SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN
Oleh: Hariyatunnisa Ahmad
A. Pengajaran dan Pendidikan
Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal yang harus
dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan”. Pengajaran bersifat
memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan).
Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin
(otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang
bermutu dalam kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri
untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi
pembela nusa dan bangsa. Yang utama sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai
model keteladanan dan sebagai fasilitator kelas. Nama Hajar Dewantara sendiri
memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan.
B. Tiga Landasan Filosofis
Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan di Indonesia
haruslah memiliki 3 Landasan filosofis, yaitu nasionalistik, universalistic dan
spiritualistic. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang
merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual.
Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala
sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Suasana yang dibutuhkan
dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan,
kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing
anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan
hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen
secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya
mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang
kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan
antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan
hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri; setiap
orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan
kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
Output pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang
berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota
masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan
kesejahteraan orang lain. Dalam pemikiran kihajar dewantara, metode yang yang
sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode
pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Metode ini
secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca indera’ (educate the
head, the heart, and the hand).
C. Tiga Fatwa Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan
(tiga fatwa), yakni: tetep, antep dan mantep; ngandel, kandel, kendel dan bandel;
Neng, ning, nung dan nang.
Pertama, tetep, antep, mantep artinya bahwa pendidikan itu harus
membentuk ketetapan pikiran dan batin, menjamin keyakinan diri dan membentuk
kemantapan dalam prinsip hidup. Istilah tetep di sini dapat dimaknai dalam
kerangka yang prinsipil, yakni memiliki ketetapan pikiran (untuk berkomitmen)
yang selaras dengan nilai-nilai sosial. Pendidikan membentuk seseorang untuk
mampu berpikir kritis dan memiliki ketetapan pikiran dalam khasanah nilai-nilai.
Artinya, pikirannya tidak gampang terombang-ambingkan oleh tawaran-tawaran
hidup yang tidak selaras dengan nilai-nilai. Istilah antep menunjukkan bahwa
pendidikan menghantar seseorang untuk memiliki “kepercayaan diri” dan
keuletan diri untuk maju terus dalam mengatasi segala tantangan kehidupan secara
kstria (bersahaja). Dalam praksis kehidupan, orang yang antep adalah yang
memiliki keteguhan hati ke arah kwalitas diri sebagai manusia personal dan
anggota komunitas sosial. Sementara istilah mantep menunjukkan bahwa
pendidikan menghantar seseorang untuk berkanjang dalam kemajuan diri,
memiliki orientasi yang jelas untuk menuju tujuan yang pasti, yakni kemerdekaan
diri sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga dunia. Jadi, landasan
operasinal pendidikan adalah upaya membentuk kualitas pribadi peserta didik
sampai pada tingkat yang maksimal. Kira-kira begitulah makna interpretatif dari
fatwa pertama Ki Hadjar tentang pendidikan (Tetep, antep dan mantep).
Kedua, ngandel, kandel, kendel dan bandel. Ngandel adalah istilah dalam
bahasa Jawa yang artinya “berpendirian tegak”. Pendidikan itu harus menghantar
orang pada kondisi diri yang ngandel (berpendirian tegak/teguh). Orang yang
berpendirian tegak adalah yang berprinsip dalam hidup. Kendel adalah istilah
yang menunjukkan keberanian. Pendidikan membentuk seseorang untuk menjadi
pribadi yang berani, berwibawa dan ksatria. Orang yang berpendidikan adalah
orang yang berani menegakkan kebenaran dan keadilan, matang dan dewasa
dalam menghadapi segala cobaan. Sementara istilah bandel menunjukkan bahwa
orang yang terdidik adalah yang “tahan uji”. Segala cobaan hidup dan dalam
segala situasi hidup dihadapinya dengan sikap tawakal, tidak lekas ketakutan dan
hilang nyali.
Ketiga, neng, ning, nung dan nang. Artinya bahwa pendidikan pada
tataran terdalam bercorak religius. Pendidikan itu menciptakan kesenangan
perasaan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung).
Dalam dan melalui pindidikan, seseorang bisa mengalami kesucian pikiran dan
ketenangan batin.
D. Lima Asas Pendidikan (Pancadharma)
Ki Hadjar Dewantara mengajukan lima asas pendidikan yang dikenal
dengan sebutan pancadharma (kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan,
kebangsaan, dan kemanusiaan). Ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara mengenai
pendidikan dapatlah kita pandang sebagai terapan operatif dari kelima asas
tersebut. Berikut adalah penalaran atas kelima asas tersebut.
Pertama, asas kodrat alam. Asas ini mengandung arti bahwa hakikat
manusia adalah bagian dari alam semesta. Asas ini juga menegaskan bahwa setiap
pribadi peserta didik di satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi di sisi lain
dikaruniai akal budi yang potensial baginya untuk mengelola kehidupannya.
Berdasarkan konsep asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan
bahwa pelaksanaan pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Secara kodrati, akal-pikiran manusia itu
dapat berkembang. Namun, sesuai dengan kodrat alam juga akal pikiran manusia
itu dapat dikembangkan melalui perencanaan yang disengaja sedemikian rupa
sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia secara disengaja itulah
yang dipahami dan dimengerti sebagai “pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam,
pendidikan adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dalam rangka
mengembangkan potensi peserta didik yang dibawa sejak lahir.
Kedua, asas kemerdekaan. Asas ini mengandung arti bahwa kehidupan
hendaknya sarat dengan kebahagiaan dan kedamaian. Dalam khasanah pemikiran
Ki Hadjar Dewantara asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk
peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab
sehingga menciptakan keselarasan dengan masyarakat. Asas ini bersandar pada
keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi sebagai andalan dasar untuk
menggapai kebebasan yang mengarah kepada “kemerdekaan”. Pencapaian ke arah
pribadi yang mredeka itu ditempuh melalui proses panjang yang disebut belajar.
Proses ini berjenjang dari tingkat yang paling dasar sampai pada tingkat yang
tertinggi. Namun, perhatian kita hendaknya jangan difokuskan pada tingkatan-
tingatannya semata, tapi juga pada proses kegiatan pendidikan yang
memerdekakan peserta didik. Dalam pengertian itu, pendidikan berarti
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan dan keahlian profesional
(wengaktus atau mewujud) yang diemban dan dihayatinya dengan penuh
tanggungjawab. Oleh karena itu, praksis pendidikan harus “luas dan luwes”. Luas
berarti memberikan kesempatan yang selebar-lebarnya kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi-potensi dirinya seoptimal mungkin, sementara luwes
berarti tidak kaku dalam pelaksanaan metode dan strategi pendidikan.
Ketiga, asas kebudayaan. Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati
bahwa manusia adalah makhluk berbudaya. Artinya, manusia mengalami
dinamika evolutif dalam khasanah pembentukan diri menjadi pribadi yang
berbudi pekerti. Dalam konteks itu pula, pendidikan perlu dilaksanakan
berdasarkan nilai-nilai budaya sebab kebudayaan merupakan cirikhas manusia.
Bagi Ki Hadjar, kemanusiaan bukanlah suatu pemikiran yang statis. Kemanusiaan
merupakan suatu konsep yang dinamis, evolutif, organis. Dalam kaitan ini, Ki
Hadjar Dewantara memahami kebudayaan selain sebagai buah budi manusia, juga
sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup manusia. Namun selaras dengan
keyakinan atas manusia sebagai makhluk dinamis, kebudayaan juga demikian.
Kebudayaan selalu berkembang seirama dengan perkembangan dan kemajuan
hidup manusia.
Keempat, asas kebangsaan. Asas kebangsaan merupakan ajaran Ki
Hadjar Dewantara yang amat fundamental sebagai bagian dari wawasan
kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan bahwa seseorang harus merasa satu
dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan
dengan rasa kemanusiaan. Dalam konteks itu pula, asas ini diperjuangkan Ki
Hadjar Dewantara untuk mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat
tumbuh dan terjadi berdasarkan daerah, suku, keturunan atau pun keagamaan.
Bagi Ki Hadjar kebangsaan tidaklah mempunyai konotasi, rasial biologis, status
sosial ataupun keagamaan. Rasa kebangsaan adalah sebagaian dari rasa kebatinan
kita manusia, yang hidup dalam jiwa kita dengan disengaja. Asal mulanya rasa
kebangsaan itu timbul dari Rasa Diri, yang terbawa dari keadaan perikehidupan
kita, lalu menjalar menjadi Rasa Keluarga; Rasa ini terus jadi Rasa Hidup
bersama (rasa sosial). Wujudnya rasa kebangsaan itu umumnya ialah dalam
mempersatukan kepentingan bangsa dengan kepentingan diri sendiri; kehormatan
bangsa ialah kehormatan diri, demikianlah seterusnya.
Kelima, asas kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan pentingnya
persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam konteks Ki Hadjar sebagai tokoh
di Indonesia, asas ini hendak menegaskan bahwa manusia di Indonesia tidak boleh
bermusuhan dengan bangsa-bangsa lain. Manusia di Indonesia hendaknya
menampilkan diri sebagai makhluk bermartabat luhur dan berdasarkan kesadaran
itu pula ia berani menjalin dan memperlakukan sesama manusia dari bangsa mana
pun dalam rasa cinta kasih yang mendalam. Maka asas ini boleh dipandang
sebagai asas yang radikal, dalam arti konsep kemanusiaan itu merupakan akar
yang menjadi titik temu asasi yang mendamaikan hudup, kehidupan maupun
penghidupan umat manusia yang telah menjadi kompleks, multiplikatif, dan sarat
dengan permasalahan.
E. Trilogi Kepemimpinan
Ki Hadjar yakin pendidikan yang khas Indonesia haruslah berdasarkan
citra nilai Indonesia juga. Maka ia menerapkan tiga semboyan pendidikan yang
menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha,
artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas
digugu dan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun
Karsa, artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah
para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka
untuk berkarya. Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah
pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang
benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya.
Senada dengan semboyan pendidikan di atas adalah metode pendidikan
yang dikembangkan, yang sepadan dengan makna “paedagogik”, yakni Momong,
Among dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh.
Mendidik adalah mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Praksis pendidikan
dalam perspektif ini memang mementingkan ketertiban, tapi pelaksanaannya
bertolak dari upaya membangun kesadaran, bukan berdasarkan paksaan yang
bersifat “hukuman”.
Maka, pembagian usia 0-7, 7-14, dan 14-21 dalam proses pendidikan
yang digagas Ki Hadjar Dewantara bukan tanpa landasan pedagogik. Pembagian
demikian berdasarkan fasefase di mana masing-masing menuntut peran pendidik
dengan isi dan nilai yang berbeda-beda.
Metode Ngemong, Momong, Among dan semboyan Ing ngarso sung
tulodho, Ing Madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani bukan berasal dari
sebuah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terpisah. Pendidikan bukan hanya
masalah bagaimana membangun isi (kognisi) namun juga pekerti (afeksi) anak-
anak Indonesia, yang tentunya diharapkan “meng-Indonesia” agar mereka kelak
mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang “meng-Indonesia” (memiliki
kekhasan Indonesia).
Praksis pendidikan berdasarkan metode Ki Hadjar Dewantara
menempatkan guru sebagai pengasuh yang matang dalam penghayatan dan
pelaksanaan nilai-nilai kultural yang khas Indonesia. Maka pendidikan pada
dasarnya adalah proses mengasuh anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang
dalam potensi-potensi diri (kognisi, afeksi, psikomotorik, konatif, kehidupan
sosial dan spiritual). Dalam rangka itu, guru tidak menggunakan metode paksaan,
tapi memberi pemahaman sehingga anak mengerti dan memahami yang terbaik
bagi dirinya dan lingkungan sosialnya.
Guru boleh terlibat langsung dalam kehidupan anak tatkala anak itu
dipandang berada pada jalan yang salah. Tapi pada prinsipnya tidak bersifat
paksaan. Keterlibatan pada kehidupan anak tetap dalam konteks penyadaran dan
asas kepercayaan bahwa anak itu pribadi yang tetap harus dihormati hak-haknya
untuk dapat bertumbuh menurut kodratnya.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docxunggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
UMIZAENAB1
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Delindaheaven
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Achmad Anang Aswanto
 

Was ist angesagt? (20)

Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
 
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docxunggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
unggah ruang kolaborasi topik 4 perlu edit.docx
 
PPT PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL.pptx
PPT PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL.pptxPPT PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL.pptx
PPT PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL.pptx
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
 
Bagaimana menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid.pptx
Bagaimana menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid.pptxBagaimana menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid.pptx
Bagaimana menciptakan ekosistem sekolah yang berpihak pada murid.pptx
 
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docxAKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
 
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial EmosionalRPP Pembelajaran Sosial Emosional
RPP Pembelajaran Sosial Emosional
 
MATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptxMATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptx
 
Diferensiasi .ppt
Diferensiasi .pptDiferensiasi .ppt
Diferensiasi .ppt
 
materi profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila pptmateri profil pelajar pancasila ppt
materi profil pelajar pancasila ppt
 
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdfEksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
Eksplorasi Konsep Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.pdf
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
 
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptxTOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI.pptx
 
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxRUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
 
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptxKELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 7 RUANG KOLABORASI TEKNOLOGI BARU DALAM PEMBELAJARAN (1).pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
 
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptxRuang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
Ruang Kolaborasi & Demostrasi Kontekstual_PSE_Topik 2.pptx
 

Ähnlich wie Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
wt_19_88
 
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
Dokter Tekno
 
Idealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikanIdealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikan
Suly Maratusholichah
 
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdfAksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
Abdulrahman535438
 

Ähnlich wie Pemikiran Ki Hajar Dewantara (20)

Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
 
kerangka pemikiran KHD.pptx
kerangka pemikiran KHD.pptxkerangka pemikiran KHD.pptx
kerangka pemikiran KHD.pptx
 
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
Pertemuan 1 (penj. kwn). kwn)
 
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang HayatPendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan Sepanjang Hayat
 
makalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikanmakalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikan
 
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdfPENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
PENGERTIAN PEND-WPS Office.pdf
 
MENYEBARKAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR (4).pdf
MENYEBARKAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR (4).pdfMENYEBARKAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR (4).pdf
MENYEBARKAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR (4).pdf
 
pdf_20221231_060548_0000.pdf
pdf_20221231_060548_0000.pdfpdf_20221231_060548_0000.pdf
pdf_20221231_060548_0000.pdf
 
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptxMERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
MERDEKA BELAJAR Aksi Nyata Merdeka Belajar.pptx
 
Unit 5
Unit 5Unit 5
Unit 5
 
Idealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikanIdealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikan
 
Hakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para FilosofHakikat Pendidikan Menurut para Filosof
Hakikat Pendidikan Menurut para Filosof
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaanPpt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
Ppt filsafat pendidikan dalam kebudayaan
 
ppt etika keilmuan.pptx
ppt etika keilmuan.pptxppt etika keilmuan.pptx
ppt etika keilmuan.pptx
 
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdfAksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
Aksi nyata Merdeka Belajar menyebarkan pemahaman.pdf
 
AKSI NYATA EDI CANDRA 2022.pptx
AKSI NYATA EDI CANDRA 2022.pptxAKSI NYATA EDI CANDRA 2022.pptx
AKSI NYATA EDI CANDRA 2022.pptx
 
AKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docxAKSI NYATA.docx
AKSI NYATA.docx
 
Presentasi menyebarkan pemahaman merdeka belajar
Presentasi menyebarkan pemahaman merdeka belajarPresentasi menyebarkan pemahaman merdeka belajar
Presentasi menyebarkan pemahaman merdeka belajar
 
Hakikat pendidikan
Hakikat pendidikanHakikat pendidikan
Hakikat pendidikan
 

Mehr von Hariyatunnisa Ahmad

Mehr von Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKnAnalisis Pengembangan Kurikulum PKn
Analisis Pengembangan Kurikulum PKn
 

Kürzlich hochgeladen

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Kürzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 

Pemikiran Ki Hajar Dewantara

  • 1. PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN Oleh: Hariyatunnisa Ahmad A. Pengajaran dan Pendidikan Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada 2 hal yang harus dibedakan yaitu sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan”. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan spiritualitas, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Yang utama sebagai pendidik adalah fungsinya sebagai model keteladanan dan sebagai fasilitator kelas. Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. B. Tiga Landasan Filosofis Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan di Indonesia haruslah memiliki 3 Landasan filosofis, yaitu nasionalistik, universalistic dan spiritualistic. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan
  • 2. hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri; setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Output pendidikan yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Dalam pemikiran kihajar dewantara, metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Metode ini secara teknik pengajaran meliputi ‘kepala, hati dan panca indera’ (educate the head, the heart, and the hand). C. Tiga Fatwa Pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengedepankan tiga ajaran tentang pendidikan (tiga fatwa), yakni: tetep, antep dan mantep; ngandel, kandel, kendel dan bandel; Neng, ning, nung dan nang. Pertama, tetep, antep, mantep artinya bahwa pendidikan itu harus membentuk ketetapan pikiran dan batin, menjamin keyakinan diri dan membentuk kemantapan dalam prinsip hidup. Istilah tetep di sini dapat dimaknai dalam kerangka yang prinsipil, yakni memiliki ketetapan pikiran (untuk berkomitmen) yang selaras dengan nilai-nilai sosial. Pendidikan membentuk seseorang untuk mampu berpikir kritis dan memiliki ketetapan pikiran dalam khasanah nilai-nilai. Artinya, pikirannya tidak gampang terombang-ambingkan oleh tawaran-tawaran hidup yang tidak selaras dengan nilai-nilai. Istilah antep menunjukkan bahwa pendidikan menghantar seseorang untuk memiliki “kepercayaan diri” dan keuletan diri untuk maju terus dalam mengatasi segala tantangan kehidupan secara kstria (bersahaja). Dalam praksis kehidupan, orang yang antep adalah yang memiliki keteguhan hati ke arah kwalitas diri sebagai manusia personal dan anggota komunitas sosial. Sementara istilah mantep menunjukkan bahwa pendidikan menghantar seseorang untuk berkanjang dalam kemajuan diri, memiliki orientasi yang jelas untuk menuju tujuan yang pasti, yakni kemerdekaan
  • 3. diri sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga dunia. Jadi, landasan operasinal pendidikan adalah upaya membentuk kualitas pribadi peserta didik sampai pada tingkat yang maksimal. Kira-kira begitulah makna interpretatif dari fatwa pertama Ki Hadjar tentang pendidikan (Tetep, antep dan mantep). Kedua, ngandel, kandel, kendel dan bandel. Ngandel adalah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya “berpendirian tegak”. Pendidikan itu harus menghantar orang pada kondisi diri yang ngandel (berpendirian tegak/teguh). Orang yang berpendirian tegak adalah yang berprinsip dalam hidup. Kendel adalah istilah yang menunjukkan keberanian. Pendidikan membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang berani, berwibawa dan ksatria. Orang yang berpendidikan adalah orang yang berani menegakkan kebenaran dan keadilan, matang dan dewasa dalam menghadapi segala cobaan. Sementara istilah bandel menunjukkan bahwa orang yang terdidik adalah yang “tahan uji”. Segala cobaan hidup dan dalam segala situasi hidup dihadapinya dengan sikap tawakal, tidak lekas ketakutan dan hilang nyali. Ketiga, neng, ning, nung dan nang. Artinya bahwa pendidikan pada tataran terdalam bercorak religius. Pendidikan itu menciptakan kesenangan perasaan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung). Dalam dan melalui pindidikan, seseorang bisa mengalami kesucian pikiran dan ketenangan batin. D. Lima Asas Pendidikan (Pancadharma) Ki Hadjar Dewantara mengajukan lima asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan pancadharma (kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan). Ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dapatlah kita pandang sebagai terapan operatif dari kelima asas tersebut. Berikut adalah penalaran atas kelima asas tersebut. Pertama, asas kodrat alam. Asas ini mengandung arti bahwa hakikat manusia adalah bagian dari alam semesta. Asas ini juga menegaskan bahwa setiap pribadi peserta didik di satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi di sisi lain dikaruniai akal budi yang potensial baginya untuk mengelola kehidupannya.
  • 4. Berdasarkan konsep asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pelaksanaan pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang berkembang dan dapat dikembangkan. Secara kodrati, akal-pikiran manusia itu dapat berkembang. Namun, sesuai dengan kodrat alam juga akal pikiran manusia itu dapat dikembangkan melalui perencanaan yang disengaja sedemikian rupa sistematik. Pengembangan kemampuan berpikir manusia secara disengaja itulah yang dipahami dan dimengerti sebagai “pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan adalah tindakan yang disengaja dan direncanakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik yang dibawa sejak lahir. Kedua, asas kemerdekaan. Asas ini mengandung arti bahwa kehidupan hendaknya sarat dengan kebahagiaan dan kedamaian. Dalam khasanah pemikiran Ki Hadjar Dewantara asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab sehingga menciptakan keselarasan dengan masyarakat. Asas ini bersandar pada keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi sebagai andalan dasar untuk menggapai kebebasan yang mengarah kepada “kemerdekaan”. Pencapaian ke arah pribadi yang mredeka itu ditempuh melalui proses panjang yang disebut belajar. Proses ini berjenjang dari tingkat yang paling dasar sampai pada tingkat yang tertinggi. Namun, perhatian kita hendaknya jangan difokuskan pada tingkatan- tingatannya semata, tapi juga pada proses kegiatan pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Dalam pengertian itu, pendidikan berarti memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi- potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan dan keahlian profesional (wengaktus atau mewujud) yang diemban dan dihayatinya dengan penuh tanggungjawab. Oleh karena itu, praksis pendidikan harus “luas dan luwes”. Luas berarti memberikan kesempatan yang selebar-lebarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya seoptimal mungkin, sementara luwes berarti tidak kaku dalam pelaksanaan metode dan strategi pendidikan. Ketiga, asas kebudayaan. Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah makhluk berbudaya. Artinya, manusia mengalami dinamika evolutif dalam khasanah pembentukan diri menjadi pribadi yang
  • 5. berbudi pekerti. Dalam konteks itu pula, pendidikan perlu dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai budaya sebab kebudayaan merupakan cirikhas manusia. Bagi Ki Hadjar, kemanusiaan bukanlah suatu pemikiran yang statis. Kemanusiaan merupakan suatu konsep yang dinamis, evolutif, organis. Dalam kaitan ini, Ki Hadjar Dewantara memahami kebudayaan selain sebagai buah budi manusia, juga sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup manusia. Namun selaras dengan keyakinan atas manusia sebagai makhluk dinamis, kebudayaan juga demikian. Kebudayaan selalu berkembang seirama dengan perkembangan dan kemajuan hidup manusia. Keempat, asas kebangsaan. Asas kebangsaan merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang amat fundamental sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan bahwa seseorang harus merasa satu dengan bangsanya dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Dalam konteks itu pula, asas ini diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara untuk mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat tumbuh dan terjadi berdasarkan daerah, suku, keturunan atau pun keagamaan. Bagi Ki Hadjar kebangsaan tidaklah mempunyai konotasi, rasial biologis, status sosial ataupun keagamaan. Rasa kebangsaan adalah sebagaian dari rasa kebatinan kita manusia, yang hidup dalam jiwa kita dengan disengaja. Asal mulanya rasa kebangsaan itu timbul dari Rasa Diri, yang terbawa dari keadaan perikehidupan kita, lalu menjalar menjadi Rasa Keluarga; Rasa ini terus jadi Rasa Hidup bersama (rasa sosial). Wujudnya rasa kebangsaan itu umumnya ialah dalam mempersatukan kepentingan bangsa dengan kepentingan diri sendiri; kehormatan bangsa ialah kehormatan diri, demikianlah seterusnya. Kelima, asas kemanusiaan. Asas ini hendak menegaskan pentingnya persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam konteks Ki Hadjar sebagai tokoh di Indonesia, asas ini hendak menegaskan bahwa manusia di Indonesia tidak boleh bermusuhan dengan bangsa-bangsa lain. Manusia di Indonesia hendaknya menampilkan diri sebagai makhluk bermartabat luhur dan berdasarkan kesadaran itu pula ia berani menjalin dan memperlakukan sesama manusia dari bangsa mana pun dalam rasa cinta kasih yang mendalam. Maka asas ini boleh dipandang
  • 6. sebagai asas yang radikal, dalam arti konsep kemanusiaan itu merupakan akar yang menjadi titik temu asasi yang mendamaikan hudup, kehidupan maupun penghidupan umat manusia yang telah menjadi kompleks, multiplikatif, dan sarat dengan permasalahan. E. Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar yakin pendidikan yang khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai Indonesia juga. Maka ia menerapkan tiga semboyan pendidikan yang menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas digugu dan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya. Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya. Senada dengan semboyan pendidikan di atas adalah metode pendidikan yang dikembangkan, yang sepadan dengan makna “paedagogik”, yakni Momong, Among dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Mendidik adalah mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Praksis pendidikan dalam perspektif ini memang mementingkan ketertiban, tapi pelaksanaannya bertolak dari upaya membangun kesadaran, bukan berdasarkan paksaan yang bersifat “hukuman”. Maka, pembagian usia 0-7, 7-14, dan 14-21 dalam proses pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara bukan tanpa landasan pedagogik. Pembagian demikian berdasarkan fasefase di mana masing-masing menuntut peran pendidik dengan isi dan nilai yang berbeda-beda. Metode Ngemong, Momong, Among dan semboyan Ing ngarso sung tulodho, Ing Madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani bukan berasal dari sebuah pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terpisah. Pendidikan bukan hanya masalah bagaimana membangun isi (kognisi) namun juga pekerti (afeksi) anak-
  • 7. anak Indonesia, yang tentunya diharapkan “meng-Indonesia” agar mereka kelak mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang “meng-Indonesia” (memiliki kekhasan Indonesia). Praksis pendidikan berdasarkan metode Ki Hadjar Dewantara menempatkan guru sebagai pengasuh yang matang dalam penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai kultural yang khas Indonesia. Maka pendidikan pada dasarnya adalah proses mengasuh anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam potensi-potensi diri (kognisi, afeksi, psikomotorik, konatif, kehidupan sosial dan spiritual). Dalam rangka itu, guru tidak menggunakan metode paksaan, tapi memberi pemahaman sehingga anak mengerti dan memahami yang terbaik bagi dirinya dan lingkungan sosialnya. Guru boleh terlibat langsung dalam kehidupan anak tatkala anak itu dipandang berada pada jalan yang salah. Tapi pada prinsipnya tidak bersifat paksaan. Keterlibatan pada kehidupan anak tetap dalam konteks penyadaran dan asas kepercayaan bahwa anak itu pribadi yang tetap harus dihormati hak-haknya untuk dapat bertumbuh menurut kodratnya.