1. Syok merupakan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan oksigen jaringan yang menyebabkan disfungsi organ.
2. Ada beberapa penyebab syok seperti hipovolemia, kardiogenik, distributif seperti sepsis, dan anafilaksis.
3. Penanganan syok meliputi resusitasi cairan, oksigenasi, dan obat vasoaktif sesuai penyebabnya.
2. DEFINISI
Ketidakseimbangan antara oxygen supply dengan oxygen demand yang
menyebabkan disfungsi organ
Hipoperfusi
jaringan
Hipoksia
jaringan
Gangguan
seluler
Gangguan
sistemik
3. BEBERAPA PERSAMAAN PENTING
Cardiac output (CO) = Stroke volume (SV) Heart rate (HR)
Mean arterial pressure = CO Systemic vascular resistance (SVR)
• MAP = Tekanan diastole + 1/3 (Tekanan systole – diastole)
Arterial oxygen content = (1,39 Hb SaO2) + (PaO2 0,0031)
• CaO2 menunjukkan jumlah oksigen dalam darah
Oxygen delivery = CO [(1,39 Hb SaO2) + PaO2 0,0031)]
• DO2 menunjukkan oksigen yang dialirkan ke jaringan setiap menit
4. Oxygen consumption = CO (CaO2 – CvO2)
• VO2 menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan oleh jaringan
setiap menit atau selisih antara oksigen yang masuk ke jaringan
dengan oksigen yang kembali dari jaringan
Shock index = HR : Systolic blood pressure
• Nilai > 1 menunjukkan gangguan fungsi LV akibat kehilangan darah
atau penurunan fungsi jantung
15. Terapi…
Mempertahankan patensi jalan napas
Ventilasi dan oksigenasi yang cukup
• Suplementasi oksigen untuk mempertahankan saturasi > 95%
Kontrol pendarahan yang terlihat
Pasang 2 kateter intravena ukuran besar (minimal 16 G)
• Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan
darah, crossmatch, dan analisis gas darah
• Cairan kristaloid (RL atau NS) yang dihangatkan 1 – 2 L untuk dewasa
atau 20 ml/kgBB untuk anak – anak
16. Pasang kateter urine untuk monitoring balance cairan
Pasang pipa nasogastric untuk dekompresi dan mencegah aspirasi
• Apabila pasien tidak sadar atau terjadi distensi abdomen
Evaluasi respons pasien Paling sensitive adalah urine output
• Dewasa : Urine output minimal 0,5 ml/kgBB/jam
• Anak – anak : Urine output minimal 1 ml/kgBB/jam
18. Rapid response
• Tetesan diturunkan menjadi dosis maintenance
• Tidak membutuhkan bolus cairan lanjutan atau transfuse darah
• Operasi mungkin diperlukan
Transient response
• Respons pasien menurun apabila tetesan diturunkan menjadi dosis
maintenance Masih terdapat pendarahan aktif
• Membutuhkan transfuse darah
• Operasi biasanya diperlukan
19. Minimal or no response
• Membutuhkan operasi segera
• Evaluasi kondisi lain yang dapat memperberat syok seperti
tamponade jantung atau tension pneumothoraks
23. DEFINISI
Kumpulan gejala akibat penurunan CO yang menyebabkan hipoksia
jaringan dengan volume intravascular yang cukup
Tekanan sistole < 90 mmHg selama > 1 jam dimana
• Tidak merespons terhadap terapi cairan saj
• Sekunder terhadap gangguan jantung
• Berhubungan dengan tanda hipoperfusi
• Cardiac index < 2,2 L/menit/m2 dan pulmonary capillary wedge
pressure > 18 mmHg
26. GAMBARAN KLINIS
Gangguan kesadaran mulai dari ringan sampai berat
Tanda hipoperfusi
• Akral dingin, takikardia, hipotensi, nadi lemah, oliguria
Tanda peningkatan preload
• Peningkatan JVP, ronki basah halus, edema perifer
Profil hemodinamik wet and cold
27. TERAPI
Semua pasien harus dirawat di ruang ICVCU
Jika terjadi henti jantung, maka lakukan resusitasi jantung-paru
Jika terjadi aritmia, maka berikan obat anti aritmia atau kardioversi
Monitoring invasive atau non invasive untuk mengetahui status preload,
SVR, dan curah jantung
• Preload rendah : Fluid challenge 1 – 4 ml/kgBB setiap 10 menit
sampai preload cukup
• CO rendah, SVR tinggi, MAP < 70 mmHg : Dobutamin
• CO tinggi, SVR rendah : Norepinefrin, epinefrin, atau dopamin
Jika refrakter, maka dapat dipasang IABP, ECMO, atau LVAD
30. DEFINITION
Sepsis is defined as life-threatening organ dysfunction caused by
dysregulated host response to infection
• Organ dysfunction can be identified as an acute change in total SOFA
score ≥ 2 points consequent to the infection
Septic shock is subset of sepsis in which underlying circulatory and
cellular or metabolic abnormalities are profound enough to substantially
increase mortality
• Persisting hypotension requiring vasopressors to maintain MAP > 65
mmHg and having serum lactate > 2 mmol (18 mg/dl) despite
adequate volume resuscitation
31. Sumber infeksi pada sepsis
1. Infeksi saluran napas
2. Infeksi saluran cerna
3. Infeksi saluran kemih
Komorbiditas pada sepsis
1. Immunocompromised
2. Keganasan
3. Penyakit paru kronis
32.
33. KRITERIA DIAGNOSIS
Pasien dengan infeksi Screening dengan qSOFA score Hitung SOFA
score apabila qSOFA score ≥ 2
• Cek DL2, bilirubin, laktat, Ur, Cr, dan AGD
Sepsis : SOFA score ≥ 2
Syok sepsis
• Membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg
• Kadar laktat > 2 mmol/L (18 mg/dl)
34.
35.
36. 1 HOUR BUNDLE OF CARE
Measure lactate level
• Re-measure within 2 – 4 hours if initial lactate is > 2 mmol/L
Obtain blood culture prior to administration of antibiotics
Administer broad-spectrum antibiotics
Begin rapid administration of 30 ml/kgBW crystalloid for hypotension or
lactate ≥ 4 mmol/L
• Completed within 3 hours of recognition
Apply vasopressors if patient is hypotensive during or after fluid
resusctitation to maintain MAP > 65 mmHg
38. DEFINITIONS
Severe, life-threatening generalized / systemic hypersensitivity reaction
Serious allergic reaction that is rapid onset and might cause death
46. TERAPI
Posisi Trendelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat
• Meningkatkan venous return dan tekanan darah
Oksigen 3 – 5 lpm, dapat dilakukan trakeostomi atau krikotiroidektomi
Cairan kristaloid 500 – 1000 ml bolus cepat
Epinefrin 1 : 1000 (1 mg/ml) 0,3 – 0,5 ml IM merupakan pilihan pertama
• Dapat diulang setiap 5 – 10 menit sampai 3 – 4 kali
• Jika belum merespons, maka berikan epinefrin 0,1 – 0,2 ml dalam 10
ml NaCl 0,9% IV perlahan
47. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua
• Deksametason 5 – 10 mg IV
• Difenhidramin 5 – 20 mg IV
• Hidrokortison 100 – 250 mg IV
Jika bronkospasme belum hilang dengan epinefrin, maka berikan
aminofilin 240 mg IV selama 10 menit
• Dapat dilanjutkan dengan 240 mg IV melalui drip infus
Jika terjadi henti jantung, maka lakukan resusitasi jantung paru