUTUP ...........................................................141 DAFTAR PUSTAKA..........................................................142 ACARA 8 3
  • 4. BAB I : PENDAHULUAN...............................................144 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................146 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................150 BAB IV: PENUTUP ...........................................................155 DAFTAR PUSTAKA..........................................................156 ACARA 9 BAB I : PENDAHULUAN...............................................158 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................159 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN..........................162 BAB IV: PENUTUP ..........................................................169 DAFTAR PUSTAKA.........................................................170 ACARA 10 BAB I : PENDAHULUAN...............................................172 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................174 BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................177 BAB IV: PENUTUP ...........................................................183 DAFTAR PUSTAKA..........................................................184 LAMPIRAN...................................................................................185 4
  • 5. LAPORAN PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA 1 DENAH TATA LETAK AWAL DAN DESKRIPSI PERUSAHAAN Disusun oleh : Bintang Elka (10/296464/TP/09660) Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714) M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724) Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934) Asisten: RM Persia manggala LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 5
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu perusahaan mendapat untung yang sebesar-besarnya merupakan tujuan utama dilakukannya suatu produksi. Oleh karena itu untuk dapat mencapainya, suatu perusahaan harus dapat melalukan produksinya dengan efisien. Efisiennya suatu produksi tergantung dari banyak faktor, seperti bagaimana sistem kerja di perusahaan tersebut. Salah satu hal yang mempengaruhi keefisienan kerja di suatu perusahaan adalah tata letak ruang produksi perusahaan tersebut. Tata letak merupakan suatu teknik penempatan area alat-alat produksi atau proses produksi sesuai dengan aliran kerja. Tata letak yang baik dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan tata letak yang baik, terdapat keefisienan waktu dam kerja sehingga menyebabkan pekerja produksi tidak terlalu kelelahan saat bekerja. Stamina pekerja yang baik dapat membuat kerja menjadi lebih efektif karena hal tersebut dapat meminimalkan allowance time. Ilmu tata letak merupakan suatu hal yang penting untuk dikuasai oleh lulusan Teknologi Industri Pertanian, maka ilmu tata letak diajarkan di pembelajaran mata kuliah dan praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan jurusan Teknologi Industri Pertanian. Hal ini dikarenakan lulusan TIP yang akan bekerja di perusahaan pasti akan berhubungan dengan tata letak dan penanganan bahan di suatu industri. Selain itu, untuk dapat menentukan tata letak yang baik dalam suatu industri, maka sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui deskripsi dari perusahaan. 6
  • 7. B. TUJUAN PRAKTIKUM 1.Praktikan dapat menggambar tata letak awal suatu industri 2.Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai kondisi umum industri yang digunakan sebagai obyek kajian 7
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak pabrik dan menangani pemindahan bahan. Tata letak yang baik selalu melibatkan tata cara pemindahan bahan di pabrik sehingga kemudian disebut tata letak dan pemindahan bahan (Machfud dan Agung, 1990). Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan. Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat perencanaan tata letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak yang tidak berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Bila ditinjau secara umum, tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman dan nyaman sehingga akan dapat meningkatkan moral kerja yang baik dari operator (Anonim 1, 2009). Desain tata letak pabrik melibatkan penentuan besarnya ruang kerja (floor space) yang dibutuhkan untuk meletakkan tiap – tiap komponen produksi, yaitu para pekerja, peralatan, bahan mentah dan inventaris serta menata dan mengatur berbagai aktivitas produksi guna menjamin terciptanya kelancaran, keamanan dan efisiensi operasional (Wright, 2005). Adapun pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan manfaat dalam sistem produksi, antara lain : 1. Menaikkan output produksi 2. Mengurangi waktu tunggu 8
  • 9. 3. Mengurangi proses pemindahan bahan 4. Penghematan penggunaan area (produksi, gudang, service, dsb) 5. Peningkatan pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi 6. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran 7. Termanfaatkannya tenaga kerja dan ruang secara efektif 8. Memperbaiki moral dan kepuasaan kerja 9. Memberikan kemudahan perawatan fasilitas dan kebersihan 10. dan lain-lain Pengaturan tata letak tersebut pada dasarnya dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi biaya operasi, dapat diperoleh harga produk yang rendah, sehingga mampu bersaing di pasar bebas (Anonim 2, 2009). Secara singkat langkah-langkah untuk merencanakan tata letak pabrik adalah sebagai berikut : 1. Analisa produk yaitu aktivitas untuk menganalisa macam dan jumlah produk yang harus dibuat. 2. Analisa proses adalah langkah untuk menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produk.komponen. 3. Analisa macam dan jumlah mesin / peralatan serta luas area yang dibutuhkan. Aliran barang biasanya merupakan hal pokok dalam fasilitas produksi sehingga harus dirancang dengan cermat dan terstruktur. Enam prinsip dasar tata letak menurut Apple (1990) yaitu : 1. Integrasi keseluruhan dari semua factor yang mempengaruhi proses produksi. Tata letak pabrik harus meliputi integrasi dari semua fasilitas menjadi satu unit operasi. Tata letak pabrik dapat mendukung proses manufaktur sehingga dapat berjalan baik. 2. Perpindahan jarak seminimum mungkin. 9
  • 10. Setiap proses industri mencakup beberapa pergerakan material yang tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan. Spesialisasi dari pekerja dan mesin merupakan inti dari efisiensi produksi. Pergerakan material dapat diminimumkan dengan cara mengurangi jarak perpindahannya. Hal ini berarti mencoba menempatkan operasi berikutnya berdekatan dengan operasi sebelumnya sehingga dapat menghilangkan transportasi diantara operasi tersebut. 3. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik Tipe aliran ini merupakan tipe aliran yang konstan menuju proses produksi akhir dengan gangguan dan kemacetan minimum. 4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien Pada dasarnya layout merupakan pengaturan ruangan yang mencakup pekerja, material, mesin dan aktivitas pendukung yang ada di dalamnya. 5. Kepuasan kerja dan keamanan dari pekerja Kepuasan pekerja dapat diberikan dengan adanya jaminan keselamatan kerja sehingga dapat mencegah adanya kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi. Keamanan kerja dapat meliputi adanya penempatan mesin– mesin dan peralatan secara tepat. 6. Pengaturan tata letak harus culup fleksibel. Pengaturan tata letak sebuah pabrik bila diatur secara tepat akan dapat mengurangi biaya–biaya tidak langsung. Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Tata letak fasilitas merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dans sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak atau total biaya perpindahan bahan. Dalam merancang tata letak fasilitas manufaktur atau tata letak pabrik, maka unsur-unsur fisik yang perlu diperhatikan adalah mesin, peralatan, operator dan mateial. Umumnya, fungsi tujuannya adalah total biaya 10
  • 11. perpindahan yang minimum. Hal ini dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan peralatan sedemikian sehingga jaraknya tidak jauh tanpa melanggar kaidah-kaidah ergonomis. Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks sehingga membutuhkan pendekatan multi disiplin (Francis and White, 1974). Pengaturan fasilitas pabrik memegang peranan penting dalam kelancaran proses produksi, sehingga akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman dan nyaman. Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi langsung dari kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangani secara bijaksana, sehingga akan menghasilkan output yang optimal. Tata letak pabrik berhubungan dengan perencanaan dan pengaturan tata letak mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja (Tompkins, 1992). Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan tata letak dikelompokkan menjadi 8, yaitu (Muther, 1955) : 1. Faktor material, antara lain desain, jenis, jumlah, kebutahn operasi dan alirannya. 2. Faktor mesin, antara lain peralatan, perlengkapan produksi dan utilitasnya. 3. Faktor manusia, antara lain pengawasan dan pemberian bantuan sebagai pekerja langsung. 4. Faktor perpindahan, antara lain pengangkutan antar dan interdepartemen, penanganan berbagai operasi, penyimpanan dan inspeksi. 5. Faktor menunggu, antara lain penyimpanan secara permanen, sementara dan delay. 6. Faktor pelayanan, antara lain perawatan, inspeksi, limbah, dan penjadwalan. 7. Faktor gedung, antara lain bagian – bagian di dalam dan di luar gedung, pembagian perlengkapan dab peralatan. 11
  • 12. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. DENAH TATA LETAK AWAL 12
  • 13. 2. LEGENDA P= 120 cm J. ETALASE DAPUR 1 A. MEJA L= 50 cm MAKAN (4 BUAH) P= 102 cm T= 70 cm P= 121 cm L= 46 cm F. ETALASE L= 57 cm WARUNG 4 T= 162 cm T= 36 cm P= 135 cm K. ETALASE DAPUR 2 B. WASTAFEL L= 50 cm (2 BUAH) P= 150 cm T= 160 cm P= 50 cm L= 55 cm G. = ETALASE L= 38 cm WARUNG 5 T= 170 cm T= 68 cm P= 130 cm L. MEJA KOMPOR 1 C. ETALASE L= 55 cm WARUNG P= 100 cm T= 175 cm P= 102 cm L= 50 cm H. KURSI L= 46 cm (TEMPAT DUDUK) T= 63 cm T= 162 cm P= 200 cm M. MEJA KOMPOR 2 D. ETALASE L= 56 cm WARUNG 2 P= 120 cm T= 58 cm P= 150 cm L= 50 cm I. KURSI 2 L= 55 cm T= 63 cm P= 200 cm T= 170 cm N. ETALASE L= 56 cm DAPUR 3 E. ETALASE T= 58 cm WARUNG 3 P= 120 cm 13
  • 14. L= 50 cm P= 134 cm P= 52 cm T= 70 cm L= 65 cm L= 38 cm O. KURSI T= 152 cm Y. TEMPAT TIDUR P= 144 cm T. MEJA KOMPOR P= 200 cm L= 55 cm P= 100 cm L= 150 cm T= 53 cm L= 50 cm T= 63 cm P. RAK PIRING BERSIH T= 63 cm Z. SUMUR P= 134 cm U. MEJA D= 94 cm L= 65 cm P= 146 cm T= 40 cm T= 152 cm L= 71 cm AB. MEJA TEMPAT Q. TEMPAT T= 69 cm PEMBUATAN CUCI V. KOMPOR MINUMAN P= 151 cm P= 70 cm P= 180 cm L= 74 cm L= 35 cm L= 60 cm T= 70 cm T= 12 cm T= 76 cm R. KULKAS W. BAK MANDI AC. KURSI P= 56 cm P= 76 cm P= 200 cm L= 50 cm L= 38 cm L= 56 cm T= 122 cm T= 42 cm T= 58 cm S. RAK X. CLOSET AD. RAK PIRING PERABOTAN BASAH 14
  • 15. P= 105 cm AE. TEMPAT AF. BOX IKAN SAMPAH L= 58 cm P= 74 cm D= 94 cm T= 175 cm L= 43 cm T= 40 cm T= 35 cm 15
  • 16. B. PEMBAHASAN Rumah makan ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ berdiri sekitar 5 tahun yang lalu. Rumah makan yang terletak di Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul ini menyediakan berbagai jenis olahan ikan laut. Pemilik rumah makan, Pak Kenthut menjelaskan bahwa pada awalnya beliau hanya membuka warung kecil-kecilan. Warung yang dulunya terbuat dari bambu itu hanya menjual makanan ringan dan minuman-minuman, juga letaknya masih di sebelah utara dari lokasi warung makan yang sekarang. Karena banyaknya pengunjung, khususnya yang mengunjungi Pantai Kuwaru, warung kecil-kecilan tersebut berkembang sedikit demi sedikit menjadi warung yang menyediakan makanan olahan hasil laut dari nelayan di sekitar pantai. Nama ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ itu sendiri berasal dari sejarah keluarga, yaitu kakek dari pemilik warung yang merupakan anak tunggal. Rata- rata per hari warung ini menyediakan 25-50 kg ikan segar, termasuk kepiting, udang, cumi, kerang, dan ikan-ikan kecil. Agar ikan selalu terjaga kesegarannya, ikan-ikan tersebut diberi es batuyang didapatkan dari pengepul es yang berada di sekitar lokasi warung. Ikan didapatkan dari nelayan sekitar pantai, setiap jam 7 pagi ikan datang diantarkan ke warung. Jika ikan-ikan tidak habis terjual di warung, pada hari yang sama ikan-ikan tersebut dijual secara berkeliling baik dalam keadaan mentah ataupun yang sudah di masak sebelumnya. Misalnya saja ikan cakalang, dibeli dengan harga Rp.13.000,- per kilogram, lalu dijual dengan harga Rp.15.000,- per kilogramnya. Namun jika sudah di masak, maka harga jualnya menjadi Rp.4000-5000 per ekornya. Bahan baku lain seperti bumbu- bumbu dan sayuran didapatkan dari penjual keliling yang menawari, jika tidak dapat membeli di pasar daerah Srandakan yang tidak jauh dari lokasi warung. Saat awal berdirinya warung makan ini, pegawai hanya dari keluarga pemilik, namun setelah agak ramai ditambah 2 orang pegawai dari tetangga. Seiring dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke Pantai Kuwaru, pegawai pun ditingkatkan hingga mencapai 10 orang. Namun para pekerja 16
  • 17. tersebut bekerja secara serabutan, tidak tetap. Sesuai dengan jumlah pengunjung warung. Dari sekian banyak pekerja, hanya 2 orang saja yang memasak, sisanya menangani yang lain seperti pencucian atau penyiapan bahan. Warung ini buka mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Namun jika ada pesanan, bisa sampai malam. Resep semua masakan di warung ini didapatkan dari istri pemilik warung. Di warung ini pengunjung diperbolehkan membawa ikan sendiri, namun dicek terlebih dahulu kondisinya, lalu para juru masak mengolah ikan sesuai dengan keinginan pengunjung. Fasilitas yang terdapat di warung ini cukup baik, tersedia ruang aula untuk pengunjung yang datang dengan rombongannya, sebuah kamar mandi, mushola, serta kolam ikan air tawar yang berisi ikan lele atau gurame. Rata-rata pengunjung di hari biasa hanya sekitar 3-4 orang saja, namun pada saat hari libur pengunjung melonjak hingga 100-200 orang, kebanyakan datang dengan rombongan. Pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti Sleman, Kotagede, Solo, Kebumen, Salatiga, dan daerah lainnya. Juga dari berbagai kalangan seperti tokoh masyarakat, guru, pegawai kantor, ibu-ibu PKK, dan lain-lain. Kebanyakan dari mereka mengadakan rapat atau arisan di warung ini. Karena banyaknya pengunjung, membuat warga lain membangun warung makan sejenis, khususnya saat 2 tahun terakhir. Sehingga terjadi saingan antar warung makan. Awalnya warga lokal yang membuka warung makan, lama kelamaan warga luar daerah Srandakan juga ikut membuka warung. Namun warung makan milik Pak Kenthut ini menyediakan minuman spesial, yaitu degan bakar. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri dibandingkan dengan warung yang lainnya. Melihat pengunjung yang semakin banyak mendatangi Pantai Kuwaru, juga pantai lainnya, membuat keinginan Pak Kenthut untuk membuka warung lagi di pantai lain masih di pantai daerah Bantul, seperti Pantai Depok atau Pantai Dua Cemara. Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini berbentuk persegi panjang, dengan panjang 27,85 meter dan lebar 16,07 meter. Di dalamnya 17
  • 18. terdapat beberapa ruangan diantaranya 3 ruang makan, 2 kamar tidur, kasir, dapur, pemanggangan, sumur, kamar mandi, toilet, tempat cuci, kolam, penakaran ikan, kios jalanan, ruang kosong, parkir karyawan, dan teras. Satu ruang makan terletak di depan ruangan diantara kasir dan kios jalanan yang didepannya juga ada teras. Sedangkan 2 ruang makan terletak di dalam ruangan yang berdampingan dengan kamar tidur. Terdapat 2 dapur (dapur bersih dan dapur kotor) yang satu terletak di dalam ruangan dan yang satunya terletak samping kiri rumah makan yang disampingnya juga ada tempat pemanggangan dan tempat cuci. Disamping tempat pencucian bahan terdapat kolam ikan yang diatasnya juga ada tempat penakaran ikan. Sedangkan dibelakang ada sumur, kamar mandi, dan toilet. Di dalam ruang makan yang berada di depan ruangan terdapat 4 meja makan dan sebuah washtafel, sedangkan 2 ruang makan yang berada di dalam ruangan terdapat 3 meja makan dengan ukuran yang sama. Di dapur bersih terdapat 2 bak cuci, 2 kulkas, sebuah meja dapur, kursi, kompor, dan 2 rak panci. Sedangkan di dapur kotor terdapat 3 etalase yang berfungsi untuk menyimpan makanan yang sudah siap saji. Kemudian terdapat sebuah meja yang berfungsi untuk menaruh makanan yang sudah matang. Terdapat juga 4 kompor untuk memasak disertai dengan meja kompor. Sebuah kursi dekat meja saji yang berfungsi untuk tempat duduk pekerja yang akan menyajikan makanan. Disamping dapur kotor terdapat 2 tempat pembakaran yang berguna untuk membakar ikan atau bahan lain yang perlu dibakar. Selain itu juga terdapat tempat pencucian untuk penyiangan dan pembersihan ikan. Di depan tempat pencucian terdapat 2 bak ikan yang diatasnya terdapat tempat penyimpanan ikan. Sedangkan di dekat tempat pencucian terdapat rak piring basah untuk menempatkan piring- piring atau alat lainnya yang baru saja dicuci. Dalam peta kerja yang kita buat terdapat 3 stasiun kerja yang digunakan dalam praktikum ini yaitu stasiun kerja penyiapan bahan, stasiun kerja pencucian bahan, dan stasiun kerja pemasakn bahan. Alat yang digunakan dalam stasiun 18
  • 19. penyiapan bahan antara lain baskom sebagai wadah ikan yang akan diambil dari tempat ikan. Kemudian ada timbangan untuk mengukur berat bahan yang akan diproses. Dalam stasiun pencucian bahan terdapat sebuah kran air untuk membersihkan ikan, kemudian bahan dipotong-potong dengan menggunakan pisau. Stasiun yang terakhir adalah stasiun pemasakan/pembuatan bahan. Alat yang digunakan antara lain 2 kompor yang lengkap dengan tabung elpiji, wajan sebagai tempat penggorengan bahan (ikan), panci untuk memasak air, dandang digunakan untuk pembuatan nasi, pisau untuk memotong bahan, dan peralatan lain seperti piring, gelas, dan sendok/garpu. Sedangkan dalam proses pemanggangan terdapat sebuah alat pemanggang yang digunakan untuk menjepit bahan (ikan) agar mudah dalam pembakaran. Di tempat pembakaran ini juga terdapat kipas angin yang berfungsi untuk memaksimalkan kerja dalam proses pembakaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan yang sudah terpaparkan di tabel dibawah ini: No Lokasi Kelebihan Kekurangan 1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya Tidak terdapat membutuhkan area area khusus yang kecil sehingga mengganggu aliran produksi. 2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat Tidak terdapat dengan area batas dengan produksi. area produksi 3 Tempat produksi Telah difungsikan Aliran produksi dengan maksimal. kurang rapi 4 Dapur Difungsikan dengan Kurang bersih 19
  • 20. maksimal dan masih banyak yang harus dibenahi 6 Ruang makan Sudah tertapa rapi Kurang fleksibel dan nyaman karena terpisah antar ruang makan 7 Tempat pembakaran Dapat menampung Kurang strategis banyak arang 8 Tempat perabot Dapat menampung kotor dan banyak perabot kurang tertata rapi 9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis karena berada di dalam ruangan 10 Kamar tidur Cukup luas dan Kurang tertata strategis rapi 11 Toilet Sudah berada Kurang bersih diruang belakang dan nyaman sehingga tidak mengganggu pengunjung 12 Kolam Bisa digunakan Kecil dan untuk tambahan seharusnya pasokan ikan berada dibelakang rumah makan. Tidak terawat 13 Tempat ikan Cukup luas dan Kurang bersih memadahi dan higenis 20
  • 21. 14 Kasir Simple dan cocok Tidak ada karena sudah berada tempat khusus di depan ruangan buat kasir dan hanya digabung dengan etalase tempat ikan Tabel 1: Tabel kelebihan dan kekurangan tiap ruangan Menurut kami, tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal sudah cukup baik. Setiap stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan prosesnya, sehingga mulai dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk atau makanan dan minuman yang siap saji menjadi terorganisir dan teratur. Namun perlu perbaikan sedikit, misalnya tempat pembakaran lebih dekat dengan penggorengan, sehingga perpindahan bahan menjadi lebih singkat, serta lebih dekat dengan tempat penyajian. 21
  • 22. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN 1. Tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini sudah cukup baik. Staasiun-stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan prosesnya. 2. Rumah makan yang menjadi kajian praktikum ini termasuk warung yang cukup besar, dengan jumlah pekerja kurang lebih 8 orang dan jam kerja yang tidak terlalu lama. 22
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Agung , Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor Anonim 1. 2009. http://himathrik2.tripod.com/tataletakpabrik.htm. Diakses tanggal 6 Maret 2010 pukul 15.15 WIB. Anonim 2. 2008 http://manajemenpabrik.blogspot.com/2008/05/tata-letak pabrik.html Diakses tanggal 7 Maret 2010 pukul 10.00 WIB Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ke 3. Bandung : ITB. Francais, R. L. dan J. A. White. 1974. Facility Layout and Location. Prentice- Hall, Inc : Ney Jersey. Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. McGraw-Hill Company : New York. Tompkins, JM. 1992. Facilities Planning. John Wiley & Sons Inc : New York. Wright, Paul H. 2005. Pengantar Engineering Edisi 3. Jakarta : Erlangga. 23
  • 24. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA 2 PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL Disusun oleh : Bintang Elka (10/296464/TP/09660) Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714) M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724) Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934) Asisten: RM Persia Manggala LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 24
  • 25. BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Proses produksi merupakan bagian vital dan penting dalam suatu industri. Dalam suatu industri, bagian proses produksi pasti akan menghabiskan banyak biaya. Hal ini dikarenakan proses produksi suatu industri yang akan menentukan kesuksesan suatu industri, selain ditentukan oleh kegiatan pemasaran. Selain membutuhkan banyak biaya, masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi proses produksi. Keadaan fasilitas fisik dari suatu industri merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar. Untuk dapat menganalisa keadaan fasilitas fisik dari suatu industri dibutuhkan pemetaan terhadap keadaan industri itu sendiri. Melalui pembuatan peta kerja yang tepat maka dapat diketahui tingkat efisiensi yang ada pada proses produksi. Selain itu pembuatan peta kerja dapat memberikan keleluasaan dalam melakukan evaluasi terhadap keadaan produksi yang telah terjadi. Evaluasi yang telah dilakukan dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan keadaan fasilitas fisik yang lebih tepat bagi industri tersebut. Melalui praktikum ini diharapkan praktikan dapat menemukan opsi yang mungkin dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas industri yang bersangkutan. Penentuan opsi yang mungkin dilakukan berdasar pada peta kerja yang telah dibuat sehingga opsi yang muncul dapat diterapkan secara langsung pada industri yang bersangkutan. 25
  • 26. C. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan dapat membuat peta kerja, seperti peta proses operasi, peta aliran proses, diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses. 2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat. 3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada sekarang. 26
  • 27. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu industri, merancang atau menata letak pabrik merupakan hal yang cukup penting. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penataan letak suatu pabrik dengan proses pemindahan bahan. Perancangan atau penataan letak fasilitas suatu pabrik bertujuan untuk membawa masukan (bahan pasokan) melalui setiap fasilitas dalam waktu yang tersingkat yang memungkinkan dengan biaya yang wajar. Dalam batasan industri, semakin singkat sepotong bahan berada dalam pabrik, maka akan semakin kecil keharusan pabrik menanggung beban buruh dan ongkos tak langsung. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya dimulai dengan suatu analisis tentang produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan diberikan, dan sebuah perhitungan tentang aliran barang atau kegiatan secara menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan terinci tentang susunan peralatan bagi tiap tempat kerja mandiri, langkah demi langkah. Pada akhirnya, keterkaitan antara tempat kerja dirancang dan daerah yang erat hubungannya dikelompokkan dalam satu satuan, yang disebut sebagai departemen yang kemudian akan dihubungkan menjadi satu tata letak akhir (Sims, E.R., 1968). Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai (Anonim 1, 2008) : a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi. 27
  • 28. b. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik. c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman. d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik. e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah). Di dalam usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perencanaan layout terhadap biaya dan efektivitas operasional, kajian layout perlu diadakan, dan secara khusus menyangkut kajian rancangan layout untuk situasi yang berbeda. Sistem operasional baik untuk manufaktur ataupun usaha jasa dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis dasar operasional berdasarkan tingkat standardisasi produk dan jumah output, yaitu (Anonim 2, 2009) : 1. Operasional Berkesinambungan (Continously) Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk yang sangat besar, mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki kekhususan, menggunakan padat modal, secara umum arus produk tidak terganggu, serta perubahan skedul produksi tidak banyak, campuran produk tidak banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan persediaan. 2. Operasional Terputus-putus (Intermittent) Operasional konversi intermittent dengan ciri-ciri, bahwa jumlah produk tidak banyak, mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat karya, disertai arus produk yang terputus-putus, skedul sering berubah-ubah, produk banyak campurannya, dan dibuat berdasarkan pesanan. 3. Operasional Jasa (Service Operational) Usaha jasa pada umumnya menggunakan pada karya, dengan demikian operasional usaha jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten. Dalam merencanakan atau merancang aliran bahan dalam suatu industri, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Salah satunya adalah teknik-teknik untuk menganalisis dan merancang suatu aliran bahan. Teknik-teknik ini dibagi dalam dua kategori, yaitu (Burbidge, 1975) : 1. Konvensional 28
  • 29. Teknik ini telah digunakan beberapa tahun karena mudah untuk digunakan, bertitik berat pada cara grafis, dan secara keseluruhan merupakan alat terbaik untuk tujuan-tujuan yang diinginkan. Teknik konvensional sering membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat catatan perpindahan pada seluruh proses dengan teliti. 2. Kuantitatif Teknik kuantitatif menggunakan metode-metode statistic dan matematik yang lebih canggih dan umumnya diklasifikasikan sebagai penelitian operasional. Dalam penggunaan teknik ini, sering memerlukan bantuan komputer untuk melaksanakan perhitungan yang rumit. Perencanaan aliran bahan memerlukan analisis yang tepat dan teliti karena berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas pekerjanya. Padahal dalam menganalisis aliran bahan yang akan dipilih, harus memperhatikan aliran total yang melibatkan sejumlah besar perpindahan, bukan hanya satu atau dua aliran. Perpindahan-perpindahan ini dapat membawa bahan melewati suatu daur pemindahan yang etrpadu dan rumit selama suatu periode waktu tertentu. Misalnya, daur pemindahan dapat berawal dari gudang pabrik melewati beberapa bagian fasilitas dan berakhir di gudang pemakai. Dalam daur pemindahan tersebut, dapat terjadi banyak hal, seperti operasi, pemeriksaan, ataupun penyimpananoleh karena rumitnya perencanaan aliran bahan, maka terdapat bermacam-macam teknik atau gambaran grafis guna merancang aliran bahan di suatu industri. Teknik tersebut antara lain, peta rakitan, peta proses operasi, peta proses produksi-darab, diagram tali, peta proses, diagram alir, peta proses aliran, peta dari-ke, peta prosedur, dan jaringan jalur kritis (Machfud dkk, 1990). Peta dari-ke adalah salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan dalam pekerjaan tata letak dan pemindahan bahan. Teknik ini biasanya sangat berguna jika barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti di bengkel. Selain itu, peta dari-ke juga berguna jika terjadi keterkaitan antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Peta dari-ke sering disebut juga sebagai peta kekerapan perjalanan. Dalam peta ini biasanya angka menunjukkan ukuran aliran bahan antara lokasi yang terlibat, 29
  • 30. misalnya jumlah satuan beban, jarak, berat, volume, atau faktor lain atau kombinasi beberapa faktor. Peta dari-ke memiliki potensi besar sebagai alat analitis, namun masih harus dikembangkan lagi (Apple, 1983). Kegunaan dan keuntungan peta dari-ke adalah sebagai berikut (Muther, R, 1944) : 1. Menganalisis perpindahan bahan 2. Perencanaan pola aliran 3. Penentuan lokasi kegiatan 4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti 5. Pengukuran efisiensi pola aliran 6. Perinupaan perpindahan bahan 7. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya 8. Menunjukkan volume perpindahan antar kegiatan 9. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi 10. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi 11. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk, komponen, barang, bahan dan sebagainya 12. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegaiatn dan perpindahannya 13. Pemendekan jarak perjalanan selama proses 30
  • 31. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL TERLAMPIR B. PEMBAHASAN Praktikum Acara 2 Tata Letak dan Penanganan Bahan dengan judul “Peta Kerja untuk Evaluasi Tata Letak Awal” ini bertujuan untuk membuat peta-peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran (bagan tali) berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses serta mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari tata letak yang ada. Objek dalam peta kerja ini adalah proses pembuatan makanan dan minuman di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan yang berada di sekitar Pantai Kwaru, Bantul, Yogyakarta. Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja yang akan dialami oleh bahan baku dengan cara membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail, mulai dari awal operasi sampai akhir operasi, dengan menyertakan informasi waktu yang digunakan per operasi, alat yang digunakan, bahan yang digunakan, dan operasi serta inspeksi yang dilakukan. Peta proses operasi menjadi acuan dalam melakukan perancangan tata letak pabrik baru dan pembuatan peta kerja lainnya, sebagai contoh peta aliran proses. Dalam peta proses operasi, hanya kegiatan yang produktif yang digambarkan, dan semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dibuat dalam satu peta proses operasi. Peta Aliran Proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua aktivitas, baik aktivitas produktif maupun aktivitas yang tidak produktif yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja dalam bentuk tabel. Pada prinsipnya peta aliran proses hampir sama dengan peta proses operasi. Perbedaannya hanyalah pada peta aliran proses terdapat kegiatan transportasi dan penundaan (delay) disertai dengan informasi waktu dan jarak perpindahannya, sedangkan pada peta proses operasi hanya terdapat proses operasi dan inspeksi, serta diakhiri dengan 31
  • 32. penyimpanan. Peta aliran proses dibuat untuk tiap jenis bahan baku. Sehingga setiap satu bahan baku yang mengalami proses atau inspeksi memiliki satu peta aliran proses. Manfaat dari peta aliran proses adalah dapat mengeliminasi operasi yang tidak perlu atau mengkombinasi dengan operasi lain, mengeliminasi aktivitas handling yang tidak efisien, mengurangi jarak perpindahan material, dan mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena operasi atau kegiatan yang tidak produktif, seperti delay. Diagram aliran adalah diagram atau catatan grafis yang menggambarkan langkah-langkah proses yang digambarkan di atas tata letak. Tujuan pokok pembuatan diagram aliran adalah untuk mengevaluasi langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas, serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan didalam desain layout fasilitas produksi yang ada. Selain itu, diagram aliran juga dapat digunakan untuk menerangkan proses kepada orang lain. Diagram aliran dibuat dengan memindahkan lambang-lambang dengan garis untuk menunjukkan lintasan perjalanan bahan. Dalam diagram aliran, hal yang dapat diamati adalah lokasi kritis, yaitu diketahui dengan banyaknya garis potong yang menggambarkan lintasan pemindahan bahan dan terdapatnya perpindahan bolak-balik atau disebut dengan Back-Tracking. Langkah-langkah pembuatan Peta Proses Operasi adalah : a. Langkah pertama adalah dengan membuat judul “Peta Proses Operasi” di bagian paling atas, yang kemudian di bawahnya diikuti identifikasi berupa nama objek, nama pembuat peta, tanggal pemetaan, dan nomor peta. b. Bahan yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan bahan tersebut masuk ke dalam proses. c. Lambang-lambang diletakkan arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya proses dan perlakuan terhadap bahan. d. Penomoran kegiatan operasi dan pemeriksaan harus urut, sesuai dengan yang terjadi di lapangan. e. Untuk deskripsi operasi dan alat yang digunakan diletakkan di sebelah kanan lambang, sedangkan waktu diletakkan di sebelah kiri lambang. 32
  • 33. Adapun lambang artinya operasi, lambang artinya inspeksi atau pemeriksaan, sedangkan artinya penyimpanan. Langkah-langkah untuk pembuatan Peta Aliran Proses adalah : a. Dibuat formulir PAP. b. Formulir diisi sesuai dengan kegiatan atau proses yang telah diamati. c. Aliran bahan atau orang yang sudah diamati ditentukan. d. PAP hanya untuk 1 bahan atau 1 orang saja. e. Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti jarak perpindahan, waktu yang dibutuhkan, metode perpindahan, frekuensi perpindahan, dan lain-lain. f. Dilanjutkan ke seluruh proses yang diamati. g. Setelah terbentuk titik-titik, titik-titik tersebut kemudian dihubungkan berdasarkan urutan prosesnya. Simbol-simbol yang digunakan dalam PAP yaitu (operasi), (inspeksi), (transportasi), (menunggu), dan (penyimpanan). Cara membuat Diagram Aliran adalah : a. Dilakukan pendataan dan pengidentifikasian tata letak sutu industri, berikut dengan stasiun-stasiun proses atau tempat-tempat dilakukannya proses operasi. b. Kemudian digambarkan dalam bentuk peta atau denah yang dilengkapi dengan keterangannya. c. Diagram Alir ini dibuat berdasarkan PAP yang telah dibuat sebelumnya, sehingga DA juga berfungsi untuk memperjelas aliran bahan. d. Dibuat garis dengan tanda panah yang menunjukkan aliran bahan dimulai dari proses pertama hingga akhir sesuai dengan urutannya. Berikut adalah penjelasan tentang peta kerja yang sudah kami buat di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan. 1. Peta Proses Operasi (PPO) A. Pembuatan Nasi Peta proses operasi pembuatan nasi ini menggunakan bahan utama beras 1,5 kilogram. Beras tersebut mengalami operasi dan inspeksi yaitu pada saat 33
  • 34. pencucuian selama 3 menit 30 detik. Setelah itu beras mengalami operasi dan inspeksi lagi pada saat penanakan selama 22 menit yang sebelumnya ditambah air dulu. Kemudian beras mengalami operasi dan inspeksi pada saat pengukusan selama 15 detik dan jadilah nasi sudah siap untuk disajikan B. Ikan Goreng Tepung Pada peta proses operasi ini dimulai dengan penimbangan yang dilakukan melalui operasi dan inspeksi selama 3 menit 45 detik. Setelah itu dilakukan penambahan bahan yang berupa air. Kemudian pencucian terhadap ikan pun dilakukan di dalam baskom melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 5 detik. Kemudian dilakukan penyaringan pada saringan melalui operasi selama 1 menit 25 detik. Lalu penambahan bawang putih dilakukan yang sebelumnyatelah ditimbang melaui operasi dan inspeksi selama 2 menit serta telah digiling melalui operasi 1 menit 12 detik. Serta terdapat pula penambahan royco, garam dan sasa. Kemudian proses pembumbuan dilakukan dalam baskom melalui operasi selama 1 menit 48 detik. Langkah selanjutnya yaitu perendaman bahan didalam bumbu melalui operasi selama 2 menit 14 detik. Lalu penambahan tepung instan dilakukan. Kemudian pemberian tepung dalam baskom melalui operasi selama 3 menit 8 detik. Setelah itu dilakukan penambahan minyak, kemudian proses penggorengan didalam wajan melalui operasi selama 35 menit 16 detik. Kemudian penyaringan dengan menggunakan saringan melalui operasi selama 12 menit 8 detik. Lalu langkah terakhir yaitu penirisan di tempayak melalui operasi selama 25 detik. Ikan goreng tepung pun siap untuk disajikan. C. Ikan Goreng Pada peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi penimbangan terhadap ikan menggunakan timbangan selama 1 menit 43 detik. Lalu operasi dan inspeksi pemotongan ikan menggunakan pisau selama 45 detik. Bahan tambahan air digunakan untuk operasi dan inspeksi pencucian selama 1 menit 9 detik menggunakan baskom cuci. Bumbu yang merupakan bahan tambahan dimasukkan untuk operasi pembumbuan ikan selama 1 menit. Pembumbuan ini dilakukan menggunakan alat berupa baskom. Selanjutnya operasi dan inspeksi penggorengan ikan dilakukan menggunakan wajan selama 11 34
  • 35. menit 43 detik.setelah itu operasi penirisan dilakukan selama 1 menit dan ikan goreng pun siap untuk disajikan. D. Ikan Bakar Peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi terhadap bahan utama yang berupa ikan, operasi berupa penimbangan dengan menggunakan timbangan selama 4 menit 20 detik, kemudian operasi dan inspeksi pemotongan menggunakan pisau selama 2 menit 55 detik. Bahan tambahan berupa air digunakan untuk operasi pencucian selama 9 menit 10 detik. Setelah itu bahan tambahan berupa bumbu ditambahkan dan dilakukan operasi dan inspeksi pembumbuan terhadap ikan menggunakan baskom selama 3 menit 19 detik. Bahan tambahan arang disiapkan dan dilakukan operasi dan inspeksi pemanasan terhadap arang di tungku selama 5 menit 15 detik. Arang ditambahkan kemudian dilakukan inspeksi dan operasi pembakaran ikan di pemanggang selama 13 menit 57 detik. Ikan bakar pun siap untuk disajikan. E. Ikan Lombok Hijau Pada proses operasi ini menggunakan bahan utama minyak goreng, dikenakan operasi dan inspeksi berupa pemanasan menggunakan wajan selama 1 menit 30 detik, kemudian ditambahkan bahan tambahan yaitu bawang bombay. Kemudian dilakukan operasi dan inspeksi kembali berupa penumisan selama 2 menit. Bahan tambahan berupa air, dimasukkan kedalam wajan dan dilakukan operasi pengadukan selama 2 menit. Setelah itu bahan tambahan berupa bawang merah, bawang putih dan cabai dikenakan operasi dan inspeksi berupa penggilingan menggunakan blender selama 3 menit 5 detik. Bahan tambahan tersebut bersama sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa dimasukkan kedalam minyak lalu dilakukan operasi dan inspeksi yaitu pengadukan selama 3 menit. Setelah itu bahan tambahan berupa ikan dikenakan inspeksi dan operasi penimbangan menggunakan timbangan selama 2 menit. Lalu ikan dikenakan inspeksi dan operasi pembersihan menggunakan baskom selama 15 menit. Ditambahkan minyak yang merupakan bahan tambahan kemudian dilakukan inspeksi dan operasi penggorengan ½ matang ikan selama 15 menit. Bahan tambahan ikan ½ matang ditambahkan kedalam minyak dan dilakukan operasi pengadukan selama 35
  • 36. 3 menit. Selanjutnya dilakukan operasi dan inspeksi pemotongan ikan selama 28 menit 20 detik. Ikan lombok hijau pun siap untuk disajikan. F. Ca Kangkung Peta proses operasi ini diawali dengan operasi dan inspeksi pemanasan menggunakan wajan selama 1 menit 50 detik terhadap bahan utama yaitu minyak. Kemudian bahan tambahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai, dan tomat dikenakan operasi pemotongan pisau dengan waktu masing-masing 20 detik lalu ditambahkan kedalam wajan. Penambahan bahan tambahan tomat dan cabai yang sudah dipotong sebelumnya dengan operasi pemotongan selama 5 detik. Setelah itu dilakukan operasi dan inspeksi penumisan di wajan selama 1 menit 50 detik. Kemudian dilakukan penambahan kangkung yang telah dipotong dengan pisau melalui operasi dan inspeksi selama 10 detik serta telah dicuci di dalam ember melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Kemudian kangkung dimasukkan kedalam wajan melalui operasi selama 50 detik. Penumisan kembali dilakukan di dalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit.setelah itu ditambahkan bumbu penyedap instan ke dalam wajan. Lalu dilakukan penumisan terakhir didalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 6 detik. Ca kangkung pun siap untuk disajikan. G. Es Jeruk Peta proses operasi ini diawali oleh pemotongan buah jeruk melalui operasi dengan menggunakan pisau selama 5 detik.. kemudian pemerasan manual dilakukan melalui operasi selama 1 menit. Lalu ditambahkan bahan tambahan berupa gula pasir dan air hangat. Kemudian dilakukan pengadukan manual terhadap campuran tersebut melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik. Bahan tambahan berupa es batu ditambahkan. Lalu pencampuran manual melalui operasi selama 30 detik. Es jeruk pun siap untuk disajikan. H. Es Kelapa Muda Peta proses operasi ini diawali oleh pemilihan kelapa secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 1 menit. Kemudian pemotongan terhadap kelapa muda secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 5 menit. Lalu penuangan air secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Bahan tambahan 36
  • 37. berupa gula dimasukkan kedalam kelapa tersebut. Lalu dilakukan pengadukan manual melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik.kemudian langkah selanjutnya bahan berupa es ditambahkan kedalam kelapa dan diaduk kembali secara manual melalui operasi selama 30 detik dan kelapa muda pun siap untuk disajikan. I. Lalapan Peta proses operasi ini diawali oleh operasi pencucian terhadap bahan utama berupa timun selama 30 detik. Operasi penirisan kemudian dilakukan selama 10 detik menggunakan baskom, lalu operasi dan inspeksi pengupasan menggunakan pisau selama 10 menit. Bahan tambahan berupa kubis, tomat dan kemangi dikenakan operasi pencucian menggunakan baskom selama 30 detik. Operasi dan inspeksi penirisan dilakukan di baskom selama 10menit. Kemudian bahan tambahan tersebut ditambahkan dan dilakukan operasi inspeksi pemotongan mengunakan pisau selam 2 menit. Lalapan pun siap untuk disajikan. J. Sambal Peta proses operasi ini diawali oleh operasi terhadap bahan utama yang berupa Lombok, pemotongan menggunakan pisau selama 30 detik. Kemudian bahan tambahan berupa bawang merah dikenakan operasi pemotongan menggunakan pisau selama 30 detik. Lalu bahan tambahan bawang merah dan kecap dikenakan operasi pencampuran selama 30 detik menggunakan sendok. sambal pun siap untuk disajikan. 2. Peta Aliran Bahan (PAP) A. Pembuatan nasi Peta aliran bahan ini dimulai dengan pencucian beras selama 3 menit 3o detik melalui operasi dan inspeksi dengan jumlah 1,5 kg. lalu beras dipindahkan dari baskom ke panic selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 2 meter. Kemudian penanakan beras dilakukan selama 22 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter. Kemudian beras dipindahkan dari panic ke dandang selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah 37
  • 38. selanjutnyaberas dikukus selama 15 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Nasi siap untuk disajikan ke tempat penyajian. B. Ikan Goreng Tepung Peta aliran bahan ini dimulai dengan penimbangan ikan selama 3 menit 45 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter dari tempat pelelangan ikan. Kemudian cakalang tersebut dipindahkan dari timbangan ke baskom selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah selanjutnya yaitu pencucian cakalang selama 2 menit 5 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring selama 1 menit 25 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter. Lalu ikan dibumbui dengan bawang putih, garam, royco dan sasa serta air selama 1 menit 48 detik melalui operasi dengan jarak 2 meter. Lalu ikan direndam dalam bumbu selama 2 menit 14 detik melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Lalu ikan yang direndam diangkut kedalam baskom yang berisi tepung selama 1 menit 30 detik melalui transportasi dengan jarak 6,25 meter. Kemudian ikan dilumuri tepung selama 3 menit 8 detik melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Lalu ikan digoreng selama 35 menit 16 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring dari minyak selama 12 menit 8 detik melalui operasi denagan jarak 0,5 meter. Ikan ditiriskan setelah diangkat dari wajan selama 25 detik melalui operasi dengan jarak 1 meter ,ikan yang diproses sebanyak 3 kg. Ikan goreng tepung pun siap untuk disajikan. C. Ikan Goreng Peta aliran proses ini dimulai dengan penimbangan ikan sejumlah 1 kg selama 1 menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi,kemudian ikan dipindahkan dari timbangan ketempat pembersihan selama 5 detik melalui transportasi dengan jarak 0,4 meter dari tempat awal. Lalu ikan dipotong potong selama 45 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter,setelah itu ikan dicuci selama 1 menit 9 detik melalui proses operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Lalu ikan dipindahkan dari stasiun kerja pembersihan ke pemasakan selama 10 detik mealui transportasi dengan jarak 0,8 meter, lalu ikan dimasukkan ke baskom yang berisi bumbu selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan digoreng selama 11 menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 38
  • 39. 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu penirisan ikan selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 2 meter. Ikan goreng pun siap untuk disajikan. D. Ikan Bakar Peta aliran proses ini dimulai dengan memindahan ikan dari tempat ikan ketempat penimbangan selama 20 detik mealui proses transportasi dengan jarak 1 meter sejumlah 1 kg, kemudian ikan ditimbang selama 4 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu ikan dipotong potong selama 2 menit 55 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter,setelah itu ikan dicuci selama 9 menit 10 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu pembumbuan terhadap ikan selama 3 menit 19 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter, lalu ikan dipindahkan ketempat pembakaran selama 3 menit 15 detik melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Kemudian ikan dibakar dengan arang yang sudah dipanaskan selama 13 menit 57 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Ikan bakar pun siap disajikan. E. Ikan Lombok Hijau Peta aliran proses ini dimulai dengan pemanasan minyak dengan proses yang dilakukan dengan operasi dan inspeksi dengan jarak 1 m dari panci dengan waktu 1 menit 30 detik dengan alat berupa kompor dan wajan. Setelah itu bawang Bombay ditumis dengan operasi dan inspeksi dengan menggunakan alat berupa wajan dan spatula dengan waktu selama 2 menit. Lalu bahan berupa air ditambahkan ke dalam wajan tersebut dengan operasi dan inspeksi selama 2 menit.. setelah itu minyak tersebut dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah dipersiapkan, bumbu-bumbu yang ditambahkan berupa cabai, bawang putih, bawang merah, sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa. Setelah itu ikan dicampurkan kedalam minyak goring yang berisi campuran bumbu selama 3 menit dengan alat berupa wajan dan spatula dengan proses berupa operasi. Kemudian bahan bahan tersebut diaduk sampai matang selama 24 menit 40 detik sampai matang. Ikan Lombok Hijau pun siap untuk disajikan. F. Ca kangkung 39
  • 40. Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan kangkung dipotong selama 10 menit melalui operasi dan inspeksi sejumlah 15 ikat. Kemudian kangkung dipindahkan ke ember dari tempat pemotongan selama 15 detik melalui proses transportasi dengan jarak 0,5 meter. Setelah itu kangkung dicuci selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian kangkung dipindahkan dari ember ke wajan selama 15 detik dengan jarak 2 meter melalui transportasi. Kemudian kangkung dimasukkan dalam wajan yang telah terisi campuran bumbuselama 50 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter. Kemudian kangkung ditumis bersamaan dengan campuran bumbu.selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,25 meter. kemudian kangkung ditumis kembali dengan bumbu penyedap selama 2 menit 6 detik melalui operasi dan inspeksi. Ca kangkung pun siap disajikan. G. Es jeruk Peta aliran proses ini dimulai dengan jeruk dipotong selama 5 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter dari tempat pengambilan. Kemudian jeruk diperas secara manual selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,25 meter. setelah itu air perasan jeruk diaduk yang sebelumnya ditambah air hangat dan gula selama ½ menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. lalu air dicampur dengan es batu selama ½ menit dengan jarak ½ meter dengan cara operasi, pada proses jeruk yang digunakan sebanyak 1 buah. Setelah proses ini berakhir maka es jeruk pun siap untuk disajikan. H. Es kelapa muda Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan kelapa muda yang sudah dipilih secara manual dengan waktu 1 menit melalui operasi dan ispeksi dengan jarak 2 meter. kemudian kelapa muda dibelah selama 5 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. air kelapa diaduk dengan sebelumnya sudah ditambahkan gula selama 30 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. kemudian air kelapa pun diaduk secara merata selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. air kelapa muda pun siap untuk disajikan. I. Lalapan 40
  • 41. Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan timun secara manual selama 30 detik melalui operasi dengan jarak 1 meter. kemudian timun ditiriskan selama 10 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter. lalu timun dikupas dengan pisau selama 1 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter. tomat, kubis, kemangi disiapkan yang juga dipotong dengan pisau selama 30 detik dengan operasi dengan jarak 2 meter. tomat, kubis, kemangi dipotong dengan pisau yang sebelumnya dicuci selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter. pada proses ini buah timun yang digunakan 2 buah dan buah lainnya berjumlah 1 buah. Setelah semua langkah telah selesai dilakukan lalapan pun siap untuk disajikan. J. Sambal Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan cabai yang dilakukan dengan menggunakan pisau selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. cabai dicampur dengan bawang merah yang telah dipotong dan kecap selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. kemudian sambal pun siap untuk disajikan. 3. Diagram Aliran A. Pembuatan Nasi Pada pembuatan nasi diagram alir dimulai dari tempat pencucian yang dilanjutkan menuju tempat penanakan yang berada di tempat pemasakan. B. Ikan Goreng Tepung Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan. C. Ikan Goreng Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat pembumbuan dan penggorengan yaitu di tempat pemasakan. D. Ikan Bakar 41
  • 42. Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat pembumbuan dan kemudian pembakaran di tempat pemanggangan. E. Ikan Lombok Hijau Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan. F. Ca Kangkung Pada pembuatan Ca kangkung ini diagram alir dimulai dari tempat pencucian yang diteruskan ke tempat pemasakan. G. Es Jeruk Pada pembuatan Es Jeruk ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan dan terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot. H. Es Kelapa Muda Pada pembuatan Es kelapa muda ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan dan terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot. I. Lalapan Pada pembuatan lalapan ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan ke tempat pencampuran bahan. J. Sambal Pada pembuatan sambal ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan ke tempat pencampuran bahan. Dari pengamatan yang kami lakukan dengan pedoman tata letak yang baik untuk aliran bahan di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, pola aliran sudah bagus dan terencana. Di sana sudah di tentukan area-area untuk produksi sehingga aliran bahan itu berjalan lancar dan terencana. Pola aliran bahan pun lurus hanya ada sedikit langkah balik dari transportasi pengolahan dari bahan mentah sampai bahan jadi. 42
  • 43. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing area kerja yang ada di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan: No Lokasi Kelebihan Kekurangan 1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya Tidak terdapat membutuhkan area area khusus yang kecil sehingga mengganggu aliran produksi. 2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat Tidak terdapat dengan area batas dengan produksi. area produksi 3 Tempat produksi Telah difungsikan Aliran produksi dengan maksimal. kurang rapi 4 Dapur Difungsikan dengan Kurang bersih maksimal dan masih banyak yang harus dibenahi 6 Ruang makan Sudah tertapa rapi Kurang fleksibel dan nyaman karena terpisah antar ruang makan 7 Tempat pembakaran Dapat menampung Kurang strategis banyak arang 8 Tempat perabot Dapat menampung kotor dan banyak perabot kurang tertata rapi 9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis karena berada di dalam ruangan 10 Kamar tidur Cukup luas dan Kurang tertata 43
  • 44. strategis rapi 11 Toilet Sudah berada Kurang bersih diruang belakang dan nyaman sehingga tidak mengganggu pengunjung 12 Kolam Bisa digunakan Kecil dan untuk tambahan seharusnya pasokan ikan berada dibelakang rumah makan. Tidak terawat 13 Tempat ikan Cukup luas dan Kurang bersih memadahi dan higenis 14 Kasir Simple dan cocok Tidak ada karena sudah berada tempat khusus di depan ruangan buat kasir dan hanya digabung dengan etalase tempat ikan 44
  • 45. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN  Setelah kami amati proses pembuatan makanan dan minuman pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, kami dapat membuat Peta Proses Operasi, Peta Aliran Proses, dan Diagram Aliran untuk setiap menu masakan dan minuman.  Dari hasil evaluasi tata letak rumah makan ini, kami simpulkan bahwa masih kurang efektif karena jarak perpindahan yang terlalu jauh sehingga memakan waktu saat proses pembuatan produk.  Kelebihan tata letak rumah makan ini adalah sudah terorganisirnya tempat untuk masing-masing stasiun. Kekurangannya adalah stasiun pembakaran yang masih terlalu jauh dari stasiun penyajian sehingga perpindahan bahan menjadi terlalu jauh. 45
  • 46. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1. 2008. Strategi Tata Letak – Manajemen Operasi. Dalam http://agungpia.multiply.com/journal/item/42/Strategi_Tata_Letak_- _Manajemen_Operasi diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.13 WIB Anonim 2. 2009. Strategi Tata Letak. Dalam http://one.indoskripsi.com/node/9267 diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.27 WIB Apple, J. M. 1983. Plant Layout and Material Handling, Third Edition. John Wiley & Sonc, Inc. Burbidge, J.L. 1975. The Introduction of Group Technology. New York : John Wiley & Sons Inc. Machfud dan Agung, Yudha. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan. Bogor : IPB Muther, R. 1944. Production Line Technique. New York : McGraw-Hill Book Co. Sims, E.R. 1968. Planning and Managing Materials flow. Lancaster, Ohio : E.R. Sims Associates 46
  • 47. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK TATA CARA KERJA ACARA 3 ROUTE SHEET DAN MULTI PRODUCT PROCESS CHART Disusun Oleh: Bintang Elka (10/296464/TP/09660) Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714) M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724) Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934) Asisten:RM Persia Manggala LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 47
  • 48. BAB I PENDAHULUAN D. LATAR BELAKANG Industri saat ini selalu berorientasi untuk meraih keuntungan di awal pendiriannya. Apabila industri tidak dapat membdaapt balik modal aatu meraih keuntungan saat melakukan produksi, maka industri tersebut sudah pasti akan mengalami kerugian. Keuntungan industri tidak hanya dipengaruhi oleh seberapa besar harga nominal suatu barang ataupun seberapa banyak produk industri yang terjual dan dinikmati konsumen, namun dipengaruhi pula oleh faktor internal industri. Faktor internal tersebut antara lain efisiensi dan produktivitas pekerja. Peningkatan efisiensi dan produktivitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan penentuan jumlah mesin dan sumber daya manusia yang tepat sesuai dengan kebutuhan di dalam proses produksinya. Berdasarkan hal di atas, maka sudah sepatutnya dilakukan perhitungan dan suatu evaluasi tata letak yang tepat dan sesuai agar diperoleh hasil yang akurat. Perhitungan tersebut dapat menunjukkan kebutuhan mesin dan sumber daya manusia pada suatu industri yang tepat dibutuhkan. Namun, penentuan atau perhitungan ini perlu disesuaikan dengan keadaan riil industri yang bersangkutan karena setiap industri memiliki kapasitas produksi yang berbeda. Salah satu cara untuk melakukan perhitungan, serta melakuakn evaluasi tata letak adalah Route Sheet dan Multi Product Process Chart (MPPC). Route sheet dapat memberikan informasi mengenai banyaknya bahan yang terbuang (scrap) pada proses produksi tersebut serta menunjukkan kapasitas produksi dengan memperhatikan efisiensi mesin. Sedangkan MPPC dapat mengevaluasi tata etak berdasarkan jumlah mesin. Melalui perhitungan dan route sheet yang dikerjakan maka diharapkan sebuah industri tidak memiliki mesin dan pekerja yang terlalu banyak atau terlalu sedikit untuk menjalankan proses produksinya. Selain itu jumlah 48
  • 49. pekerja yang tepat juga memberikan kesempatan kepada pekerja untuk lebih berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan efisiensi dan produktivitas terhadap fasilitas fisik yang berarti peningkatan profit atau keuntungan terhadap industri tersebut. Hal inilah yang menyebabkan perlunya diadakan praktikum “Route Sheet dan Multi Product Process Chart” dalam lingkup pembelajaran Teknologi Industri Pertanian sebagai bekal untuk bekerja kelak. E. TUJUAN Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber daya manusia berdasarkan kapasitas riil industri. 49
  • 50. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik atau industri biasanya akan didasarkan pada aliran bahan (material) yang bergerak di antara fasilitas-fasilitas produksi atau departemen tersebut. Fasilitas-fasilitas produksi tersebut lalu akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan pengelompokannya. Perlu diketahui pula bahwa permulaan (penerimaan) dari pola aliran dan ujung (pengiriman) juga merupakan titik tempat bergabungnya aliran internal ke dalam daur aliran sistem keseluruhan (Wignjosoebroto, 1996). Dalam merancang aliran bahan, hal yang sama pentingnya untuk diperhatikan adalah mengenai rancang fasilitas perusahaan tersebut. Aliran barang biasanya merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang dengan cermat, serta tidak boleh dibiarkan tumubuh atau berkembang menjadi satu pola lulu lintas yang membingungkan. Konsep di atas dapat diringkas menjadi sebagai berikut (Apple, 1983) : a. Suatu perencanaan efisien bagi aliran barang adalah prayarat bagi produksi yang ekonomis. b. Pola aliran barang menajdi dasar bagi penyusunan fasilitas fisik yang efektif. c. Pemindahan barang mengubah pola aliran ke dalam suatu kenyataan cergas, dan memberitahukan bagaimana cara barang dipindahkan. d. Susunan fasilitas yang baik di sekitar pola alirang barang dapat menghasilkan pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara efisien. e. Penyelesaian proses yang baik dapat meminimumkan biaya produksi. f. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum. Rancang fasilitas dan aliran barang yang baik dapat diwujudkan dengan cara mengevaluasi rancang fasilitas dan aliran barang yang sudah ada. Salah satu cara melakukan evaluasi ini adalah dengan menggunakan Route Sheet dan Multi Product Process Chart. Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations process chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan perakitan dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi- 50
  • 51. spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan. Routing sheet adalah lebih terperinci daripada bagian perakitan karena menunjukkan operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian proses individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga dengan berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses operasi-operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap tentang cara memproduksi suatu barang (Handoko, 2000). Untuk proses perancangan tata letak , routing sheet mempunyai sifat yang mendasar .Pada dasarnya routing sheet dibuat sebagai hasil dari perancangan suatu proses ,belum ditentukan bagaimana pengaturan letak mesin atau pusat kerja atau depertemen bagian produksi .Data dan informasi yang berkenan dengan proses atau operasi yang berlangsung tertuang rinci dalam routing sheet (Purnomo, 2004). Sedangkan untuk keperluan perencanaan layout maka penggambaran aliran atau urutan operasi kerja seperti yang dilaksanakan dalam “Operation Layout” akan lebih baik kalau dimodifikasi dalam bentuk “Multi Part Process Chart”. Dengan membuat Multi Part Process Chart maka akan bisa diperoleh gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya dirancang selain itu dapat diketahui pula jumlah mesin secara teoritis dan aktualnya (Wignjosoebroto, 1996). Peta prose multi produk menunjukkan keterkaitan produksi antara bagian suatu produk atau antar produk ,bahan dan akuivitas. Dengan membuat MPPC maka akan diperoleh gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya dirancang. Berdasarkan peta tersebut maka akan dapat dipelajari dan dianalisa dua hal yang memeiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam perancangan layout antara lain aliran balik (back tracking) dan pengelompokan pola aliran (flow pattern) (Burbidge, 1975). Multi Product Process Chart adalah suatu diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi (Apple, 1990). Multi Product Process Chart termasuk dalam peta untuk menganalisis dan 51
  • 52. merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta proses operasi (Anonim 1, 2008). Multi Product Process Chart berguna untuk menunjukkan keterkaitan produksi antara komponen produk atau antar produk mandiri, bahan, bagian, pekerjaan, atau kegiatan. Peta ini terutama berguna untuk membantu operasi job- shop. Informasi yang dapat diperoleh adalah jumlah mesin yang dibutuhkan. Untuk menggambarkan peta ini dengan baik, berikut petunjuk-petunjuk pembuatan peta MPPC (Anonim 2, 2009) : 1. Menuruni sisi kertas, tulis daftar departemen atau bagian, kegiatan, proses dan mesin yang harus dilalui komponen. Pengurutan dilakukan dari atas kebawah. 2. Sepanjang baris atas dituliskan komponen yang sedang dikaji. 3. Pencatatan operasi pada tiap komponen/produk berhadapan dengan nama departemen/ proses/ mesin yang sesuai dengan lingkaran yang berisikan nomor operasi dari peta proses operasi. 4. Hubungan lingkaran menurut urutannya, walaupun mungkin saja terjadi garis balik. 5. Menjumlahkan nilai jumlah teoritis untuk setiap proses dan dicatat pada kotak paling kanan untuk setiap baris. 6. Merupakan pengkajian peta yang bertujuan untuk penyusunan ulang yang disebabkan oleh langkah balik., kesamaan pola aliran yang menunjukkan kebutuhan akan proses yang sama pada wilayah yang sama, waktu yang sama dan sebagainya. Penyusunan ulang akan menghasilkan pola aliran yang efisien. Pembuatan MPPC sangat bergantung oleh Routing Sheet 52
  • 53. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1.ROUTE SHEET ROUTE SH Cakalang Goreng Jml disiapka No Nama Kap.aktua Jumlah Alat Eff n Operasi Operasi l (Mnt/kg) Alat (Kg/hari ) Timbanga O-1 1,716 Penimbangan n 1 10 0,00715 0,00312 O-2 0,75 Pemotongan Pisau 1 10 5 O-3 Pencucian Baskom 1,15 1 10 0,0048 Pembumbua O-4 1 n Baskom 1 10 0,00416 Penggorenga O-5 1,175 n Wajan 1 10 0,0049 O-6 Penirisan Saringan 1 1 10 0,00416 53
  • 54. Ca kangkun g No Jml Nama Kap.aktua Jumlah Operas Alat Eff disiapkan Operasi l (Mnt/kg) Alat i (Kg/hari) O-1 Pemanasan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072 O-2 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012 O-3 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012 O-4 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032 O-5 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032 O-6 Penumisan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072 O-7 Pemotongan Pisau 0,32 1 0,5 0,00064 O-8 Pencucian Ember 0,06 1 0,5 0,00012 O-9 Penumisan Wajan 0,06 1 0,5 0,00012 O-10 Penumisan Wajan 4,2 1 0,5 0,0084 Tuna Lombok Hijau Nama Kap.aktua Jml Jumlah No Alat Eff Operasi l (Mnt/kg) disiapka Alat Operas n 54
  • 55. i (Kg/hari) O-1 Pemanasan Wajan 0,3 1 5 0,00625 O-2 Penumisan Wajan 0,4 1 5 0,0083 O-3 Perebusan Wajan 0,4 1 5 0,0083 O-4 Penggilingan Blender 0,616 1 5 0,0128 O-5 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125 O-6 Penimbangan Timbangan 0,4 1 5 0,0083 O-7 Pembersihan Baskom 0,05 1 5 0,0001 Penggorenga O-8 n Wajan 0,05 1 5 0,0001 O-9 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125 O-10 pematangan Wajan 5,66 1 5 0,118 Pembuatan Sambal Jml No Nama Kap.aktua disiapka Jumlah Operas Alat Eff Operasi l (Mnt/kg) n Alat i (Kg/hari) O-1 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002 O-2 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002 Pencampura O-3 n Sendok 0,5 1 1 0,002 55
  • 56. Lalapan No Jml Nama Kap.aktual Jumlah Operas Alat Eff disiapkan Operasi (Mnt/kg) Alat i (Kg/hari) O-1 Pencucian Manual 0,5 1 4 0,0083 O-2 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167 O-3 Pengupasan Pisau 1 1 4 0,0167 O-4 Pencucian Baskom 0,5 1 4 0,0083 O-5 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167 O-6 Pemotongan Pisau 2 1 4 0,033 Es Jeruk Jml No Nama Kap.aktual disiapka Jumlah Operas Alat Eff Operasi (Mnt/kg) n Alat i (Kg/hari) O-1 Pemotongan Pisau 0.08 1 2 0,0006 O-2 Pemerasan Manual 1 1 2 0,008 O-3 Pengadukan Manual 0,5 1 2 0,004 Pencampura O-4 n Manual 0,5 1 2 0,004 56
  • 57. Cakalang Goreng Tepung Jml No Nama Kap.aktua disiapka Jumlah Operas Alat Eff Operasi l (Mnt/kg) n Alat i (Kg/hari) O-1 Penimbangan Timbangan 1,25 1 6 0,0313 O-2 Pencucian Baskom 0,69 1 6 0,0173 O-3 Penyaringan Saringan 0,47 1 6 0,0118 O-4 Penimbangan Timbangan 0,67 1 6 0,0168 O-5 Penggilingan Gilingan 0,4 1 6 0,01 O-6 Pembumbuan Baskom 0,6 1 6 0,015 Perendaman O-7 Bumbu Baskom 0,78 1 6 0,0195 Pemberian O-8 Tepung Baskom 1,04 1 6 0,026 Penggorenga O-9 n Wajan 11,76 1 6 0,294 O-10 Penyaringan Saringan 4,04 1 6 0,101 O-11 Penirisan Tempayak 0,14 1 6 0,0035 Cakalang Bakar 57
  • 58. Jml No Nama Kap.aktua disiapka Jumlah Operas Alat Eff Operasi l (Mnt/kg) n Alat i (Kg/hari) Penimbanga O-1 n Timbangan 4,32 1 4 0,072 O-2 Pemotongan Pisau 2,92 1 4 0,049 O-3 Pencucian Baskom 9,17 1 4 0,153 Pembumbua O-4 n Baskom 3,42 1 4 0,057 O-5 Pemanasan Tungku 5,25 1 4 0,087 Pemanggan O-6 Pembakaran g 13,95 1 4 0,232 Pemasakan Nasi Jml No Nama Kap.aktual Jumlah Alat Eff disiapkan Operasi Operasi (Mnt/kg) Alat (Kg/hari) O-1 Pencucian Baskom 2,33 1 1,5 0,0146 O-2 Penanakan Panci 14,67 1 1,5 0,092 O-3 Pengukusan Dandang 10 1 1,5 0,0625 Es Kelapa Muda 58
  • 59. No Jml Nama Kap.aktual Jumlah Operas Alat Eff disiapkan Operasi (Mnt/kg) Alat i (Kg/hari) O-1 Pemilihan Manual 1 1 3 0,0125 O-2 Pemotongan Golok 5 1 3 0,0625 Penuangan O-3 air Manual 2 1 3 0,025 O-4 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625 O-5 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625 59
  • 60. 2.MPPC 60
  • 61. B. PEMBAHASAN Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan acara 3 ini membahas tentang Route Sheet dan Multi Product Process chart. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan perhitungan akan kebutuhan mesin dan sumberdaya manusia berdasar kapasitas riil industri sehingga tidak ada pemborosan atau kekurangan tenaga kerja maupun mesin. Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations process chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan perakitan dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi- spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan. Routing sheet lebih terperinci daripada bagian perakitan karena menunjukkan operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian proses individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga dengan berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses operasi- operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap tentang cara memproduksi suatu barang. Sedangkan MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi. MPPC termasuk dalam peta untuk menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta proses operasi Dalam pembuatan Route Sheet terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil data yang diperlukan. Data tersebut dapat diambil dari Peta Proses Operasi yang telah dibuat sebelumnya pada acara 2 yaitu berupa jumlah bahan dan produk yang diharapkan, waktu yang ditempuh untuk melakukan suatu operasi dan jumlah scrap yang timbul dari setiap operasi yang dinyatakan dalam persen atas jumlah keseluruhan bahan atau produk. Alasan data diambil dari PPO karena PPO merupakan peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku berupa urutan kegiatan operasi dan 61
  • 62. inspeksi sejak bahan mentah hingga menjadi produk yang memuat informasi mengenai waktu proses, bahan yang digunakan, mesin/stasiun kerja yang melakukan kegiatan operasi, serta waktu dan kondisi operasi. Langkah kedua adalah menentukan nomor operasi, nama operasi, mesin/stasiun kerja yang melakukan kegiatan operasi waktu proses/waktu baku dari masing-masing operasi, serta jumlah yang diharapkan tiap operasi. Nomor dan nama operasi diurutkan dari nomor operasi paling pertama, sedangkan maksud dari stasiun kerja atau mesin adalah bagaimana operasi itu dilakukan oleh pekerja. Operasi dapat dilakukan dengan bnatuan mesin atau alat sehingga pekerja dapat meninggalkan operasi itu untuk melakukan operasi lainnya atau pekerja dapat melakukannya secara manual. Pekerjaan yang dilakukan secara manual disebut dengan stasiun kerja dalam Route Sheet. Langkah ketiga adalah menentukan kapasitas aktual dari masing- masing operasi dengan cara menghitung waktu proses per berat (gram) bahan. Langkah ke empat adalah menghitung efisiensi mesin / pekerja dari masing-masing operasi dengan menggunakan rumus: Ei = atau Ei  1 - down time  set up time tiap periode waktu optimal kerja tiap periode Dalam perhitungan ini, praktikan menggunakan rumus efisiensi yang pertama. Perhitungan ini digunakan untuk menghitung efisiensi mesin/pekerja dari operasi yang menggunakan mesin, bukan operasi yang dilakukan secara manual. Hal ini dikarenakan efisiensi operasi yang dilakukan secara manual atau disebut dengan stasiun kerja adalah 100 %. Langkah ke lima adalah menghitung jumlah yang siapkan yaitu dengan menentukan jumlah kilogram tiap bahan dibagi dengan jumlah pesanan per hari. Langkah ke delapan adalah menghitung jumlah mesin. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus: 62
  • 63. Ni = Hasil perhitungan tersebut inilah yang selanjutnya akan digunakan dalam pembuatan MPPC untuk mendapatkan jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis maupun aktual. MPPC merupakan kelanjutan dari Route Sheet, yaitu berisi urutan proses yang dialami oleh tiap bahan. MPPC menunjukkan keterkaitan produksi, bahan, atau kegiatan. Dengan dibuatnya peta proses multi produk ini dapat ditentukan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi. Apabila dalam suatu proses tidak menggunakan mesin atau dengan kata lain operasi dilakukan secara manual, maka data akhirnya berupa jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk proses operasi manual tersebut. Selain itu pada MPPC juga terdapat jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis dan aktual pada tiap stasiun kerja, untuk stasiun kerja yang tidak membutuhkan mesin maka nilai tersebut adalah jumlah pekerja atau operator yang dibutuhkan. MPPC dibuat dengan cara membuat suatu tabel dengan menggunakan software autocad atau VCO, di mana pada baris atas tercantum seluruh bahan baku yang digunakan, serta jumlah mesin, baik secara teoritis maupun aktual. Sedangkan pada bagian kiri tercantum nama operasi urut dari operasi yang pertama. Selanjutnya data-data jumlah mesin yang diperoleh dari hasil perhitungan pada Route Sheet dipindahkan ke MPPC. Operasi tiap bahan yang telah dilingkari dan telah tercantum jumlah mesin secara teoritis di atasnya, disambungkan antar lingkaran dengan anak panah. Untuk hasil perhitungan, sama dengan nilai jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis pada Route Sheet, nilai mesin yang dibutuhkan pada jumlah mesin secara aktual MPPC masih berbentuk pecahan sehingga dilakukan pembulatan ke atas. Alasan dilakukan pembulatan ke atas, selain agar target produksi dapat tercapai adalah karena dengan pembulatan kebawah target produksi sulit direncanakan. Selain itu, jika dilakukan pembulatan ke bawah maka seluruh stasiun kerja tidak memiliki mesin dan operatornya. 63