Vaginoplasti adalah prosedur bedah untuk merekonstruksi dan mengencangkan vagina dengan cara menyingkirkan jaringan berlebih. Prosedur ini dapat meningkatkan kualitas seksual dan kepercayaan diri wanita setelah melahirkan atau karena kondisi medis. Namun, ada risiko komplikasi seperti infeksi, pendarahan, dan nekrosis jaringan. Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan manfaat dan ris
1. Apa itu Vaginoplasti: Gambaran Umum, Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan
Apa itu Vaginoplasti?
Vaginoplasti adalah prosedur bedah untuk mengencangkan, merekonstruksi dan mengembalikan
tampilan asli vagina. Oleh karena itu, prosedur ini juga dikenal dengan istilah operasi pengencangan
vagina, operasi plastik vagina, atau rekonstruksi vagina.
Vaginoplasti dapat dilakukan sebagai prosedur bedah kosmetik elektif dan bedah plastik rekonstruktif,
yang juga dapat dikombinasikan dengan bedah kelamin lainnya seperti labiaplasti dan rekonstruksi
selaput dara.
Sebelum menjalani vaginoplasti, pasien disarankan untuk mendiskusikan resiko dan manfaat dengan
dokter bedah yang akan menanganinya atau konselor untuk memastikan keputusan dibuat dengan
tepat. Kebanyakan dokter juga membantu pasien melihat pilihan non-bedah seperti latihan Kegel
sebelum melakukan vaginoplasti. Sehingga resiko dan kemungkinan komplikasi yang terkait dengan
prosedur dapat dihindari.
Siapa yang Perlu Menjalani Vaginoplasti & Hasil yang Diharapkan
Vaginoplasti bermanfaat bagi wanita yang telah:
Melahirkan
Adanya pertumbuhan ganas atau abses pada vagina
Gangguan turunan yang memengaruhi vagina, uretra atau rektum
Prolaps uterin, atau saat kandung kemih turun ke vagina
Prolaps vagina
Rektum yang menonjol ke vagina
Trauma pada area kelamin yang memengaruhi strukturnya
Prosedur ini juga biasanya dilakukan sebagai bagian dari operasi penggantian kelamin.
Gangguan turunan yang dapat diatasi dengan vaginoplasti, di antaranya:
Hiperplasia adrenal kongenital– Ini adalah salah satu gangguan vagina turunan yang umunnya
membutuhkan vaginoplasti. Disebabkan oleh ketidakadaan hormon kortisol dan aldostron, sehingga
memengaruhi pembentukan kelamin bagian luar. Biasanya dilakukan pada pasien berusia dini, sekitar 1
– 2 tahun.
2. Atresia vagina – Kondisi ini dikarakteristikan dengan cacat atau vagina yang tidak berfungsi.
Agenesis vagina – Kondisi di mana vagina tidak terbentuk dengan sempurna dan tidak memiliki kanal.
Gangguan Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser – Kondisi di mana vagina benar-benar tidak terbentuk.
Agnesis atau aplsasi Mullerian – Kondisi ini terjadi saat saluran Mullerian gagal terbentuk dengan baik.
Wanita yang telah melahirkan merasa bahwa vagina tidak kencang lagi, dapat menjalani prosedur ini.
Otot vagina memang cenderung meregang, mengendur, dan melemah setelah melahirkan. Meskipun
tidak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan seorang wanita, namun dapat menurunkan kualitas
kehidupan seksnya karena vagina gagal merasakan sensasi tertentu. Sehingga, banyak wanita
melakukan vaginoplasti untuk meningkatkan kualitas hubungan seksualnya. Jika karena alasan ini, maka
prosedur dianggap sebagai bedah kosmetik atau elektif yang dikenal dengan peremajaan vagina.
Wanita yang telah melahirkan berkali-kali bisa merasakan manfaat yang lebih besar dari vaginoplasti
dibandingkan yang baru melahirkan satu kali. Prosedur ini juga bermanfaat bagi mereka yang gagal
meningkatkan kekuatan otot setelah melakukan latihan Kegel secara rutin. Setelah menjalani
vaginoplasti, pasien bisa merasakan ototnya yang menguat dan dapat dikontrol, sehingga dapat
meningkatkan sensasi saat berhubungan seksual. Pasien yang telah menjalaninya melaporkan
meningkatnya respon seksual, gesekan yang lebih baik, dan orgasme yang lebih kuat. Terlebih lagi,
prosedur ini dapat meningkatkan penampilan fisik vagina, sehingga wanita yang menjalaninya merasa
lebih percaya diri.
Jika dilakukan sebagai pengobatan kanker, tumor ganas, atau trauma, prosedur ini dilakukan sebagai
tindakan rekonstruktif.
Jika dilakukan untuk mengobati gangguan turunan, misalnya karena vagina tidak terbentuk dengan
sempurna atau untuk tujuan penggantian kelamin, maka dianggap sebagai bedah rekonstruksi vagina.
Cara Kerja Vaginoplasti
Vaginoplasti bekerja dengan menyingkirkan mukosa dan dinding vagina berlebih untuk mengurangi
ukuran otot vagina. Namun, cara yang digunakan berbeda-beda tergantung tujuan dan hasil yang
diinginkan. Maka metode yang digunakan dalam vaginoplasti, antara lain:
Teknik bedah McIndoe – Pada teknik ini, penampilan vagina akan ditingkatkan dengan merekonstruksi
kanal dari kandung kemih ke uretra ke pelvis dan bagian rektum. Biasanya juga melibatkan
pencangkokkan kulit yang diambil dari bagian tubuh lain seperti paha atau bokong.
3. Prosedur Vecchietti – Ini adalah teknik bedah laparoskopi modern yang dapat membentuk vagina yang
lebar dan kedalamannya seperti vagina wanita asli.
Metode Wilson – Teknik ini juga dikenal sebagai inversi penile, dilakukan pada kasus yang
membutuhkan rekonstruksi vagina.
Setelah operasi, pasien akan sulit untuk berjalan dalam beberapa hari pertama. Namun akan mereda
dengan sendirinya. Pasien disarankan menunggu 4 – 6 minggu, sebelum melakukan aktivitas seksualnya
lagi.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Vaginoplasti
Prosedur pengencangan vagina cukup aman, namun ada beberapa komplikasi dan resiko terkait, di
antaranya:
Nekrosis, atau kematian jaringan
Menciutnya vagina
Striktur atau ketika lubang vagina menjadi terlalu sempit, sehingga membutuhkan operasi lain
Dinding vagina posterior
Nyeri pada kelamin
Fistula rektovagina
Prolaps vagina, biasanya terjadi pada mereka yang menjalani vaginoplasti untuk tujuan penggantian
kelamin
Resiko lainnya yang lebih umum dan terkait dengan prosedur bedah apapun, adalah:
Infeksi
Pendarahan
Luka parut
Karena pentingnya bagian kelamin eksternal bagi tiap wanita, pasien diminta menimbang dengan hati-
hati dan memperhatikan efek jangka panjang dari prosedur, seperti dampaknya bagi kelahiran
selanjutnya, juga efek emosional dan psikologis. Oleh karena itu, pasien diminta melakukan konseling
sebelum menjalani prosedur.
4. Rujukan:
Miklos JR, Moore RD. Labiaplasty of the labia minora: patients' indications for pursuing surgery. J Sex
Med. 2008;5(6):1492–5
Goodman MP. Female genital cosmetic and plastic surgery: a review. J Sex Med. 2011;8(6):1813–25