Analisis kerusakan bangunan akibat gempa Mei 2006 menunjukkan bahwa kerusakan parah disebabkan oleh rusaknya hampir semua sambungan balok dan kolom di tingkat dasar, bukan karena ketidakseimbangan kekuatan antara balok dan kolom. Rusaknya sambungan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kuat ikatan tulangan yang rendah dan minimnya tulangan geser pada sambungan.
2. Bangunan yang ada di kompleks ini terdapat 5 blok
bangunan yang saling terpisah.
Bangunan yang dianalisis merupakan bangunan yang
mengalami kerusakan paling parah (gambar 1). Terdiri
dari 4 lantai dan konfigurasi bangunan berbentuk O.
Struktur utama terdiri atas portal biasa dengan jarak
portal 3,0 m, ada portal yang mempunyai 3 bentang
balok (bagian depan) masing-masing 9,0 m dan 1
bentang balok dengan bentang yang sama (bagian
tengah).
3. Ukuran kolom bangunan ini adalah 30/50 cm, dengan
ukuran balok 30/85 cm. Ditinjau dari segi konfigurasi
bangunan, bangunan ini sebenarnya tidak mempunyai
masalah. Denah bangunan, distribusi massa dan distribusi
kekakuan bangunan ini cukup simetri, load path bangunan
ini cukup baik, soft storey baik secara natural maupun
artificial juga tidak sangat menonjol.
Sesuatu yang tampak adalah adanya soft column-element.
Tulangan geser kolom yang lebih rapat pada daerah
perbatasan antara ketinggian tembok dan jendela pada
umumnya tidak diperhatikan. Hal ini terjadi karena pada
saat struktur dihitung, letak2 elemen non-struktur kadang-
kadang belum tampak atau kurang diperhatikan. Hal
inilah perlunya disain struktur dengan memperhatikan
letak elemen non-struktur (incorporated non-structural
configuration design, INSEC-D). kejadian seperti ini tidah
hanya terjadi pada bangunan ini saja, tetapi menggejala di
seluruh tempat.
4. Pada kesempatan kali ini saya mengutip analisis kerusakan
bangunan yang dialakukan oleh Widodo (2007). Hasilnya
menunjukkan bahwa kerusakan bangunan kemungkinan
bukan karena tidak terciptanya strong column and weak
beam (SCWB), tetapi terletak pada kerusakan beam
column joint.
Pada analisis ditunjukkan bahwa seandainya beam column
joint masih elastik (tidak rusak) maka indeks kerusakan
bangunan tidak separah yang terjadi di lapangan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa parahnya kerusakan
bangunan lebih disebabkan karena rusaknya hampir
semua joints di tingkat dasar. Sementara itu, mutu bahan
dan pelaksanaan masih disangsikan, misalnya bengkokan
kait sengkang 90 derajat (harusnya 135 derajat) banyak
yang lepas.
5. Rusaknya beam column joint disebabkan oleh
beberapa sebab. Sebab pertama adalah relative
rendahnya bond strength karena tulangan yang
dipakai adalah tulagan polos.
Penyebab kedua ialah pendeknya penyaluran tulangan
momen positif pada ujung balok (tidak dibengkokkan
ke atas) sehingga tulangan ini lepas dari kolomnya.
Penyebab ketiga adalah relatif kecilnya ukuran kolom
yang mengakibatkan efek pinching akibat bar-slip
sebagaimana hasil penelitian Park dan Ruitong (1988).
Penyebab keempat adalah minimnya tulangan geser
pada beam column joint .
6. Penyebab-penyebab kegagalan beam column joints
pada kolom-kolom tepi tingkat dasar tersebut
sangatlah mungkin terjadi karena bangunan ini
dibangun tahun 1991 . pada tahun ini CODE yang
berlaku adalah PBI 1971 dan penulangan geser pada
beam column joint belum diatur.
Apabila ditinjau dari prinsip EEDP, bangunan ini
termasuk kategori kurang kuat, karena akibat gempa
kuat dengan M=6,1 kerusakan struktur bangunan
sudah sangat parah.