Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap perbankan syariah. Islam melihat dunia secara komprehensif mencakup aqidah, syariah, akhlak, muamalah, ibadah, hukum publik dan privat. Perbankan syariah didasarkan pada prinsip larangan riba, kemitraan, dan bagi hasil sesuai dengan nilai-nilai Islam.
3. ISLAM: PANDANGAN HIDUP KOMPREHENSIF
ISLAM
AQIDAH SHARIAH AKHLAQ
MUAMALAH IBADAH MAHDLAH
SPECIAL RIGHTS PUBLIC RIGHTS
CIVIL LAWS CRIMINAL LAWS INTERIOR AFFAIRS EXTERIOR AFFAIRS
INT RELATION
POLITICS ECONOMICS SOCIAL CULTURE ETC
FINANCE
LEASING INSURANCE BANKING MORTGAGE VENTURE CAPITAL
4. • Al-Qashash: 77. Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
6. ARTINYA:
• Dari Abu Barzah Al-Aslami berkata:
bahwasanya Rasulullah SAW telah berkata:
“Pada hari kiamat kelak seorang hamba tidak
akan melangkahkan kakinya kecuali akan
ditanya tentang empat perkara; tentang
umurnya untuk apa ia habiskan, tentang
ilmunya sejauhmana ia mengamalkannya,
tentang hartanya darimana ia
mendapatkannya dan untuk apa ia
pergunakan, serta tentang semua anggota
7. • QS. At-Taghabun 15: Sesungguhnya hartamu dan anak-
anakmu hanyalah cobaan/fitnah (bagimu), dan di sisi Allahlah
pahala yang besar, dan QS Al-’Anfaal: 28 (dan ketahuilah …)
• Harta sebagai fitnah, Fitanah=
– ‘Azab (Adz-Dzaariyaat: 14)
– Cobaan (Thaahaa: 40)
– Keberpalingan dari ibadah kepada Allah SWT (at-Taghaabun: 15)
– Pemaksaan untuk tidak kembali kepada agama (al-Buruuj: 10)
– Kesesatan (al-Muddatstsir: 31)
– Kekufuran (al_baqarah: 19)
– Dosa (at-Taubah: 49)
8. PROSES PENGELOLAAN HARTA
BAGAIMANA CARA DIGUNAKAN
HARTA
MENDAPATKAN UNTUK APA
YANG
DIMILIKI
a. HARAM a. ZIS
ZATNYA b. BAYAR
b. HARAM BUKAN KEWAJIBAN
ZATNYA c. INVESTASI/
c. TIDAK SYAH TABUNGAN
AKADNYA d. KONSUMSI
9. Sistem Produksi dalam Islam
INPUT PROSES OUTPUT
Halal Halal Halal
Halal Haram Haram
Haram Halal Haram
Haram Haram Haram
APA CONTOHNYA?:
1.
2.
3.
4.
10. ISLAM DAN PERBANKAN
KAIDAH USHUL FIQH:
Maa laa yatim al-wajib illa bihi fa huwa wajib
Sesuatu yang harus ada untuk mempurnakan yang wajib,
maka ia wajib diadakan.
Hadits:
Antum a’lamu bi umuri al-dunyakum? (kalian lebih mengetahui
tentang urusan dunia kalian)
Masalah ekonomi dan perbankan adalah bab muamalah, maka
selama ia memberikan perbaikan kehidupan umat manusia
maka wajib dijalankan dengan sesuai kaidah Islam
11. ALASAN PERLUNYA BANK SYARI’AH
Secara praktis, sistem perbankan berbasis bunga atau konvensional
mengandung beberapa kelemahan, sebagai berikut :
Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.
Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan
kebangkrutan.
Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut
bunganya membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan
bunganya.
Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh
usaha kecil.
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan
pendapatan bunga mereka.
12. Islam dan Perbankan Syari’ah
Al-Qur’ an memberikan nilai-nilai dalam menjalankan
aktivitas perbankan syari’ ah
Pada masa Rasulullah telah didirikan lembaga keuangan :
Baitul Mal; Wilayatul Hisbah; Pengembangan etika bisnis
Para khulafa’ urrasyidin melanjutkan mengembangkan
baitul mal
Pada masa dinasti Islam, baitul mal terus dikembangkan dan
mulai adanya pemikiran tentang ekonomi
Pada masa modern telah berdiri lo cal saving bank, I slamic
De ve lo pme nt Bank, Bank Syari’ ah, dan lembaga keuangan
non bank lainnya
13. PRAKTEK PERBANKAN DI ZAMAN NABI
Bank : lembaga yang melaksanakan 3 fungsi utama:
• Menerima simpanan uang
• Meminjamkan uang
• Memberikan jasa pengiriman uang
Contoh yang dilakukan Nabi:
Rasulullah saw dikenal sebagai al-amin, dipercaya masyarakat
Mekah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madinah, beliau meminta Sayidina Ali
ra. untuk mengembalikan semua titipan itu kepada yang
memilikinya
Sahabat Rasul Zubair bin al-Awwam lebih suka menerima
uang dalam bentuk pinjaman
14. PRAKTEK PERBANKAN DI ZAMAN BANI UMAYYAH DAN
BANI ABASIAH
Mulai ada orang yang memiliki keahlian di bidang keuangan, yang disebut
dengan jihbiz :
Jihbiz vs Bank: Persamaan dan Perbedaannya:
Persamaannya:
Jihbiz dan Bank sama-sama melakukan fungsi berikut:
•To accept deposits
•To channel financing
•To tranfer money
Perbedaannya:
•Jihbiz dikelola oleh individu
•Bank dikelola oleh institusi
15. EVOLUSI KEGIATAN PERBANKAN DALAM MASYARAKAT
ISLAM
1. Individu (Nabi/sahabat melakukan suatu fungsi
perbakan
2. Jihbiz (seorang melakukan suatu fungsi perbakan
3. Bank (sebuah institusi melakukan ketiga fungsi
perbankan) diadopsi oleh masyarakat Eropa abad
pertengahan, namun kegiatannya mulai dilakukan dengan
basis bunga
4. Bank syari’ah modern (sebuah institusi melakukan
kegitiga fungsi perbankan dengan berlandaskan syari’ah
Islam)
16. Perkembangan Bank Syari’ah di Luar Negeri
Mit Ghamr Bank dirintis pada tahun 1960-an sebagai rural-so cial bank,
berdiri di sekitar sungai Nil, didirikan oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar
Islamic development Bank, dirintis pada sidang Menlu Negara OKI di
Karachi Pakistan Desember 1970.
Islamic Research and Training Institute lembaga milik IDB yang bertugas
membantu melakukan riset dan pelatihan untuk pengembangan
ekonomi/bank syari’ ah
Pembantukan bank-bank syari’ ah di luar negeri :
Kategori I bank komersial
Kategori II lembaga investasi dalam bentuk inte rnatio nal ho lding
co mpanie s
17. Perkembangan Landasan
Hukum
UU No 7/92 tentang Perbankan
PP No 72/92 tentang Bank UU No 10/98 tentang
Berdasarkan Bagi Hasil perubahan UU 7/92
UU No 21/08 tentang
Dicabut dg PP perubahan UU 10/98
30/99
BANK SYARIAH
18. Definisi Bank dan Perbankan Syariah
menurut UU No. 21 tahun 2008
• Bank adalah badan usaha yang menghimpun d
ana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuklainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
• Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya
19. Bank Syariah
• Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran
• Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank
Syariahyang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalamlalu lintas pembayaran
20. Perbedaan bank Syariah dan konvenSional
Permasalahan Bank Syariah Bank Konvensional
Landasan Berdasarkan prinsip syariah Islam Berdasarkan prinsip dan
operassional Uang sebagai alat tukar bukan nilai materialistis
komoditi. Uang sebagai komditi
Bunga dalam berbagai bentuknya yang diperdagangkan.
dilarang Bunga sebagai instrumen
Menggunakan prinsip bagi hasil dan imbalan terhadap pemilik
keuntungan atas transaksi riel uang yang ditetapkan
dimuka
Fungsi dan Lembaga intermediari. Lembaga intermediari
Peran Agen investasi /manager investasi. Penghimpun dana
Investor masyarkat dan
meminjamkan kembali
Penyedian jasa lalu lintas
kepada masyarakat dalam
pembayaran (tidak bertentangan
kredit dengan imbalan
syariah).
bunga.
Pengelola dana kebajikan, ZIS,
(fungsi sosial)
Penyedia jasa / lalu lintas
pembayaran
Hubungan dengan nasabah adalah
Hubungan bank dengan
hubungan kemitraan (investor timbal
21. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Permasalahan Bank Syariah Bank Konvensional
Risiko Usaha Dihadapi bersama antara bank Risiko bank tidak terkait
dengan nasabah dengan langsung dengan debitur ,
prinsip keadilan dan kejujuran. risiko debitur tidak terkait
Tidak mengenal kemungkinan langsung dengan bank.
terjadinya selisih negatif Kemungkinan terjadi
(negatif spread) karena sistem selisih negatif antara
yang digunakan. pendapatan bunga dan
beban bunga
Sistem Adanya dewan pengawas Aspek moralitas sering kali
Pengawasan syariah untuk memastikan terlanggar karena tidak
operasional bank tidak adanya nilai-nilai religius
menyimpang dari syariah yang mendasari
disamping tuntutan moralitas operasional.
pengelola bank dan nasabah
sesuai dengan akhlakul
kharimah
22. PERBEDAAN BUNGA DENGAN BAGI HASIL
BUNGA BAGI HASIL
Dihitung dari pokok (uang Dihitungan dari
yg dipinjamkan) keuntungan
Berubah sesuai kondisi Nisbah tetap sesuai
(bunga) pasar akad
Nominal tetap sesuai suku Nominal berubah
bunga sesuai kondisi usaha
Diragukan Tidak ada keraguan
23. Karakteristik Bank Syariah
• Berdasarkan prinsip syariah
• Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:
– pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
– Tidak mengenal konsep “time-value of money”
– Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.
• Beroperasi atas dasar bagi hasil
• Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa
• Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
• Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal
• Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil=> dapat
melakukan transaksi-2 sektor riil
24. Syarat transaksi sesuai syariah a.l : (pr 7)
• Tidak mengandung unsur kedzaliman
• Bukan riba
• Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.
• Tidak ada penipuan (gharar)
• Tidak mengandung materi-materi yg diharamkan
• Tidak mengandung unsur judi (maisyir)
26. PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH ISLAM
Bidang yang diperbolehkan syari’ah
Tadlis
Bidang yang dilarang
Taghrir Riba
syari’ah
Persaingan tidak sempurna
Ikhtikar & bai’ najasy
27. PENYEBAB TRANSAKSI DILARANG
Penyebab dilarangnya
transaksi
Haram zatnya Haram selain Tidak sah akadnya
zatnya
1. Darah 1. Tadlis 1. Rukunnya tidak
2. Bangkai (kecuali ikan terpenuhi
& belalang) 2. Ikhtikar
2. Syarat tidak
3. Daging babi 3. Bai’ Najasy
terpenuhi
4. Binatang yang 4. Taghrir (Gharar)
disembelih tidak 3. Terjadi Ta’alluq
menyebut asma Allah 5. Riba
4. Terjadi “2 in 1”
5. Khamer (minuman
keras) 6. Risywah
28. HARAM ZATNYA
Transaksi dilarang karena obyek yang ditransaksikan juga
dilarang
Misalnya: minuman keras, bangkai (kecuali ikan dan belalang),
babi
Transaksi barang atau jasa yang demikian ini tetap haram
walaupun akad jual-belinya sah.
Contoh:
Pembelian minuman keras dengan akad murabahah melalui
Bank Syari’ah.
(Zat barangnya haram, namun akadnya sah)
29. HARAM SELAIN ZATNYA
1. Tadlis (melanggar prinsip “an taraddin minkum”
Setiap transaksi dalam Islam harus dilandasi pada prinsip kerelaan
kedua pihak yang bertransaksi
Mereka harus memiliki informasi yang sama tentang barang/jasa yang
diperjual belikan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan
Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut tadlis.
Tadlis terjadi karena empat hal:
a. Kuantitas pengurangan timbangan
b. Kualitas penyembunyian kecacatan obyek
c. Harga memanfaatkan ketidaktahuan harga pasar
d. Waktu penyerahan penjual tidak mengetahui secara pasti
barang akan diserahkan kepada pembeli
30. HARAM SELAIN ZATNYA
b. Taghrir (Gharar)
Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya
ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Taghrir terjadi bila kita merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti
menjadi tidak pasti.
Gharar/taghrir terjadi karena empat hal, yaitu:
1) Kuantitas kasus ijon
2) Kualitas menjual sapi masih dalam perut induknya
3) Harga pengambilan margin 20% untuk 1 tahun atau 40% untuk 2
tahun
4) Waktu penyerahan menjual barang hilang seharga Rp. X dan
disetujui oleh pembelinya
31. HARAM SELAIN ZATNYA
2. Melanggar prinsip “la tazhlimuna wa la tuzhlamun”
Jangan menzalimi dan jangan dizalimi
S2
Praktek yang melanggar prinsip ini adalah:
a. Rekayasa pasar dalam Supply (Ikhtikar) S1
- Mengupayakan adanya kelangkaan barang
P”
dengan menimbun atau entry barier
P’
- Menjual harga lebih tinggi dibandingkan harga
sebelum munculnya kelangkaan D
- Mengambil keuntungan lebih dibandingkan
keuntungan sebelum kejadian I dan II Q2 Q1
32. HARAM SELAIN ZATNYA
b. Rekayasa Pasar dalam demand (Bai’ Najasy)
Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang
produsen/ pembeli menciptakan permintaan
palsu, seolah-olah ada banyak permintaan
terhadap suatu produk sehingga harga jual
S1
produk akan naik.
Cara ini dapat dilakukan dengan cara: P”
1) Penyerbaran isu P’ D2
2) Melakukan order pembelian
D1
3) Pembelian pancingan sehingga tercipta sentimen
pasar, bila harga sudah naik sampai level yang
diinginkan, maka yang bersangkutan akan Q1 Q2
melakukan aksi ambil untung dengan melepas
kembali obyek yang sudah dibeli
33. HARAM SELAIN ZATNYA
d. Riba
Dalam ilmu fiqh dikenal jenis riba:
1) Fadl (riba buyu’) riba karena pertukaran barang sejenis yang tidak
memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama
kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya
(yadan bi yadin).
2) Nasi’ah (riba duyun) riba yang timbul akibat hutang-piutang yang
tidak memenuhi kriteria untuk muncul renturn bersama risiko (al
ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi
la dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban
menanggung beban, hanya berjalannya waktu. Nasi’ah adalah
memastikan sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti
3) Qard dan Jahiliyah hutang yang dibayar melebihi dari pokok
pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana
pinjaman pada waktu yang ditetapkan.
34. RINGKASAN MENGENAI RIBA
Tipe Riba Faktor penyebab Cara Menghilangkan Faktor Penyebab
Riba Fadl Gharar (uncertain Kedua belah pihak harus memastikan
to both parties) faktor berikut: 1) Kuantitas; 2) Kualitas; 3)
Harga; 4) Waktu penyerahan
Riba Nasi’ah Return tanpa Kedua belah pihak membuat kontrak yang
risiko, pendapatan merinci hak dan kewajiban masing-masing
tanpa biaya untuk menjamin tidak adanya pihak
manapun yang mendapatkan return tanpa
menanggung risiko, atau menikmati
pendapatan tanpa menanggung biaya
Riba Jahiliyah Memberi pinjaman Jangan mengambil manfaat apapun dari
sukarela secara akad kebaikan (tabarru)
komersiil, karena Kalaupun ingin mengambil manfaat maka
setiap pinjaman gunakan akad bisnis (tijarah), bukan akad
yang mengambil kebaikan (tabarru)
manfaat adalah
riba
35. HARAM SELAIN ZATNYA
e. Risywah
Menyuap orang lain untuk meloloskan atau
memudahkan urusan yang bersangkutan
38. ANTARA WA’AD DENGAN AQAD
• Ada perbedaan antara wa’ad dengan aqad
• Wa’ad
– Wa’ad= janji (promis) antara satu pihak kepada pihak
lainnya (hanya mengikat satu pihak = one way)
– Terms and condition-nya tidak well-defined
– Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak manapun,
walaupun term & condition-nya sudah well-defined
• Aqad
– Aqad mengingat kedua belah pihak yang saling bersepakat
– Term & condition sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik
– Ada sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi kewajiban yang
disepakati
39. ANTARA TABARRU’ DENGAN TIJARAH
• Tabarru’ berasal dari kata birr = kebaikan
• Tabarru’ = segala macam perjanjian yang
menyangkut transaksi nirlaba (not for profit
transaction)
• Tabarru’ merupakan transaksi yang dilakukan
dengan tujuan tolong menolong dalam rangka
berbuat kebaikan
• Contoh: qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah,
hibah, wakaf, shadaqah, hadiah
40. AQAD TABARRU’
Lending $
Lending $ Qard
Lending $ + Collateral Rahn
Lending $ to take over loan from Hiwalah
other party
Lending
yourself
Lending yourself now to do Wakalah
something on behalf of other
Wakalah, by specifying the job Wadi’ah
Contingent wakalah, I.e preparing
Hiwalah
yourself to do something if something
happens
Giving something Hibah, shadaqah,
waqf
41. ANTARA TABARRU’ DENGAN TIJARAH
• Tijarah = perdagangan = comersiil
• Tijarah = segala macam perjanjian yang
menyangkut transaksi yang mendatangkan
keuntungan (for profit transaction)
• Contoh: akad investasi, jual beli, sewa-
menyewa, dll.
• Aqad Tijarah dilihat dari kepastian hasil yang
diperoleh:
– Natural Uncertainty Contract
– Natural Certainty Contract
43. TEORI PERTUKARAN &
PERCAMPURAN
Berdasarkan tingkat kepastian hasil yang
diperoleh, kontrak bisnis dapat dibedakan
menjadi
1. Natural Certainty Contracts (Teori
Pertukaran)
2. Natural Uncertainty Contracts (Teori
Percampuran)
44. TEORI PERTUKARAN DALAM ISLAM
Natural Certainty Contracts/teori pertukaran, adalah
kontrak dalam bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Dalam
bentuk ini:
Cash-flownya pasti atau sudah disepakati di awal
kontrak
Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu,
waktu maupun harganya
45. TEORI PERTUKARAN
‘AYN (aset riil) BI ‘AYN (aset
riil)
OBYEK ‘AYN (aset riil) BI DAYN (aset
PERTUKARAN keuangan)
DAYN (aset keuangan) BI
DAYN (aset keuangan)
NAQDAN
WAKTU (Sekarang/Tunai)
PERTUKARAN
GHAIRU NAQDAN
(Masa YAD)
46. TEORI PERTUKARAN
JENIS BEDA
upah tenaga kerja yang dibayar dengan sejumlah
beras
Kasat Mata
‘AYN BI ‘AYN
Kualitas dapat
dibedakan
Pertukaran kuda dengan kuda
real asset (‘ayn) dengan real
asset (‘ayn) JENIS SAMA Kasat Mata
Kualitas tidak
dapat dibedakan
Jika tidak dapat dibedakan mutunya, pertukaran
dibolehkan, jika:
Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
Mistlan bi mistlin (sama mutunya)
Yadan bi yadin (sama waktu penyerahannya)
47. TEORI PERTUKARAN
Naqdan
Salam
Barang
Order
Al-Bai’ Istishna’
Mu’ajjal
‘AYN BI
DAYN
real asset (‘ayn)
dengan financial Ijarah
asset (dayn)
Jasa
Al-Ijarah Ju’alah
48. TEORI PERTUKARAN
Jenis sama
Sawa-an bi sawa-in (sama
jumlahnya)
Uang Yadan bi yadin (diserahkan saat
itu juga)
Jenis Beda
DAYN BI
DAYN Yadan bi yadin
(diserahkan saat itu juga)
Pertukaran financial asset
(dayn) dengan financial
asset (dayn)
Non-Uang
Surat berharga
49. TEORI PERCAMPURAN DALAM ISLAM
Natural Uncertainty Contracts/teori percampuran adalah kontrak
dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik
dari segi jumlah maupun waktunya. Tingkat returnnya bisa positif,
negatif maupun nol.
Kontrak-kontrak investasi ini secara sunatullah tidak menawarkan :
Return yang tetap dan pasti. `
Sifatnya tidak fixed dan predetermined.
Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial assets)
menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-
sama untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama.
50. TEORI PERCAMPURAN
‘AYN BI ‘AYN
OBYEK
PERCAMPURAN ‘AYN BI DAYN
DAYN BI DAYN
NAQDAN
WAKTU
PERCAMPURAN
GHAIRU NAQDAN
51. TEORI PERCAMPURAN
‘AYN BI ‘AYN BI DAYN BI
‘AYN DAYN DAYN
Menyumbangkan
keahlian Syirkah Jasa/keahlian (real asset) Percampuran financial asset
‘Abdan dicampur dengan uang (financial (dayn) dengan financial asset
asset) Bentuk percampuran ini (dayn)
disebut syirkah mudharabah Jika percampuran antara uang
Seorang penyandang dana dengan uang dengan jumlah
memberikan dana dan yang lain sama disebut syirkah
memberikan reputasinya mufawadah; atau jumlah uang
Bentuk percampuran ini disebut yang dipercampurkan
syirkah wujuh jumlahnya berbeda disebut
syirkah ‘inan.
52.
53. APLIKASI AKAD
DALAM PRODUK – PRODUK BANK SYARIAH
BANK SYARIAH
PENGHIMPUNAN DANA PENYALURAN DANA JASA
PRINSIP WADIAH PRINSIP JUALBELI
- Giro - Murabahah - Wakalah
- Tabungan - Istishna - Kafalah
- Salam - Sharf
- Ijarah - Rahn
- Hiwalah
PRINSIP MUDHARABAH PRINSIP BAGIHASIL
-Giro - Mudharabah
-Tabungan - Musyarakah
- Deposito 53
55. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
GIRO SYARIAH
LANDASAN HUKUM:
Fatwa DSN – MUI No.01/DSN-MUI/IV/2000,
Tanggal 1 April 2000.
GIRO
SYARIAH
GIRO GIRO
WADIAH MUDHARABAH
Bersifat titipan Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Mal
On call Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal
Keuntungan dan kerugian dari tidak melanggar prinsip syariah
penyaluran dana wadiah menjadi Dana giro harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang
hak milik atau ditanggung bank. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah
Tidak ada imbalan (bonus) yang Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
dipersyaratkan nasabah tanpa persetujuan nasabah
55
56. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
GIRO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA GIRO WADIAH
4 Pooling Fund 5 Penyaluran pembiayaan
1 Akad Wadi’ah
Nasabah Pembyn A
2
Setoran awal
3
Mutasi giro
Nasabah Pembyn B
Nasabah Giro Bank Syariah
Wadi’ah
Dapat diberikan imbalan atau bonus Pendapatan
7 6 bank
namun tidak boleh diperjanjikan
Nasabah Pembyn C
56
57. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
GIRO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA GIRO MUDHARABAH
4 Pooling Fund 5 Penyaluran pembiayaan
1 Akad Mudharabah
Nasabah Pembyn A
2 Setoran awal
3 Mutasi giro
Nasabah Giro Nasabah Pembyn B
Mudharabah Bank Syariah
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah Pendapatan
7 6
yang disepakati yang akan dibagikan
Nasabah Pembyn C
57
58. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
TABUNGAN SYARIAH
LANDASAN HUKUM:
Fatwa DSN – MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000,
Tanggal 1 April 2000.
TABUNGAN
SYARIAH
TABUNGAN TABUNGAN
WADIAH MUDHARABAH
Bersifat titipan Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal
On call Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak
Keuntungan dan kerugian dari melanggar prinsip syariah
penyaluran dana wadiah menjadi Dana tabungan harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang
hak milik atau ditanggung bank. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah
Tidak ada imbalan (bonus) yang Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
dipersyaratkan tanpa persetujuan nasabah
58
59. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
TABUNGAN SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA TABUNGAN WADIAH
4 Pooling Fund 5 Penyaluran pembiayaan
1 Akad Wadi'ah
Nasabah Pembyn A
2
Setoran awal
3
Setoran tabungan
8 Penarikan tabungan Nasabah Pembyn B
Nasabah Pemilik Dana Bank Syariah
Tabungan Wadiah
7 Dapat diberikan imbalan atau bonus Pendapatan
namun tidak boleh diperjanjikan 6
Bank
Nasabah Pembyn C
59
60. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
TABUNGAN SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA TABUNGAN MUDHARABAH
4 Pooling Fund 5 Penyaluran pembiayaan
1 Akad Mudharabah
Nasabah Pembyn A
2 Setoran awal
3 Mutasi tabungan
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pemilik Dana
Tabungan Mudharabah Bank Syariah
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah 6
7 Pendapatan yang
yang disepakati akan dibagikan
Nasabah Pembyn C
60
61. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
DEPOSITO SYARIAH
LANDASAN HUKUM:
Fatwa DSN – MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000,
Tanggal 1 April 2000.
DEPOSITO
SYARIAH
DEPOSITO DEPOSITO
MUDHARABAH MUDHARABAH
MUTLAQAH MUQAYYADAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul
Maal Maal
Mudharib boleh melakukan berbagai macam Mudharib hanya boleh melakukan usaha yang
usaha, asal tidak melanggar prinsip syariah dipersyaratkan oleh nasabah
Dana deposito harus dinyatakan jelas, tunai Dana deposito harus dinyatakan jelas, tunai
bukan piutang bukan piutang
Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Pembagian keuntungan dinyatakan dalam
Nisbah Nisbah
Tidak diperkenankan mengurangi nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
61
62. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
DEPOSITO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA DEPOSITO MUDHARABAH MUTHLAQAH
3 Pooling Fund 4 Penyaluran pembiayaan
1 Akad Mudharabah
Nasabah Pembyn A
2 Setoran Deposito
7 Pencairan Deposito
Nasabah Pembyn B
Nasabah pemilik dana Bank Syariah
Deposito Mudharabah
Muthlaqah
Distribusi Bagihasil sesuai
6 Pendapatan yang
nisbah yang disepakati 5 akan dibagikan
Nasabah Pembyn C
62
63. PRODUK PENGHIMPUNAN DANA:
DEPOSITO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA DEPOSITO MUDHARABAH MUQAYYADAH
3 Penyaluran
pembiayaan sesuai
dengan persyaratan
nasabah deposan
Akad Mudharabah
1
Muqayyadah
Nasabah Pembyn A
2 Setoran Deposito
6 Pencairan Deposito
Nasabah Pembyn B
Nasabah pemilik dana Bank Syariah
Deposito Mudharabah
Muqayyadah
Distribusi Bagihasil sesuai
5 Pendapatan yang
nisbah yang disepakati 4 akan dibagikan
Nasabah Pembyn C
63
65. PEMBIAYAAN MURABAHAH
DEFINISI
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba.
(Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000)
LANDASAN HUKUM
a. No. 04/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000, tentang Murabahah;
b. No. 13/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Uang Muka Dalam
Murabahah;
c. No. 16/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Diskon dalam Murabahah;
d. No. 17/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Sanksi atas Nasabah Mampu
yang Menunda-nunda Pembayaran;
e. No.43/DSN-MUI/VIII/2004, Tanggal 11 Agustus 2004, tentang Ganti Rugi (Ta’widh).
65
66. POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH
FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
1. PELAKU BANK membeli barang yang diperlukan NASABAH atas nama BANK sendiri dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba (Ps 1: 4)
BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6)
2. OBJEK Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam (Ps 1: 2)
3. HARGA HARGA BELI
… Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan (Ps 1: 6)
HARGA JUAL
BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6)
Fatwa DSN No.16/IX/2000:
Harga dalam jualbeli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan
ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan
(Ps.1:1)
66
67. POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH
FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 (Lanjutan...)
4. AKAD Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, akad jual
beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
(Ps. 1:9)
Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerimanya (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang disepakati, karena
secara hukum perjanjian tersebut mengikat: kemudian kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli (Ps 2: 2,3)
5. UANG MUKA Dalam jualbeli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka
saat menadatangani kesepakatan awal pemesanan (Ps. 2 : 4)
6. JAMINAN Jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya
(Ps.3:1)
7. DISCOUNT Jika dalam jualbeli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga
sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu diskon adalah hak nasabah
Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad. (Ps 1:3-4, Fatwa
No. 16/2000)
67
68. POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH
FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 (Lanjutan...)
8. PELUNASAN DINI Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati,
LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut,
dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada kebijakan
dan pertimbangan LKS (Ps.1:1-2, Fatwa No.23/2002)
9. DENDA / SANKSI Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh
dikenakan sanksi.
Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih
disiplin dalam melaksanakan kewajibannya
Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas
dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani
Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana sosial
(Ps.1:3-6, Fatwa No.17/2000)
6. TA’WIDH (Fatwa No.43/2004)
• Sengaja atau lalai menyimpang dari akad dan menimbulkan kerugian
• Kerugian riil adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
penagihan hak yang seharusnya diterima
• Real Lost not Opportunity Lost
• Besarnya gantirugi tidak boleh dicantumkan dalam akad
68
70. SKEMA MURABAHAH
UNTUK PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR
1 Negosiasi butuh beli mobil )
(nasabah
dan Persyaratan
Wa’ad beli
2
Penandatanganan akad jual beli
6
Bayar angsuran atau tempo
9
Bank Syariah Nasabah
NASABAH
Bank Syariah mewakilkan
3 ke Nasabah untuk beli mobil ke
Dealer
7 Nasabah sebagai
Bank Syariah wakil
mewakilkan ke Dealer 4 Bank Syariah , beli
Bank Syariah 5 untuk serahkan mobil ke mobil ke Dealer
bayar pembelian Nasabah
mobil
8 Mobil dikirim
langsung oleh
dealer atau
Bank Syariah
DEALER Akad Murabahah
70
71. SKEMA MURABAHAH
UNTUK PEMBIAYAAN RUMAH
Akad Murabahah
1. Permohonan dan pemenuhan persyaratan
2. Wa’ad beli
4. Akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah Nasabah
Developer
71
72. SKEMA MURABAHAH
UNTUK PEMBIAYAAN MULTIGUNA
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (mis : pembelian komputer)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah
Nasabah
5. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan komputer
kepada Nasabah.
Supplier
72
73. SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH
UNTUK PEMBIAYAAN MULTIGUNA
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan
(mis : pembelian komputer)
2. Wa’ad beli
3. Bank Syariah mewakilkan ke Nasabah untuk melakukan
transaksi dengan supplier
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
Nasabah
Bank Syariah
6. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan komputer ke
Nasabah.
Supplier
KETERANGAN:
Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
73
74. SKEMA MURABAHAH
UNTUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan
(Misal pembelian barang dagangan untuk stock penjualan)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah
Nasabah
Supplier
74
75. SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH
UNTUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal
Pembelian barang dagangan untuk stock penjualan)
2. Wa’ad beli
3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk melakukan
transaksi dengan supplier
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah Nasabah
6. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan barang
kepada Nasabah.
Supplier
KETERANGAN:
Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
75
76. SKEMA MURABAHAH
UNTUK PEMBIAYAAN INVESTASI
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah
butuh sarana penunjang usaha berupa f ork lif t)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah Nasabah
5. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan f ork lif t ke
Nasabah.
Supplier
76
77. SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH
UNTUK PEMBIAYAAN INVESTASI
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah
butuh sarana penunjang usaha berupa f ork lift)
2. Wa’ad beli
3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk
melakukan transaksi dengan supplier
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
Nasabah
Bank Syariah
Supplier
KETERANGAN:
Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
77
78. PEMBIAYAAN ISTISHNA’
Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
(Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)
78
79. POKOK-POKOK ATURAN ISTISHNA
1. PELAKU Jika LKS melakukan transaksi Istishna untuk memenuhi kewajibannya kepada
NASABAH ia dapat melakukan istishna lagi dengan PIHAK LAIN pada objek
yang sama, dengan syarat istishna pertama tidak bergantung (mu’allaq) pada
istishna kedua (Ps 1;1, Fatwa No. 22/2002)
2. OBJEK Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
Penyerahan dilakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
Pembeli (mustashni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
(Ps.2:1-5, fatwa No.06/2000)
3. HARGA LKS selaku mustashni tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during
construction) dari nasabah (shani) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip
syariah (Ps.1:2, Fatwa No.22/2002)
4. PEMBATALAN Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki
PESANAN dua pilihan :
a. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya.
b. Menunggu sampai barang tersedia.
(Fatwa No..05/2000, Ps. 4:5)
79
80. MEKANISME PEMBIAYAAN ISTISHNA
Akad Istishna’ 1
Negosiasi dan Persyaratan
1 (nasabah butuh renovasi rumah
yang dikerjakan oleh kontraktor)
Penandatanganan Akad Istishna’
2
Bayar secara cicilan (taqsith) atau
tangguh (muajjal)
8
BankSyariah Form Wakalah ke Nasabah untuk NASABAH
negosiasi dengan kontraktor
3
6 4 Nasabah sebagai
Bayar secara Form Wakalah ke Kontraktor
termin 5 wakil Bank Syariah
,
untuk serahkan rumahyang renovasi rumah ke
telah direnovasi ke Nasabah Kontraktor
7
Penyerahan rumah yang
telah direnovasi oleh
Kontraktor atau Bank Syariah
Akad Istishna’ 2
KONTRAKTOR
80
81. APLIKASI PERBANKAN:
JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
KPR SYARIAH
SIAP BANGUN
PEMBIAYAAN
RENOVASI PROJECT
RUMAH FINANCING
ISTISHNA
PEMBIAYAAN
MODAL KERJA
PEMBIAYAAN
INVESTASI
81
82. PEMBIAYAAN IJARAH
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
(Fatwa DSN – MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000)
82
83. POKOK-POKOK ATURAN IJARAH
FATWA DSN – MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000
1. PELAKU Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) terdiri atas pemberi sewa (lessor,
pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari
penggunaan aset, nasabah)
2. OBJEK Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset (Ps 1:
2)
3. HARGA Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual
beli dapat pula dijadikan sewa dalam Ijarah (Ps 2: 8)
Ketentuan (flexibility) dalam menetukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran,
waktu tempat dan jarak (Ps. 2:9)
4. AKAD Sighat Ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan
cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan penerimaan yang diyatakan oleh
penyewa (nasabah) (Ps:1:5)
5. PEMELIHARAAN Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa :
ASET b. Menanggung biaya pemeliharaan asset
Kewajiban nasabah sebagai penyewa :
a. Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan asset
yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan
83
84. PEMBIAYAAN MULTIJASA IJARAH
FATWA DSN NO.44/DSN/MUI
• Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan
menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
• Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus
mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.
• Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus
mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah.
• Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat
memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.
• Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan
dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
84
85. MEKANISME PEMBIAYAAN IJARAH
Negosiasi dan Persyaratan
1 (nasabah butuh alat-alat berat)
Akad Ijarah
2
Bayar angsuran sewa
8
Akad Ijarah 2
Bank Syariah NASABAH
Wakalah ke Nasabah untuk cari
3 penyewaan alat2 berat
Barang diserahkan
5
Transaksi 4 7 langsung oleh
pemilik atau melalui
Wakalah ke Pemilik Pembayaran Nasabah sebagai Bank Syariah
barang untuk serahkan 6 wakil Bank
barang sewa ke Nasabah Syariah,
melakukan
transaksi sewa
Akad Ijarah 1
PEMILIK OBJEK
SEWA
85
86. APLIKASI PERBANKAN:
JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
PEMBIAYAAN
MULTIJASA
PEMBIAYAAN -Biaya pendidikan
MULTIGUNA MANFAAT - Kesehatan
BARANG - Wisata, dll
IJARAH
PEMBIAYAAN KOMBINASI AKAD
MODAL KERJA -SHARIA CARD
86
87. PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIA BIT TAMLIK (IMBT)
Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) adalah perjanjian
sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan
hak milik atau benda yang disewa, kepada penyewa
setelah selesai masa sewa.
(Fatwa DSN – MUI No. 27/DSN-MUI/III/2000).
87
88. POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN IMBT FATWA
DSN – MUI No. 27/DSN-MUI/III/2000
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (fatwa
No.09/2000) berlaku pula dalam akad IMBT
(Ps. 1:1)
AKAD Pihak yang melakukan IMBT harus melaksanakan akad Ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan baik dengan
jualbeli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa
Ijarah selesai
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah
adalah waad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin
dilaksanakan maka harus ada pemindahan kepemilikan yang
dilakukan setelah masa Ijarah selesai (Ps. 2: 1-2)
88
89. POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN IMBT FATWA
DSN – MUI No. 56/DSN-MUI
Review Ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah
apabila memenuhi syarat-syarat sbb:
Terjadi perubahan periode akad Ijarah;
Ada indikasi sangat kuat bahwa bila tidak dilakukan review, maka akan timbul
kerugian bagi salah satu pihak;
Disepakati oleh kedua belah pihak.
Review atas besaran ujrah setelah periode tertentu :
Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah tidak boleh dinaikkan;
Besaran ujrah boleh ditinjau ulang untuk periode berikutnya dengan cara
yang diketahui dengan jelas (formula tertentu) oleh kedua belah pihak;
Peninjauan kembali besaran ujrah setelah jangka waktu tertentu harus
disepakati kedua pihak sebelumnya dan disebutkan dalam akad.
Dalam keadaan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk periode akad
pertama harus dijelaskan jumlahnya. Untuk periode akad berikutnya boleh
berdasarkan rumusan yang jelas dengan ketentuan tidak menimbulkan
perselisihan.
89
90. MEKANISME PEMBIAYAAN IMBT
Akad Hibah
1 Negosiasi dan persyaratan
(nasabah butuh beli rumah)
Wa’ad IMBT
2
Penandatanganan akad
4
Bayar sewa bulanan
7
hibah rumah
(pada akhir masa sewa)
8
BankSyariah
NASABAH Akad Ijarah
5
5 wakalah ke developer
Untuk serahkan rumah ke nasabah
Beli dan bayar ke developer 3 6 Obyek sewa (rumah)
untuk disewa oleh nasabah Diserahkan oleh
Developer atau Bank Syariah
DEVELOPER
90
92. PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua piak
dimana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak kedua (‘amil, mudharib,
nasabah) bertindak selaku pengelola, dana keuntungan usaha
bagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak.
(Fatwa DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000).
92
93. POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
FATWA DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
1. PELAKU DAN MODAL LKS sebagai shahibul maal membiayai 100% kebutuhan suatu
proyek, sedangkan pengusaha bertindak sebagai mudharib atau
pengelola usaha (Ps.1:1)
Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai (Ps.2:3b)
Modal tdk dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada
Mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, (Ps.2:3c)
2. NISBAH Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui
dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam
bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.
Perurubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. (Ps.2:4b)
3. KEUNTUNGAN Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya satu pihak saja (Ps.2:4a)
4. KERUGIAN Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, kecuali diakibatkan kesalahan disengaja, kelalaian atau
pelanggaran. (Ps.2:4c)
5. JAMINAN Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,
namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan LKS dapat
meminta jaminan dari mudharib atau pihak ke3. Jaminan hanya dapat
dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap
hal-hal yang telah dispekati bersama (Ps.1: 7)
93
94. POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH
FATWA DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
6. MANAJEMEN …LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan d an pengawasan (Ps 1:4)
7. JANGKA WAKTU Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu (Ps 3:1)
94
95. MEKANISME PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Negosiasi dan Persyaratan
2 (nasabah butuh modal kerja
75 unit mobil) Kontrak Penyewaan Mobil
Akad Mudharabah
3
1
Nasabah bayar sewa
Bank Syariah Menyerahkan Perusahaan ABC
modal Mengelola
4 5
Nisbah
Nisbah 7 9 8
Usaha Nasabah
Bank Pendistribusan
Pengembalian
Pokok Modal & Keuntungan
6
Tingkat
Keuntungan
Modal
95
96. APLIKASI PERBANKAN:
JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
VARIASI MUDHARABAH:
-LINE FACILITY
- 2 STEP FINANCING
-JOINT FINANCING
-Dll
MUDHARABAH
PEMBIAYAAN
MODAL KERJA
96
97. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
(Fatwa DSN – MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000).
97
98. POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
FATWA DSN – MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000
1. PELAKU DAN MODAL Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil. (Ps.2b)
2. NISBAH Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar
seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi seorang mitra (Ps.3c.3)
3. KEUNTUNGAN Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya satu pihak saja (Ps2:4a)
4. KERUGIAN Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal (Ps3d)
5. JAMINAN Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,
namun menghindari terjadinya penyimpangan LKS dapat meminta
jaminan (Ps 3:a3)
6. MANAJEMEN Setiap mitra memiliki hak untuk mengelola asset musyarakah dalam
proses bisnis normal (ps.2c)
98
100. PRODUK JASA PERBANKAN SYARIAH
AKAD PRODUK
WAKALAH Kliring, Inkaso, Transfer
SHARF Transaksi Valas
KAFALAH Bank Garansi
HIWALAH Anjak Piutang
IJARAH & WADIAH Safe Deposit Box
QARDH & IJARAH (RAHN)
Gadai
100
101. PRODUK JASA PERBANKAN SYARIAH:
KAFALAH – BANK GARANSI
SKEMA KAFALAH (BANK GARANSI)
2. Negosiasi dan Persyaratan
3 . Akad Kaf alah
5. Ujrah dan jaminan
Bank Syariah Nasabah
Pemilik Proyek
101
102. PRODUK JASA PERBANKAN SYARIAH:
SAFE DEPOSIT BOX
SKEMA IJARAH/WADIAH (SAFE DEPOSIT BOX)
1. Negosiasi dan Persyaratan
(Nasabah butuh Safe Deposit Box)
2 . Akad Ijarah
4. Bayar sewa Safe Deposit Box
Bank Syariah Nasabah
3. Bank serahkan Safe Deposit Box
ke nasabah untuk disewa
102
103. PRODUK JASA PERBANKAN SYARIAH:
GADAI SYARIAH
SKEMA QARDH DAN IJARAH (RAHN)
1. Negosiasi dan Persyaratan.
2. Pelaksanaan Akad Qard dan Ijarah
3 . Nasabah serahkan barang berupa emas (marhun)
4. Bank memberikan pinjaman dana
5. Nasabah bayar sewa penyimpanan barang (ujrah)
6. Setelah jatuh tempo, Nasabah mengembalikan dana pinjaman
7. Bank mengembalikan marhun kepada nasabah
Bank Syariah Nasabah
103
105. Konsep & Sistem Perbankan
Konsep & Sistem Perbankan
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat lain yang memerlukan
Proses
Penghimpunan Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Proses
Pengguna Dana
Penyaluran Dana
106. Konsep & Sistem
Konsep & Sistem
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Proses Proses
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Pengguna Dana
Penetapan Imbalan Penetapan Beban
107. Konsep & Sistem
Konsep & Sistem
Perbankan Syariah
Perbankan Syariah
BAGI HASIL
Proses Proses
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Pengguna Dana
BAGI HASIL
Konsep Penyaluran Dana :
Konsep Penghimpunan Dana : 1. Bagi Hasil (Mudharabah &
1. Al Wadiah Musyarakah)
2. Mudharabah 2. Jual Beli (Murabahah, Istishna &
Salam)
3. Ujroh (Ijarah & Ijarah Muntahiah
Bitamlik)
108. alur kerja
Pembayaran bagi hasil Bank Syariah Menerima pendapatan
Tergantung pendapatan / hasil yg
diterima Bagi hasil /
Hanya dana mudharabah Margin
Shahibul maal Mudharib
Shahibul Maal Mudharib
Penyaluran
Penghimpunan dana
dana
Deposan Bank Nasabah
debitur
Membayar bunga tetap Menerima bunga tetap
Tidak ada pengaruh pendapatan yang diterima
BANK KONVENSIONAL
109. Struktur Organisasi
Annual Shareholders
Meeting
Sharia Board of
Supervisory Board Commissioners
President Director
Internal Audit Group Assistant Director
Compliance & Business
Corporate Support Director Director
Direktur Muda
Financing
Compliance Staff
Corporate Support Financing Business Administration Business
Group Group Units Group Development Group
110. Contoh Bagan Organisasi Bank Umum
Syariah
RUPS / Rapat
Anggota
Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah
Dewan Audit Dewan Direksi
Divisi / Urusan Divisi / Urusan Divisi / Urusan Divisi / Urusan
Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang
111. Struktur Organisasi BPRS
Rapat Umum
Pemegang Saham
Dewan Dewan Pengawas
Komisaris Syariah
Dewan Direksi
Internal
Audit
Bidang Bagian Bidang
Marketing Umum Operasional
Financing Customer Service
Sekretariat
Funding Teller
Kerumahtangga
an
Accounting
(Pembukuan)
Administrasi
112. Job Description
• Tugas dan Kewajiban
– Dewan Pengawas Syariah
– Dewan Komisari
– Dewan Direksi
– Bagian Pemasaran
– Bagian Operasional
– Internal Audit
114. Konsep & Sistem Perbankan
Konsep & Sistem Perbankan
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan
Proses
Penghimpunan Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Proses
Pengguna Dana
Penyaluran Dana
115. Konsep & Sistem
Konsep & Sistem
Bank Konvensional
Bank Konvensional
Proses Proses
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Pengguna Dana
Penetapan Imbalan Penetapan Beban
116. Konsep & Sistem
Konsep & Sistem
Perbankan Syariah
Perbankan Syariah
BAGI HASIL/Profit Margin/Pndpt
Sewa
Proses Proses
Penghimpunan Dana Penyaluran Dana
Masyarakat Masyarakat
Pemilik Dana Pengguna Dana
BAGI HASIL/Bonus
Konsep Penyaluran Dana :
Konsep Penghimpunan Dana : 1. Bagi Hasil (Mudharabah &
1. Al Wadiah Musyarakah)
2. Mudharabah 2. Jual Beli (Murabahah, Istishna &
Salam)
3. Ujroh (Ijarah & Ijarah Muntahiah
Bitamlik)
117. Alur Operasional Bank Syariah Mudharib
Tabel
Bagi
hasi
Penghimpunan dana Penyaluran dana Pendapatan
l
POOLING DANA
Wadiah yad dhamanah Prinsip bagi hasil Bagi hasil/laba
Mudharabah Mutlaqah Prinsip Ujroh Sewa
(Investasi Tdk Terikat)
Lainnya (modal dsb) Prinsip jual beli Margin
Tabel
Laporan Laba Rugi
Pendapatan Mdh Mutlaqah
(Investasi Tidak Terikat)
Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat
Pendapatan berbasis
imbalan (fee base income)
Jasa keuangan: wakalah, kafalah, sharf
118. SISTEM DAN PERHITUNGAN BAGI HASIL
• Dari sudut pandang Nasabah sebagai Investor
– Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
(Chanelling)
– Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
(Executing)
– Mudharabah Mutlaqah
• Dari sudut Pandangan Bank
– Perhitungan Saldo Akhir Bulan
– Perhitungan Saldo Rata-rata Harian
119. SKEMA-SKEMA MUDHARABAH
Skema Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet (Channelling)
Satu Nasabah Satu Pelaksana
Investor Usaha
Bank Syari’ah
Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar
sektor
Pertanian
Satu Nasabah
Bank Syari’ah
Investor Manufaktur
Jasa
Skema Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (executing) berdasar
akad yg digunakan
Penjualan Cicilan
Satu Nasabah
Bank Syari’ah
Investor Penyewaan Cicilan
Kerjasama Usaha
120. SKEMA-SKEMA MUDHARABAH
Skema Mudharabah Mutlaqah On Balance Sheet
Penjualan 1
Nasabah 1 Penjualan 2
Jual
Nasabah 2 .
Penjualan n
Nasabah 3
Bank
Penyewaan 1
. Syari’ah
Sewa Penyewaan 2
.
.
Nasabah n Penyewaan n
Kerjasama 1
Kerjasama
Kerjasama 2
Usaha
.
Kerjasama n
121. KASUS MENGHITUNG BUNGA
KASUS:
Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito
sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat
bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh
tempo?
JAWAB
Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah:
Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438
122. KASUS BAGI HASIL DEPOSITO
Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu
bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil antara nasabah dan
bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu
bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp. 20.000.000 dan total deposito jangka waktu
satu bulan adanya Rp. 950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak
Ahmad?
JAWAB
Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah:
Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438
JAWAB
Bagi hasil yang diperoleh bapak Ahmad adalah:
(Rp. 10 juta/Rp. 950 juta) x Rp. 20 juta x 57% = Rp. 120.000
124. TABEL DISTRIBUSI PENDAPATAN (BAGI HASIL)
Rata-rata Saldo Rata- Distribusi
Jenis Sebulan rata
Saldo Tertimbang* Penyimpan Dana Bank
Produk Bobot* Distri-busi
Harian )
*)
Porsi Pendapatan Porsi Pendapatan
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(A) (B) (A)x(B) = (C) (D) (E) (F)=(D)x(E) (G) (H)=(D)x(G)
Rekening 10000000 0,700 7000000 D1 0,250 F1 0,750 H1
Giro
Rek. 60000000 1,000 60000000 D2 0,550 F2 0,450 H2
Tabungan
Deposito 10000000 0,800 8000000 D3 0,570 F3 0,430 H3
Mudharab
ah
1 bulan
3 bulan 20000000 0,850 17000000 D4 0,600 F4 0,400 H4
6 bulan 5000000 0,900 4500000 D5 0,580 F5 0,420 H5
12 bulan 10000000 1,000 10000000 D6 0,570 F6 0,430 H6
Grand 115000000 (B) 106500000 (D) (F) (H)
Total 20000000
Keterangan : D1=C1/Grand Total C x Grand Total D, dst
*) Bobot = 1 – (GWM + Excess Reserve + Floating)
125. MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN
• Saldo rata-rata harian untuk jenis produk funding di
bank syari’ah ditentukan sebagai berikut:
1. Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh
dari penempatan dana akan dibagi-hasilkan. Misalnya
setiap buLan ditentukan pada tanggal 25 bulan ybs, maka
pendapatan yang akan dibagihasilkan kepada penyimpan
dana adalah pendapatan yang diperoleh sejak tanggal 26
bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 25 pada bulan di
mana pendapatan tersebut dibagi hasilkan
2. Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai
dengan hitungan kalender. Oleh karena itu, saldo rata-rata
harian per bulan dihitung sejak tanggal 26 sampai dengan
tanggal 25 bulan berikutnya.
126. MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN
• Contoh kasus :
– Tuan Amir adalah nasabah Bank Syari’ah at-
Taqwa, berupa tabungan Mudharabah. Catatan
kartu tabungannya menunjukkan transaksi sebagai
berikut:
Tanggal Debet Kredit Saldo
26/6/02 575.000 575.000
02/7/02 125.000 450.000
10/7/02 250.000 700.000
15/7/02 100.000 600.000
21/7/02 400.000 1.000.000
127. MENGHITUNG SALDO RATA-RATA HARIAN
• Hitungan saldo rata-rata harian per bulan pada tanggal 25
Juli 2002, sebagai berikut:
1. Tgl. 26/6/02 s/d tgl. 1/7/02 = 6 hari x 575.000 = 3450000
2. Tgl. 02/7/02 s/d tgl. 9/7/02 = 8 hari x 450.000 = 3600000
3. Tgl. 10/7/02 s/d tgl. 14/7/02 = 5 hari x 700.000 = 3500000
4. Tgl. 15/7/02 s/d tgl. 20/7/02 = 6 hari x 600.000 = 3600000
5. Tgl. 21/7/02 s/d tgl. 25/7/02 = 5 hari x 1.000.000= 5000000
Jumlah = 30 hari = 19150000
Saldo rata-rata harian = 19.150.000/30 = 638.333
•Cara perhitungan di atas, juga digunakan untuk menghitung jenis simpanan yang lain.
•Jika terjadi penutupan rekening, maka saldo rata-rata yang dihitung adalah sejak
tanggal 26 sampai tanggal penutupan rekening tersebut, kemudian dihitung berapa
bagi hasilnya
128. PERHITUNGAN BAGI HASIL POLA BARU
Penetapan
Pendapatan yang Perhitungan Hasil
akan dibagihasikan: Investasi untuk
Jenis dan Jumlah setiap rupiah 1000 Distribusi ke tiap
dana nasabah nasabah
Kelebihan cara ini:
Penyertaan dana shohibul maal dalam investasi dikoreksi dengan GWM
Bobot dihilangkan/diseragamkan = 1
Cara perhitungan relatif lebih mudah
Mempermudah perencanaan
Penggunaan ekuivalent rate hasil investasi per-Rp. 1000 dana nasabah
129. CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Apabila bank syari’ah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga
(DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan pada
pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro Wajib
Minumum sebesar 5%). Pembiayaan yang harus disalurkan ke
masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. Dari pembiayaan Rp.
100.000.000 diperoleh pendapatan dari penyaluran pembiayaan
sebesar Rp. 6.000.000. Nisbah bagi hasil 65% (nasabah): 35%
(bank). Saldo rata-rata harian dana nasabah (Pak Amir) sebesar
Rp. 1.000.000. (1) Berapa pendapatan bagi setiap Rp. 1000 dana
nasabah? (2) Berapa pendapatan bagi hasil pak Amir?
130. CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Dana Pihak Ketiga (DPK Mudharabah) A 90,000,000.00
DPK yang disalurkan untuk Pembiayaan B 85,500,000.00
(= DPK x (1 - GWM) --> GWM = 5%)
Pembiayaan Yang Disalurkan C 100,000,000.00
Dana Bank 14,500,000.00
Pendapatan dari Penyaluran Pembiayaan D 6,000,000.00
Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK E 57.00
E= B/C * D * 1/A * 1000
131. CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000 E 57.00
DPK Mudharabah
Saldo rata-rata Harian Nasabah F 1,000,000.00
Nisbah Bagi Hasil G 65
Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini H 37,050.00
H= E/1000 * F * G/100
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan
dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00
132. PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL
Nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan profit sharing dari usaha pengadaan
kacang kedelai yang dibiayai dengan fasilitas Mudharabah Muqayyadah
sebesar Rp. 125.000.000, dengan data sebagai berikut:
Harga Jual Kacang Kedelai = Rp. 2.150/kg
Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a
Volume Penjualan Kedelai per bulan = 65.000 kg
Nilai Penjualan (65.000 x Rp. 2.150) = Rp.
139.750.000
Harga Pokok Pembelian = Rp. 125.000.000
PENDAPATAN penjualan kedelai = Rp. 14.750.000
Berapa Nisbah bagi hasilnya?