UU CK dan PP No. 21/2021 merupakan langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja melalui penyederhanaan pengaturan penataan ruang, di antaranya dengan mengintegrasikan berbagai produk rencana tata ruang dan mempermudah proses perizinan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
PPT MATERI I - PENATAAN RUANG DALAM FRAME - ZULFIKAR MARDIYADI.pdf
1. PENATAAN RUANG DALAM FRAME
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21
TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
Oleh: Zulfikar Mardiyadi
Support By:
& Papua Spatial
Planning
Disampaikan pada “Training Online GIS untuk Penataan Ruang – Seri 1
Senin, 8 Agustus 2022
3. Mengapa Perlu Dilakukan Penataan Ruang?
Ruang Terbatas
Ukuran ruang yang
tersedia di muka bumi
tidak pernah bertambah
Aktivitas Manusia
Tidak Terbatas
Ruang menampung semua aktivitas
manusia, dari bekerja, tempat tinggal,
rekreasi hingga peristirahatan terakhir
(Tempat Pemakaman Umum)
Populasi Manusia
Terus Meningkat
Jumlah penduduk terus
mengalami peningkatan
Ruang Bukan Hanya
Untuk Manusia
Hewan dan tumbuhan juga
memerlukan ruang
Mengatur Aktivitas
di Sekitar Daerah
Rawan Bencana
Dengan RTR, manusia dapat
mengantisipasi pembangunan
dan aktivitas di sekitar
daerah rawan bencana
UU CK dan PP No. 21 Tahun 2021 merupakan langkah strategis pemerintah dalam
mengatasi permasalahan investasi dan penciptaan lapangan kerja, yang salah
satunya diakibatkan oleh tumpang tindih pengaturan penataan ruang.
Tujuan Penataan Ruang
• Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
• Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan sumber daya manusia.
• Mewujudkan pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. 3
4. Asas UU CK No. 11/2020
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Sebagai Amanah UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Dengan tujuan antara lain untuk
peningkatan ekosistem investasi dan
kegiatan berusaha
Pasal 2: UU CK diselenggarakan berdasarkan asas:
1) Pemerataan hak;
2) Kepastian hukum;
3) Kemudahan berusaha;
4) Kebersamaan, dan
5) Kemandirian.
Pasal 6: Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan
Berusaha meliputi:
a. Penerapan perijinan berbasis risiko;
b. Penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan
Berusaha;
c. Penyederhanaan Perizinan Berusaha
sektor; dan
d. Penyederhanaan persyaratan investasi.
Pasal 13: Penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha
meliputi:
1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR);
2) Persetujuan Lingkungan; dan
3) Persetujuan Bangunan Gedung.
Pemerintah Daerah yang belum
menyusun dan menyediakan RDTR,
maka KKPR diberikan melalui
persetujuan dengan asas berjenjang dan
komplementer berdasarkan:
Pemerintah Daerah
yang sudah
menyusun dan
menyediakan RDTR
maka KKPR
diberikan melalui
konfirmasi
Pasal 14: KKPR diberikan sebagai kesesuaian rencana lokasi
kegiatan dan/atau usaha dengan RDTR, dengan ketentuan:
Pasal 15:
4
5. SEBELUM UU CK & PP No. 21 TAHUN 2021
Produk Rencana Tata Ruang (RTR)
hanya dimiliki dan disimpan oleh
Pemerintah dalam bentuk fisik (hard
copy), sehingga tata ruang terkesan
‘menghambat’ investasi.
SESUDAH UU CK & PP No. 21 TAHUN 2021
Masyarakat dan investor yang ingin
mengakses informasi RTR harus datang
langsung ke kantor pemerintah dan
menempuh proses administrasi yang
lama dan rumit.
Proses penerbitan izin
berusaha menjadi rumit dan
tidak transparan.
Banyaknya kasus
tumpang tindih
pemanfaatan ruang.
Produk RTR telah dipublikasi
oleh Pemerintah melalui
berbagai platform.
Masyarakat dan pihak terkait
dapat memanfaatkan
informasi RTR secara online.
Platform produk RTR juga terkoneksi
dengan portal pelayanan perizinan,
sehingga proses perizinan berusaha
dan non-usaha menjadi lebih cepat
dan transparan.
Perizinan berusaha yang telah
diterbitkan menjadi pertimbangan
dalam peningkatan kualitas RTR
5
6. Menteri ATR telah Menetapkan 5 Peraturan Menteri (Permen)
dan Sedang Dalam Proses Penetapan 1 Rancangan Permen
Sebagai Turunan UU No. 11/2020 dan PP No. 21/2021
Permen ATR/KBPN
No. 14 Tahun 2021
tentang Pedoman
Penyusunan Basis
Data dan Penyajian
Peta RTRW Provinsi,
Kabupaten, dan
Kota, serta Peta
RDTR
Kabupaten/Kota
Sudah Ditetapkan
Permen
ATR/KBPN No.
15 Tahun 2021
tentang Koordinasi
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Permen ATR/KBPN
No. 13 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan
Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
(KKPR) dan Sinkronisasi
Program Pemanfaatan
Ruang (SPPR)
Permen ATR/KBPN
No. 11 Tahun 2021
tentang Tata Cara
Penyusunan & Revisi
RTRW Provinsi,
Kabupaten/Kota,
dan RDTR, serta Tata
Cara Penerbiitan
Persetujuan Substansi
Permen ATR/KBPN
No. 10 Tahun 2021
tentang Pedoman
Penyusunan, PK, &
Revisi RTR
Pulau/Kepulauan, RTR
KSN, dan RDTR KPN
Permen ATR/KBPN
No. Tahun 2021
tentang Pendidikan
& Pelatihan Bidang
Penataan Ruang &
Pembinaan Profesi
Perencana Tata
Ruang
Sudah Ditetapkan Sudah Ditetapkan Sudah Ditetapkan Sudah Ditetapkan Sudah Ditetapkan
1 2 3 4 5 6
6
8. Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang
Penyederhanaan Produk RTR
UU CK dan PP No. 21 Tahun 2021 memandatkan
penyederhanaan (streamlining) hierarki penataan ruang.
PP No. 21/2021: Pasal 5 ayat (2) dan (3)
Penghapusan Ketentuan Penetapan Kawasan Strategis (KS)
❑ Penghapusan RTR KS Provinsi dan Kabupaten/Kota,
untuk menghindari tumpang tindih antar produk RTR.
❑ Substansi KS tersebut akan diintegrasikan ke
dalam RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pasal 15 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi
Pasal 18 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
Pasal 21 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kota
8
9. Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang
Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut
Penataan ruang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang dalam
bumi sebagai satu kesatuan (satu dokumen penataan ruang). Pengelolaan sumber daya
ruang laut dan ruang udara diatur dengan UU tersendiri.
PP No. 21/2021: Pasal 5 dan Pasal 7
‘ONE SPATIAL PLANNING POLICY’
SATU PRODUK RENCANA TATA RUANG
PP No. 21 Tahun 2021
telah mengatur
pengintegrasian
muatan teknis
ruang laut menjadi
satu produk rencana
tata ruang.
Ruang
Udara
Ruang
Darat
Ruang
Dalam
Bumi
Ruang
Laut
UU CK: Pasal 17 UU CK: Pasal 6 ayat (5), (6), (7) UU No. 26/2007; Pasal 17 UU CK: Pasal 17 ayat (5) UU No. 26/2007; Pasal 17 UU CK: Pasal 6 ayat (2), (3), (4) UU No. 26/2007; Pasal 18 UU CK: Pasal 7A UU No.
27/2007; Pasal 19 (ayat 4) UU CK: Pasal 43 ayat (2), (5), (6), (7) UU No. 32/2014; Pasal 36 (poin 1) UU CK: Pasal 15 ayat (2) UU No. 41/1999; Pasal 15 ayat (3) UU CK.
“Dokumen tata ruang darat, laut,
dan udara terpisah-pisah yang
menimbulkan gap dan tumpang
tindih pemanfaatan ruang.”
9
10. RZ KSNT
yang berupa PPKT
Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang
Integrasi RTR Wilayah Darat dan Laut/Perairan di Masa Transisi
PP No. 21/2021: Pasal 245 – 246 ayat (4), (5), (6)
RTRW Provinsi
1:250.000
RTRWN
1:1.000.000
RTRL
RZWP3K
RZ KSN
Peraturan
Pemerintah
Peraturan
Daerah
Peraturan
Presiden
Ditetapkan melalui satu…
Diintegrasikan
Maks. 2 tahun sejak PP berlaku
Diintegrasikan
Maks. 18 bulan sejak PP berlaku
Diintegrasikan
Maks. 2 tahun sejak PP berlaku RTR KSN
1:25.000 – 1:50.000
Ditetapkan melalui satu…
Ditetapkan melalui satu…
dari sudut kepentingan pertahanan
dan keamanan di kawasan
perbatasan negara.
10
11. Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang
Penggunaan Peta Dasar Lainnya Dengan Rekomendasi BIG
PP No. 21/2021: Pasal 12 ayat (3), Pasal 16 ayat (8), Pasal 19 ayat (8), Pasal 19 ayat (3), Pasal 23 ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Pasal 36 ayat (3), Pasal 39 ayat (3), Pasal 46 ayat (3), Pasal 53 ayat (3), Pasal 57 ayat (3)
Peta Dasar Lainnya
yang telah mendapat Rekomendasi dari BIG
Dalam rangka
percepatan
penyusunan
RDTR, daerah yang
belum memiliki Peta
Rupabumi Indonesia
dapat menggunakan
Peta Dasar Lainnya
sesuai ketentuan
tingkat ketelitian
RTR yang disertai
oleh rekomendasi
dari Badan Informasi
Geospasial (BIG). • Dengan berlakunya PP No. 21/2021, PP No. 8/2013 tentang Ketelitan Peta Rencana Tata Ruang dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
• Contoh peta dasar lainnya: peta dasar pertanahan (yang sesuai dengan ketelitian RTR dan mendapat
rekomendasi dari BIG
Peta Rupabumi Indonesia
11
13. Ketentuan PK dan Revisi RTR yang
Menjadi Kewenangan Daerah
13
Dari Pemerintah Daerah
kepada Menteri ATR
Permohonan Peninjauan
Kembali (PK)
Dari Menteri ATR
kepada Pemerintah Daerah
Rekomendasi
PK
Rekomendasi berupa:
a. RTR yang ada dapat tetap berlaku
sesuai masa berlakunya; atau
b. RTR yang ada perlu direvisi
Rekomendasi PK dan
Revisi RTR Akibat
Ketidaksesuaian
Menko Perekonomian menetapkan rekomendasi sesuai
ketentuan peraturan per-UU-an, dalam hal terjadi
ketidaksesuaian antara:
a. RTR dengan batas daerah;
b. RTR dengan kawasan hutan; dan/atau
c. RTRW Provinsi dengan RTRW Kabupaten/Kota.
Pemerintah Daerah
Revisi
RTR
Sesuai prosedur
penyusunan dan
penetapan RTR
Permohonan dilengkapi dengan kajian
paling sedikit meliputi:
a. Peluang kemajuan iklim investasi
dan kemudahan berusaha; dan
b. Dinamika internal wilayah
PP No. 21/2021: Pasal 92-96 dan Peraturan Menteri ATR/KBPN No.11 Tahun 2021: Pasal 31-36
PK RTR dilakukan 1x dalam setiap periode 5 tahunan.
PK RTR dapat dilakukan lebih dari 1x dalam
periode 5 tahunan apabila terjadi perubahan
lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam skala besar
b. perubahan batas teritorial negara
c. perubahan Batas Daerah, atau
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat
strategis.
PK Perkada kabupaten/kota tentang RDTR akibat
adanya perubahan kebijakan nasional yang bersifat
strategis dapat direkomendasikan oleh Forum
Penataan Ruang berdasarkan kriteria
a. penetapan kebijakan nasional;
b. rencana pembangunan dan pengembangan
obyek vital nasional;
c. lokasinya berbatasan dengan kabupaten/kota di
sekitarnya
Revisi RTR dilakukan dengan menghormati hak
atas tanah sesuai ketentuan peraturan per-UU-an.
Dalam hal revisi RTR mengubah fungsi ruang,
perubahan fungsi ruang tidak serta merta
mengakibatkan perubahan pemilikan dan
penguasaan tanah.
1a
Maks. 1 bulan
1b
2 3
Catatan:
Dari Menko Perekonomian kepada
Menteri ATR
14. Proses Bisnis Penetapan
RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota
14
Terobosan Penetapan
RTRW dalam PP No.
21/2021 Pasal 60 – 84:
Jangka waktu penyusunan
dan penetapan RTRW dibatasi
paling lama 18 bulan,
terhitung sejak pelaksanaan
penyusunan RTRW.
Saat Ranperda RTRW diajukan
untuk ditetapkan, validasi
dokumen kajian lingkungan
hidup strategis harus sudah
tersedia.
Khusus untuk RTRW Prov.,
materi teknis muatan perairan
pesisir yang diintegrasikan
harus sudah mendapat
persetujuan teknis dari
Menteri KKP.
Khusus untuk RTRW Kab/Kota,
evaluasi Ranperda RTRW
sebelum penetapan dilakukan
oleh Gubernur.
PP No. 21/2021: Pasal 60-84
Di dalamnya
memuat:
a. Pengaturan
wilayah perairan
pesisir (khusus
untuk RTRW
Provinsi)
b. BA pembahasan
dari Pemprov
(khusus untuk
RTRW
Kabupaten/
Kota)
*Mengintegrasikan
program/kegiatan sektor, kegiatan
yang bersifat strategis nasional,
batas daerah, garis pantai, dan
kawasan hutan.
Penyusunan RTRW
Dari Gubernur/Bupati/Wali
Kota kepada DPRD
Prov/Kab/Kota.
Pengajuan
Ranperda RTRW
Pembahasan
Ranperda RTRW di
DPRD
Penyampaian
Ranperda RTRW
(Loket)
Mendagri (khusus untuk
RTRWP)/Gubernur
(khusus untuk RTRWK)
Evaluasi
Ranperda RTRW
Gubernur/Bupati/ Wali
Kota dan DPRD Prov.
Persetujuan
Bersama
MenteriATR
Penerbitan
Persetujuan
Substansi (Persub)
Pembahasan
Lintas Sektor
(Linsek)*
Penetapan
Perda RTRW
Maks.10 hari kerja
*Catatan: Jika tidak diterbitkan
hingga batas waktu, maka
dokumen yang diajukan oleh
Pemda dianggap telah disetujui.
Maks. 20 hari kerja
Maks. 10 hari kerja
Maks. 2 bulan
c. Validasi dokumen
kajian lingkungan
hidup strategis dari
MenteriLHK*
d. Rekomendasi peta
dasar dari BIG*
Pemprov/Pemkab/Pemkot dan Perangkat
Daerah terkait
Gubernur/Bupati/Walikota
DPRD Prov/Kab/Kota, dan
perangkat daerah terkait
Dari Gubernur/Bupati/Wali
Kota kepada Menteri ATR
ATR, Pemprov/Pemkab/
Pemkot, DPRD, dan K/L/D
terkait
Gubernur/Bupati/
Wali Kota
15. Jangka Waktu Penetapan
RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota
15
PP No. 21/2021: Pasal 68, Pasal 75, Pasal 82
Penetapan Perda Provinsi/Kabupaten/Kota oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD dilaksanakan paling
lama 2 bulan sejak mendapat Persub.
Jika Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota belum ditetapkan,
maka penetapan dilakukan oleh Gubernur/ Bupati/Wali kota
paling lama 3 bulan sejak mendapat Persub.
Jika Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota belum ditetapkan,
maka Menteri menetapkan Peraturan Menteri paling lama 4
bulan sejak mendapatkan Persub yang wajib ditindaklanjuti oleh
Gubernur/Bupati/Wali Kota dengan penetapan Perda RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Penetapan Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota, termasuk
pengundangan Perda dalam lembaran daerah oleh Sekretaris
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dilakukan paling lama 15 hari
sejak Peraturan Menteri ditetapkan
Percepatan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota
Persetujuan Substansi Terbit
2
bulan
RTRW ditetapkan dengan Peraturan Daerah
oleh Gubernur/Bupati/Walikota
1
bulan
RTRW ditetapkan dengan Peraturan Daerah oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD
1
bulan
RTRW ditetapkan dengan
Peraturan Menteri yang
ditindaklanjuti dengan
penetapan Perda RTRW oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
16. Ketentuan Percepatan Penetapan RTRW
16
Ketentuan Penetapan RTRW dalam hal Pemerintah
Daerah Belum Menetapkan Perda/ Perkada Hingga
Jangka Waktu yang Telah Ditetapkan di PP No. 21/2021
Peraturan
Menteri
Permen menetapkan
Ranperda/ Ranperkada
sesuai dengan Persub.
Catatan: Permentetap
berlaku sampai
dengan Perda/
Perkada
diundangkan oleh
Pemerintah daerah,
untuk menghindari
kekosongan hukum.
15 hari
Ditindaklanjuti
dengan
Perda/
Perkada
Perda/Perkada
menetapkan muatan
Permen yang berlaku.
Catatan: Tidak boleh ada
perbedaan
antara muatan
Perda/Perkad
muatan Permen.
Jika dalam jangka waktu 15 hari setelah Permen diterbitkan Perda/Perkada belum
diundangkan, maka Bupati dan Sekretaris Daerah diberikan Sanksi Administrasi.
PP No. 12/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Pasal 37
ayat (4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga) bulan;
c. tidak dibayarkan hak keuangan selama 6 (enam) bulan;
d. penundaan evaluasi rancangan peraturan daerah;
e. Pengambilalihan kewenangan perizinan;
f. penundaan atau pemotongan dana alokasi umum dan/ atau dana bagi hasil;
g. mengikuti program pembinaan khusus pendalaman bidang pemerintahan;
h. pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan; dan/atau
i. pemberhentian.
Surat
Edaran
Tindak Lanjut
Kementerian ATR/BPN akan menerbitkan Surat Edaran untuk Percepatan
Penetapan RTRW.
Penerbitan Permen ATR untuk penetapan RTRW dilakukan apabila dalam jangka
waktu 2 bulan sejak SE diterbitkan RTRW belum ditetapkan melalui Perda.
17. Amanat Muatan Strategis dalam Evaluasi Rencana Tata Ruang
17
1
KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL
Informasi mengenai kesesuaian kebijakan yang bersifat strategis nasional
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (RTRWN,
RPJMN, dan Proyek Strategis Nasional). informasi ini dilengkapi dengan
jenis, penetapan lokasi, besaran/luasan kebijakan tersebut.
2
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
Informasi mengenai luasan keseluruhan RTH, informasi ini dilengkapi
dengan besaran/luasan RTH dan penetapan lokasi RTH tersebut.
PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN
Informasi SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menetapkan
luasan kawasan hutan dan lokasi sebarannya, serta rencana alih fungsi
kawasan hutan.
3
LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN (LP2B)
Informasi luasan dan sebaran rencana sawah beririgasi teknis dan non
teknis dan luas Sawah beririgasi teknis
4
MITIGASI BENCANA
Informasi data daerah rawan bencana, tipologi bencana,
analisis mitigasi bencana antara lain yang meliputi:
1. Pemetaan kawasan lindung dan kawasan budidaya pada
kawasan rawan bencana tinggi
2. Peraturan zonasi pada kawasan rawan bencana tinggi
5
6
BATAS DAERAH
Pengintegrasian batas daerah menggunakan batas
daerah yang telah ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri
GARIS PANTAI
Pengintegrasian garis pantai menggunakan unsur garis pantai
yang termuat dalam peta rupa bumi Indonesia termutakhir
dan telah ditetapkan oleh Badan yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di Indonesia
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 & PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2021
7
18. Ketentuan Muatan RTR yang Diintegrasikan pada
Pembahasan Lintas Sektor
18
Pasal 63 PP No. 21/2021:
Pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) huruf d, dilaksanakan untuk mengintegrasikan program/kegiatan sektor,
kegiatan yang bersifat strategis nasional, Batas Daerah, garis pantai, dan Kawasan Hutan.
Batas Daerah Garis Pantai
Kawasan Hutan
PP No. 21/2021 Pasal 64, 78, dan 87
Pengintegrasian menggunakan batas daerah
yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.*
*Berdasarkan PP No. 43/2021, penetapan
seluruh Batas Daerah dilakukan dalam waktu
paling lama 5 bulan (+1 bulan) setelah PP No.
43/2021 terbit.
PP No. 21/2021 Pasal 65, 79, 88 Pengintegrasian menggunakan
batas garis pantai dalam Peta RBI termutakhir dan telah
ditetapkan oleh BIG.
Apabila terdapat perbedaan dengan kebutuhan RTR dan/atau
kepentingan HAT, maka Persetujuan Substansi oleh Menteri
mencantumkan:
• Garis pantai dalam Peta RBI, dan
• Garis pantai sesuai kebutuhan yang digambarkan dengan
symbol atau warna khusus
Penyelesaian ketidaksesuaian antara garis pantai dan HAT/HPL
berdasarkan PP No.43/2021
• Dalam hal terjadi dinamika perubahan garis pantai yang menyebabkan
ketidaksesuaian titik dasar dan garis pangkal di PPKT dengan garis
pantai peta RBI, titik dasar dan garis pangkal di PPKT tetap diakui dan
berlaku, dan Pemerintah wajib memulihkan kondisi fisik lahan
menjadi daratan di PPKT.
• HAT dan/atau HPL yang ada di laut akibat dinamika perubahan
garis pantai, sebelum ditetapkannya unsur garis pantai dalam Peta
RBI pertama, HAT dan/atau HPL tetap diakui.
PP No. 21/2021 Pasal 66, 80, 89
Pengintegrasian menggunakan:
• Delineasi kawasan hutan termutakhir yang ditetapkan oleh Menteri LHK, atau
• Delineasi kawasan hutan yang disepakati paling lama 10 hari sejak dimulainya
pembahasan lintas sektor
Penyelesaian ketidaksesuaian antara Kawasan Hutan dengan RTRWP/RTRWK
berdasarkan PP No.43/2021:
• dalam hal Kawasan Hutan ditetapkan lebih awal, dilakukan revisi RTRWP dan/atau
RTRWK dengan mengacu pada Kawasan Hutan yang ditetapkan terakhir;
• dalam hal RTRWP dan/atau RTRWK ditetapkan lebih awal, dilakukan tata batas
dan pengukuhan Kawasan Hutan dengan memperhatikan RTRWP dan/atau RTRWK.
19. Evaluasi Dalam Rangka Proses Persetujuan Substansi
19
1. Mengakomodir kebijakan strategis nasional (PP No.13/2017
tentang RTRWN, Perpres No.109 Tahun 2020 tentang PSN)
2. Mengakomodir kawasan hutan (SK Menteri Kehutanan yang
berlaku)
Menyediakan LP2B (Kepmen ATR/BPN No. 686/2019
tentang Lahan Baku Sawah) Menyediakan RTH publik minimal
20% dari luas Kawasan perkotaan (UU No.26/2007)
5. Mitigasi bencana
6. Menggunakan Garis Pantai Termutakhir
7. Mengacu pada Batas Daerah yang ditetapkan oleh
Kemendagri
EVALUASI 7 MUATAN STRATEGIS
1 2
3 4
1. RTRW Provinsi
2. RTR KSN
3. RTR Pulau/Kepulauan
4. RTRWN
KONSISTENSI VERTIKAL
1. Raperda dan peta sesuai dengan
2. Permen ATR/KBPN Nomor 11/2021 tentang
3. Tentang Tata cara penyusunan, peninjauan kembali, Revisi,
dan penerbitan persetujuan substansi
4. Rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten, kota,
5. Dan rencana detail tata ruang
6. Raperda dan peta sesuai dengan standar basis data (Permen
ATR/BPN Nomor 14/2021 tentang Standar Basis Data)
KLASIFIKASI TURUNAN UNSUR
Konsistensi muatan antara batang tubuh raperda
dengan peta
KONSISTENSI HORIZONTAL
20. Tata Cara Penyusunan RTRW Kabupaten Berdasarkan
Permen ATR/BPN No. 11 Tahun 2021
20
Analisis dalam penyusunan
RTRW Kabupaten harus
terintegrasi dengan KLHS
Perumusan konsepsi rencana
harus terintegrasi dengan
hasil rekomendasi KLHS
Dalam tahapan selama 12
(dua belas) bulan ini sudah
termasuk pengintegrasian
hasil KLHS ke dalam RTRW
Kabupaten
Peraturan Menteri ATR/KBPN No.11 Tahun 2021: Lampiran II Halaman 90
21. Dokumen Kelengkapan Untuk Menuju
Proses Persetujuan Substansi Revisi RTRW Kab/Kota
21
Peraturan Menteri ATR/KBPN No.11 Tahun 2021: Lampiran VI Halaman 328-329
NO DOKUMEN KELENGKAPAN
1 Berita acara kesepakatan substansi antara bupati/wali kota dengan DPRD kabupaten/kota atau catatan hasil pembahasan terakhir dengan DPRD kabupaten/kota
yang ditandatangani oleh Kepala Daerah apabila tidak terjadi kesepakatan dengan DPRD dalam waktu 10 hari sejak pengajuan Rancangan Perda kabupaten/kota
2. Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah (dalam format softcopy (format *SHP) dan hardcopy)
3. Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota beserta lampiran (dalam format softcopy dan hardcopy)
4. Materi Teknis yang terdiri atas buku fakta analisis, buku rencana, serta album peta, meliputi: (dalam format softcopy (format *SHP) dan hardcopy) a. peta dasar; b. peta
tematik; dan c. peta rencana.
5. Peta rencana yang sudah diparaf oleh instansi terkait dan Direktur
6. Tabel pemeriksaan mandiri yang ditandatangani oleh bupati/wali kota
7. Berita Acara Konsultasi Publik (minimal 2 (dua) kali)
8. Berita Acara dengan kabupaten/kota yang berbatasan (*apabila berbatasan dengan provinsi/kabupaten/kota lain)
9. Rekomendasi peta dasar yang dikeluarkan badan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang informasi geospasial atau surat permohonan rekomendasi peta
dasar terakhir apabila sampai pengajuan permohonan persetujuan substansi rekomendasi peta dasar belum diterbitkan
10.
Validasi Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis atau Surat Permohonan Validasi apabila sampai pengajuan permohonan persetujuan substansi Validasi KLHS belum
diterbitkan
11. Berita Acara Pembahasan dengan Forum Penataan Ruang Kabupaten/Kota
12.
Berita Acara Pembahasan dari Pemerintah Daerah Provinsi mengenai rancangan peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota
13. Surat rekomendasi revisi rencana tata ruang dari Menteri (untuk revisi RTRW)