SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 18
Downloaden Sie, um offline zu lesen
1. IDENTIFIKASI/DETEKSI DINI?
   2. ASPEK PENTING PERKEMBANGAN DAN IDENTIFIKASI
   3. ASSESMEN, LANGKAH-LANGKAH IDDENTIFIKASI
   4. TEKNIK IDENTIFIKASI
   5. EVALUASI
   6. DOKUMENTASI DAN MENGKOMUNIKASIKAN HASIL IDENTIFIKASI




                    DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK


A. Pendahuluan
       Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal
  yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan
  dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang
  dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Dengan kata lain bila
  penyimpangan terdadi pada usia dini dan dideteksi sedini mungkin, maka tindakan koreksi
  akan memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan bila penyimpangan tejadi pada usia
  dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang
  memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak tumbuh kembang secara optimal dengan
  cara deteksi adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanakan oleh semua
  pihak sejak mulai dari tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan
  sampai dokter spesialis, dan di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari
  tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih spesialistis. Dengan telah adanya
  program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang
  dilaksanakan di masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita
  (BYB), program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk
  fasilitas selanjutnya sebagai sarana rujukan selanjutnya yang termasuk juga tempat
  rujukan yang paling akhir yang dapat menangani secara holistik dan komplit.
       Dalam, makalah ini akan dibicarakan kompetensi atau tugas dan peran dari tiap,
  tingkat pelayanan mulai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai dari tingkat
  pelayanan dasar/keluarga sampai tingkat pelayanan kesehatan yang ada. di Rumah Sakit
  Kabupaten.
B. Beberapa Pengertian:
        Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk
menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta
mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut.
        Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera
terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan,
misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan, dan
pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai
dengan umumya.
       Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai
dengan potensi yang dimililki oleh anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh
kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya dapat clibenkan dengan indd= yang jelas sedini mungkin pada masa-masa
peka proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai.


Tingkat-tingkat pelaksanaan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak
dan penangannya.
A. Tingkat keluarga/kelompok Bina Keluarga Ballia (BK6)
   1. Tugas dan peran keluarga:
       Me mant au t umbuh kembang anak sesuai kelo mpok umur dengan
         memanfaatkan sarana yang ada, seperti: KMS balita, Kartu Kembang Anak,
         Kalender Tumbuh Kembang Anak.
       Melakukan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tingkat perkembangan
         perkembangan anak.
       Melaporkan     dan    membahas   tmgkat   perkembangan    anak   dengan     kader
         Posyandu/BKB.
       Melaksanakan stimulasi sesuai nasehat kader BKB/Posyandu dalam rangka
         meningkatkan kemampuan anak.
   2. Tugas dan peran Kelompok BKB:
       Memantau tumbuh kembang anak melalui ibu balita pada setiap pertemuan
         kelompok dengan menggunakan sarana yang ada (13 LS balita, Kartu
         Kembang Anak, Kartu Asuh Ibu, dll.)
       Memberikan penyuluhan dan cara stimulasi kepada ibu balita sesuai dengan
         kelompok umur anak.
 Melakukan rujukan bagi setiap anak dengan penyimpangan tumbuh kembang.
     Untuk    melaksanakan tugas         dan peran tersebut    di atas,   diperlukan
   alat/instrumen yaitu:
  1. Keluarga:
      Kalender Tumbuh Kembang Balita.
      Kartu Menuju Sehat (KMS).
      Kartu Kembang Anak (KKA).
      Buku pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak bagi keluarga.
  2. Kelompok BKB:
      Alat Permainan Edukatif.
      Kartu Asuh Anak.
      Kartu Kembang Anak.
      KMS Balita.
      Buku Paket Penyuluhan BKB
B. Pelaksam kegiatan deteksi dini dan intervenst penyimpangan Tumbuh Kembang di
   tingkat Puskesmas
   Tugas dan peran Puskesmas:
  1. Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras)
      a. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk dengan
         cara:
          Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS.
          Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS.
          Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh kembang anak
             dan kartu tumbuh kembang.
          Menilai tumbuh kembang anak secara individu.
      b. Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang
         berkunjung dan dirujuk.
      c. Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan
         tumbuh kembang berupa:
          Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA,
             Diane, Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt
             lainnya sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta
             buku pedoman kerja Puskesmas.
          Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar.
Penanganan:
      a. Penanganan langsung pada:
          Kelambatan motorik kasar.
          Gangguan bicara karena, kurang latihan.
          Gangguan motorik halus.
          So sia lisa si ya ng kura ng ( a na k t ak suk a berk awa n, suk a
               mengganggu/menyerang kawan).
          Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi.
          Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat
               pembenan makanan seimbang.
          Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa gangguan organic,
               Gangguan buang air besar, Cengeng berlebihan, Penakut, Mengompol pada
               anak di atas 5 tahun, d1l.
      Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan kesehatan
      jiwa di puskesmas dan rumah sakit.
      b. Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti:
          Autisme.
          Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi.
          Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal.
          Kelainan-kelainan         benwWfungsi   tubuh   (hidrosefalus,   spina,   bifida,
               strabismus).
          I-Epotiroidea.
          Perawakan pendek.
          Perawakan tinggi.
          Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung
      c. Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat
          ditangani lebih lanjut).
  2. Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina. Anak
      Prasekolah Desa)
C. Pelaksanaan kegiatan deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang di tingkat Rumah
   Sakit Kabupaten
   Tugas dan peran Rumah Sakit Kabupaten:
   1. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk ke rumah
      sakit.
2. Menegakkan diagnosis secara multidisipliner penyimpangan tumbuh kembang balita
   yang berkunjung dan dirujuk.
3. Melakukan intervensi secara multidisipliner.
4. Merujuk penderita ke Rumah Sakit tipe B/Afinstansi kompeten.
5. Metaksanakan koordinasi dalam, menegakkan diagnosis dan melaksanakan.
   Intervensi.


Sarana dan prasarana
       Seyogyanya di setiap Rumah Sakit Kabupaten ada, unit pelayanan kesehatan anak
terpadu yang melibatkan beberapa. disiplin ilmu/keahlian yang dinamakan Klinik
Tumbuh Kembang Anak
Adapun tujuan Klinik Tumbuh Kembang Anak adalah sebagai berikut:
Tujuan umum:
    Mengoptimalisasikan     tumbuh    kembang     anak   sesuai   dengan potensi   dan
keterbatasannya.
Tujuan khu su s:
1. Mendeteksi, mendiagnosa, menstimulasi, mengobati, dan 'follow-up' anak yang
  dirujuk ataupun datang sendiri dengan penyimpangan tumbuh kembang.
2. Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani setempat ke pusat-rujukan yang
  lebih lengkap atau instansi yang berkompeten atau Yayasan khusus sesuai
  dengan kasus yang ditangani.
       Tim   Klinik Tumbuh Kembang terdiri atas:Dokter              Anak,Dokter    AM
Kebidanan, Dokter Ahli Syaraf, Dokter Ahli Radiologi, Ahli Gizi, Ahli Fisioterapi.
Dokter Ahli Mata, Dokter Ahli THT,Psikolog.
       Untuk semua anggota tim perlu ditanamkan konsep Klinik Tumbuh Kembang dan
Rumah Salcit Kabupaten yang sudah mempunyai tim seperti di atas akan dapat menjadi
pusat rujukan baik dari Puskesman maupun dari Rumah Salcit Kabupaten lain yang
belum lengkap.


Instrumen
Untuk melaksanakan kegiatan di Klinik Tumbuh Kembang maka diperlukan alat-alat
seperti alat untuk mendeteksi gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
USG, EEG, EKG, Rontgent dan ditunjang suatu laboratorium, yang memadai.
Ringkasan
       Telah diuraikan t atalaksana kegiat an det eksi dini dan int ervens i
penyimpangan tumbuh kembang anak mulai tmgkat keluarga/kelompok BKB sampai
ke Rumah Sakit Kabupaten.
       Dengan    makin    meningkatnya    kesadaran   masyarakat    tentang   deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang anak, maka pelayanan yang memadai perlu dipersiapkan
secara baik mulai dari tingkat pelayanan dasar sampai tingkat pelayanan yang lebih
tinggi. Hal ini penting oleh karena kemungkinan adanya kasus rujukan yang seharusnya akan
mendapat pelayanan yang lebih memadai.




KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI
       Batasan    usia anak usia dini bisa bervariasi, tergantung pada dasar          yang
digunakan. Pndangan mutakhir yang dianut di negara-negara maju, istilah anak usia
dini (early childhood) lajim digunakan untuk mendeskripsikan anak dengan rentang usia
0-8 tahun. Bila dikaitkan dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia, rentang
usia tersebut mencakup anak pada kelas-kelas rendah (1-3) di Sekolah Dasar, Taman
Kanak-kanak (TK) dan yang sederajat, Kelompok Bermain (Kober), dan anak di Tempat
Penitipan Anak (TPA). Sesuai dengan komunitas peserta pelatihan guru/kepela SD,
ikhtisar bahasan anak usia dini yang dimaksud di sini lebih dibatasi pada anak usia sekitar
4-7 tahun.
       Lalu, siapa dan seperti apakah anak usia dini itu? Pertanyaan singkat ini seperti
mudah untuk dijawab, tetapi tidak pernah tuntas dibicarakan orang. Pandangan para ah li
pun tentang anak cenderung berbeda satu sama lain dan berubah dari waktu ke waktu.
Adakalanya anak dipandang sebagai individu yang dibentuk oleh bawaannya, dan
kadang-kadang pula ia dipandang sebagai individu yang ditentukan oleh
lingkungannya. Suatu waktu ia dianggap sebagai miniatur orang dewasa, tapi pada
kesempatan lain ia dianggap sebagai individu yang berbeda secara total dari orang
dewasa.
      Adanya perbedaan atau perubahan pandangan tentang anak sebagaimana
diilustrasikan di atas mengingatkan penulis akan sebuah ungkapan yang berbunyi
sebagai berikut: "The nature of child is a gift of nature, but the image of child is a man's
creation". Meskipun tak sepenuhnya setuju dengan ungkapan tersebut, penulis dapat
mengambil sekurang-kurangnya dua makna yang terkait dengan bahasan tentang
pembelajaran beror ient asi perkembangan ini.
      Pertama, pernyat aan t ersebut menegaskan bahwa pandangan dan persepsi
masing-masing orang tentang anak bisa berbeda satu sama lain dan bisa berubah dari waktu
ke waktu, meskipun anak yang dipersepsikan secara berbeda tersebut sesungguhnya
masih merupakan anak yang sama. Ini penting dicatat karena kenyataannya adalah bahwa
cara pandang seseorang tentang anak dapat mempengaruhi dan kadang menentukan
cara perlakuan yang bersangkutan dalam mendidik anak. Lebih lanjut, pemikiran ini
mengimplikasikan pent ing nya k it a, pendidik, ber upaya unt uk me mpero le h
pemaha ma n yang komprehensif dan akurat tentang anak sesuai dengan pengetahuan
dan hasil berbagai studi terkini tentang anak.
      Kedua, ungkapan di atas juga menyiratkan bahwa hakikat anak itu merupakan
suatu misteri yang mungkin tidak pernah diketahui secara pasti. Kerahasiaan hakikat
anak ini membuat para ahli terus berpikir dan mencari pengetahuan yang lebih benar
tentang anak. Dan dari upaya-upaya mereka itulah dihasilkan berbagai konsep,
gagasan, dan pengetahuan tentang anak dan cara pendidikannya sehingga dunia ilmu
pengetahuan dan pendidikan anak terus berkembang dari waktu ke waktu.
      Meskipun relatif nisbi sifatnya, pengetahuan yang dihasilkan oleh para ahli
tentu bukan merupakan sesuatu yang sia-sia untuk dipelajari. Kita, umat manusia,
bahkan punya mandat untuk terus memikirkan dan mempelajari berbagai fenomena
kehidupan, t ermasuk dunia anak. Dengan demikian, adanya perbedaan da n
perubahan pandangan itu tiada lain merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Karena pada syar iat nya, perbedaan dan perubahan t ersebut menyebabkan
berkembangnya ilmu pengetahuan secara terus-menerus. Terjadinya perubahan
pandangan juga bukan merupakan suatu kekeliruan masa lalu, melainkan lebih
merupakan refleksi dari dinamika pemikiran yang pada gilirannya menjadi anugrah
kemajuan yang diwariskan kepada umat manusia.
      Selanjut nya, karena t idak adanya satu teori at au konsep yang mampu
menjelaskan seluruh fenomena perkembangan dan belajar anak secara lengkap, kajian
terhadap berbagai sumber terkini yang penulis temukan tentang perkembangan dan
belajar anak akan menjadi bagian awal dari proses penstrukturan konsep
pembelajaran berorietasi perkembangan. Hal ini sejalan dengan yang ditempuh S.
Bredekamp & C. Copple (1997:9) dalam mengkonseptualisasikan praktek pendidikan
yang berorientasi perkembangan (Developmentally Approriate Practice) sebagaimana
tercermin dalam pernyataannya sebagai berikut: Because development and learning are so
complex, no one theory is sufficient to explain these phenomena. However, a broad-
based review of the literature on early childhood education generates a set of
principles to inform early childhood practice.
      Mengingat begitu banyak dan luasnya pengetahuan, teori, dan/atau rujukan
tentang perkembangan anak, bahasan tentang anak di sini tidak secara serta merta
mengupas berbagai hal tentang anak. Aspek -aspek bahasan yang disajikan di sini
dengan sendirinya dipilih secara selektif sesuai dengan keperluan penulisan makalah,
yakni yang terkait dengan perilaku belajar anak. Cara studi seperti ini menghasilkan
suatu pemahaman tentang dunia anak yang secara singkat dapat dideskripsikan
sebagai berikut ini (Bredekamp, S., 1987; Bredekamp, S. and Copple, C., 1997;
Brenner, B. 1990; Peck, J.T., et al, 1987; Kellough, R.D. et al, 1996).
   Anak bersifat unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki
    bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Dengan
    demikian, meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang
    dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu
    sama lain. Di samping memiliki universalitas, menurut Bredekamp (1987), anak
    juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar
    belakang keluarga.
   Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang
    ditampilkan anak umumnya relatife asli, tidak ditutup-tutupi. la akan marah, kalau
    memang mau marah; dan ia akan menangis, kalau memang mau menangis. la
    memperlihatkan wajah yang ceria di saat bergembira, dan ia memperlihatkan muka
    murung ketika bersedih hati, tak peduli dimana ia berada dengan siapa.
   Anak bersifat aktif dan energik. Anak lajimnya senang melakukan berbagai
    akt ivit as. Selama t erjaga dari t idur, anak seolah t ak per nah berhent i dar i
    beraktivitas, tak pernah lelah, dan tak pernah bosan. Terlebih lagi kalau anak
    dihadapkan pada suatu kegiatan baru dan menantang. Bagi anak, gerak dan
    aktivitas merupakan suatu kesenangan. Anak akan lebih tahan untuk melakukan sesuatu
    yang melibatkan gerakan fisik daripada duduk dan memperhat ikan sesuatu
    yang dijelaskan oleh guru. Lebih lanjut, aktivitas dan gerak fisik juga
    merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan. Gerakan-gerakan fisik sangat
    esensial tidak hanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, tetapi
    juga untuk meningkatkan dapat meningkatkan banyak bidang perkembangan
    lainnya sosial, emosional, kreativitas, dan kognitif (Bredekamp, 1987; R. Pica,
1997).
   Anak itu egosentris. Dengan sifatnya yang egosentris, ia lebih cenderung melihat
    dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Karena itu
    tidaklah heran kalau anak kadang masih berebut alat-alat mainan, menangis bila
    menghendaki sesuat u yang t idak dipenuhi o leh orang t uanya, at au
    memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan
    perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak seusia ini (2 -7 tahun) sedang
    berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional
    konkrit (7-11 tahun). Sementara pada fase praoperasional pola berpikir anak
    bersifat egosentrik dan simbolik, pada fase operasional konkrit anak sudah mulai
    menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi. Menurut Berk (1988),
    anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola
    berpikir tersebut secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya, ia
    mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami logika di balik
    jawaban itu.
   Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
    Karakteristik perilaku seperti ini terutama menonjol pada sekitar usia 4 -5 tahun.
    Karena itu adalah sangat lajim jika anak pada usia ini banyak memperhatikan,
    membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan
    didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru. Dengan karakteristik seperti ini,
    Peck, J.T., et al (1987) memandang masa anak usia dini ini sebagai masa yang
    bergairah untuk belajar.
   Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu
    yang kuat terhadap segala hal, anak lajimnya senang menjelajah, mencoba, dan
    mempeiajari hal-hal baru. la senang membongkar pasang alat-alat mainan yang
    baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat secara intens dalam memperhatikan,
    mempermainkan, dan/atau melakukan sesuatu dengan benda-benda yang
    dimilikinya
   Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang bersifat
    imajinatif. la kadang-kadang dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman
    aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun. Ini berarti
    bahwa cerita dapat merupakan suatu kegiatan yang banyak digemari oleh anak.
   Anak masih mudah frustrasi. Umumnya anak masih mudah menangis atau mudah
    marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Kondisi seperti ini terkait dengan s ifat
egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa
    empatinya yang masih relatif terbatas.
   Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak belum memiliki rasa
    pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan deng an hal-hal yang
    membahayakan. Ini mengimplikasikan perlunya lingkungan perkembangan dan
    belajar yang aman bagi anak sehingga anak dapat terhindar dari kondisi-kondisi
    yang membahayakan.
   Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak lajimnya memiliki daya perhatian
    yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan. la
    masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu
    yang lama. Menurut Berg (1988), sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi
    anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara
    nyaman.
   Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Masa anak usia dini kadang
    disebut golden age atau magic years. Diungkapkan oleh Brenner, B. (1990: 29), "Of all
    the ages and stages that children go through, no time seems to have more potential
    for learning than these early years". Guna mewujudkan pemahaman ini, sejak
    t ahun 1990-an bahkan NAEYC mengkapanyekan masa - masa awal kehidupan
    ini sebagai masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut, "Early Years
    are Learning Years".
   Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan perkembangan
    keterampilan fisiknya, anak usia ini menjadi semakin berminat pada teman -
    t emannya. la mu la i menunjukkan kemampuan unt uk beker ja sa ma dan
    berhubungan dengan teman-temannya. la sudah memiliki penguasaan sejumlah
    perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
    memilih teman, mereka masih melakukannya terutama berdasarkan kesamaan
    aktivitas dan preferensi. Namun perlu diingat bahwa sikap egosentris anak pada
    usia ini kadang-kadang masih melekat pada sikapnya.
       Singkatnya, anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundament al bagi kehidupan
selanjutnya. la memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia
dan karakteristik orang dewasa. la sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu
ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah
berhenti "belajar".
CARA ANAK BERKEMBANG DAN BELAJAR SECARA BERMAKNA
      Para ahli konstruktivis mengasumsikan bahwa pada dasarnya anak itu
memiliki kemampuan untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan. Menurut pandangan
ini (Schickedanz, at al, 1990), pengetahuan pada dasarnya dibangun. pengetahuan itu
tidak terletak di manapun, melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan
lingkungannya.
      Asumsi di atas mengimplikasikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan inisiatif
anak dalam proses belajar merupakan hal yang sangat esensial. Suatu pengalaman
belajar akan bermakna bagi anak kalau ia berbuat atas lingkungannya. Kesempatan
anak untuk mengkreasi dan/atau memanipulasi objek atau ide merupakan hal yang
utama dalam proses belajar. Dijelaskan oleh Greenberg (1994) bahwa an ak akan
terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika ia membangun sesuatu daripada
sekedar melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Secara
lebih jauh, ia melukiskan suasana belajar anak yang bermakna itu sebagai berikut
(Greenberg, 1994: 88): Children learn as they live, work, play, and converse with
peers. As they exchange ideas, they challenge each other every bit as much as many
adults challenge them--to think, to reconstruct their ideas because they have new
information and viewpoints.
      Sesuai dengan dunia anak, proses belajar juga perlu dibuat secara natural,
hangat, dan menyenangkan. Penerapan aktivitas yang bersifat bermain (playful
activity) serta kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan
sekitarnya sangat diutamakan.
      Karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur
variasi individual dan minat anak juga sangat diperhatikan. Dengan kepedulian akan
unsur ini, motivasi belajar anak diharapkan akan muncul secara intrinsik.
      Memperkaya pandangan para ahli konstruktivis, Vygotsky (Berk, 1994) sangat
menekankan pentingnya pengalaman interaksi sosial bagi perkembangan proses
berpikir anak. la meyakini bahwa aktivitas mental yang tinggi pada anak terbentuk melalui
dialog dengan orang lain. Kesimpulan ini tercermin dari ungkapanya sebagai berikut:
...mind extends beyond the skin and inseparably joined with other minds. Social experience
shapes the ways of thinking and interpreting the world available to individuals. ... higher
forms of mental activit y are jointly constructed and transferred to children through
dialogues other people.
      Berkenaan dengan konsep motivasi, para ahli konstruktivis menjelaskan bahwa
motivasi itu muncul dari interaksi individu dengan pengalaman eksternal. Sebagai hasil
pengalaman terdahulu, set iap anak membawa segala pengetahuan yang telah
dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar
tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkreasi suatu pengetahuan baru
semuanya sudah familier atau terlalu mudah, maka pengalaman itu akan
membosankan. Sebaliknya, bilamana pengalaman belajar itu terlalu asing bagi anak tak
ada sedikitpun bekal pengetahuan anak yang berkaitan dengan pengalaman barunya
itu atau terlalu sukar, maka pengalaman itu akan mencemaskan dan anak akan
menarik diri atau menolak berhubungan dengan pengalaman baru itu. Yang paling
tepat adalah apabila pengalaman belajar itu mengandung sebagian unsur yang sudah
familier bagi anak dan sebagian lainnya masih baru. Dalam situasi seperti ini anak bisa
tertarik untuk berinteraksi dengan pengalaman barunya itu dan bisa memiliki kesempatan
untuk memanipulasi atau mengkreasikan sesuatu (Schickedanz, at al, 1990).
      Bredekamp dan Rosegrant (1991/92) akhirnya menyimpulkan bahwa anak
akan belajar dengan baik dan bermakna bila:
1. Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi.
2. Anak mengkonstruksi pengetahuan.
3. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya.
4. Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus yang
  mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke
  penggunaan.
5. Anak belajar melalui bermain.
6. Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi.
7. Unsur variasi individual anak diperhatikan.
      Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip perkembangan dan belajar anak
secara umum, melalui penelusuran berbagai referensi dan temuan-temuan ilmiah yang
sangat komprehensif, Bredekamp, S. & Copple, C. (1997) akhirnya sampai pada
kesimpulan sebagai berikut ini.
 Ranah-ranah perkembangan anak: fisik, sosial, emosional, dan kognitif-saling
  terkait secara erat. Perkembangan dalam satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh
  perkembangan dalam ranah-ranah yang lain. Perkembangan dalam satu ranah dapat
  membatasi atau memfasilitasi perkembangan yang lain. Misal, keterampilan
  bahasa anak mempengaruhi abilitasnya untuk membangun hubungan sosial dengan
  orang lain; begitu juga keterampilan interaksi sosialnya dapat mendukung atau
menghambat perkembangan bahasanya. Ini mengimplikasikan bahwa pendidik perlu
  sadar akan dan menggunakan saling keterjalinan ini dalam cara-cara yang membantu anak
  berkembang secara optimal dalam seluruh bidang perkembangan dan yang membuat
  hubungan yang bermakna ant ar ranah perkembangan tersebut.
 Perkembangan terjadi dalam suatu urutan yang relatif berurutan, dan abilitas,
  keterampilan, serta pengetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa yang
  sudah di peroleh t erdahulu. P enelit ia n t ent ang perkembangan ma nus ia
  mengindikasikan bahwa urutan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif stabil dan
  dapat diprediksi t erjadi pada anak selama masa usia dini. Perubahan --
  perubahan yang dapat diprediksi terjadi dalam seluruh ranah perkembangan-fisik, emosi,
  sosial, bahasa, dan kognit if-walaupun manifest asi dari cara-cara perubahan
  tersebut serta makna yang melekat pada perubahan tersebut bisa bervariasi dalam
  konteks kultur yang berbeda. Pengetahuan tentang perkembangan anak ini memberikan
  kerangka acuan umum bagi guru dalam menyiapkan lingkungan belajar,
  merencanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran kurikulum yang realistik, serta
  pengalaman-pengalaman belajar yang tepat.
 Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar
  bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. Variasi individual sekurang-kurangnya
  memiliki dua dimensi, yakni variabilitas dari rata-rata perkembangan dan keunikan
  masing-masing individu sebagai individu. Masing-masing anak merupakan pribadi yang
  unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individualnya, dan juga bersifat
  individual dalam hal kepribadian, temperamen, gaya belajar, serta latar belakang
  pengalaman dan keluarga. Dengan adanya sejumlah variasi di antara anak yang
  berusia kronologis sama, usia anak harus diakui terbatas sebagai indeks kasar tentang
  kematangan perkembangan. Lebih lanjut, pengakuan akan variasi individual menuntut
  bahwa keputusan-keputusan tentang kurikulum dan interaksi guru-anak sejauh
  mungkin diindividualisasikan. Penekanan pada ketepatan individual tidak sama
  dengan    "individualism".     Alih-alih,   pengakuan   ini   menuntut   bahwa   anak
  dipertimbangkan tidak semata-mata sebagai anggota dari kelompok seusianya, yang
  diharapkan berperikau sesuai dengan norma kelompok yang sudah ditentukan, tanpa
  adaptasi akan variasi individual.
 Pengalaman-pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
  perkembangan anak. Periode-periode optimal terjadi untuk tipe perkembangan dan
  belajar tertentu. Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti
bahwa jika suatu pengalaman terjadi secara jarang, maka pengalaman itu bisa
  memiliki sedikit pengaruh. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut terjadi dengan
  sering, maka pengaruhnya bisa kuat, kekal, dan bahkan semakin bertambah.
  Pengalaman awal juga dapat memiliki pengaruh yan g t ert unda t er hadap
  perkembangan berikutnya. Misalnya, suatu upaya pembentukan perilaku yang
  bersandar pada ganjaran-ganjaran ekstrinsik (seperti permen atau uang), suatu
  strategi yang bisa sangat efektif untuk jangka pendek, dalam kondisi tertentu dapat
  mengurangi motivasi intrinsik anak dalam jangka waktu yang lama. Lebih lanjut,
  pada per io de t ert ent u dar i masa kehidupan, beberapa jenis be lajar da n
  perkembangan terjadi sangat efisien. Misalnya, tiga tahun pertama kehidupan
  tampak menjadi periode yang optimal bagi perkembangan bahasa. Dan walaupun
  ket er t undaa n per ke mba nga n ba ha sa ( k ar e na de f is it se car a f is ik at a u
  lingkungan) dapat diperbaiki lebih lanjut, intervensi tersebut biasanya memerlukan
  upaya yang berat. Sama halnya, usia-usia prasekolah tampak optimum bagi
  perkembangan gerak-gerak motorik yang fundamental. Pada sisi lain, anak yang
  pengalaman-pengalaman motor awalnya sangat terbatas bisa memerlukan upaya
  keras untuk memperoleh kompetensi fisik dan juga bisa mengalami pengaruh -
  pengaruh tertunda ketika mencoba berpartisipasi dalam olah raga atau aktivitas-
  aktivitas kebugaran dalam hidup selanjutnya.
 Perkembangan berlangsung dalam arah -arah yang dapat diprediksi ke arah
  kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat. Belajar selama
  usia dini berlangsung dari pengetahuan behavioral ke pengertahuan simbolik atau
  representasional. Misalnya, anak sudah belajar mengitari rumah dan setting
  keluarga lainnya jauh sebelum mereka memahami konsep kata kiri dan kanan atau
  membaca peta rumah. Ini mengimplikasikan perlunya memberikan kesempatan
  kepada anak untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan behavioral
  mereka dengan menyediakan sejumlah pengalaman langsung dan dengan
  membant u anak mempero leh penget ahuan simbo lik me lalui r epresent as i
  pengalaman mereka dalam sejumlah media seperti gambar, konstruksi model,
  bermain dramatik, deskripsi verbal dan tertulis.
 Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan
  kultural yang majemuk. Menurut model ekologis, perkembangan anak sangat baik
  dipahami dalam konteks sosiokultural keluarga, setting pendidikan, dan masyarakat
  yang lebih luas. Konteks yang bervariasi tersebut saling berikorelasi dan semuanya
memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Pemahaman ini menuntut guru
  untuk belajar tentang kultur mayoritas anak yang mereka layani jika kultur mereka
  berbeda dengan kulturnya. Namun, mengakui bahwa perkembangan dan belajar
  dipengaruhi oleh konteks-konteks sosial dan kultural tidak menuntut guru untuk
  memahami semua nuansa-nuansa (perbedaan-perbedaan yang sangat kecil) dari
  setiap kelompok kultural yang ia hadapi dalam kerjanya, ini merupakan tugas yang
  tidak mungkin.
 Anak adalah pembelajar akfif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta juga
  pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk mengkonstruk pemahaman
  mereka sendiri tentang lingkungan sekitar mereka. Anak berkontribusi terhadap
  perkembangan dan belajarnya sendir i di saat mereka berupaya memakna i
  pengalaman sehari-harinya di rumah, sekolah, dan di masyarakat. Sejak lahir, anak secara
  aktif   terlibat   dalam      mengkonstruksi    pemahaman       mereka     sendiri    dar i
  pengalaman mereka, dan pemahaman ini diperantarai oleh dan secara jelas terkait
  dengan konteks sosiokultural.
 Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan
  lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun sosial tempat anak
  tinggal. Manusia merupakan produk dari keturunan dan lingkungan, dan kekuatan-
  kekuatan ini saling berint erelasi. Kaum behavioris berfokus pada pengaruh -
  pengaruh environmental sebagai penentu belajar, sementara kaum maturationis
  menekankan hamparan yang sudah ditentukan sebelumnya, yakni karakteristik
  heriditas. Masing-masing perspektif sampai tarap tertentu benar, namun tak ada satu
  perspektif pun yang memadai untuk menjelaskan belajar atau perkembangan. Dewasa ini,
  perkembangan lebih sering dipandang sebagai hasil proses interaktif t r ans ak s io na l
  a nt ar a ind iv id u ya ng t u mbu h - ber u ba h d a n pe nga la ma n pengalamannya dalam
  dunia sosial dan fisik.
 Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional,
  dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak. Aktivitas bermain
  anak merupakan konteks yang sangat mendukung proses perkembangan. Bermain
  memberi kesempatan kepada anak untuk memahami li ngkungan, berinteraksi
  dengan yang lain dalam cara-cara sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosi, serta
  mengembangkan kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Aktivitas bermain anak
  member i     orang        dewasa   wawasan     t ent ang   perkembangan       anak    da n
  kesempatan untuk mendukung perkembangan dengan strategi-strategi baru.
Vygot sky meyakini bahwa bermain mengarahkan perkembangan. Bermain
  memberikan suatu kont eks bagi anak untuk mempraktekkan keterampilan -
  keterampilan yang baru diperoleh dan juga untuk berfungsi pada puncak kapasitas mereka
  yang berkembang untuk mengambil peran-peran sosial baru, mencoba tugas-tugas
  baru dan menantang, dan memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Selain itu
  untuk mendukung perkembangan kognitif, bermain memainkan fungsi-fungsi penting
  dalam perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak. Anak mengekspresikan dan
  merepresentasikan ide-ide, pikiran, dan perasaan mereka ket ika terlibat dalam
  bermain simbolik. Selama bermain anak dapat belajar mengendalikan emosi,
  berinteraksi dengan yang lain, memecahkan konflik, dan me mp er o le h                 rasa
  ber k e ma mp u a n.   Me la lu i   ber ma in,    a nak   ju g a    d ap at   mengembangkan
  imajinasi dan kreativitas anak. Karena itu, bermain yang diinisiasi oleh anak dan
  didukung oleh guru merupakan komponen yang esensial dari pembelajaran
  berorientasi perkembangan.
 Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk
  mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika
  mereka mengalami tantangan di atas level penguasaannya saat ini. Anak akan
  cenderung malas dan tidak termotivasi bila dihadapkan pada kegiatan yang terlalu
  mudah dan tidak menantang. Sebaliknya, kegiatan yang terlalu sulit dan membuat
  anak selalu gaga) akan mendorongnya mengalami frustrasi. Pemahaman ini
  didasarkan pada pemikiran bahwa perkembangan dan belajar adalah proses
  dinamis yang mempersyaratkan orang dewasa memahami kontinum itu. Guru atau
  pendidik lainnya perlu menga mat i anak dengan cermat untuk mencocokkan
  kurikulum dan pembelajaran dengan kompetensi, kebutuhan, dan minat anak yang
  muncul, clan kemudian membantu anak beralih dengan mentargetkan pengalaman-
  pengalaman yang menantang mereka, tetapi tidak membuat mereka frustrasi.
 Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang berbeda serta
  cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan apa yang mereka tahu. Para ahli
  tenang belajar dan para ahli psikologi perkembangan telah mengakui bahwa manusia
  memahami lingkungan dengan banyak cara dan bahwa individu cenderung memiliki cara
  belajar yang lebih disukai atau lebih kuat. Prinsip perbedaan modalitas ini
  mengimplikasikan bahwa guru harus menyediakan tidak hanya kesempatan bagi individu
  anak    untuk     menggunakan         cara-cara     belajar        yang   disukainya   serta
  mempergunakan kekuatan-kekuatannya, tetapi juga kesempatan untuk membantu
anak mengembangkan mode-mode atau kapabilitasnya yang kurang kuat.
 Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang dirasa
  aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan dirasa aman
  secara psikologis. Kondisi seperti ini akan mendorong anak untuk berekspresi dan
  beraktualisasi secara opt imal. Anak memiliki keleluasaan untuk bergerak,
  berperilaku, dan menyatakan pendapat tanpa terbebani dengan tekanan-tekenan
  psikologis. Begitu pun keamanan fisiknya terjamin sehingga ia bisa terhindar dari
  hal-hal yang bisa membahayakan. Karena itu, praktek-praktek pendidikan yang
  berorientasi perkembangan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik, sosial, dan
  emosional serta juga perkembangan intelektualnya.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI (1995): Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita,
Jakarta.
Djaiihar Ismail (1996): Tatalaksana penyimpangan tumbuh kembang balita di tingkat
   pelayanan dasar. Disampaikan pads Lokakarya Deteksi Dini Tumbuh Kembang di
   Bandung, 25 Maret - 27 Maret 1996.
Moersintowarti, NB (1996): Pengembangan RSU Dati H sebagai pusat rujukan
   penyimpangan tumbuh kembang anak balita. Disampaikan pads Lokakarya
   Deteksi Dini Tumbuh Kembang, Bandung, 25 Maret - 27 Maret 1996.
Moersintowarti, NB (1996): Klink Tumbuh Kembang Anak, suatu sarana
   pemantauan. Kongres Nasional Emu Kesehatan Anak X, Bukittinggi, 16-20 Jun 1996.
Satgas Instrumen Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia (1995): Pedoman Deteksi Dini
Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita bagi petugas.
D j a u h a r I s m a i l . Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
nikmahnafila
 
Makalah karakteristik aud
Makalah karakteristik audMakalah karakteristik aud
Makalah karakteristik aud
Mitha Ye Es
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
Andhika Pratama
 
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
ECPAT Indonesia
 
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halusMakalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
andreanapulu
 
Pendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak diniPendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak dini
septi wulandani
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah pentingya kesehatan anak
Makalah pentingya kesehatan anakMakalah pentingya kesehatan anak
Makalah pentingya kesehatan anak
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUNPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-3 TAHUN
 
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
 
Makalah karakteristik aud
Makalah karakteristik audMakalah karakteristik aud
Makalah karakteristik aud
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anak
 
Pentingnya edukasi untuk orang tua tentang anak aqil baligh kel 3 bun say tan...
Pentingnya edukasi untuk orang tua tentang anak aqil baligh kel 3 bun say tan...Pentingnya edukasi untuk orang tua tentang anak aqil baligh kel 3 bun say tan...
Pentingnya edukasi untuk orang tua tentang anak aqil baligh kel 3 bun say tan...
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
 
Kekerasan anak
Kekerasan anakKekerasan anak
Kekerasan anak
 
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
PPT Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
Golden age periode 1
Golden age periode 1Golden age periode 1
Golden age periode 1
 
STUNTING.pdf
STUNTING.pdfSTUNTING.pdf
STUNTING.pdf
 
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
 
Kreativitas Untuk Anak Usia Dini
Kreativitas Untuk Anak Usia DiniKreativitas Untuk Anak Usia Dini
Kreativitas Untuk Anak Usia Dini
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan
 
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
Modul 1 - Eksploitasi Seksual Anak (ECPAT)
 
Pendidikan Karakter
Pendidikan KarakterPendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
 
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halusMakalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
Makalah alat permainan edukatif untuk pengembangan motorik kasar dan halus
 
Pendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak diniPendidikan seksualitas sejak dini
Pendidikan seksualitas sejak dini
 
Kekerasan & pelecehan, penyimpagan seksual pada anak
Kekerasan & pelecehan, penyimpagan seksual pada  anak Kekerasan & pelecehan, penyimpagan seksual pada  anak
Kekerasan & pelecehan, penyimpagan seksual pada anak
 
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakPpt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
 

Andere mochten auch

Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dllKarakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
wan agus Simalango
 
It’s a kid’s world
It’s a kid’s worldIt’s a kid’s world
It’s a kid’s world
Bonifas
 
Karakteristik anak usia sd
Karakteristik anak usia sdKarakteristik anak usia sd
Karakteristik anak usia sd
sukatmaputri
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Nika Meiliana
 

Andere mochten auch (11)

pendidikan anak usia dini
pendidikan anak usia dinipendidikan anak usia dini
pendidikan anak usia dini
 
Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dllKarakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
Karakteristik kelompok,tahapan pembentukan kelompok,team dll
 
somnis
somnissomnis
somnis
 
It’s a kid’s world
It’s a kid’s worldIt’s a kid’s world
It’s a kid’s world
 
Monkeybars for Young Minds: New Basics for New World Kids
Monkeybars for Young Minds: New Basics for New World KidsMonkeybars for Young Minds: New Basics for New World Kids
Monkeybars for Young Minds: New Basics for New World Kids
 
Kids of the world
Kids of the worldKids of the world
Kids of the world
 
Karakteristik anak usia sd
Karakteristik anak usia sdKarakteristik anak usia sd
Karakteristik anak usia sd
 
Tugas kurikulim dan pembelajaran
Tugas kurikulim dan pembelajaranTugas kurikulim dan pembelajaran
Tugas kurikulim dan pembelajaran
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
Tugas power point 1 psikologi kognitif 2010
Tugas power point 1 psikologi kognitif 2010Tugas power point 1 psikologi kognitif 2010
Tugas power point 1 psikologi kognitif 2010
 
Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran
Konsep Dasar Asesmen PembelajaranKonsep Dasar Asesmen Pembelajaran
Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran
 

Ähnlich wie karakteristik anak usia dini

Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan programAsuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
ekaarum
 
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptxSDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
kirrana1
 
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdfPAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
ssuserdf79341
 
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anakPentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
Randy Alexander David Tuwoh
 
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKANPELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
SukantiRahayu1
 
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docxTOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
suryani636542
 
Overview PEendampingan Keluarga Dalam Percepatan.pptx
Overview PEendampingan Keluarga  Dalam Percepatan.pptxOverview PEendampingan Keluarga  Dalam Percepatan.pptx
Overview PEendampingan Keluarga Dalam Percepatan.pptx
CandraIndah2
 

Ähnlich wie karakteristik anak usia dini (20)

BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan programAsuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
 
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptxSDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
SDIDTK_dr.Anin,Sp.A.pptx
 
panduan poli anak.docx
panduan poli anak.docxpanduan poli anak.docx
panduan poli anak.docx
 
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdfPAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
PAPARAN-STUNTING-DIR.-KESGA_1224.pdf
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
 
DETEKSI_AWAL_UNTUK_KADER.pptx
DETEKSI_AWAL_UNTUK_KADER.pptxDETEKSI_AWAL_UNTUK_KADER.pptx
DETEKSI_AWAL_UNTUK_KADER.pptx
 
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anakPentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama kehidupan anak
 
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPKTIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
TIM PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI BIDAN TPK
 
Program tumbang anak kel1
Program tumbang anak  kel1Program tumbang anak  kel1
Program tumbang anak kel1
 
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKANPELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
PELATIHANTENTANG POSYANDU BALITA YANG RUTIN SETIAP BULAN DILAKUKAN
 
materi stunting BKKBN.pdf
materi stunting BKKBN.pdfmateri stunting BKKBN.pdf
materi stunting BKKBN.pdf
 
Lp tumbang
Lp tumbangLp tumbang
Lp tumbang
 
Mtbs dr. yulia
Mtbs   dr. yuliaMtbs   dr. yulia
Mtbs dr. yulia
 
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docxTOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
TOR PKM. RASTIM 2022 fiks.docx
 
MATERI ORIENTASI TPK KABUPATEN BLITAR TAHUN 2023.pptx
MATERI ORIENTASI TPK KABUPATEN BLITAR TAHUN 2023.pptxMATERI ORIENTASI TPK KABUPATEN BLITAR TAHUN 2023.pptx
MATERI ORIENTASI TPK KABUPATEN BLITAR TAHUN 2023.pptx
 
Mekacnisme Kerja TPK_2023_Final 20022023.pptx
Mekacnisme Kerja TPK_2023_Final 20022023.pptxMekacnisme Kerja TPK_2023_Final 20022023.pptx
Mekacnisme Kerja TPK_2023_Final 20022023.pptx
 
Overview PEendampingan Keluarga Dalam Percepatan.pptx
Overview PEendampingan Keluarga  Dalam Percepatan.pptxOverview PEendampingan Keluarga  Dalam Percepatan.pptx
Overview PEendampingan Keluarga Dalam Percepatan.pptx
 
Makalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anakMakalah keperawatan anak
Makalah keperawatan anak
 

Mehr von REISA Class

Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensi
REISA Class
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
REISA Class
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksi
REISA Class
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh)
REISA Class
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
REISA Class
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
REISA Class
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendek
REISA Class
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
REISA Class
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
REISA Class
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
REISA Class
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anak
REISA Class
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anak
REISA Class
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
REISA Class
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anak
REISA Class
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
REISA Class
 

Mehr von REISA Class (20)

Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
sindrom down
sindrom downsindrom down
sindrom down
 
Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensi
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksi
 
lipid
lipidlipid
lipid
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh)
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendek
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anak
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anak
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anak
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
 

Kürzlich hochgeladen

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 

karakteristik anak usia dini

  • 1. 1. IDENTIFIKASI/DETEKSI DINI? 2. ASPEK PENTING PERKEMBANGAN DAN IDENTIFIKASI 3. ASSESMEN, LANGKAH-LANGKAH IDDENTIFIKASI 4. TEKNIK IDENTIFIKASI 5. EVALUASI 6. DOKUMENTASI DAN MENGKOMUNIKASIKAN HASIL IDENTIFIKASI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK A. Pendahuluan Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Dengan kata lain bila penyimpangan terdadi pada usia dini dan dideteksi sedini mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan bila penyimpangan tejadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanakan oleh semua pihak sejak mulai dari tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan sampai dokter spesialis, dan di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih spesialistis. Dengan telah adanya program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang dilaksanakan di masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita (BYB), program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk fasilitas selanjutnya sebagai sarana rujukan selanjutnya yang termasuk juga tempat rujukan yang paling akhir yang dapat menangani secara holistik dan komplit. Dalam, makalah ini akan dibicarakan kompetensi atau tugas dan peran dari tiap, tingkat pelayanan mulai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai tingkat pelayanan kesehatan yang ada. di Rumah Sakit Kabupaten.
  • 2. B. Beberapa Pengertian: Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut. Sedangkan intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya. Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimililki oleh anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat clibenkan dengan indd= yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai. Tingkat-tingkat pelaksanaan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak dan penangannya. A. Tingkat keluarga/kelompok Bina Keluarga Ballia (BK6) 1. Tugas dan peran keluarga:  Me mant au t umbuh kembang anak sesuai kelo mpok umur dengan memanfaatkan sarana yang ada, seperti: KMS balita, Kartu Kembang Anak, Kalender Tumbuh Kembang Anak.  Melakukan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tingkat perkembangan perkembangan anak.  Melaporkan dan membahas tmgkat perkembangan anak dengan kader Posyandu/BKB.  Melaksanakan stimulasi sesuai nasehat kader BKB/Posyandu dalam rangka meningkatkan kemampuan anak. 2. Tugas dan peran Kelompok BKB:  Memantau tumbuh kembang anak melalui ibu balita pada setiap pertemuan kelompok dengan menggunakan sarana yang ada (13 LS balita, Kartu Kembang Anak, Kartu Asuh Ibu, dll.)  Memberikan penyuluhan dan cara stimulasi kepada ibu balita sesuai dengan kelompok umur anak.
  • 3.  Melakukan rujukan bagi setiap anak dengan penyimpangan tumbuh kembang. Untuk melaksanakan tugas dan peran tersebut di atas, diperlukan alat/instrumen yaitu: 1. Keluarga:  Kalender Tumbuh Kembang Balita.  Kartu Menuju Sehat (KMS).  Kartu Kembang Anak (KKA).  Buku pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak bagi keluarga. 2. Kelompok BKB:  Alat Permainan Edukatif.  Kartu Asuh Anak.  Kartu Kembang Anak.  KMS Balita.  Buku Paket Penyuluhan BKB B. Pelaksam kegiatan deteksi dini dan intervenst penyimpangan Tumbuh Kembang di tingkat Puskesmas Tugas dan peran Puskesmas: 1. Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras) a. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk dengan cara:  Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS.  Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS.  Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh kembang anak dan kartu tumbuh kembang.  Menilai tumbuh kembang anak secara individu. b. Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang berkunjung dan dirujuk. c. Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan tumbuh kembang berupa:  Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA, Diane, Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt lainnya sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta buku pedoman kerja Puskesmas.  Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar.
  • 4. Penanganan: a. Penanganan langsung pada:  Kelambatan motorik kasar.  Gangguan bicara karena, kurang latihan.  Gangguan motorik halus.  So sia lisa si ya ng kura ng ( a na k t ak suk a berk awa n, suk a mengganggu/menyerang kawan).  Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi.  Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat pembenan makanan seimbang.  Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa gangguan organic, Gangguan buang air besar, Cengeng berlebihan, Penakut, Mengompol pada anak di atas 5 tahun, d1l. Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dan rumah sakit. b. Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti:  Autisme.  Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi.  Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal.  Kelainan-kelainan benwWfungsi tubuh (hidrosefalus, spina, bifida, strabismus).  I-Epotiroidea.  Perawakan pendek.  Perawakan tinggi.  Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung c. Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani lebih lanjut). 2. Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina. Anak Prasekolah Desa) C. Pelaksanaan kegiatan deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang di tingkat Rumah Sakit Kabupaten Tugas dan peran Rumah Sakit Kabupaten: 1. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk ke rumah sakit.
  • 5. 2. Menegakkan diagnosis secara multidisipliner penyimpangan tumbuh kembang balita yang berkunjung dan dirujuk. 3. Melakukan intervensi secara multidisipliner. 4. Merujuk penderita ke Rumah Sakit tipe B/Afinstansi kompeten. 5. Metaksanakan koordinasi dalam, menegakkan diagnosis dan melaksanakan. Intervensi. Sarana dan prasarana Seyogyanya di setiap Rumah Sakit Kabupaten ada, unit pelayanan kesehatan anak terpadu yang melibatkan beberapa. disiplin ilmu/keahlian yang dinamakan Klinik Tumbuh Kembang Anak Adapun tujuan Klinik Tumbuh Kembang Anak adalah sebagai berikut: Tujuan umum: Mengoptimalisasikan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi dan keterbatasannya. Tujuan khu su s: 1. Mendeteksi, mendiagnosa, menstimulasi, mengobati, dan 'follow-up' anak yang dirujuk ataupun datang sendiri dengan penyimpangan tumbuh kembang. 2. Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani setempat ke pusat-rujukan yang lebih lengkap atau instansi yang berkompeten atau Yayasan khusus sesuai dengan kasus yang ditangani. Tim Klinik Tumbuh Kembang terdiri atas:Dokter Anak,Dokter AM Kebidanan, Dokter Ahli Syaraf, Dokter Ahli Radiologi, Ahli Gizi, Ahli Fisioterapi. Dokter Ahli Mata, Dokter Ahli THT,Psikolog. Untuk semua anggota tim perlu ditanamkan konsep Klinik Tumbuh Kembang dan Rumah Salcit Kabupaten yang sudah mempunyai tim seperti di atas akan dapat menjadi pusat rujukan baik dari Puskesman maupun dari Rumah Salcit Kabupaten lain yang belum lengkap. Instrumen Untuk melaksanakan kegiatan di Klinik Tumbuh Kembang maka diperlukan alat-alat seperti alat untuk mendeteksi gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, USG, EEG, EKG, Rontgent dan ditunjang suatu laboratorium, yang memadai.
  • 6. Ringkasan Telah diuraikan t atalaksana kegiat an det eksi dini dan int ervens i penyimpangan tumbuh kembang anak mulai tmgkat keluarga/kelompok BKB sampai ke Rumah Sakit Kabupaten. Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak, maka pelayanan yang memadai perlu dipersiapkan secara baik mulai dari tingkat pelayanan dasar sampai tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Hal ini penting oleh karena kemungkinan adanya kasus rujukan yang seharusnya akan mendapat pelayanan yang lebih memadai. KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI Batasan usia anak usia dini bisa bervariasi, tergantung pada dasar yang digunakan. Pndangan mutakhir yang dianut di negara-negara maju, istilah anak usia dini (early childhood) lajim digunakan untuk mendeskripsikan anak dengan rentang usia 0-8 tahun. Bila dikaitkan dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia, rentang usia tersebut mencakup anak pada kelas-kelas rendah (1-3) di Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak (TK) dan yang sederajat, Kelompok Bermain (Kober), dan anak di Tempat Penitipan Anak (TPA). Sesuai dengan komunitas peserta pelatihan guru/kepela SD, ikhtisar bahasan anak usia dini yang dimaksud di sini lebih dibatasi pada anak usia sekitar 4-7 tahun. Lalu, siapa dan seperti apakah anak usia dini itu? Pertanyaan singkat ini seperti mudah untuk dijawab, tetapi tidak pernah tuntas dibicarakan orang. Pandangan para ah li pun tentang anak cenderung berbeda satu sama lain dan berubah dari waktu ke waktu. Adakalanya anak dipandang sebagai individu yang dibentuk oleh bawaannya, dan kadang-kadang pula ia dipandang sebagai individu yang ditentukan oleh lingkungannya. Suatu waktu ia dianggap sebagai miniatur orang dewasa, tapi pada kesempatan lain ia dianggap sebagai individu yang berbeda secara total dari orang dewasa. Adanya perbedaan atau perubahan pandangan tentang anak sebagaimana diilustrasikan di atas mengingatkan penulis akan sebuah ungkapan yang berbunyi sebagai berikut: "The nature of child is a gift of nature, but the image of child is a man's creation". Meskipun tak sepenuhnya setuju dengan ungkapan tersebut, penulis dapat mengambil sekurang-kurangnya dua makna yang terkait dengan bahasan tentang
  • 7. pembelajaran beror ient asi perkembangan ini. Pertama, pernyat aan t ersebut menegaskan bahwa pandangan dan persepsi masing-masing orang tentang anak bisa berbeda satu sama lain dan bisa berubah dari waktu ke waktu, meskipun anak yang dipersepsikan secara berbeda tersebut sesungguhnya masih merupakan anak yang sama. Ini penting dicatat karena kenyataannya adalah bahwa cara pandang seseorang tentang anak dapat mempengaruhi dan kadang menentukan cara perlakuan yang bersangkutan dalam mendidik anak. Lebih lanjut, pemikiran ini mengimplikasikan pent ing nya k it a, pendidik, ber upaya unt uk me mpero le h pemaha ma n yang komprehensif dan akurat tentang anak sesuai dengan pengetahuan dan hasil berbagai studi terkini tentang anak. Kedua, ungkapan di atas juga menyiratkan bahwa hakikat anak itu merupakan suatu misteri yang mungkin tidak pernah diketahui secara pasti. Kerahasiaan hakikat anak ini membuat para ahli terus berpikir dan mencari pengetahuan yang lebih benar tentang anak. Dan dari upaya-upaya mereka itulah dihasilkan berbagai konsep, gagasan, dan pengetahuan tentang anak dan cara pendidikannya sehingga dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan anak terus berkembang dari waktu ke waktu. Meskipun relatif nisbi sifatnya, pengetahuan yang dihasilkan oleh para ahli tentu bukan merupakan sesuatu yang sia-sia untuk dipelajari. Kita, umat manusia, bahkan punya mandat untuk terus memikirkan dan mempelajari berbagai fenomena kehidupan, t ermasuk dunia anak. Dengan demikian, adanya perbedaan da n perubahan pandangan itu tiada lain merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena pada syar iat nya, perbedaan dan perubahan t ersebut menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan secara terus-menerus. Terjadinya perubahan pandangan juga bukan merupakan suatu kekeliruan masa lalu, melainkan lebih merupakan refleksi dari dinamika pemikiran yang pada gilirannya menjadi anugrah kemajuan yang diwariskan kepada umat manusia. Selanjut nya, karena t idak adanya satu teori at au konsep yang mampu menjelaskan seluruh fenomena perkembangan dan belajar anak secara lengkap, kajian terhadap berbagai sumber terkini yang penulis temukan tentang perkembangan dan belajar anak akan menjadi bagian awal dari proses penstrukturan konsep pembelajaran berorietasi perkembangan. Hal ini sejalan dengan yang ditempuh S. Bredekamp & C. Copple (1997:9) dalam mengkonseptualisasikan praktek pendidikan yang berorientasi perkembangan (Developmentally Approriate Practice) sebagaimana tercermin dalam pernyataannya sebagai berikut: Because development and learning are so
  • 8. complex, no one theory is sufficient to explain these phenomena. However, a broad- based review of the literature on early childhood education generates a set of principles to inform early childhood practice. Mengingat begitu banyak dan luasnya pengetahuan, teori, dan/atau rujukan tentang perkembangan anak, bahasan tentang anak di sini tidak secara serta merta mengupas berbagai hal tentang anak. Aspek -aspek bahasan yang disajikan di sini dengan sendirinya dipilih secara selektif sesuai dengan keperluan penulisan makalah, yakni yang terkait dengan perilaku belajar anak. Cara studi seperti ini menghasilkan suatu pemahaman tentang dunia anak yang secara singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut ini (Bredekamp, S., 1987; Bredekamp, S. and Copple, C., 1997; Brenner, B. 1990; Peck, J.T., et al, 1987; Kellough, R.D. et al, 1996).  Anak bersifat unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Dengan demikian, meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain. Di samping memiliki universalitas, menurut Bredekamp (1987), anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga.  Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatife asli, tidak ditutup-tutupi. la akan marah, kalau memang mau marah; dan ia akan menangis, kalau memang mau menangis. la memperlihatkan wajah yang ceria di saat bergembira, dan ia memperlihatkan muka murung ketika bersedih hati, tak peduli dimana ia berada dengan siapa.  Anak bersifat aktif dan energik. Anak lajimnya senang melakukan berbagai akt ivit as. Selama t erjaga dari t idur, anak seolah t ak per nah berhent i dar i beraktivitas, tak pernah lelah, dan tak pernah bosan. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan baru dan menantang. Bagi anak, gerak dan aktivitas merupakan suatu kesenangan. Anak akan lebih tahan untuk melakukan sesuatu yang melibatkan gerakan fisik daripada duduk dan memperhat ikan sesuatu yang dijelaskan oleh guru. Lebih lanjut, aktivitas dan gerak fisik juga merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan. Gerakan-gerakan fisik sangat esensial tidak hanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan dapat meningkatkan banyak bidang perkembangan lainnya sosial, emosional, kreativitas, dan kognitif (Bredekamp, 1987; R. Pica,
  • 9. 1997).  Anak itu egosentris. Dengan sifatnya yang egosentris, ia lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Karena itu tidaklah heran kalau anak kadang masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuat u yang t idak dipenuhi o leh orang t uanya, at au memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak seusia ini (2 -7 tahun) sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7 tahun) ke fase operasional konkrit (7-11 tahun). Sementara pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, pada fase operasional konkrit anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi. Menurut Berk (1988), anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola berpikir tersebut secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya, ia mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami logika di balik jawaban itu.  Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Karakteristik perilaku seperti ini terutama menonjol pada sekitar usia 4 -5 tahun. Karena itu adalah sangat lajim jika anak pada usia ini banyak memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru. Dengan karakteristik seperti ini, Peck, J.T., et al (1987) memandang masa anak usia dini ini sebagai masa yang bergairah untuk belajar.  Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat terhadap segala hal, anak lajimnya senang menjelajah, mencoba, dan mempeiajari hal-hal baru. la senang membongkar pasang alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat secara intens dalam memperhatikan, mempermainkan, dan/atau melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya  Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. la kadang-kadang dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun. Ini berarti bahwa cerita dapat merupakan suatu kegiatan yang banyak digemari oleh anak.  Anak masih mudah frustrasi. Umumnya anak masih mudah menangis atau mudah marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Kondisi seperti ini terkait dengan s ifat
  • 10. egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih tinggi, serta rasa empatinya yang masih relatif terbatas.  Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Anak belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan deng an hal-hal yang membahayakan. Ini mengimplikasikan perlunya lingkungan perkembangan dan belajar yang aman bagi anak sehingga anak dapat terhindar dari kondisi-kondisi yang membahayakan.  Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak lajimnya memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan. la masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama. Menurut Berg (1988), sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman.  Anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Masa anak usia dini kadang disebut golden age atau magic years. Diungkapkan oleh Brenner, B. (1990: 29), "Of all the ages and stages that children go through, no time seems to have more potential for learning than these early years". Guna mewujudkan pemahaman ini, sejak t ahun 1990-an bahkan NAEYC mengkapanyekan masa - masa awal kehidupan ini sebagai masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut, "Early Years are Learning Years".  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia ini menjadi semakin berminat pada teman - t emannya. la mu la i menunjukkan kemampuan unt uk beker ja sa ma dan berhubungan dengan teman-temannya. la sudah memiliki penguasaan sejumlah perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam memilih teman, mereka masih melakukannya terutama berdasarkan kesamaan aktivitas dan preferensi. Namun perlu diingat bahwa sikap egosentris anak pada usia ini kadang-kadang masih melekat pada sikapnya. Singkatnya, anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundament al bagi kehidupan selanjutnya. la memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. la sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhenti "belajar".
  • 11. CARA ANAK BERKEMBANG DAN BELAJAR SECARA BERMAKNA Para ahli konstruktivis mengasumsikan bahwa pada dasarnya anak itu memiliki kemampuan untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan. Menurut pandangan ini (Schickedanz, at al, 1990), pengetahuan pada dasarnya dibangun. pengetahuan itu tidak terletak di manapun, melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi di atas mengimplikasikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan inisiatif anak dalam proses belajar merupakan hal yang sangat esensial. Suatu pengalaman belajar akan bermakna bagi anak kalau ia berbuat atas lingkungannya. Kesempatan anak untuk mengkreasi dan/atau memanipulasi objek atau ide merupakan hal yang utama dalam proses belajar. Dijelaskan oleh Greenberg (1994) bahwa an ak akan terlibat dalam belajar secara lebih intensif jika ia membangun sesuatu daripada sekedar melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Secara lebih jauh, ia melukiskan suasana belajar anak yang bermakna itu sebagai berikut (Greenberg, 1994: 88): Children learn as they live, work, play, and converse with peers. As they exchange ideas, they challenge each other every bit as much as many adults challenge them--to think, to reconstruct their ideas because they have new information and viewpoints. Sesuai dengan dunia anak, proses belajar juga perlu dibuat secara natural, hangat, dan menyenangkan. Penerapan aktivitas yang bersifat bermain (playful activity) serta kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitarnya sangat diutamakan. Karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi individual dan minat anak juga sangat diperhatikan. Dengan kepedulian akan unsur ini, motivasi belajar anak diharapkan akan muncul secara intrinsik. Memperkaya pandangan para ahli konstruktivis, Vygotsky (Berk, 1994) sangat menekankan pentingnya pengalaman interaksi sosial bagi perkembangan proses berpikir anak. la meyakini bahwa aktivitas mental yang tinggi pada anak terbentuk melalui dialog dengan orang lain. Kesimpulan ini tercermin dari ungkapanya sebagai berikut: ...mind extends beyond the skin and inseparably joined with other minds. Social experience shapes the ways of thinking and interpreting the world available to individuals. ... higher forms of mental activit y are jointly constructed and transferred to children through dialogues other people. Berkenaan dengan konsep motivasi, para ahli konstruktivis menjelaskan bahwa
  • 12. motivasi itu muncul dari interaksi individu dengan pengalaman eksternal. Sebagai hasil pengalaman terdahulu, set iap anak membawa segala pengetahuan yang telah dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkreasi suatu pengetahuan baru semuanya sudah familier atau terlalu mudah, maka pengalaman itu akan membosankan. Sebaliknya, bilamana pengalaman belajar itu terlalu asing bagi anak tak ada sedikitpun bekal pengetahuan anak yang berkaitan dengan pengalaman barunya itu atau terlalu sukar, maka pengalaman itu akan mencemaskan dan anak akan menarik diri atau menolak berhubungan dengan pengalaman baru itu. Yang paling tepat adalah apabila pengalaman belajar itu mengandung sebagian unsur yang sudah familier bagi anak dan sebagian lainnya masih baru. Dalam situasi seperti ini anak bisa tertarik untuk berinteraksi dengan pengalaman barunya itu dan bisa memiliki kesempatan untuk memanipulasi atau mengkreasikan sesuatu (Schickedanz, at al, 1990). Bredekamp dan Rosegrant (1991/92) akhirnya menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila: 1. Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi. 2. Anak mengkonstruksi pengetahuan. 3. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya. 4. Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus yang mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke penggunaan. 5. Anak belajar melalui bermain. 6. Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi. 7. Unsur variasi individual anak diperhatikan. Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip perkembangan dan belajar anak secara umum, melalui penelusuran berbagai referensi dan temuan-temuan ilmiah yang sangat komprehensif, Bredekamp, S. & Copple, C. (1997) akhirnya sampai pada kesimpulan sebagai berikut ini.  Ranah-ranah perkembangan anak: fisik, sosial, emosional, dan kognitif-saling terkait secara erat. Perkembangan dalam satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam ranah-ranah yang lain. Perkembangan dalam satu ranah dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan yang lain. Misal, keterampilan bahasa anak mempengaruhi abilitasnya untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain; begitu juga keterampilan interaksi sosialnya dapat mendukung atau
  • 13. menghambat perkembangan bahasanya. Ini mengimplikasikan bahwa pendidik perlu sadar akan dan menggunakan saling keterjalinan ini dalam cara-cara yang membantu anak berkembang secara optimal dalam seluruh bidang perkembangan dan yang membuat hubungan yang bermakna ant ar ranah perkembangan tersebut.  Perkembangan terjadi dalam suatu urutan yang relatif berurutan, dan abilitas, keterampilan, serta pengetahuan selanjutnya dibangun berdasarkan apa yang sudah di peroleh t erdahulu. P enelit ia n t ent ang perkembangan ma nus ia mengindikasikan bahwa urutan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif stabil dan dapat diprediksi t erjadi pada anak selama masa usia dini. Perubahan -- perubahan yang dapat diprediksi terjadi dalam seluruh ranah perkembangan-fisik, emosi, sosial, bahasa, dan kognit if-walaupun manifest asi dari cara-cara perubahan tersebut serta makna yang melekat pada perubahan tersebut bisa bervariasi dalam konteks kultur yang berbeda. Pengetahuan tentang perkembangan anak ini memberikan kerangka acuan umum bagi guru dalam menyiapkan lingkungan belajar, merencanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran kurikulum yang realistik, serta pengalaman-pengalaman belajar yang tepat.  Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. Variasi individual sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi, yakni variabilitas dari rata-rata perkembangan dan keunikan masing-masing individu sebagai individu. Masing-masing anak merupakan pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individualnya, dan juga bersifat individual dalam hal kepribadian, temperamen, gaya belajar, serta latar belakang pengalaman dan keluarga. Dengan adanya sejumlah variasi di antara anak yang berusia kronologis sama, usia anak harus diakui terbatas sebagai indeks kasar tentang kematangan perkembangan. Lebih lanjut, pengakuan akan variasi individual menuntut bahwa keputusan-keputusan tentang kurikulum dan interaksi guru-anak sejauh mungkin diindividualisasikan. Penekanan pada ketepatan individual tidak sama dengan "individualism". Alih-alih, pengakuan ini menuntut bahwa anak dipertimbangkan tidak semata-mata sebagai anggota dari kelompok seusianya, yang diharapkan berperikau sesuai dengan norma kelompok yang sudah ditentukan, tanpa adaptasi akan variasi individual.  Pengalaman-pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Periode-periode optimal terjadi untuk tipe perkembangan dan belajar tertentu. Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti
  • 14. bahwa jika suatu pengalaman terjadi secara jarang, maka pengalaman itu bisa memiliki sedikit pengaruh. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut terjadi dengan sering, maka pengaruhnya bisa kuat, kekal, dan bahkan semakin bertambah. Pengalaman awal juga dapat memiliki pengaruh yan g t ert unda t er hadap perkembangan berikutnya. Misalnya, suatu upaya pembentukan perilaku yang bersandar pada ganjaran-ganjaran ekstrinsik (seperti permen atau uang), suatu strategi yang bisa sangat efektif untuk jangka pendek, dalam kondisi tertentu dapat mengurangi motivasi intrinsik anak dalam jangka waktu yang lama. Lebih lanjut, pada per io de t ert ent u dar i masa kehidupan, beberapa jenis be lajar da n perkembangan terjadi sangat efisien. Misalnya, tiga tahun pertama kehidupan tampak menjadi periode yang optimal bagi perkembangan bahasa. Dan walaupun ket er t undaa n per ke mba nga n ba ha sa ( k ar e na de f is it se car a f is ik at a u lingkungan) dapat diperbaiki lebih lanjut, intervensi tersebut biasanya memerlukan upaya yang berat. Sama halnya, usia-usia prasekolah tampak optimum bagi perkembangan gerak-gerak motorik yang fundamental. Pada sisi lain, anak yang pengalaman-pengalaman motor awalnya sangat terbatas bisa memerlukan upaya keras untuk memperoleh kompetensi fisik dan juga bisa mengalami pengaruh - pengaruh tertunda ketika mencoba berpartisipasi dalam olah raga atau aktivitas- aktivitas kebugaran dalam hidup selanjutnya.  Perkembangan berlangsung dalam arah -arah yang dapat diprediksi ke arah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat. Belajar selama usia dini berlangsung dari pengetahuan behavioral ke pengertahuan simbolik atau representasional. Misalnya, anak sudah belajar mengitari rumah dan setting keluarga lainnya jauh sebelum mereka memahami konsep kata kiri dan kanan atau membaca peta rumah. Ini mengimplikasikan perlunya memberikan kesempatan kepada anak untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan behavioral mereka dengan menyediakan sejumlah pengalaman langsung dan dengan membant u anak mempero leh penget ahuan simbo lik me lalui r epresent as i pengalaman mereka dalam sejumlah media seperti gambar, konstruksi model, bermain dramatik, deskripsi verbal dan tertulis.  Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang majemuk. Menurut model ekologis, perkembangan anak sangat baik dipahami dalam konteks sosiokultural keluarga, setting pendidikan, dan masyarakat yang lebih luas. Konteks yang bervariasi tersebut saling berikorelasi dan semuanya
  • 15. memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Pemahaman ini menuntut guru untuk belajar tentang kultur mayoritas anak yang mereka layani jika kultur mereka berbeda dengan kulturnya. Namun, mengakui bahwa perkembangan dan belajar dipengaruhi oleh konteks-konteks sosial dan kultural tidak menuntut guru untuk memahami semua nuansa-nuansa (perbedaan-perbedaan yang sangat kecil) dari setiap kelompok kultural yang ia hadapi dalam kerjanya, ini merupakan tugas yang tidak mungkin.  Anak adalah pembelajar akfif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta juga pengetahuan yang ditransmisikan secara kultural untuk mengkonstruk pemahaman mereka sendiri tentang lingkungan sekitar mereka. Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya sendir i di saat mereka berupaya memakna i pengalaman sehari-harinya di rumah, sekolah, dan di masyarakat. Sejak lahir, anak secara aktif terlibat dalam mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri dar i pengalaman mereka, dan pemahaman ini diperantarai oleh dan secara jelas terkait dengan konteks sosiokultural.  Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun sosial tempat anak tinggal. Manusia merupakan produk dari keturunan dan lingkungan, dan kekuatan- kekuatan ini saling berint erelasi. Kaum behavioris berfokus pada pengaruh - pengaruh environmental sebagai penentu belajar, sementara kaum maturationis menekankan hamparan yang sudah ditentukan sebelumnya, yakni karakteristik heriditas. Masing-masing perspektif sampai tarap tertentu benar, namun tak ada satu perspektif pun yang memadai untuk menjelaskan belajar atau perkembangan. Dewasa ini, perkembangan lebih sering dipandang sebagai hasil proses interaktif t r ans ak s io na l a nt ar a ind iv id u ya ng t u mbu h - ber u ba h d a n pe nga la ma n pengalamannya dalam dunia sosial dan fisik.  Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak, dan juga merefleksikan perkembangan anak. Aktivitas bermain anak merupakan konteks yang sangat mendukung proses perkembangan. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memahami li ngkungan, berinteraksi dengan yang lain dalam cara-cara sosial, mengekspresikan dan mengontrol emosi, serta mengembangkan kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Aktivitas bermain anak member i orang dewasa wawasan t ent ang perkembangan anak da n kesempatan untuk mendukung perkembangan dengan strategi-strategi baru.
  • 16. Vygot sky meyakini bahwa bermain mengarahkan perkembangan. Bermain memberikan suatu kont eks bagi anak untuk mempraktekkan keterampilan - keterampilan yang baru diperoleh dan juga untuk berfungsi pada puncak kapasitas mereka yang berkembang untuk mengambil peran-peran sosial baru, mencoba tugas-tugas baru dan menantang, dan memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Selain itu untuk mendukung perkembangan kognitif, bermain memainkan fungsi-fungsi penting dalam perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak. Anak mengekspresikan dan merepresentasikan ide-ide, pikiran, dan perasaan mereka ket ika terlibat dalam bermain simbolik. Selama bermain anak dapat belajar mengendalikan emosi, berinteraksi dengan yang lain, memecahkan konflik, dan me mp er o le h rasa ber k e ma mp u a n. Me la lu i ber ma in, a nak ju g a d ap at mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Karena itu, bermain yang diinisiasi oleh anak dan didukung oleh guru merupakan komponen yang esensial dari pembelajaran berorientasi perkembangan.  Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka mengalami tantangan di atas level penguasaannya saat ini. Anak akan cenderung malas dan tidak termotivasi bila dihadapkan pada kegiatan yang terlalu mudah dan tidak menantang. Sebaliknya, kegiatan yang terlalu sulit dan membuat anak selalu gaga) akan mendorongnya mengalami frustrasi. Pemahaman ini didasarkan pada pemikiran bahwa perkembangan dan belajar adalah proses dinamis yang mempersyaratkan orang dewasa memahami kontinum itu. Guru atau pendidik lainnya perlu menga mat i anak dengan cermat untuk mencocokkan kurikulum dan pembelajaran dengan kompetensi, kebutuhan, dan minat anak yang muncul, clan kemudian membantu anak beralih dengan mentargetkan pengalaman- pengalaman yang menantang mereka, tetapi tidak membuat mereka frustrasi.  Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang berbeda serta cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan apa yang mereka tahu. Para ahli tenang belajar dan para ahli psikologi perkembangan telah mengakui bahwa manusia memahami lingkungan dengan banyak cara dan bahwa individu cenderung memiliki cara belajar yang lebih disukai atau lebih kuat. Prinsip perbedaan modalitas ini mengimplikasikan bahwa guru harus menyediakan tidak hanya kesempatan bagi individu anak untuk menggunakan cara-cara belajar yang disukainya serta mempergunakan kekuatan-kekuatannya, tetapi juga kesempatan untuk membantu
  • 17. anak mengembangkan mode-mode atau kapabilitasnya yang kurang kuat.  Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang dirasa aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan dirasa aman secara psikologis. Kondisi seperti ini akan mendorong anak untuk berekspresi dan beraktualisasi secara opt imal. Anak memiliki keleluasaan untuk bergerak, berperilaku, dan menyatakan pendapat tanpa terbebani dengan tekanan-tekenan psikologis. Begitu pun keamanan fisiknya terjamin sehingga ia bisa terhindar dari hal-hal yang bisa membahayakan. Karena itu, praktek-praktek pendidikan yang berorientasi perkembangan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik, sosial, dan emosional serta juga perkembangan intelektualnya.
  • 18. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI (1995): Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Jakarta. Djaiihar Ismail (1996): Tatalaksana penyimpangan tumbuh kembang balita di tingkat pelayanan dasar. Disampaikan pads Lokakarya Deteksi Dini Tumbuh Kembang di Bandung, 25 Maret - 27 Maret 1996. Moersintowarti, NB (1996): Pengembangan RSU Dati H sebagai pusat rujukan penyimpangan tumbuh kembang anak balita. Disampaikan pads Lokakarya Deteksi Dini Tumbuh Kembang, Bandung, 25 Maret - 27 Maret 1996. Moersintowarti, NB (1996): Klink Tumbuh Kembang Anak, suatu sarana pemantauan. Kongres Nasional Emu Kesehatan Anak X, Bukittinggi, 16-20 Jun 1996. Satgas Instrumen Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia (1995): Pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita bagi petugas. D j a u h a r I s m a i l . Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta