Partai politik pelajaran dari obama untuk partai-partai di indonesia
1. Sosialisasi Politik: Pelajaran dari Tim Kampanye Barack Obama untuk
Kampanye Politik di Indonesia
Oleh: Muhammad Ghufron Mustaqim (09/282369/SP/23440)
Setahun lagi, masyarakat Indonesia akan menggelar pesta demokrasi yang
besar. Tahun 2014, masyarakat Indonesia akan memilih perwakilan-perwakilan
mereka di DPR Daerah, DPR Pusat, MPR Pusat, dan juga memilih presiden dan
wakil presiden. Dua belas partai nasional akan bertarung memperebutkan 175 juta
suara.1 Namun pada saat ketika masyarakat seharusnya turut proaktif menyambut
pesta demokrasi ini, sebagian mereka terutama kalangan mudanya masih
cenderung apatis. Seperti yang dikatakan oleh Pengamat Politik LIPI, Syamsudin
Haris, pemilih pemula kehilangan kepercayaan dengan partai politik sehingga
mereka cenderung apatis. 2 Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat politik
dari CSIS, J Kristiadi, bahwa banyak pemilih pemula yang jumlahnya sekitar 30
juta jiwa akan golput pada Pemilu 2014.3
Melihat permasalahan pelik ini, penulis tertarik untuk membahas sosialisasi
politik di Indonesia. Dengan sosialisasi politik kepada kalangan pemilih pemula
yang lebih baik, penulis yakin bahwa persoalan apatisme dari generasi muda bisa
terkurangi. Sosialisasi politik, menurut pandangan John Patrict, adalah upaya
mengenalkan norma-norma, nilai-nilai, dan pandangan-pandangan atas realitas
sosial (yang kemudian termanifestasi dalam kebijakan) dari suatu entitas politik
(partai politik, politisi dsb) kepada masyarakat.4 Sosialisasi politik merupakan
bagian dari pendidikan politik yang memiliki definisi untuk membebaskan
masyarakat dari tabu-tabu dan simbol-simbol politik sehingga masyarakat dapat
1 ‘Kemendagri: Daftar Pemilih Pemilu 2014 Selesai’, Tempo (daring), 26 April 2013,
<http://www.tempo.co/read/news/2013/04/26/078476068/Kemendagri-Daftar-Pemilih-Pemilu-
2014-Selesai>, diakses 24 Juni 2013.
2 ‘Perilaku Parpol Picu Apatisme Pemilih Pemula’. Antara News (daring), 29 Mei 2013,
<http://www.antarasumbar.com/berita/politik/j/1/291914/perilaku-parpol-picu-apatisme-
pemilih-pemula.html>, diakses 24 Juni 2013.
3 ‘Pengamat Perkirakan Banyak Pemilih Pemula Apatis’, Republika (daring), 27 Mei 2013,
<http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/27/mngt0k-pengamat-perkirakan-
banyak-pemilih-pemula-apatis>, diakses 24 Juni 2013.
4 J. Patrick. ‘Political Socialization’, The High School Journal. Vol. 54, No. 2, 1970, pp. 63-67
2. secara independen memilih bagaimana menjalani kehidupan sebagai insan politik.5
Penulis tertarik untuk mengambil pelajaran dari kesuksesan sosialisasi politik yang
dilakukan oleh Barack Obama dan timnya sehingga bisa secara efektif menarik
perhatian dan keikutsertaan pemilih pemula, yang kemudian mengantarkannya
terpilih sebagai Presiden AS pada Pemilu 2008 dan 2012.
Berbagai analisis mengatakan tanpa peran dan voting dari kalangan
pemuda, Obama bisa kalah pada kedua pemilu terakhir ini. Pada pemilu 2012 di
AS lalu, 60% generasi muda berumur 18-29 tahun yang menggunakan hak pilihnya
memilih Obama, sementara hanya 37% memilih Mitt Romney.6 Jumlah itu lebih
dari 13 juta dari 22 juta pemilih muda yang memilih pada 2012. Pada pemilu 2008
pun demikian, Obama dapat menarik persentase lebih besar dari pada John
McCain dengan mengumpulkan 12 juta suara dari kalangan muda.7 Jumlah
pemilih muda yang berpartisipasi pada pemilu 2008 dan 2012 jumlahnya lebih
besar daripada jumlah pemilih pada pemilu-pemilu sebelumnya dalam satu
setengah dekade terakhir. Dengan preseden ini, penulis menyimpulkan bahwa
Obama sukses melakukan sosialisasi politik untuk kalangan pemilih muda.
Beberapa analisis mencoba melihat kesuksesan Obama menarik simpati
generasi muda dari faktor kebijakan yang dikeluarkan. Misalnya Obama sangat
mengadvokasi kebijakan affordable education pada saat-saat kampanye—
kebutuhan yang sangat relevan dengan generasi muda. Beberapa analisis lain
mencoba melihat faktor umur Obama yang relatif lebih muda daripada kandidat
presiden Mitt Romney maupun John McCain sehingga banyak anak muda yang
merasa memiliki attachment dengannya. Tetapi menurut penulis, salah satu faktor
yang sangat krusial mengapa kelompok muda berkontribusi besar dalam
kemenangan Obama adalah berkat penggunaan sarana-sarana media baru (new
media atau social media) oleh tim kampanye Obama. Berkat strategi ini,
5 Nasiwan. ‘Dilema Pendidikan Politik’. Fakultyas Ilmu Sosial UNY. Pp. 2
6E.Flock, ‘Without Youth Vote Obama Would Have Lost Election’, USA News (daring), 7 November
2012,<http://www.usnews.com/news/blogs/washington-whispers/2012/11/07/preliminary-tallies-
without-youth-vote-obama-would-have-lost-election>, diakses 24 Juni 2012.
7 E. Alexandrova. An analysis of Barack Obama’s Election Campaign aimed at Young Americans,
Fordham University, New York, 2010, pp. 5.
3. kebijakan-kebijakan Obama yang pro-anak muda bisa tersampaikan dengan efektif
dan oleh karenya para pemilih muda merasa memiliki keterikatan (attachment)
dengannya.
Obama sangat memahami bahwa generasi muda merupakan pengguna aktif
dan sangat dekat dengan media-media baru, seperti Facebook, Twitter, Youtube,
Tumblr, dan Instagram. Menyadari hal ini, Obama menyusun strategi presence
(kehadiran) di semua media baru mainstream di atas untuk menyebarluaskan
cerita-ceritanya, visi-visinya untuk AS, dan rencana-rencana kebijakan untuk
merubah AS ke arah yang lebih baik. Obama juga melakukan engagement melalui
email pribadi secara rutin kepada para pendukungnya untuk meminta mereka
turut aktif mendukung kampanye. Penulis sendiri mengikuti proses dan
berlangganan materi kampanye Obama untuk pemilu 2012 lalu melalui berbagai
channel yang tersedia. Kesan yang penulis dapatkan dari strategi sosialisasi politik
Obama tersebut adalah: professional, elegan, dan sangat dekat dengan generasi
muda.
Menurut penulis, ada beberapa pelajaran sangat berharga dari kampanye
Obama yang bisa diambil hikmahnya oleh para tim sukses partai politik atau
kandidat perwakilan rakyat dan presiden berkaitan dengan kampanye melalui
media-media baru: a) Libatkan para ahli teknologi informasi dalam tim kampanye,
b) Andalkan analisis data untuk membuat materi kampanye yang sesuai dengan
audience yang ditarget, dan c) Ajak para pendukung di media-media baru untuk
proaktif menggerakkan kampanye.
Di susunan Obama for America (nama tim sukses Obama), ada sebuah
jabatan khusus bernama Chief Technology Officer (CTO). Jabatan ini memiliki
tanggung jawab untuk mengatur strategi digital dan kehadiran Obama di media-
media baru serta mengepalai ratusan para ahli teknologi informasi di tim sukses
Obama. Harper Reed yang ditunjuk untuk mengemban amanah ini merupakan
mantan CTO di sebuah perusahaan penjualan kaos online, Threadless. Selain Reed
di CTO, tim sukses juga dibantu oleh Rayid Ghani yang mengemban tugas sebagai
Chief Scientist, dan Michelangelo D'Agostino sebagai Data Analis Senior. Ghani
4. merupakan mantan Direktur Analitis Riset di Accenture sedangkan D’Agustino
adalah seorang fisikawan partikel ternama.8 Keterlibatan para pakar di bidang
teknologi dan analisis data ini sangat krusial untuk membuat kampanye secara
teknologi canggih.
Di Indonesia, apabila penulis melihat susunan tim sukses kampanye, divisi
khusus dibidang teknologi dan analisis data belum terlalu diprioritaskan dan
kampanye juga tidak terlalu melibatkan para ahli teknologi. Tim sukses cenderung
masih menggunakan cara-cara mobilisasi massa tradisional melalui kampanye di
jalan dan lapangan, konser dangdut, dan pemasangan baliho atau bendera untuk
menyentuh (engage) para pendukung dan simpatisan. Tim sukses kampanye di
Indonesia belum menjadikan media-media baru sebagai aliran utama untuk
sosialisasi politik. Sepengetahuan penulis, baru tim Jokowi-Ahok (Gubernur-Wakil
Gubernur DKI) dan Ridwan Kamil-Oded M.D. (Walikota-Wakil Walikota
Bandung) yang cukup cerdas memanfaatkan saluran-saluran ini.
Selanjutnya, tim Obama dalam menyusun pesan-pesan dan kemasan-
kemasan kampanye sangat mengandalkan analisis data para target audience-nya.
Data tersebut misalnya berkaitan dengan demografi, asal universitas, hobi, artis
idola, dan musik favorit para target. Data tersebut didapatkan dari melihat sejarah
(history) dan kelakuan (behavior) para target ketika berselancar di internet.
Kemudian pesan dan kemasan kampanye disesuaikan sehingga dampak kampanye
lebih mengena dan efektif. Penulis suatu ketika pernah di email oleh tim sukses
untuk mendaftarkan diri sebagai relawan kampanye di Washington, D.C., Penulis
sempat heran bagaimana tim sukses mengetahui bahwa pada tengah tahun 2012
penulis pernah tinggal beberapa saat di Washington, D.C. Ternyata tim sukses
mengetahuinya dari alamat IP (internet protocol) ketika penulis berselancar di
internet di daerah tersebut. Di Indonesia, penulis belum pernah mengetahui tim
sukses yang memanfaatkan data analisis secanggih ini. Padahal dengan cara ini
sebenarnya tim sukses bisa melakukan sosialisasi politik lebih efektif dan efisien.
8 A. Fitzpstrict, ‘4 Reasons Why Obama's Digital Effort Was a Success.’ Mashable (daring), 27
Desember 2012, <http://mashable.com/2012/12/26/obama-digital-success/>, diakses 24 Juni
2013.
5. Terakhir, melalui media-media baru ini tim sukses Obama tidak hanya
menyampaikan sosialisasi politik, ia juga memanfaatkan saluran ini untuk
meminta keterlibatan aktif para pendukung dan simpatisan untuk menggerakkan
kampanye dengan berdonasi, mengetuk pintu tetangga, menelpon kerabat atau
teman, dan membeli aksesoris-aksesoris kampanye. Dari donasi, tercatat Obama
dapat mengumpulkan US$ 690 juta pada 2012 dan sekitar US$ 500 juta pada
2008 dari jutaan pendukungnya.9 Strategi ini digunakan agar masyarakat luas
merasa mempunyai kepemilikan atas kampanye yang sedang dilakukan. Mereka
tidak hanya dijadikan sebagai pendengar atau penonton, mereka diajak sebagai
pelaku. Dukungan proaktif dari akar rumput ini menimbulkan efek sosialisasi
kampanye yang lebih luas sehingga mambantu kemenangan Obama. Di Indonesia,
penulis melihat paradigma tim sukses kepada masyarakat hanya sebatas
menjadikan mereka objek, alih-alih subjek. Misalnya alih-alih meminta donasi
pendukung, para tim sukses biasanya malah menyogok (vote buying) kepada para
simpatisan.
Demikianlah tiga pelajaran penting yang bisa penulis sarikan dari tim
sukses Obama dalam sosialisasi politik sehingga sukses melibatkan generasi muda
yang pada mulanya sebagain besar cenderung apatis. Namun karena strategi
pendekatan yang tepat akhirnya mereka bisa disentuh dan digerakkan. Indonesia
juga memiliki permasalahan yang sama dari segi keapatisan kaum mudanya
dengan pemilu 2014 nanti. Namun apabila tim sukses kampanya partai politik atau
kandidat wakil rakyat dan presiden bisa menggunakan sarana-sarana media baru
secanggih (atau setidaknya mendekati) apa yang telah dipraktikkan Obama,
penulis yakin suara dari pemilih pemula sangat potensial untuk menentukan
kemenangan. Di era baru seiring dengan kemajuan teknologi, sosialisasi politik
juga harus memanfaatkan fasilitas-fasilitas baru yang tersedia.
9 J. Green. ‘The Science Behind Those Obama Campaign E-Mails’, Business Week (daring), 29
November 2012, < http://www.businessweek.com/articles/2012-11-29/the-science-behind-those-
obama-campaign-e-mails., diakses 24 Juni 2012.
6. Referensi
Buku dan Jurnal
Alexandrova, E. An analysis of Barack Obama’s Election Campaign aimed at Young
Americans, Fordham University, New York, 2010.
Nasiwan. ‘Dilema Pendidikan Politik’. Fakultyas Ilmu Sosial UNY.
Patrick, J. ‘Political Socialization’, The High School Journal. Vol. 54, No. 2, 1970.
Sumber Daring
‘Kemendagri: Daftar Pemilih Pemilu 2014 Selesai’, Tempo (daring), 26 April 2013,
<http://www.tempo.co/read/news/2013/04/26/078476068/Kemendagri-
Daftar-Pemilih-Pemilu-2014-Selesai>, diakses 24 Juni 2013.
‘Pengamat Perkirakan Banyak Pemilih Pemula Apatis’, Republika (daring), 27 Mei
2013, <http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/27/mngt0k-
pengamat-perkirakan-banyak-pemilih-pemula-apatis>, diakses 24 Juni 2013.
‘Perilaku Parpol Picu Apatisme Pemilih Pemula’. Antara News (daring), 29 Mei
2013, <http://www.antarasumbar.com/berita/politik/j/1/291914/perilaku-
parpol-picu-apatisme-pemilih-pemula.html>, diakses 24 Juni 2013.
Fitzpstrict, A. ‘4 Reasons Why Obama's Digital Effort Was a Success.’ Mashable
(daring), 27 Desember 2012, <http://mashable.com/2012/12/26/obama-digital-
success/>, diakses 24 Juni 2013.
Flock, E. ‘Without Youth Vote Obama Would Have Lost Election’, USA News
(daring), 7 November 2012,<http://www.usnews.com/news/blogs/washington-
whispers/2012/11/07/preliminary-tallies-without-youth-vote-obama-would-
have-lost-election>, diakses 24 Juni 2012.
Green, J. ‘The Science Behind Those Obama Campaign E-Mails’, Business Week
(daring), 29 November 2012, < http://www.businessweek.com/articles/2012-11-
29/the-science-behind-those-obama-campaign-e-mails., diakses 24 Juni 2012