2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini tepat pada waktunya, makalah ini berjudul “Pentingnya Pendidikan di Era
Globalisasi”
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang Pengertian, peran van manfaat
pendidikan di era globalisasi, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua sehingga dapat menambah wawasan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Lemahsugih 04 Mei 2014
FegaNet
3. ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan .............................................................. 2
2.2 Perlunya Pendidikan di Era Globalisasi ................................... 3
2.3 Manfaat Pendidikan di Era Globalisasi .................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kunci Utama bagi manusia untuk
mengarungi kehidupan. Tanpa diragukan lagi, banyak pihak akan
mencurahkan segala perhatian dan usaha semaksimal mungkin untuk
mencapai pendidikan yang lebih baik, lebih tinggi dengan suatu harapan akan
memperoleh kehidupan masa depan yang lebih baik.
Semua itu tentunya tidak akan terlepas dari peran para pihak yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber
daya manusia bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Di era global pada masa ini, pendidikan semakin menjadi kebutuhan yang
tidak terelakkan. Dalam perkembangannya harus diakui bahwa peran
penanggungjawab bidang pendidikan di Indonesia masih belum mampu
sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut. Saat ini, Indonesia lebih banyak
bergerak dalam pendidikan dasar yang memang pada akhirnya akan menjadi
pondasi yang kokoh bagi pendidikan tingkat lanjt dan tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini memiliki rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Mengapa diperlukan pendidikan di era globalisasi?
2. Bagaimana penerapan pendidikan di era globalisasi?
3. Apa manfaat pendidikan di era globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini memiliki tujuan masalah
sebagai berikut.
1) Mengetahui perlunya pendidikan di era globalisasi.
2) Mengetahui peranan pendidikan di era globalisasi.
3) Mengetahui manfaat pendidikan di era globalisasi.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata
„didik‟ dan mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟, maka kata ini
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses
yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk
mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
6. 3
2.2 Perlunya Pendidkan di era Globalisasi
Pendidikan merupakan ilmu yang dapat kita pelajari. Dengan kata lain,
pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Di era globalisasi
seperti sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam
meningkatkan taraf hidup. Bahkan, sebuah penelitian di Amerika Serikat
menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan pada umumnya sangat bergantung
pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Seseorang dengan pendidikan yang
tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik, sebaliknya seseorang
dengan pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang
kurang baik. Mungkin anggapan itu tidak benar seutuhnya, banyak orang di
luar sana yang berpendidikan rendah, tetapi mereka mempunyai tingkat
kesejahteraan yang tinggi.
Pendidikan yang tinggi memang bukan suatu syarat mutlak untuk
mencapai kesuksesan. Tetapi, paling tidak pendidikan dapat memberikan
jaminan bagi kehidupan seseorang. Semakin ketat persaingan yang terjadi
membuat peranan pendidikan semakin penting. Tidak kita pungkiri bahwa
sebagian besar orang yang berpendidikan tinggi lebih cerdas dalam
menyelesaikan masalah yang di hadapinya. Pendidikan pun secara tidak
langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Pendidikan
itu ibarat bekal di masa depan dimana semakin ketatnya persaingan antara
masing-masing pribadi. Lalu, bagaimana dengan anggapan bahwa wanita
tidak harus mengenyam pendidikan yang tinggi? Anggapan seperti itu tentu
masih sering kita dengar sekarang ini. “Perempuan tidak perlu berpendidikan
tinggi, karena pada akhirnya kaum perempuan hanya akan bekerja di dapur .”
Apakah anggapan seperti itu benar? Ya, kewajiban seorang perempuan
memang mengurus rumah tangga dan tentunya menjadi seorang ibu rumah
tangga yang baik, itu telah menjadi kodratnya dalam kehidupan. Lalu, apa
dengan alasan itu perempuan tidak perlu berpendidikan? Apakah sia-sia bila
seorang perempuan berpendidikan tinggi?
Sedikit banyak kita ketahui, zaman telah mulai berubah. Dahulu,
seorang laki-laki identik dengan tugasnya yang mencari nafkah untuk
keluarga, sedangkan seorang perempuan bekewajiban untuk mengurus dan
mendidik anak, serta menjadi seorang ibu rumah tangga. Tetapi, zaman
sekarang perempuan juga bisa melakukan tugas seorang laki-laki untuk
mencari nafkah tanpa mengesampingkan kewajibannya sebagai seorang ibu
rumah tangga. Perempuan tentunya juga berhak untuk mengenyam
pendidikan yang tinggi. Perempuan berhak untuk mengejar cita-cita nya. Jadi,
tidak ada anggapan bahwa pendidikan tinggi untuk perempuan itu sia-sia.
Pendidikan bagi perempuan juga dapat menjadi bekal di masa mendatang.
Tentunya, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa,
7. 4
setahun, atau sepuluh tahun lagi. Bila suatu keadaan mendesak terjadi,
perempuan pun bisa menggantikan peran seorang laki-laki untuk menafkahi
keluarganya.
Pernah saya menonton sebuah acara televisi yang dipandu oleh seorang
motivator terkenal. Ketika seorang penonton bertanya padanya, “Apa
gunanya istri anda mengenyam pendidikan tinggi sampai ke luar negri, bila
pada nyatanya sekarang dia tidak berkarir?” Lalu sang motivator pun
menjawab, “ Istri saya memang seorang ibu rumah tangga, ibu dari anak-anak
saya, wanita yang saya cintai, penasehat saya dalam membangun usaha,
pemilik asset dan pengelola dari bisnis-bisnis keluarga serta pemelihara
kesehatan keluarga. Pendidikan istri saya sangatlah berguna.” Dari sini kita
dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan itu penting bagi setiap
orang termasuk kaum perempuan. Kaum perempuan juga berhak mengeyam
pendidikan yang tinggi.
Di era modern seperti sekarang ini, banyak kendala yang harus di
hadapi untuk dapat memperoleh pendidikan yang tinggi. Salah satu dari
kendala itu adalah besarnya biaya yang harus di keluarkan untuk mengayom
pendidikan. Banyak orang-orang yang berkeinginan untuk melanjutkan
pendidikan tetapi mereka terpaksa menyurutkan keinginannya karena
kekurangan biaya. Keadaan seperti ini tentunya sangat mengiris hati. Tidak
kita pungkiri, semakin tinggi pendidikan maka semakin besar pula biaya yang
harus di keluarkan. Apakah hanya orang-orang yang berkecukupan yang
berhak untuk memperoleh pendidikan yang tinggi? Ini sangat tidak adil
bukan? Memang sudah seharusnya pemerintah memberikan bantuan bagi
mereka yang tidak mampu dan ingin melanjutkan pendidikannya. Sungguh
amat disayangkan bila seorang yang seharusnya menjadi generasi penerus
bangsa harus pupus cita-citanya hanya di karenakan kekurangan biaya.
Tentunya pasti banyak masyarakat di berbagai negara yang mengalami hal
serupa. Mereka terpaksa harus berhenti sekolah karena tidak berkecukupan
dan akan membuat mereka merasa putus asa. Tentunya ini sangat
memprihatinkan.
Keadaan yang sulit memang bila berada di posisi seperti itu, tapi satu
hal yang perlu kita ingat, “ Dimana ada kemauan disitu akan ada harapan . ”
Kita harus yakin, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selama kita
berkemauan keras dan berusaha maksimal, semua itu mungkin akan terjadi.
Pernah suatu ketika saya membaca sebuah Koran harian nasional yang
menuliskan tentang kisah seorang gadis yang mendapatkan beasiswa ke salah
satu perguruan tinggi ternama diluar negri. Pengalaman yang sangat luar
biasa pastinya. Gadis yang beruntung itu pada mulanya terancam tidak
8. 5
melanjutkan pendidikan ke bangku perguruan tinggi karena kekurangan
biaya. Tetapi, dengan kegigihan dan kemauan keras untuk memperoleh
pendidikan, ia mengikuti beasiswa dan alhasil ia diterima dan berhak
mendapat beasiswa itu. Memang tentunya tidak mudah untuk mendapatkan
apa yang kita inginkan, di butuhkan kemauan, doa, dan usaha yang gigih.
Seperti apa yang di katakana oleh Thomas Alva Edison, “ Genius is 1 percent
inspiration and 99 percent perspiration .” Kemampuan otak itu 1 persen, 99
persen adalah usaha dan kerja keras. Mungkin beberapa orang beranggapan, “
Aku tidak sepintar dia yang bisa mendapatkan beasiswa itu. ” Tapi pada
nyatanya, semua orang bisa untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan
bila mereka mau bekerja keras dan tidak pernah takut akan kegagalan. Biaya
tidak boleh kita jadikan alasan untuk meraih cita-cita. Anggaplah kendala itu
sebagai tantangan yang harus kita lalui agar kita selalu berusaha dalam
mencapai segala sesuatunya.
2.3 Manfaat Pendidikan di Era Globalisasi
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban
manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat
mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,kemajuan
tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi
dalam era globalisasi sekarang ini. Pendidikan sudah menjadi komoditas yang
makin menarik. Suatu fenomena menarik dalam hal pembiayaan pendidikan
menunjukkan gejala industrialisasi sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal
didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan suatu kompleks perumahan
elite. Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki
oleh pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan jaringan
multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar asing.
Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban
perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri
termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk menghidupi diri.
Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan
berlomba membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan
mahasiswa baru untuk mendatangkan dana. Perdebatan antara anti-otonomi
dan pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai
titik temu. Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan
pendidikan mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah
negeri dan swasta menjadi kabur dan persaingan antarsekolah akan makin
seru. Akibat langsung dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa
berdasarkan status sosio-ekonomi. Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi
9. 6
di beberapa kota, pemisahan antara siswa dari keluarga miskin dan kaya akan
makin jelas dan kukuh.
Siswa-siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya
yang makin mencekik sehingga mereka akan terpaksa mencari dan
terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin) Sementara
itu, siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan
sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini
mendapatkan iuran pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini
juga akan mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk makin membenahi diri
dan meningkatkan mutu pendidikan. Jadi, sekolah yang sudah baik akan
menjadi (atau mempunyai kesempatan) untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya,
sekolah yang miskin akan makin terperosok dalam kebangkrutan.
Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa tercecer dalam berbagai
sekolah
yang beragam menurut latar belakang sosioekonomi yang berbeda.
Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak
bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum
tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan
tingkat pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah
pendidikan di Indonesia?
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa
untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di
antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang
menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif
dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk
masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak
sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk
memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada
pada rel yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu
membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan
dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan
nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya {state building] dan {nation
building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat
nasional perlu fokus pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak
terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis seperti
UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu
difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun
bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi
10. 7
lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk
mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus
mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri
menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten
dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan
tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan
kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan
perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis
ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan
berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan
perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari
kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya
memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar supaya perguruan
tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan
diantaranya adalah inovasi pembelajaran dalam membangun generasi
technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada suatu pendapat bahwa,
saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah
jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau
dagang. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah
merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi
bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa
kewirausahaan. Proses pembelajaran yang merupakan inkubator bisnis
berbasis teknologi ini dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori
(20%) dan Praktek (80%) dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang
diperoleh dalam bidang teknologi & industri. Inkubator bisnis ini dijadikan
sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang kondusif
serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Tujuan implementasi inovasi dari kegiatan inkubator bisnis berbasis
teknologi ini adalah menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan bagi
mahasiswa sebagai peserta didik. Sedangkan manfaat yang diperoleh bagi
institusi adalah tercapainya misi institusi dalam membangun generasi
technopreneurship dan meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan
dengan dunia industri. Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya
kerja sama bisnis dan edukasi. Kerjasama ini dikembangkan dalam bentuk
bisnis riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang cukup
tinggi.
11. 8
Proses globalisasi yang sedang terjadi saat ini, menuntut perubahan
perekonomian Indonesia dari resourced based ke knowledge based. Resource
based yang mengandalkan kekayaan dan keragaman sumber daya alam
umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah yang kecil.
Salah satu kunci penciptaan knowledge based economy adalah adanya
technology entrepreneurs atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis
baru dengan mengandalkan pada inovasi. Hightech business merupakan
contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs.
Bisnis teknologi dunia saat ini didominasi oleh sektor teknologi
informasi, bioteknologi dan material baru serta berbagai pengembangan usaha
yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis teknologi dikembangkan dengan
adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis, Perguruan
Tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, serta
perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan.
Jumlah usaha kecil menengah berbasis teknologi (UKMT) di Indonesia
berkembang dengan pesat. Kecenderungan peningkatan ini lebih didorong
oleh terbatasnya peluang kerja di industri-industri besar karena pengaruh
krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan lulusan
pendidikan tinggi teknik.
Dalam menghadapi era globalisasi, persaingan akan semakin ketat,
sehingga sangat dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan aktivitas-aktivitas secara
langsung yang dapat meningkatkan daya saing UKMT di kemudian hari.
Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam mengembangkan
usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan
terbatasnya permodalan. Terlebih lagi, bagi pengusaha pemula, masalah ini
akan terlihat lebih besar dan menjadi kendala cukup besar dalam
mengembangkan usahanya.
Sampai saat ini belum banyak institusi pemerintah maupun swasta yang
dapat memberikan dukungan secara langsung untuk pengembangan UKMT
khususnya bagi pengusaha pemula. Sehingga sangat dibutuhkan suatu wadah
yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas-fasilitas yang
dapat membantu UKMT khususnya membantu pengusaha pemula dalam
melaksanakan dan mengembangkan usahanya.
Dalam rangka turut serta membantu dan mendukung secara langsung
kegiatan UKMT khususnya kegiatan pengusaha pemula, maka dipandang
sangat perlu untuk dapat membangun suatu wadah yang memiliki fasilitas
yang dapat mendukung secara langsung kegiatan operasional, promosi,
pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan permodalan. Dengan
12. 9
adanya fasilitas-fasilitas tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha
pemula di Indonesia dapat mengembangkan usahanya lebih cepat dan terarah.
Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang
memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan
jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat
memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang
ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas
SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga
handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat
sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas,
karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa
Indonesia.
13. 10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan memiliki banyak pengaruh dan mempunyai banyak manfaat
atau peranan dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya yaitu :
1. Peranan pendidikan terbuka dalam mempersiapkan sdm berkualitas.
2. Peranan pendidikan nasional dalam pembangunan karakter bangsa.
3. Peranan pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia
4. Peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial
5. Peranan pendidikan memotong rantai kemiskinan
6. Peran pendidikan di era globalisasi
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat pada para
pembaca. Terlepas dari sudah selesainya makalah ini, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun diri pembaca untuk sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
14. DAFTAR PUSTAKA
Arif AM, M., 2010, Teknologi Pendidikan, Stain Kediri Press, Kediri
Munadi, Yudhi., 2008, Media Pembelajaran: sebuah Pendekatan Baru, Gaung
Persada Press, Ciputat
Arif AM, M . 2011 . Ilmu Pendidikan Islam . Kertososno : Iress Press Kerjasama
dengan STAIM
Azizy, Qodri . 2004 . Melawan Globalisasi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darajat, Zakih . 1992 . Dasar-Dasar Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi Umum . Bandung : Alumni
Ramayulis, H . 2010 . Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta : Kalam Mulia
Usa, Muslih dan Aden Wijdan SZ . 1997 . Pendidikan Islam dalam Peradaban
Industrial . Yogyakarta : Aditya Media
Widayati, C Sri . 2002 . Reformasi Pendidikan Dasar . Jakarta : PT. Gramedia
Sarana Indonesia
http://www.quranexplorer.com/quran/