1. Tugas Mata Kuliah “Model – Model Konseling”
Tugas Peta Kognitif
Dosen Pengampu: Pramana Adi Wiguna, M.Pd
Di Susun Oleh :
Fikri Nur Muqaffa 4B (1113500030)
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2014
2. PendekatanAnalisis Transaksional
Tokoh : Eric
Berne (1960)
Konsep Dasar :
1. Kehidupan manusia bukanlah merupakan
sesuatu yang telah ditentukan ( anti
deterministik ).
2. Manusia mampu memahami keputusan –
keputusannya pada masa lalu dan kemudian
dapat memilih untuk memutuskan kembali
atau menyesuaikan kembali keputusan yang
pernah diambil.
3. Manusia mempunyai kapasitas untuk memilih
dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu
dapat menjadi mandiri dalam menghadapi
persoalan hidupnya.
Asumsi Bermasalah : Individu yang tidak memiliki
kemampuan untuk membuat keputusan yang bermakna bagi
dirinya. Individu yang tidak mempunyai kemampuan untuk
memahami keputusan-keputusan yang mereka buat pada
masa lalu. Individu yang selalu tergantung pada orang lain
dan tidak percaya akan kemampuannya sendiri .
Tujuan Konseling :
Membantu konseli untuk membuat keputusan baru
yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan
arah hidupnya.
Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta
kebebasan untuk memilih cara – cara serta
keputusan – keputusan mengenai posisi
kehidupannya serta menghindari konseli dari cara
– cara yang bersifat deterministik.
Memberikan bantuan kepada konseli berupa
kemungkinan – kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status
egonya.
Fungsi Dan Peran Konseling :
Konselor berperan sebagai guru, pelatih
dan narasumber. Sebagai guru, konselor
menerangkan konsep – konsep seperti
analisis skenario, dan analisis permainan.
Sebagai pelatih konselor mendorong dan
mengajari agar konseli mempercayai ego
dewasanya sendiri. Membantu konseli
dalam hal menemukan kondisi masa lalu
yang tidak menguntungkan. Menolong
konseli mendapatkan perangkat yang
diperlukan untuk mendapatkan perubahan.
Deskripsi Konseling : Peran konselor lebih bersifat mengarahkan. Konseli menyepakati suatu
tujuan bersama konselor, Konseli memodifikasi perilakunya berdasarkan tujuan yg telah
disepakati bersama dalam hal ini konseli akan mengembangkan rasa tanggungjawabnya.
Teknik – Teknik Konseling :
1. Teknik Analisis Transaksional, teknik yang
memperhatikan antara berbagai status ego.
2. Teknik Analisis Struktural, teknik untuk mendorong
konseli menjadi sadar terhadap isi dan fungsi dari ego
statusnya masing – masing yaitu orang tua, dewasa,
dan anak.
3. Teknik Analisis Script, Konseli diminta untuk
mengungkapkan posisinya,menghadapi suatu peristiwa
tertentu kemudian dianalisis.
4. Teknik Role Playing, Konseli diminta berperan tertentu
yang dapat mengubah perilakunya.
5. Teknik Family Modelling, Konseli diminta untuk
berimajinasi terhadap posisi tertentu.
Kelebihan Dan Kekurangan
Konsep dan prosedurnya tidak dapat dijadikan objek pengujian
untuk mendapatkan validitas ilmiah.
Data empiris yang objektif sangat kurang.
Banyak terminologi atau istilah yang digunakan dalam AT
cukup membingungkan.
Meminimalkan atau mengabaikan aspek emosional.
Kurang efisien terhadap kontrak treatment.
Contoh Penerapan :
Dita adalah anak yang cantik,ia
selalu bergaya layaknya
model.dengan kecantikannya, ia
sangat terobsesi untuk menjadi
artis.karena dengan kePDannya, ia
selalu gagal dalam melakukan
acting perfilmman. Dengan
pengalaman ini,ia selalu merasa
bahwa menjadi artis film itu sangat
sulit.bahkan tidak semudah yang di
bayangkan,dan ia tidak ingin lagi
menjadi artis film.
3. PendekatanGestalt
Tokoh : Frederick S.
Pearls (1894–1970)
Konsep Dasar :
1. Manusia dalamkehidupannya selalu aktif sebagai suatu
keseluruhan.
2. Setiap individu bukan semata – mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti
hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan
merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
3. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
4. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima
tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan
menuju terbentuknya integritas atau keutuhan.
Asumsi Bermaslah : Terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan
“under dog”. Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara
apa – apa yang harus ( self – image ) dan apa – apa yang diinginkan ( sel f). Terjadi
pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis. Ketidakmampuan individu
mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya. Mengalami gap / kesenjangan
sekarang dan yang akan dating. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi.
Tujuan : Membantu konseli agar berani
mengahadapi berbagai macam tantangan
maupun kenyataan yang harus dihadapi.
Membantu konseli agar dapat memperoleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
Membantu konseli menuju pencapaian integritas
kepribadiannya. Mengentaskan klien dari
kondisinya yang tergantung pada pertimbangan
orang lain menjadi mampu mengatur diri sendiri.
Fungsi dan Peran Konseling :
Konselor memfokuskan pada perasaan, kesadaran, bahasa
tubuh, hambatan energi, dan hambatan untuk mencapai
kesadaran yang ada pada konseli.
Konselor adalah "artistic participant" yang memiliki
peranan dalam menciptakan hidup baru klien.
Konselor berperan sebagai projection screen.
Deskrpsi Konseling : Hubungan antara konselor
dan konseli dalam praktiknya dilaksanakan secara
face to face relationship. Konseli dibuat menjadi
frustasi supaya ia dapat menemukan caranya
sendiri yang sesuai dalam usaha untuk
mengembangkan potensinya guna menentukan
dirinya.
Kelebihan dan Kekurangan :
Pendekatan gestalt cenderung kurang
memperhatikan faktor kognitif.
Pendekatan gestalt menekankan tanggung
jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan
tanggung jawab pada orang lain.
Menjadi tidak produktf bila penggunaan
teknik gestalt dikembangkan secara mekanis.
Teknik – Teknik Konseling :
1. Permainan Dialog, dilakukan dengan cara
konseli dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan top dog dan kecenderungan
under dog.
2. Latihan Saya Bertanggung Jawab, teknik untuk
membantu konseli agar mengakui dan
menerima perasaan – perasaannya daripada
memproyeksikan perasaannya itu kepada orang
lain.
3. Bermain Proyeksi, memantulkan kepada orang
lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri
tidak mau melihat atau menerimanya.
4. Teknik Pembalikan, dalam teknik ini konselor
meminta konseli untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan – perasaan yang
dikeluhkannya.
5. Tetap dengan Perasaan, teknik dapat digunakan
untuk klien yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia
sangat ingin menghindarinya.
Contoh Penerapan :
Ani adalah seorang siswi SMA yang pintar. Ia mengalami
jatuh cinta pada teman sekelasnya.Dengan berjalannya
waktu, dengan pacaran nilai belajar Ani turun. Ia lebih
disibukkan untuk berpacaran dan akhirnya Ani putus
dalam hubungannya. Ani sadar, bahwa pacarnya tidak
sebaik yang ia pikirkan Dan Konselor memberikan
motivasi pada ia bahwa itu merupakan pembelajaran dan
pengalaman hidup. Konselor berpartisipasi dalam proses
membangun semangat konseli tersebut.
4. PendekatanRealitas
Tokoh : William
Glasser
Konsep Dasar :
1. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis
yang menjadikan individu menjadi seseorang
yang merasa dirinya mempunyai keunikan,
berbeda dengan yang lain.
2. Setiap individu mempunyai kemampuan yang
potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan pola-pola yang sudah tertentu.
3. Setiap individu mempunyai optimisme, dia
dapat menerima dirinya dan mencintai dirinya
dalam arti yang lebih luas, menjadi pribadi
yang sukses.
4. Tingkah laku manusia didorong oleh untuk
menemukan kebutuhan dasar .
Asumsi Bermasalah :
Individu yang bermasalah bertingkah laku tidak
tepat karena ketidakmampuannya dalam
memenuhi kebutuhannya, sehingga ia kehilangan
sentuhan dengan realitas obyektif.
Individu tidak mampu melihat sesuatu sesuai
dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas
kebenaran, tanggung jawab, dan realitas, persepsi
terhadap kenyataan kacau.
Deskripsi konseling : Perlu adanya saling keterlibatan antara
konselor dengan konseli. Perencanaan merupakan esensi dari
reality therapy. Salah satu kegagalan individu adalah tidak
mampu menempatkan janjinya. Konseli harus
mempertanggungjawabkan tingkah laku yang sudah
direncakanan dan disepakati kedua belah pihak.
Fungsi dan Peran Konseling :
Konselor mengembangkan kondisi fasilitatif konseling dan
hubungan baik dengan konseli.
Konselor mengajarkan klien untuk mengevaluasi
perilakunya.
Konselor menyampaikan dan meyakinkan kepada konseli
bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan.
Tujuan :
Membantu individu agar mampu mengurus diri
sendiri.
Mendorong klien agar berani bertanggung jawab
serta memikul segala resiko yang ada dari tanggung
jawab tersebut.
Mengembangkan rencana-rencana yang nyata dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tingkah laku yang sukses dapat dihubungkan
dengan pencapaian kepribadian yg sukses.
Konselor ditekankan pada disiplin dan tanggung
jawab atas kesadaran sendiri
Teknik – Teknik Konseling :
1. Menggunakan teknik role
playing atau permainan peran
bagi konseli.
2. Menggunakan aspek humoritas
untuk relaksasi suasana
konseling.
3. Merencanakan kegatan yang
memuat unsur mendidik konseli.
4. Menggunakan teknik kejut
verbal untuk melakukan
konfrontasi perilaku konseli
yang tak diharapkan.
Kelebihan dan Kekurangan :
1. Konfrontasi yang dilakukan
meningkatkan tingkat
probabilitas bahaya.
2. Terletak pada otoritas yang
cukup besar bagi konselor untuk
mengarahkan konseli
Contoh Penerapan :
Ana adalah seorang anak dari keluarga
yang tidak mampu. Ia adalah anak orang
miskin, namun dengan kesombongannya,
ia selalu merasa dan menganggap dirinya
adalah orang kaya. Dia bersikap sombong
sehingga banyak teman yang menjauhinya.
Dengan permasalahan ini, konselor dapat
memberikan pengarahan agar konseli
dapat menerima kenyataan hidupnya dan
mampu menerima kondisi yang ada.
5. PendekatanRationalEmotif
Tokoh : Albert
Ellis
Konsep Dasar RET :
1. Antecedent event (A) → peristiwa pendahulu yang
berupa fakta, perilaku, atau sikap orang lain.
2. Belief (B) → keyakinan, pandangan, nilai terhadap
suatu peristiwa → rasional (rB) & irrasional (iB).
3. Emotional consequence (C) → reaksi individu
terhadap emosi.
Asumsi Bermasalah :
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional
emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan
tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang
irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat
dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak
(kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang
sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu
untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang
efektif.
Tujuan :
Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi,
cara berpikir, keyakinan konseli yang irrasional
menjadi rasional
Menghilangkan gangguan emosional yang
dapat merusak diri (benci, takut, rasa bersalah,
cemas, dll)
Melatih serta mendidik konseli agar dapat
menghadapi kenyataan hidup secara rasional
dan membangkitkan rasa percaya diri.
Deskripsi konseling : Konseling rasional emotif
dilakukan dengan menggunakan prosedur yang
bervariasi dan sistematis yang secara khusus
dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku
dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersama-sama oleh konselor dan klien.
Teknik – Teknik Konseling :
1. Assertive adaptive yaitu teknik yang digunakan untuk
melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk
secara terus – menerus menyesuaikan dirinya dengan
tingkah laku yang diinginkan. Latihan – latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.
2. Bermain peran yaitu teknik untuk mengekspresikan
berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan –
perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat
secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui
peran tertentu.
3. Imitasi yaitu teknik untuk menirukan secara terus
menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah
lakunya sendiri yang negatif.
Fungsi dan Peran Konseling :
1. konselor berusaha menunjukkan kepada konseli bahwa
masalah yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinannya yang tidak rasional.
2. Konselor menyadarkan konseli bahwa pemecahan
masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab
sendiri.
3. Konselor mangajak konseli menghilangkan cara
berpikirdan gagasan yang tidak rasional.
4. konselor mengembangkan pandangan – pandangan
yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan
yang tidak rasional.
Kelebihan dan Kekurangan :
Rasional Emotif memberikan penekanan
untuk mengaktifkan pemahaman yang di
dapat oleh konseli sehingga konseli akan
langsung mampu mempraktekkan perilaku
baru mereka.
Konseli dengan mudahnya terbius dengan
oleh kekuatan dan wewenang konselor
dengan menerima pandangan konselor tanpa
benar – benar menantangnya atau
menginternalisasi ide – ide baru.
Contoh Penerapan :
Penerapan teori konseling rational
emotif ini sangat ideal apabila
diterapkan disekolah, terutama oleh
guru , konselor ataupun
pembimbing yang berwibawa.
Contoh penerapan digunakan pada
kasus berpikir, mengenai hal-hal
yang tidak rasional. Pendekatan ini
menekankan pentingnya pemikiran
sebagai dasar dari gangguan-
gangguan pribadi. Sumbangan
utamanya adalah penekanannya
pada keharusan praktek dan
bertindak menuju perubahan tingkah
laku masalah.
6. PendekatanTraitand Factor
Tokoh : Walter Bigham, John Darley,
Donald G.Paterson dan E.G.Williamson.
Konsep dasar :
1. Setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan
kemampuan yang terorganisir secara unik, dan
karena kemampuan kausalitasnya relatif stabil
setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan
untuk mengidentifikasi karakteristik-karateristik
individu.
2. Setiap individu mempunyai kecakapan dan
keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif
kemampuannya sendiri.
Asumsi Bermasalah : Asumsi perilaku
bermasalah atau malasuai adalah individu
yang tidak mampu memahami kekuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya sehingga
individu tersebut tidak dapat
mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
Deskripsi konseling : Hubungan konselor dengan
konseli merupakan hubungan yang sangat akrab,
sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap
muka. Konselor bukan hanya membantu individu
atas apa saja yang sesuaidengan potensinya, tetapi
konselor juga mempengaruhi konseli berkembang
ke satu arah yang terbaik baginya. Konselor
memang tidak menetapkan tetapi memberikan
pengaruh untuk mendapatkan cara yang baik
dalam membuat keputusan.
Tujuan :
1. Membantu individu mencapai perkembangan
kesempurnaan berbagai aspek kehidupan
manusia
2. Membantu individu dalam memperoleh
kemajuan memahami dan mengelola diri
dengan cara membantunya menilai kekuatan
dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan
karir
3. Membantu individu untuk memperbaiki
kekurangan, tidakmampuan, dan
keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian
4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan
dalam penilaian diri dengan mengggunakan
metode ilmiah.
Fungsi dan peran konseling :
1. Konselor memberitahu kepada konseli tentang berbagai kemampuan
yang diperoleh melalui penyelenggaraan testing psikologis, angket
dan alat ukur lainnya.
2. Konselor memberitahukan tentang bidang – bidang yang cocok
sesuai dengan kemampuan serta karakteristiknya.
3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan konseli.
4. Konselor membantu konseli mencari atau menemukan sebab – sebab
kesulitan atau gangguannya dengan diagnosis eksternal.
Teknik – Teknik Konseling :
1. Atending adalah perilaku konselor
untuk melibatkan diri dalam proses
konsling,
2. Opening adalah membuka kegiatan
wawancara.
3. Acceptance
4. Restatemen and Paraprashing
5. Reflection of feeling
6. Clarification
7. Structuring
8. Meringkas
9. Konfrontasi
10. Interpretasi atau penafsiran
11. Termination atau pengakhiran
Kelebihan dan Kekurangan:
Penekanan pada
penggunaan data tes
obyektif, membawa
kepada upaya perbaikan
dalam pengembangan dan
penggunaannya, serta
perbaikan dalam
pengumpulan dan
penggunaan data
lingkungan.
Terlalu menekankan aspek
afektif emosional,
perasaan, sebagi penentu
perilaku tetapi melakukan
faktor intelektual, kognitif
dan rasional.
Contoh Penerapan :
Paijo adalah siswa kelas X SMA di
sebuah kota kecil. Dia merasa tidak
diperhatikan lagi oleh kedua orang
tuanya. Ayah ibunya sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing.
Kemudian dia mencari pelarian
dengan clubbing yang otomatis
minuman keras dan narkoba sudah
menjadi hal biasa. Dia sendiri
merasa tidak nyaman dengan kondisi
tersebut, tapi sulit baginya untuk
lepas dari kebiasaannya itu, karena
menurut pendapatnya dengan seperti
itu dia akan mendapatkan banyak
teman dan tidak kesepian lagi.
Akhirnya dia semakin tidak nyaman
dan datang ke konselor untuk
meminta bantuan. Dalam kasus ini,
konselor menggunakan pendekatan
konseling Trait and Factor.