1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
makalah Hutan Mangrove
1. BAB II
ISI
A.) Pengertian
Hutan mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu
tergenang air. Menurut Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang
tumbuh diantara garis pasang surut. Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas
pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Soerianegara (1990) bahwa hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang
dicirikan oleh:
1) tidak terpengaruh iklim;
2) dipengaruhi pasang surut;
3) tanah tergenang air laut;
4) tanah rendah pantai;
5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk;
Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan
pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak
pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai
dapat terdapat disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut.
Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-
batu.
Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu
tergenang air tawar. Oleh karena itu, hutan rawa terdapat di daerah yang landai,
biasanya terletak di belakang hutan payau. Hutan mangrove yang tumbuh di atas
rawa-rawa atau berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir
pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat
dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti
istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan
2. yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon
bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain
yang hidup di dalamnya. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena
adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas
tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air
laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini,
dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi
dan evolusi.
Diperkirakan terdapat sekitar 89 species mangrove yaang tumbuh di dunia, yang
terdiri atas 31 genera dan 22 famili. Tumbuhan mangrove tersebut pada
umumnya hidup di hutan pantai Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 species dan
hanya sekitar 11 species yang hidup di daeraah Karibbia. Di Indonesia terdapat
sekitar 38 species yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua (Soegiarto dan Pollunin, 1982)
Hutan mangrove terdiri atas berbagai jenis vegetasi. Beberapa jenis yang dikenal
antara lain Tanjang Wedok (Rhizophora apiculata BL) atau bakau putih, Tanjang
Lanang (R. mucronata LMK) atau bakau hitam, dan bakau (R. stylosa Griff).
Sebenarnya, istilah tanjang adalah sebutan khusus untuk Bruguiera yang
digolongkan kedalam famili yang sama dengan Rhizophoraceae. Namun telah
terjadi salah pengertian dalam masyarakat, terutama masyarakat pesisir, yakni
tercampur dengan istilah daerah, sehingga pengertiannya menjadi rancu untuk
seterusnya. Famili Rhizophoraceae terdiri atas banyak jenis, antara lain B.
gymnorrhiza (L.) LMK, B. parviflora (L.) LMK, B. cylindrika (L.) LMK.
Beberapa jenis yang masih satu famili, khususnya jenis Rhizophora spp.,
berbeda dalam hal ciri-ciri pertumbuhan akar. R. mucronata dan R. apiculata
tumbuh tegak dan menjangkar bagai busur panah, sedang R. stylosa tumbuh
memanjang, rebah, dan sedikit menjangkar. Buah R. apiculata agak pendek dan
lurus namun jika tidak benar-benar teliti akan terkecoh dengan jenis R. stylosa
yang juga berbentuk hampir sama dengan R. mucronata, hanya buah R. stylosa
kurus dan kecil.
Ciri-ciri hutan mangrove, yaitu :
memiliki jenis pohon yang relatif sedikit memiliki akar tidak beraturan
(pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau
Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada
Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.
3. memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di
pohonnya, khususnya pada Rhizophora memiliki banyak lentisel pada bagian
kulit pohon. Sedangkan ciri tempat hidup hutan mangrove , yaitu :
·tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya
tergenang pada saat pasang pertama
·tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat
·airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
banyak juga penyebab Kerusakan Hutan Mangrove yang terjadi sekarang ini
contohnya adalah
1. Pemanfaatan yang tidak terkontrol, karena ketergantungan masyarakat yang
menempati wilayah pesisir sangat tinggi.
2. Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan (perkebunan, tambak,
pemukiman, kawasan industri, wisata dll.) tanpa mempertimbangkan kelestarian
dan fungsinya terhadap lingkungan sekitar.
Dan mengakibatkan timbulnya kerusakan hutan mangrove salah satunya adalah
Instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut kearah daratan
sampai mengakibatkan air tawar sumur/sungai menurun mutunya, bahkan
menjadi payau atau asin (Harianto, 1999). Dampak instrusi air laut ini sangat
penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan
keracunan bila diminum dan dapat merusak akar tanaman. Instrusi air laut telah
terjadi dihampir sebagian besar wilayah pantai Bengkulu. Dibeberapa tempat
bahkan mencapai lebih dari 1 km. selain instrusi laut ada juga akibat lainnya
seperti;
1. Turunnya kemampuan ekosistem mendegradasi sampah organic, minyak
bumi an lain-lain.
2. Penurunan keanekaragaman hayati di wilayah pesisir
3. Peningkatan abrasi pantai
4. Turunnya sumber makanan, tempat pemijah dan bertelur biota laut.
Akibatnya produksi tangkapan ikan menurun.
5. Turunnya kemampuan ekosistem dalam menahan tiupan angin,
gelombang air laut dan lain-lain.
6. Peningkatan pencemaran pantai.
4. B.) Manfaat Hutan Mangrove
Fungsi ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik (menjaga garis pantai
agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi, intrusi air laut,
mempercepat perluasan lahan, dan mengolah bahan limbah), fungsi biologis
(tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat
bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi
ekonomi (sumber bahan baker, pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan
bangunan dll. (Naamin, 1990), makanan, obat-obatan & minuman, gula alcohol,
asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi kertas & tannin
dll. Menurut Wada (1999) bahwa 80% dari ikan komersial yang tertangkap di
perairan lepas/dan pantai ternyata mempunyai hubungan erat dengan rantai
makanan yang terdapat dalam ekosistem mangrove. Hal ini membuktikan bahwa
kawasan mangrove telah menjadi kawasan tempat breeding & nurturing bagi
ikan-ikan dan beberapa biota laut lainnya. Hutan mangrove juga berfungsi
sebagai habitat satwa liar, penahan angina laut, penahan sediment yang
terangkut dari bagian hulu dan sumber nutrisi biota laut.
Kusmana (1996) menyatakan bahwa hutan mangrove berfungsi sebagai:
1) penghalang terhadap erosi pantai dan gempuran ombak yang kuat;
2) pengolah limbah organic;
3) tempat mencari makan, memijah dan bertelur berbagai biota laut;
4) habitat berbagai jenis margasatwa;
5) penghasil kayu dan non kayu;
6) potensi ekoturisme.
Gosalam et al. (2000) telah mengisolasi bakteri dari ekosistem hutan mangrove
yang mampu mendegradasi residu minyak bumi yaitu Alcaligenes faecalis,
Pseudomonas pycianea, Corynebacterium pseudodiphtheriticum, Rothia sp.,
Bacillus coagulans, Bacillus brevis dan Flavobacterium sp.
Hutan mangrove secara mencolok mengurangi dampak negative tsunami di
pesisir pantai berbagai Negara di Asia (Anonim, 2005a). Ishyanto et al. (2003)
menyatakan bahwa Rhizophora memantulkan, meneruskan dan menyerap
energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang
tsunami ketika menjalar melalui rumpun Rhizophora (bakau). Venkataramani
(2004) menyatakan bahwa hutan mangrove yang lebat berfungsi seperti tembok
alami. Dibuktikan di desa Moawo (Nias) penduduk selamat dari terjangan
tsunami karena daerah ini terdapat hutan mangrove yang lebarnya 200-300 m
dan dengan kerapatan pohon berdiameter > 20 cm sangat lebat. Hutan
mangrove mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air
berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume
air dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air
5. tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem mangrove, Selain
itu juga mangrove memiliki banyak sekali peranan dalam kehidupan masyarakat
yang tidak disadari.
C.) Cara Mengatasi Kerusakan Mangrove
Cara untuk mengatasi permasalahan kerusakan hutan mangrove adalah
dengan melibatkan masyarakat dalam penanaman pohon mangrove dan
melakukan perlindungan serta perawatan yang diusahakan sendiri oleh
masyarakat yang tentunya tetap dalam pengawasan pemerintah. Pengawasan
yang dilakukan pemerintah sendiri bertujuan untuk mengontrol masyarakat
apabila terjadi sesuatu hal yang masyarakat bingungkan serta dapat membantu
dalam urusan pengetahuan tentang mangrove yang dilakuakan oleh petugas
utusan pemerintah untuk memberikan informasi bagi masyarakat.