SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN
  BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 2
      KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

                       Oleh : Linda Mulyo Hariyati


                                  Abstrak
    Pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih mengacu
    pada model pembelajaran lama (tradisional). Guru jarang melibatkan
    siswa untuk berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok
    (pembelajaran tanpa adanya umpan balik dari siswa). Di dalam
    pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan
    yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3)
    keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Dalam proses
    belajar mengajar di kelas, kemampuan berbicara dapat diwujudkan
    dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru atau siswa
    lain (berargumentasi), debat dan sebagainya. Metode diskusi
    merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran dalam proses
    belajar mengajar sehingga guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat
    dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua
    arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi,
    pembahasan maupun pengambilan keputusan. Berdasarkan temuan
    tersebut maka direkomendasikan mengenai pentingnya peningkatan
    pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan perencanaan,
    pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang menerapkan metode
    diskusi untuk melatih keterampilan berbicara siswa.


    (kata kunci: metode diskusi, pembelajaran bahasa indonesia,
                   keterampilan berbicara siswa)
A. Latar Belakang Masalah
       Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang
sikolah dasar. Tetapi pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih
mengacu pada model pembelajaran lama (tradisional). Pembelajaran pada guru atau
center teacher instruction yang lebih mengutamakan suatu teori daripada praktik
sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekedar pengetahuan yang harus
diketahui atau dihafalkan oleh siswa tanpa adanya suatu pengalaman dari siswa akan
manfaat atau kegunaan materi yang diajarkan guru dengan situasi yang ada.
       Peran guru sangat dominan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Guru diposisikan sebagai sumber ilmu dan sumber informasi yang dibutuhkan oleh
siswa, daripada guru diposisikan sebagai fasilitator. Selama kegiatan belajar
mengajar guru dituntut selalu aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya pasif
mendengarkan, mencatat dan tanpa komentar. Guru jarang melibatkan siswa untuk
berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok (pembelajaran tanpa adanya
umpan balik dari siswa). Interaksi yang timbul hanya sebatas interaksi satu arah,
yaitu interaksi antara guru dengan siswa saja. Padahal interaksi merupakan salah satu
unsur penting untuk menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran.
       Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek
keterampilan yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3)
keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Tinggi rendahnya kompetensi
kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan
berbahasanya. Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
kemampuan memahami (comprehension) dan mempergunakan ( production),
masing-masing bersifat reseptif dan produktif. Kemampuan produktif adalah
keterampilan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah
kemampuan menyimak/mendengarkan dan membaca. Keempat keterampilan ini
tidak dapat dipisah tetapi dapat dibedakan.
       Kebanyakan guru Bahasa Indonesia yang menganggap bahwa berbicara
merupakan aspek pembelajaran yang kurang mendapatkan perhatian dari siswa.
Kenyataan ini membuat guru cenderung untuk mengalihkan materi berbicara dengan
materi lain atau mengganti dengan tugas yang lain sebagai pekerjaan rumah.
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dimiliki
oleh seseorang, dan kemampuan itu bukanlah kemampuan yang diperoleh secara
turun temurun melainkan kemampuan yang timbul secara alamiah. Dan kemampuan
berbicara memerlukan latihan, pengarahan, dan bimbingan intensif. Dalam
kenyataannya, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan yaitu berbicara
dan mendengarkan selebihnya barulah menulis dan membaca. Akan tetapi
adakalanya seseorang berbicara dalam situasi formal sering timbul rasa gugup,
sehingga gagasan yang dikemukakan tidak bisa dipahami atau diterima orang lain
karena dalam menyampaikan bahasanya menjadi tidak teratur. Berbicara dalam
situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik memerlukan latihan
dan bimbingan yang intensif. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kemampuan
berbicara dapat diwujudkan dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru
atau siswa lain ( berargumentasi ), debat dan sebagainya.
       Dalam upaya melatih kemampuan berbicara siswa dalam kegiatan belajar
mengajar diperlukan adanya pemilihan metode yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan yang diinginkan. Metode diskusi merupakan salah satu cara
penyajian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga guru dan siswa,
bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik
dari dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan
maupun pengambilan keputusan. Adanya perubahan dalam mengajar atau variasi
guru dalam mengajar secara tepat maka akan menghasilkan siswa yang berprestasi
dan terpendidik. Oleh karena itu, untuk menjadikan siswa yang ulet, tertantang, dan
bermotivasi guru harus profesional dalam menyikapi hal tersebut diantaranya
menggunakan metode diskusi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan,
dan dapat menjadikan siswa yang aktif dan kreatif. Selain anak yang dituntut aktif
dan kreatif, guru juga dituntut untuk senantiasa aktif dan kreatif dalam
mempersiapkan sumber belajar. Kondisi psikologis guru juga dituntut untuk
senantiasa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
(PAKEM). Permasalahan yang melingkupi guru diharapkan tidak mempengaruhi
proses pembelajaran.
       Sering kali ditemukan dalam dunia pendidikan khususnya siswa kelas IV
SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun, siswa yang sering dianggap bersalah apabila
siswa mendapat nilai yang kurang baik. Namun, tidaklah tepat apabila hanya siswa
saja yang disalahkan karena hingga saat ini masih sering pula ditemukan guru yang
dalam penyampaian atau penyajian materi hanya dengan menggunakan metode
ceramah saja dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpikir atau untuk
menemukan suatu masalah atau informasi yang penting pada pembelajaran tersebut.
       Dalam hubungan dengan pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa,
diperlukan satu standar kompetensi sebagai tolok ukur kemampuan yang dimiliki
oleh siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa standar
kompetensi mata pelajaran Bahsa Indonesiaberorientasi pada hakikat pembelajaran
bahasa yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi
dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta menimbulkan
penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia (2004:136). Disebutkan pula,
salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial (2004:137).
Mengacu pada adanya kondisi seperti itu dan dilandasi oleh keinginan peneliti untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Balerejo 2 Kebonsari
Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti mencoba menerapkan metode
diskusi karena adanya keunggulan yang dijanjikan oleh metode diskusi. Diantaranya,
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas berpikir, berpendapat,
menanggapi/berargumentasi tentang persoalan-persoalan ataupun hal-hal yang telah
disampaikan guru, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyumbangkan
pikirannya, dan metode diskusi dapat mendinamiskan kelas dalam proses belajar.
Berdasarkan paparan di atas peneliti berupaya untuk melatih keterampilan berbicara
siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan melakukan penelitian yang berjudul,
“Peningkatan Keterampilan Berbicara Diswa Dengan Penerapan Metode Diskusi
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa kelas IV SDN Balerejo 2
Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013”.
B. Kajian Pustaka
   1. Metode Diskusi
            Diskusi menurut Mohamad Ali (1990 : 261) adalah: ”Kegiatan yang
     dilakukan sejumlah orang untuk membicarakan atau untuk memecahkan suatu
     masalah” Dan menurut W.J.S Poerwadarminta (1990 : 671) mengatakan bahwa
     diskusi adalah ”Pembicaraan dua orang atau lebih un tuk memecahkan suatu
     masalah”.
            Dapat didefenisikan metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar
     mengajar yang membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh
     dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya).
            Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa metode diskusi
     adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk
     memecahkan suatu masalah melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau
     masalah untuk mencari jawaban berdasarkan fakta yang mendukung.
            Adapun         keunggulan     dari     metode       diskusi     adalah:
     Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi
     secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun
     pertanyaan diskusi.
     a. Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun
        sesudah metode-metode yang lain.
     b. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berfikir kritis, partisipasi
        demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara
        yang dilakukan tanpa persiapan.
     c. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji,
        mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang
        diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan
        pertimbangan kelompok.
     d. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami
        kebutuhan memberi dan menerima (take and give).
     e. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan
        masalah.
Selain keunggulan, menurut beberapa penulis metode ini juga memiliki
  kelemahan antara lain:
  a. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara
     hati-hati.
  b. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan
     perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
  c. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setujuatau
     membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang akan
     dicapai belum tentu dilaksanakan.
  d. Metode ini sering kali didominasi oleh seseorang atau bebarapa orang
     anggota diskusi, dan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton.
  e. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar
     dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
         Dalam Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Replublik Indonesia No. 20
  tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa yang
  dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
  pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (2003: 9).
         Menurut Djago Tarigan dkk (2005:4.17), karakteristik pembelajaran
  bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
  a. Setiap pembelajaran bahasa Indonesia berupa kegiatan siswa;
  b. Setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa seperti
     menyimak, berbicara, membaca, atau menulis sebagai fokusnya;
  c. Setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja;
  d. Setiap pembelajaran dapat dikembangkan secra kreatif;
  e. Setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen PBM dan pendekatan
     CBSA, ketrampilan proses serta pendekatan komunikatif.
         Menurut St. Y. Slamet (2008:6), pengajaran bahasa Indonesia pada
  hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran
  tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu
  dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan bukan
sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata, teori sastra
  sebagai pendukung atau alat penjelas.
         Sedangakn menurut Nurhadi (2004:193), pengajaran bahasa bertujuan
  agar pembelajar atau siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
  Kemampuan berbahasa nyata harus menjadi tujuan utama pengajaran bahasa
  Indonesia. Anak-anak diharapkan dapat membaca, menulis, berbicara dan
  mendengarkan dengan baik. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
  diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam
  bahasa secara lisan dan tertulis.
3. Karakteristik Anak SD
  a. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
     1) Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,
         sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi
         ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak
         berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara
         lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua
         terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
     2) Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
         Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi
         lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang
         memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang,
         perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang
         pertumbuhan dan perkembangan anak.
     3) Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak.
         Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita
         kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak
         dan kesehatan anak.
     4) Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang
         sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan
         penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua
         selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi,
kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari
     sekalipun sederhana.
b. Perkembangan Intelektual dan Emosional
  1) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor
     utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan
     pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual
     tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki
     kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam
     berkomunikasi dengan teman-temannya.
  2) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
     perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan
     orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional
     tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
  3) Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan
     kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak
     dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali
     juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat
     mempengaruhi     perkembangan      emosional    anak.   Misalnya     sangat
     dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
     Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
     menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat
     mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
  4) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali
     bertemu    dan   bergaul   juga   memegang      peranan    penting    pada
     perkembangan emosional anak.
  5) Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang
     tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli,
     misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan
     berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak
     dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang
dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan
    emosional anak.
  6) Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran
    orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang
    sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan
    stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali
    mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh
    melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan
    lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang
    bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam
    masyarakat.
c. Perkembangan Bahasa
         Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua
  yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari
  yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan
  mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi
  setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang
  tua membimbing anaknya.
         Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas
  kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk
  membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,
  (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk
  mempengaruhi perilaku orang lain.
         Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a)
  kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik
  untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk
  belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.
         Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat
  gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b)
  anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
d. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
   1) Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan
       juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat
       dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak,
       mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan
       penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau
       berperilaku yang positif.
   2) Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu
       yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan
       maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat
       diterima dalam masyarakat luas.
   3) Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b)
       memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d)
       memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
   4) Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif,
       (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
   5) Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c)
       konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak
       melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat
       kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.
4. Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efekrif dan Menyenangkan (PAKEM)
         Sebagai model pembelajaran, PAKEM diharapkan dapat digunakan
  dalam proses pembelajaran di kelas dengan variasi pembelajaran yang
  menuntut siswa aktif kreatif dalam kondisi belajar yang menyenangkan
  sehingga akan efektif dalam mencapai tujuan.
         Menurut Suyatno (2005:1) pembelajaran yang menyenangkan adalah
  pembelajaran yang cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau
  siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya siswa
  akan pasif, jenuh, dan masa bodoh.
  Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
     dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar berbuat;
  b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
     membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
     sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan
     dan cocok bagi siswa;
  c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
     lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”;
  d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
     termasuk belajar kelompok;
  e. Guru mendorong siswa menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
     masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
     menciptakan lingkungan sekolahnya.
          Peran guru dalam PAKEM meliputi a) sebagai fasilator dan motivator
   dalam pembelajaran; b) kreatif dalam mendesain pembelajaran dan
   memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; c) menggunakan metode
   pembelajaran dan masalah aktual dalam proses pembelajaran; d) menciptakan
   suasana belajar yang demokratis dan mendorong siswa berani menyampaikan
   gagasan/ide; dan e) mengadakan pendekatan kasih sayang.
   Sebagai subuah pendekatan PAKEM memiliki karakteristik:
   a. Dari segi pendekatan pembelajaran, PAKEM lebih berpusat pada siswa,
      artinya dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilatator,bukan
      penceramah, fokus pembelajaran pada siswa bukan guru, siswabelajar
      aktif, dan siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya mereka
      sendiri, tidak mengutip dari guru.
   b. Dilihat dari strategi pembelajarannya, PAKEM berpusat pada siswa yang
      bentuknya bisa bermain peran, pemecahan masalah, belajar kelompok,
      diskusi kelas/debat, praktik keterampilan, penelitia/riset atau menulis
      dengan kata-kata sendiri.
5. Keterampilan Berbicara
          Menurut Burhan Nurgiyantoro (1918: 154) Keterampilan berbahasa
   meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa merupakan tindak menggunakan bahasa secara nyata
untuk maksud berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau sebagai kebalikan
kompetensi   :    perfomansi,     merupakan      manifestasi   nyata    kompetensi
kebahasaan seseorang. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang
pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan berbahasa dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan memahami (comprehension) dan
mempergunakan (production), masing-masing bersifat reseptif dan produktif.
       Kemampuan       berbahasa      meliputi     kemampuan      produktif    dan
kemampuan reseptif. Kemampuan produktif adalah keterampilan berbicara
dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah kemampuan menyimak
dan mendengar serta membaca. Disatu pihak, keterampilan mendengar
dibedakan dengan keterampilan berbicara. Di pihak lain keterampilan
membaca dibedakan dengan keterampilan menulis (depdikbud, 1999 : 16).
Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1997 : 20), keterampilan berbahasa
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata-
semata. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan berbahasa hanya dengan
duduk mendengar keterangan guru dan mencatat apa yang didengarnya dalam
buku tulis. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan
menghafal. Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih degan melakukan
kegiatan berbahasa terus menerus.
       Selanjutnya dikatakan bahwa untuk dapat mengajarkan keterampilan
berbahasa sesungguhnya siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan
kegiatan berbahasa dalam konteks sesungguhnya. Untuk mempertajam
keterampilan memahami berbahasa, siswa perlu dihadapkan atau dipajankan
pada berbagai jenis teks tulis dan jenis komunikasi lisan. Untuk mempertajam
keterampilan menggunakan bahasa siswa perlu diberi peluang menyusun dan
merangkaikan kalimat untuk berbagai keperluan komunikasi baik lisan
maupun tulisan.
       Mukhsin     Ahmadi       (1990:18)   berpendapat    bahwa       keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus
sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan,
dan keinginan kepada orang lain. Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1997:51)
menjelaskan bahwa berbicara/bercakap-cakap adalah melahirkan pikiran dan
perasaan yang teratur dengan memakai bahasa lisan.
       Berbicara sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
menurut Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S ( dalam Suyitno, 2007 : 2 ).
Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik akan dapat
dengan mudah menyampaikan ide dan gagasan-gagasannya, yang bisa
dipahami dan diterima dengan baik oleh orang lain. Sebaliknya, jika seseorang
kurang memiliki kemampuan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan ide dan gagasan itu kepada orang lain. Sehingga ide dan
gagasan yang dimaksud tidak dapat dipahami atau diterima dengan baik oleh
orang lain.
       Berbicara atau bercakap-cakap dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
bercakap-cakap spontan dan bercakap-cakap terpimpin. Tujuan pengajaran
berbicara spontan antara lain: 1) melatih siswa melahirkan isi hatinya (pikiran,
perasaan, dan kemauannya) secara lisan dengan bahasa yang teratur dan
kalimat yang baik; 2) memperbesar dorongan batin akan melahirkan isi
hatinya; 3) memupuk keberanian berbicara pada anak-anak; 4) menambah
perbendaharaan bahasa anak; dan 5) dari sudut psikologi humanismenya
adalah memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan dirinya (Ngalim
Purwanto, 1997:52). Tujuan pengajaran berbicara terpimpin adalah untuk
membuat siswa berani menyatakan pendapatnya, menghilangkan rasa malu
dan rasa ragu-ragu (Ngalim Purwanto, 1997:55).
       Dalam penilaian kompetensi berbicara aspek yang dinilai adalah
kemampuan mengungkapkan pendapat , kelancaran menyampaikan pendapat,
ketepatan bahasa, dan kebenaran ragam bahasa. Alat ukur tes kompetensi
berbicara adalah non tes bentuk pedoman pengamatan atau wawancarasesuai
dengan aspek-aspek penilaian dengan skala bertingkat. Misalnya, skala
1sampai 5. Caranya adalah menyuruh siswa tampil ke depan kelas secara
bergiliran untuk menyampaikan 1 atau 2 kalimat utama sebagai pikiran utama
dari suatu paragraf. Atau mengemukakan pengalaman pribadinya yang paling
menarik.
6. Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran
           Dalam melaksanakan kegiatan diskusi agar dapat tercapai dengan baik,
   seorang pendidik hendaknya telah siap dengan jumlah topik yang menarik
   untuk didiskusikan dan siswa harus memiliki seperangkat pengatahuan dan
   pengalaman tentang topik atau masalah yang akan didiskusikan sehingga
   kedua    belah    pihak   mampu      memecahkan    masalah    tersebut   dan
   mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan demokratis secara maksimal
   terhadap siswa.
           Pada satiap penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru dan atau siswa
   melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
   a. Sebaiknya dilakukan pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang
      dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi
   b. Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan.
   c. Menentukan jenis diskusi yang akan digunakan.
   d. Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan jenis diskusinya.
   Kegiatan pada saat dilakukannya diskusi.
   a. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi dan
      kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
   b. Para siswa dan atau para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi
   c. Pelaporan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru.
   Kegiatan setelah dilakukan diskusi
   a. Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan
      kesulitan yang timbul selama diskusi.
   b. Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi
      dari para siswa serta lembaran komentar.
           Tugas utama seorang guru dalam kegiatan diskusi berlangsung adalah
   dapat mengkondisikan kelas agar disiplin dan tertib supaya diskusi terjadi
   lebih menarik dan menantang keingintahuan siswa, dan keadaan ini tentunya
   memberikan peluang bagi para siswa untuk berpartisipasi aktif mengikuti
   perkembangan diskusi.
C. Metodologi Penelitian
          Penelitian ini dilakukan di SDN Balerejo 02 Madiun, selama 3 bulan
   September sampai November 2012. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV
   sejumlah 14 orang.
          Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).
   PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan
   hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran dikelas/di
   latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus. Adapun alur penelitian tindakan
   kelas yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:


    Studi awal identifikasi
    masalah


                                     Rencana siklus I

         SIKLUS I
                                     Tindakan dan
                                     pengamatan                    Berhasil



                                     Analisis-refleksi
                                                                   Simpulan

                                          Belum




                                     Rencana siklus II
         SIKLUS II
                                                                  Berhasil
                                     Tindakan dan
                                     pengamatan



                                     Analisis-refleksi            Simpulan



     Bagan I alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Arikunto (1996)
Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK “guru sebagai
   peneliti” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan
   Taggart (1990), dengan digambarkan segaia berikut:


                                                                                          Siklus 1
                                    Planning




  Revise                                                              Action and



                                    Reflectin                                             Siklus 2


-------------------------------------------------------------------------------------------------


                                    Planning                                          Siklus...dst


     Revise                                                           Action and




                                    Reflectin

---------------------------------------------------------------------------------------

   dst

            Pada model siklus di atas tampak bahwa pada setiap siklus terdiri atas:
   planning-perencanaan, acting&observing-tindakan dan pengamatan, reflecting-
   perefleksian, dan revise plan-perbaikan rencana. Dalam penelitian ini kegiatan-
   kegiatan dalam siklus PTK dapat dipaparkan sebagai berikut:
   Siklus 1
   Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi,
   dan perbaikaan rencana.
Perencanaan
       Pada tahap perencaan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan
melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun. Peneliti berupaya untuk mengingat kembali
bebagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, mewawancarai
siswa kelas 4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun untuk mengungkapkan kesuitan-
kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar berbicara. Di
samping itu peneliti menelaah dokumen-dokumen tentang keterampilan berbicara
siswa berupa dokumen latihan dan penugasan, dokumen hasil tes kinerja tentang
keterampilan berbicara siswa.
       Pada    tahap   perencanaan     peneliti    melakukan   pembutan   desain
pembelajaran yang berupa RPP, penyiapan soal untuk penjajagan kemampuan
awal siswa, penyiapan LKS, penyusunan perangkat uji kompetensi siswa yang
berkaitan dengan keterampilan berbicara, dan menyiapkan instrumen untuk
pengumpulan data berupa pengamatan, observasi, wawancara, dokumentasi.
Pelaksaan Tindakan dan Observasi
Pada tahap ini peneliti mempraktikan pembelajaran sesuai dengan desain
pembelajaran (RPP) yang telah disusun, membuat catatan hasil pengamatan
terhadap proses dan hasil pembelajaran, keaktifan dan kreativitas siswa yang
tampak dan mendokumentasikan hasil-hasil latihan dan penugasan siswa.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti melakukan refleksi atas proses dan
hasil pembelajaran yang dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi ilakukan untuk
mengkaji apa-apa yang belun dilakukan, dicapai, dipecahkan yang akan
dilanjutkan/diimplementasikan pada siklus 2.
Siklus 2
Pada siklus 2 ini kegiatan sama dengan siklus 1.
Siklus 3
Jika pada siklus 2 indikator keberhasilan penelitian belum dicapai maka sangat
dimungkinkan dilanjutkan pada siklus 3.
Penelitian berikut akan mengungkapkan gambaran yang jelas dan
mendalam mengenai penerapan metode diskusi dalam pembelajara Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
        Sumber data penelitian berikut terdiri dari subyek pelaku dan dokumen.
Subyek penelitian meliputi guru dan siswa, disini peneliti mengamati aktivitas
guru dan aktivitas siswa. Dokumen yang di gunakan adalah silabus, RPP dan
laporan hasil belajar siswa. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.
        Dalam penelitian berikut, peneliti menggunakan sumber data yang berupa
kata-kata lisan maupun tertulis, tindakan dan sekaligus data tertulis berupa
dokumen. Sumber data kata-kata digali dengan menggunakan wawancara
mendalam terhadap guru dan siswa. Sumber data tindakan diperoleh dari
observasi langsung terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa, juga dari foto dan
rekaman video. Sedangkan data tambahan berupa dokumen dilakukan dengan
telaah pada silabus pembelajaran, RPP dan laporan hasil belajar siswa.
        Teknik wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan mengguanakan
wawancara berdasarkan pada pedoman umum (Poerwandari, 2001: 76). Sebelum
memulai kegiatan wawancara, peneliti telah menyusun kisi-kisi instrumen
penelitian yang berisi garis besar pokok-pokok masalah yang disusun bedarasar
kajian teori. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai aspek-aspek yang harus dibahas atau ditanyakan. Wawancara dilakukan
secara terfokus, artinya wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal
atau aspek-aspek tertentu dari pengalaman subyej yang diharapkan peneliti dapat
menjawab pertanyaan penelitian. Selama proses wawancara tersebut direkam dan
dicatat pada notes.
        Untuk penelitian kualitatif, istilah validitas lebih mengacu pada
kredibilitas atau derajat kepercayaan data. Salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data utama untuk keperluan
pengecakan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2006:
330). Sebagaimana disebutkan oleh Poerwandari (2001: 108) bahwa triangulasi
mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk
menjelaskan suatu hal tertentu sehingga dapat meningkatkan generabilitas
penelitian kualitatif. Neuman (dalam Susari, 2005:59) menyebutkan bahwa
triangulasi adalah melihat dari sudut pandang dalam suatu penelitian. Triangulasi
bertujuan untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan interpretasi
dengan menggunakan bermacam-macam prosedur termasuk mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya (Denzin, 2000 dalam Susari,2005:59).
       Patton (dalam Poerwandari, 2001: 109) menyatakan bahwa triangulasi
dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Triangulasi data, dengan menggunakan variasi sumber data yang berbeda.
    Moleong (2006: 331) menambahkan bahwa variasi sumber data dapat dicapai
    dengan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
    wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian di
    depan   umum     dengan     apa   yang dikatakannya      secara   pribadi,   (c)
    membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian tentang situasi
    penelitian   dengan   apa    yang      dikatakannya   sepanjang   waktu,     (d)
    membandingkan keadaan dan perspektif subyek penelitian dengan berbagai
    pendapat dan pandangan orang di luar subyek, (e) membandingkan hasil
    wawancara dan atau hasilobservasi dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi peneliti, dengan menggunakan beberapa orang peneliti atau
    evaluator yang berbeda untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data
    sehingga dapat mengurangi kemelencengan pengumpulan data. Pada
    dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dengan
    menggunakan teknik berikut. Cara lain adalh dengan membandingkan hasil
    pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya (Moleong, 2006:331).
    Triangulasi peneliti tidak digunakan      karena pada penelitian berikut ini,
    peneliti melakukan pengambilan data serta interpretasinya secara mandiri.
3. Triangulasi teori, dengan menggunakan beberapa sudut pandang yang
    berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. Moleong (2006: 331)
    menguntip pendapat patton (1987) bahwa triangulasi berikut ini disebut juga
    dengan penjelasan bandinng (rival explanation).
4. Triangulasi metodologis, dengan menggunakan beberapa metode yang
    berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Triangulasi metodologis tidak
    digunakan karena pada penelitian berikut ini, peneliti hanya menggunakan
    metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
       Jadi secara singkat triangulasi dapat dilakukan dengan jalan mengajukan
berbagai macam variasi pertanyaan, mengecek hasil wawancara dengan berbagai
sumber data lain serta memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapat dilakukan.
       Dalam penelitian berikut peneliti menggunakan triangulasi data, yaitu
dengan mengumpulkan informasi dari hasil wawancara dan observasi serta telaah
dokumen. Selain itu juga digunakan triangulasi teori, yaitu melalui paradigma
interpretif dan teori mengenai pembelajaran tematik dan permainan tradisional
dakon untuk menganalisis data.
       Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam proses koding peneliti
akan mengolah data yang berupa transkrip wawancara sehingga dapat
menemukan fakta konkret             sebagai   bentukan kategori      untuk    kemudian
mengembangkan pola hubungan antar kategori tersebut dalam bentuk bagan dan
selanjutnya menganalisa pola hubungan yang terbentuk secara tematik. Hasil
analisa tersebut menjadi dasar dari interpretasi peneliti.
       Menurut Kvale (dalam Poerwandari, 2001: 95) interpretasi mengacu pada
upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti
memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan
data melalui perspektif tersebut.
       Terdapat 3 konteks situasi dan komuditas validasi yang dapat
memunculkan interpretasi yang berbeda pula, yaitu:
1. Konteks interpretasi pemahaman diri, yaitu berusaha memaknai pernyataan-
   pernyataan informan atau subyek peneliti sebagai pemahaman diri pribadi
   individu.
2. Konteks     interpretasi   pemahaman       biasa   yang kritis,    yaitu   berusaha
   menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka
   pemahaman subyek. Bersifat kritis terhadap pernyataan subyek dengan
   menempatkan diri sebagai masyarakat umum.
3. Konteks interpretasi pemahaman teoritis, yaitu menggunakan kerangka teoritis
      tertentu yang digunakan untuk memahami pernyataan subyek.
      Meskipun berbeda situasi akan tetapi ketiga konteks pemahaman tersebut
      dapat saling diintegrasikan satu sama lainnya dan dapat dilihat saling
      keterkaitannya sehingga peneliti tersebut dapat mencakup seluruh sudut
      pandang interpretasi.
D. Simpulan dan Saran
          Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia
   diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena metode
   diskusi adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang (dapat
   guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya) untuk memecahkan suatu masalah
   melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah untuk mencari jawaban
   berdasarkan fakta yang mendukung.
          Adapun saran yang bisa diajukan dalam penelitian ini adalah guru di
   dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu memilih dan menentukan strategi,
   metode, media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran serta guru harus
   dapat memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekitar untuk pembelajaran.
   Penerapan metode diskusi harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten
   sehingga keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
   dapat meningkat.
Daftar Pustaka


Budi Santoso, Agus. 2006. Implementasi Model PAKEM dalam Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Indonesia Siswa di Sekolah Dasar (Jurnal Pendidikan).
Madiun: IKIP PGRI Madiun.

Dwi Susari, Hermawati. 2011. Implementasi Kegiatan Outbound dalam Upaya
Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini (Premier Educandum).
Madium: PGSD IKIP PGRI Madiun.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.

Tryanasari, Dewi. 2011. Penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa Terbimbing
Berbasis Inquiry Pada mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia
(PKBI) Untuk Mengembangkan Karakter Mahasiswa PGSD IKIP PGRI Madiun
(Premier Educandum). Madiun : PGSD IKIP PGRI Madiun.

http://fusliyanto.wordpress.com/2009/10/12/keterampilan-berbahasa/

http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/kajian-proses-pembelajaran-bahasa-
indonesia-di-sd/

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/metode-metode-dalam-pembelajaran-
bahasa.html

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaBunda Dewi
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikanmuhammad
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Operator Warnet Vast Raha
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranrizka_pratiwi
 
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)UNM
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Rahma Siska Utari
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranDhiah Febri
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaLaila Amru
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAmanginova
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Nur Ismirawati
 
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...Kong BeeLing
 
9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategirofieamirasyka
 

Was ist angesagt? (20)

Tugas hesti cepriana
Tugas hesti ceprianaTugas hesti cepriana
Tugas hesti cepriana
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Contoh ptk paud
Contoh ptk paudContoh ptk paud
Contoh ptk paud
 
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Model ASSURE (Kajian Kes)
Model ASSURE (Kajian Kes)Model ASSURE (Kajian Kes)
Model ASSURE (Kajian Kes)
 
8 kumpul-abstrak-mat-s2-2
8 kumpul-abstrak-mat-s2-28 kumpul-abstrak-mat-s2-2
8 kumpul-abstrak-mat-s2-2
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)
Strategi Belajar Mengajar (Pendekatan STM)
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
Jurnal Matematika - Pelaksanaan Pembelajran Matematika dengan Model Project B...
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
 
Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel Analisis kritis artikel
Analisis kritis artikel
 
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...
Tugas utama seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran p...
 
9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi9 metode, pdkt, model dan strategi
9 metode, pdkt, model dan strategi
 

Andere mochten auch

contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikaimam syafii
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruFrey Krasic
 
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik newriska estaman
 
Resume Materi PTK
Resume Materi PTKResume Materi PTK
Resume Materi PTKSary Phah
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Muhamad_Marzuki
 
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information Literacy
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information LiteracyPenelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information Literacy
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information LiteracyM. Prabu Wibowo
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENDina Adilah
 
Resume materi PTK
Resume materi PTKResume materi PTK
Resume materi PTKSary Phah
 
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....Afwanilhuda Nst
 
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGA
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGAPENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGA
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGAMETA GUNAWAN
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Annisa Izzah
 
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARANMODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARANvietry NIC
 
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPT
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPTANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPT
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPTLilia Ismarti
 
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranKlasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranLutfi Koto
 

Andere mochten auch (20)

contoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematikacontoh Jurnal Matematika
contoh Jurnal Matematika
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new
1103 b-teknik instalasi tenaga listrik new
 
Resume Materi PTK
Resume Materi PTKResume Materi PTK
Resume Materi PTK
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information Literacy
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information LiteracyPenelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information Literacy
Penelusuran dan Penyajian Informas ilmiah - Scientific Information Literacy
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
 
Resume materi PTK
Resume materi PTKResume materi PTK
Resume materi PTK
 
Koperatif
KoperatifKoperatif
Koperatif
 
9782 19469-1-sm 2
9782 19469-1-sm 29782 19469-1-sm 2
9782 19469-1-sm 2
 
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....
Pentingnya open ended 115 makalah rev_anita (1) (httpspublikasiilmiah.ums.ac....
 
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGA
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGAPENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGA
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SEGITIGA
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)
 
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARANMODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
MODEL BELAJAR DAN PROSEDUR PEMBELAJARAN
 
Penerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rmePenerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rme
 
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPT
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPTANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPT
ANALISIS JURNAL PTK BY LILIA - PPT
 
contoh PTK Matematika Kelas VI
contoh PTK Matematika Kelas VIcontoh PTK Matematika Kelas VI
contoh PTK Matematika Kelas VI
 
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranKlasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
 

Ähnlich wie DISKUSI

Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiSeptiana Farikha
 
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxPERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxFLORENCIACAROLINEAUR
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...noussevarenna
 
Metode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxMetode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxZukét Printing
 
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfMetode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfZukét Printing
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Viki Dita
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSssusi
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranFenny Radinal
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiNurdiana Wahyuni
 
Metode pemelajaran unit
Metode pemelajaran unitMetode pemelajaran unit
Metode pemelajaran unitRizal Fahmi
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sdetto kono
 

Ähnlich wie DISKUSI (20)

Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bbm 4
Bbm 4Bbm 4
Bbm 4
 
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxPERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...
Pendekatan pembelajaran kelompok besar, sedang, kecil, dan pendekatan pembela...
 
Pertemuan ke 15
Pertemuan ke 15Pertemuan ke 15
Pertemuan ke 15
 
Metode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxMetode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docx
 
Makalah ainah
Makalah ainahMakalah ainah
Makalah ainah
 
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfMetode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
 
50749853 skripsi
50749853 skripsi50749853 skripsi
50749853 skripsi
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
 
Metode pemelajaran unit
Metode pemelajaran unitMetode pemelajaran unit
Metode pemelajaran unit
 
Makalah metode pembelajaran pkn sd
                Makalah metode pembelajaran pkn sd                Makalah metode pembelajaran pkn sd
Makalah metode pembelajaran pkn sd
 

Mehr von Harry Widodo (11)

Ppt ptk mei diyah s
Ppt  ptk  mei diyah sPpt  ptk  mei diyah s
Ppt ptk mei diyah s
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk'ku
Ptk'kuPtk'ku
Ptk'ku
 
Ppt'ku
Ppt'kuPpt'ku
Ppt'ku
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Ptk ru
Ptk ruPtk ru
Ptk ru
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Ppt ptk q
Ppt ptk qPpt ptk q
Ppt ptk q
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Resume ptk
Resume ptkResume ptk
Resume ptk
 

DISKUSI

  • 1. UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 2 KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Linda Mulyo Hariyati Abstrak Pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih mengacu pada model pembelajaran lama (tradisional). Guru jarang melibatkan siswa untuk berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok (pembelajaran tanpa adanya umpan balik dari siswa). Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3) keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kemampuan berbicara dapat diwujudkan dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru atau siswa lain (berargumentasi), debat dan sebagainya. Metode diskusi merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun pengambilan keputusan. Berdasarkan temuan tersebut maka direkomendasikan mengenai pentingnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang menerapkan metode diskusi untuk melatih keterampilan berbicara siswa. (kata kunci: metode diskusi, pembelajaran bahasa indonesia, keterampilan berbicara siswa)
  • 2. A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang sikolah dasar. Tetapi pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih mengacu pada model pembelajaran lama (tradisional). Pembelajaran pada guru atau center teacher instruction yang lebih mengutamakan suatu teori daripada praktik sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekedar pengetahuan yang harus diketahui atau dihafalkan oleh siswa tanpa adanya suatu pengalaman dari siswa akan manfaat atau kegunaan materi yang diajarkan guru dengan situasi yang ada. Peran guru sangat dominan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Guru diposisikan sebagai sumber ilmu dan sumber informasi yang dibutuhkan oleh siswa, daripada guru diposisikan sebagai fasilitator. Selama kegiatan belajar mengajar guru dituntut selalu aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan, mencatat dan tanpa komentar. Guru jarang melibatkan siswa untuk berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok (pembelajaran tanpa adanya umpan balik dari siswa). Interaksi yang timbul hanya sebatas interaksi satu arah, yaitu interaksi antara guru dengan siswa saja. Padahal interaksi merupakan salah satu unsur penting untuk menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3) keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya. Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan memahami (comprehension) dan mempergunakan ( production), masing-masing bersifat reseptif dan produktif. Kemampuan produktif adalah keterampilan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah kemampuan menyimak/mendengarkan dan membaca. Keempat keterampilan ini tidak dapat dipisah tetapi dapat dibedakan. Kebanyakan guru Bahasa Indonesia yang menganggap bahwa berbicara merupakan aspek pembelajaran yang kurang mendapatkan perhatian dari siswa. Kenyataan ini membuat guru cenderung untuk mengalihkan materi berbicara dengan materi lain atau mengganti dengan tugas yang lain sebagai pekerjaan rumah. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dimiliki
  • 3. oleh seseorang, dan kemampuan itu bukanlah kemampuan yang diperoleh secara turun temurun melainkan kemampuan yang timbul secara alamiah. Dan kemampuan berbicara memerlukan latihan, pengarahan, dan bimbingan intensif. Dalam kenyataannya, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan yaitu berbicara dan mendengarkan selebihnya barulah menulis dan membaca. Akan tetapi adakalanya seseorang berbicara dalam situasi formal sering timbul rasa gugup, sehingga gagasan yang dikemukakan tidak bisa dipahami atau diterima orang lain karena dalam menyampaikan bahasanya menjadi tidak teratur. Berbicara dalam situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kemampuan berbicara dapat diwujudkan dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru atau siswa lain ( berargumentasi ), debat dan sebagainya. Dalam upaya melatih kemampuan berbicara siswa dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya pemilihan metode yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan. Metode diskusi merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun pengambilan keputusan. Adanya perubahan dalam mengajar atau variasi guru dalam mengajar secara tepat maka akan menghasilkan siswa yang berprestasi dan terpendidik. Oleh karena itu, untuk menjadikan siswa yang ulet, tertantang, dan bermotivasi guru harus profesional dalam menyikapi hal tersebut diantaranya menggunakan metode diskusi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan dapat menjadikan siswa yang aktif dan kreatif. Selain anak yang dituntut aktif dan kreatif, guru juga dituntut untuk senantiasa aktif dan kreatif dalam mempersiapkan sumber belajar. Kondisi psikologis guru juga dituntut untuk senantiasa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM). Permasalahan yang melingkupi guru diharapkan tidak mempengaruhi proses pembelajaran. Sering kali ditemukan dalam dunia pendidikan khususnya siswa kelas IV SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun, siswa yang sering dianggap bersalah apabila siswa mendapat nilai yang kurang baik. Namun, tidaklah tepat apabila hanya siswa
  • 4. saja yang disalahkan karena hingga saat ini masih sering pula ditemukan guru yang dalam penyampaian atau penyajian materi hanya dengan menggunakan metode ceramah saja dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpikir atau untuk menemukan suatu masalah atau informasi yang penting pada pembelajaran tersebut. Dalam hubungan dengan pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa, diperlukan satu standar kompetensi sebagai tolok ukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahsa Indonesiaberorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia (2004:136). Disebutkan pula, salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial (2004:137). Mengacu pada adanya kondisi seperti itu dan dilandasi oleh keinginan peneliti untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti mencoba menerapkan metode diskusi karena adanya keunggulan yang dijanjikan oleh metode diskusi. Diantaranya, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas berpikir, berpendapat, menanggapi/berargumentasi tentang persoalan-persoalan ataupun hal-hal yang telah disampaikan guru, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyumbangkan pikirannya, dan metode diskusi dapat mendinamiskan kelas dalam proses belajar. Berdasarkan paparan di atas peneliti berupaya untuk melatih keterampilan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan melakukan penelitian yang berjudul, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Diswa Dengan Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa kelas IV SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013”.
  • 5. B. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Diskusi menurut Mohamad Ali (1990 : 261) adalah: ”Kegiatan yang dilakukan sejumlah orang untuk membicarakan atau untuk memecahkan suatu masalah” Dan menurut W.J.S Poerwadarminta (1990 : 671) mengatakan bahwa diskusi adalah ”Pembicaraan dua orang atau lebih un tuk memecahkan suatu masalah”. Dapat didefenisikan metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya). Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk memecahkan suatu masalah melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah untuk mencari jawaban berdasarkan fakta yang mendukung. Adapun keunggulan dari metode diskusi adalah: Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. a. Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode-metode yang lain. b. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berfikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan. c. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok. d. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give). e. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah.
  • 6. Selain keunggulan, menurut beberapa penulis metode ini juga memiliki kelemahan antara lain: a. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hati-hati. b. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur. c. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setujuatau membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang akan dicapai belum tentu dilaksanakan. d. Metode ini sering kali didominasi oleh seseorang atau bebarapa orang anggota diskusi, dan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton. e. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi. 2. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Replublik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (2003: 9). Menurut Djago Tarigan dkk (2005:4.17), karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Setiap pembelajaran bahasa Indonesia berupa kegiatan siswa; b. Setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa seperti menyimak, berbicara, membaca, atau menulis sebagai fokusnya; c. Setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja; d. Setiap pembelajaran dapat dikembangkan secra kreatif; e. Setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen PBM dan pendekatan CBSA, ketrampilan proses serta pendekatan komunikatif. Menurut St. Y. Slamet (2008:6), pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan bukan
  • 7. sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata, teori sastra sebagai pendukung atau alat penjelas. Sedangakn menurut Nurhadi (2004:193), pengajaran bahasa bertujuan agar pembelajar atau siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa nyata harus menjadi tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia. Anak-anak diharapkan dapat membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan dengan baik. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa secara lisan dan tertulis. 3. Karakteristik Anak SD a. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani 1) Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain. 2) Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. 3) Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. 4) Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi,
  • 8. kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana. b. Perkembangan Intelektual dan Emosional 1) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. 2) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. 3) Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. 4) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. 5) Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang
  • 9. dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak. 6) Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat. c. Perkembangan Bahasa Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua. Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
  • 10. d. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap 1) Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif. 2) Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas. 3) Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. 4) Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi. 5) Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. 4. Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efekrif dan Menyenangkan (PAKEM) Sebagai model pembelajaran, PAKEM diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas dengan variasi pembelajaran yang menuntut siswa aktif kreatif dalam kondisi belajar yang menyenangkan sehingga akan efektif dalam mencapai tujuan. Menurut Suyatno (2005:1) pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya siswa akan pasif, jenuh, dan masa bodoh. Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
  • 11. a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar berbuat; b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa; c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”; d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok; e. Guru mendorong siswa menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Peran guru dalam PAKEM meliputi a) sebagai fasilator dan motivator dalam pembelajaran; b) kreatif dalam mendesain pembelajaran dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; c) menggunakan metode pembelajaran dan masalah aktual dalam proses pembelajaran; d) menciptakan suasana belajar yang demokratis dan mendorong siswa berani menyampaikan gagasan/ide; dan e) mengadakan pendekatan kasih sayang. Sebagai subuah pendekatan PAKEM memiliki karakteristik: a. Dari segi pendekatan pembelajaran, PAKEM lebih berpusat pada siswa, artinya dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilatator,bukan penceramah, fokus pembelajaran pada siswa bukan guru, siswabelajar aktif, dan siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya mereka sendiri, tidak mengutip dari guru. b. Dilihat dari strategi pembelajarannya, PAKEM berpusat pada siswa yang bentuknya bisa bermain peran, pemecahan masalah, belajar kelompok, diskusi kelas/debat, praktik keterampilan, penelitia/riset atau menulis dengan kata-kata sendiri. 5. Keterampilan Berbicara Menurut Burhan Nurgiyantoro (1918: 154) Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
  • 12. Keterampilan berbahasa merupakan tindak menggunakan bahasa secara nyata untuk maksud berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau sebagai kebalikan kompetensi : perfomansi, merupakan manifestasi nyata kompetensi kebahasaan seseorang. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan memahami (comprehension) dan mempergunakan (production), masing-masing bersifat reseptif dan produktif. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan produktif dan kemampuan reseptif. Kemampuan produktif adalah keterampilan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah kemampuan menyimak dan mendengar serta membaca. Disatu pihak, keterampilan mendengar dibedakan dengan keterampilan berbicara. Di pihak lain keterampilan membaca dibedakan dengan keterampilan menulis (depdikbud, 1999 : 16). Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1997 : 20), keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata- semata. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan berbahasa hanya dengan duduk mendengar keterangan guru dan mencatat apa yang didengarnya dalam buku tulis. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan menghafal. Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih degan melakukan kegiatan berbahasa terus menerus. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk dapat mengajarkan keterampilan berbahasa sesungguhnya siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dalam konteks sesungguhnya. Untuk mempertajam keterampilan memahami berbahasa, siswa perlu dihadapkan atau dipajankan pada berbagai jenis teks tulis dan jenis komunikasi lisan. Untuk mempertajam keterampilan menggunakan bahasa siswa perlu diberi peluang menyusun dan merangkaikan kalimat untuk berbagai keperluan komunikasi baik lisan maupun tulisan. Mukhsin Ahmadi (1990:18) berpendapat bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan,
  • 13. dan keinginan kepada orang lain. Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1997:51) menjelaskan bahwa berbicara/bercakap-cakap adalah melahirkan pikiran dan perasaan yang teratur dengan memakai bahasa lisan. Berbicara sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari menurut Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S ( dalam Suyitno, 2007 : 2 ). Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasan-gagasannya, yang bisa dipahami dan diterima dengan baik oleh orang lain. Sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki kemampuan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide dan gagasan itu kepada orang lain. Sehingga ide dan gagasan yang dimaksud tidak dapat dipahami atau diterima dengan baik oleh orang lain. Berbicara atau bercakap-cakap dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu bercakap-cakap spontan dan bercakap-cakap terpimpin. Tujuan pengajaran berbicara spontan antara lain: 1) melatih siswa melahirkan isi hatinya (pikiran, perasaan, dan kemauannya) secara lisan dengan bahasa yang teratur dan kalimat yang baik; 2) memperbesar dorongan batin akan melahirkan isi hatinya; 3) memupuk keberanian berbicara pada anak-anak; 4) menambah perbendaharaan bahasa anak; dan 5) dari sudut psikologi humanismenya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan dirinya (Ngalim Purwanto, 1997:52). Tujuan pengajaran berbicara terpimpin adalah untuk membuat siswa berani menyatakan pendapatnya, menghilangkan rasa malu dan rasa ragu-ragu (Ngalim Purwanto, 1997:55). Dalam penilaian kompetensi berbicara aspek yang dinilai adalah kemampuan mengungkapkan pendapat , kelancaran menyampaikan pendapat, ketepatan bahasa, dan kebenaran ragam bahasa. Alat ukur tes kompetensi berbicara adalah non tes bentuk pedoman pengamatan atau wawancarasesuai dengan aspek-aspek penilaian dengan skala bertingkat. Misalnya, skala 1sampai 5. Caranya adalah menyuruh siswa tampil ke depan kelas secara bergiliran untuk menyampaikan 1 atau 2 kalimat utama sebagai pikiran utama dari suatu paragraf. Atau mengemukakan pengalaman pribadinya yang paling menarik.
  • 14. 6. Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Dalam melaksanakan kegiatan diskusi agar dapat tercapai dengan baik, seorang pendidik hendaknya telah siap dengan jumlah topik yang menarik untuk didiskusikan dan siswa harus memiliki seperangkat pengatahuan dan pengalaman tentang topik atau masalah yang akan didiskusikan sehingga kedua belah pihak mampu memecahkan masalah tersebut dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan demokratis secara maksimal terhadap siswa. Pada satiap penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru dan atau siswa melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Sebaiknya dilakukan pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi b. Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan. c. Menentukan jenis diskusi yang akan digunakan. d. Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan jenis diskusinya. Kegiatan pada saat dilakukannya diskusi. a. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan. b. Para siswa dan atau para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi c. Pelaporan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru. Kegiatan setelah dilakukan diskusi a. Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama diskusi. b. Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar. Tugas utama seorang guru dalam kegiatan diskusi berlangsung adalah dapat mengkondisikan kelas agar disiplin dan tertib supaya diskusi terjadi lebih menarik dan menantang keingintahuan siswa, dan keadaan ini tentunya memberikan peluang bagi para siswa untuk berpartisipasi aktif mengikuti perkembangan diskusi.
  • 15. C. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Balerejo 02 Madiun, selama 3 bulan September sampai November 2012. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV sejumlah 14 orang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran dikelas/di latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Studi awal identifikasi masalah Rencana siklus I SIKLUS I Tindakan dan pengamatan Berhasil Analisis-refleksi Simpulan Belum Rencana siklus II SIKLUS II Berhasil Tindakan dan pengamatan Analisis-refleksi Simpulan Bagan I alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Arikunto (1996)
  • 16. Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK “guru sebagai peneliti” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1990), dengan digambarkan segaia berikut: Siklus 1 Planning Revise Action and Reflectin Siklus 2 ------------------------------------------------------------------------------------------------- Planning Siklus...dst Revise Action and Reflectin --------------------------------------------------------------------------------------- dst Pada model siklus di atas tampak bahwa pada setiap siklus terdiri atas: planning-perencanaan, acting&observing-tindakan dan pengamatan, reflecting- perefleksian, dan revise plan-perbaikan rencana. Dalam penelitian ini kegiatan- kegiatan dalam siklus PTK dapat dipaparkan sebagai berikut: Siklus 1 Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dan perbaikaan rencana.
  • 17. Perencanaan Pada tahap perencaan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran keterampilan berbicara di kelas 4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun. Peneliti berupaya untuk mengingat kembali bebagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, mewawancarai siswa kelas 4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun untuk mengungkapkan kesuitan- kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar berbicara. Di samping itu peneliti menelaah dokumen-dokumen tentang keterampilan berbicara siswa berupa dokumen latihan dan penugasan, dokumen hasil tes kinerja tentang keterampilan berbicara siswa. Pada tahap perencanaan peneliti melakukan pembutan desain pembelajaran yang berupa RPP, penyiapan soal untuk penjajagan kemampuan awal siswa, penyiapan LKS, penyusunan perangkat uji kompetensi siswa yang berkaitan dengan keterampilan berbicara, dan menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pengamatan, observasi, wawancara, dokumentasi. Pelaksaan Tindakan dan Observasi Pada tahap ini peneliti mempraktikan pembelajaran sesuai dengan desain pembelajaran (RPP) yang telah disusun, membuat catatan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran, keaktifan dan kreativitas siswa yang tampak dan mendokumentasikan hasil-hasil latihan dan penugasan siswa. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti melakukan refleksi atas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi ilakukan untuk mengkaji apa-apa yang belun dilakukan, dicapai, dipecahkan yang akan dilanjutkan/diimplementasikan pada siklus 2. Siklus 2 Pada siklus 2 ini kegiatan sama dengan siklus 1. Siklus 3 Jika pada siklus 2 indikator keberhasilan penelitian belum dicapai maka sangat dimungkinkan dilanjutkan pada siklus 3.
  • 18. Penelitian berikut akan mengungkapkan gambaran yang jelas dan mendalam mengenai penerapan metode diskusi dalam pembelajara Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Sumber data penelitian berikut terdiri dari subyek pelaku dan dokumen. Subyek penelitian meliputi guru dan siswa, disini peneliti mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa. Dokumen yang di gunakan adalah silabus, RPP dan laporan hasil belajar siswa. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian berikut, peneliti menggunakan sumber data yang berupa kata-kata lisan maupun tertulis, tindakan dan sekaligus data tertulis berupa dokumen. Sumber data kata-kata digali dengan menggunakan wawancara mendalam terhadap guru dan siswa. Sumber data tindakan diperoleh dari observasi langsung terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa, juga dari foto dan rekaman video. Sedangkan data tambahan berupa dokumen dilakukan dengan telaah pada silabus pembelajaran, RPP dan laporan hasil belajar siswa. Teknik wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan mengguanakan wawancara berdasarkan pada pedoman umum (Poerwandari, 2001: 76). Sebelum memulai kegiatan wawancara, peneliti telah menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang berisi garis besar pokok-pokok masalah yang disusun bedarasar kajian teori. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas atau ditanyakan. Wawancara dilakukan secara terfokus, artinya wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari pengalaman subyej yang diharapkan peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian. Selama proses wawancara tersebut direkam dan dicatat pada notes. Untuk penelitian kualitatif, istilah validitas lebih mengacu pada kredibilitas atau derajat kepercayaan data. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data utama untuk keperluan pengecakan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2006: 330). Sebagaimana disebutkan oleh Poerwandari (2001: 108) bahwa triangulasi
  • 19. mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu hal tertentu sehingga dapat meningkatkan generabilitas penelitian kualitatif. Neuman (dalam Susari, 2005:59) menyebutkan bahwa triangulasi adalah melihat dari sudut pandang dalam suatu penelitian. Triangulasi bertujuan untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan interpretasi dengan menggunakan bermacam-macam prosedur termasuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya (Denzin, 2000 dalam Susari,2005:59). Patton (dalam Poerwandari, 2001: 109) menyatakan bahwa triangulasi dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu: 1. Triangulasi data, dengan menggunakan variasi sumber data yang berbeda. Moleong (2006: 331) menambahkan bahwa variasi sumber data dapat dicapai dengan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif subyek penelitian dengan berbagai pendapat dan pandangan orang di luar subyek, (e) membandingkan hasil wawancara dan atau hasilobservasi dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Triangulasi peneliti, dengan menggunakan beberapa orang peneliti atau evaluator yang berbeda untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data sehingga dapat mengurangi kemelencengan pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dengan menggunakan teknik berikut. Cara lain adalh dengan membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya (Moleong, 2006:331). Triangulasi peneliti tidak digunakan karena pada penelitian berikut ini, peneliti melakukan pengambilan data serta interpretasinya secara mandiri. 3. Triangulasi teori, dengan menggunakan beberapa sudut pandang yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. Moleong (2006: 331) menguntip pendapat patton (1987) bahwa triangulasi berikut ini disebut juga dengan penjelasan bandinng (rival explanation).
  • 20. 4. Triangulasi metodologis, dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Triangulasi metodologis tidak digunakan karena pada penelitian berikut ini, peneliti hanya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jadi secara singkat triangulasi dapat dilakukan dengan jalan mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengecek hasil wawancara dengan berbagai sumber data lain serta memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Dalam penelitian berikut peneliti menggunakan triangulasi data, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari hasil wawancara dan observasi serta telaah dokumen. Selain itu juga digunakan triangulasi teori, yaitu melalui paradigma interpretif dan teori mengenai pembelajaran tematik dan permainan tradisional dakon untuk menganalisis data. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam proses koding peneliti akan mengolah data yang berupa transkrip wawancara sehingga dapat menemukan fakta konkret sebagai bentukan kategori untuk kemudian mengembangkan pola hubungan antar kategori tersebut dalam bentuk bagan dan selanjutnya menganalisa pola hubungan yang terbentuk secara tematik. Hasil analisa tersebut menjadi dasar dari interpretasi peneliti. Menurut Kvale (dalam Poerwandari, 2001: 95) interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan data melalui perspektif tersebut. Terdapat 3 konteks situasi dan komuditas validasi yang dapat memunculkan interpretasi yang berbeda pula, yaitu: 1. Konteks interpretasi pemahaman diri, yaitu berusaha memaknai pernyataan- pernyataan informan atau subyek peneliti sebagai pemahaman diri pribadi individu. 2. Konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis, yaitu berusaha menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman subyek. Bersifat kritis terhadap pernyataan subyek dengan menempatkan diri sebagai masyarakat umum.
  • 21. 3. Konteks interpretasi pemahaman teoritis, yaitu menggunakan kerangka teoritis tertentu yang digunakan untuk memahami pernyataan subyek. Meskipun berbeda situasi akan tetapi ketiga konteks pemahaman tersebut dapat saling diintegrasikan satu sama lainnya dan dapat dilihat saling keterkaitannya sehingga peneliti tersebut dapat mencakup seluruh sudut pandang interpretasi. D. Simpulan dan Saran Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena metode diskusi adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang (dapat guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya) untuk memecahkan suatu masalah melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah untuk mencari jawaban berdasarkan fakta yang mendukung. Adapun saran yang bisa diajukan dalam penelitian ini adalah guru di dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu memilih dan menentukan strategi, metode, media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran serta guru harus dapat memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekitar untuk pembelajaran. Penerapan metode diskusi harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten sehingga keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat.
  • 22. Daftar Pustaka Budi Santoso, Agus. 2006. Implementasi Model PAKEM dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Siswa di Sekolah Dasar (Jurnal Pendidikan). Madiun: IKIP PGRI Madiun. Dwi Susari, Hermawati. 2011. Implementasi Kegiatan Outbound dalam Upaya Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini (Premier Educandum). Madium: PGSD IKIP PGRI Madiun. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA. Tryanasari, Dewi. 2011. Penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa Terbimbing Berbasis Inquiry Pada mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (PKBI) Untuk Mengembangkan Karakter Mahasiswa PGSD IKIP PGRI Madiun (Premier Educandum). Madiun : PGSD IKIP PGRI Madiun. http://fusliyanto.wordpress.com/2009/10/12/keterampilan-berbahasa/ http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/kajian-proses-pembelajaran-bahasa- indonesia-di-sd/ http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/metode-metode-dalam-pembelajaran- bahasa.html