1. LAPORAN PRAKTIKUM
TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
Disusun oleh :
Bintang Elka (10/296464/TP/09660)
Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)
M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)
Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)
Asisten: RM Persia manggala
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
1
2. DAFTAR ISI
ACARA 1
BAB I : PENDAHULUAN.................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................8
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................12
BAB IV: PENUTUP ...........................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................23
ACARA 2
BAB I : PENDAHULUAN...............................................25
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................27
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................31
BAB IV: PENUTUP ..........................................................46
DAFTAR PUSTAKA.........................................................47
ACARA 3
BAB I : PENDAHULUAN...............................................49
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................51
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................54
BAB IV: PENUTUP ...........................................................66
DAFTAR PUSTAKA..........................................................67
ACARA 4
BAB I : PENDAHULUAN...............................................69
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................71
2
3. BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................74
BAB IV: PENUTUP ...........................................................88
DAFTAR PUSTAKA..........................................................89
ACARA 5
BAB I : PENDAHULUAN...............................................91
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................93
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................96
BAB IV: PENUTUP ...........................................................105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................106
ACARA 6
BAB I : PENDAHULUAN...............................................108
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................110
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................115
BAB IV: PENUTUP ...........................................................121
DAFTAR PUSTAKA..........................................................122
ACARA 7
BAB I : PENDAHULUAN...............................................124
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................126
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................131
BAB IV: PENUTUP ...........................................................141
DAFTAR PUSTAKA..........................................................142
ACARA 8
3
4. BAB I : PENDAHULUAN...............................................144
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................146
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................150
BAB IV: PENUTUP ...........................................................155
DAFTAR PUSTAKA..........................................................156
ACARA 9
BAB I : PENDAHULUAN...............................................158
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................159
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN..........................162
BAB IV: PENUTUP ..........................................................169
DAFTAR PUSTAKA.........................................................170
ACARA 10
BAB I : PENDAHULUAN...............................................172
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................174
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................177
BAB IV: PENUTUP ...........................................................183
DAFTAR PUSTAKA..........................................................184
LAMPIRAN...................................................................................185
4
5. LAPORAN PRAKTIKUM
TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA 1
DENAH TATA LETAK AWAL DAN DESKRIPSI PERUSAHAAN
Disusun oleh :
Bintang Elka (10/296464/TP/09660)
Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)
M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)
Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)
Asisten: RM Persia manggala
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
5
6. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam suatu perusahaan mendapat untung yang sebesar-besarnya
merupakan tujuan utama dilakukannya suatu produksi. Oleh karena itu untuk
dapat mencapainya, suatu perusahaan harus dapat melalukan produksinya dengan
efisien. Efisiennya suatu produksi tergantung dari banyak faktor, seperti
bagaimana sistem kerja di perusahaan tersebut. Salah satu hal yang
mempengaruhi keefisienan kerja di suatu perusahaan adalah tata letak ruang
produksi perusahaan tersebut.
Tata letak merupakan suatu teknik penempatan area alat-alat produksi atau
proses produksi sesuai dengan aliran kerja. Tata letak yang baik dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan tata letak
yang baik, terdapat keefisienan waktu dam kerja sehingga menyebabkan pekerja
produksi tidak terlalu kelelahan saat bekerja. Stamina pekerja yang baik dapat
membuat kerja menjadi lebih efektif karena hal tersebut dapat meminimalkan
allowance time.
Ilmu tata letak merupakan suatu hal yang penting untuk dikuasai oleh
lulusan Teknologi Industri Pertanian, maka ilmu tata letak diajarkan di
pembelajaran mata kuliah dan praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan
jurusan Teknologi Industri Pertanian. Hal ini dikarenakan lulusan TIP yang akan
bekerja di perusahaan pasti akan berhubungan dengan tata letak dan penanganan
bahan di suatu industri. Selain itu, untuk dapat menentukan tata letak yang baik
dalam suatu industri, maka sebaiknya praktikan terlebih dahulu mengetahui
deskripsi dari perusahaan.
6
7. B. TUJUAN PRAKTIKUM
1.Praktikan dapat menggambar tata letak awal suatu industri
2.Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai kondisi
umum industri yang digunakan sebagai obyek kajian
7
8. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak
pabrik dan menangani pemindahan bahan. Tata letak yang baik selalu melibatkan
tata cara pemindahan bahan di pabrik sehingga kemudian disebut tata letak dan
pemindahan bahan (Machfud dan Agung, 1990).
Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri.
Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan
efektivitas kegiatan produksi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga
kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan. Peralatan produksi yang
canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat perencanaan tata
letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri secara
normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak
yang tidak berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata
letak ini akan menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Bila ditinjau secara umum,
tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas
produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi, aman dan nyaman
sehingga akan dapat meningkatkan moral kerja yang baik dari operator (Anonim
1, 2009).
Desain tata letak pabrik melibatkan penentuan besarnya ruang kerja (floor
space) yang dibutuhkan untuk meletakkan tiap – tiap komponen produksi, yaitu
para pekerja, peralatan, bahan mentah dan inventaris serta menata dan mengatur
berbagai aktivitas produksi guna menjamin terciptanya kelancaran, keamanan dan
efisiensi operasional (Wright, 2005).
Adapun pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan manfaat
dalam sistem produksi, antara lain :
1. Menaikkan output produksi
2. Mengurangi waktu tunggu
8
9. 3. Mengurangi proses pemindahan bahan
4. Penghematan penggunaan area (produksi, gudang, service, dsb)
5. Peningkatan pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas
produksi
6. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran
7. Termanfaatkannya tenaga kerja dan ruang secara efektif
8. Memperbaiki moral dan kepuasaan kerja
9. Memberikan kemudahan perawatan fasilitas dan kebersihan
10. dan lain-lain
Pengaturan tata letak tersebut pada dasarnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan mengurangi biaya operasi, dapat diperoleh harga produk
yang rendah, sehingga mampu bersaing di pasar bebas (Anonim 2, 2009). Secara
singkat langkah-langkah untuk merencanakan tata letak pabrik adalah sebagai
berikut :
1. Analisa produk yaitu aktivitas untuk menganalisa macam dan jumlah
produk yang harus dibuat.
2. Analisa proses adalah langkah untuk menganalisa macam dan urutan
proses pengerjaan produk.komponen.
3. Analisa macam dan jumlah mesin / peralatan serta luas area yang
dibutuhkan.
Aliran barang biasanya merupakan hal pokok dalam fasilitas produksi sehingga
harus dirancang dengan cermat dan terstruktur. Enam prinsip dasar tata letak
menurut Apple (1990) yaitu :
1. Integrasi keseluruhan dari semua factor yang mempengaruhi proses
produksi.
Tata letak pabrik harus meliputi integrasi dari semua fasilitas menjadi satu
unit operasi. Tata letak pabrik dapat mendukung proses manufaktur
sehingga dapat berjalan baik.
2. Perpindahan jarak seminimum mungkin.
9
10. Setiap proses industri mencakup beberapa pergerakan material yang tidak
dapat dihilangkan secara keseluruhan. Spesialisasi dari pekerja dan mesin
merupakan inti dari efisiensi produksi. Pergerakan material dapat
diminimumkan dengan cara mengurangi jarak perpindahannya. Hal ini
berarti mencoba menempatkan operasi berikutnya berdekatan dengan
operasi sebelumnya sehingga dapat menghilangkan transportasi diantara
operasi tersebut.
3. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik
Tipe aliran ini merupakan tipe aliran yang konstan menuju proses produksi
akhir dengan gangguan dan kemacetan minimum.
4. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
Pada dasarnya layout merupakan pengaturan ruangan yang mencakup
pekerja, material, mesin dan aktivitas pendukung yang ada di dalamnya.
5. Kepuasan kerja dan keamanan dari pekerja
Kepuasan pekerja dapat diberikan dengan adanya jaminan keselamatan
kerja sehingga dapat mencegah adanya kecelakaan kerja yang mungkin
saja terjadi. Keamanan kerja dapat meliputi adanya penempatan mesin–
mesin dan peralatan secara tepat.
6. Pengaturan tata letak harus culup fleksibel.
Pengaturan tata letak sebuah pabrik bila diatur secara tepat akan dapat
mengurangi biaya–biaya tidak langsung.
Tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari unsur-unsur
fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Tata letak fasilitas
merupakan bagian dari perancangan fasilitas yang lebih fokus pada pengaturan
unsur-unsur fisik. Unsur-unsur fisik yang dimaksud dapat berupa mesin,
peralatan, meja, bangunan dans sebagainya. Aturan atau logika pengaturan dapat
berupa ketetapan fungsi tujuan misalnya saja total jarak atau total biaya
perpindahan bahan. Dalam merancang tata letak fasilitas manufaktur atau tata
letak pabrik, maka unsur-unsur fisik yang perlu diperhatikan adalah mesin,
peralatan, operator dan mateial. Umumnya, fungsi tujuannya adalah total biaya
10
11. perpindahan yang minimum. Hal ini dicapai melalui pengaturan mesin-mesin dan
peralatan sedemikian sehingga jaraknya tidak jauh tanpa melanggar kaidah-kaidah
ergonomis. Perancangan tata letak fasilitas manufaktur cukup kompleks sehingga
membutuhkan pendekatan multi disiplin (Francis and White, 1974).
Pengaturan fasilitas pabrik memegang peranan penting dalam kelancaran
proses produksi, sehingga akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman dan
nyaman. Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi
langsung dari kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangani
secara bijaksana, sehingga akan menghasilkan output yang optimal. Tata letak
pabrik berhubungan dengan perencanaan dan pengaturan tata letak mesin,
peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun
kerja (Tompkins, 1992).
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan tata letak dikelompokkan
menjadi 8, yaitu (Muther, 1955) :
1. Faktor material, antara lain desain, jenis, jumlah, kebutahn operasi dan
alirannya.
2. Faktor mesin, antara lain peralatan, perlengkapan produksi dan utilitasnya.
3. Faktor manusia, antara lain pengawasan dan pemberian bantuan sebagai
pekerja langsung.
4. Faktor perpindahan, antara lain pengangkutan antar dan interdepartemen,
penanganan berbagai operasi, penyimpanan dan inspeksi.
5. Faktor menunggu, antara lain penyimpanan secara permanen, sementara
dan delay.
6. Faktor pelayanan, antara lain perawatan, inspeksi, limbah, dan
penjadwalan.
7. Faktor gedung, antara lain bagian – bagian di dalam dan di luar gedung,
pembagian perlengkapan dab peralatan.
11
12. BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. DENAH TATA LETAK AWAL
12
13. 2. LEGENDA P= 120 cm J. ETALASE
DAPUR 1
A. MEJA L= 50 cm
MAKAN (4 BUAH) P= 102 cm
T= 70 cm
P= 121 cm L= 46 cm
F. ETALASE
L= 57 cm WARUNG 4 T= 162 cm
T= 36 cm P= 135 cm K. ETALASE
DAPUR 2
B. WASTAFEL L= 50 cm
(2 BUAH) P= 150 cm
T= 160 cm
P= 50 cm L= 55 cm
G. = ETALASE
L= 38 cm WARUNG 5 T= 170 cm
T= 68 cm P= 130 cm L. MEJA
KOMPOR 1
C. ETALASE L= 55 cm
WARUNG P= 100 cm
T= 175 cm
P= 102 cm L= 50 cm
H. KURSI
L= 46 cm (TEMPAT DUDUK) T= 63 cm
T= 162 cm P= 200 cm M. MEJA
KOMPOR 2
D. ETALASE L= 56 cm
WARUNG 2 P= 120 cm
T= 58 cm
P= 150 cm L= 50 cm
I. KURSI 2
L= 55 cm T= 63 cm
P= 200 cm
T= 170 cm N. ETALASE
L= 56 cm
DAPUR 3
E. ETALASE
T= 58 cm
WARUNG 3 P= 120 cm
13
14. L= 50 cm P= 134 cm P= 52 cm
T= 70 cm L= 65 cm L= 38 cm
O. KURSI T= 152 cm Y. TEMPAT
TIDUR
P= 144 cm T. MEJA
KOMPOR P= 200 cm
L= 55 cm
P= 100 cm L= 150 cm
T= 53 cm
L= 50 cm T= 63 cm
P. RAK PIRING
BERSIH T= 63 cm Z. SUMUR
P= 134 cm U. MEJA D= 94 cm
L= 65 cm P= 146 cm T= 40 cm
T= 152 cm L= 71 cm AB. MEJA
TEMPAT
Q. TEMPAT T= 69 cm
PEMBUATAN
CUCI
V. KOMPOR MINUMAN
P= 151 cm
P= 70 cm P= 180 cm
L= 74 cm
L= 35 cm L= 60 cm
T= 70 cm
T= 12 cm T= 76 cm
R. KULKAS
W. BAK MANDI AC. KURSI
P= 56 cm
P= 76 cm P= 200 cm
L= 50 cm
L= 38 cm L= 56 cm
T= 122 cm
T= 42 cm T= 58 cm
S. RAK
X. CLOSET AD. RAK PIRING
PERABOTAN
BASAH
14
15. P= 105 cm AE. TEMPAT AF. BOX IKAN
SAMPAH
L= 58 cm P= 74 cm
D= 94 cm
T= 175 cm L= 43 cm
T= 40 cm
T= 35 cm
15
16. B. PEMBAHASAN
Rumah makan ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ berdiri sekitar 5 tahun yang
lalu. Rumah makan yang terletak di Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul ini
menyediakan berbagai jenis olahan ikan laut. Pemilik rumah makan, Pak Kenthut
menjelaskan bahwa pada awalnya beliau hanya membuka warung kecil-kecilan.
Warung yang dulunya terbuat dari bambu itu hanya menjual makanan ringan dan
minuman-minuman, juga letaknya masih di sebelah utara dari lokasi warung
makan yang sekarang. Karena banyaknya pengunjung, khususnya yang
mengunjungi Pantai Kuwaru, warung kecil-kecilan tersebut berkembang sedikit
demi sedikit menjadi warung yang menyediakan makanan olahan hasil laut dari
nelayan di sekitar pantai.
Nama ‘Putra Tunggal Sinar Harapan’ itu sendiri berasal dari sejarah
keluarga, yaitu kakek dari pemilik warung yang merupakan anak tunggal. Rata-
rata per hari warung ini menyediakan 25-50 kg ikan segar, termasuk kepiting,
udang, cumi, kerang, dan ikan-ikan kecil. Agar ikan selalu terjaga kesegarannya,
ikan-ikan tersebut diberi es batuyang didapatkan dari pengepul es yang berada di
sekitar lokasi warung. Ikan didapatkan dari nelayan sekitar pantai, setiap jam 7
pagi ikan datang diantarkan ke warung. Jika ikan-ikan tidak habis terjual di
warung, pada hari yang sama ikan-ikan tersebut dijual secara berkeliling baik
dalam keadaan mentah ataupun yang sudah di masak sebelumnya. Misalnya saja
ikan cakalang, dibeli dengan harga Rp.13.000,- per kilogram, lalu dijual dengan
harga Rp.15.000,- per kilogramnya. Namun jika sudah di masak, maka harga
jualnya menjadi Rp.4000-5000 per ekornya. Bahan baku lain seperti bumbu-
bumbu dan sayuran didapatkan dari penjual keliling yang menawari, jika tidak
dapat membeli di pasar daerah Srandakan yang tidak jauh dari lokasi warung.
Saat awal berdirinya warung makan ini, pegawai hanya dari keluarga
pemilik, namun setelah agak ramai ditambah 2 orang pegawai dari tetangga.
Seiring dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke Pantai Kuwaru,
pegawai pun ditingkatkan hingga mencapai 10 orang. Namun para pekerja
16
17. tersebut bekerja secara serabutan, tidak tetap. Sesuai dengan jumlah pengunjung
warung. Dari sekian banyak pekerja, hanya 2 orang saja yang memasak, sisanya
menangani yang lain seperti pencucian atau penyiapan bahan. Warung ini buka
mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Namun jika ada pesanan, bisa sampai
malam. Resep semua masakan di warung ini didapatkan dari istri pemilik warung.
Di warung ini pengunjung diperbolehkan membawa ikan sendiri, namun dicek
terlebih dahulu kondisinya, lalu para juru masak mengolah ikan sesuai dengan
keinginan pengunjung.
Fasilitas yang terdapat di warung ini cukup baik, tersedia ruang aula untuk
pengunjung yang datang dengan rombongannya, sebuah kamar mandi, mushola,
serta kolam ikan air tawar yang berisi ikan lele atau gurame. Rata-rata pengunjung
di hari biasa hanya sekitar 3-4 orang saja, namun pada saat hari libur pengunjung
melonjak hingga 100-200 orang, kebanyakan datang dengan rombongan.
Pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti Sleman, Kotagede, Solo,
Kebumen, Salatiga, dan daerah lainnya. Juga dari berbagai kalangan seperti tokoh
masyarakat, guru, pegawai kantor, ibu-ibu PKK, dan lain-lain. Kebanyakan dari
mereka mengadakan rapat atau arisan di warung ini. Karena banyaknya
pengunjung, membuat warga lain membangun warung makan sejenis, khususnya
saat 2 tahun terakhir. Sehingga terjadi saingan antar warung makan. Awalnya
warga lokal yang membuka warung makan, lama kelamaan warga luar daerah
Srandakan juga ikut membuka warung. Namun warung makan milik Pak Kenthut
ini menyediakan minuman spesial, yaitu degan bakar. Sehingga menjadi daya
tarik tersendiri dibandingkan dengan warung yang lainnya.
Melihat pengunjung yang semakin banyak mendatangi Pantai Kuwaru,
juga pantai lainnya, membuat keinginan Pak Kenthut untuk membuka warung lagi
di pantai lain masih di pantai daerah Bantul, seperti Pantai Depok atau Pantai Dua
Cemara.
Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini berbentuk persegi
panjang, dengan panjang 27,85 meter dan lebar 16,07 meter. Di dalamnya
17
18. terdapat beberapa ruangan diantaranya 3 ruang makan, 2 kamar tidur, kasir, dapur,
pemanggangan, sumur, kamar mandi, toilet, tempat cuci, kolam, penakaran ikan,
kios jalanan, ruang kosong, parkir karyawan, dan teras.
Satu ruang makan terletak di depan ruangan diantara kasir dan kios jalanan
yang didepannya juga ada teras. Sedangkan 2 ruang makan terletak di dalam
ruangan yang berdampingan dengan kamar tidur. Terdapat 2 dapur (dapur bersih
dan dapur kotor) yang satu terletak di dalam ruangan dan yang satunya terletak
samping kiri rumah makan yang disampingnya juga ada tempat pemanggangan
dan tempat cuci. Disamping tempat pencucian bahan terdapat kolam ikan yang
diatasnya juga ada tempat penakaran ikan. Sedangkan dibelakang ada sumur,
kamar mandi, dan toilet.
Di dalam ruang makan yang berada di depan ruangan terdapat 4 meja
makan dan sebuah washtafel, sedangkan 2 ruang makan yang berada di dalam
ruangan terdapat 3 meja makan dengan ukuran yang sama. Di dapur bersih
terdapat 2 bak cuci, 2 kulkas, sebuah meja dapur, kursi, kompor, dan 2 rak panci.
Sedangkan di dapur kotor terdapat 3 etalase yang berfungsi untuk menyimpan
makanan yang sudah siap saji. Kemudian terdapat sebuah meja yang berfungsi
untuk menaruh makanan yang sudah matang. Terdapat juga 4 kompor untuk
memasak disertai dengan meja kompor. Sebuah kursi dekat meja saji yang
berfungsi untuk tempat duduk pekerja yang akan menyajikan makanan.
Disamping dapur kotor terdapat 2 tempat pembakaran yang berguna untuk
membakar ikan atau bahan lain yang perlu dibakar. Selain itu juga terdapat tempat
pencucian untuk penyiangan dan pembersihan ikan. Di depan tempat pencucian
terdapat 2 bak ikan yang diatasnya terdapat tempat penyimpanan ikan. Sedangkan
di dekat tempat pencucian terdapat rak piring basah untuk menempatkan piring-
piring atau alat lainnya yang baru saja dicuci.
Dalam peta kerja yang kita buat terdapat 3 stasiun kerja yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu stasiun kerja penyiapan bahan, stasiun kerja pencucian
bahan, dan stasiun kerja pemasakn bahan. Alat yang digunakan dalam stasiun
18
19. penyiapan bahan antara lain baskom sebagai wadah ikan yang akan diambil dari
tempat ikan. Kemudian ada timbangan untuk mengukur berat bahan yang akan
diproses. Dalam stasiun pencucian bahan terdapat sebuah kran air untuk
membersihkan ikan, kemudian bahan dipotong-potong dengan menggunakan
pisau. Stasiun yang terakhir adalah stasiun pemasakan/pembuatan bahan. Alat
yang digunakan antara lain 2 kompor yang lengkap dengan tabung elpiji, wajan
sebagai tempat penggorengan bahan (ikan), panci untuk memasak air, dandang
digunakan untuk pembuatan nasi, pisau untuk memotong bahan, dan peralatan
lain seperti piring, gelas, dan sendok/garpu. Sedangkan dalam proses
pemanggangan terdapat sebuah alat pemanggang yang digunakan untuk menjepit
bahan (ikan) agar mudah dalam pembakaran. Di tempat pembakaran ini juga
terdapat kipas angin yang berfungsi untuk memaksimalkan kerja dalam proses
pembakaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan pada Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan yang sudah terpaparkan di tabel
dibawah ini:
No Lokasi Kelebihan Kekurangan
1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya Tidak terdapat
membutuhkan area area khusus
yang kecil sehingga
mengganggu
aliran produksi.
2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat Tidak terdapat
dengan area batas dengan
produksi. area produksi
3 Tempat produksi Telah difungsikan Aliran produksi
dengan maksimal. kurang rapi
4 Dapur Difungsikan dengan Kurang bersih
19
20. maksimal dan masih
banyak yang
harus dibenahi
6 Ruang makan Sudah tertapa rapi Kurang fleksibel
dan nyaman karena terpisah
antar ruang
makan
7 Tempat pembakaran Dapat menampung Kurang strategis
banyak arang
8 Tempat perabot Dapat menampung kotor dan
banyak perabot kurang tertata
rapi
9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis
karena berada di
dalam ruangan
10 Kamar tidur Cukup luas dan Kurang tertata
strategis rapi
11 Toilet Sudah berada Kurang bersih
diruang belakang dan nyaman
sehingga tidak
mengganggu
pengunjung
12 Kolam Bisa digunakan Kecil dan
untuk tambahan seharusnya
pasokan ikan berada
dibelakang
rumah makan.
Tidak terawat
13 Tempat ikan Cukup luas dan Kurang bersih
memadahi dan higenis
20
21. 14 Kasir Simple dan cocok Tidak ada
karena sudah berada tempat khusus
di depan ruangan buat kasir dan
hanya digabung
dengan etalase
tempat ikan
Tabel 1: Tabel kelebihan dan kekurangan tiap ruangan
Menurut kami, tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal sudah cukup
baik. Setiap stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan prosesnya, sehingga
mulai dari penyiapan bahan baku hingga menjadi produk atau makanan dan
minuman yang siap saji menjadi terorganisir dan teratur. Namun perlu perbaikan
sedikit, misalnya tempat pembakaran lebih dekat dengan penggorengan, sehingga
perpindahan bahan menjadi lebih singkat, serta lebih dekat dengan tempat
penyajian.
21
22. BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Tata letak dari Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan ini sudah
cukup baik. Staasiun-stasiun pekerjaan sudah dipisahkan berdasarkan
prosesnya.
2. Rumah makan yang menjadi kajian praktikum ini termasuk warung
yang cukup besar, dengan jumlah pekerja kurang lebih 8 orang dan
jam kerja yang tidak terlalu lama.
22
23. DAFTAR PUSTAKA
Agung , Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Anonim 1. 2009. http://himathrik2.tripod.com/tataletakpabrik.htm. Diakses
tanggal 6 Maret 2010 pukul 15.15 WIB.
Anonim 2. 2008 http://manajemenpabrik.blogspot.com/2008/05/tata-letak
pabrik.html Diakses tanggal 7 Maret 2010 pukul 10.00 WIB
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi ke 3.
Bandung : ITB.
Francais, R. L. dan J. A. White. 1974. Facility Layout and Location. Prentice-
Hall, Inc : Ney Jersey.
Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. McGraw-Hill Company : New
York.
Tompkins, JM. 1992. Facilities Planning. John Wiley & Sons Inc : New York.
Wright, Paul H. 2005. Pengantar Engineering Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
23
24. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA 2
PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL
Disusun oleh :
Bintang Elka (10/296464/TP/09660)
Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)
M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)
Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)
Asisten: RM Persia Manggala
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
24
25. BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Proses produksi merupakan bagian vital dan penting dalam suatu industri.
Dalam suatu industri, bagian proses produksi pasti akan menghabiskan banyak
biaya. Hal ini dikarenakan proses produksi suatu industri yang akan menentukan
kesuksesan suatu industri, selain ditentukan oleh kegiatan pemasaran. Selain
membutuhkan banyak biaya, masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi proses produksi. Keadaan fasilitas fisik dari suatu industri
merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar.
Untuk dapat menganalisa keadaan fasilitas fisik dari suatu industri
dibutuhkan pemetaan terhadap keadaan industri itu sendiri. Melalui pembuatan
peta kerja yang tepat maka dapat diketahui tingkat efisiensi yang ada pada proses
produksi. Selain itu pembuatan peta kerja dapat memberikan keleluasaan dalam
melakukan evaluasi terhadap keadaan produksi yang telah terjadi. Evaluasi yang
telah dilakukan dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan keadaan fasilitas
fisik yang lebih tepat bagi industri tersebut.
Melalui praktikum ini diharapkan praktikan dapat menemukan opsi yang
mungkin dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas industri yang
bersangkutan. Penentuan opsi yang mungkin dilakukan berdasar pada peta kerja
yang telah dibuat sehingga opsi yang muncul dapat diterapkan secara langsung
pada industri yang bersangkutan.
25
26. C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat membuat peta kerja, seperti peta proses operasi, peta aliran
proses, diagram aliran (bagan tali), peta dari-ke, berdasarkan proses produksi yang
terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses.
2. Praktikan dapat mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat.
3. Praktikan dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan tata letak yang ada
sekarang.
26
27. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu industri, merancang atau menata letak pabrik merupakan hal
yang cukup penting. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penataan letak suatu
pabrik dengan proses pemindahan bahan. Perancangan atau penataan letak
fasilitas suatu pabrik bertujuan untuk membawa masukan (bahan pasokan)
melalui setiap fasilitas dalam waktu yang tersingkat yang memungkinkan dengan
biaya yang wajar. Dalam batasan industri, semakin singkat sepotong bahan berada
dalam pabrik, maka akan semakin kecil keharusan pabrik menanggung beban
buruh dan ongkos tak langsung. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya dimulai
dengan suatu analisis tentang produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan
diberikan, dan sebuah perhitungan tentang aliran barang atau kegiatan secara
menyeluruh. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan terinci tentang susunan
peralatan bagi tiap tempat kerja mandiri, langkah demi langkah. Pada akhirnya,
keterkaitan antara tempat kerja dirancang dan daerah yang erat hubungannya
dikelompokkan dalam satu satuan, yang disebut sebagai departemen yang
kemudian akan dihubungkan menjadi satu tata letak akhir (Sims, E.R., 1968).
Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi
sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak
strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam kapasitas,
proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan,
dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.
Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang
memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Dalam semua kasus, desain tata
letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai (Anonim 1,
2008) :
a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
27
28. b. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak
tersebut akan perlu diubah).
Di dalam usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perencanaan
layout terhadap biaya dan efektivitas operasional, kajian layout perlu diadakan,
dan secara khusus menyangkut kajian rancangan layout untuk situasi yang
berbeda. Sistem operasional baik untuk manufaktur ataupun usaha jasa dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis dasar operasional berdasarkan tingkat
standardisasi produk dan jumah output, yaitu (Anonim 2, 2009) :
1. Operasional Berkesinambungan (Continously)
Merupakan operasional konversi yang ditandai dengan jumlah produk
yang sangat besar, mesin dan fasilitas peralatan yang digunakan memiliki
kekhususan, menggunakan padat modal, secara umum arus produk tidak
terganggu, serta perubahan skedul produksi tidak banyak, campuran produk tidak
banyak disertai standardisasi yang dibuat berdasarkan persediaan.
2. Operasional Terputus-putus (Intermittent)
Operasional konversi intermittent dengan ciri-ciri, bahwa jumlah produk
tidak banyak, mesin dan fasilitas peralatan bersifat umum, penggunaan padat
karya, disertai arus produk yang terputus-putus, skedul sering berubah-ubah,
produk banyak campurannya, dan dibuat berdasarkan pesanan.
3. Operasional Jasa (Service Operational)
Usaha jasa pada umumnya menggunakan pada karya, dengan demikian
operasional usaha jasa lebih tergolong kepada operasional intermitten.
Dalam merencanakan atau merancang aliran bahan dalam suatu industri,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan. Salah
satunya adalah teknik-teknik untuk menganalisis dan merancang suatu aliran
bahan. Teknik-teknik ini dibagi dalam dua kategori, yaitu (Burbidge, 1975) :
1. Konvensional
28
29. Teknik ini telah digunakan beberapa tahun karena mudah untuk
digunakan, bertitik berat pada cara grafis, dan secara keseluruhan merupakan alat
terbaik untuk tujuan-tujuan yang diinginkan. Teknik konvensional sering
membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat catatan perpindahan
pada seluruh proses dengan teliti.
2. Kuantitatif
Teknik kuantitatif menggunakan metode-metode statistic dan matematik
yang lebih canggih dan umumnya diklasifikasikan sebagai penelitian operasional.
Dalam penggunaan teknik ini, sering memerlukan bantuan komputer untuk
melaksanakan perhitungan yang rumit.
Perencanaan aliran bahan memerlukan analisis yang tepat dan teliti karena
berpengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas pekerjanya. Padahal dalam
menganalisis aliran bahan yang akan dipilih, harus memperhatikan aliran total
yang melibatkan sejumlah besar perpindahan, bukan hanya satu atau dua aliran.
Perpindahan-perpindahan ini dapat membawa bahan melewati suatu daur
pemindahan yang etrpadu dan rumit selama suatu periode waktu tertentu.
Misalnya, daur pemindahan dapat berawal dari gudang pabrik melewati beberapa
bagian fasilitas dan berakhir di gudang pemakai. Dalam daur pemindahan
tersebut, dapat terjadi banyak hal, seperti operasi, pemeriksaan, ataupun
penyimpananoleh karena rumitnya perencanaan aliran bahan, maka terdapat
bermacam-macam teknik atau gambaran grafis guna merancang aliran bahan di
suatu industri. Teknik tersebut antara lain, peta rakitan, peta proses operasi, peta
proses produksi-darab, diagram tali, peta proses, diagram alir, peta proses aliran,
peta dari-ke, peta prosedur, dan jaringan jalur kritis (Machfud dkk, 1990).
Peta dari-ke adalah salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan
dalam pekerjaan tata letak dan pemindahan bahan. Teknik ini biasanya sangat
berguna jika barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti
di bengkel. Selain itu, peta dari-ke juga berguna jika terjadi keterkaitan antara
beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya penyusunan kegiatan optimum. Peta
dari-ke sering disebut juga sebagai peta kekerapan perjalanan. Dalam peta ini
biasanya angka menunjukkan ukuran aliran bahan antara lokasi yang terlibat,
29
30. misalnya jumlah satuan beban, jarak, berat, volume, atau faktor lain atau
kombinasi beberapa faktor. Peta dari-ke memiliki potensi besar sebagai alat
analitis, namun masih harus dikembangkan lagi (Apple, 1983).
Kegunaan dan keuntungan peta dari-ke adalah sebagai berikut (Muther, R,
1944) :
1. Menganalisis perpindahan bahan
2. Perencanaan pola aliran
3. Penentuan lokasi kegiatan
4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti
5. Pengukuran efisiensi pola aliran
6. Perinupaan perpindahan bahan
7. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
8. Menunjukkan volume perpindahan antar kegiatan
9. Menunjukkan keterkaitan lintas produksi
10. Menunjukkan masalah kemungkinan pengendalian produksi
11. Perencanaan keterkaitan antara beberapa produk, komponen, barang, bahan dan
sebagainya
12. Menunjukkan hubungan kuantitatif antara kegaiatn dan perpindahannya
13. Pemendekan jarak perjalanan selama proses
30
31. BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
TERLAMPIR
B. PEMBAHASAN
Praktikum Acara 2 Tata Letak dan Penanganan Bahan dengan judul “Peta
Kerja untuk Evaluasi Tata Letak Awal” ini bertujuan untuk membuat peta-peta
kerja seperti peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran (bagan
tali) berdasarkan proses produksi yang terjadi, lengkap dengan data peralatan dan
waktu proses serta mengevaluasi tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat dan
menganalisis kelebihan dan kekurangan dari tata letak yang ada. Objek dalam peta
kerja ini adalah proses pembuatan makanan dan minuman di Rumah Makan Putra
Tunggal Sinar Harapan yang berada di sekitar Pantai Kwaru, Bantul, Yogyakarta.
Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
yang akan dialami oleh bahan baku dengan cara membagi pekerjaan tersebut
menjadi elemen-elemen operasi secara detail, mulai dari awal operasi sampai
akhir operasi, dengan menyertakan informasi waktu yang digunakan per operasi,
alat yang digunakan, bahan yang digunakan, dan operasi serta inspeksi yang
dilakukan. Peta proses operasi menjadi acuan dalam melakukan perancangan tata
letak pabrik baru dan pembuatan peta kerja lainnya, sebagai contoh peta aliran
proses. Dalam peta proses operasi, hanya kegiatan yang produktif yang
digambarkan, dan semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
dibuat dalam satu peta proses operasi.
Peta Aliran Proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua
aktivitas, baik aktivitas produktif maupun aktivitas yang tidak produktif yang
terlibat dalam proses pelaksanaan kerja dalam bentuk tabel. Pada prinsipnya peta
aliran proses hampir sama dengan peta proses operasi. Perbedaannya hanyalah
pada peta aliran proses terdapat kegiatan transportasi dan penundaan (delay)
disertai dengan informasi waktu dan jarak perpindahannya, sedangkan pada peta
proses operasi hanya terdapat proses operasi dan inspeksi, serta diakhiri dengan
31
32. penyimpanan. Peta aliran proses dibuat untuk tiap jenis bahan baku. Sehingga
setiap satu bahan baku yang mengalami proses atau inspeksi memiliki satu peta
aliran proses. Manfaat dari peta aliran proses adalah dapat mengeliminasi operasi
yang tidak perlu atau mengkombinasi dengan operasi lain, mengeliminasi
aktivitas handling yang tidak efisien, mengurangi jarak perpindahan material, dan
mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena operasi atau kegiatan yang tidak
produktif, seperti delay.
Diagram aliran adalah diagram atau catatan grafis yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang digambarkan di atas tata letak. Tujuan pokok
pembuatan diagram aliran adalah untuk mengevaluasi langkah-langkah proses
dalam situasi yang lebih jelas, serta dapat dimanfaatkan untuk melakukan
perbaikan didalam desain layout fasilitas produksi yang ada. Selain itu, diagram
aliran juga dapat digunakan untuk menerangkan proses kepada orang lain.
Diagram aliran dibuat dengan memindahkan lambang-lambang dengan garis
untuk menunjukkan lintasan perjalanan bahan. Dalam diagram aliran, hal yang
dapat diamati adalah lokasi kritis, yaitu diketahui dengan banyaknya garis potong
yang menggambarkan lintasan pemindahan bahan dan terdapatnya perpindahan
bolak-balik atau disebut dengan Back-Tracking.
Langkah-langkah pembuatan Peta Proses Operasi adalah :
a. Langkah pertama adalah dengan membuat judul “Peta Proses Operasi” di bagian
paling atas, yang kemudian di bawahnya diikuti identifikasi berupa nama objek,
nama pembuat peta, tanggal pemetaan, dan nomor peta.
b. Bahan yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal, yang menunjukkan
bahan tersebut masuk ke dalam proses.
c. Lambang-lambang diletakkan arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya proses
dan perlakuan terhadap bahan.
d. Penomoran kegiatan operasi dan pemeriksaan harus urut, sesuai dengan yang
terjadi di lapangan.
e. Untuk deskripsi operasi dan alat yang digunakan diletakkan di sebelah kanan
lambang, sedangkan waktu diletakkan di sebelah kiri lambang.
32
33. Adapun lambang artinya operasi, lambang artinya inspeksi atau
pemeriksaan, sedangkan artinya penyimpanan.
Langkah-langkah untuk pembuatan Peta Aliran Proses adalah :
a. Dibuat formulir PAP.
b. Formulir diisi sesuai dengan kegiatan atau proses yang telah diamati.
c. Aliran bahan atau orang yang sudah diamati ditentukan.
d. PAP hanya untuk 1 bahan atau 1 orang saja.
e. Kolom sebelah kanan dilengkapi dengan data seperti jarak perpindahan, waktu
yang dibutuhkan, metode perpindahan, frekuensi perpindahan, dan lain-lain.
f. Dilanjutkan ke seluruh proses yang diamati.
g. Setelah terbentuk titik-titik, titik-titik tersebut kemudian dihubungkan berdasarkan
urutan prosesnya.
Simbol-simbol yang digunakan dalam PAP yaitu (operasi), (inspeksi),
(transportasi), (menunggu), dan (penyimpanan).
Cara membuat Diagram Aliran adalah :
a. Dilakukan pendataan dan pengidentifikasian tata letak sutu industri, berikut
dengan stasiun-stasiun proses atau tempat-tempat dilakukannya proses operasi.
b. Kemudian digambarkan dalam bentuk peta atau denah yang dilengkapi dengan
keterangannya.
c. Diagram Alir ini dibuat berdasarkan PAP yang telah dibuat sebelumnya, sehingga
DA juga berfungsi untuk memperjelas aliran bahan.
d. Dibuat garis dengan tanda panah yang menunjukkan aliran bahan dimulai dari
proses pertama hingga akhir sesuai dengan urutannya.
Berikut adalah penjelasan tentang peta kerja yang sudah kami buat di
Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan.
1. Peta Proses Operasi (PPO)
A. Pembuatan Nasi
Peta proses operasi pembuatan nasi ini menggunakan bahan utama beras 1,5
kilogram. Beras tersebut mengalami operasi dan inspeksi yaitu pada saat
33
34. pencucuian selama 3 menit 30 detik. Setelah itu beras mengalami operasi dan
inspeksi lagi pada saat penanakan selama 22 menit yang sebelumnya ditambah air
dulu. Kemudian beras mengalami operasi dan inspeksi pada saat pengukusan
selama 15 detik dan jadilah nasi sudah siap untuk disajikan
B. Ikan Goreng Tepung
Pada peta proses operasi ini dimulai dengan penimbangan yang dilakukan melalui
operasi dan inspeksi selama 3 menit 45 detik. Setelah itu dilakukan penambahan
bahan yang berupa air. Kemudian pencucian terhadap ikan pun dilakukan di
dalam baskom melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 5 detik. Kemudian
dilakukan penyaringan pada saringan melalui operasi selama 1 menit 25 detik.
Lalu penambahan bawang putih dilakukan yang sebelumnyatelah ditimbang
melaui operasi dan inspeksi selama 2 menit serta telah digiling melalui operasi 1
menit 12 detik. Serta terdapat pula penambahan royco, garam dan sasa. Kemudian
proses pembumbuan dilakukan dalam baskom melalui operasi selama 1 menit 48
detik. Langkah selanjutnya yaitu perendaman bahan didalam bumbu melalui
operasi selama 2 menit 14 detik. Lalu penambahan tepung instan dilakukan.
Kemudian pemberian tepung dalam baskom melalui operasi selama 3 menit 8
detik. Setelah itu dilakukan penambahan minyak, kemudian proses penggorengan
didalam wajan melalui operasi selama 35 menit 16 detik. Kemudian penyaringan
dengan menggunakan saringan melalui operasi selama 12 menit 8 detik. Lalu
langkah terakhir yaitu penirisan di tempayak melalui operasi selama 25 detik. Ikan
goreng tepung pun siap untuk disajikan.
C. Ikan Goreng
Pada peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi
penimbangan terhadap ikan menggunakan timbangan selama 1 menit 43 detik.
Lalu operasi dan inspeksi pemotongan ikan menggunakan pisau selama 45 detik.
Bahan tambahan air digunakan untuk operasi dan inspeksi pencucian selama 1
menit 9 detik menggunakan baskom cuci. Bumbu yang merupakan bahan
tambahan dimasukkan untuk operasi pembumbuan ikan selama 1 menit.
Pembumbuan ini dilakukan menggunakan alat berupa baskom. Selanjutnya
operasi dan inspeksi penggorengan ikan dilakukan menggunakan wajan selama 11
34
35. menit 43 detik.setelah itu operasi penirisan dilakukan selama 1 menit dan ikan
goreng pun siap untuk disajikan.
D. Ikan Bakar
Peta proses operasi ini dimulai dengan melakukan operasi dan inspeksi terhadap
bahan utama yang berupa ikan, operasi berupa penimbangan dengan
menggunakan timbangan selama 4 menit 20 detik, kemudian operasi dan inspeksi
pemotongan menggunakan pisau selama 2 menit 55 detik. Bahan tambahan
berupa air digunakan untuk operasi pencucian selama 9 menit 10 detik. Setelah itu
bahan tambahan berupa bumbu ditambahkan dan dilakukan operasi dan inspeksi
pembumbuan terhadap ikan menggunakan baskom selama 3 menit 19 detik.
Bahan tambahan arang disiapkan dan dilakukan operasi dan inspeksi pemanasan
terhadap arang di tungku selama 5 menit 15 detik. Arang ditambahkan kemudian
dilakukan inspeksi dan operasi pembakaran ikan di pemanggang selama 13 menit
57 detik. Ikan bakar pun siap untuk disajikan.
E. Ikan Lombok Hijau
Pada proses operasi ini menggunakan bahan utama minyak goreng, dikenakan
operasi dan inspeksi berupa pemanasan menggunakan wajan selama 1 menit 30
detik, kemudian ditambahkan bahan tambahan yaitu bawang bombay. Kemudian
dilakukan operasi dan inspeksi kembali berupa penumisan selama 2 menit. Bahan
tambahan berupa air, dimasukkan kedalam wajan dan dilakukan operasi
pengadukan selama 2 menit. Setelah itu bahan tambahan berupa bawang merah,
bawang putih dan cabai dikenakan operasi dan inspeksi berupa penggilingan
menggunakan blender selama 3 menit 5 detik. Bahan tambahan tersebut bersama
sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa dimasukkan kedalam minyak lalu
dilakukan operasi dan inspeksi yaitu pengadukan selama 3 menit. Setelah itu
bahan tambahan berupa ikan dikenakan inspeksi dan operasi penimbangan
menggunakan timbangan selama 2 menit. Lalu ikan dikenakan inspeksi dan
operasi pembersihan menggunakan baskom selama 15 menit. Ditambahkan
minyak yang merupakan bahan tambahan kemudian dilakukan inspeksi dan
operasi penggorengan ½ matang ikan selama 15 menit. Bahan tambahan ikan ½
matang ditambahkan kedalam minyak dan dilakukan operasi pengadukan selama
35
36. 3 menit. Selanjutnya dilakukan operasi dan inspeksi pemotongan ikan selama 28
menit 20 detik. Ikan lombok hijau pun siap untuk disajikan.
F. Ca Kangkung
Peta proses operasi ini diawali dengan operasi dan inspeksi pemanasan
menggunakan wajan selama 1 menit 50 detik terhadap bahan utama yaitu minyak.
Kemudian bahan tambahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai, dan tomat
dikenakan operasi pemotongan pisau dengan waktu masing-masing 20 detik lalu
ditambahkan kedalam wajan. Penambahan bahan tambahan tomat dan cabai yang
sudah dipotong sebelumnya dengan operasi pemotongan selama 5 detik. Setelah
itu dilakukan operasi dan inspeksi penumisan di wajan selama 1 menit 50 detik.
Kemudian dilakukan penambahan kangkung yang telah dipotong dengan pisau
melalui operasi dan inspeksi selama 10 detik serta telah dicuci di dalam ember
melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Kemudian kangkung dimasukkan
kedalam wajan melalui operasi selama 50 detik. Penumisan kembali dilakukan di
dalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit.setelah itu ditambahkan
bumbu penyedap instan ke dalam wajan. Lalu dilakukan penumisan terakhir
didalam wajan melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit 6 detik. Ca kangkung
pun siap untuk disajikan.
G. Es Jeruk
Peta proses operasi ini diawali oleh pemotongan buah jeruk melalui operasi
dengan menggunakan pisau selama 5 detik.. kemudian pemerasan manual
dilakukan melalui operasi selama 1 menit. Lalu ditambahkan bahan tambahan
berupa gula pasir dan air hangat. Kemudian dilakukan pengadukan manual
terhadap campuran tersebut melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik. Bahan
tambahan berupa es batu ditambahkan. Lalu pencampuran manual melalui operasi
selama 30 detik. Es jeruk pun siap untuk disajikan.
H. Es Kelapa Muda
Peta proses operasi ini diawali oleh pemilihan kelapa secara manual melalui
operasi dan inspeksi selama 1 menit. Kemudian pemotongan terhadap kelapa
muda secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 5 menit. Lalu penuangan
air secara manual melalui operasi dan inspeksi selama 2 menit. Bahan tambahan
36
37. berupa gula dimasukkan kedalam kelapa tersebut. Lalu dilakukan pengadukan
manual melalui operasi dan inspeksi selama 30 detik.kemudian langkah
selanjutnya bahan berupa es ditambahkan kedalam kelapa dan diaduk kembali
secara manual melalui operasi selama 30 detik dan kelapa muda pun siap untuk
disajikan.
I. Lalapan
Peta proses operasi ini diawali oleh operasi pencucian terhadap bahan utama
berupa timun selama 30 detik. Operasi penirisan kemudian dilakukan selama 10
detik menggunakan baskom, lalu operasi dan inspeksi pengupasan menggunakan
pisau selama 10 menit. Bahan tambahan berupa kubis, tomat dan kemangi
dikenakan operasi pencucian menggunakan baskom selama 30 detik. Operasi dan
inspeksi penirisan dilakukan di baskom selama 10menit. Kemudian bahan
tambahan tersebut ditambahkan dan dilakukan operasi inspeksi pemotongan
mengunakan pisau selam 2 menit. Lalapan pun siap untuk disajikan.
J. Sambal
Peta proses operasi ini diawali oleh operasi terhadap bahan utama yang berupa
Lombok, pemotongan menggunakan pisau selama 30 detik. Kemudian bahan
tambahan berupa bawang merah dikenakan operasi pemotongan menggunakan
pisau selama 30 detik. Lalu bahan tambahan bawang merah dan kecap dikenakan
operasi pencampuran selama 30 detik menggunakan sendok. sambal pun siap
untuk disajikan.
2. Peta Aliran Bahan (PAP)
A. Pembuatan nasi
Peta aliran bahan ini dimulai dengan pencucian beras selama 3 menit 3o detik
melalui operasi dan inspeksi dengan jumlah 1,5 kg. lalu beras dipindahkan dari
baskom ke panic selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 2 meter.
Kemudian penanakan beras dilakukan selama 22 menit melalui operasi dan
inspeksi dengan jarak 2 meter. Kemudian beras dipindahkan dari panic ke
dandang selama 1 menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah
37
38. selanjutnyaberas dikukus selama 15 menit melalui operasi dan inspeksi dengan
jarak 0,5 meter. Nasi siap untuk disajikan ke tempat penyajian.
B. Ikan Goreng Tepung
Peta aliran bahan ini dimulai dengan penimbangan ikan selama 3 menit 45 detik
melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter dari tempat pelelangan ikan.
Kemudian cakalang tersebut dipindahkan dari timbangan ke baskom selama 1
menit melalui transportasi dengan jarak 1 meter. Langkah selanjutnya yaitu
pencucian cakalang selama 2 menit 5 detik melalui operasi dan inspeksi dengan
jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring selama 1 menit 25 detik melalui operasi
dengan jarak 0,25 meter. Lalu ikan dibumbui dengan bawang putih, garam, royco
dan sasa serta air selama 1 menit 48 detik melalui operasi dengan jarak 2 meter.
Lalu ikan direndam dalam bumbu selama 2 menit 14 detik melalui operasi dengan
jarak 0,5 meter. Lalu ikan yang direndam diangkut kedalam baskom yang berisi
tepung selama 1 menit 30 detik melalui transportasi dengan jarak 6,25 meter.
Kemudian ikan dilumuri tepung selama 3 menit 8 detik melalui operasi dengan
jarak 0,5 meter. Lalu ikan digoreng selama 35 menit 16 detik melalui operasi dan
inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian ikan disaring dari minyak selama 12
menit 8 detik melalui operasi denagan jarak 0,5 meter. Ikan ditiriskan setelah
diangkat dari wajan selama 25 detik melalui operasi dengan jarak 1 meter ,ikan
yang diproses sebanyak 3 kg. Ikan goreng tepung pun siap untuk disajikan.
C. Ikan Goreng
Peta aliran proses ini dimulai dengan penimbangan ikan sejumlah 1 kg selama 1
menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi,kemudian ikan dipindahkan dari
timbangan ketempat pembersihan selama 5 detik melalui transportasi dengan
jarak 0,4 meter dari tempat awal. Lalu ikan dipotong potong selama 45 detik
melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter,setelah itu ikan dicuci selama 1
menit 9 detik melalui proses operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Lalu
ikan dipindahkan dari stasiun kerja pembersihan ke pemasakan selama 10 detik
mealui transportasi dengan jarak 0,8 meter, lalu ikan dimasukkan ke baskom yang
berisi bumbu selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian
ikan digoreng selama 11 menit 43 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak
38
39. 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu penirisan ikan selama 1 menit melalui
operasi dengan jarak 2 meter. Ikan goreng pun siap untuk disajikan.
D. Ikan Bakar
Peta aliran proses ini dimulai dengan memindahan ikan dari tempat ikan ketempat
penimbangan selama 20 detik mealui proses transportasi dengan jarak 1 meter
sejumlah 1 kg, kemudian ikan ditimbang selama 4 menit melalui operasi dan
inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu ikan dipotong potong
selama 2 menit 55 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5
meter,setelah itu ikan dicuci selama 9 menit 10 detik melalui operasi dan inspeksi
dengan jarak 0,5 meter. Langkah selanjutnya yaitu pembumbuan terhadap ikan
selama 3 menit 19 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter, lalu
ikan dipindahkan ketempat pembakaran selama 3 menit 15 detik melalui
transportasi dengan jarak 1 meter. Kemudian ikan dibakar dengan arang yang
sudah dipanaskan selama 13 menit 57 detik melalui operasi dan inspeksi dengan
jarak 0,5 meter. Ikan bakar pun siap disajikan.
E. Ikan Lombok Hijau
Peta aliran proses ini dimulai dengan pemanasan minyak dengan proses yang
dilakukan dengan operasi dan inspeksi dengan jarak 1 m dari panci dengan waktu
1 menit 30 detik dengan alat berupa kompor dan wajan. Setelah itu bawang
Bombay ditumis dengan operasi dan inspeksi dengan menggunakan alat berupa
wajan dan spatula dengan waktu selama 2 menit. Lalu bahan berupa air
ditambahkan ke dalam wajan tersebut dengan operasi dan inspeksi selama 2
menit.. setelah itu minyak tersebut dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah
dipersiapkan, bumbu-bumbu yang ditambahkan berupa cabai, bawang putih,
bawang merah, sereh, salam, kecap, garam dan penyedap rasa. Setelah itu ikan
dicampurkan kedalam minyak goring yang berisi campuran bumbu selama 3
menit dengan alat berupa wajan dan spatula dengan proses berupa operasi.
Kemudian bahan bahan tersebut diaduk sampai matang selama 24 menit 40 detik
sampai matang. Ikan Lombok Hijau pun siap untuk disajikan.
F. Ca kangkung
39
40. Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan kangkung dipotong selama 10
menit melalui operasi dan inspeksi sejumlah 15 ikat. Kemudian kangkung
dipindahkan ke ember dari tempat pemotongan selama 15 detik melalui proses
transportasi dengan jarak 0,5 meter. Setelah itu kangkung dicuci selama 2 menit
melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,5 meter. Kemudian kangkung
dipindahkan dari ember ke wajan selama 15 detik dengan jarak 2 meter melalui
transportasi. Kemudian kangkung dimasukkan dalam wajan yang telah terisi
campuran bumbuselama 50 detik melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.
Kemudian kangkung ditumis bersamaan dengan campuran bumbu.selama 2 menit
melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 0,25 meter. kemudian kangkung
ditumis kembali dengan bumbu penyedap selama 2 menit 6 detik melalui operasi
dan inspeksi. Ca kangkung pun siap disajikan.
G. Es jeruk
Peta aliran proses ini dimulai dengan jeruk dipotong selama 5 detik melalui
operasi dengan jarak 0,25 meter dari tempat pengambilan. Kemudian jeruk
diperas secara manual selama 1 menit melalui operasi dengan jarak 0,25 meter.
setelah itu air perasan jeruk diaduk yang sebelumnya ditambah air hangat dan gula
selama ½ menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½ meter. lalu air
dicampur dengan es batu selama ½ menit dengan jarak ½ meter dengan cara
operasi, pada proses jeruk yang digunakan sebanyak 1 buah. Setelah proses ini
berakhir maka es jeruk pun siap untuk disajikan.
H. Es kelapa muda
Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan kelapa muda yang sudah dipilih
secara manual dengan waktu 1 menit melalui operasi dan ispeksi dengan jarak 2
meter. kemudian kelapa muda dibelah selama 5 menit melalui operasi dan
inspeksi dengan jarak ½ meter. air kelapa diaduk dengan sebelumnya sudah
ditambahkan gula selama 30 detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak ½
meter. kemudian air kelapa pun diaduk secara merata selama 30 detik melalui
operasi dengan jarak ½ meter. air kelapa muda pun siap untuk disajikan.
I. Lalapan
40
41. Peta aliran proses ini dimulai dengan penyiapan timun secara manual selama 30
detik melalui operasi dengan jarak 1 meter. kemudian timun ditiriskan selama 10
detik melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 1 meter. lalu timun dikupas
dengan pisau selama 1 menit melalui operasi dan inspeksi dengan jarak 2 meter.
tomat, kubis, kemangi disiapkan yang juga dipotong dengan pisau selama 30 detik
dengan operasi dengan jarak 2 meter. tomat, kubis, kemangi dipotong dengan
pisau yang sebelumnya dicuci selama 2 menit melalui operasi dan inspeksi
dengan jarak 2 meter. pada proses ini buah timun yang digunakan 2 buah dan
buah lainnya berjumlah 1 buah. Setelah semua langkah telah selesai dilakukan
lalapan pun siap untuk disajikan.
J. Sambal
Peta aliran proses ini dimulai dengan pemotongan cabai yang dilakukan dengan
menggunakan pisau selama 30 detik melalui operasi dengan jarak ½ meter. cabai
dicampur dengan bawang merah yang telah dipotong dan kecap selama 30 detik
melalui operasi dengan jarak ½ meter. kemudian sambal pun siap untuk disajikan.
3. Diagram Aliran
A. Pembuatan Nasi
Pada pembuatan nasi diagram alir dimulai dari tempat pencucian yang dilanjutkan
menuju tempat penanakan yang berada di tempat pemasakan.
B. Ikan Goreng Tepung
Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat
penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat
pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.
C. Ikan Goreng
Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan
ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat
pembumbuan dan penggorengan yaitu di tempat pemasakan.
D. Ikan Bakar
41
42. Pada pembuatan ikan goreng ini diagram alir dimulai dari tempat penyimpanan
ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian yang diakhiri pada tempat
pembumbuan dan kemudian pembakaran di tempat pemanggangan.
E. Ikan Lombok Hijau
Pada pembuatan ikan goreng tepung ini diagram alir dimulai dari tempat
penyimpanan ikan yang dilanjutkan ke tempat pencucian berlanjut ke tempat
pembumbuan dan yang terakhir tempat penggorengan.
F. Ca Kangkung
Pada pembuatan Ca kangkung ini diagram alir dimulai dari tempat pencucian
yang diteruskan ke tempat pemasakan.
G. Es Jeruk
Pada pembuatan Es Jeruk ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan dan
terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.
H. Es Kelapa Muda
Pada pembuatan Es kelapa muda ini diagram alir dimulai dari penyiapan bahan
dan terakhir berada di tempat pembuatan yang ada di tempat perabot.
I. Lalapan
Pada pembuatan lalapan ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan
ke tempat pencampuran bahan.
J. Sambal
Pada pembuatan sambal ini diagram alir dimulai dari pencucian yang diteruskan
ke tempat pencampuran bahan.
Dari pengamatan yang kami lakukan dengan pedoman tata letak yang baik
untuk aliran bahan di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan, pola aliran
sudah bagus dan terencana. Di sana sudah di tentukan area-area untuk produksi
sehingga aliran bahan itu berjalan lancar dan terencana. Pola aliran bahan pun
lurus hanya ada sedikit langkah balik dari transportasi pengolahan dari bahan
mentah sampai bahan jadi.
42
43. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing area kerja
yang ada di Rumah Makan Putra Tunggal Sinar Harapan:
No Lokasi Kelebihan Kekurangan
1 Area penyiapan bahan Fleksibel dan hanya Tidak terdapat
membutuhkan area area khusus
yang kecil sehingga
mengganggu
aliran produksi.
2 Tempat pencucian bahan baku Letaknya dekat Tidak terdapat
dengan area batas dengan
produksi. area produksi
3 Tempat produksi Telah difungsikan Aliran produksi
dengan maksimal. kurang rapi
4 Dapur Difungsikan dengan Kurang bersih
maksimal dan masih
banyak yang
harus dibenahi
6 Ruang makan Sudah tertapa rapi Kurang fleksibel
dan nyaman karena terpisah
antar ruang
makan
7 Tempat pembakaran Dapat menampung Kurang strategis
banyak arang
8 Tempat perabot Dapat menampung kotor dan
banyak perabot kurang tertata
rapi
9 Area parkir karyawan Luas dan memadai Tidak strategis
karena berada di
dalam ruangan
10 Kamar tidur Cukup luas dan Kurang tertata
43
44. strategis rapi
11 Toilet Sudah berada Kurang bersih
diruang belakang dan nyaman
sehingga tidak
mengganggu
pengunjung
12 Kolam Bisa digunakan Kecil dan
untuk tambahan seharusnya
pasokan ikan berada
dibelakang
rumah makan.
Tidak terawat
13 Tempat ikan Cukup luas dan Kurang bersih
memadahi dan higenis
14 Kasir Simple dan cocok Tidak ada
karena sudah berada tempat khusus
di depan ruangan buat kasir dan
hanya digabung
dengan etalase
tempat ikan
44
45. BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah kami amati proses pembuatan makanan dan minuman pada Rumah Makan
Putra Tunggal Sinar Harapan, kami dapat membuat Peta Proses Operasi, Peta
Aliran Proses, dan Diagram Aliran untuk setiap menu masakan dan minuman.
Dari hasil evaluasi tata letak rumah makan ini, kami simpulkan bahwa masih
kurang efektif karena jarak perpindahan yang terlalu jauh sehingga memakan
waktu saat proses pembuatan produk.
Kelebihan tata letak rumah makan ini adalah sudah terorganisirnya tempat untuk
masing-masing stasiun. Kekurangannya adalah stasiun pembakaran yang masih
terlalu jauh dari stasiun penyajian sehingga perpindahan bahan menjadi terlalu
jauh.
45
46. DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2008. Strategi Tata Letak – Manajemen Operasi. Dalam
http://agungpia.multiply.com/journal/item/42/Strategi_Tata_Letak_-
_Manajemen_Operasi diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.13 WIB
Anonim 2. 2009. Strategi Tata Letak. Dalam http://one.indoskripsi.com/node/9267
diakses tanggal 19 Maret 2010 pukul 13.27 WIB
Apple, J. M. 1983. Plant Layout and Material Handling, Third Edition. John Wiley &
Sonc, Inc.
Burbidge, J.L. 1975. The Introduction of Group Technology. New York : John Wiley &
Sons Inc.
Machfud dan Agung, Yudha. 1990. Perancangan Tata Letak Pada Industri Pangan.
Bogor : IPB
Muther, R. 1944. Production Line Technique. New York : McGraw-Hill Book Co.
Sims, E.R. 1968. Planning and Managing Materials flow. Lancaster, Ohio : E.R. Sims
Associates
46
47. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 3
ROUTE SHEET DAN MULTI PRODUCT PROCESS CHART
Disusun Oleh:
Bintang Elka (10/296464/TP/09660)
Yanis Rahmasari P (10/297605/TP/09714)
M. Roisul Akbar I (10/297679/TP/09724)
Moh. Hidayatullah (10/305402/TP/09934)
Asisten:RM Persia Manggala
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
47
48. BAB I
PENDAHULUAN
D. LATAR BELAKANG
Industri saat ini selalu berorientasi untuk meraih keuntungan di awal
pendiriannya. Apabila industri tidak dapat membdaapt balik modal aatu
meraih keuntungan saat melakukan produksi, maka industri tersebut sudah
pasti akan mengalami kerugian. Keuntungan industri tidak hanya dipengaruhi
oleh seberapa besar harga nominal suatu barang ataupun seberapa banyak
produk industri yang terjual dan dinikmati konsumen, namun dipengaruhi pula
oleh faktor internal industri. Faktor internal tersebut antara lain efisiensi dan
produktivitas pekerja. Peningkatan efisiensi dan produktivitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan penentuan
jumlah mesin dan sumber daya manusia yang tepat sesuai dengan kebutuhan
di dalam proses produksinya.
Berdasarkan hal di atas, maka sudah sepatutnya dilakukan perhitungan
dan suatu evaluasi tata letak yang tepat dan sesuai agar diperoleh hasil yang
akurat. Perhitungan tersebut dapat menunjukkan kebutuhan mesin dan sumber
daya manusia pada suatu industri yang tepat dibutuhkan. Namun, penentuan
atau perhitungan ini perlu disesuaikan dengan keadaan riil industri yang
bersangkutan karena setiap industri memiliki kapasitas produksi yang berbeda.
Salah satu cara untuk melakukan perhitungan, serta melakuakn evaluasi tata
letak adalah Route Sheet dan Multi Product Process Chart (MPPC). Route
sheet dapat memberikan informasi mengenai banyaknya bahan yang terbuang
(scrap) pada proses produksi tersebut serta menunjukkan kapasitas produksi
dengan memperhatikan efisiensi mesin. Sedangkan MPPC dapat mengevaluasi
tata etak berdasarkan jumlah mesin.
Melalui perhitungan dan route sheet yang dikerjakan maka diharapkan
sebuah industri tidak memiliki mesin dan pekerja yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit untuk menjalankan proses produksinya. Selain itu jumlah
48
49. pekerja yang tepat juga memberikan kesempatan kepada pekerja untuk lebih
berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan efisiensi dan produktivitas terhadap fasilitas fisik yang berarti
peningkatan profit atau keuntungan terhadap industri tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan perlunya diadakan praktikum “Route Sheet dan Multi Product
Process Chart” dalam lingkup pembelajaran Teknologi Industri Pertanian
sebagai bekal untuk bekerja kelak.
E. TUJUAN
Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber
daya manusia berdasarkan kapasitas riil industri.
49
50. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaturan departemen-departemen dalam sebuah pabrik atau industri
biasanya akan didasarkan pada aliran bahan (material) yang bergerak di antara
fasilitas-fasilitas produksi atau departemen tersebut. Fasilitas-fasilitas produksi
tersebut lalu akan diletakkan dalam masing-masing departemen sesuai dengan
pengelompokannya. Perlu diketahui pula bahwa permulaan (penerimaan) dari
pola aliran dan ujung (pengiriman) juga merupakan titik tempat bergabungnya
aliran internal ke dalam daur aliran sistem keseluruhan (Wignjosoebroto, 1996).
Dalam merancang aliran bahan, hal yang sama pentingnya untuk
diperhatikan adalah mengenai rancang fasilitas perusahaan tersebut. Aliran barang
biasanya merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang
dengan cermat, serta tidak boleh dibiarkan tumubuh atau berkembang menjadi
satu pola lulu lintas yang membingungkan. Konsep di atas dapat diringkas
menjadi sebagai berikut (Apple, 1983) :
a. Suatu perencanaan efisien bagi aliran barang adalah prayarat bagi produksi
yang ekonomis.
b. Pola aliran barang menajdi dasar bagi penyusunan fasilitas fisik yang efektif.
c. Pemindahan barang mengubah pola aliran ke dalam suatu kenyataan cergas,
dan memberitahukan bagaimana cara barang dipindahkan.
d. Susunan fasilitas yang baik di sekitar pola alirang barang dapat menghasilkan
pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara efisien.
e. Penyelesaian proses yang baik dapat meminimumkan biaya produksi.
f. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.
Rancang fasilitas dan aliran barang yang baik dapat diwujudkan dengan
cara mengevaluasi rancang fasilitas dan aliran barang yang sudah ada. Salah satu
cara melakukan evaluasi ini adalah dengan menggunakan Route Sheet dan Multi
Product Process Chart. Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations
process chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan
perakitan dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-
50
51. spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.
Routing sheet adalah lebih terperinci daripada bagian perakitan karena
menunjukkan operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian
proses individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga
dengan berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses
operasi-operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih
lengkap tentang cara memproduksi suatu barang (Handoko, 2000).
Untuk proses perancangan tata letak , routing sheet mempunyai sifat yang
mendasar .Pada dasarnya routing sheet dibuat sebagai hasil dari perancangan
suatu proses ,belum ditentukan bagaimana pengaturan letak mesin atau pusat kerja
atau depertemen bagian produksi .Data dan informasi yang berkenan dengan
proses atau operasi yang berlangsung tertuang rinci dalam routing sheet
(Purnomo, 2004).
Sedangkan untuk keperluan perencanaan layout maka penggambaran
aliran atau urutan operasi kerja seperti yang dilaksanakan dalam “Operation
Layout” akan lebih baik kalau dimodifikasi dalam bentuk “Multi Part Process
Chart”. Dengan membuat Multi Part Process Chart maka akan bisa diperoleh
gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang seharusnya
dirancang selain itu dapat diketahui pula jumlah mesin secara teoritis dan
aktualnya (Wignjosoebroto, 1996).
Peta prose multi produk menunjukkan keterkaitan produksi antara bagian
suatu produk atau antar produk ,bahan dan akuivitas. Dengan membuat MPPC
maka akan diperoleh gambaran umum mengenai layout mesin atau fasilitas
produksi yang seharusnya dirancang. Berdasarkan peta tersebut maka akan dapat
dipelajari dan dianalisa dua hal yang memeiliki pengaruh yang cukup signifikan
dalam perancangan layout antara lain aliran balik (back tracking) dan
pengelompokan pola aliran (flow pattern) (Burbidge, 1975).
Multi Product Process Chart adalah suatu diagram yang menunjukkan
urut-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi (Apple,
1990). Multi Product Process Chart termasuk dalam peta untuk menganalisis dan
51
52. merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah berdiri maupun bagi
perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta proses operasi (Anonim 1,
2008).
Multi Product Process Chart berguna untuk menunjukkan keterkaitan
produksi antara komponen produk atau antar produk mandiri, bahan, bagian,
pekerjaan, atau kegiatan. Peta ini terutama berguna untuk membantu operasi job-
shop. Informasi yang dapat diperoleh adalah jumlah mesin yang dibutuhkan.
Untuk menggambarkan peta ini dengan baik, berikut petunjuk-petunjuk
pembuatan peta MPPC (Anonim 2, 2009) :
1. Menuruni sisi kertas, tulis daftar departemen atau bagian, kegiatan, proses dan
mesin yang harus dilalui komponen. Pengurutan dilakukan dari atas kebawah.
2. Sepanjang baris atas dituliskan komponen yang sedang dikaji.
3. Pencatatan operasi pada tiap komponen/produk berhadapan dengan nama
departemen/ proses/ mesin yang sesuai dengan lingkaran yang berisikan
nomor operasi dari peta proses operasi.
4. Hubungan lingkaran menurut urutannya, walaupun mungkin saja terjadi garis
balik.
5. Menjumlahkan nilai jumlah teoritis untuk setiap proses dan dicatat pada kotak
paling kanan untuk setiap baris.
6. Merupakan pengkajian peta yang bertujuan untuk penyusunan ulang yang
disebabkan oleh langkah balik., kesamaan pola aliran yang menunjukkan
kebutuhan akan proses yang sama pada wilayah yang sama, waktu yang sama
dan sebagainya. Penyusunan ulang akan menghasilkan pola aliran yang
efisien. Pembuatan MPPC sangat bergantung oleh Routing Sheet
52
53. BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.ROUTE SHEET
ROUTE SH
Cakalang Goreng
Jml
disiapka
No Nama Kap.aktua Jumlah
Alat Eff n
Operasi Operasi l (Mnt/kg) Alat
(Kg/hari
)
Timbanga
O-1 1,716
Penimbangan n 1 10 0,00715
0,00312
O-2 0,75
Pemotongan Pisau 1 10 5
O-3 Pencucian Baskom 1,15 1 10 0,0048
Pembumbua
O-4 1
n Baskom 1 10 0,00416
Penggorenga
O-5 1,175
n Wajan 1 10 0,0049
O-6 Penirisan Saringan 1 1 10 0,00416
53
54. Ca
kangkun
g
No Jml
Nama Kap.aktua Jumlah
Operas Alat Eff disiapkan
Operasi l (Mnt/kg) Alat
i (Kg/hari)
O-1 Pemanasan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072
O-2 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012
O-3 Pemotongan Pisau 0,6 1 0,5 0,0012
O-4 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032
O-5 Pemotongan Pisau 0,16 1 0,5 0,00032
O-6 Penumisan Wajan 3,6 1 0,5 0,0072
O-7 Pemotongan Pisau 0,32 1 0,5 0,00064
O-8 Pencucian Ember 0,06 1 0,5 0,00012
O-9 Penumisan Wajan 0,06 1 0,5 0,00012
O-10 Penumisan Wajan 4,2 1 0,5 0,0084
Tuna Lombok
Hijau
Nama Kap.aktua Jml Jumlah
No Alat Eff
Operasi l (Mnt/kg) disiapka Alat
Operas
n
54
55. i (Kg/hari)
O-1 Pemanasan Wajan 0,3 1 5 0,00625
O-2 Penumisan Wajan 0,4 1 5 0,0083
O-3 Perebusan Wajan 0,4 1 5 0,0083
O-4 Penggilingan Blender 0,616 1 5 0,0128
O-5 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125
O-6 Penimbangan Timbangan 0,4 1 5 0,0083
O-7 Pembersihan Baskom 0,05 1 5 0,0001
Penggorenga
O-8
n Wajan 0,05 1 5 0,0001
O-9 Pengadukan Wajan 0,6 1 5 0,0125
O-10 pematangan Wajan 5,66 1 5 0,118
Pembuatan Sambal
Jml
No
Nama Kap.aktua disiapka Jumlah
Operas Alat Eff
Operasi l (Mnt/kg) n Alat
i
(Kg/hari)
O-1 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002
O-2 Pemotongan Pisau 0,5 1 1 0,002
Pencampura
O-3
n Sendok 0,5 1 1 0,002
55
56. Lalapan
No Jml
Nama Kap.aktual Jumlah
Operas Alat Eff disiapkan
Operasi (Mnt/kg) Alat
i (Kg/hari)
O-1 Pencucian Manual 0,5 1 4 0,0083
O-2 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167
O-3 Pengupasan Pisau 1 1 4 0,0167
O-4 Pencucian Baskom 0,5 1 4 0,0083
O-5 Penirisan Baskom 10 1 4 0,167
O-6 Pemotongan Pisau 2 1 4 0,033
Es Jeruk
Jml
No
Nama Kap.aktual disiapka Jumlah
Operas Alat Eff
Operasi (Mnt/kg) n Alat
i
(Kg/hari)
O-1 Pemotongan Pisau 0.08 1 2 0,0006
O-2 Pemerasan Manual 1 1 2 0,008
O-3 Pengadukan Manual 0,5 1 2 0,004
Pencampura
O-4
n Manual 0,5 1 2 0,004
56
57. Cakalang Goreng
Tepung
Jml
No
Nama Kap.aktua disiapka Jumlah
Operas Alat Eff
Operasi l (Mnt/kg) n Alat
i
(Kg/hari)
O-1 Penimbangan Timbangan 1,25 1 6 0,0313
O-2 Pencucian Baskom 0,69 1 6 0,0173
O-3 Penyaringan Saringan 0,47 1 6 0,0118
O-4 Penimbangan Timbangan 0,67 1 6 0,0168
O-5 Penggilingan Gilingan 0,4 1 6 0,01
O-6 Pembumbuan Baskom 0,6 1 6 0,015
Perendaman
O-7
Bumbu Baskom 0,78 1 6 0,0195
Pemberian
O-8
Tepung Baskom 1,04 1 6 0,026
Penggorenga
O-9
n Wajan 11,76 1 6 0,294
O-10 Penyaringan Saringan 4,04 1 6 0,101
O-11 Penirisan Tempayak 0,14 1 6 0,0035
Cakalang Bakar
57
58. Jml
No
Nama Kap.aktua disiapka Jumlah
Operas Alat Eff
Operasi l (Mnt/kg) n Alat
i
(Kg/hari)
Penimbanga
O-1
n Timbangan 4,32 1 4 0,072
O-2 Pemotongan Pisau 2,92 1 4 0,049
O-3 Pencucian Baskom 9,17 1 4 0,153
Pembumbua
O-4
n Baskom 3,42 1 4 0,057
O-5 Pemanasan Tungku 5,25 1 4 0,087
Pemanggan
O-6
Pembakaran g 13,95 1 4 0,232
Pemasakan Nasi
Jml
No Nama Kap.aktual Jumlah
Alat Eff disiapkan
Operasi Operasi (Mnt/kg) Alat
(Kg/hari)
O-1 Pencucian Baskom 2,33 1 1,5 0,0146
O-2 Penanakan Panci 14,67 1 1,5 0,092
O-3 Pengukusan Dandang 10 1 1,5 0,0625
Es Kelapa Muda
58
59. No Jml
Nama Kap.aktual Jumlah
Operas Alat Eff disiapkan
Operasi (Mnt/kg) Alat
i (Kg/hari)
O-1 Pemilihan Manual 1 1 3 0,0125
O-2 Pemotongan Golok 5 1 3 0,0625
Penuangan
O-3
air Manual 2 1 3 0,025
O-4 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625
O-5 Pengadukan Sendok 0,5 1 3 0,00625
59
61. B. PEMBAHASAN
Praktikum Tata Letak dan Penanganan Bahan acara 3 ini membahas
tentang Route Sheet dan Multi Product Process chart. Praktikum ini bertujuan
agar praktikan dapat melakukan perhitungan akan kebutuhan mesin dan
sumberdaya manusia berdasar kapasitas riil industri sehingga tidak ada
pemborosan atau kekurangan tenaga kerja maupun mesin.
Route Sheet atau bagan proses operasi-operasi (operations process
chart) merupakan suatu tabel atau bagan yang mirip dengan bagan perakitan
dengan perbedaan bahwa bagian proses operasi mencakup spesifikasi-
spesifikasi untuk bagian-bagian dan waktu pengoperasian dan pemeriksaan.
Routing sheet lebih terperinci daripada bagian perakitan karena menunjukkan
operasi-operasi dan routing yang diperlukan untuk suatu bagian proses
individual. Setiap operasi mesin atau karyawan didaftar, begitu juga dengan
berbagai peralatan dan perkakas yang diperlukan. Jadi bagian proses operasi-
operasi atau routing sheet memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap
tentang cara memproduksi suatu barang.
Sedangkan MPPC (Multi Product Process Chart) adalah suatu
diagram yang menunjukkan urut-urutan proses untuk masing-masing
komponen yang akan diproduksi. MPPC termasuk dalam peta untuk
menganalisis dan merencanakan aliran barang dalam pabrik yang sudah
berdiri maupun bagi perencanaan proyek baru, erat kaitannya dengan peta
proses operasi
Dalam pembuatan Route Sheet terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil data yang
diperlukan. Data tersebut dapat diambil dari Peta Proses Operasi yang telah
dibuat sebelumnya pada acara 2 yaitu berupa jumlah bahan dan produk yang
diharapkan, waktu yang ditempuh untuk melakukan suatu operasi dan
jumlah scrap yang timbul dari setiap operasi yang dinyatakan dalam persen
atas jumlah keseluruhan bahan atau produk. Alasan data diambil dari PPO
karena PPO merupakan peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah
proses yang akan dialami oleh bahan baku berupa urutan kegiatan operasi dan
61
62. inspeksi sejak bahan mentah hingga menjadi produk yang memuat informasi
mengenai waktu proses, bahan yang digunakan, mesin/stasiun kerja yang
melakukan kegiatan operasi, serta waktu dan kondisi operasi.
Langkah kedua adalah menentukan nomor operasi, nama operasi,
mesin/stasiun kerja yang melakukan kegiatan operasi waktu proses/waktu
baku dari masing-masing operasi, serta jumlah yang diharapkan tiap operasi.
Nomor dan nama operasi diurutkan dari nomor operasi paling pertama,
sedangkan maksud dari stasiun kerja atau mesin adalah bagaimana operasi itu
dilakukan oleh pekerja. Operasi dapat dilakukan dengan bnatuan mesin atau
alat sehingga pekerja dapat meninggalkan operasi itu untuk melakukan operasi
lainnya atau pekerja dapat melakukannya secara manual. Pekerjaan yang
dilakukan secara manual disebut dengan stasiun kerja dalam Route Sheet.
Langkah ketiga adalah menentukan kapasitas aktual dari masing-
masing operasi dengan cara menghitung waktu proses per berat (gram) bahan.
Langkah ke empat adalah menghitung efisiensi mesin / pekerja dari
masing-masing operasi dengan menggunakan rumus:
Ei = atau
Ei 1 -
down time set up time tiap periode
waktu optimal kerja tiap periode
Dalam perhitungan ini, praktikan menggunakan rumus efisiensi yang
pertama. Perhitungan ini digunakan untuk menghitung efisiensi mesin/pekerja
dari operasi yang menggunakan mesin, bukan operasi yang dilakukan secara
manual. Hal ini dikarenakan efisiensi operasi yang dilakukan secara manual
atau disebut dengan stasiun kerja adalah 100 %.
Langkah ke lima adalah menghitung jumlah yang siapkan yaitu dengan
menentukan jumlah kilogram tiap bahan dibagi dengan jumlah pesanan per
hari.
Langkah ke delapan adalah menghitung jumlah mesin. Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan rumus:
62
63. Ni =
Hasil perhitungan tersebut inilah yang selanjutnya akan digunakan
dalam pembuatan MPPC untuk mendapatkan jumlah mesin yang dibutuhkan
secara teoritis maupun aktual.
MPPC merupakan kelanjutan dari Route Sheet, yaitu berisi urutan
proses yang dialami oleh tiap bahan. MPPC menunjukkan keterkaitan
produksi, bahan, atau kegiatan. Dengan dibuatnya peta proses multi produk ini
dapat ditentukan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi.
Apabila dalam suatu proses tidak menggunakan mesin atau dengan kata lain
operasi dilakukan secara manual, maka data akhirnya berupa jumlah
kebutuhan tenaga kerja untuk proses operasi manual tersebut. Selain itu pada
MPPC juga terdapat jumlah mesin yang dibutuhkan secara teoritis dan aktual
pada tiap stasiun kerja, untuk stasiun kerja yang tidak membutuhkan mesin
maka nilai tersebut adalah jumlah pekerja atau operator yang dibutuhkan.
MPPC dibuat dengan cara membuat suatu tabel dengan menggunakan
software autocad atau VCO, di mana pada baris atas tercantum seluruh bahan
baku yang digunakan, serta jumlah mesin, baik secara teoritis maupun aktual.
Sedangkan pada bagian kiri tercantum nama operasi urut dari operasi yang
pertama. Selanjutnya data-data jumlah mesin yang diperoleh dari hasil
perhitungan pada Route Sheet dipindahkan ke MPPC. Operasi tiap bahan yang
telah dilingkari dan telah tercantum jumlah mesin secara teoritis di atasnya,
disambungkan antar lingkaran dengan anak panah.
Untuk hasil perhitungan, sama dengan nilai jumlah mesin yang
dibutuhkan secara teoritis pada Route Sheet, nilai mesin yang dibutuhkan pada
jumlah mesin secara aktual MPPC masih berbentuk pecahan sehingga
dilakukan pembulatan ke atas. Alasan dilakukan pembulatan ke atas, selain
agar target produksi dapat tercapai adalah karena dengan pembulatan kebawah
target produksi sulit direncanakan. Selain itu, jika dilakukan pembulatan ke
bawah maka seluruh stasiun kerja tidak memiliki mesin dan operatornya.
63