2. Pengertian Konflik
Menurut Ranupandoyo & Hasnan, (1990),
Konflik merupakan ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok-kelompok dalam suatu organisasi yang
muncul akibat dari mereka harus menggunakan sumber daya yang
langka secara bersama-sama, atau menjelankan kegiatan bersama-
sama, atau memiliki status, tujuan, nilai atau memiliki persepsi yang
berbeda.
3. Menurut Stoner dan Freeman (1998:392), konflik dibedakan menjadi
dua bagian, yakni pandangan trasional dan pandangan modren.
Pandangan tradisional
Menurut sudut pandang ini, konflik dapat dihindari. Hal ini
dikarenakan konflik dapat mengacaukan organisasi & dapat
mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, guna
mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan.
Pandangan modren
Pandangan ini menganggap konflik tidak dapat dihindari. Hal ini
dikarenakan banyak faktor seperti struktur organisasi, perbedaan
tujuan, persepsi, nilai-nilai dan faktor lainnya.
4. Manajemen Konflik
Manajemen konflik merupakan proses aksi dan reaksi yang
diambil pelaku konflik maupun pihak ketiga secara seimbang dan
rasional. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengendalikan situasi
serta kondisi perselisihan yang terjadi diantara pihak-pihak yang
berkonflik.
5. Tujuan dari Manajemen Konflik
1. Mencegah gangguan pada anggota organisasi sehingga bisa
fokus pada visi dan misi.
2. Meningkatkan kreativitas anggota organisasi dengan mengambil
manfaat atas konflik yang tengah terjadi.
3. Membangun rasa saling menghormati di antara sesama anggota
organisasi serta menghargai adanya keberagaman.
6. Strategi Manajemen Konflik
1. Pengenalan : Mengenali masalah yang terjadi, bagaimana keadaan
di sekitar ketikan terjadi konflik, siapa saja yang terlibat dengan
konflik, dan sebagainya.
2. Diagnosis : Melakukan analisis untuk mencari tahu penyebab dari
konflik.
3. Menyepakati Solusi : Organisasi akan menemukan serta
menentukan solusi yang dirasa paling tepat dalam menyelesaikan
konflik.
4. Pelaksanaan : Semua pihak yang terlibat di dalam konflik perlu
menerima serta melaksanakan kesepakatan tersebut sebaik-baiknya.
5. Evaluasi : Evaluasi juga merupakan hal penting untuk menilai
pelaksanaan kesepakatan dapat berjalan baik atau tidak.
7. Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan pengertian kepuasan kerja adalah kondisi
emosional pada seorang pegawai yang senang dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini terlihat dari moral kerja, kedisiplinan dan
prestasi kerja. Hal ini dapat dinikmati dalam pekerjaan, di luar
pekerjaan, dan kombinasi dari keduanya.
T. Hani Handoko (2000: 193-194) mengemukakan bahwa
kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan para karyawan
memandang pekerjaan mereka.
8. Indikator Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan indikator kepuasan kerja seorang pegawai dapat dilihat dari
beberapa hal berikut ini:
1. Menyenangi Pekerjaannya : seorang pegawai menyenangi pekerjaannya
karena ia bisa mengerjakannya dengan baik.
2. Mencintai Pekerjaannya : Dalam hal ini pegawai tidak sekedar menyukai
pekerjaannya tapi juga sadar bahwa pekerjaan tersebut sesuai dengan
keinginannya.
3. Moral Kerja Positif : merupakan kesepakatan batiniah yang muncul dari
dalam diri seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai
dengan mutu yang ditetapkan.
4. Disiplin Kerja : serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
5. Prestasi Kerja : Hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan dan
kesungguhan serta waktu.
10. Hubungan Konflik Dengan Kepuasan
Kerja
De Dreu dan Weigart (2003) yang menyatakan bahwa konflik
(konflik tugas dan konflik hubungan) memiliki korelasi kuat dan
negatif terhadap kinerja dan kepuasan kerja anggota tim.
Menurut teori Rahim (dalam Guohong dan Harm, 2008)
mengemukakan konflik sebagai ketidaksetujuan dan perbedaan sisi
pandang terhadap suatu hal. Konflik dalam organisasi menberikan
dampak yang positif maupun negative bagi organisasi. Secara
positif adanya konflik dapat meningkatkan ritme kerja, membuat
pekerjaan cepat selesai dan meningkatkan kedisiplinan karyawan.
Sedangkan secara negatif konflik dalam organisasi dapat
menyebabkan stress kerja, menurunya kepuasan kerja, menurunnya
komitmen organisasi dan meningkatkan intention to quit.
11. Kesimpulan
Konflik disini dapat diartikan sebagai suatu kondisi terjadinya ketidaksesuaian
tujuan dan munculnya berbagai pertentangan perilaku, baik dalam diri individu,
kelompok maupun organisasi. Jika dalam suatu organisasi terjadi konflik yang
ditandai dengan munculnya ketegangan, permusuhan, perasaan mudah marah,
emosi, kesadaran akan ketidaksesuaian aktual, perselisihan ide, pandangan dan
pemikiran dan ketidaksepakatan keputusan. Sehingga hal-hal tersebut akan
mempengaruhi kepuasan kerja masing-masing pegawai.
Semakin tinggi konflik yang terjadi maka kepuasan kerja akan semakin
menurun.
Peran manajemen konflik akan sangat dibutuhkan disini karena manajemen
konflik akan sangat mempengaruhi individu-individu yang ada dalam sebuah
organisasi. Karena itu pemimpin dalam organisasi harus memiliki kemampuan
manajemen konflik yang memadahi, sehingga konflik yang muncul akan
membawa dampak positif bagi organisasi dan mampu meningkatkan kepuasan
kerja para pegawai.