1. BUDIDAYA SIPUT LOLA (TROCHUS NILOTICHUS)
Salah satu sumberdaya laut yang cukup terkenal dan menjadi perhatian dunia
adalah siput lola (Trochus niloticus). Siput lola atau T. niloticus merupakan sumberdaya
bernilai ekonomis penting yaitu sebagai salah satu komuditas ekspor. Siput lola
( Trochus Nitolicus ) merupakan siput yang berukuran besar, cangkangnya berbentuk
kerucut dengan 10 sampai 12 buah ulir (suture). Perputaran seluk (Whorl) berbentuk
spiral yang jelas dan beberapa seluk permulaan memiliki tonjolan-tonjolan kecil, seluk
akhir (body whorl) berbentuk lingkaran yang cembung dan membesar. Cangkang
berwarna dasar krem keputihan dengan corak bergaris merah lembayung, sementara
dasar cangkang berbintik merah muda (Raja, 2014).
Gambar 1. Siput lola (Trochus niloticus) (Radit, 2010)
2. Klasifikasi siput lola (Trochus niloticus) yaitu sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia
Ordo : Archaeogastropoda
Super Family : Trochacea
Family : Trochidae
Genus : Trochus
Spesies : Trochus niloticus linn. (Raja, 2014).
Siput Lola merupakan hewan dioecious yang masing-masing individu memiliki
kelamin tunggal. Berdasarkan morfologi sulit diketahui perbedaan jenis kelamin karena
tidak adanya ciri-ciri kelamin sekunder yang membedakannya. Metode klasik yang
diperkenalkan oleh Amirthalingan (1932) dalam Onald (2010) untuk melihat jenis
kelamin Lola adalah dengan memotong bagian apeks secara longitudinal. Dari situ
dapat dilihat adanya perbedaan warna dari gonad jantan dan betina. Gonad jantan
berwarna krem keputihan sedangkan gonad betina berwana hijau tua. Namun metode
ini sangat merugikan karena harus mengorbankan hewan tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Dobson and Lee (1996) dan Paonganan (2000) dalam Onald (2010)
menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang besar untuk membedakan jenis kelamin
Lola dari penampakan morfologi Lola. Lola betina meiliki cangkang dengan
perbandingan diameternya lebih besar dibandingkan dengan tinggi cangkang,
sementara yang jantan sebaliknya.
3. Nash (1988) dalam Onald (2010) menyatakan bahwa Trochus niloticus
merupakan hewan yang sifatnya herbivora dan detrivora. Biota ini aktif mencari makan
pada malam hari atau dikenal dengan nama nocturnal. Pencarian makanan disiang hari
tidak dilakukan oleh hewan ini karena cahaya matahari membatasi aktivitasnya atau
bersifat fototaksis negatif. Radula Trochus terdiri dari sekitar 150 gigi, kondisi ini
memungkinkan mereka untuk “Grace epiobiotik film”, mikroalga dan diatom yang
menutupi puing–puing kerang mati. Setelah dilakukan pembedahan, dalam perut
Trochus niloticus terdapat Foraminifera, Cyanophycea dan Phaeophycea dalam jumlah
yang banyak sedangkan alga merah dan hijau yang bercampur dengan pasir terdapat
dalam jumlah yang sedikit.
Kematangan seks Trochus niloticus umumnya dicapai setelah biota ini mencapai
diameter 6 cm. Trochus niloticus dewasa bertelur sepanjang tahun di daerah tropis.
Sekalipun demikian mereka bertelur secara musiman pada daerah tertentu. Mereka
memijah menurut siklus bulan yaitu mendekati bulan baru atau bulan penuh.
Trochus niloticus memiliki telur berwarna hijau gelap, berdiameter kira-kira 200 µm.
Telur ini dikelilingi dengan lapisan jelly berukuran 175 – 500 µm. Perkembangan awal
Trochus niloticus berlangsung terus sampai mencapai stadia blastula dan gastrula.
Larva mulai bergelinding di dalam telur, kemudian menetas sebagai trocophores. Larva
trocophores selanjutnya akan berubah menjadi stadia veliger. Setelah menemukan
tempat, larva akan dapat merangkak dan velum yang nantinya akan menjadi tentakel
dan operculum, berhenti berdeferensiasi. Larva mulai menetap pada kira-kira 2,5 – 3
hari pada temperature sekitar 250C – 300C. Mereka akan menetap pada daerah yang
substratnya terdapat lapisan alga. Selanjutnya dari stadia larva berkembang menjadi
4. juvenil yang baru menetap yang ukurannya sangat kecil sekitar 0,2 mm diameternya
dan sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika pemijahan dan penetapan
berlangsung dengan sukses maka juvenil akan nampak seperti penutup yang berduri-
duri (spine). Duri-duri tersebut akan tetap ada selama 1,5 – 3 bulan dan membuat
juvenil akan mempunyai bentuk seperti dewasa. Sangat sulit untuk menemukan dan
mengamati juvenil yang berukuran 2 cm pada daerah karang. Mereka dengan baik
berkamuflase dengan alga dan pasir yang melekat pada cangkang mereka. Habitat
juvenil berukuran kurang dari 5 mm tidak diketahui dengan jelas tetapi juvenil yang
berukuran 1 cm mungkin dapat ditemukan di reruntunan karang pada rataan karang
(Onald,
5. Daftar pustaka
Onald, T. 2010. Bioekologi Trochus niloticus. Online pada
http://trochusniloticus.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei
2015 pukul 21.15 WITA.
Radit, A. 2010. Trochus niloticus. Online pada http://www.google.co.id. Diakses pada
tanggal 3 Mei 2015 pukul 22.05 WITA.
Raja, D. 2014. Klasifikasi organisme filum mollusca dari kelas gastropoda, bivalvia,
Cepalopoda, scepalopoda, polycaphora. Online pada
http://rajanurulhidayat.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 Mei
2015 pukul 23.15 WITA.