SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 70
Downloaden Sie, um offline zu lesen
SOSIALISASI JUKNIS
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBAHAN PANGAN LOKAL
BAGI IBU HAMIL DAN BALITA
Seksi Gizi & KIA
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
Tahun 2023
Latar Belakang
Masalah gizi balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasted sebesar 7,7% dan balita stunted
21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada
Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada ibu hamil sebesar 17.3%.
Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%
Berdasarkan SSGI Tahun 2022 Masalah gizi balita stunting di Sulawesi Barat mengalami
peningkatan1,2 % dari 33,8% menjadi 35%, ibu Hamil KEK 15,8%, Ibu hamil Anemia
12,6%, Bayi BBLR 6,2%
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal salah satu strategi
penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang dan ibu hamil KEK.
Kegiatan PMT tersebut perlu disertai dengan promosi gizi dan kesehatan untuk
perubahan perilaku misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling
pemberian makan, hygiene sanitasi untuk ibu, pengasuh dan keluarga.
Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian
keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi pangan lokal
secara berkelanjutan.
Kementerian kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan PMT
berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Namun demikian,
pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat berasal dari berbagai sumber.
Sasaran Kegiatan
PMT pangan lokal
1. Ibu Hamil
Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) ditandai dengan
LILA < 23,5 cm dan atau
Ibu Hamil dengan IMT Pra hamil atau Trimester 1 (usia
kehamilan ≤ 12 minggu) < 18,5 kg/m2
2. Balita
Balita Gizi Kurang tanpa Stunting
Balita Gizi Kurang dengan Stunting
Balita dengan BB/U Normal tetapi Berat Badan Tidak
Naik,
Balita dengan BB/U Underweight (BB Kurang) tanpa
wasting dan stunting
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan PMT
berbahan pangan local
1. Input Keterlibatan
lintas sektor,
keterpaduan
lintas program
tingkat desa,
partisipasi
masyarakat 2. Proses
Cakupan jumlah
ibu hamil KEK yang
menerima MT
berbahan pangan
lokal
Cakupan
jumlah balita
dengan
masalah gizi
kurang yang
menerima MT
berbahan
pangan lokal
Terselenggaranya
kegiatan PMT
berbahan pangan
lokal sesuai
jadwal
Terselenggar
anya edukasi
gizi sesuai
jadwal
3. Output
Peningkatan
berat badan
balita
Perbaikan
status
pertumbuha
n balita
Peningkatan
berat badan
ibu hamil
4. Outcome
Peningkatan berat badan
ibu hamil sesuai dengan
usia kehamilannya
Perbaikan
status gizi
balita
Defenisi Operasional
■ Balita BB Kurang (underweight) adalah Balita dengan status gizi yang berdasarkan Indikator BB/U nilai z-
score < -2 SD
■ Balita Gizi Kurang (Moderate Wasted) adalah Balita dengan status gizi yang berdasarkan Indikator BB/PB
ata BB/TB dengan nilai z-score < -2 SD sampai dengan -3 SD atau LILA berada antara 11,5 cm sampai < 12,5
cm
■ Balita Stunting adalah Balita dengan status gizi yangberdasarkan Indikator PB/U atau TB/U dengan nilai z-
score < -2 SD
■ Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu mempunyai ukuran LiLA < 23,5 cm atau IMT pada pra hamil atau
Trimester I (usia kehaamilan kuramg dari 12 minggu) dibawah 18,5 kg/m ( KURUS)
■ Makanan Tambahan berbahan pangan local adalah Makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan
utama guna memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makan
lengkap siap santap yang berbahan pangan local
■ Makanan Lengkap adalah menu makanan lengkap bergizi seimbang sekali makan yang terdiri dari
makanan pokok, laukpauk hewani dan nabati, sayuran dan buah
■ Makanan kudapan adalah makanan yang bukan merupakn menu utama (makan pagi, makan siang,
makan malam) dikonsumsi diantara waktu makanan utama yang dapa membantu memenuhi kecukupan
gizi sehari
■ Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang
mencakup juga rumah makan , kafein, kantin,warung, BAR dan sejenisnya termasuk jasaboga/katering
PELAKSANAAN PMT BERBAHAN PANGAN LOKAL
BAGI IBU HAMIL
A.
Deteksi Dini dan
Penemuan Kasus
Hasil pemeriksaan ANC dicatata dalam buku
KIA dan dilaporkan ke dalam e-kohort
Deteksi ibu hamil KEK, alat ukur antropomteri
yang digunakan adalah alat yang sesuai
dengan standar
Penapisan dalam kegiatan ANC terpadu pada
Kunjungan Pertama (K!) diharapkan dapat
mendeteksi apakah ibu hamil mengalami masalah
gizi seperti KEK, Anemiadan lainnya atau
menderita penyakit
ALUR PELAYANAN GIZI BAGI IBU HAMIL
PENTING !!!
B. Intervensi
Hasil Deteksi dini atau penapisan yang dilakukan melalui kegiatan
ANC terpadu (K1) selanjutnya akan menentukan pelayanan gizi
yang diberikan kepada ibu hamil , yang akan berbeda bagi
setiap kondisi ibu hamil ( sesuai alur pelayanan ibu hamil)
Intervensi bagi ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2 berupa
makanan tambahan berbahan pangan lokal siap santap, dan
intervensi lainnya yang disesuaikan dengan permasalahan pada
ibu hamil KEK//IMT <18,5 kg/m2 tersebut
Hasil intervensi dengan melihat kenaikan berat badan yang
disesuaikan dengan status gizi ibu (IMT) sebelum hamil dan kondisi
fisik lainnya. Karena Penambahan ukuran LiLA mebutuhkan waktu
yang lama
Kenaikan BB bumil dicatat dalam buku KIA
Rujukan Keberhasilan Kenaikan
Berat Badan pada Ibu Hamil
Ibu hamil PENDEK (TB<145cm),
pertambahan BB total diambil
yang range terendah.
Contoh :
seorang ibu hamil IMT
pada trimester I < 18,5kg/m,
penambahan BB yang
dianjurkan 12,5 kg (range
terendah)
C. RUJUKAN
Dokter di FKTP melakukan ANC
terpadu K1 mengidentifikasi factor
risiko, komplikasi dan kondisi yang
memperberat ibu hamil KEK dilanjutkan
dengan rujukan atau konsulatsi dokter
spesialis jika diperlukan
Ibu hamil dirujuk ke RS bila HB
dibawah 10 gr/dl, kenaikan BB
dibawah 1 kg/bulan (T1) atau
dibawah 2 kg/bulan (T2,T3)
D. Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan
angka kecukupan gizi yang dianjurkan
bagi masyarakat Indonesia pada
kelompok perempuan usia 19-49 tahun
berkisar 2150 - 2250 kkal dan protein 60
gram per hari.
Pada ibu hamil normal diperlukan
tambahan energi sebesar 180 – 300 kkal
dan protein mencapai 30 gram per hari.
untuk memperoleh penambahan berat
badan sebesar 0.5 kg/minggu, termasuk
untuk ibu hamil KEK, dibutuhkan
tambahan asupan energi sebesar 500
kkal/hari dari asupan energi hariannya,
dimana kurang dari 25% kandungan
energi dalam makanan tambahan
berasal dari protein
E. Prinsip, Syarat dan Standar
Makanan Tambahan Ibu Hamil
■ Pemberian makanan tambahan pangan local
bagi ibu hamil KEK setidakya menyediakan
energi sebesar 500 kkal denga proporsi protein
sebesar < 25% dari kandungan energi makanan
tambahan dan mengutamakan pemilihan
sumber protein hewani
Beberapa prinsip utama dalam
pemberian makanan tambahan (PMT)
berbahan pangan lokal
1. Menggunakan bahan makanan segar (bukan yang diawetkan) dan
memperhatikan penggunaan gula, garam, lemak (GGL)
2. PMT hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh
sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama. Ibu harus
tetap mengonsumsi makanan sesuai prinsip gizi seimbang setiap hari.
3. PMT diberikan dalam bentuk makanan lengkap siap santap atau kudapan.
4. PMT dilakukan setiap hari dengan komposisi dalam satu minggu sedikitnya 1
(satu) kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi implementasi Isi
piringku atau sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang pada waktu makan
siang dan sisanya berupa kudapan. Kudapan diberikan di luar waktu makan
utama untuk memastikan PMT sebagai tambahan di luar makan utama
sehari-hari.
5. PMT dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil KEK
sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi
antar ibu. PMT dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang pelaksanaannya dapat disertai dengan edukasi
gizi yang diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor
terkait lainnya, contohnya melalui kelas ibu hamil, safari Gemarikan,
rumah pangan kita, pekarangan pangan lestari, Program Keluarga
Harapan (PKH), dan program lainnya.
6. Lokasi PMT sesuai dengan kesepakatan daerah
Standar kandungan Zat Gizi pada Makanan Tambahan
Berbahan Pangan Lokal bagi ibu Hamil KEK
F. EDUKASI BAGI
IBU HAMIL
Edukasi gizi dan kesehatan
kepada ibu hamil dan keluarga
dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan PMT.
Edukasi dapat berupa demonstrasi
masak, penyuluhan, konseling,
dan lain-lain.
Edukasi gizi dan kesehatan antara
lain bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
ibu hamil dan keluarga
PELAKSANAAN PMT
BERBAHAN PANGAN LOKAL
BAGI BALITA
Algoritma Tatalaksana Masalah Gizi pada Balita
Penting !!
A. Deteksi Dini dan
Penemuan Kasus
Pemantauan pertumbuhan tersebut dilakukan dengan
penimbangan dan pengisian/ploting Kartu Menuju
Sehat (KMS) dalam Buku KIA untuk mengetahui
kecenderungan/tren pertumbuhan balita, mendeteksi
dini dan menemukan kasus risiko berat badan kurang
dan risiko berat badan lebih serta sehingga dapat
dilakukan intervensi segera.
Kegiatan deteksi dan penemuan dini balita berisiko
masalah gizi dilakukan melalui kegiatan pemantauan
pertumbuhan rutin bulanan di berbagai titik kegiatan
kemasyarakatan seperti posyandu, PAUD, Bina Keluarga
Balita (BKB), Taman Bermain (TK), serta poskesdes, pustu,
puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan primer
(FKTP) lainnya.
DETEKSI DINI
DENGAN
PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN
Konfirmasi dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan
bertujuan untuk:
1. Penilaian status gizi anak dengan indeks BB/U, BB/PB
atau BB/TB, PB/U atau TB/U dan LiLA.
2. Mencari faktor penyebab masalah gizi.
3. Tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan sesuai
prosedur pelayanan yang berlaku dan mengidentifikasi
ada/tidaknya penyakit penyerta, red flag, kecurigaan
lainnya yang memperberat status gizinya.
4. Menentukan jenis intervensi sesuai penilaian status gizi
■ BB Tidak Naik indikasi
gangguan pertumbuhan dan
waspa karena berisiko
mengalami masalah gizi lebih
berat
■ Kader segera melaporkan
kepada petugas
Kesehatan/merujuk jika
menemukan Berat Badan
Anak Tidak Naik (T) atau Di
Bawah Garis Merah (BGM)
B. Intervensi
Apabila tidak ada penyakit penyerta yang ditemukan, maka balita dilakukan tindak lanjut
berupa PMT disesuaikan dengan kondisi status gizinya sebagai berikut.
1. Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting *)
Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting mendapatkan:
a. Makanan Tambahan (MT) berbahan pangan lokal selama 4 – 8 minggu**)
b. Edukasi dan konseling pemberian makan
c. Stimulasi perkembangan
Catatan :
*) MT yang diberikan untuk balita gizi kurang dengan stunting dimaksudkan untuk
menatalaksana keadaan gizi kurangnya
**) Bila setelah 8 (delapan) minggu intervensi, balita gizi kurang dengan atau tanpa
stunting tidak mengalami perbaikan status gizi (dengan indikator BB/PB atau BB/TB) maka
perlu dilakukan pemeriksaan ulang (antropometri dan penyakit penyerta) oleh tenaga
kesehatan. Intervensi dengan PMT dapat dilanjutkan sampai 90 (sembilan puluh) hari.
2. Balita Tidak Naik Berat Badannya (T)
Pada balita yang Tidak Naik berat badannya meliputi naik tidak adekuat, tetap dan
turun setelah dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan melalui indikator BB/U, BB/PB atau
BB/TB dan PB/U atau TB/U maka:
a. Apabila semua indikator status gizi Baik (Normal), maka balita T tersebut dapat
diberikan:
1. Makanan tambahan berbahan pangan lokal selama 2 – 4 minggu **)
2. Edukasi dan konseling pemberian makan
3. Stimulasi perkembangan
b. Apabila setelah dikonfirmasi dengan 3 (tiga) indeks status gizi, balita T tersebut
termasuk gizi kurang, gizi lebih atau stunting, maka dilakukan tatalaksana sesuai
kondisi status gizinya.
Catatan :
■ Catatan:
*) Bila sebelum 4 (empat) minggu intervensi, balita
dengan berat badan tidak naik (T) telah mengalami
perbaikan menjadi berat badan naik (N) yang
ditunjukkan dengan tren pertumbuhan sesuai
dengan kurva normal pada KMS maka pemberian MT
berbahan pangan lokal dapat dihentikan.
**) Bila setelah 4 (empat) minggu intervensi, balita
dengan berat badan tidak naik (T) tidak mengalami
perbaikan (Tidak Naik) maka dilakukan pemeriksaan
ulang (antropometri dan penyakit penyerta) oleh
tenaga kesehatan. Intervensi PMT dapat dilanjutkan
sampai 8 (delapan) minggu atau dilanjutkan kembali
sampai 90 (sembilan puluh) hari.
3. Balita Berat Badan Kurang (Underweight)/Bawah
Garis Merah
Balita Berat Badan Kurang (underweight) harus
dikonfirmasi ulang terhadap status gizi lain oleh
tenaga kesehatan. Jika hasil konfirmasi oleh
tenaga kesehatan menunjukkan hasil:
Balita mengalami gizi kurang (dengan atau tanpa
stunting) maka mendapatkan intervensi bagi
balita gizi kurang (poin 1 ).
Bila hasil konfirmasi ulang balita masih berada
pada kategori Berat Badan Kurang (underweight)
maka dapat diberikan PMT seperti pemberian
pada Balita Tidak Naik (poin 2 ).
C. RUJUKAN
Rujukan dari Puskesmas ke pelayanan kesehatan rujukan/Rumah Sakit
(RS) dapat dilakukan pada saat deteksi dini dan penemuan kasus
oleh tenaga kesehatan serta jika telah dilakukan intervensi tetapi
tidak ada perbaikan.
Rujukan dilakukan pada:
1. balita yang mempunyai penyakit penyerta dan tidak bisa di
tatalaksana di tingkat fasilitas pelayanan primer/puskesmas
2. balita gizi kurang (dengan atau tanpa stunting dan tanpa
penyakit penyerta) setelah diintervensi selama 4 (empat) minggu,
tidak mengalami kenaikan berat badan (dengan indikator BB/U)
3. balita gizi kurang (dengan atau tanpa stunting dan tanpa
penyakit penyerta) setelah diintervensi selama 8 (delapan)
minggu, tidak mengalami perbaikan status gizi (dengan indikator
BB/PB atau BB/TB)
4. balita gizi buruk dengan atau tanpa penyakit penyerta (mengacu
pedoman tatalaksana anak gizi buruk)
5. balita stunting dengan red flag dan atau penyakit penyerta
6. balita obesitas dengan atau tanpa penyakit penyerta
PRINSIP, SYARAT DAN STANDAR
MAKANAN TAMBAHAN BALITA
Prinsip Makanan Tambahan Balita
1. Dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang dapat diintegrasikan
dengan kegiatan kemasyarakatan, kegiatan lintas program dan sektor lainnya seperti halya Program
Keluarga Harapan (PKH), Program Pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Kampung Keluarga
Berkualitas (KB) atau lainnya
2. Menggunakan bahan makanan segar (bukan yang diawetkan) dan memperhatikan penggunaan gula,
garam, lemak (GGL)
3. PMT berbahan pangan lokal pada sasaran harus disertai dengan penguatan edukasi kepada ibu,
pengasuh dan atau keluarga
4. Hanya berupa tambahan asupan (30-50% dari total kebutuhan kalori harian) dan bukan pengganti
makanan utama
5. Berupa makanan siap santap, dapat berupa makanan lengkap sekali makan dan makanan kudapan.
6. Diutamakan mengandung sumber protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang. Protein hewani
diharapkan dapat bersumber dari 2 (dua) macam lauk hewani yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, hati
dan daging, ayam dan susu/produk turunannya, dll. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan
protein yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap.
7. Pada baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
dan dengan melanjutkan pemberian ASI (diberikan secara on- demand sesuai kemauan anak).
Syarat Makanan Tambahan Balita
1. Dapat dieterima dalam hal betuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat
2. Sesuai dengan norma , budaya dan agama yang berlaku pada masyarakat setempat
3. Mudah dibuat dan disiapkan
4. Memenuhi kebutuhan gizi
Makanan tambahan memenuhi kebutuhan gizi dengan mempertimbangkan daya cerna.
Daya cerna yang baik dapat dicapai dengan pemilihan bahan pangan dan teknik
pengolahan pangan yang benar. Makanan tambahan kaya zat gizi berupa sumber makanan
pokok, lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah. Kebutuhan zat gizi mengacu pada
Angka Kecukupan Gizi Bangsa Indonesia yang telah ditetapkan melalui Permenkes Nomor 28
Tahun 2019.
5. Terjangkau
Mudah diperoleh di sekitar rumah dengan harga yang relatif murah.
6. Mudah didapatkan
Menggunakan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan sepanjang tahun dan berasal
dari wilayah/desa setempat (Ditanam, diproduksi, dan dijual di wilayah tersebut). Penggunaan
bahan pangan desa setempat diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui
pengembangan dan pendayagunaan potensi wilayah
7. Aman
Tidak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan (bebas kumas, bahan kimia, cemaran
bahaya lainnya)
Standar PMT Balita
Edukasi
bagi Ibu
Balita
Edukasi gizi dan kesehatan kepada ibu balita
atau pengasuh dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan PMT.
PMT disertai dengan edukasi/konseling dilakukan
untuk keberlanjutan praktik pemberian makan
bayi dan anak (PMBA), (WHO, 2019).
Edukasi dapat berupa demonstrasi masak,
penyuluhan, konseling, dll. Edukasi gizi dan
kesehatan bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu balita atau
pengasuh.
PENYELENGGARAAN
PMT LOKAL BAGI IBU
HAMIL DAN BALITA
Kegiatan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan berbahan pangan lokal
dilaksanakan oleh Puskesmas bersama mitra terkait (PKK, karang taruna, dasa wisma,
restoran/warung lokal, dll).
Tahapan
penyelenggaraan PMT
berbahan pangan lokal
di tingkat Puskesmas
Tahapan
penyelenggaraan PMT
berbahan pangan lokal
di tingkat Puskesmas
meliputi:
A. Perencanaan
B. Persiapan
C. Pelaksanaan
A. Tahap Perencanaan
■ Hal pertama yang harus dilakukan oleh Puskesmas pada tahap
perencanaan adalah:
1. Penetapan Tim Pelaksana
Penetapan tim pelaksana kegiatan dilakukan oleh Kepala Puskesmas.
Tim pelaksana kegiatan PMT dapat terdiri dari unsur pemerintah
kabupaten/kota, puskesmas, pemerintahan desa/kelurahan, tokoh
masyarakat, PKK, dasa wisma, karang taruna, masyarakat umum
(kelompok tani, warung lokal), dll. Tim pelaksana kegiatan ditetapkan
dengan surat penunjukkan yang ditandatangi oleh Kepala Puskesmas.
2. Verifikasi dan Penetapan Data Sasaran Penerima MT
Puskesmas berkoordinasi dengan pemerintahan desa/kelurahan dan
melakukan verifikasi terkait data sasaran penerima MT (konfirmasi jumlah,
status gizi, usia, dan domisili) berdasarkan wilayah kerja. Selanjutnya
Puskesmas menetapkan sasaran yang sudah diverifikasi.
3. Penetapan Lokasi
■ Penetapan lokasi dan sasaran dilakukan oleh puskesmas
berkoordinasi dengan desa.
■ Penetapan sasaran dapat menggunakan data laporan rutin
dalam sigiziterpadu. Selanjutnya data tersebut perlu di verifikasi
oleh desa untuk memastikan sasaran pemberian makanan
tambahan berbahan pangan lokal.
■ Data sasaran dicantumkan secara lengkap by name by address
■ Untuk menyepakati nama desa sebagai lokasi kegiatan
sebaiknya mempertimbangkan:
1) Jumlah sasaran
2) Kesiapan desa
3) Kombinasi dari berbagai pertimbangan yang memungkinkan
program nanti dapat berjalan dengan baik
4. Penyusunan Siklus Menu sesuai Standar
■ Penyusunan siklus menu dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas dengan
memperhatikan ketersediaan sumber bahan pangan lokal setempat
dan standar yang telah ditetapkan (kandungan energi/kalori, protein,
lemak).
■ Siklus menu dianjurkan dibuat dalam sedikitnya 7 (tujuh) hari siklus.
Adanya siklus menu diharapkan dapat mengantisipasi kebosanan
konsumsi oleh sasaran. Selain itu dengan adanya siklus menu juga
dapat mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal.
5. Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan
Rencana anggaran kegiatan disusun oleh Puskesmas dengan mempertimbangkan
jumlah sasaran dan berbagai pertimbangan untuk kelancaran program.
Anggaran kegiatan yang dihitung meliputi:
– Biaya pembelian bahan makanan
Biaya bahan makanan digunakan untuk pembelian bahan makanan. Biaya ini
dialokasikan 80% dari unit cost
– Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan
Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan sebesar 15% dari unit cost
Tidak diperkenankan mengalokasikan biaya untuk pembelian alat masak. Alat
yang diperlukan untuk pengolahan makanan dipenuhi dari peralatan yang
tersedia di desa.
– Biaya operasional untuk dukungan manajemen
Biaya operasional untuk dukungan manajemen (ATK untuk penyusunan SPJ
kegiatan, penggandaan formulir-formulir pencatatan pelaporan, pembelian alat
makan, transport) dialokasikan sebesar 5% dari unit co
Penting !!!
.
Catatan:
■ Anggaran unit cost setiap kali pemberian makan tambahan
berbahan pangan lokal disesuaikan dengan harga yang
berlaku di daerah masing-masing dengan mengacu pada
data harga pangan strategis nasional atau SK terkait harga
pangan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
6 . Penyusunan Kerangka Acuan Pelaksanaan Kegiatan Kerangka Acuan
Kegiatan berisi:
■ Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan)
■ Tahap Pelaksanan
■ Keluaran yang diharapkan
■ Anggaran/pembiayaan
■ Waktu Pelaksanaan kegiatan
■ Lampiran, antara lain:
a) Surat Penunjukkan Tim Pelaksanan Kegiatan
b) Daftar sasaran terverifikasi
c) Siklus Menu
d) Jadwal rinci pelaksanaan kegiatan
e) Lokasi kegiatan
f) Rencana Anggaran Kegiatan
B. Tahap Persiapan
1. Sosialisasi Kegiatan
Sebelum pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal, tim
pelaksana melakukan sosialisasi dan advokasi kepada stake holder terkait
misalnya pemerintahan desa/kelurahan, tokoh masyarakat, kader, dan
sasaran penerima.
Hal penting yang perlu disampaikan saat pelaksanaan sosialisasi dan
advokasi antara lain:
1.rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal (waktu,
tempat, sumber daya, dll)
2.tujuan pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal
3.sasaran kegiatan
4.mekanisme pelaksanaan, dll
2. Pembekalan pada sumber daya yang terlibat
Setelah melakukan sosialisasi kegiatan PMT berbahan pangan lokal
selanjutnya tim pelaksana melakukan orientasi kepada sumber daya yang
terlibat (misalnya perangkat desa, kader, tenaga kesehatan di wilayah desa).
Hal yang perlu diorientasikan antara lain:
1. Rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal
2. Tugas dan fungsi sumber daya yang terlibat (pembagian tugas)
3. Mekanisme pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal
4. Prinsip dan Cara pengolahan makanan tambahan
5. Siklus Menu
6. Pencatatan dan pelaporan
7. dll
C. Tahap Pelaksanaan
1. Pembelian Bahan Makanan
■ Setelah siklus menu disusun, selanjutnya tenaga gizi
puskesmas dibantu pengelola makanan
merencanakan kebutuhan bahan makanan yang
perlu dibeli untuk satu siklus menu
■ Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan
kebutuhan pengolahan makanan
■ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian
bahan makanan
- Memilih bahan makanan basah yang segar, tidak
bau, tidak busuk
- Tanggal kadaluarsa
-Label Halal dan izin edar
- Jumlah yang dibelu sesuai kebutuhan
- waktu/musim
2. Pengolahan Bahan Makanan
■ Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara pengolahan yang
biasa dilakukan sehari-hari dengan memperhatikan aspek hygiene dan
sanitasi serta menerapkan 5 kunci keamanan pangan
■ Prinsip –prinsip dalam pengolahan bahan pangan perlu diperhatikan untuk
mempertahankan kandungan gizi yang terkandung dalam bahan
makanan serta meningkatkan daya cerna makanan
Adapun syarat penjamah makanan/orang yang mengolah
makanan antara lain
1. Surat pernyataan berbadan sehat
2. Sudah vaksinasi covid-19 minimal 3 kali
3. Bersedia menjalankan prinsip hygiene dan sanitasi selama proses
penyelenggaran makanan tambahan berbahan pangan local
seperti menjaga kebersihan diri dan bahan pangan serta
peralatan yang dipergunakan
3. Tahap Pelaksanaan PMT berbahan Pangan Lokal
■ Pemberian MT berbahan pangan local disertai edukasi
■ Pelaksanaan kegiatan sebaiknya diintergrasikan
dengan program yang ada didesa. Dapat dilaksanakan
di rumah salah satu warga yang disepakti atau tempat
yang sudah disepakati
■ Edukasi gizi dapat dilakukan melalui kegiatan
demostrasi masak dilanjutkan dengan makan Bersama-
sama serta penyampain penyuluhan
■ Kegiatan edukasi/penyuluhan dengan :
1. kegiatan demonstrasi masak bertujuan agar ibu
hamil/ibu balita/pengasuh mendapat keterampilan yang
cukup dalam pemilihan , penyiapan dan pengolahan
makanan tambahan pangan local
2. Kegiatan demonstrasi masak dapat dilakukan 1 (satu)
kali dalam sebulan
3. Alat masak dan bahan makanan disiapkan oleh tim
pelaksana PMT
■ Pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal menerapkan protokol
kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kondisi setempat
2. Pengambilan makanan dilakukan dengan tertib sesuai jadwal yang
telah disepakati, menjaga jarak dan menggunakan masker
3. Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir dan
menggunakan sabun) atau hand sanitizer di lokasi pembagian
makanan
4. Pada sasaran yang tidak hadir pada saat kegiatan, makanan
tambahan dapat diantar ke rumah sasaran atau dapat dilakukan
dengan mekanisme lain yang mendukung sesuai kondisi wilayah.
4. Pecatatan dan Pelaporan
■ Hal-hal yang perlu dicatat dan dilaporkan sebagai
berikut:
1. Pencatatan hasil pengukuran BB, PB atau TB, LiLA, dan
konsumsi tablet tambah darah serta makanan
tambahan pada ibu hamil dan balita dapat
menggunakan buku KIA dan catatan lainnya yang
dapat dicatat secara elektronik melalui Sigizi Terpadu
pada menu Pemantauan PMT.
2. Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui
pencatatan di puskesmas dan juga mencatat di kartu
pemantauan ibu hamil dan balita sebagai self-
monitoring agar ibu anakbalita dapat ikut memantau
setiap kali mendapat makanan tambahan lokal.
■ Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh kader,
petugas kesehatan dari puskesmas baik harian,
mingguan, maupun bulanan mengacu formulir
telampir.
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang dari
tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan tingkat
Pusat.
1. Monitoring/Pemantauan
■ Pemantauan dilakukan oleh tim pelaksana di puskesmas
maupun secara berjenjang. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi serta data pelaksanaan
kegiatan untuk bahan pengambilan keputusan dalam
proses menjaga dan perbaikan pelaksanaan kegiatan.
Pemantauan dilakukan terhadap data keluaran antara
lain input, proses, output dan outcome.
■ Mekanisme pemantauan sebagai berikut:
a) Pendampingan dan pemantauan dilakukan secara
berjenjang
b) Tim pelaksana di puskesmas melakukan pendampingan
dan pembinaan kegiatan PMT secara berkesinambungan.
Jika ada masalah segera melakukan koordinasi dan
tindakan perbaikan
MONITORING DAN EVALUASI
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan
kegiatan PMT bagi ibu hamil dan balita yang dapat
dilihat dari aspek input, proses, output dan outcome
dari pelaksanaan kegiatan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi
1. Peningkatan Berat Badan (BB) optimal Ibu sesuai
dengan usia kehamilan
2. Peningkatan Berat Badan (BB) adekuat pada sasaran
Balita Tidak Naik yang kurva pertumbuhannya normal
3. Perbaikan status gizi yang dinilai berdasarkan
indikator BB/U pada sasaran balita
4. underweight
5. Peningkatan status gizi yang dinilai dengan indikator
BB/U, BB/PB atau BB/TB pada balita gizi kurang
dengan atau tanpa stunting
PEMBIAYAAN DAN ADMISTRASI
■ Pembiayaan
Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan
lokal dapat berasal dari berbagai sumber antara lain
APBN, Dana Transfer Daerah (DAK Non Fisik), APBD,
Dana Desa, dan sumber pendanaan lainnya.
Komponen pembiayaan disesuaikan dengan aturan
yang berlaku. Pada prinsipnya tidak diperkenankan
adanya duplikasi anggaran.
■ Administrasi dan Pelaporan
Ketentuan administrasi dan pelaporannya mengacu
pada peraturan yang dikeluarkan sehubungan
dengan sumber pendanaan yang digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan. Sebagai
pertanggungjawaban administrasi kegiatan harus
disusun laporan yang dilengkapi dengan dokumentasi
pelaksanaan kegiatan (foto, video, dll).
Format Pemantauan dan Pencatatan
Makanan Tambahan
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie PMT LOKAL

MINI PROJECT ANDIKA.pptx
MINI PROJECT ANDIKA.pptxMINI PROJECT ANDIKA.pptx
MINI PROJECT ANDIKA.pptxRais8
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionismay cece
 
juknis-pmt-bumil-2010.pdf
juknis-pmt-bumil-2010.pdfjuknis-pmt-bumil-2010.pdf
juknis-pmt-bumil-2010.pdfDewiGunarto
 
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdfirmaucup499
 
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptxPB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptxseberangsaja
 
2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.ppt2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.pptFerdianSubhan1
 
KONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptxKONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptxRahmatBuludawa2
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxSariahUkin
 
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu HamilSap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu HamilPutu Eka Lestari
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.ppt
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.pptKebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.ppt
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.pptDextraAryffin1
 
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptx
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptxAnalisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptx
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptxIrfanRosihan1
 
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdfFelisha8
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kekKerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kekyusup firmawan
 
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah Hrdnt
 

Ähnlich wie PMT LOKAL (20)

MINI PROJECT ANDIKA.pptx
MINI PROJECT ANDIKA.pptxMINI PROJECT ANDIKA.pptx
MINI PROJECT ANDIKA.pptx
 
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionisMateri pelatihan jabfung nutrisionis
Materi pelatihan jabfung nutrisionis
 
juknis-pmt-bumil-2010.pdf
juknis-pmt-bumil-2010.pdfjuknis-pmt-bumil-2010.pdf
juknis-pmt-bumil-2010.pdf
 
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_2641-analisis-capaian-dan-indikator-program-gizi-pdf-free.pdf
 
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptxPB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
 
2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.ppt2. MTBS untuk TB Anak.ppt
2. MTBS untuk TB Anak.ppt
 
KONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptxKONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptx
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptx
 
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.pptPERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
PERAN KADER SURVEILANS GIZI.ppt
 
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu HamilSap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
Sap & materi penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.ppt
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.pptKebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.ppt
Kebijakan-Proses-Asuhan-Gizi-di-Puskesmas.ppt
 
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptx
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptxAnalisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptx
Analisis dan Pemanfaatan Data Surveilans Gizi Puskesmas Solokanjeruk.pptx
 
Kelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran IntervensiKelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran Intervensi
 
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf
# 22.07.2021 Kondisi gizi di indonesa saat ini -SM.pdf
 
STUNTING.pptx
STUNTING.pptxSTUNTING.pptx
STUNTING.pptx
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kekKerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
 
STUNTING.pptx
STUNTING.pptxSTUNTING.pptx
STUNTING.pptx
 
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah
Analisis Problem Statement Manajemen Kesehatan Tingkat Daerah
 

Kürzlich hochgeladen

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Kürzlich hochgeladen (20)

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

PMT LOKAL

  • 1. SOSIALISASI JUKNIS PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI IBU HAMIL DAN BALITA Seksi Gizi & KIA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2023
  • 2. Latar Belakang Masalah gizi balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasted sebesar 7,7% dan balita stunted 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada ibu hamil sebesar 17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9% Berdasarkan SSGI Tahun 2022 Masalah gizi balita stunting di Sulawesi Barat mengalami peningkatan1,2 % dari 33,8% menjadi 35%, ibu Hamil KEK 15,8%, Ibu hamil Anemia 12,6%, Bayi BBLR 6,2%
  • 3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal salah satu strategi penanganan masalah gizi pada balita dengan masalah gizi kurang dan ibu hamil KEK. Kegiatan PMT tersebut perlu disertai dengan promosi gizi dan kesehatan untuk perubahan perilaku misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, hygiene sanitasi untuk ibu, pengasuh dan keluarga. Melalui kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan potensi pangan lokal secara berkelanjutan. Kementerian kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Namun demikian, pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat berasal dari berbagai sumber.
  • 4. Sasaran Kegiatan PMT pangan lokal 1. Ibu Hamil Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) ditandai dengan LILA < 23,5 cm dan atau Ibu Hamil dengan IMT Pra hamil atau Trimester 1 (usia kehamilan ≤ 12 minggu) < 18,5 kg/m2 2. Balita Balita Gizi Kurang tanpa Stunting Balita Gizi Kurang dengan Stunting Balita dengan BB/U Normal tetapi Berat Badan Tidak Naik, Balita dengan BB/U Underweight (BB Kurang) tanpa wasting dan stunting
  • 5. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan PMT berbahan pangan local 1. Input Keterlibatan lintas sektor, keterpaduan lintas program tingkat desa, partisipasi masyarakat 2. Proses Cakupan jumlah ibu hamil KEK yang menerima MT berbahan pangan lokal Cakupan jumlah balita dengan masalah gizi kurang yang menerima MT berbahan pangan lokal Terselenggaranya kegiatan PMT berbahan pangan lokal sesuai jadwal Terselenggar anya edukasi gizi sesuai jadwal 3. Output Peningkatan berat badan balita Perbaikan status pertumbuha n balita Peningkatan berat badan ibu hamil 4. Outcome Peningkatan berat badan ibu hamil sesuai dengan usia kehamilannya Perbaikan status gizi balita
  • 6. Defenisi Operasional ■ Balita BB Kurang (underweight) adalah Balita dengan status gizi yang berdasarkan Indikator BB/U nilai z- score < -2 SD ■ Balita Gizi Kurang (Moderate Wasted) adalah Balita dengan status gizi yang berdasarkan Indikator BB/PB ata BB/TB dengan nilai z-score < -2 SD sampai dengan -3 SD atau LILA berada antara 11,5 cm sampai < 12,5 cm ■ Balita Stunting adalah Balita dengan status gizi yangberdasarkan Indikator PB/U atau TB/U dengan nilai z- score < -2 SD ■ Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu mempunyai ukuran LiLA < 23,5 cm atau IMT pada pra hamil atau Trimester I (usia kehaamilan kuramg dari 12 minggu) dibawah 18,5 kg/m ( KURUS) ■ Makanan Tambahan berbahan pangan local adalah Makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama guna memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau makan lengkap siap santap yang berbahan pangan local ■ Makanan Lengkap adalah menu makanan lengkap bergizi seimbang sekali makan yang terdiri dari makanan pokok, laukpauk hewani dan nabati, sayuran dan buah ■ Makanan kudapan adalah makanan yang bukan merupakn menu utama (makan pagi, makan siang, makan malam) dikonsumsi diantara waktu makanan utama yang dapa membantu memenuhi kecukupan gizi sehari ■ Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang mencakup juga rumah makan , kafein, kantin,warung, BAR dan sejenisnya termasuk jasaboga/katering
  • 7. PELAKSANAAN PMT BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI IBU HAMIL
  • 8. A. Deteksi Dini dan Penemuan Kasus Hasil pemeriksaan ANC dicatata dalam buku KIA dan dilaporkan ke dalam e-kohort Deteksi ibu hamil KEK, alat ukur antropomteri yang digunakan adalah alat yang sesuai dengan standar Penapisan dalam kegiatan ANC terpadu pada Kunjungan Pertama (K!) diharapkan dapat mendeteksi apakah ibu hamil mengalami masalah gizi seperti KEK, Anemiadan lainnya atau menderita penyakit
  • 9. ALUR PELAYANAN GIZI BAGI IBU HAMIL
  • 11. B. Intervensi Hasil Deteksi dini atau penapisan yang dilakukan melalui kegiatan ANC terpadu (K1) selanjutnya akan menentukan pelayanan gizi yang diberikan kepada ibu hamil , yang akan berbeda bagi setiap kondisi ibu hamil ( sesuai alur pelayanan ibu hamil) Intervensi bagi ibu hamil dengan KEK/IMT <18,5 kg/m2 berupa makanan tambahan berbahan pangan lokal siap santap, dan intervensi lainnya yang disesuaikan dengan permasalahan pada ibu hamil KEK//IMT <18,5 kg/m2 tersebut Hasil intervensi dengan melihat kenaikan berat badan yang disesuaikan dengan status gizi ibu (IMT) sebelum hamil dan kondisi fisik lainnya. Karena Penambahan ukuran LiLA mebutuhkan waktu yang lama Kenaikan BB bumil dicatat dalam buku KIA
  • 12. Rujukan Keberhasilan Kenaikan Berat Badan pada Ibu Hamil Ibu hamil PENDEK (TB<145cm), pertambahan BB total diambil yang range terendah. Contoh : seorang ibu hamil IMT pada trimester I < 18,5kg/m, penambahan BB yang dianjurkan 12,5 kg (range terendah)
  • 13. C. RUJUKAN Dokter di FKTP melakukan ANC terpadu K1 mengidentifikasi factor risiko, komplikasi dan kondisi yang memperberat ibu hamil KEK dilanjutkan dengan rujukan atau konsulatsi dokter spesialis jika diperlukan Ibu hamil dirujuk ke RS bila HB dibawah 10 gr/dl, kenaikan BB dibawah 1 kg/bulan (T1) atau dibawah 2 kg/bulan (T2,T3)
  • 14. D. Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi masyarakat Indonesia pada kelompok perempuan usia 19-49 tahun berkisar 2150 - 2250 kkal dan protein 60 gram per hari. Pada ibu hamil normal diperlukan tambahan energi sebesar 180 – 300 kkal dan protein mencapai 30 gram per hari. untuk memperoleh penambahan berat badan sebesar 0.5 kg/minggu, termasuk untuk ibu hamil KEK, dibutuhkan tambahan asupan energi sebesar 500 kkal/hari dari asupan energi hariannya, dimana kurang dari 25% kandungan energi dalam makanan tambahan berasal dari protein
  • 15. E. Prinsip, Syarat dan Standar Makanan Tambahan Ibu Hamil ■ Pemberian makanan tambahan pangan local bagi ibu hamil KEK setidakya menyediakan energi sebesar 500 kkal denga proporsi protein sebesar < 25% dari kandungan energi makanan tambahan dan mengutamakan pemilihan sumber protein hewani
  • 16. Beberapa prinsip utama dalam pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal 1. Menggunakan bahan makanan segar (bukan yang diawetkan) dan memperhatikan penggunaan gula, garam, lemak (GGL) 2. PMT hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama. Ibu harus tetap mengonsumsi makanan sesuai prinsip gizi seimbang setiap hari. 3. PMT diberikan dalam bentuk makanan lengkap siap santap atau kudapan. 4. PMT dilakukan setiap hari dengan komposisi dalam satu minggu sedikitnya 1 (satu) kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi implementasi Isi piringku atau sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang pada waktu makan siang dan sisanya berupa kudapan. Kudapan diberikan di luar waktu makan utama untuk memastikan PMT sebagai tambahan di luar makan utama sehari-hari.
  • 17. 5. PMT dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil KEK sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu. PMT dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya dapat disertai dengan edukasi gizi yang diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya, contohnya melalui kelas ibu hamil, safari Gemarikan, rumah pangan kita, pekarangan pangan lestari, Program Keluarga Harapan (PKH), dan program lainnya. 6. Lokasi PMT sesuai dengan kesepakatan daerah
  • 18. Standar kandungan Zat Gizi pada Makanan Tambahan Berbahan Pangan Lokal bagi ibu Hamil KEK
  • 19.
  • 20. F. EDUKASI BAGI IBU HAMIL Edukasi gizi dan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarga dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan PMT. Edukasi dapat berupa demonstrasi masak, penyuluhan, konseling, dan lain-lain. Edukasi gizi dan kesehatan antara lain bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil dan keluarga
  • 21. PELAKSANAAN PMT BERBAHAN PANGAN LOKAL BAGI BALITA
  • 22. Algoritma Tatalaksana Masalah Gizi pada Balita
  • 24. A. Deteksi Dini dan Penemuan Kasus Pemantauan pertumbuhan tersebut dilakukan dengan penimbangan dan pengisian/ploting Kartu Menuju Sehat (KMS) dalam Buku KIA untuk mengetahui kecenderungan/tren pertumbuhan balita, mendeteksi dini dan menemukan kasus risiko berat badan kurang dan risiko berat badan lebih serta sehingga dapat dilakukan intervensi segera. Kegiatan deteksi dan penemuan dini balita berisiko masalah gizi dilakukan melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan rutin bulanan di berbagai titik kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu, PAUD, Bina Keluarga Balita (BKB), Taman Bermain (TK), serta poskesdes, pustu, puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan primer (FKTP) lainnya.
  • 26. Konfirmasi dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk: 1. Penilaian status gizi anak dengan indeks BB/U, BB/PB atau BB/TB, PB/U atau TB/U dan LiLA. 2. Mencari faktor penyebab masalah gizi. 3. Tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur pelayanan yang berlaku dan mengidentifikasi ada/tidaknya penyakit penyerta, red flag, kecurigaan lainnya yang memperberat status gizinya. 4. Menentukan jenis intervensi sesuai penilaian status gizi ■ BB Tidak Naik indikasi gangguan pertumbuhan dan waspa karena berisiko mengalami masalah gizi lebih berat ■ Kader segera melaporkan kepada petugas Kesehatan/merujuk jika menemukan Berat Badan Anak Tidak Naik (T) atau Di Bawah Garis Merah (BGM)
  • 27. B. Intervensi Apabila tidak ada penyakit penyerta yang ditemukan, maka balita dilakukan tindak lanjut berupa PMT disesuaikan dengan kondisi status gizinya sebagai berikut. 1. Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting *) Balita Gizi Kurang dengan atau tanpa stunting mendapatkan: a. Makanan Tambahan (MT) berbahan pangan lokal selama 4 – 8 minggu**) b. Edukasi dan konseling pemberian makan c. Stimulasi perkembangan Catatan : *) MT yang diberikan untuk balita gizi kurang dengan stunting dimaksudkan untuk menatalaksana keadaan gizi kurangnya **) Bila setelah 8 (delapan) minggu intervensi, balita gizi kurang dengan atau tanpa stunting tidak mengalami perbaikan status gizi (dengan indikator BB/PB atau BB/TB) maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang (antropometri dan penyakit penyerta) oleh tenaga kesehatan. Intervensi dengan PMT dapat dilanjutkan sampai 90 (sembilan puluh) hari.
  • 28. 2. Balita Tidak Naik Berat Badannya (T) Pada balita yang Tidak Naik berat badannya meliputi naik tidak adekuat, tetap dan turun setelah dikonfirmasi oleh tenaga kesehatan melalui indikator BB/U, BB/PB atau BB/TB dan PB/U atau TB/U maka: a. Apabila semua indikator status gizi Baik (Normal), maka balita T tersebut dapat diberikan: 1. Makanan tambahan berbahan pangan lokal selama 2 – 4 minggu **) 2. Edukasi dan konseling pemberian makan 3. Stimulasi perkembangan b. Apabila setelah dikonfirmasi dengan 3 (tiga) indeks status gizi, balita T tersebut termasuk gizi kurang, gizi lebih atau stunting, maka dilakukan tatalaksana sesuai kondisi status gizinya. Catatan :
  • 29. ■ Catatan: *) Bila sebelum 4 (empat) minggu intervensi, balita dengan berat badan tidak naik (T) telah mengalami perbaikan menjadi berat badan naik (N) yang ditunjukkan dengan tren pertumbuhan sesuai dengan kurva normal pada KMS maka pemberian MT berbahan pangan lokal dapat dihentikan. **) Bila setelah 4 (empat) minggu intervensi, balita dengan berat badan tidak naik (T) tidak mengalami perbaikan (Tidak Naik) maka dilakukan pemeriksaan ulang (antropometri dan penyakit penyerta) oleh tenaga kesehatan. Intervensi PMT dapat dilanjutkan sampai 8 (delapan) minggu atau dilanjutkan kembali sampai 90 (sembilan puluh) hari.
  • 30. 3. Balita Berat Badan Kurang (Underweight)/Bawah Garis Merah Balita Berat Badan Kurang (underweight) harus dikonfirmasi ulang terhadap status gizi lain oleh tenaga kesehatan. Jika hasil konfirmasi oleh tenaga kesehatan menunjukkan hasil: Balita mengalami gizi kurang (dengan atau tanpa stunting) maka mendapatkan intervensi bagi balita gizi kurang (poin 1 ). Bila hasil konfirmasi ulang balita masih berada pada kategori Berat Badan Kurang (underweight) maka dapat diberikan PMT seperti pemberian pada Balita Tidak Naik (poin 2 ).
  • 31. C. RUJUKAN Rujukan dari Puskesmas ke pelayanan kesehatan rujukan/Rumah Sakit (RS) dapat dilakukan pada saat deteksi dini dan penemuan kasus oleh tenaga kesehatan serta jika telah dilakukan intervensi tetapi tidak ada perbaikan. Rujukan dilakukan pada: 1. balita yang mempunyai penyakit penyerta dan tidak bisa di tatalaksana di tingkat fasilitas pelayanan primer/puskesmas 2. balita gizi kurang (dengan atau tanpa stunting dan tanpa penyakit penyerta) setelah diintervensi selama 4 (empat) minggu, tidak mengalami kenaikan berat badan (dengan indikator BB/U) 3. balita gizi kurang (dengan atau tanpa stunting dan tanpa penyakit penyerta) setelah diintervensi selama 8 (delapan) minggu, tidak mengalami perbaikan status gizi (dengan indikator BB/PB atau BB/TB) 4. balita gizi buruk dengan atau tanpa penyakit penyerta (mengacu pedoman tatalaksana anak gizi buruk) 5. balita stunting dengan red flag dan atau penyakit penyerta 6. balita obesitas dengan atau tanpa penyakit penyerta
  • 32. PRINSIP, SYARAT DAN STANDAR MAKANAN TAMBAHAN BALITA
  • 33. Prinsip Makanan Tambahan Balita 1. Dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan kemasyarakatan, kegiatan lintas program dan sektor lainnya seperti halya Program Keluarga Harapan (PKH), Program Pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), Kampung Keluarga Berkualitas (KB) atau lainnya 2. Menggunakan bahan makanan segar (bukan yang diawetkan) dan memperhatikan penggunaan gula, garam, lemak (GGL) 3. PMT berbahan pangan lokal pada sasaran harus disertai dengan penguatan edukasi kepada ibu, pengasuh dan atau keluarga 4. Hanya berupa tambahan asupan (30-50% dari total kebutuhan kalori harian) dan bukan pengganti makanan utama 5. Berupa makanan siap santap, dapat berupa makanan lengkap sekali makan dan makanan kudapan. 6. Diutamakan mengandung sumber protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang. Protein hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 (dua) macam lauk hewani yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, hati dan daging, ayam dan susu/produk turunannya, dll. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan protein yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap. 7. Pada baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) dan dengan melanjutkan pemberian ASI (diberikan secara on- demand sesuai kemauan anak).
  • 34. Syarat Makanan Tambahan Balita 1. Dapat dieterima dalam hal betuk, rasa, dan biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat 2. Sesuai dengan norma , budaya dan agama yang berlaku pada masyarakat setempat 3. Mudah dibuat dan disiapkan 4. Memenuhi kebutuhan gizi Makanan tambahan memenuhi kebutuhan gizi dengan mempertimbangkan daya cerna. Daya cerna yang baik dapat dicapai dengan pemilihan bahan pangan dan teknik pengolahan pangan yang benar. Makanan tambahan kaya zat gizi berupa sumber makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan buah. Kebutuhan zat gizi mengacu pada Angka Kecukupan Gizi Bangsa Indonesia yang telah ditetapkan melalui Permenkes Nomor 28 Tahun 2019. 5. Terjangkau Mudah diperoleh di sekitar rumah dengan harga yang relatif murah. 6. Mudah didapatkan Menggunakan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan sepanjang tahun dan berasal dari wilayah/desa setempat (Ditanam, diproduksi, dan dijual di wilayah tersebut). Penggunaan bahan pangan desa setempat diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi wilayah 7. Aman Tidak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan (bebas kumas, bahan kimia, cemaran bahaya lainnya)
  • 36.
  • 37.
  • 38. Edukasi bagi Ibu Balita Edukasi gizi dan kesehatan kepada ibu balita atau pengasuh dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan PMT. PMT disertai dengan edukasi/konseling dilakukan untuk keberlanjutan praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA), (WHO, 2019). Edukasi dapat berupa demonstrasi masak, penyuluhan, konseling, dll. Edukasi gizi dan kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu balita atau pengasuh.
  • 39. PENYELENGGARAAN PMT LOKAL BAGI IBU HAMIL DAN BALITA
  • 40. Kegiatan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan berbahan pangan lokal dilaksanakan oleh Puskesmas bersama mitra terkait (PKK, karang taruna, dasa wisma, restoran/warung lokal, dll).
  • 41. Tahapan penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal di tingkat Puskesmas Tahapan penyelenggaraan PMT berbahan pangan lokal di tingkat Puskesmas meliputi: A. Perencanaan B. Persiapan C. Pelaksanaan
  • 42. A. Tahap Perencanaan ■ Hal pertama yang harus dilakukan oleh Puskesmas pada tahap perencanaan adalah: 1. Penetapan Tim Pelaksana Penetapan tim pelaksana kegiatan dilakukan oleh Kepala Puskesmas. Tim pelaksana kegiatan PMT dapat terdiri dari unsur pemerintah kabupaten/kota, puskesmas, pemerintahan desa/kelurahan, tokoh masyarakat, PKK, dasa wisma, karang taruna, masyarakat umum (kelompok tani, warung lokal), dll. Tim pelaksana kegiatan ditetapkan dengan surat penunjukkan yang ditandatangi oleh Kepala Puskesmas. 2. Verifikasi dan Penetapan Data Sasaran Penerima MT Puskesmas berkoordinasi dengan pemerintahan desa/kelurahan dan melakukan verifikasi terkait data sasaran penerima MT (konfirmasi jumlah, status gizi, usia, dan domisili) berdasarkan wilayah kerja. Selanjutnya Puskesmas menetapkan sasaran yang sudah diverifikasi.
  • 43. 3. Penetapan Lokasi ■ Penetapan lokasi dan sasaran dilakukan oleh puskesmas berkoordinasi dengan desa. ■ Penetapan sasaran dapat menggunakan data laporan rutin dalam sigiziterpadu. Selanjutnya data tersebut perlu di verifikasi oleh desa untuk memastikan sasaran pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal. ■ Data sasaran dicantumkan secara lengkap by name by address ■ Untuk menyepakati nama desa sebagai lokasi kegiatan sebaiknya mempertimbangkan: 1) Jumlah sasaran 2) Kesiapan desa 3) Kombinasi dari berbagai pertimbangan yang memungkinkan program nanti dapat berjalan dengan baik
  • 44. 4. Penyusunan Siklus Menu sesuai Standar ■ Penyusunan siklus menu dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas dengan memperhatikan ketersediaan sumber bahan pangan lokal setempat dan standar yang telah ditetapkan (kandungan energi/kalori, protein, lemak). ■ Siklus menu dianjurkan dibuat dalam sedikitnya 7 (tujuh) hari siklus. Adanya siklus menu diharapkan dapat mengantisipasi kebosanan konsumsi oleh sasaran. Selain itu dengan adanya siklus menu juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan bahan pangan lokal.
  • 45. 5. Penyusunan Rencana Anggaran Kegiatan Rencana anggaran kegiatan disusun oleh Puskesmas dengan mempertimbangkan jumlah sasaran dan berbagai pertimbangan untuk kelancaran program. Anggaran kegiatan yang dihitung meliputi: – Biaya pembelian bahan makanan Biaya bahan makanan digunakan untuk pembelian bahan makanan. Biaya ini dialokasikan 80% dari unit cost – Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan Biaya jasa penyelenggaraan/pengolahan makanan sebesar 15% dari unit cost Tidak diperkenankan mengalokasikan biaya untuk pembelian alat masak. Alat yang diperlukan untuk pengolahan makanan dipenuhi dari peralatan yang tersedia di desa. – Biaya operasional untuk dukungan manajemen Biaya operasional untuk dukungan manajemen (ATK untuk penyusunan SPJ kegiatan, penggandaan formulir-formulir pencatatan pelaporan, pembelian alat makan, transport) dialokasikan sebesar 5% dari unit co
  • 46. Penting !!! . Catatan: ■ Anggaran unit cost setiap kali pemberian makan tambahan berbahan pangan lokal disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah masing-masing dengan mengacu pada data harga pangan strategis nasional atau SK terkait harga pangan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
  • 47. 6 . Penyusunan Kerangka Acuan Pelaksanaan Kegiatan Kerangka Acuan Kegiatan berisi: ■ Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan) ■ Tahap Pelaksanan ■ Keluaran yang diharapkan ■ Anggaran/pembiayaan ■ Waktu Pelaksanaan kegiatan ■ Lampiran, antara lain: a) Surat Penunjukkan Tim Pelaksanan Kegiatan b) Daftar sasaran terverifikasi c) Siklus Menu d) Jadwal rinci pelaksanaan kegiatan e) Lokasi kegiatan f) Rencana Anggaran Kegiatan
  • 48. B. Tahap Persiapan 1. Sosialisasi Kegiatan Sebelum pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal, tim pelaksana melakukan sosialisasi dan advokasi kepada stake holder terkait misalnya pemerintahan desa/kelurahan, tokoh masyarakat, kader, dan sasaran penerima. Hal penting yang perlu disampaikan saat pelaksanaan sosialisasi dan advokasi antara lain: 1.rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal (waktu, tempat, sumber daya, dll) 2.tujuan pelaksanaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal 3.sasaran kegiatan 4.mekanisme pelaksanaan, dll
  • 49. 2. Pembekalan pada sumber daya yang terlibat Setelah melakukan sosialisasi kegiatan PMT berbahan pangan lokal selanjutnya tim pelaksana melakukan orientasi kepada sumber daya yang terlibat (misalnya perangkat desa, kader, tenaga kesehatan di wilayah desa). Hal yang perlu diorientasikan antara lain: 1. Rencana kegiatan pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal 2. Tugas dan fungsi sumber daya yang terlibat (pembagian tugas) 3. Mekanisme pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal 4. Prinsip dan Cara pengolahan makanan tambahan 5. Siklus Menu 6. Pencatatan dan pelaporan 7. dll
  • 50. C. Tahap Pelaksanaan 1. Pembelian Bahan Makanan ■ Setelah siklus menu disusun, selanjutnya tenaga gizi puskesmas dibantu pengelola makanan merencanakan kebutuhan bahan makanan yang perlu dibeli untuk satu siklus menu ■ Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan makanan ■ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian bahan makanan - Memilih bahan makanan basah yang segar, tidak bau, tidak busuk - Tanggal kadaluarsa -Label Halal dan izin edar - Jumlah yang dibelu sesuai kebutuhan - waktu/musim
  • 51. 2. Pengolahan Bahan Makanan ■ Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan cara pengolahan yang biasa dilakukan sehari-hari dengan memperhatikan aspek hygiene dan sanitasi serta menerapkan 5 kunci keamanan pangan ■ Prinsip –prinsip dalam pengolahan bahan pangan perlu diperhatikan untuk mempertahankan kandungan gizi yang terkandung dalam bahan makanan serta meningkatkan daya cerna makanan Adapun syarat penjamah makanan/orang yang mengolah makanan antara lain 1. Surat pernyataan berbadan sehat 2. Sudah vaksinasi covid-19 minimal 3 kali 3. Bersedia menjalankan prinsip hygiene dan sanitasi selama proses penyelenggaran makanan tambahan berbahan pangan local seperti menjaga kebersihan diri dan bahan pangan serta peralatan yang dipergunakan
  • 52. 3. Tahap Pelaksanaan PMT berbahan Pangan Lokal ■ Pemberian MT berbahan pangan local disertai edukasi ■ Pelaksanaan kegiatan sebaiknya diintergrasikan dengan program yang ada didesa. Dapat dilaksanakan di rumah salah satu warga yang disepakti atau tempat yang sudah disepakati ■ Edukasi gizi dapat dilakukan melalui kegiatan demostrasi masak dilanjutkan dengan makan Bersama- sama serta penyampain penyuluhan ■ Kegiatan edukasi/penyuluhan dengan : 1. kegiatan demonstrasi masak bertujuan agar ibu hamil/ibu balita/pengasuh mendapat keterampilan yang cukup dalam pemilihan , penyiapan dan pengolahan makanan tambahan pangan local 2. Kegiatan demonstrasi masak dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam sebulan 3. Alat masak dan bahan makanan disiapkan oleh tim pelaksana PMT
  • 53. ■ Pelaksanaan PMT berbahan pangan lokal menerapkan protokol kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kondisi setempat 2. Pengambilan makanan dilakukan dengan tertib sesuai jadwal yang telah disepakati, menjaga jarak dan menggunakan masker 3. Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air mengalir dan menggunakan sabun) atau hand sanitizer di lokasi pembagian makanan 4. Pada sasaran yang tidak hadir pada saat kegiatan, makanan tambahan dapat diantar ke rumah sasaran atau dapat dilakukan dengan mekanisme lain yang mendukung sesuai kondisi wilayah.
  • 54. 4. Pecatatan dan Pelaporan ■ Hal-hal yang perlu dicatat dan dilaporkan sebagai berikut: 1. Pencatatan hasil pengukuran BB, PB atau TB, LiLA, dan konsumsi tablet tambah darah serta makanan tambahan pada ibu hamil dan balita dapat menggunakan buku KIA dan catatan lainnya yang dapat dicatat secara elektronik melalui Sigizi Terpadu pada menu Pemantauan PMT. 2. Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui pencatatan di puskesmas dan juga mencatat di kartu pemantauan ibu hamil dan balita sebagai self- monitoring agar ibu anakbalita dapat ikut memantau setiap kali mendapat makanan tambahan lokal. ■ Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh kader, petugas kesehatan dari puskesmas baik harian, mingguan, maupun bulanan mengacu formulir telampir.
  • 55. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang dari tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan tingkat Pusat. 1. Monitoring/Pemantauan ■ Pemantauan dilakukan oleh tim pelaksana di puskesmas maupun secara berjenjang. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data pelaksanaan kegiatan untuk bahan pengambilan keputusan dalam proses menjaga dan perbaikan pelaksanaan kegiatan. Pemantauan dilakukan terhadap data keluaran antara lain input, proses, output dan outcome. ■ Mekanisme pemantauan sebagai berikut: a) Pendampingan dan pemantauan dilakukan secara berjenjang b) Tim pelaksana di puskesmas melakukan pendampingan dan pembinaan kegiatan PMT secara berkesinambungan. Jika ada masalah segera melakukan koordinasi dan tindakan perbaikan
  • 56. MONITORING DAN EVALUASI 2. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan PMT bagi ibu hamil dan balita yang dapat dilihat dari aspek input, proses, output dan outcome dari pelaksanaan kegiatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi 1. Peningkatan Berat Badan (BB) optimal Ibu sesuai dengan usia kehamilan 2. Peningkatan Berat Badan (BB) adekuat pada sasaran Balita Tidak Naik yang kurva pertumbuhannya normal 3. Perbaikan status gizi yang dinilai berdasarkan indikator BB/U pada sasaran balita 4. underweight 5. Peningkatan status gizi yang dinilai dengan indikator BB/U, BB/PB atau BB/TB pada balita gizi kurang dengan atau tanpa stunting
  • 57. PEMBIAYAAN DAN ADMISTRASI ■ Pembiayaan Sumber pembiayaan kegiatan PMT berbahan pangan lokal dapat berasal dari berbagai sumber antara lain APBN, Dana Transfer Daerah (DAK Non Fisik), APBD, Dana Desa, dan sumber pendanaan lainnya. Komponen pembiayaan disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Pada prinsipnya tidak diperkenankan adanya duplikasi anggaran. ■ Administrasi dan Pelaporan Ketentuan administrasi dan pelaporannya mengacu pada peraturan yang dikeluarkan sehubungan dengan sumber pendanaan yang digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan. Sebagai pertanggungjawaban administrasi kegiatan harus disusun laporan yang dilengkapi dengan dokumentasi pelaksanaan kegiatan (foto, video, dll).
  • 58. Format Pemantauan dan Pencatatan Makanan Tambahan
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64.
  • 65.
  • 66.
  • 67.
  • 68.
  • 69.