SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
BUDIDAYA SIPUT LOLA (TROCHUS NILOTICHUS)
Salah satu sumberdaya laut yang cukup terkenal dan menjadi perhatian dunia
adalah siput lola (Trochus niloticus). Siput lola atau T. niloticus merupakan sumberdaya
bernilai ekonomis penting yaitu sebagai salah satu komuditas ekspor. Siput lola
( Trochus Nitolicus ) merupakan siput yang berukuran besar, cangkangnya berbentuk
kerucut dengan 10 sampai 12 buah ulir (suture). Perputaran seluk (Whorl) berbentuk
spiral yang jelas dan beberapa seluk permulaan memiliki tonjolan-tonjolan kecil, seluk
akhir (body whorl) berbentuk lingkaran yang cembung dan membesar. Cangkang
berwarna dasar krem keputihan dengan corak bergaris merah lembayung, sementara
dasar cangkang berbintik merah muda (Raja, 2014).
Gambar 1. Siput lola (Trochus niloticus) (Radit, 2010)
Klasifikasi siput lola (Trochus niloticus) yaitu sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Archaeogastropoda
Super Family : Trochacea
Family : Trochidae
Genus : Trochus
Spesies : Trochus niloticus linn. (Raja, 2014).
Siput Lola merupakan hewan dioecious yang masing-masing individu memiliki
kelamin tunggal. Berdasarkan morfologi sulit diketahui perbedaan jenis kelamin karena
tidak adanya ciri-ciri kelamin sekunder yang membedakannya. Metode klasik yang
diperkenalkan oleh Amirthalingan (1932) dalam Onald (2010) untuk melihat jenis
kelamin Lola adalah dengan memotong bagian apeks secara longitudinal. Dari situ
dapat dilihat adanya perbedaan warna dari gonad jantan dan betina. Gonad jantan
berwarna krem keputihan sedangkan gonad betina berwana hijau tua. Namun metode
ini sangat merugikan karena harus mengorbankan hewan tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Dobson and Lee (1996) dan Paonganan (2000) dalam Onald (2010)
menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang besar untuk membedakan jenis kelamin
Lola dari penampakan morfologi Lola. Lola betina meiliki cangkang dengan
perbandingan diameternya lebih besar dibandingkan dengan tinggi cangkang,
sementara yang jantan sebaliknya.
Nash (1988) dalam Onald (2010) menyatakan bahwa Trochus niloticus
merupakan hewan yang sifatnya herbivora dan detrivora. Biota ini aktif mencari makan
pada malam hari atau dikenal dengan nama nocturnal. Pencarian makanan disiang hari
tidak dilakukan oleh hewan ini karena cahaya matahari membatasi aktivitasnya atau
bersifat fototaksis negatif. Radula Trochus terdiri dari sekitar 150 gigi, kondisi ini
memungkinkan mereka untuk “Grace epiobiotik film”, mikroalga dan diatom yang
menutupi puing–puing kerang mati. Setelah dilakukan pembedahan, dalam perut
Trochus niloticus terdapat Foraminifera, Cyanophycea dan Phaeophycea dalam jumlah
yang banyak sedangkan alga merah dan hijau yang bercampur dengan pasir terdapat
dalam jumlah yang sedikit.
Kematangan seks Trochus niloticus umumnya dicapai setelah biota ini mencapai
diameter 6 cm. Trochus niloticus dewasa bertelur sepanjang tahun di daerah tropis.
Sekalipun demikian mereka bertelur secara musiman pada daerah tertentu. Mereka
memijah menurut siklus bulan yaitu mendekati bulan baru atau bulan penuh.
Trochus niloticus memiliki telur berwarna hijau gelap, berdiameter kira-kira 200 µm.
Telur ini dikelilingi dengan lapisan jelly berukuran 175 – 500 µm. Perkembangan awal
Trochus niloticus berlangsung terus sampai mencapai stadia blastula dan gastrula.
Larva mulai bergelinding di dalam telur, kemudian menetas sebagai trocophores. Larva
trocophores selanjutnya akan berubah menjadi stadia veliger. Setelah menemukan
tempat, larva akan dapat merangkak dan velum yang nantinya akan menjadi tentakel
dan operculum, berhenti berdeferensiasi. Larva mulai menetap pada kira-kira 2,5 – 3
hari pada temperature sekitar 250C – 300C. Mereka akan menetap pada daerah yang
substratnya terdapat lapisan alga. Selanjutnya dari stadia larva berkembang menjadi
juvenil yang baru menetap yang ukurannya sangat kecil sekitar 0,2 mm diameternya
dan sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika pemijahan dan penetapan
berlangsung dengan sukses maka juvenil akan nampak seperti penutup yang berduri-
duri (spine). Duri-duri tersebut akan tetap ada selama 1,5 – 3 bulan dan membuat
juvenil akan mempunyai bentuk seperti dewasa. Sangat sulit untuk menemukan dan
mengamati juvenil yang berukuran 2 cm pada daerah karang. Mereka dengan baik
berkamuflase dengan alga dan pasir yang melekat pada cangkang mereka. Habitat
juvenil berukuran kurang dari 5 mm tidak diketahui dengan jelas tetapi juvenil yang
berukuran 1 cm mungkin dapat ditemukan di reruntunan karang pada rataan karang
(Onald,
Daftar pustaka
Onald, T. 2010. Bioekologi Trochus niloticus. Online pada
http://trochusniloticus.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei
2015 pukul 21.15 WITA.
Radit, A. 2010. Trochus niloticus. Online pada http://www.google.co.id. Diakses pada
tanggal 3 Mei 2015 pukul 22.05 WITA.
Raja, D. 2014. Klasifikasi organisme filum mollusca dari kelas gastropoda, bivalvia,
Cepalopoda, scepalopoda, polycaphora. Online pada
http://rajanurulhidayat.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei
2015 pukul 23.15 WITA.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPT. SASA
 
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanPutra putra
 
Biologi laut.pptx
Biologi laut.pptxBiologi laut.pptx
Biologi laut.pptxCianjurRudy
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxAndangHastuP
 
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanSawargi Ppmkp
 
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diPPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diDoris Agusnita
 
Fitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptFitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptichfar16
 
Aspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritimAspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritimAditya Alexander
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1PT. SASA
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 
Metode pemantauan terumbu karang
Metode pemantauan terumbu karangMetode pemantauan terumbu karang
Metode pemantauan terumbu karangYayasan TERANGI
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanWiwinUMRAH
 

Was ist angesagt? (20)

Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikanPim1221 2 sejarah menangkap ikan
Pim1221 2 sejarah menangkap ikan
 
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi Ikan Sub Bahasan kontrol hormon reproduksi ikan
 
Biologi laut.pptx
Biologi laut.pptxBiologi laut.pptx
Biologi laut.pptx
 
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
 
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Ekosistem Perairan Menggenang
Ekosistem Perairan MenggenangEkosistem Perairan Menggenang
Ekosistem Perairan Menggenang
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
 
Makalah sisik dan sirip ikan
Makalah sisik dan sirip ikanMakalah sisik dan sirip ikan
Makalah sisik dan sirip ikan
 
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa diPPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
PPT 10 jenis ikan air tawar yang bisa di
 
Pikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikanPikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikan
 
Fitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptFitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar ppt
 
iktiologi
iktiologiiktiologi
iktiologi
 
Aspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritimAspek sosial dan budaya maritim
Aspek sosial dan budaya maritim
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
 
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup BudidayaBDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Metode pemantauan terumbu karang
Metode pemantauan terumbu karangMetode pemantauan terumbu karang
Metode pemantauan terumbu karang
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (6)

Crustacean powerpoint
Crustacean powerpointCrustacean powerpoint
Crustacean powerpoint
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 
Power point-crustacea
Power point-crustaceaPower point-crustacea
Power point-crustacea
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
How to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your NicheHow to Become a Thought Leader in Your Niche
How to Become a Thought Leader in Your Niche
 

Ähnlich wie Budiday siput lola

Sipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusSipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusIga Wardani
 
Kelompok 12 super kelas reptilia
Kelompok 12 super kelas reptiliaKelompok 12 super kelas reptilia
Kelompok 12 super kelas reptiliaf' yagami
 
Mollusca kelas 1 SMA
Mollusca kelas 1 SMAMollusca kelas 1 SMA
Mollusca kelas 1 SMAAlifio Fildza
 
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptx
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptxKEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptx
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptxZiazahbia
 
Biologi Presentation
Biologi PresentationBiologi Presentation
Biologi PresentationADHP
 
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)Luhur Moekti Prayogo
 
Mollusca dan Echinodermata
Mollusca dan EchinodermataMollusca dan Echinodermata
Mollusca dan Echinodermatacindy542
 
38696724 kelas-pelecypoda-re
38696724 kelas-pelecypoda-re38696724 kelas-pelecypoda-re
38696724 kelas-pelecypoda-repetra_ardianta
 
Orthonectida apriliya rohmawati kelas x-2
Orthonectida   apriliya rohmawati kelas x-2Orthonectida   apriliya rohmawati kelas x-2
Orthonectida apriliya rohmawati kelas x-2Apriliya Rohmawati
 
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdfMoluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdfAgathaHaselvin
 

Ähnlich wie Budiday siput lola (20)

Sipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicusSipunculus norvegicus
Sipunculus norvegicus
 
Kelompok 12 super kelas reptilia
Kelompok 12 super kelas reptiliaKelompok 12 super kelas reptilia
Kelompok 12 super kelas reptilia
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Mollusca kelas 1 SMA
Mollusca kelas 1 SMAMollusca kelas 1 SMA
Mollusca kelas 1 SMA
 
Tugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptxTugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptx
 
Mollusca
MolluscaMollusca
Mollusca
 
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptx
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptxKEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptx
KEANEKARAGAMAN BAHAN BIOTA LAUT.pptx
 
Biologi Presentation
Biologi PresentationBiologi Presentation
Biologi Presentation
 
Makalah fisiologi hewan air
Makalah fisiologi hewan airMakalah fisiologi hewan air
Makalah fisiologi hewan air
 
Aplikom
AplikomAplikom
Aplikom
 
Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)Mollusca (2)(1)
Mollusca (2)(1)
 
1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)
Identifikasi Karang dengan Coral Finder (Branching dan Non Branching)
 
Mollusca dan Echinodermata
Mollusca dan EchinodermataMollusca dan Echinodermata
Mollusca dan Echinodermata
 
Bab 9. Reptil
Bab 9. ReptilBab 9. Reptil
Bab 9. Reptil
 
Coelenterata
CoelenterataCoelenterata
Coelenterata
 
38696724 kelas-pelecypoda-re
38696724 kelas-pelecypoda-re38696724 kelas-pelecypoda-re
38696724 kelas-pelecypoda-re
 
Orthonectida apriliya rohmawati kelas x-2
Orthonectida   apriliya rohmawati kelas x-2Orthonectida   apriliya rohmawati kelas x-2
Orthonectida apriliya rohmawati kelas x-2
 
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdfMoluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf-Moluska-1.pdf
 
Evolusi Eukaryotik
Evolusi EukaryotikEvolusi Eukaryotik
Evolusi Eukaryotik
 

Budiday siput lola

  • 1. BUDIDAYA SIPUT LOLA (TROCHUS NILOTICHUS) Salah satu sumberdaya laut yang cukup terkenal dan menjadi perhatian dunia adalah siput lola (Trochus niloticus). Siput lola atau T. niloticus merupakan sumberdaya bernilai ekonomis penting yaitu sebagai salah satu komuditas ekspor. Siput lola ( Trochus Nitolicus ) merupakan siput yang berukuran besar, cangkangnya berbentuk kerucut dengan 10 sampai 12 buah ulir (suture). Perputaran seluk (Whorl) berbentuk spiral yang jelas dan beberapa seluk permulaan memiliki tonjolan-tonjolan kecil, seluk akhir (body whorl) berbentuk lingkaran yang cembung dan membesar. Cangkang berwarna dasar krem keputihan dengan corak bergaris merah lembayung, sementara dasar cangkang berbintik merah muda (Raja, 2014). Gambar 1. Siput lola (Trochus niloticus) (Radit, 2010)
  • 2. Klasifikasi siput lola (Trochus niloticus) yaitu sebagai berikut : Filum : Moluska Kelas : Gastropoda Sub Kelas : Prosobranchia Ordo : Archaeogastropoda Super Family : Trochacea Family : Trochidae Genus : Trochus Spesies : Trochus niloticus linn. (Raja, 2014). Siput Lola merupakan hewan dioecious yang masing-masing individu memiliki kelamin tunggal. Berdasarkan morfologi sulit diketahui perbedaan jenis kelamin karena tidak adanya ciri-ciri kelamin sekunder yang membedakannya. Metode klasik yang diperkenalkan oleh Amirthalingan (1932) dalam Onald (2010) untuk melihat jenis kelamin Lola adalah dengan memotong bagian apeks secara longitudinal. Dari situ dapat dilihat adanya perbedaan warna dari gonad jantan dan betina. Gonad jantan berwarna krem keputihan sedangkan gonad betina berwana hijau tua. Namun metode ini sangat merugikan karena harus mengorbankan hewan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Dobson and Lee (1996) dan Paonganan (2000) dalam Onald (2010) menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang besar untuk membedakan jenis kelamin Lola dari penampakan morfologi Lola. Lola betina meiliki cangkang dengan perbandingan diameternya lebih besar dibandingkan dengan tinggi cangkang, sementara yang jantan sebaliknya.
  • 3. Nash (1988) dalam Onald (2010) menyatakan bahwa Trochus niloticus merupakan hewan yang sifatnya herbivora dan detrivora. Biota ini aktif mencari makan pada malam hari atau dikenal dengan nama nocturnal. Pencarian makanan disiang hari tidak dilakukan oleh hewan ini karena cahaya matahari membatasi aktivitasnya atau bersifat fototaksis negatif. Radula Trochus terdiri dari sekitar 150 gigi, kondisi ini memungkinkan mereka untuk “Grace epiobiotik film”, mikroalga dan diatom yang menutupi puing–puing kerang mati. Setelah dilakukan pembedahan, dalam perut Trochus niloticus terdapat Foraminifera, Cyanophycea dan Phaeophycea dalam jumlah yang banyak sedangkan alga merah dan hijau yang bercampur dengan pasir terdapat dalam jumlah yang sedikit. Kematangan seks Trochus niloticus umumnya dicapai setelah biota ini mencapai diameter 6 cm. Trochus niloticus dewasa bertelur sepanjang tahun di daerah tropis. Sekalipun demikian mereka bertelur secara musiman pada daerah tertentu. Mereka memijah menurut siklus bulan yaitu mendekati bulan baru atau bulan penuh. Trochus niloticus memiliki telur berwarna hijau gelap, berdiameter kira-kira 200 µm. Telur ini dikelilingi dengan lapisan jelly berukuran 175 – 500 µm. Perkembangan awal Trochus niloticus berlangsung terus sampai mencapai stadia blastula dan gastrula. Larva mulai bergelinding di dalam telur, kemudian menetas sebagai trocophores. Larva trocophores selanjutnya akan berubah menjadi stadia veliger. Setelah menemukan tempat, larva akan dapat merangkak dan velum yang nantinya akan menjadi tentakel dan operculum, berhenti berdeferensiasi. Larva mulai menetap pada kira-kira 2,5 – 3 hari pada temperature sekitar 250C – 300C. Mereka akan menetap pada daerah yang substratnya terdapat lapisan alga. Selanjutnya dari stadia larva berkembang menjadi
  • 4. juvenil yang baru menetap yang ukurannya sangat kecil sekitar 0,2 mm diameternya dan sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika pemijahan dan penetapan berlangsung dengan sukses maka juvenil akan nampak seperti penutup yang berduri- duri (spine). Duri-duri tersebut akan tetap ada selama 1,5 – 3 bulan dan membuat juvenil akan mempunyai bentuk seperti dewasa. Sangat sulit untuk menemukan dan mengamati juvenil yang berukuran 2 cm pada daerah karang. Mereka dengan baik berkamuflase dengan alga dan pasir yang melekat pada cangkang mereka. Habitat juvenil berukuran kurang dari 5 mm tidak diketahui dengan jelas tetapi juvenil yang berukuran 1 cm mungkin dapat ditemukan di reruntunan karang pada rataan karang (Onald,
  • 5. Daftar pustaka Onald, T. 2010. Bioekologi Trochus niloticus. Online pada http://trochusniloticus.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 21.15 WITA. Radit, A. 2010. Trochus niloticus. Online pada http://www.google.co.id. Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 22.05 WITA. Raja, D. 2014. Klasifikasi organisme filum mollusca dari kelas gastropoda, bivalvia, Cepalopoda, scepalopoda, polycaphora. Online pada http://rajanurulhidayat.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 23.15 WITA.