SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
“POLA-POLA KEMITRAAN USAHA”


    A. PENGERTIAN POLA KEMITRAAN USAHA
       Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara
    pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan
    pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan,
    menguntungkan dan memperkuat.
        Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki
    oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra.
        Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan
    produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil
    manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh
    usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan
    usaha kecil.
        Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika kemitraan
    dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep
    sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan.
        Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya pemikiran tentang alasan terjadi
    kemitraan, analisa kemitraan, kendala umum kemitraan, syarat-syarat kemitraan.


1. Alasan terjadi Kemitraan
        Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam
    kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra harus
    sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka
    kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal
    karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka
    beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut:
a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra
b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar
c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
d. Meningkatkan pengembangan produk
e. Memperbaiki proses produksi
f. Memperbaiki kualitas
g. Meningkatkan akses terhadap teknologi


2. Analisis Kemitraan
        Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan
    jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan
    pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah
    kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan
    pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic
    supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak
    dari hal tersebut maka dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut:
a. Kurang transparansi dalam pelaksanaan Kepres 16
b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan
c. Kemitraan tidak berkembang baik
d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan.


3. Kendala umum Kemitraan
        Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh
    karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep
    sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang
    saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan
    kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan
    mengalami beberapa kendala antara lain:
   a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil
   b. Kualitas produksi belum terjamin
   c. Kerja sama kurang berkembang
   d. UB bersifat integrai vertical
   e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK
   f. Belum berkembangnya sistem dan pola kemitraan dan belum berkembangnya unsur
       pendukung
        Pada Negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar, atas
    dasar tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha Menengah
    dan Usaha Kecil dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya.
        Pola dan sistem kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi Good
    Practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru:
a. Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting
   b. Positive restructuring yang meliputi outsourcing, spin offs, management by-outs,
       community renewal dan trade offs.
   c. SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan
       pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor.
   d. Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon
       pemitra
   e. Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi wilayah.
        Latihan manajemen dan keterampilan, magang, studi visit dan alih teknologi adalah salah
    satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi UK. Jadi, agar kesenjangan
    manajemen dan teknologi antara UB dan UK tidak terlalu jauh ketinggalan, maka
    pengembangan SDM harus selalu menjadi agenda kemitraan.


4. Syarat-syarat Kemitraan
        Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar
    atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena
    kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan
    bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh
    tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi.
    Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum yang sama
b. Kesetaraan
c. Saling menghargai
d. Saling memberi kontribusi
e. Ada efek sinergi
f. Saling menguntungkan


B. KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA NASIONAL DAN IMPLEMENTASI
        PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997
1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau
    dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau
    Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
    saling menguntungkan.
2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria
   sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha
   Kecil.
3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria
   kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih atau hasil
   penjualan tahunan Usaha Kecil.
4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan
   mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan
   tanggung jawabnya.
5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-undang
   Nomor 9 Tahun 1995.
        Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan usaha
   kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara efektif
   dikembangkan melalui kemitraan. Bagi pengusaha informal atau yang sangat kecil skala
   usahanya dan belum memiliki dasar kewirausahaan yang memadai, kemitraan dengan usaha
   besar belum tentu efektif karena belum tercipta kondisi saling membutuhkan. Yang terjadi
   adalah usaha kecil membutuhkan usaha besar sedangkan usaha besar tidak merasa
   membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian barangkali perlu dipersiapkan terlebih
   dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi transaksi melalui wadah koperasi atau kelompok
   usaha bersama (prakoperasi) dan pembinaan kewirausahaan.
        Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi,
   usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki
   kedudukan dan posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar,
   saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar
   mitra usahanya.
1. Sudut Pandang Sistem
   Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu:
a. Vertical Backward Linkage
   Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak dalam produksi barang
   akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai pemasok komponen kepada UB.
b. Vertical Forward Linkage
   Usaha Centernya/Besar menghasilkan bahan baku dan memasok untuk diproses selanjutnya
   oleh Usaha Kecil.
c. Horizontal Linkage
   Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan produk yang akan dipasok ke
    trader.


2. Implementasi
    Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena kemitraan usahanya
    terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak yang bermitra itu sendiri, atau
    diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri sehingga kemitraan dapat berlangsung secara
    alamiah. Hal ini dimungkinkan mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti
    Korea Selatan, Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke
    arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi pasar.
    Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil
    diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat negara macan Asia, yaitu Korea
    Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut kemitraan umumnya
    dilakukan melalui pola sub kontrak yang memberikan peran kepada industri kecil dan
    menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen industri besar.
a. Korea selatan
    Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion Corporation bersifat
    semi pemerintah dan bertugas menjadikan UK tangguh dan dapat bermitra dengan UB serta
    melakukan program alih teknologi dan investasi dari UB ke UK.


b. Jepang
    Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang tugasnya memperkuat
    kedudukan UK dan teknologi UK serta menyediakan informasi.
c. Masyarakat ekonomi Eropa(MEE)
   Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE :
1) BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized.
2) BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan UK dalam memakai teknologi dan mengurangi
    gap teknologi dengan UK .
3) ESPRIT, mengembangan teknologi informasi.
d. Taiwan
   Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat Center satelite system UB
    bertindak sebagai center dan UK dan UM sebagai satelite. Untuk menunjang program terseut,
didirikan Corporate Synergy Developtment Center (CSD) yang dibiayai oleh pemerintah dan
    sektor swasta.


C. POLA KEMITRAAN
        Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal
    ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha
    kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang
    mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola
    kemitraan tersebut antara lain:
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu
3. Kerjasama dalam pemilik usaha
4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat
5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura
6. Intiplasma
7. Subkontrak
8. Dagang umum
9. Waralaba
10. Keagenan




1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage)
        Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah
    langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu
    dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang
    saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan
    industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu
    kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang
    penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah
    pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan
    industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan
    kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.
        Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
    konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
    memanfaatkan     peranan   koperasi,   Kamar    Dagang    dan   Industri   Indonesia,   serta
    asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan
    pengembangan bidang usaha industri.


2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage)
        Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir
    hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah
    untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi
    dan kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai
    tambah sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan
    mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang
    saling menguntungkan kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri
    hulu/dasar.
        Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
    konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
    menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
    memanfaatkan     peranan   koperasi,   Kamar    Dagang    dan   Industri   Indonesia,   serta
    asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan
    pengembangan bidang usaha industri.


3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha
        Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan
    antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan
    atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti
    bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan
    pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik
    sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain
    dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan
    usahanya.
        Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang perlu Di
    perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya sebagai berikut :
a. Perjanjian Tertulis
Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha yang
   dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari. Semakin detail
   isi perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang dibangun. Pastikan
   perjanjian ini memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak-pihak yang terkait di atas
   materai.
b. Berdasarkan Asas Manfaat
   Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Jika
   salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika Di ingin
   berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama berapa
   lama, dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja, tanpa
   mengetahui dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan.
c. Berdasarkan Asas Adil
   Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang
   berbuat curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian
   hak dan tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing-masing
   memahami dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang, maka semuanya
   bisa diproses melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa dilanjutkan.
d. Tidak Ada Unsur Paksaan
   Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
   Jika Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak perlu
   memaksakannya. Di bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan.
4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat
       Pada dasarnya pola bapak angkat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau besar
   untuk membantu pihak lain yang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan
   pembinaan.
   Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalah cermin atau wujud rasa
   kepedulian pihak yang besar terhadap yang kecil
   Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN
   dengan usaha mikro dan kecil.


5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura
       Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan berupa
   penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan) sebagai pasangan
   usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu.
6. Pola inti plasma
         Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan Usaha Besar
     sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang menjadi plasmanya
     dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis
     manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
     diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar
     mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan
     mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.
     Pola Kemitraan Inti Plasma
     Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal:
a. Penyediaan dan penyiapan lahan
b. Pemberian saprodi.
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi.
e. Pembiayaan.
f.   Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha.




7. Subkontrak
         Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 bahwa
     pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah
     atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan
     oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga
     dikatakan, subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha
     Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent
     firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian
     pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu,
     dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku,
     bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
         Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini
     kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor)
     tetapi melalui agen atau pedagang.
Pembinaan Kelompok Mitra
    Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal:
1. Merencanakan Usaha.
2. Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan
3. Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional.
4. Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi.
5. Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi.
    Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra
1. Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra.
2. Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak.
3. Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi tepat guna.
4. Melakukan konsultasi dan temu usaha.


8. Pola dagang umum
        Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola
    Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah
    atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil
    produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha
    Menengah atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang umum,
    usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha
    kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau
    usaha besar mitranya.
    Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian hubungan kemitraan
    antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil
    produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra.


9. Waralaba
        Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau pewaralaba
    (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam mengadakan persetujuan jual beli
    hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung
    dengan pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan
    karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan sumber-sumber
    permodalan.
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau kebebasan
adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut
versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah
satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan (HAKI)
atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan
dan atau penjualan barang dan jasa.
    Sedangkan menurut asosiasi franchise indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba
ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik
merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan
bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
    Secara harfiah, waralaba berarti “hak untuk menjalankan usaha/bisnis di daerah yang
telah di tentukan”. Dalam bahasa Prancis waralaba bermakna kejujuran atau kebebasan.
Secara historis, waralaba didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu produk di suatu daerah
tertentu (seperti mesin jahit) dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilan
penjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan
yang menjual produk di daerah yang telah di tentukan.
    Macam waralaba yang umum saat ini adalah “bisnis format waralaba”. Dalam transaksi
semacam ini, pemberi lisensi waralaba telah mengembangkan produk atau jasa dan
keseluruhan sistem distribusi/pengantaran serta pemasaran produk atau jasa tersebut.
Terkadang, jasa pelayanan komponen barang atau jasa juga ditambahkan dalam sistem
tersebut.
    Saat ini, sistem waralaba yang berkembang pesat di negara-negara indrustri maju adalah
waralaba retail maupun waralaba rumah makan siap saji. Begitupun dengan di negara
berkembang seperti Indonesia, waralaba ritail seperti Alfamart, Indomart, Circle K, Yomart,
mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
    Di Indonesia pengaturan tentang waralaba terdapat pada Peraturan Pemerintah R.I No 16
Tahun 1997 yang merumuskan tentang arti :
Waralaba adalah perjanjian dimana salah satu pihak yang diberikan hak untuk memanfaatkan
dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha
yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak
lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Pemberi waralaba (Franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan
hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual
(HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
    Penerima waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak
untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan
atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.
    Pengertian waralaba menurut Asosiasi Franchise Indonesia :
“Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik
merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan
bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”. (wikipedia indonesia)
    Adapun yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam arti waralaba
tersebut di atas adalah meliputi antara lain : Merek, Nama Dagang, Logo, Desain, Hak Cipta,
Rahasia Dagang dan Paten. Selanjutnya, yang dimaksud dengan penemuan atau ciri khas
usaha misalnya : sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus dari pemiliknya.
Istilah-istilah dalam Waralaba
    Penanda/Tanda Waralaba : Esensi bisnis format waralaba adalah merek dagang dari
produk atau jasa tersebut walaupun proses produk atau jasa tersebut juga mungkin telah
memperoleh paten dan hak cipta. Tentunya, penanda waralaba di suatu format bisnis ini
adalah merek dagang produk tersebut. Penanda waralaba juga bernilai sebagai simbol dari
semua ciri bisnis tersebut.


Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement)
    Adalah perjanjian yang mengikat pemberi dan penerima waralaba. Perjanjian ini adalah
perjanjian yang seringkali dikaitkan dengan sejumlah perjanjian tambahan lain, misalnya
perjanjian retail suatu produk, perjanjian untuk memasok komponen, perjanjian iklan dan
sebagainya. Perjanjian harus diadakan secara tertulis, dan di Indonesia di buat dalam bahasa
Indonesia dan terhadapnya berlaku hukum Indonesia.


Pemegang utama lisensi waralaba (Master Franchisee)
    Waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba
memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya
kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. Dalam pola ini
Usaha Besar yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang
    diajukan oleh Usaha Kecil Menengah sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.
        Pemegang utama lisensi waralaba berhak untuk mengoperasikan waralaba tersebut di
    suatu wilayah yang luas cakupannya (misalnya di Indonesia). Umumnya, dimungkinkan
    membuka dan mengoperasikan gerai-gerai waralaba di daerah tersebut sebelum mulai
    menunjuk penerima waralaba lain sebagai sub-kontraktor (sub-franchisees). Di Asia,
    pemegang utama lisensi waralaba ini seringkali datang dari kalangan bisnis domestik yang
    memiliki koneksi politik yang baik dengan penguasa dan berpengalaman dalam menjalankan
    bisnis skala besar dengan dukungan modal yang kuat.


    Jenis Waralaba :
        Waralaba dibagi menjadi dua : Waralaba Luar Negeri dan Waralaba Dalam Negeri.
1. Waralaba Luar Negeri : Cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah
    diterima di seluruh dunia, dan cenderung lebih bergengsi.
2. Waralaba dalam negeri : pilihan investasi bagi orang-orang yang ingin cepat jadi pengusaha
    tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup namun dengan harga yang lebih terjangkau.
        Kunci keberhasilan bisnis waralaba adalah kekuatan merek, sebelum mewaralabakan
    usahanya hendaknya setiap pengusaha mendaftarkan terlebih dahulu merek dagangnya ke
    kantor Merek di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia, maka dengan demikian
    jika kita telah memiliki merek yang terdaftar peluang untuk mewaralabakan usaha kita akan
    lebih terjamin kepastian hukumnya. Selain itu penerima waralaba akan mempercayai sistem
    waralaba yang ditawarkan, karena pemilik waralaba memiliki merek dagang yang terdaftar.


10. Keagenan
        Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana
    kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra.
    Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di dalamnya UKM
    diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan
    merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki
    sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis
    tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
        Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
    perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
    keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan
  pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama
  yang disebut ”nexus of contract”.
      Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan
  timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham
  (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang
  saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi.
      Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka
  sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan
  yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan
  menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam
  hubungan tersebut.
         Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan
  karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan
  informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau
  golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary
  power).
         Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat dipahami dalam
  lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan
  keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu
  mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga
  kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih
  memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga
  menjadi terabaikan.
         Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency
  Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat tiga model
  hubungan agensi yaitu:
1. The Principal-Agent Model.
2. The Transaction Cost Economics Model.
3. The Rochester Model.
         Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya,
  pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan
  oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya
  menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya
efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan
sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan
perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang
mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah agensi; keempat, derivasi
optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan
masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang
dipakai dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi
memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat
mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi
biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang
mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam
interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth
(kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah
ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi
kepentingan “mutualis insklusif“.
DAFTAR PUSTAKA


http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-waralaba/
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/
http://frankyzamzani.files.wordpress.com/2007/06/pp-no-44-th-1997-ttg-kemitraan.pdf

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Manajemen strategi kepemimpinan
Manajemen strategi kepemimpinanManajemen strategi kepemimpinan
Manajemen strategi kepemimpinan
vitalfrans
 
Ppt manajemen penjualan kelompok 5
Ppt manajemen penjualan kelompok 5Ppt manajemen penjualan kelompok 5
Ppt manajemen penjualan kelompok 5
Yuni Firwinda
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
Lambok_siregar
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
audi15Ar
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Yan Thea
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Elita Yuliana
 
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Jiantari Marthen
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaContoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
 
Manajemen strategi kepemimpinan
Manajemen strategi kepemimpinanManajemen strategi kepemimpinan
Manajemen strategi kepemimpinan
 
Proses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemenProses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemen
 
Ppt manajemen penjualan kelompok 5
Ppt manajemen penjualan kelompok 5Ppt manajemen penjualan kelompok 5
Ppt manajemen penjualan kelompok 5
 
Presentasi bisnis model canvas
Presentasi bisnis model canvasPresentasi bisnis model canvas
Presentasi bisnis model canvas
 
Kemitraan usaha
Kemitraan usahaKemitraan usaha
Kemitraan usaha
 
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan DelegasiKekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
Kekuasaan, Kwewnangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
 
Ppt ttm3 kelompok 2 materi tqm
Ppt ttm3 kelompok 2 materi tqmPpt ttm3 kelompok 2 materi tqm
Ppt ttm3 kelompok 2 materi tqm
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
 
Analisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internalAnalisis lingkungan internal
Analisis lingkungan internal
 
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
 
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian SahamSuku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
Suku Bunga, Penilaian Obligasi, dan Penilaian Saham
 
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makroPenawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
Penawaran Agregat dan Teori Ekonomi makro
 
Perencanaan Kapasitas
Perencanaan KapasitasPerencanaan Kapasitas
Perencanaan Kapasitas
 
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaanProposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
Proposal kegiatan pelatihan kewirausahaan
 
Power point manajemen keuangan
Power point manajemen keuanganPower point manajemen keuangan
Power point manajemen keuangan
 
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
 
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (6)

surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 
Adendum perjanjian
Adendum perjanjianAdendum perjanjian
Adendum perjanjian
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 

Ähnlich wie Pola kemitraan

Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 11
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi  11Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi  11
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 11
mohamad amsanudin
 
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1
Irna Indriani
 

Ähnlich wie Pola kemitraan (20)

kemitraan
kemitraankemitraan
kemitraan
 
Pola kemitraan
Pola kemitraan Pola kemitraan
Pola kemitraan
 
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 11
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi  11Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi  11
Mohamad amsanudin,11140583,5v ma,materi 11
 
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
 
Modal Koperasi
Modal KoperasiModal Koperasi
Modal Koperasi
 
Pola kemitraan
Pola kemitraanPola kemitraan
Pola kemitraan
 
prospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebasprospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebas
 
10
1010
10
 
Tugas 11. ppt prospek ukm dalam perdagangan bebas
Tugas 11. ppt prospek ukm dalam perdagangan bebasTugas 11. ppt prospek ukm dalam perdagangan bebas
Tugas 11. ppt prospek ukm dalam perdagangan bebas
 
Kemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasiKemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasi
 
Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership
 
Ujian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albertUjian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albert
 
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
 
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
13 be & gg fatinah ghiyats hapzi ali globalization and business ethics un...
 
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1
 
5, be&gg, wahyudi, hapzi ali, marketing ethics ,universitas mercubuana 2018
5, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  marketing ethics ,universitas mercubuana 20185, be&gg, wahyudi, hapzi ali,  marketing ethics ,universitas mercubuana 2018
5, be&gg, wahyudi, hapzi ali, marketing ethics ,universitas mercubuana 2018
 
MULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGYMULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGY
 
Be & gg, dody wijaksono, hapzi ali, penerapan gcg di pt midi utama indone...
Be & gg, dody wijaksono, hapzi ali, penerapan gcg di pt midi utama indone...Be & gg, dody wijaksono, hapzi ali, penerapan gcg di pt midi utama indone...
Be & gg, dody wijaksono, hapzi ali, penerapan gcg di pt midi utama indone...
 
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
 
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
 

Pola kemitraan

  • 1. “POLA-POLA KEMITRAAN USAHA” A. PENGERTIAN POLA KEMITRAAN USAHA Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat. Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra. Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan usaha kecil. Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya pemikiran tentang alasan terjadi kemitraan, analisa kemitraan, kendala umum kemitraan, syarat-syarat kemitraan. 1. Alasan terjadi Kemitraan Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut: a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru d. Meningkatkan pengembangan produk e. Memperbaiki proses produksi f. Memperbaiki kualitas
  • 2. g. Meningkatkan akses terhadap teknologi 2. Analisis Kemitraan Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari hal tersebut maka dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut: a. Kurang transparansi dalam pelaksanaan Kepres 16 b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan c. Kemitraan tidak berkembang baik d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan. 3. Kendala umum Kemitraan Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa kendala antara lain: a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil b. Kualitas produksi belum terjamin c. Kerja sama kurang berkembang d. UB bersifat integrai vertical e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK f. Belum berkembangnya sistem dan pola kemitraan dan belum berkembangnya unsur pendukung Pada Negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar, atas dasar tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha Menengah dan Usaha Kecil dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya. Pola dan sistem kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi Good Practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru:
  • 3. a. Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting b. Positive restructuring yang meliputi outsourcing, spin offs, management by-outs, community renewal dan trade offs. c. SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor. d. Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon pemitra e. Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi wilayah. Latihan manajemen dan keterampilan, magang, studi visit dan alih teknologi adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi UK. Jadi, agar kesenjangan manajemen dan teknologi antara UB dan UK tidak terlalu jauh ketinggalan, maka pengembangan SDM harus selalu menjadi agenda kemitraan. 4. Syarat-syarat Kemitraan Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut: a. Tujuan umum yang sama b. Kesetaraan c. Saling menghargai d. Saling memberi kontribusi e. Ada efek sinergi f. Saling menguntungkan B. KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA NASIONAL DAN IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
  • 4. 2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil. 4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. 5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995. Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara efektif dikembangkan melalui kemitraan. Bagi pengusaha informal atau yang sangat kecil skala usahanya dan belum memiliki dasar kewirausahaan yang memadai, kemitraan dengan usaha besar belum tentu efektif karena belum tercipta kondisi saling membutuhkan. Yang terjadi adalah usaha kecil membutuhkan usaha besar sedangkan usaha besar tidak merasa membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian barangkali perlu dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi transaksi melalui wadah koperasi atau kelompok usaha bersama (prakoperasi) dan pembinaan kewirausahaan. Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar mitra usahanya. 1. Sudut Pandang Sistem Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu: a. Vertical Backward Linkage Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak dalam produksi barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai pemasok komponen kepada UB. b. Vertical Forward Linkage Usaha Centernya/Besar menghasilkan bahan baku dan memasok untuk diproses selanjutnya oleh Usaha Kecil.
  • 5. c. Horizontal Linkage Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan produk yang akan dipasok ke trader. 2. Implementasi Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi pasar. Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat negara macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut kemitraan umumnya dilakukan melalui pola sub kontrak yang memberikan peran kepada industri kecil dan menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen industri besar. a. Korea selatan Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion Corporation bersifat semi pemerintah dan bertugas menjadikan UK tangguh dan dapat bermitra dengan UB serta melakukan program alih teknologi dan investasi dari UB ke UK. b. Jepang Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang tugasnya memperkuat kedudukan UK dan teknologi UK serta menyediakan informasi. c. Masyarakat ekonomi Eropa(MEE) Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE : 1) BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized. 2) BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan UK dalam memakai teknologi dan mengurangi gap teknologi dengan UK . 3) ESPRIT, mengembangan teknologi informasi. d. Taiwan Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat Center satelite system UB bertindak sebagai center dan UK dan UM sebagai satelite. Untuk menunjang program terseut,
  • 6. didirikan Corporate Synergy Developtment Center (CSD) yang dibiayai oleh pemerintah dan sektor swasta. C. POLA KEMITRAAN Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara lain: 1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir 2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu 3. Kerjasama dalam pemilik usaha 4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat 5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura 6. Intiplasma 7. Subkontrak 8. Dagang umum 9. Waralaba 10. Keagenan 1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage) Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
  • 7. menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. 2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage) Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar. Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. 3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang perlu Di perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya sebagai berikut : a. Perjanjian Tertulis
  • 8. Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha yang dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari. Semakin detail isi perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang dibangun. Pastikan perjanjian ini memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak-pihak yang terkait di atas materai. b. Berdasarkan Asas Manfaat Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Jika salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika Di ingin berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama berapa lama, dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja, tanpa mengetahui dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan. c. Berdasarkan Asas Adil Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang berbuat curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian hak dan tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing-masing memahami dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang, maka semuanya bisa diproses melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa dilanjutkan. d. Tidak Ada Unsur Paksaan Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Jika Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak perlu memaksakannya. Di bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan. 4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat Pada dasarnya pola bapak angkat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau besar untuk membantu pihak lain yang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan pembinaan. Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalah cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang besar terhadap yang kecil Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN dengan usaha mikro dan kecil. 5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan) sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu.
  • 9. 6. Pola inti plasma Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang. Pola Kemitraan Inti Plasma Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal: a. Penyediaan dan penyiapan lahan b. Pemberian saprodi. c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi. e. Pembiayaan. f. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha. 7. Subkontrak Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan, subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan. Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang.
  • 10. Pembinaan Kelompok Mitra Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal: 1. Merencanakan Usaha. 2. Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan 3. Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional. 4. Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi. 5. Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi. Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra 1. Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra. 2. Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak. 3. Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi tepat guna. 4. Melakukan konsultasi dan temu usaha. 8. Pola dagang umum Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya. Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. 9. Waralaba Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan sumber-sumber permodalan.
  • 11. Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Sedangkan menurut asosiasi franchise indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Secara harfiah, waralaba berarti “hak untuk menjalankan usaha/bisnis di daerah yang telah di tentukan”. Dalam bahasa Prancis waralaba bermakna kejujuran atau kebebasan. Secara historis, waralaba didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu produk di suatu daerah tertentu (seperti mesin jahit) dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilan penjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang menjual produk di daerah yang telah di tentukan. Macam waralaba yang umum saat ini adalah “bisnis format waralaba”. Dalam transaksi semacam ini, pemberi lisensi waralaba telah mengembangkan produk atau jasa dan keseluruhan sistem distribusi/pengantaran serta pemasaran produk atau jasa tersebut. Terkadang, jasa pelayanan komponen barang atau jasa juga ditambahkan dalam sistem tersebut. Saat ini, sistem waralaba yang berkembang pesat di negara-negara indrustri maju adalah waralaba retail maupun waralaba rumah makan siap saji. Begitupun dengan di negara berkembang seperti Indonesia, waralaba ritail seperti Alfamart, Indomart, Circle K, Yomart, mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Di Indonesia pengaturan tentang waralaba terdapat pada Peraturan Pemerintah R.I No 16 Tahun 1997 yang merumuskan tentang arti : Waralaba adalah perjanjian dimana salah satu pihak yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
  • 12. Pemberi waralaba (Franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Penerima waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Pengertian waralaba menurut Asosiasi Franchise Indonesia : “Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”. (wikipedia indonesia) Adapun yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam arti waralaba tersebut di atas adalah meliputi antara lain : Merek, Nama Dagang, Logo, Desain, Hak Cipta, Rahasia Dagang dan Paten. Selanjutnya, yang dimaksud dengan penemuan atau ciri khas usaha misalnya : sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemiliknya. Istilah-istilah dalam Waralaba Penanda/Tanda Waralaba : Esensi bisnis format waralaba adalah merek dagang dari produk atau jasa tersebut walaupun proses produk atau jasa tersebut juga mungkin telah memperoleh paten dan hak cipta. Tentunya, penanda waralaba di suatu format bisnis ini adalah merek dagang produk tersebut. Penanda waralaba juga bernilai sebagai simbol dari semua ciri bisnis tersebut. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Adalah perjanjian yang mengikat pemberi dan penerima waralaba. Perjanjian ini adalah perjanjian yang seringkali dikaitkan dengan sejumlah perjanjian tambahan lain, misalnya perjanjian retail suatu produk, perjanjian untuk memasok komponen, perjanjian iklan dan sebagainya. Perjanjian harus diadakan secara tertulis, dan di Indonesia di buat dalam bahasa Indonesia dan terhadapnya berlaku hukum Indonesia. Pemegang utama lisensi waralaba (Master Franchisee) Waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. Dalam pola ini
  • 13. Usaha Besar yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang diajukan oleh Usaha Kecil Menengah sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga. Pemegang utama lisensi waralaba berhak untuk mengoperasikan waralaba tersebut di suatu wilayah yang luas cakupannya (misalnya di Indonesia). Umumnya, dimungkinkan membuka dan mengoperasikan gerai-gerai waralaba di daerah tersebut sebelum mulai menunjuk penerima waralaba lain sebagai sub-kontraktor (sub-franchisees). Di Asia, pemegang utama lisensi waralaba ini seringkali datang dari kalangan bisnis domestik yang memiliki koneksi politik yang baik dengan penguasa dan berpengalaman dalam menjalankan bisnis skala besar dengan dukungan modal yang kuat. Jenis Waralaba : Waralaba dibagi menjadi dua : Waralaba Luar Negeri dan Waralaba Dalam Negeri. 1. Waralaba Luar Negeri : Cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima di seluruh dunia, dan cenderung lebih bergengsi. 2. Waralaba dalam negeri : pilihan investasi bagi orang-orang yang ingin cepat jadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup namun dengan harga yang lebih terjangkau. Kunci keberhasilan bisnis waralaba adalah kekuatan merek, sebelum mewaralabakan usahanya hendaknya setiap pengusaha mendaftarkan terlebih dahulu merek dagangnya ke kantor Merek di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia, maka dengan demikian jika kita telah memiliki merek yang terdaftar peluang untuk mewaralabakan usaha kita akan lebih terjamin kepastian hukumnya. Selain itu penerima waralaba akan mempercayai sistem waralaba yang ditawarkan, karena pemilik waralaba memiliki merek dagang yang terdaftar. 10. Keagenan Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra. Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga. Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
  • 14. hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power). Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga menjadi terabaikan. Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat tiga model hubungan agensi yaitu: 1. The Principal-Agent Model. 2. The Transaction Cost Economics Model. 3. The Rochester Model. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya
  • 15. efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.