SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
LAPORAN
         PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN
                  ENZIM II

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Biokimia
                         Pangan


                          Oleh :
     Nama              : Happinessa Brilliant Husni
     NRP               : 103020037
     Kelompok          :B
     Meja              : 4 (Empat)
     Asisten           : Sari Fitriana
     Tanggal Percobaan : 19 Maret 2012




       LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN
         JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
              FAKULTAS TEKNIK
           UNIVERSITAS PASUNDAN
                 BANDUNG
                    2012
Laboratorium Biokimia Pangan                                Enzim II

      LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN
                   ENZIM II

           Happinessa Brilliant Husni        (103020037)
           Adinatha Firdaus                  (103020038)

                            INTISARI

      Tujuan percobaan uji Pengaruh pH adalah untuk mengetahui
pengaruh pH terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji
Pengaruh Suhu adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji Yest Fermentation adalah
untuk mengetahui adanya aktivitas enzim terhadap proses fermentasi
ragi.
      Prinsip percobaan uji Pengaruh pH yaitu berdasarkan
perbedaan pH, dimana semakin tinggi pH semakin cepat reaksi
enzim tetapi pada pH terlalu rendah dan melewati pH optimum akan
terjadi denaturasi. Prinsip percobaan uji Pengaruh suhu yaitu
berdasarkan perbedaan suhu terhadap kecepatan reaksi, dimana
suhu dibawah suhu beku dan suhu di atas suhu optimum enzim akan
mengalami denaturasi. Prinsip percobaan uji Yeast Fermentation
yaitu berdasarkan reaksi glukosa difermentasi ragi menghasilkan
alkohol berupa etanol dan gas CO2.
      Berdasarkan hasil pengamatan uji Pengaruh pH diperoleh enzim
pada ekstrak pisang aktif bekerja pada pH 1-10, pada ekstrak kedelai
aktif bekerja pada pH 1 dan pH 10 yang ditandai perubahan pH dan
perubahan warna. Pada uji Pengaruh Suhu diperoleh enzim pada
                                                            o
ekstrak pisang dan kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C. Pada
uji Yeast Fermentation diperoleh hasil labu A pada hari kedua hingga
keenam mengalami penurunan 3 gram, labu B hari kedua hingga
keempat tidak mengalami penurunan tetapi mengalami penurunan
pada hari keenam.

                      I PENDAHULUAN

     Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang,
(2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi
Percobaan.
1.1 Latar Belakang
   Enzim dikenal pertama kalinya sebagai protein oleh
Laboratorium Biokimia Pangan                              Enzim II

Samner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi
urease dari ‘kara pedang’ (jack bean). Urease adalah enzim
yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3.
Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat
mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin
banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan
bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Poedjiadi, 2005).
     Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau
enzimologi berkembang dnegan cepat. Dari hasil penelitian
para ahli biokimia ternyata bahwa banyak enzim mempunyai
gugs bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk.
Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim)
dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim
katalase terdiri dari protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim
yang terdiri dari protein dan logam. Misalnya askorbat
oksidase      adalah    protein    yang     mengikat      tembaga
(Poedjiadi,2005).
     Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada
yang terikat kuat pada protein, ada pula yang tidak begitu kuat
ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada bagian protein,
artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut gugus
prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya jadi
yang mudah dipisahkan secara dialisis disebut koenzim. Baik
gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim
yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu
zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim
(Poedjiadi,2005).
     Enzim adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan
oleh sel-sel hidup dan dapat membantu mempercepat
bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat
dalam makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau
mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut. Bahan
makanan seperti daging, ikan susu, buah-buahan dan
biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif
bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan
perubahan dalam bahan pangan. Perubahan itu dapat
menguntungkan ini dapat dikembangkan semaksimal
mungkin,tetapi yang merugikan harus dicegah. Perubahan
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II

yang terjadi dapat berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan
sifat-sifat lainnya.
    Kegiatan kimiawi yang dilakukan oleh sel amatlah rumit.
Hal ini mudah dimengerti bila mengingat demikian
beragamnya bahan yang digunakan sebagai nutrien oleh sel
di satu pihak dan berbagai ragam substansi yang disintesis
menjadi komponen-komponen sel di pihak lain. Cara sel
melakukannya terletak pada enzim, suatu substansi yang ada
dalam sel dalam jumlah yang sangat kecil dan mampu
menyebabkan terjadinya bermacam-macam perubahan yang
berkaitan dengan proses-proses selular (dan kehidupan). Tak
mungkin ada kehidupan tanpa enzim (Pelczar, 1986).
1.2 Tujuan Percobaan
    Tujuan percobaan uji Pengaruh pH adalah untuk
mengetahui pengaruh pH terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan
percobaan uji Pengaruh Suhu adalah untuk mengetahui
pengaruh suhu terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan
percobaan uji Yest Fermentation adalah untuk mengetahui
adanya aktivitas enzim terhadap proses fermentasi ragi.
1.3 Prinsip Percobaan
    Prinsip percobaan uji Pengaruh pH yaitu berdasarkan
perbedaan pH, dimana semakin tinggi pH semakin cepat
reaksi enzim tetapi pada pH terlalu rendah dan melewati pH
optimum akan terjadi denaturasi. Prinsip percobaan uji
Pengaruh suhu yaitu berdasarkan perbedaan suhu terhadap
kecepatan reaksi, dimana suhu dibawah suhu beku dan suhu
di atas suhu optimum enzim akan mengalami denaturasi.
Prinsip percobaan uji Yeast Fermentation yaitu berdasarkan
reaksi glukosa difermentasi ragi menghasilkan alkohol berupa
etanol dan gas CO2.
1.4 Reaksi Percobaan

    Enzim + Substrat ⇌ Kompleks Enzim Substrat
    Kompleks Enzim Substrat ⇌ Enzim + Produk

       Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Pengaruh pH
Laboratorium Biokimia Pangan                          Enzim II



    Enzim + Substrat ⇌ Kompleks Enzim Substrat
    Kompleks Enzim Substrat ⇌ Enzim + Produk
      Gambar 2. Reaksi Percobaan Uji Pengaruh Suhu

   C6H12O6                     2CH3CH2OH + ↑ 2CO2
  Glukosa                        Etanol
    Gambar 3. Reaksi Percobaan Uji Yeast Fermentation

      II ALAT, BAHAN , DAN METODE PERCOBAAN

     Bab ini menguraikan mengenai : (1) Alat Percobaan,
(2) Bahan Percobaan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Alat Percobaan
    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan enzim II
adalah blender, penangas air, leher angsa, labu erlenmeyer,
pH meter, pipet tetes, dan tabung reaksi.
2.2 Bahan Percobaan
    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan enzim II
adalah air kelapa, aquadest, katekol, ekstrak kedelai, ekstrak
pisang, ragi fermipan (Saccharomyces cerevisiae), indikator
PP, larutan buffer, larutan H2SO4, nanas, tauge, dan urea.
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

2.3 Metode Percobaan

        pH 1         pH 4          pH 7        pH 10

                                                       Biarkan
           1           1             1                    5’.
                                                 1
                                                       Lakukan
                                                        tes pH
                                                         awal


                   + 10 tetes larutan buffer



  15 tetes
 Ekstrak **




                                 Biarkan 5 ‘



                Amati dan lakukan tes pH akhir


  ** untuk urease + 1 tetes PP




       Gambar 4. Metode Percobaan Uji Pengaruh pH
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II




     15 tetes
     substrat




                  Simpan pada suhu kamar


    15 tetes
    ekstrak         o          37           1
                  0            o




                          Biarkan 5’

                         1             11       1
                                                1
   Lakukan
 bersamaan.**
  Setelah 5 ‘
  bandingkan
  warna tiap
    tabung



   ** untuk urease + 1 tetes PP

      Gambar 5.Metode Percobaan Uji Pengaruh Suhu
Laboratorium Biokimia Pangan                     Enzim II



                       Nanas   : 103,5 g
                       Tauge   : 118,5 g
                       Gula    : 13,86 g
                       Air     : 55,44 g


                          Diblender




                               + (NH4)3PO4
                                  + Ragi




                         Pasteurisasi
                              o
                       T = 70 C, t = 15’
                         Lalu timbang



                                      o
                        Inkubasi 70 C
                         Selama 7 hari
                         Lalu timbang




   Gambar 6. Metode Percobaan Uji Yeast Fermentation
Laboratorium Biokimia Pangan                             Enzim II

       III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

     Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Percobaan dan
(2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Pengaruh pH
        Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH
                            pH     pH
 pH    Ekstrak Substrat                   Warna            Ket
                           awal   akhir
  1                            1        3       Putih       +

  4                            4        8       Pink        +
       Kedelai     Urea
  7                            7        9     Pink tua      +

 10                            10       9       Pink        +

  1                            1        2      Bening       +
                                               Coklat
  4                            4        4                   -
                                               pudar
       Pisang     Katekol
                                               Coklat
  7                            7        7                   -
                                                tua
                                             Coklat
 10                            10       7                +
                                             pudar
(Sumber : Happinessa Brilliant H. dan Adinatha F., 2012)
Keterangan : (-) enzim tidak aktif
             (+) enzim aktif
      Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh enzim pada
ekstrak kedelai aktif pada pH 1-10, enzim pada ekstrak pisang
aktif pada pH 1 dan 10 serta tidak aktif pada pH 4-7.
      Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim
tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk
ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda (zwitter ion).
Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah
atau pH tinggi dapat pula menyebebkan terjadinya proses
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II

denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas
enzim.




       Gambar 7. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH




                      Gambar 8. Pisang
Laboratorium Biokimia Pangan                           Enzim II

    Informasi nilai gizi adalah energi 371 kJ (89 kcal),
karbohidrat 22,84 g, gula 12,23 g, diet serat 2,6 g, lemak 0,33
g, protein 1,09 g, vitamin A equiv. 3 mg (0%), thiamine (Vit.
B1) 0,031 mg (2%), riboflavin (Vit. B2) 0,073 mg (5%), niacin
(Vit. B3) 0,665 mg (4%), asam pantotenat (B5) 0,334 mg (7%),
vitamin B6 0,367 mg (28%), folat (Vit. B9) 20 mg (5%), vitamin
C 8,7 mg (15%), kalsium 5 mg (1%), besi 0,26 mg (2%),
magnesium 27 mg (7%), fosfor 22 mg (3%), kalium 358 mg
(8%), seng 0,15 mg (1%), satu pisang 100-150 g
(USDA Nutrient database).




                      Gambar 9. Kedelai
    Kacang kedelai mengandung kalsium, besi, potassium
dan fosfor. Kacang kedelai juga kaya akan vitamin B
kompleks. Kacang kedelai merupakan salah satu yang
mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi,
kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia.
Laboratorium Biokimia Pangan                                      Enzim II




 aktivitas enzim




                                  pH optimum                  pH

                   Grafik 1. Hubungan pH dengan Aktivitas Enzim
     Dari bentuk kurva pada gambar, tampak bahwa ada suatu
pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan
kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH
optimum (Poedjiadi,2005).
      Aktivitas maksimum dicapai pada suatu pH tertentu dan
penyimpangan-penyimpangan dari pH tersebut menyebabkan
berkurangnya aktivitas (Pelczar, 1986).
      Molekul atau ion yang menghambat kerja enzim disebut
inhibitor. Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam suatu
reaksi kimia ini mempunyai arti penting karena hambatan
tersebut merupakan mekanisme pengaturan reaksi-reaksi
yang terjadi dalam tubuh. Di samping itu hambatan ini dapat
memberikan gambaran lebih jelas mengenai mekanisme kerja
enzim (Poedjiadi, 2005).
      Aktivitas suatu enzim dapat dihambat atau diperlambat
atau juga dihentikan oleh zat-zat kimiawi melalui berbagai
cara. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam tipe
non-reversible, reversible, dan alosterik (Poedjiadi, 2005).
      Hambatan non-reversible dapat terjadi karena inhibitor
bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim.
Dengan demikian mengurangi aktivitas katalitik enzim tersebut
(Poedjiadi, 2005).
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

      Hambatan       non-reversible     biasanya    menyangkut
modifikasi atau menjadi tidak aktifnya satu atau lebih gugusan
fungsional enzim tersebut (Pelczar, 1986).
      Ada 2 tipe utama hambatan reversibel, yaitu kompetitif
dan non-kompetitif. Hambatan kompetitif dapat dibalik dengan
cara menambah konsentrasi substrat sedangkan non-
kompetitif tidak dapat (Pelczar, 1986).
      Hambatan kompetitif disebabkan karena ada molekul
yang mirip dengan substrat yang dapat pula membentuk
kompleks enzim inhibitor (EI). Pembentukan kompleks EI ini
sama dengan pembentukan kompleks ES, yaitu melalui
penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif
enzim (Poedjiadi, 2005).
      Inhibitor kompetitif dapat menghalangi terbentuknya
kompleks ES dengan cara membentuk kompleks EI. Berbeda
dengan kompleks ES, kompleks EI ini tidak dapat membentuk
hasil reaksi P (Poedjiadi, 2005).
      Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat
mengurangi peluang bagi terbentuknya kompleks ES dan hal
ini    menyebabkan          berkurangnya    kecepatan     reaksi
(Poedjiadi, 2005).
      Pengaruh inhibitor dapat dihilangkan dengan cara
menambah substrat dalam konsentrasi besar. Pada
konsentrasi substrat sangat besar, peluang terbentuknya
kompleks ES juga makin besar. Kecepatan reaksi maksimum
dapat tercapai pada konsentrasi substrat yang besar
(Poedjiadi, 2005).
      Hambatan non-kompetitif tidak dipengaruhi oleh
besarnya      konsentrasi      substrat   dan   inhibitor  yang
melakukannya disebut inhibitor non-kompetitif. Dalam hal ini
inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian
enzim di luar bagian aktif. Penggabungan antara inhibitor
dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas atau pada enzim
yang teah mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat
(Poedjiadi, 2005).
    Penggabungan          inhibitor   dengan     enzim    bebas
menghasilkan kompleks EI sedangkan penggabungan dengan
kompleks ES menghasilkan ESI. Baik kompleks EI maupun
ESI bersifat inaktif. Ini berarti bahwa kedua kompleks tersebut
Laboratorium Biokimia Pangan                           Enzim II

tidak dapat menghasilkan hasil reaksi yang diharapkan
(Poedjiadi, 2005).
    Kelompok enzim yang bersifat tidak termasuk
non-reversible dan reversible disebut alosterik. Hambatan
yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan
alosterik sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan
inhibitor alosterik (Poedjiadi, 2005).
    Bentuk molekul inhibitor alosterik ini berbeda dengan
molekul substrat. Lagipula inhibitor alosterik berikatan dengan
enzim pada tempat di luar bagian aktif enzim. Dengan
demikian hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan
penambahan sejumlah besar substrat. Terbentuknya ikatan
antara enzim denagn inhibitor mempengaruhi konformasi
enzim sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk.
Akibatnya ialah penggabungan substrat pada bagian aktif
enzim terhambat (Poedjiadi, 2005),
    Enzim memiliki spesifitas atau kekhasan terhadap
substrat, katalis juga menampakkan spesifitas atau
kekhususan, Artinya suatu katalis tertentu akan berfungsi
pada suatu jenis reaksi tertentu (Pelczar, 1986).
      Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu
substrat tetentu, kekhasan inilah ciri suatu enzim. Ini sangat
berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bkerja
terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya
bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim
yang bekerja terhadap kebih dari satu substrat namun enzim
tersebut mempunyai kekhasan tertentu (Poedjiadi, 2005).
    Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi.
Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami
berbagai reaksi dengan berbagai enzim (Poedjiadi, 2005).
    Khasnya, satu molekul enzim dapat mengkatalis
perubahan 10 sampai 1000 molekul substrat (senyawa yang
dikenai proses oleh enzim) per detik. Reaksi-reaksi yang
dikatalisis oleh enzim seringkali berlangsung beberapa ribu
sampai lebih dari satu juta kali lebih cepat daripada
reaksi-reaksi yang sama tetapi tidak dikatalisis oleh enzim.
Menurut perhitungan, penguraian protein dalam proses
pencernaan manusia akan memakan waktu lebih dari
Laboratorium Biokimia Pangan                          Enzim II

50 tahun dan bukannya beberapa jam saja tanpa bantuan
kerja enzim (Pelczar, 1986).
    Pengendalian pH sehingga mempengaruhi aktivasi enzim
sangat diperlukan dalam praktek teknologi pangan. Dalam
industri pangan di mana penggunaan enzim mempunyai
peranan penting, pengaturan pH harus ditunjukkan untuk
mendapatkan keaktifan enzim yang maksimal. Sebaliknya, di
dalam proses pengolahan pangan, keaktifan enzm tertentu
tidak dikehendaki, sehingga harus dicegah atau dihambat.
(Winarno, 1992).
    Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim, diantaranya
konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pengaruh suhu,
pengaruh pH, pengaruh inhibitor, pengaruh koenzim
(Poedjiadi, 2005).
    Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan
denaturasi protein dan hilangnya secara total aktivitas enzim.
Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil. Enzim hanya aktif
pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus
benar-benar dipelihara dengan menggunakan buffer (larutan
penyangga). Jika enzim memiliki lebih dari satu substrat,
maka pH optimumnya akan berbeda pada suatu substrat).
Tiap enzim memiliki karakteristik pH optimal dan aktif dalam
range pH yang relatif kecil, dalam banyak kasus, bentuk kurva
menandakan dari keaktifan enzim berbanding pH yang
terkandung di dalamnya (Rosalia, 2011).
     Pada enzim yang mengandng urease ditambahkan
indikator PP berfungsi sebagai memperjelas perubahan yang
terjadi. PP dapat diganti dengan indikator lainnya, asalkan
bersifat sesama basa, misalnya methilen blue.
     Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat
menjaga atau mempertahankan pH-nya dari penambahan
asam, basa, maupun pengenceran oleh air. pH larutan buffer
tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam,
basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan
penambahan asam maupun basa dari luar (Andy, 2009).
     Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan
basa konyugasinya maupun basa lemah dan asam
konyugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan
CH3COOH (asam lemah) dan larutan CH3COONa
Laboratorium Biokimia Pangan                          Enzim II

(basa konyugasi) membentuk larutan buffer asam
(Andy, 2009).
     Mekanisme kerja larutan buffer adalah menetralkan asam
maupun basa dari luar. Masing-masing komponen dalam
larutan buffer mampu menetralkan asam maupun basa dari
luar. Dalam larutan buffer asam. Sebagai contoh,
CH3COOH/CH3COONa, terjadi kesetimbangan sebagai
berikut :
                                       -          +
     CH3COOH(aq) + H2O(l) ⇌ CH3COO (aq) + H3O (aq)

       Gambar 10. Reaksi Kesetimbangan Larutan Buffer
     Komponen asam lemah dan basa konyugasi dalam
larutan buffer asam membentuk sistem kesetimbangan asam
lemah. Saat sejumlah larutan asam ditambahkan dari luar,
                     -                               +
komponen CH3COO bekerja untuk menetralkan ion H larutan
asam. Akibatnya, kesetimbangan bergeser ke arah kiri.
                       -
Jumlah ion CH3COO akan berkurang dan sebaliknya, jumlah
molekul CH3COOH akan meningkat (Andy, 2009).
     Pada hasil pengamatan pH ada yang naik dan ada yang
turun. Hal tersebut disebabkan pH tersebut menyesuaikan
dengan pH optimumnya pada kondisi 1 atm dan suhu ruang.
     Pada pengukuran pH awal dan pH akhir digunakan suatu
indikator universal. Secara umum, indikator merupakan suatu
zat yang memiliki warna yang kuat atau warna tersebut hilang
atau berubah jika zat tersebut direaksikan dengan zat yang
lain. pH optimum dari urease adalah 7,4 (Nursiam, 2010).
     Enzim pada katekol adalah katekin. Kateik memiliki pH
optimum 4-8 (Syah, 2010).
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II

3.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Pengaruh
Suhu
      Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh Suhu
                                         Hasil    Hasil
 Suhu Ekstrak Substrat       Warna
                                           I       II
   o
 0 C                Katekol    Coklat Tua    -         -

       o   Pisang                Coklat
 37 C               Katekol                  +        +
                                 Muda
       o                        Bening
 70 C               Katekol                  -         -
                               Kecoklatan
   o
 0 C                 Urea        Putih       -         -
       o
 37 C Kedelai        Urea      Pink Muda     +        +
       o
 70 C                Urea        Putih       -         -
(Sumber : Happinessa Brilliant H. dan Adinatha F., 2012)
Keterangan : (-) enzim tidak bekerja optimum
             (+) enzim bekerja optimum
(Hasil I   : Pengamatan Happinessa dan Adinatha 2012)
(Hasil II  : Laboratorium Biokimia Pangan, 2012)
     Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh enzim pada
                                                         o
ekstrak pisang dan kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C.
     Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu,
maka reaksi yang menggunakan katalis enzim yang dapat
dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi
reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi, 2005).
     Mulai pada suatu suhu rendah, aktivitas enzim bertambah
dengan naiknya suhu sampai aktivitas optimumnya dicapai.
Kenaikan suhu lebih lanjut berakibat dengan berkurangnya
aktivitas dan pada akhirnya perusakan enzim (Pelczar, 1986).
     Disamping itu karena enzim adalah suatu protein, maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian
aktif enzim akan terganggu demgan demikian konsentrasi
efektis aktif enzim menjadi berkurang dan kecepatan
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

reaksinya pun menurun (Poedjiadi, 2005).
    Pengaruh suhu terhadap enzim ternyata agak kompleks,
misalnya suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat
pemecahan atau perusakan enzim; sebaiknya semakin tinggi
suhu (dalam batas tertentu) semakin aktif melampaui reaksi
katalisis enzim. Pada suhu rendah laju inaktifasi enzim begitu
lambat atau sangat kecil sehingga boleh diabaikan.
Sebaliknya pada suhu tinggi, laju inaktifasi enzim cepat sekali.
sehingga reaksi enzimatik praktis berhenti sama sekali
(Winarno, 1992).
    Umumnya, enzim-enzim bekerja sangat lambat pada suhu
                                                            o
di bawah titik beku dan keaktifannya meningkat sampai 45 C.
hampir semua enzim mempunyai aktivitas optimal pada suhu
   o              o
30 C samapi 40 C dan denaturasi mulai terjadi pada suhu
   o
45 C (Winarno, 1992).
    Beberapa enzim dapat terdenaturasi pada suhu
pembekuan, tetapi sebagian enzim masih tahan dalam
pembekuan maupun proses thawing. Dan banyak enzim
menunjukkan aktivitas yang nyata pada bahan setengah beku,
yaitu yang sebagian telah beku dan sebagian belum
membeku. Selama proses pembekuan. Pada bagian yang
belum membeku masih terdapat air. Di situlah terjadi
pengumpulan dan pengentalan larutan-larutan, sehingga
konsentrasi elektrolit meningkat, juga pH berubah, sehingga
mengakibatkan terjadinya berbagai pengaruh buruk terhadap
bahan makanan beku. Apakah hal itu mengakibatkan
peningkatan atau penurunan keaktifan enzim masih
tergantung dari banyak faktor. Pada umumnya peningkatan
konsentrasi larutan dalam air yang belum membeku dapat
meningkatkan        atau   menurunkan        keaktifan   enzim
(Winarno, 1992).
    Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat
menaikkan kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu rekasi
diartikan sebagai kenaikan kecepatan reaksi sebagai akibat
                     o
kenaikan suhu 10 C. Koefisien suhu ini diberi simbol Q10 ini
berkisar antara 1,1 hingga 3,0 artinya setiap kenaikan suhu
     o
10 C, kecepatan reaksi mengalami kenaikan 1,1 hingga 3,0
kali. Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses
denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu
titik optimum, yaitu suhu yang paling tapat bagi suatu reaksi
yang           menggunakan              enzim          tertentu
(Poedjiadi, 2005).
      Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat
diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu alasan
bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah
dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan
mentah (Marfuah, 2011).
      Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan
bahan susu lainya secara dramatis mengurangi penyebaran
penyakit seperti TBC. Pada suhu kurang dari suhu optimum,
aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih
                                          o
beraktivitas pada suhu kurang dari 0 C dan aktivitasnya
                                o
hampir terhenti pada suhu 196 C (Marfuah, 2011).
 aktivitas enzim




                            0
                         Suhu Optimum               suhu

       Grafik 2. Hubungan antara Suhu dengan Aktivitas Enzim
    Titik 0 menunjukkan suhu optimum, yaitu suhu yang
menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan
paling besar. Tiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu.
Pada umumnya enzim yang terdapat pada hewan mempunyai
                               o
suhu optimum antara 40 – 50 C sedangkan pada tumbuhan
              o
antara 50-60 C. Sebagian besar enzim terdenaturasi pada
                o
suhu di atas 60 C (Poedjiadi, 2005).
Laboratorium Biokimia Pangan                          Enzim II

      Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika
suhunya dinaikkan. Akibatnya daya kerja enzim menurun.
Pada suhu 45 °C efek predominanya masih memperlihatkan
kenaikan aktivitas sebagaimana dugaan dalam teori kinetik.
Tetapi lebih dari 45 °C menyebabkan denaturasi ternal lebih
menonjol dan menjelang suhu 55 °C fungsi katalitik enzim
menjadi punah. Hal ini juga terjadi karena semakin tinggi suhu
semakin naik pula laju reaksi kimia baik yang dikatalisis
                                        o
maupun tidak. Karena itu pada suhu 40 C C, larutan tidak ada
gumpalan, begitu juga pada suhu ruang, sedngkan pada suhu
     o
100 C masih ada gumpalan – gumpalan yang menunjukkan
kalau enzim rusak. Pada suhu ruang, enzim masih dapat
bekerja dengan baik walaupun tidak optimum (Rosalia, 2011).
      Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk
enzim hewan suhu optimal antara 35 °C dan 40 °C, yaitu suhu
tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas
enzim berkurang. Di atas suhu 50 °C enzim secara bertahap
menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100
°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim
tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak
berkurang. Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar
         o                       o                          o
180-23 C atau maksimal 40 C karena pada suhu 45 C
enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu
bentuk protein (Rosalia, 2011).
      Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun
sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim. Peningkatan
temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena
molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan
mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika
temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai
berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal
ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat
setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara
keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun (Rosalia, 2011).
      Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam
bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Suhu
                                o
optimum dari urease adalah 64 C (Nursiam, 2010).
Laboratorium Biokimia Pangan                                    Enzim II

3.3 Hasil Pengamatan           dan    Pembahasan          Uji    Yeast
Fermentation
     Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Yeast Fermentation
            Labu A                               Labu B

   Komposisi      Basis 300 g         Komposisi       Basis 300 g

 Nanas 34,5 %        103,5 g         Nanas 34,5 %         103,5 g

 Tauge 39,5 %        118,5 g         Tauge 39,5 %         118,5 g
  Larutan Gula
                                      Air Kelapa
     23,1 %          69,3 mL                              69,3 mL
                                       23,1 %
     (1 : 4)
   Ragi 1,4 %         4,2 g           Ragi 1,4 %           4,2 g
   (NH4)3PO4                          (NH4)3PO4
                   4,5 g                                   4,5 g
     1,5 %                              1,5 %
(Sumber : Kelompok B, 2012)
                                      Hari Ke-
    Labu
                    2                     4                 6
     A            500 g                499 g              497 g
     B            501 g                501 g              500 g
(Sumber : Kelompok B, 2012)
    Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh pada labu
A terjadi penurunan berat dari hari kedua hingga keenam
sebesar 3 gram. Pada labu B terjadi penurunan pada hari
keempat hingga keenam.
    Berat bahan pangan akan berkurang karena pada proses
fermentasi, glukosa (C6H12O6) dengan bantuan ragi akan
menghasilkan etanol dan CO2. CO2 yang dihasilkan akan
menguap sehingga berat akan berkurang.
    Dalam percobaan yeast fermentation menggunakan nanas
sebagai penghasil enzim yaitu enzim bromelin, tauge dan
(NH4)2 HPO4 sebagai nutrisi ragi dan sebagai sumber protein,
gula pasir berfungsi untuk mengikat kandungan substrat pada
enzim, dan penambahan H2SO4 pada leher angsa yaitu agar
tidak terjadi reaksi oksidasi selama proses berlangsung.
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

Semua bahan-bahan tersebut digunakan sebagai substrat
untuk proses fermentasi. Penyimpanan dilakukan pada suhu
70 C bertujuan untuk mengaktifkan ragi dan untuk membunuh
bakteri-bakteri patogen.




    Gambar 11. Hasil Pengamatan Uji Yeast Fermentation

    Pengunaan enzim urease dimaksud untuk mengubah urea
menjadi CO2 dan NH3 (Nursiam, 2010).
    Komposisi basis yang digunakan adalah 300 gram, artinya
bahwa komposisi yang digunakan untuk bahan yang akan di
fermentasi dianggap 100%.
    Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses
pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik,
yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat
dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi
oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992).
    Karbohidrat merupakan substrat utama yang dipecah
dalam proses fermentasi. Polisakarida terlebih dahulu akan
dipecah menjadi gula sederhana sebelum difermentasi,
misalnya hidrolisis pati menjadi unit-unit glukosa. Glukosa
kemudian akan dipecah menjadi senyawa-senyawa lain
tergantung jenis fermentasinya (Fardiaz, 1992).
    Pada bakteri paling sedikit terdapat tujuh proses fermentasi
yang berbeda terhadap glukosa. Masing-masing proses dapat
Laboratorium Biokimia Pangan                         Enzim II

menghasilkan      produk-produk      yang     berbeda,    dan
masing-masing spesifik terjadi pada grup bakteri tertentu
(Fardiaz, 1992).
    Pada percobaan yeast fermentation dilakukan pasteurisasi.
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan yang
dilakukan pada suhu tertentu dengan waktu tertentu yang
bertujuan untuk membunuh sel vegetatif sedangkan sporanya
masih dapat bertahan. Suhu pasteurisasi tergantung pada
waktu yang dibutuhkan, misalnya pasteurisasi dengan suhu
     0
70 C memerlukan waktu selama 30 menit. Jika suhu
dinaikkan maka waktu pasteurisasi semakin cepat. Jika suhu
                     0
yang digunakan 100 C yang terjadi yaitu sterilisasi.
      Fermentasi glukosa pada prinsipnya terdiri dari dua
tahap, yaitu :
1) Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan
paling sedikit dua pasang atom hdrogen, menghasilkan
senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada
glukosa. 2) Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi
kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap
pertama, membentuk senyawa-senyawa lain sebagai hasil
fermentasi. reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung tanpa
reaksi reduksi yang seimbang. Oleh karena itu, jumlah atom
hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama fermentasi
selalu seimbang dengan jumlah yang digunakan dalam tahap
kedua (Fardiaz, 1992).
      Tahap pertama fermentasi selalu terbentuk asam piruvat.
Pada jasad renik dikenal paling sedikit empat jalur pemecahan
glukosa menjadi asam piruvat, yaitu :
1) Jalur Embden-Meyerhoff-Parnas (EMP) atau glikolisis,
ditemukan pada fungi dan kebanyakan bakteri, serta pada
hewan dan manusia. Enzim yang berperan dalam jalur ini
antara lain enzim aldolase dan enzim gliseraldehida fosfat
dehidrogenase. 2) Jalur Entner-Doudoroff (ED) hanya
ditemukan pada bakteri. Dalam jalur ini enzim yang digunakan
adalah aldolase. 3) Jalur heksosamonofosfat (HMF) penting
dalam metabolisme jasad renik untuk menghasilkan pentosa
yang diperlukan untuk sintesis asam nukleat. Enzim yang
digunakan dalam jalur ini adalah transaldolase dan
tranketolase. 4) Jalur Fosfoketolase (FK), hanya ditemukan
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

pada bakteri yang tergolong laktobasili heterofermentatif, jalur
ini hanya merupakan percabangan jalur HMF. Jalur ini tidak
mempunyai enzim aldolase maupun transaldolase dan
tranketolase (Fardiaz, 1992).
     Pada tahap kedua fermentasi, asam piruvat akan diubah
menjadi produk-produk akhir yang spesifik untuk berbagai
proses fermentasi. produk-produk tersebut terbentuk oleh
reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim-enzim tertentu
(Fardiaz, 1992).
     Asam amino merupakan senyawa di samping karbohidrat
yang dapat difermentasi oleh bakteri, teutama yang tergolong
jenis clostridia. Fermentasi asam amino belum banyak
diketahui dibandingkan dengan fermentasi karbohidrat
(Fardiaz, 1992).




                      Gambar 12. Nanas
    Buah nanas banyak dikonsumsi, baik untuk buah
kesegaran maupun untuk diolah menjadi rujak bahkan untuk
berbagai kue. Namun pada dasarnya nanas banyak sekali
manfaat bagi tubuh kita karena kandunngan nutrisinya. Nanas
adalah buah tropis dengan daging buah berwarna kuning
memiliki kandungan air 90% dan kaya akan kalium, kalsium,
Iodium, sulfur, dan khlor. Selain itu juga kaya asam, biotin,
vitamin B12m Vit E serta enzim bromelin. Mengkonsumsi sari
buah nanas akan meningkatkan protein dalam tubuh. Nanas
juga dapat digunakan untuk menguranngi dehidrasi. Nutrisi
Laboratorium Biokimia Pangan                          Enzim II

nanas per 1 oz adalah : kalium (kkal) = 17 energi (kj) = 73
lemak = 0 g karbohidrat = 4,3 g protein = 0,1 g serat = 0,1 g
gula = 4,3 g kolesterol = 0 g abu = 0,3 mg alkogol = 0. Serat
dari 150 gram nanas setara dengan separuh dari jeruk
(Anonim, 2012).
   Komposisi nanas adalah Vitamin (A dan C), kalsium, fosfor,
magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula
tebu), dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang,
membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu
pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan
mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat
mempermudah buang air besar pada penderita sembelit
(konstipasi). Daun mengandung calsium oksalat dan pectic
substances (Anonim,2012).




                      Gambar 13. Tauge
    Tauge mengandung banyak serat dan air, yang dapat
membantu menguras kotoran dalam usus besar, sehingga
mengurangi kemungkinan zat-zat beracun terserap oleh
tubuh. Serat juga efektif untuk mengikat lemak dan kelesterol,
dan membuangnya bersama kotoran. Kandungan kalium yang
tinggi dalam kecambah kacang hijau itu sangat bagus untuk
kesehatan jantung. Estrogen alami yang terdapat dalam tauge
Laboratorium Biokimia Pangan                            Enzim II

juga secara nyata dapat meningkatkan kepadatan dan
susunan       tulang,   serta   mencegah       tulang    keropos
(osteoporosis). Tauge bermanfaat juga untuk kecantikan kulit,
karena mengandung vitamin E yang cukup tinggi. Vitamin E
merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari
serangan radikal bebas. Tauge yang berbahan dasar kacang
juga dipercaya kaya protein, yang sangat dibutuhkan untuk
pembentukan sel kulit baru (Anonim,2011).
    Komposisi dari tauge adalah Vitamin E (alfa-tokoferol),
lemak, mineral, serat pangan (dietary fiber), antigizi
(antitripsin, hemaglutinin atau lektin, oligosakarida, dan asam
fitat) (Anonim,2011).
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II

               IV KESIMPULAN DAN SARAN

     Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan
(2) Saran.
4.1 Kesimpulan
     Berdasarkan hasil pengamatan uji Pengaruh pH diperoleh
enzim pada ekstrak pisang aktif bekerja pada pH 1-10, pada
ekstrak kedelai aktif bekerja pada pH 1 dan pH 10 yang
ditandai perubahan pH dan perubahan warna. Pada uji
Pengaruh Suhu diperoleh enzim pada ekstrak pisang dan
                                         o
kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C. Pada uji Yeast
Fermentation diperoleh hasil labu A pada hari kedua hingga
keenam mengalami penurunan 3 gram, labu B hari kedua
hingga keempat tidak mengalami penurunan tetapi mengalami
penurunan pada hari keenam.
.4.2 Saran
    Sebaiknya praktikan memahami terlebih dahulu metode
yang akan dilakukan. Saat mengambil sampel berbeda
sebaiknya menggunakan pipet berbeda agar sampel tidak
bercampur dan alat yang digunakan harus dalam keadaan
bersih.
Laboratorium Biokimia Pangan                               Enzim II

                     DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Kecambah. http://id.wikipedia.org. Akses :
     24 Maret 2012.
Anonim. (2012). Nanas.         http://id.wikipedia.org.   Akses    :
     24 Maret 2012.
Fardiaz, Srikandi. (1992). Mikrobiologi              Pangan       1.
      PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Fauziah, Lisna.(2011). Pengaruh Suhu, pH, Konsentrasi
      Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatis.
      http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com. Akses :
      21 Maret 2012.
Marfuah, Zuroh. (2011). Penharuh Suhu terhadap Cara
     Kerja    Enzim.     http://zurohmarfuah8.blogspot.com.
     Akses : 24 Maret 2012.
Nursiam,          Intan.(2010).      Aktivitas       Enzim.
      http://intannursiam.wordpress.com. 24 Maret 2012.
Pelczar, Michael J..(1986). Dasar-dasar Mikrobiologi.
      Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.
Poedjiadi, Ana dan F.M. Titin Supriyanti.(2005). Dasar-dasar
      Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.
Rosalia. (2011). Pengaruh pH dan Suhu terhadap Aktivtas
      Enzim. http://mkusumaningtyas.blogspot.com. Akses :
      24 Maret 2012.
Syah, Andi Nur Alam.(2010). Taklukan Penyakit dengan Teh
      Hijau. Agromedia : Jakarta.
Laboratorium Biokimia Pangan                        Enzim II

                      LAMPIRAN KUIS

1. Jelaskan pengaruh suhu pada kerja enzim?
 aktivitas enzim




                                                   suhu
                        suhu optimum


     Semakin tinggi suhu semakin cepat kerja enzim. Tetapi
akan mengalami denaturasi pada suhu di bawah suhu beku
dan di tas suhu optimumnya. Pada suhu optimum, enzim
bekerja optimal dan akan mengalami penurunan kinerja
setelah melewati suhu optimum tersebut.
2. Apa yang dimaksud dengan fermentasi ?
    Fermentasi adalah suatu proses penguraian glukosa
menjadi alkohol berupa etanol dan gas karbondioksida secara
anaerob.
3. Sebutkan dua prinsip fermentasi?
    Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan
paling sedikit dua pasang atom hdrogen, menghasilkan
senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada
glukosa. 2) Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi
kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap
pertama, membentuk senyawa-senyawa lain sebagai hasil
fermentasi. reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung tanpa
reaksi reduksi yang seimbang.
Laboratorium Biokimia Pangan                              Enzim II

4. Sebutkan fungsi enzim zimase?
     Enzim zimase adalah enzim yang pada akhirnya
menyebabkan peragian gula dalam adonan roti, memperbaiki
sifat-sifat fungsional adonan roti. Enzim ini dalam produksi roti,
jamur dan bakteri tertentu juga dapat menghasilkan alkohol.
5. Sebutkan peranan golongan enzim liase!
Enzim ini mempunyai peranan dalam reaksi sintesis
pemisahahn suatu gugus dari suatu substrat atau sebaliknya,
tetapi tidak dengan cara hidrolisis. Contohnya, dekarboksilase,
aldolase, hidratase.
Laboratorium Biokimia Pangan                             Enzim II

                 LAMPIRAN PERHITUNGAN

Yeast Fermentation

Basis 300 g
Nanas :       x 300 g = 103,5 g

Larutan gula :      x 300 g = 63,9 g

1 gula : 4 air = 4 untuk air   =   x 63,9 g = 55,44 g

                 1 untuk gula =    x 63,9 g = 13, 86 g

Tauge :       x 300 g = 118,5 g

Ragi :     x 300 g = 4,2 g

(NH4)3PO3 :      x 300 g =4,5 g

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzimPengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Uji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan LemakUji Ketidakjenuhan Lemak
Uji Ketidakjenuhan Lemak
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Uji barfoed
Uji barfoedUji barfoed
Uji barfoed
 
Hidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu PolisakaridaHidrolisa Suatu Polisakarida
Hidrolisa Suatu Polisakarida
 
Uji Vitamin E
Uji Vitamin EUji Vitamin E
Uji Vitamin E
 
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipidModul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
 
praktikum biokimia
praktikum biokimiapraktikum biokimia
praktikum biokimia
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
Uji Protein Biokimia
Uji Protein BiokimiaUji Protein Biokimia
Uji Protein Biokimia
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 

Ähnlich wie LAPORAN ENZIM

Ähnlich wie LAPORAN ENZIM (20)

Enzim 1
Enzim 1Enzim 1
Enzim 1
 
Lap.yeast
Lap.yeastLap.yeast
Lap.yeast
 
Laporan percobaan fermentasi (pengaruh kadar gula dalam fermentasi )
Laporan percobaan fermentasi (pengaruh kadar gula dalam fermentasi )Laporan percobaan fermentasi (pengaruh kadar gula dalam fermentasi )
Laporan percobaan fermentasi (pengaruh kadar gula dalam fermentasi )
 
Modul 5 tes kualitatif enzim
Modul 5   tes kualitatif enzimModul 5   tes kualitatif enzim
Modul 5 tes kualitatif enzim
 
Pengaruh ph
Pengaruh phPengaruh ph
Pengaruh ph
 
PRAKTIKUM BIOLOGI KELAS XI IPA
PRAKTIKUM BIOLOGI KELAS XI IPAPRAKTIKUM BIOLOGI KELAS XI IPA
PRAKTIKUM BIOLOGI KELAS XI IPA
 
Mas didih
Mas didihMas didih
Mas didih
 
Uji konsentrasi enzim
Uji konsentrasi enzimUji konsentrasi enzim
Uji konsentrasi enzim
 
Tes urin
Tes urinTes urin
Tes urin
 
Enzim katalase asli
Enzim katalase asliEnzim katalase asli
Enzim katalase asli
 
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatikPengaruh pH pada reaksi enzimatik
Pengaruh pH pada reaksi enzimatik
 
Uji makanan
Uji makananUji makanan
Uji makanan
 
Presentation urine
Presentation urinePresentation urine
Presentation urine
 
37. lampiran 42 43 lkpd uji makanan
37. lampiran 42 43 lkpd uji makanan37. lampiran 42 43 lkpd uji makanan
37. lampiran 42 43 lkpd uji makanan
 
Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1Diskusi biokimia 1
Diskusi biokimia 1
 
Uji protein
Uji proteinUji protein
Uji protein
 
Modul praktek s1
Modul praktek s1Modul praktek s1
Modul praktek s1
 
Protap produk-jadi-fix
Protap produk-jadi-fixProtap produk-jadi-fix
Protap produk-jadi-fix
 
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA
Laporan BIOLOGI praktikum pencernaan kelas XI MIA
 
Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase Laporan percobaan enzim katalase
Laporan percobaan enzim katalase
 

Mehr von Happinessa Brilliant

Mehr von Happinessa Brilliant (7)

Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurPengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
 
Pengetahuan Bahan Pangan Telur
Pengetahuan Bahan Pangan TelurPengetahuan Bahan Pangan Telur
Pengetahuan Bahan Pangan Telur
 
kompleksometri
kompleksometrikompleksometri
kompleksometri
 
permanganometri
permanganometripermanganometri
permanganometri
 
gravimetri
gravimetrigravimetri
gravimetri
 
thermokimia
thermokimiathermokimia
thermokimia
 

LAPORAN ENZIM

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN ENZIM II Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Happinessa Brilliant Husni NRP : 103020037 Kelompok :B Meja : 4 (Empat) Asisten : Sari Fitriana Tanggal Percobaan : 19 Maret 2012 LABORATORIUM BIOKIMIA PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2012
  • 2. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN ENZIM II Happinessa Brilliant Husni (103020037) Adinatha Firdaus (103020038) INTISARI Tujuan percobaan uji Pengaruh pH adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji Pengaruh Suhu adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji Yest Fermentation adalah untuk mengetahui adanya aktivitas enzim terhadap proses fermentasi ragi. Prinsip percobaan uji Pengaruh pH yaitu berdasarkan perbedaan pH, dimana semakin tinggi pH semakin cepat reaksi enzim tetapi pada pH terlalu rendah dan melewati pH optimum akan terjadi denaturasi. Prinsip percobaan uji Pengaruh suhu yaitu berdasarkan perbedaan suhu terhadap kecepatan reaksi, dimana suhu dibawah suhu beku dan suhu di atas suhu optimum enzim akan mengalami denaturasi. Prinsip percobaan uji Yeast Fermentation yaitu berdasarkan reaksi glukosa difermentasi ragi menghasilkan alkohol berupa etanol dan gas CO2. Berdasarkan hasil pengamatan uji Pengaruh pH diperoleh enzim pada ekstrak pisang aktif bekerja pada pH 1-10, pada ekstrak kedelai aktif bekerja pada pH 1 dan pH 10 yang ditandai perubahan pH dan perubahan warna. Pada uji Pengaruh Suhu diperoleh enzim pada o ekstrak pisang dan kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C. Pada uji Yeast Fermentation diperoleh hasil labu A pada hari kedua hingga keenam mengalami penurunan 3 gram, labu B hari kedua hingga keempat tidak mengalami penurunan tetapi mengalami penurunan pada hari keenam. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1 Latar Belakang Enzim dikenal pertama kalinya sebagai protein oleh
  • 3. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Samner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari ‘kara pedang’ (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Poedjiadi, 2005). Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dnegan cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata bahwa banyak enzim mempunyai gugs bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase terdiri dari protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri dari protein dan logam. Misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga (Poedjiadi,2005). Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat pada protein, ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada bagian protein, artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut gugus prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya jadi yang mudah dipisahkan secara dialisis disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjiadi,2005). Enzim adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti daging, ikan susu, buah-buahan dan biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan perubahan dalam bahan pangan. Perubahan itu dapat menguntungkan ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin,tetapi yang merugikan harus dicegah. Perubahan
  • 4. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II yang terjadi dapat berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya. Kegiatan kimiawi yang dilakukan oleh sel amatlah rumit. Hal ini mudah dimengerti bila mengingat demikian beragamnya bahan yang digunakan sebagai nutrien oleh sel di satu pihak dan berbagai ragam substansi yang disintesis menjadi komponen-komponen sel di pihak lain. Cara sel melakukannya terletak pada enzim, suatu substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang sangat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya bermacam-macam perubahan yang berkaitan dengan proses-proses selular (dan kehidupan). Tak mungkin ada kehidupan tanpa enzim (Pelczar, 1986). 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan uji Pengaruh pH adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji Pengaruh Suhu adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu reaksi enzim. Tujuan percobaan uji Yest Fermentation adalah untuk mengetahui adanya aktivitas enzim terhadap proses fermentasi ragi. 1.3 Prinsip Percobaan Prinsip percobaan uji Pengaruh pH yaitu berdasarkan perbedaan pH, dimana semakin tinggi pH semakin cepat reaksi enzim tetapi pada pH terlalu rendah dan melewati pH optimum akan terjadi denaturasi. Prinsip percobaan uji Pengaruh suhu yaitu berdasarkan perbedaan suhu terhadap kecepatan reaksi, dimana suhu dibawah suhu beku dan suhu di atas suhu optimum enzim akan mengalami denaturasi. Prinsip percobaan uji Yeast Fermentation yaitu berdasarkan reaksi glukosa difermentasi ragi menghasilkan alkohol berupa etanol dan gas CO2. 1.4 Reaksi Percobaan Enzim + Substrat ⇌ Kompleks Enzim Substrat Kompleks Enzim Substrat ⇌ Enzim + Produk Gambar 1. Reaksi Percobaan Uji Pengaruh pH
  • 5. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Enzim + Substrat ⇌ Kompleks Enzim Substrat Kompleks Enzim Substrat ⇌ Enzim + Produk Gambar 2. Reaksi Percobaan Uji Pengaruh Suhu C6H12O6 2CH3CH2OH + ↑ 2CO2 Glukosa Etanol Gambar 3. Reaksi Percobaan Uji Yeast Fermentation II ALAT, BAHAN , DAN METODE PERCOBAAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Alat Percobaan, (2) Bahan Percobaan, dan (3) Metode Percobaan. 2.1 Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan enzim II adalah blender, penangas air, leher angsa, labu erlenmeyer, pH meter, pipet tetes, dan tabung reaksi. 2.2 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan enzim II adalah air kelapa, aquadest, katekol, ekstrak kedelai, ekstrak pisang, ragi fermipan (Saccharomyces cerevisiae), indikator PP, larutan buffer, larutan H2SO4, nanas, tauge, dan urea.
  • 6. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 2.3 Metode Percobaan pH 1 pH 4 pH 7 pH 10 Biarkan 1 1 1 5’. 1 Lakukan tes pH awal + 10 tetes larutan buffer 15 tetes Ekstrak ** Biarkan 5 ‘ Amati dan lakukan tes pH akhir ** untuk urease + 1 tetes PP Gambar 4. Metode Percobaan Uji Pengaruh pH
  • 7. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 15 tetes substrat Simpan pada suhu kamar 15 tetes ekstrak o 37 1 0 o Biarkan 5’ 1 11 1 1 Lakukan bersamaan.** Setelah 5 ‘ bandingkan warna tiap tabung ** untuk urease + 1 tetes PP Gambar 5.Metode Percobaan Uji Pengaruh Suhu
  • 8. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Nanas : 103,5 g Tauge : 118,5 g Gula : 13,86 g Air : 55,44 g Diblender + (NH4)3PO4 + Ragi Pasteurisasi o T = 70 C, t = 15’ Lalu timbang o Inkubasi 70 C Selama 7 hari Lalu timbang Gambar 6. Metode Percobaan Uji Yeast Fermentation
  • 9. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Percobaan dan (2) Pembahasan. 3.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Pengaruh pH Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH pH pH pH Ekstrak Substrat Warna Ket awal akhir 1 1 3 Putih + 4 4 8 Pink + Kedelai Urea 7 7 9 Pink tua + 10 10 9 Pink + 1 1 2 Bening + Coklat 4 4 4 - pudar Pisang Katekol Coklat 7 7 7 - tua Coklat 10 10 7 + pudar (Sumber : Happinessa Brilliant H. dan Adinatha F., 2012) Keterangan : (-) enzim tidak aktif (+) enzim aktif Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh enzim pada ekstrak kedelai aktif pada pH 1-10, enzim pada ekstrak pisang aktif pada pH 1 dan 10 serta tidak aktif pada pH 4-7. Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebebkan terjadinya proses
  • 10. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Gambar 7. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh pH Gambar 8. Pisang
  • 11. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Informasi nilai gizi adalah energi 371 kJ (89 kcal), karbohidrat 22,84 g, gula 12,23 g, diet serat 2,6 g, lemak 0,33 g, protein 1,09 g, vitamin A equiv. 3 mg (0%), thiamine (Vit. B1) 0,031 mg (2%), riboflavin (Vit. B2) 0,073 mg (5%), niacin (Vit. B3) 0,665 mg (4%), asam pantotenat (B5) 0,334 mg (7%), vitamin B6 0,367 mg (28%), folat (Vit. B9) 20 mg (5%), vitamin C 8,7 mg (15%), kalsium 5 mg (1%), besi 0,26 mg (2%), magnesium 27 mg (7%), fosfor 22 mg (3%), kalium 358 mg (8%), seng 0,15 mg (1%), satu pisang 100-150 g (USDA Nutrient database). Gambar 9. Kedelai Kacang kedelai mengandung kalsium, besi, potassium dan fosfor. Kacang kedelai juga kaya akan vitamin B kompleks. Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena bebas dari racun kimia.
  • 12. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II aktivitas enzim pH optimum pH Grafik 1. Hubungan pH dengan Aktivitas Enzim Dari bentuk kurva pada gambar, tampak bahwa ada suatu pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum (Poedjiadi,2005). Aktivitas maksimum dicapai pada suatu pH tertentu dan penyimpangan-penyimpangan dari pH tersebut menyebabkan berkurangnya aktivitas (Pelczar, 1986). Molekul atau ion yang menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam suatu reaksi kimia ini mempunyai arti penting karena hambatan tersebut merupakan mekanisme pengaturan reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh. Di samping itu hambatan ini dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai mekanisme kerja enzim (Poedjiadi, 2005). Aktivitas suatu enzim dapat dihambat atau diperlambat atau juga dihentikan oleh zat-zat kimiawi melalui berbagai cara. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam tipe non-reversible, reversible, dan alosterik (Poedjiadi, 2005). Hambatan non-reversible dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim. Dengan demikian mengurangi aktivitas katalitik enzim tersebut (Poedjiadi, 2005).
  • 13. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Hambatan non-reversible biasanya menyangkut modifikasi atau menjadi tidak aktifnya satu atau lebih gugusan fungsional enzim tersebut (Pelczar, 1986). Ada 2 tipe utama hambatan reversibel, yaitu kompetitif dan non-kompetitif. Hambatan kompetitif dapat dibalik dengan cara menambah konsentrasi substrat sedangkan non- kompetitif tidak dapat (Pelczar, 1986). Hambatan kompetitif disebabkan karena ada molekul yang mirip dengan substrat yang dapat pula membentuk kompleks enzim inhibitor (EI). Pembentukan kompleks EI ini sama dengan pembentukan kompleks ES, yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif enzim (Poedjiadi, 2005). Inhibitor kompetitif dapat menghalangi terbentuknya kompleks ES dengan cara membentuk kompleks EI. Berbeda dengan kompleks ES, kompleks EI ini tidak dapat membentuk hasil reaksi P (Poedjiadi, 2005). Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi terbentuknya kompleks ES dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi (Poedjiadi, 2005). Pengaruh inhibitor dapat dihilangkan dengan cara menambah substrat dalam konsentrasi besar. Pada konsentrasi substrat sangat besar, peluang terbentuknya kompleks ES juga makin besar. Kecepatan reaksi maksimum dapat tercapai pada konsentrasi substrat yang besar (Poedjiadi, 2005). Hambatan non-kompetitif tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut inhibitor non-kompetitif. Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian enzim di luar bagian aktif. Penggabungan antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas atau pada enzim yang teah mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat (Poedjiadi, 2005). Penggabungan inhibitor dengan enzim bebas menghasilkan kompleks EI sedangkan penggabungan dengan kompleks ES menghasilkan ESI. Baik kompleks EI maupun ESI bersifat inaktif. Ini berarti bahwa kedua kompleks tersebut
  • 14. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II tidak dapat menghasilkan hasil reaksi yang diharapkan (Poedjiadi, 2005). Kelompok enzim yang bersifat tidak termasuk non-reversible dan reversible disebut alosterik. Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor alosterik (Poedjiadi, 2005). Bentuk molekul inhibitor alosterik ini berbeda dengan molekul substrat. Lagipula inhibitor alosterik berikatan dengan enzim pada tempat di luar bagian aktif enzim. Dengan demikian hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan penambahan sejumlah besar substrat. Terbentuknya ikatan antara enzim denagn inhibitor mempengaruhi konformasi enzim sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah penggabungan substrat pada bagian aktif enzim terhambat (Poedjiadi, 2005), Enzim memiliki spesifitas atau kekhasan terhadap substrat, katalis juga menampakkan spesifitas atau kekhususan, Artinya suatu katalis tertentu akan berfungsi pada suatu jenis reaksi tertentu (Pelczar, 1986). Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tetentu, kekhasan inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bkerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap kebih dari satu substrat namun enzim tersebut mempunyai kekhasan tertentu (Poedjiadi, 2005). Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim (Poedjiadi, 2005). Khasnya, satu molekul enzim dapat mengkatalis perubahan 10 sampai 1000 molekul substrat (senyawa yang dikenai proses oleh enzim) per detik. Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim seringkali berlangsung beberapa ribu sampai lebih dari satu juta kali lebih cepat daripada reaksi-reaksi yang sama tetapi tidak dikatalisis oleh enzim. Menurut perhitungan, penguraian protein dalam proses pencernaan manusia akan memakan waktu lebih dari
  • 15. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 50 tahun dan bukannya beberapa jam saja tanpa bantuan kerja enzim (Pelczar, 1986). Pengendalian pH sehingga mempengaruhi aktivasi enzim sangat diperlukan dalam praktek teknologi pangan. Dalam industri pangan di mana penggunaan enzim mempunyai peranan penting, pengaturan pH harus ditunjukkan untuk mendapatkan keaktifan enzim yang maksimal. Sebaliknya, di dalam proses pengolahan pangan, keaktifan enzm tertentu tidak dikehendaki, sehingga harus dicegah atau dihambat. (Winarno, 1992). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim, diantaranya konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh inhibitor, pengaruh koenzim (Poedjiadi, 2005). Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan hilangnya secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil. Enzim hanya aktif pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus benar-benar dipelihara dengan menggunakan buffer (larutan penyangga). Jika enzim memiliki lebih dari satu substrat, maka pH optimumnya akan berbeda pada suatu substrat). Tiap enzim memiliki karakteristik pH optimal dan aktif dalam range pH yang relatif kecil, dalam banyak kasus, bentuk kurva menandakan dari keaktifan enzim berbanding pH yang terkandung di dalamnya (Rosalia, 2011). Pada enzim yang mengandng urease ditambahkan indikator PP berfungsi sebagai memperjelas perubahan yang terjadi. PP dapat diganti dengan indikator lainnya, asalkan bersifat sesama basa, misalnya methilen blue. Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menjaga atau mempertahankan pH-nya dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air. pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar (Andy, 2009). Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konyugasinya maupun basa lemah dan asam konyugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (asam lemah) dan larutan CH3COONa
  • 16. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II (basa konyugasi) membentuk larutan buffer asam (Andy, 2009). Mekanisme kerja larutan buffer adalah menetralkan asam maupun basa dari luar. Masing-masing komponen dalam larutan buffer mampu menetralkan asam maupun basa dari luar. Dalam larutan buffer asam. Sebagai contoh, CH3COOH/CH3COONa, terjadi kesetimbangan sebagai berikut : - + CH3COOH(aq) + H2O(l) ⇌ CH3COO (aq) + H3O (aq) Gambar 10. Reaksi Kesetimbangan Larutan Buffer Komponen asam lemah dan basa konyugasi dalam larutan buffer asam membentuk sistem kesetimbangan asam lemah. Saat sejumlah larutan asam ditambahkan dari luar, - + komponen CH3COO bekerja untuk menetralkan ion H larutan asam. Akibatnya, kesetimbangan bergeser ke arah kiri. - Jumlah ion CH3COO akan berkurang dan sebaliknya, jumlah molekul CH3COOH akan meningkat (Andy, 2009). Pada hasil pengamatan pH ada yang naik dan ada yang turun. Hal tersebut disebabkan pH tersebut menyesuaikan dengan pH optimumnya pada kondisi 1 atm dan suhu ruang. Pada pengukuran pH awal dan pH akhir digunakan suatu indikator universal. Secara umum, indikator merupakan suatu zat yang memiliki warna yang kuat atau warna tersebut hilang atau berubah jika zat tersebut direaksikan dengan zat yang lain. pH optimum dari urease adalah 7,4 (Nursiam, 2010). Enzim pada katekol adalah katekin. Kateik memiliki pH optimum 4-8 (Syah, 2010).
  • 17. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 3.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Pengaruh Suhu Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Pengaruh Suhu Hasil Hasil Suhu Ekstrak Substrat Warna I II o 0 C Katekol Coklat Tua - - o Pisang Coklat 37 C Katekol + + Muda o Bening 70 C Katekol - - Kecoklatan o 0 C Urea Putih - - o 37 C Kedelai Urea Pink Muda + + o 70 C Urea Putih - - (Sumber : Happinessa Brilliant H. dan Adinatha F., 2012) Keterangan : (-) enzim tidak bekerja optimum (+) enzim bekerja optimum (Hasil I : Pengamatan Happinessa dan Adinatha 2012) (Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2012) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh enzim pada o ekstrak pisang dan kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C. Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi, 2005). Mulai pada suatu suhu rendah, aktivitas enzim bertambah dengan naiknya suhu sampai aktivitas optimumnya dicapai. Kenaikan suhu lebih lanjut berakibat dengan berkurangnya aktivitas dan pada akhirnya perusakan enzim (Pelczar, 1986). Disamping itu karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu demgan demikian konsentrasi efektis aktif enzim menjadi berkurang dan kecepatan
  • 18. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II reaksinya pun menurun (Poedjiadi, 2005). Pengaruh suhu terhadap enzim ternyata agak kompleks, misalnya suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat pemecahan atau perusakan enzim; sebaiknya semakin tinggi suhu (dalam batas tertentu) semakin aktif melampaui reaksi katalisis enzim. Pada suhu rendah laju inaktifasi enzim begitu lambat atau sangat kecil sehingga boleh diabaikan. Sebaliknya pada suhu tinggi, laju inaktifasi enzim cepat sekali. sehingga reaksi enzimatik praktis berhenti sama sekali (Winarno, 1992). Umumnya, enzim-enzim bekerja sangat lambat pada suhu o di bawah titik beku dan keaktifannya meningkat sampai 45 C. hampir semua enzim mempunyai aktivitas optimal pada suhu o o 30 C samapi 40 C dan denaturasi mulai terjadi pada suhu o 45 C (Winarno, 1992). Beberapa enzim dapat terdenaturasi pada suhu pembekuan, tetapi sebagian enzim masih tahan dalam pembekuan maupun proses thawing. Dan banyak enzim menunjukkan aktivitas yang nyata pada bahan setengah beku, yaitu yang sebagian telah beku dan sebagian belum membeku. Selama proses pembekuan. Pada bagian yang belum membeku masih terdapat air. Di situlah terjadi pengumpulan dan pengentalan larutan-larutan, sehingga konsentrasi elektrolit meningkat, juga pH berubah, sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai pengaruh buruk terhadap bahan makanan beku. Apakah hal itu mengakibatkan peningkatan atau penurunan keaktifan enzim masih tergantung dari banyak faktor. Pada umumnya peningkatan konsentrasi larutan dalam air yang belum membeku dapat meningkatkan atau menurunkan keaktifan enzim (Winarno, 1992). Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu rekasi diartikan sebagai kenaikan kecepatan reaksi sebagai akibat o kenaikan suhu 10 C. Koefisien suhu ini diberi simbol Q10 ini berkisar antara 1,1 hingga 3,0 artinya setiap kenaikan suhu o 10 C, kecepatan reaksi mengalami kenaikan 1,1 hingga 3,0 kali. Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena
  • 19. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tapat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu (Poedjiadi, 2005). Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada makanan yang sudah dimasak.Khususnya daging dan telur daripada makanan mentah (Marfuah, 2011). Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu lainya secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada suhu kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih o beraktivitas pada suhu kurang dari 0 C dan aktivitasnya o hampir terhenti pada suhu 196 C (Marfuah, 2011). aktivitas enzim 0 Suhu Optimum suhu Grafik 2. Hubungan antara Suhu dengan Aktivitas Enzim Titik 0 menunjukkan suhu optimum, yaitu suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan paling besar. Tiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu. Pada umumnya enzim yang terdapat pada hewan mempunyai o suhu optimum antara 40 – 50 C sedangkan pada tumbuhan o antara 50-60 C. Sebagian besar enzim terdenaturasi pada o suhu di atas 60 C (Poedjiadi, 2005).
  • 20. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikkan. Akibatnya daya kerja enzim menurun. Pada suhu 45 °C efek predominanya masih memperlihatkan kenaikan aktivitas sebagaimana dugaan dalam teori kinetik. Tetapi lebih dari 45 °C menyebabkan denaturasi ternal lebih menonjol dan menjelang suhu 55 °C fungsi katalitik enzim menjadi punah. Hal ini juga terjadi karena semakin tinggi suhu semakin naik pula laju reaksi kimia baik yang dikatalisis o maupun tidak. Karena itu pada suhu 40 C C, larutan tidak ada gumpalan, begitu juga pada suhu ruang, sedngkan pada suhu o 100 C masih ada gumpalan – gumpalan yang menunjukkan kalau enzim rusak. Pada suhu ruang, enzim masih dapat bekerja dengan baik walaupun tidak optimum (Rosalia, 2011). Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu optimal antara 35 °C dan 40 °C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50 °C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100 °C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang. Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar o o o 180-23 C atau maksimal 40 C karena pada suhu 45 C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein (Rosalia, 2011). Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim. Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun (Rosalia, 2011). Urease adalah sebuah protein yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat tinggi. Suhu o optimum dari urease adalah 64 C (Nursiam, 2010).
  • 21. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 3.3 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Uji Yeast Fermentation Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Yeast Fermentation Labu A Labu B Komposisi Basis 300 g Komposisi Basis 300 g Nanas 34,5 % 103,5 g Nanas 34,5 % 103,5 g Tauge 39,5 % 118,5 g Tauge 39,5 % 118,5 g Larutan Gula Air Kelapa 23,1 % 69,3 mL 69,3 mL 23,1 % (1 : 4) Ragi 1,4 % 4,2 g Ragi 1,4 % 4,2 g (NH4)3PO4 (NH4)3PO4 4,5 g 4,5 g 1,5 % 1,5 % (Sumber : Kelompok B, 2012) Hari Ke- Labu 2 4 6 A 500 g 499 g 497 g B 501 g 501 g 500 g (Sumber : Kelompok B, 2012) Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh pada labu A terjadi penurunan berat dari hari kedua hingga keenam sebesar 3 gram. Pada labu B terjadi penurunan pada hari keempat hingga keenam. Berat bahan pangan akan berkurang karena pada proses fermentasi, glukosa (C6H12O6) dengan bantuan ragi akan menghasilkan etanol dan CO2. CO2 yang dihasilkan akan menguap sehingga berat akan berkurang. Dalam percobaan yeast fermentation menggunakan nanas sebagai penghasil enzim yaitu enzim bromelin, tauge dan (NH4)2 HPO4 sebagai nutrisi ragi dan sebagai sumber protein, gula pasir berfungsi untuk mengikat kandungan substrat pada enzim, dan penambahan H2SO4 pada leher angsa yaitu agar tidak terjadi reaksi oksidasi selama proses berlangsung.
  • 22. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II Semua bahan-bahan tersebut digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi. Penyimpanan dilakukan pada suhu 70 C bertujuan untuk mengaktifkan ragi dan untuk membunuh bakteri-bakteri patogen. Gambar 11. Hasil Pengamatan Uji Yeast Fermentation Pengunaan enzim urease dimaksud untuk mengubah urea menjadi CO2 dan NH3 (Nursiam, 2010). Komposisi basis yang digunakan adalah 300 gram, artinya bahwa komposisi yang digunakan untuk bahan yang akan di fermentasi dianggap 100%. Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992). Karbohidrat merupakan substrat utama yang dipecah dalam proses fermentasi. Polisakarida terlebih dahulu akan dipecah menjadi gula sederhana sebelum difermentasi, misalnya hidrolisis pati menjadi unit-unit glukosa. Glukosa kemudian akan dipecah menjadi senyawa-senyawa lain tergantung jenis fermentasinya (Fardiaz, 1992). Pada bakteri paling sedikit terdapat tujuh proses fermentasi yang berbeda terhadap glukosa. Masing-masing proses dapat
  • 23. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II menghasilkan produk-produk yang berbeda, dan masing-masing spesifik terjadi pada grup bakteri tertentu (Fardiaz, 1992). Pada percobaan yeast fermentation dilakukan pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan yang dilakukan pada suhu tertentu dengan waktu tertentu yang bertujuan untuk membunuh sel vegetatif sedangkan sporanya masih dapat bertahan. Suhu pasteurisasi tergantung pada waktu yang dibutuhkan, misalnya pasteurisasi dengan suhu 0 70 C memerlukan waktu selama 30 menit. Jika suhu dinaikkan maka waktu pasteurisasi semakin cepat. Jika suhu 0 yang digunakan 100 C yang terjadi yaitu sterilisasi. Fermentasi glukosa pada prinsipnya terdiri dari dua tahap, yaitu : 1) Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hdrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa. 2) Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk senyawa-senyawa lain sebagai hasil fermentasi. reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung tanpa reaksi reduksi yang seimbang. Oleh karena itu, jumlah atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama fermentasi selalu seimbang dengan jumlah yang digunakan dalam tahap kedua (Fardiaz, 1992). Tahap pertama fermentasi selalu terbentuk asam piruvat. Pada jasad renik dikenal paling sedikit empat jalur pemecahan glukosa menjadi asam piruvat, yaitu : 1) Jalur Embden-Meyerhoff-Parnas (EMP) atau glikolisis, ditemukan pada fungi dan kebanyakan bakteri, serta pada hewan dan manusia. Enzim yang berperan dalam jalur ini antara lain enzim aldolase dan enzim gliseraldehida fosfat dehidrogenase. 2) Jalur Entner-Doudoroff (ED) hanya ditemukan pada bakteri. Dalam jalur ini enzim yang digunakan adalah aldolase. 3) Jalur heksosamonofosfat (HMF) penting dalam metabolisme jasad renik untuk menghasilkan pentosa yang diperlukan untuk sintesis asam nukleat. Enzim yang digunakan dalam jalur ini adalah transaldolase dan tranketolase. 4) Jalur Fosfoketolase (FK), hanya ditemukan
  • 24. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II pada bakteri yang tergolong laktobasili heterofermentatif, jalur ini hanya merupakan percabangan jalur HMF. Jalur ini tidak mempunyai enzim aldolase maupun transaldolase dan tranketolase (Fardiaz, 1992). Pada tahap kedua fermentasi, asam piruvat akan diubah menjadi produk-produk akhir yang spesifik untuk berbagai proses fermentasi. produk-produk tersebut terbentuk oleh reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh enzim-enzim tertentu (Fardiaz, 1992). Asam amino merupakan senyawa di samping karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri, teutama yang tergolong jenis clostridia. Fermentasi asam amino belum banyak diketahui dibandingkan dengan fermentasi karbohidrat (Fardiaz, 1992). Gambar 12. Nanas Buah nanas banyak dikonsumsi, baik untuk buah kesegaran maupun untuk diolah menjadi rujak bahkan untuk berbagai kue. Namun pada dasarnya nanas banyak sekali manfaat bagi tubuh kita karena kandunngan nutrisinya. Nanas adalah buah tropis dengan daging buah berwarna kuning memiliki kandungan air 90% dan kaya akan kalium, kalsium, Iodium, sulfur, dan khlor. Selain itu juga kaya asam, biotin, vitamin B12m Vit E serta enzim bromelin. Mengkonsumsi sari buah nanas akan meningkatkan protein dalam tubuh. Nanas juga dapat digunakan untuk menguranngi dehidrasi. Nutrisi
  • 25. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II nanas per 1 oz adalah : kalium (kkal) = 17 energi (kj) = 73 lemak = 0 g karbohidrat = 4,3 g protein = 0,1 g serat = 0,1 g gula = 4,3 g kolesterol = 0 g abu = 0,3 mg alkogol = 0. Serat dari 150 gram nanas setara dengan separuh dari jeruk (Anonim, 2012). Komposisi nanas adalah Vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun mengandung calsium oksalat dan pectic substances (Anonim,2012). Gambar 13. Tauge Tauge mengandung banyak serat dan air, yang dapat membantu menguras kotoran dalam usus besar, sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat beracun terserap oleh tubuh. Serat juga efektif untuk mengikat lemak dan kelesterol, dan membuangnya bersama kotoran. Kandungan kalium yang tinggi dalam kecambah kacang hijau itu sangat bagus untuk kesehatan jantung. Estrogen alami yang terdapat dalam tauge
  • 26. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II juga secara nyata dapat meningkatkan kepadatan dan susunan tulang, serta mencegah tulang keropos (osteoporosis). Tauge bermanfaat juga untuk kecantikan kulit, karena mengandung vitamin E yang cukup tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Tauge yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein, yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel kulit baru (Anonim,2011). Komposisi dari tauge adalah Vitamin E (alfa-tokoferol), lemak, mineral, serat pangan (dietary fiber), antigizi (antitripsin, hemaglutinin atau lektin, oligosakarida, dan asam fitat) (Anonim,2011).
  • 27. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan uji Pengaruh pH diperoleh enzim pada ekstrak pisang aktif bekerja pada pH 1-10, pada ekstrak kedelai aktif bekerja pada pH 1 dan pH 10 yang ditandai perubahan pH dan perubahan warna. Pada uji Pengaruh Suhu diperoleh enzim pada ekstrak pisang dan o kedelai bekerja optimum pada suhu 37 C. Pada uji Yeast Fermentation diperoleh hasil labu A pada hari kedua hingga keenam mengalami penurunan 3 gram, labu B hari kedua hingga keempat tidak mengalami penurunan tetapi mengalami penurunan pada hari keenam. .4.2 Saran Sebaiknya praktikan memahami terlebih dahulu metode yang akan dilakukan. Saat mengambil sampel berbeda sebaiknya menggunakan pipet berbeda agar sampel tidak bercampur dan alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih.
  • 28. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2011). Kecambah. http://id.wikipedia.org. Akses : 24 Maret 2012. Anonim. (2012). Nanas. http://id.wikipedia.org. Akses : 24 Maret 2012. Fardiaz, Srikandi. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Fauziah, Lisna.(2011). Pengaruh Suhu, pH, Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatis. http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com. Akses : 21 Maret 2012. Marfuah, Zuroh. (2011). Penharuh Suhu terhadap Cara Kerja Enzim. http://zurohmarfuah8.blogspot.com. Akses : 24 Maret 2012. Nursiam, Intan.(2010). Aktivitas Enzim. http://intannursiam.wordpress.com. 24 Maret 2012. Pelczar, Michael J..(1986). Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta. Poedjiadi, Ana dan F.M. Titin Supriyanti.(2005). Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta. Rosalia. (2011). Pengaruh pH dan Suhu terhadap Aktivtas Enzim. http://mkusumaningtyas.blogspot.com. Akses : 24 Maret 2012. Syah, Andi Nur Alam.(2010). Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Agromedia : Jakarta.
  • 29. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II LAMPIRAN KUIS 1. Jelaskan pengaruh suhu pada kerja enzim? aktivitas enzim suhu suhu optimum Semakin tinggi suhu semakin cepat kerja enzim. Tetapi akan mengalami denaturasi pada suhu di bawah suhu beku dan di tas suhu optimumnya. Pada suhu optimum, enzim bekerja optimal dan akan mengalami penurunan kinerja setelah melewati suhu optimum tersebut. 2. Apa yang dimaksud dengan fermentasi ? Fermentasi adalah suatu proses penguraian glukosa menjadi alkohol berupa etanol dan gas karbondioksida secara anaerob. 3. Sebutkan dua prinsip fermentasi? Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hdrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa. 2) Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk senyawa-senyawa lain sebagai hasil fermentasi. reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung tanpa reaksi reduksi yang seimbang.
  • 30. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II 4. Sebutkan fungsi enzim zimase? Enzim zimase adalah enzim yang pada akhirnya menyebabkan peragian gula dalam adonan roti, memperbaiki sifat-sifat fungsional adonan roti. Enzim ini dalam produksi roti, jamur dan bakteri tertentu juga dapat menghasilkan alkohol. 5. Sebutkan peranan golongan enzim liase! Enzim ini mempunyai peranan dalam reaksi sintesis pemisahahn suatu gugus dari suatu substrat atau sebaliknya, tetapi tidak dengan cara hidrolisis. Contohnya, dekarboksilase, aldolase, hidratase.
  • 31. Laboratorium Biokimia Pangan Enzim II LAMPIRAN PERHITUNGAN Yeast Fermentation Basis 300 g Nanas : x 300 g = 103,5 g Larutan gula : x 300 g = 63,9 g 1 gula : 4 air = 4 untuk air = x 63,9 g = 55,44 g 1 untuk gula = x 63,9 g = 13, 86 g Tauge : x 300 g = 118,5 g Ragi : x 300 g = 4,2 g (NH4)3PO3 : x 300 g =4,5 g