SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Mengurai Tantangan Pembangkit Hijau di Indonesia
Bisnis.com, JAKARTA -- Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan, alias EBT, di Indonesia masih minim meski
negara ini sebenarnya kaya Sumber Daya Alam yang bisa digunakan sebagai sumber tenaga listrik.
Sejumlah hal yang menjadi penyebab adalah minimnya penguasaan teknologi di dalam negeri, regulasi yang tidak
bersahabat dengan pihak swasta, sulitnya pendanaan untuk membangun pembangkit EBT, hingga keberadaan
rente menjadi penghambat pengembangan energi alternatif.
Baca juga: Pertamina, RNI, dan PTPN III Sepakat Kerja Sama Penyediaan Bahan Baku Energi Baru Terbarukan
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bauran EBT untuk pembangkit
listrik masih berada di angka 12,4% pada 2018. Sumber energi terbesar untuk pembangkit listrik masih berasal
dari batu bara (60,5%) dan gas bumi (22,1%).
Padahal, Indonesia menargetkan bauran EBT untuk pembangkit listrik bisa mencapai 23% pada 2025. Itu berarti,
masih ada kekurangan 10,6% bauran EBT untuk mencapai target itu.
Baca juga: Pembangkit Listrik Biogas PTPN V Resmi Beroperasi
Teknisi mengoperasikan mesin turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok, Dago, Bandung, Jawa
Barat, Jumat (19/10/2018). PLTA yang dikelola oleh PT Indonesia Power itu masih beroperasi mengalirkan listrik
untuk warga Bandung dan sekitarnya./JIBI-Rachman
Baca juga: Proyek Pembangkit Hijau Diberi Jalur Khusus
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM F.X. Sutijastoto
mengatakan pengembangan EBT sebagai sumber tenaga listrik membutuhkan waktu panjang. Dia menyatakan saat
ini, hambatan utama dalam pengembangan sumber listrik dari EBT adalah minimnya penguasaan teknologi oleh
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Guna mendorong penguasaan teknologi pembangkit listrik EBT, pemerintah menggunakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sebagai motor penggerak. Salah satu BUMN yang akan menjadi motor adalah PT PLN (Persero).
“Kan di sini [perusahaan energi] juga harus ada strength-nya untuk engineering-nya, kemudian masalah keandalan
sistemnya [belum siap], ya bertahap lah kita siapkan. Nanti kami bina, BUMN yang jadi motornya, agar Indonesia
tidak jadi pasar saja [untuk pengembangan EBT],” tutur Sutijastoto kepada Bisnis, Jumat (22/3/2019).
Kementerian ESDM menyebutkan pembangkit listrik EBT sebenarnya mudah dibuat dan dioperasikan. Tetapi,
Indonesia tidak mau asal menerima investasi pembangkit listrik EBT tanpa mendapat transfer pengetahuan
teknologi dari pihak luar.
Dia melanjutkan jika mau sembarang menerima investor, pemerintah bisa saja menerima investasi dari pemodal
asal China atau FIlipina yang menawarkan harga jual listrik terbarukan sebesar US$5 sen-US$7 sen per kWh.
Namun, pemerintah tak mau menerima investasi pembangunan pembangkit EBT yang teknologinya tidak terjamin.
Ada 40 proyek pembangkit yang sedang menjalani proses konstruksi dan sekitar 24 proyek masih dalam tahap
menuntaskan aspek pendanaan atau financial close.
“Tapi yang kami upayakan ya kita tidak hanya menjadi market, tetapi juga membangun industri [dalam negeri].
Misalnya, Toyota, Pertamina, dan RNI [PT Rajawali Nusantara Indonesia] itu tertarik bangun [pembangkit listrik]
bioethanol di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan basis rumput gajah,” tutur Sutijastoto.
Dalam mengembangkan pembangkit listrik EBT, pemerintah memiliki strategi membangun pasar terlebih dulu
sebelum mengoptimalkan energi hijau di suatu wilayah.
Dia memberi contoh tentang potensi energi panas bumi yang besar di wilayah Halmahera. Tetapi, belum ada pem-
bangkit listrik EBT yang terbangun di sana.
Pada saat bersamaan, sejumlah investor tertarik membangun smelter di Halmahera karena daerah itu kaya akan
sumber daya mineral. Pembangunan industri perikanan di sana juga berpotensi dilakukan karena kekayaan hasil
laut di Halmahera.
Potensi pembangunan lintas sektor di Halmahera membuat prospek keberadaan pembangkit listrik EBT di sana
cerah. Sebabnya, pasti ada pengguna listrik dari pembangkit yang dibangun nanti.
“Ini yang kami fasilitasi, membangun klaster-klaster, membuat market. Jadi kami create market itu smelter
didorong, kemudian industri perikanan kami dorong, itulah strategi kami,” ucap Sutijastoto.
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta, Rabu (6/1/2016)./Antara-M. Agung
Rajasa
Rente dan Biaya Impor Teknologi
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan menuturkan
saat ini, masih banyak tahapan perizinan yang harus dilalui investor untuk membangun pembangkit listrik EBT.
Hal itu menjadi penyebab minimnya investasi pembangkit listrik tenaga ramah lingkungan.
“Di Indonesia kan meski [ada] Online Single Submission (OSS) tapi perizinannya masih panjang. Yuk, makanya kita
buat, potong deh apa persoalannya,” ujarnya kepada Bisnis.
Selain banyaknya proses yang harus dilalui, kendala lain yang dihadapi dalam mengembangkan potensi energi
terbarukan sebagai pembangkit. Masalah yang dimaksud yakni tingginya biaya membangun pembangkit listrik
EBT.
Tingginya biaya diakibatkan belum adanya komponen pembangkit EBT yang berasal dari dalam negeri. Karena
semua komponen harus diimpor, maka biaya untuk membangun pembangkit ramah lingkungan membengkak.
Padahal, dengan mekanisme pembelian listrik saat ini, pemilik pembangkit EBT harus menekan biaya pem-
bangunan agar bisa meraup untung atas penjualan listrik ke PLN.
Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan, harga beli listrik oleh PLN dari pembangkit EBT diatur maksimal 85% dari Biaya Pokok Penyediaan
(BPP) Pembangkitan, atau biaya produksi listrik, di daerah.
Besaran BPP Pembangkitan di daerah tercantum di Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 1772 Tahun 2018.
Berdasarkan beleid itu, BPP Pembangkitan minimal di Indonesia adalah US$6,81 sen per kWh dan maksimal US$20
sen per kWh.
“Bisa kami bangun, tapi karena masih mahal terkendala harga. Harga teknologi ini kan enggak ada buatan Indone-
sia,” terangnya.
Djoko menyarankan pengembangan EBT sebagai pembangkit di Indonesia difokuskan ke 1-2 energi hijau unggulan.
Salah satunya adalah panas bumi.
Pekerja melakukan pemeriksaan rutin jaringan instalasi pipa di wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt (MW) milik Star Energy Geothermal, di Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Oleh karena itu, pengembangan energi panas bumi diharapkan dapat didorong agar bisa menjadi tenaga pembang-
kit listrik utama. Setelah itu, barulah pengembangan EBT lain dilakukan bertahap.
“Ayo geotermal kita dorong, biar pakai universitas di Indonesia, kita kerja sama biar pintar pakai geotermal,
karena enggak semua negara punya geotermal. Energi renewable terus terang potensi luar biasa, tapi harus fokus.
Jadi paling tidak dari hulu ke hilir [kelistrikan] nanti kita kuasai,” ujar pria yang juga menjabat Pembina EBT PLN
itu.
Pandangan yang sama disampaikan peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Imadud-
din Abdullah. Dia berpandangan pemerintah harusnya ikut menangani persoalan mahalnya teknologi untuk men-
jadikan EBT sumber energi pembangkit listrik.
Dalam pandangan INDEF, harga beli listrik menggunakan skema Feed in Tariff (FiT) sebenarnya bisa lebih men-
dukung pengusaha listrik mengembangkan EBT. Tetapi, skema itu sudah tidak lagi digunakan setelah keluarnya
Kepmen ESDM Nomor 1772 Tahun 2018.
“Dulu dengan FiT, jadi pemerintah bayar selisih dari biaya produksi listrik. Tapi kan dicabut, alasannya dulu agar
kompetitif dan EBT jangan kemanjaan. Padahal, menurut saya ini industri baru harus didukung pemerintah untuk
energi terbarukan berkembang dan bersaing dengan fosil fuel,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (21/3).
Imaduddin juga menduga keberadaan rente di jalur distribusi energi menjadi salah satu sebab belum berkem-
bangnya pembangkit listrik EBT. Keberadaan pembangkit listrik energi terbarukan dianggap bisa menghapus rente
karena tidak ada lagi jalur distribusi panjang untuk membawa bahan bakar dari satu tempat ke tempat lain.
“Kalau PLN atau pembangkit berdasarkan EBT itu tidak ada rente yang direbut. Kalau minyak kan otomatis ada
biaya distribusi, transportasi. Misal si A jual ke B jual ke C, baru masuk ke pembangkit. Sementara itu, kalau EBT
kan langsung saja mengalir misalnya panas bumi dari bawah, atau air, angin,” ucapnya.
PLTS Morotai di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara berkapasitas 600 kiloWattpeak (kWp), merupa-
kan PLTS terbesar di Indonesia saat ini. Dibangun di atas lahan seluas 3 hektare, pembangkit listrik tenaga surya
tersebut telah resmi beroperasi sejak 13 Mei 2012 dan masih berfungsi dengan baik hingga hari ini./Bisnis.com
Regulasi Tidak Bersahabat
Pandangan lain disampaikan Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform
(IESR). Dia menilai regulasi yang ada saat ini menciptakan ketidakpastian dan risiko serta membuat proyek energi
terbarukan tidak bankable.
Kondisi itu menyebabkan banyaknya pemegang proyek pembangkit listrik EBT kesulitan mendapat pendanaan dari
bank-bank domestik. Saat ini, tercatat ada 24 rencana proyek pembangunan pembangkit EBT yang terkendala
masalah pembiayaan.
“Premium risk Indonesia masih tinggi. Demikian juga dengan suku bunga pinjaman bank untuk proyek energi
terbarukan masih tinggi. Kalau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pinjaman dari luar negeri dan bisa bersifat
concessional serta ada jaminan kontrak dalam bentuk take or pay dalam Power Purchase Agreement (PPA) dengan
PLN. Ini membuat biaya produksi listrik dari PLTU lebih rendah daripada listrik terbarukan,” papar Fabby.
Saat ini, biaya untuk mengembangkan teknologi terbarukan disebut sudah menurun sehingga hal itu tidak lagi
menjadi faktor yang menentukan bagi investor untuk menanamkan modalnya.
IESR juga tidak memandang keberadaan rente sebagai sebab minimnya investasi energi terbarukan di Indonesia.
Kalaupun rente masih ada, IESR meyakini hal itu tidak menjadi kendala utama bagi pebisnis energi terbarukan.
“Kalaupun ada rente pasti masih masuk dalam tahap yang bisa diterima. Ingat bahwa proyek-proyek yang gagal
itu setelah PPA dan mereka tidak mendapatkan pendanaan dari bank. Jadi, bukan soal rente atau izin lagi. Banyak
aspek regulasi yang menjadi hambatan dalam 2 tahun terakhir. Ini yang perlu dikoreksi oleh Presiden Jokowi,”
tukasnya.
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, disini :
energi baru terbarukan, fokus

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power pointHemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power point
Diana Putri
 
pengembangan kelembagaan (punya lala)
pengembangan kelembagaan (punya lala)pengembangan kelembagaan (punya lala)
pengembangan kelembagaan (punya lala)
Herlambang Bagus
 
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Verena Puspawardani
 
Kelompok 3 eko makro
Kelompok  3 eko makroKelompok  3 eko makro
Kelompok 3 eko makro
ririnstefany
 
Media Indonesia 28 Februari 2014
Media Indonesia 28 Februari 2014Media Indonesia 28 Februari 2014
Media Indonesia 28 Februari 2014
hastapurnama
 

Was ist angesagt? (16)

RUPTL 2019-2028: Perkembangan Energi Terbarukan
RUPTL 2019-2028: Perkembangan Energi TerbarukanRUPTL 2019-2028: Perkembangan Energi Terbarukan
RUPTL 2019-2028: Perkembangan Energi Terbarukan
 
Kenapa Solar Energy (Intro)
Kenapa Solar Energy (Intro)Kenapa Solar Energy (Intro)
Kenapa Solar Energy (Intro)
 
Hibrid
HibridHibrid
Hibrid
 
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
Rangkuman Peta Jalan Ketenagalistrikan Indonesia
 
Bab i distribusi
Bab i distribusiBab i distribusi
Bab i distribusi
 
Hemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power pointHemat listrik untuk bumi kita power point
Hemat listrik untuk bumi kita power point
 
General Business Environment - Sumber Segara Primadaya
General Business Environment - Sumber Segara PrimadayaGeneral Business Environment - Sumber Segara Primadaya
General Business Environment - Sumber Segara Primadaya
 
pengembangan kelembagaan (punya lala)
pengembangan kelembagaan (punya lala)pengembangan kelembagaan (punya lala)
pengembangan kelembagaan (punya lala)
 
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan..."Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
 
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi   arif heru kuncoro - esdm
1. kebijakan nasional tentang efisiensi energi arif heru kuncoro - esdm
 
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
Buku Saku Hemat Energi ESDM Final (1)
 
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
 
Kelompok 3 eko makro
Kelompok  3 eko makroKelompok  3 eko makro
Kelompok 3 eko makro
 
Presentasi kasat mata 2.0 fixed
Presentasi kasat mata 2.0 fixedPresentasi kasat mata 2.0 fixed
Presentasi kasat mata 2.0 fixed
 
Media Indonesia 28 Februari 2014
Media Indonesia 28 Februari 2014Media Indonesia 28 Februari 2014
Media Indonesia 28 Februari 2014
 
Ekonomian operasional pltn
Ekonomian operasional pltnEkonomian operasional pltn
Ekonomian operasional pltn
 

Ähnlich wie Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia

BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
tamihakim
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
GbpGugun
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan
Bima67
 

Ähnlich wie Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia (20)

Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)
Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)
Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)
 
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
Kelistrikan mimpi gelap indonesia hadapi mea 2015
 
Tingkat_Pembebanan_Listrik_di_Provinsi_Kep._Bangka_Belitung
Tingkat_Pembebanan_Listrik_di_Provinsi_Kep._Bangka_BelitungTingkat_Pembebanan_Listrik_di_Provinsi_Kep._Bangka_Belitung
Tingkat_Pembebanan_Listrik_di_Provinsi_Kep._Bangka_Belitung
 
Energi - New Paradigm
Energi - New ParadigmEnergi - New Paradigm
Energi - New Paradigm
 
Lprn pkl-mk
Lprn pkl-mkLprn pkl-mk
Lprn pkl-mk
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
Pengembangan ebt di Indonesia
Pengembangan ebt di Indonesia   Pengembangan ebt di Indonesia
Pengembangan ebt di Indonesia
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan
 
Plastik & sampah plastik pantau april 21
Plastik & sampah plastik pantau april 21Plastik & sampah plastik pantau april 21
Plastik & sampah plastik pantau april 21
 
Makalah manajemen strategik pt. wep (gezy megalitta mmumj - 20139000048)
Makalah manajemen strategik pt. wep (gezy megalitta   mmumj - 20139000048)Makalah manajemen strategik pt. wep (gezy megalitta   mmumj - 20139000048)
Makalah manajemen strategik pt. wep (gezy megalitta mmumj - 20139000048)
 
PPT - Dr Surya Darma METI- OECD Stakeholder Dialogue on Mobilising Clean Ener...
PPT - Dr Surya Darma METI- OECD Stakeholder Dialogue on Mobilising Clean Ener...PPT - Dr Surya Darma METI- OECD Stakeholder Dialogue on Mobilising Clean Ener...
PPT - Dr Surya Darma METI- OECD Stakeholder Dialogue on Mobilising Clean Ener...
 
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
 
Buma news up to january 2017
Buma news up to january 2017Buma news up to january 2017
Buma news up to january 2017
 
Upaya Peningkatan Elektrifikasi di Indonesia
Upaya Peningkatan Elektrifikasi di IndonesiaUpaya Peningkatan Elektrifikasi di Indonesia
Upaya Peningkatan Elektrifikasi di Indonesia
 
Proposal(20april11)
Proposal(20april11)Proposal(20april11)
Proposal(20april11)
 
Makalah Sumber Daya Energi - PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu)
Makalah Sumber Daya Energi - PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu)Makalah Sumber Daya Energi - PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu)
Makalah Sumber Daya Energi - PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu)
 
Metode Pengambilan Keputusan AHP versi Hitungan Manual
Metode Pengambilan Keputusan AHP versi Hitungan ManualMetode Pengambilan Keputusan AHP versi Hitungan Manual
Metode Pengambilan Keputusan AHP versi Hitungan Manual
 
Permasalahan kelistrikan nasional_dan_so
Permasalahan kelistrikan nasional_dan_so Permasalahan kelistrikan nasional_dan_so
Permasalahan kelistrikan nasional_dan_so
 
PLN dan Pertamina berebut saham PGE
PLN dan Pertamina berebut saham PGEPLN dan Pertamina berebut saham PGE
PLN dan Pertamina berebut saham PGE
 

Mehr von Gandabhaskara Saputra

How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation renew...
How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation   renew...How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation   renew...
How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation renew...
Gandabhaskara Saputra
 

Mehr von Gandabhaskara Saputra (9)

Prioritas Kebijakan Sektor Energi Indonesia dan Kandidat Menteri ESDM
Prioritas Kebijakan Sektor Energi Indonesia dan Kandidat Menteri ESDMPrioritas Kebijakan Sektor Energi Indonesia dan Kandidat Menteri ESDM
Prioritas Kebijakan Sektor Energi Indonesia dan Kandidat Menteri ESDM
 
How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation renew...
How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation   renew...How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation   renew...
How renewables can help electrify indonesia's sprawling island nation renew...
 
Pojok energi presentation alternative rural electricity development
Pojok energi presentation alternative rural electricity developmentPojok energi presentation alternative rural electricity development
Pojok energi presentation alternative rural electricity development
 
Business models for off grid systems
Business models for off grid systemsBusiness models for off grid systems
Business models for off grid systems
 
Bahan diskusi iesr dirpro kamis 21 mar 19 rev 2
Bahan diskusi iesr dirpro kamis 21 mar 19 rev 2Bahan diskusi iesr dirpro kamis 21 mar 19 rev 2
Bahan diskusi iesr dirpro kamis 21 mar 19 rev 2
 
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
 
Energy Transition In A Nutshell
Energy Transition In A NutshellEnergy Transition In A Nutshell
Energy Transition In A Nutshell
 
Technical Report: A Roadmap for Indonesia's Power Sector
Technical Report: A Roadmap for Indonesia's Power SectorTechnical Report: A Roadmap for Indonesia's Power Sector
Technical Report: A Roadmap for Indonesia's Power Sector
 
Roadmap for Indonesia's Power Sector - Summary for Policy Makers
Roadmap for Indonesia's Power Sector - Summary for Policy MakersRoadmap for Indonesia's Power Sector - Summary for Policy Makers
Roadmap for Indonesia's Power Sector - Summary for Policy Makers
 

Kürzlich hochgeladen

Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 

Kürzlich hochgeladen (15)

Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
1. PERMENDES 15 TH 2021 SOSIALISASI.pptx
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 

Mengurangi tantangan pembangkit hijau di indonesia

  • 1. Mengurai Tantangan Pembangkit Hijau di Indonesia Bisnis.com, JAKARTA -- Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan, alias EBT, di Indonesia masih minim meski negara ini sebenarnya kaya Sumber Daya Alam yang bisa digunakan sebagai sumber tenaga listrik. Sejumlah hal yang menjadi penyebab adalah minimnya penguasaan teknologi di dalam negeri, regulasi yang tidak bersahabat dengan pihak swasta, sulitnya pendanaan untuk membangun pembangkit EBT, hingga keberadaan rente menjadi penghambat pengembangan energi alternatif. Baca juga: Pertamina, RNI, dan PTPN III Sepakat Kerja Sama Penyediaan Bahan Baku Energi Baru Terbarukan Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bauran EBT untuk pembangkit listrik masih berada di angka 12,4% pada 2018. Sumber energi terbesar untuk pembangkit listrik masih berasal dari batu bara (60,5%) dan gas bumi (22,1%). Padahal, Indonesia menargetkan bauran EBT untuk pembangkit listrik bisa mencapai 23% pada 2025. Itu berarti, masih ada kekurangan 10,6% bauran EBT untuk mencapai target itu. Baca juga: Pembangkit Listrik Biogas PTPN V Resmi Beroperasi Teknisi mengoperasikan mesin turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok, Dago, Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/10/2018). PLTA yang dikelola oleh PT Indonesia Power itu masih beroperasi mengalirkan listrik untuk warga Bandung dan sekitarnya./JIBI-Rachman Baca juga: Proyek Pembangkit Hijau Diberi Jalur Khusus Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM F.X. Sutijastoto mengatakan pengembangan EBT sebagai sumber tenaga listrik membutuhkan waktu panjang. Dia menyatakan saat ini, hambatan utama dalam pengembangan sumber listrik dari EBT adalah minimnya penguasaan teknologi oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Guna mendorong penguasaan teknologi pembangkit listrik EBT, pemerintah menggunakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai motor penggerak. Salah satu BUMN yang akan menjadi motor adalah PT PLN (Persero). “Kan di sini [perusahaan energi] juga harus ada strength-nya untuk engineering-nya, kemudian masalah keandalan sistemnya [belum siap], ya bertahap lah kita siapkan. Nanti kami bina, BUMN yang jadi motornya, agar Indonesia tidak jadi pasar saja [untuk pengembangan EBT],” tutur Sutijastoto kepada Bisnis, Jumat (22/3/2019).
  • 2. Kementerian ESDM menyebutkan pembangkit listrik EBT sebenarnya mudah dibuat dan dioperasikan. Tetapi, Indonesia tidak mau asal menerima investasi pembangkit listrik EBT tanpa mendapat transfer pengetahuan teknologi dari pihak luar. Dia melanjutkan jika mau sembarang menerima investor, pemerintah bisa saja menerima investasi dari pemodal asal China atau FIlipina yang menawarkan harga jual listrik terbarukan sebesar US$5 sen-US$7 sen per kWh. Namun, pemerintah tak mau menerima investasi pembangunan pembangkit EBT yang teknologinya tidak terjamin. Ada 40 proyek pembangkit yang sedang menjalani proses konstruksi dan sekitar 24 proyek masih dalam tahap menuntaskan aspek pendanaan atau financial close. “Tapi yang kami upayakan ya kita tidak hanya menjadi market, tetapi juga membangun industri [dalam negeri]. Misalnya, Toyota, Pertamina, dan RNI [PT Rajawali Nusantara Indonesia] itu tertarik bangun [pembangkit listrik] bioethanol di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan basis rumput gajah,” tutur Sutijastoto. Dalam mengembangkan pembangkit listrik EBT, pemerintah memiliki strategi membangun pasar terlebih dulu sebelum mengoptimalkan energi hijau di suatu wilayah. Dia memberi contoh tentang potensi energi panas bumi yang besar di wilayah Halmahera. Tetapi, belum ada pem- bangkit listrik EBT yang terbangun di sana. Pada saat bersamaan, sejumlah investor tertarik membangun smelter di Halmahera karena daerah itu kaya akan sumber daya mineral. Pembangunan industri perikanan di sana juga berpotensi dilakukan karena kekayaan hasil laut di Halmahera. Potensi pembangunan lintas sektor di Halmahera membuat prospek keberadaan pembangkit listrik EBT di sana cerah. Sebabnya, pasti ada pengguna listrik dari pembangkit yang dibangun nanti. “Ini yang kami fasilitasi, membangun klaster-klaster, membuat market. Jadi kami create market itu smelter didorong, kemudian industri perikanan kami dorong, itulah strategi kami,” ucap Sutijastoto. Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta, Rabu (6/1/2016)./Antara-M. Agung Rajasa Rente dan Biaya Impor Teknologi Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan menuturkan saat ini, masih banyak tahapan perizinan yang harus dilalui investor untuk membangun pembangkit listrik EBT. Hal itu menjadi penyebab minimnya investasi pembangkit listrik tenaga ramah lingkungan. “Di Indonesia kan meski [ada] Online Single Submission (OSS) tapi perizinannya masih panjang. Yuk, makanya kita buat, potong deh apa persoalannya,” ujarnya kepada Bisnis.
  • 3. Selain banyaknya proses yang harus dilalui, kendala lain yang dihadapi dalam mengembangkan potensi energi terbarukan sebagai pembangkit. Masalah yang dimaksud yakni tingginya biaya membangun pembangkit listrik EBT. Tingginya biaya diakibatkan belum adanya komponen pembangkit EBT yang berasal dari dalam negeri. Karena semua komponen harus diimpor, maka biaya untuk membangun pembangkit ramah lingkungan membengkak. Padahal, dengan mekanisme pembelian listrik saat ini, pemilik pembangkit EBT harus menekan biaya pem- bangunan agar bisa meraup untung atas penjualan listrik ke PLN. Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan, harga beli listrik oleh PLN dari pembangkit EBT diatur maksimal 85% dari Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan, atau biaya produksi listrik, di daerah. Besaran BPP Pembangkitan di daerah tercantum di Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 1772 Tahun 2018. Berdasarkan beleid itu, BPP Pembangkitan minimal di Indonesia adalah US$6,81 sen per kWh dan maksimal US$20 sen per kWh. “Bisa kami bangun, tapi karena masih mahal terkendala harga. Harga teknologi ini kan enggak ada buatan Indone- sia,” terangnya. Djoko menyarankan pengembangan EBT sebagai pembangkit di Indonesia difokuskan ke 1-2 energi hijau unggulan. Salah satunya adalah panas bumi. Pekerja melakukan pemeriksaan rutin jaringan instalasi pipa di wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt (MW) milik Star Energy Geothermal, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman Oleh karena itu, pengembangan energi panas bumi diharapkan dapat didorong agar bisa menjadi tenaga pembang- kit listrik utama. Setelah itu, barulah pengembangan EBT lain dilakukan bertahap. “Ayo geotermal kita dorong, biar pakai universitas di Indonesia, kita kerja sama biar pintar pakai geotermal, karena enggak semua negara punya geotermal. Energi renewable terus terang potensi luar biasa, tapi harus fokus. Jadi paling tidak dari hulu ke hilir [kelistrikan] nanti kita kuasai,” ujar pria yang juga menjabat Pembina EBT PLN itu. Pandangan yang sama disampaikan peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Imadud- din Abdullah. Dia berpandangan pemerintah harusnya ikut menangani persoalan mahalnya teknologi untuk men- jadikan EBT sumber energi pembangkit listrik.
  • 4. Dalam pandangan INDEF, harga beli listrik menggunakan skema Feed in Tariff (FiT) sebenarnya bisa lebih men- dukung pengusaha listrik mengembangkan EBT. Tetapi, skema itu sudah tidak lagi digunakan setelah keluarnya Kepmen ESDM Nomor 1772 Tahun 2018. “Dulu dengan FiT, jadi pemerintah bayar selisih dari biaya produksi listrik. Tapi kan dicabut, alasannya dulu agar kompetitif dan EBT jangan kemanjaan. Padahal, menurut saya ini industri baru harus didukung pemerintah untuk energi terbarukan berkembang dan bersaing dengan fosil fuel,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (21/3). Imaduddin juga menduga keberadaan rente di jalur distribusi energi menjadi salah satu sebab belum berkem- bangnya pembangkit listrik EBT. Keberadaan pembangkit listrik energi terbarukan dianggap bisa menghapus rente karena tidak ada lagi jalur distribusi panjang untuk membawa bahan bakar dari satu tempat ke tempat lain. “Kalau PLN atau pembangkit berdasarkan EBT itu tidak ada rente yang direbut. Kalau minyak kan otomatis ada biaya distribusi, transportasi. Misal si A jual ke B jual ke C, baru masuk ke pembangkit. Sementara itu, kalau EBT kan langsung saja mengalir misalnya panas bumi dari bawah, atau air, angin,” ucapnya. PLTS Morotai di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara berkapasitas 600 kiloWattpeak (kWp), merupa- kan PLTS terbesar di Indonesia saat ini. Dibangun di atas lahan seluas 3 hektare, pembangkit listrik tenaga surya tersebut telah resmi beroperasi sejak 13 Mei 2012 dan masih berfungsi dengan baik hingga hari ini./Bisnis.com Regulasi Tidak Bersahabat Pandangan lain disampaikan Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR). Dia menilai regulasi yang ada saat ini menciptakan ketidakpastian dan risiko serta membuat proyek energi terbarukan tidak bankable. Kondisi itu menyebabkan banyaknya pemegang proyek pembangkit listrik EBT kesulitan mendapat pendanaan dari bank-bank domestik. Saat ini, tercatat ada 24 rencana proyek pembangunan pembangkit EBT yang terkendala masalah pembiayaan. “Premium risk Indonesia masih tinggi. Demikian juga dengan suku bunga pinjaman bank untuk proyek energi terbarukan masih tinggi. Kalau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pinjaman dari luar negeri dan bisa bersifat concessional serta ada jaminan kontrak dalam bentuk take or pay dalam Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN. Ini membuat biaya produksi listrik dari PLTU lebih rendah daripada listrik terbarukan,” papar Fabby. Saat ini, biaya untuk mengembangkan teknologi terbarukan disebut sudah menurun sehingga hal itu tidak lagi menjadi faktor yang menentukan bagi investor untuk menanamkan modalnya. IESR juga tidak memandang keberadaan rente sebagai sebab minimnya investasi energi terbarukan di Indonesia. Kalaupun rente masih ada, IESR meyakini hal itu tidak menjadi kendala utama bagi pebisnis energi terbarukan.
  • 5. “Kalaupun ada rente pasti masih masuk dalam tahap yang bisa diterima. Ingat bahwa proyek-proyek yang gagal itu setelah PPA dan mereka tidak mendapatkan pendanaan dari bank. Jadi, bukan soal rente atau izin lagi. Banyak aspek regulasi yang menjadi hambatan dalam 2 tahun terakhir. Ini yang perlu dikoreksi oleh Presiden Jokowi,” tukasnya. Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, disini : energi baru terbarukan, fokus