Dokumen tersebut membahas tentang konseling kesehatan reproduksi remaja dan program-program pelayanan kesehatan reproduksi remaja seperti GenRe, PIK-R, PKPR, dan UKS yang bertujuan untuk memberikan edukasi, konseling, dan layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas kepada remaja agar terhindar dari risiko kehamilan, IMS, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.
2. Konseling atau penyuluhan
adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut
konselor/pembimbing) kepada
individu yang mengalami
sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang
dihadapi klien.
3.
4. Kesehatan Reproduksi
• Kesehatan Reproduksi → keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &
sistem reproduksi
Kesehatan Reproduksi Remaja
• Kesehatan Reproduksi Remaja → keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran
& sistem reproduksi pada remaja
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengertian
❑ Kesehatan reproduksi remaja → suatu kondisi
sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
❑ Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan
namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural.
6. Definisi Remaja
Remaja →masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang melibatkan perubahan berbagai aspek spt biologis,
psikologis & sosial- budaya.
Remaja (WHO) → perkembangan dari saat timbulnya tanda
seks sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan
reproduksi, suatu proses pencapaian mental dan identitas
dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosio ekonomi
menjadi mandiri.
Secara biologis, indikator awal masa remaja →
pubertas. Akhir masa remaja / memasuki masa
7. Batasan Usia Remaja
❑ Remaja berusia 12-24 tahun (WHO).
❑ Remaja berusia 10-24 tahun (BKKBN).
❑ Remaja berusia 10-19 tahun (Kemenkes).
❑ Remaja berusia 11-24 tahun (PKBI).
❑ Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
menganggap remaja → mereka yang belum menikah
dan berusia antara 13-16 tahun, atau mereka yang
bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah atas (SMA).
8. Risiko Reproduksi Remaja
Risiko Kehamilan Remaja
Risiko Aborsi Remaja
Rentan PMS/HIV
Ggn Saluran Reproduksi Masa Lanjut
Ggn Psikoseksual Masa Lanjut
9. 1. Risiko Kehamilan Remaja
Beberapa faktor yang memotivasi remaja melakukan
Hubungan Intim sebelum nikah:
▪ Menyalurkan dorongan seksual
▪ Kesenangan
▪ Membuktikan “kejantanan”
▪ “Upaya penyerahan diri” pada pasangan
10. Risiko berhubungan intim sebelum
menikah :
Hilangnya keperawanan dan keperjakaan
Ketagihan → kenikmatan menimbulkan
keinginan untuk berbuat kembali dan sulit
mengendalikan diri.
Hubungan cinta tak lagi mulus dan tulus
(pacaran mengandung unsur nafsu dan
saling eksploitasi).
Kehamilan
Risiko Kehamilan Remaja
11. PMS, HIV/AIDS → akibat pasangan rentan
melakukan hubungan intim diluar nikah
ISR (Infeksi Saluran Reproduksi), spt kanker
serviks
Gangguan Fungsi Seksual → ketegangan saat
melakukan hubungan intim diluar nikah → risiko
vaginismus
Perasaan malu, bersalah dan berdosa, takut hamil
dan diketahui orang lain
Perasaan tak berharga
Risiko Kehamilan Remaja
12. 2. Risiko Aborsi pada Remaja
Sebagian besar kehamilan pada remaja adalah
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
Faktor yang menyebabkan KTD:
1. Usia menstruasi/menarche semakin dini dan usia
kawin yang semakin tinggi → terjadi “masa rawan”
→ kecenderungan perilaku seksual aktif
2. Kurang pengetahuan ttg perilaku seksual
3. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
4. Kegagalan alat kontrasepsi → kurang
pemahaman alat KB
5. Kehamilan akibat pemerkosaan
13. Risiko dari Kehamilan pada
Remaja
Risiko Medis
→ BBLR dan bayi prematur
Risiko Psikologis
→ kekhawatiran, rasa takut, penyesalan
berkepanjangan, perasaan bersalah, depresi, masa
depan menjadi suram
Risiko Sosial
→ remaja perempuan dicap “tidak mampu menjaga
diri”, dikucilkan masyarakat, dapat menyebabkan
putus sekolah, anak yang dilahirkan mendapatkan
cap buruk “anak diluar nikah”
14. Aborsi pada Kehamilan Remaja
KTD memicu aborsi.
Upaya aborsi yang biasa dilakukan
remaja:
- Penggunaan ramuan, jamu peluruh rahim,
makan nenas muda dicampur merica
- Manipulasi fisik; pijatan pada rahim
- Penggunaan alat bantu tradisional yang
tidak steril → risiko infeksi pada rahim
15. Risiko melakukan Aborsi pada Remaja
Infeksi alat reproduksi →berisiko
infertilitas
Perdarahan → shock dan ancaman
kematian
Risiko ruptur uterus dan penipisan dinding
uterus
Terjadinya fistula genital traumatis
16. Kerentanan terhadap HIV / PMS
PMS = STD (Sexually Transmitted
Diseases) → penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual
Etiologi PMS :
- Bakteri : shipilis, gonorrhoe, chlamidia
- Virus : Herpes simplex, chancroid (ulcus
mole), kutil (warst)
- Jamur : Candida albicans
- Protozoa : Trichomonas vaginalis
17. Perilaku yang berisiko terhadap HIV /
PMS
Deep kissing → berisiko candidakrn candida didptkan dari
partner yg telah melakukan orogenital
Hubungan seks pervaginam → risiko PMS bahkan HIV
akibat partner berganti-ganti pasangan
Kontak mulut laki-laki dgn alat kelamin perempuan →
berisiko infeksi di mulut krn menembus selaput lendir mulut
(sipilis, GO, bahkan AIDS)
Kontak mulut perempuan dgn alat kelamin laki- laki → risiko
sipilig, GO, AIDS
Kontak mulut dgn anus → berisiko infeksi saluran cerna dan
infeksi mulut
Kontak penis dgn anus → berisiko AIDS akibat
18. Risiko akibat Hubungan Seksual yang Rentan terkena
PMS / HIV
DAMPAK BAGI REMAJA PEREMPUAN
Ggn siklus dan jumlah menstruasi → penurunan kesuburan
akibat infeksi
Timbulnya leukorhoe (flour albus) → infkesi organ reproduksi
Nanah, bekas abses di alat kelamin → risiko thd ggn kualitas
hubungan, rasa nyeri, tidak nyaman saat coitus
Perlengketan tuba fallopi → risiko thd ggn menstruasi
dan infertilitas
Kelahiran anak cacat bawaan
Risiko kehamilan diluar kandungan (KET)
19. Risiko akibat Hubungan Seksual yang Rentan
terkena PMS / HIV
DAMPAK BAGI REMAJA LAKI-LAKI
❑ Ggn / nyeri saat BAK
❑ Ggn produksi sperma → risiko infertilitas
❑ Abses, nanah → perasaan tidak nyaman, mengganggu kualitas
hubungan seksual yad
❑ Lebih mudah terinfeksi HIV
❑ Oedem ringan disertai rasa gatal di kulit glands penis
❑ Ggn neurologis spt pada sipilis lanjut
20. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi
pada remaja.
Kejadian IMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja
perempuan (kelompok usia 15-29.3).
Jumlah kelahiran pada remaja meningkat.
Kelompok populasi remaja sangat besar
→lebih dari separuh populasi dunia berusia di bawah 25
tahun dan 29% berusia antara 10-
25 tahun.
21. Aborsi, Kehamilan & Kontrasepsi pada
Remaja
Pada remaja dikota besar yang mempunyai tipe Early
sexual experience, late marriage →menunjang terjadinya
masalah aborsi.
Di Indonesia terjadi 2,6 juta aborsi setiap tahunnya,
700.000 diantaranya adalah remaja.
Pada pertemuan Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun
1994 → hak-hak wanita dalam mendapatkan pelayanan
Kesehatan Reproduksi yang baik, termasuk hak
mendapatkan pelayanan Aborsi yang aman
22. Infeksi Menular Seksual pada Remaja
Di Amerika Serikat, remaja usia 15-17 tahun dan dewasa muda 18-24
tahun → kelompok usia penderita IMS yang tertinggi dibandingkan dengan
kelompok usia lain.
Publikasi Chacko, dkk di Medline (2004) → prevalensi klamidia pada wanita
usia 15-24 tahun di klinik KB
→3,0 -14,2% dan gonore 0,1% - 2,8%.
Di Thailand (1999) Paz-Bailey, dkk melakukan penelitian di tiga sekolah
kejuruan di Propinsi Chiang Rai → Dari 359 remaja wanita usia 15-21 tahun
yang telah melakukan hubungan seksual, dengan pemeriksaan laboratorium
polymerase chain reaction (PCR), 22 orang (6,1%) positif terinfeksi klamidia
dan 3 orang (0,3%) terinfeksi gonore.
23. Paket Kesehatan Reproduksi Esensial
(PKRE)
❑ Bagian dari paket kesehatan reproduksi esensial (PKRE) →
pencegahan dan penanganan IMS/HIV/AIDS serta kesehatan
reproduksi remaja.
❑ Langkah-langkah praktis PKRE di tingkat pelayanan kesehatan
dasar meliputi komponen : kontrasepsi, pelayanan kehamilan,
persalinan & nifas, perawatan pasca keguguran, kasus
perkosaan, serta pemeriksaan IMS/ISR dan HIV di kalangan
remaja. (Kemenkes).
❑ Tujuan pelayanan PKRE → menurunkan risiko keguguran,
kehamilan tak dikehendaki, persalinan pada usia muda, dan
menurunkan angka IMS/ISR
24. Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan
kepada Remaja
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
Pendewasakan usia kawin, perencanaan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya
dan pasangannya
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
Bahaya penggunaan obat-obatan/narkoba pada kesehatan reproduksi
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kekerasan seksual dan upaya pencegahannya
Pengembangan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
Hak-hak reproduksi
26. Program GenRe
Suatu program yang memfasilitasi
terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja
yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko
triad KRR, menunda usia pernikahan,
mempunyai perencanaan kehidupan
berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi
contoh, model, idola dan sumber informasi
bagi teman sebayanya.
27. Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR)
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK-KRR) oleh BKKBN dibagi menjadi dua :
- Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
- Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK Mahasiswa)
❑ Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan
pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan,
Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan,
pengembangan jaringan dan dukungan, serta
28. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,
peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang
mengakses semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai,
komprehensif, efektif dan efisien.
29. Tujuan PKPR
Tujuan Umum : Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di
Puskesmas.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
30. Jenis Kegiatan PKPR
Pemberian informasi dan edukasi
Pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang dan rujukannya
Konseling
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS)
31.
32. PENGERTIAN
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 pengertian pernikahan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
33. Persiapan pranikah
• Suatu jenis pelayanan kesehatan / kebidanan
yang dilakukan oleh bidan ataupun tenaga
kesehatan lain kepada klien khususnya
pasangan yang akan melakukan proses
pernikahan,untuk mendukung tercapainya
pernikahan yang langgeng sampai hari tua.
• Pernikahan yang bisa saling mengisi dan
beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang
dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
34. Kapan Harus Dilakukan?
• Idealnya pemeriksaan kesehatan pra nikah dilakukan enam
bulan sebelum dilangsungkannya pernikahan. Namun, dapat
dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung.
• Jika ditemukan penyakit (infeksi menular) , bisa segera
diobati sebelum pernikahan
Pemeriksaan kesehatan pranikah
penting untuk mengetahui kondisi fisik
dan mental pasangan serta proyeksi
masa depan pernikahan.
35. Tujuan khusus
• Mendeteksi kondisi kesehatan reproduksi (fertilitas) dan
genetika (keturunan)
• mempersiapkan mental karena masing-masing mengetahui
benar kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya.
• Mengetahui penyakit-penyakit yang nantinya bila tak
segera ditanggulangi dapat membahayakan calon
pasangan, termasuk bakal keturunannya.
• Mempersiapkan dan menyiapkan kehamilan
• Membekali pasangan dengan kesadaran masalah
potensial yang dapat terjadi dalam pernikahan
36. Persiapan psikologis Pranikah
1. Persiapan mental menuju pernikahan
2. Rencana setelah menikah (Kebutuhan KB)
3. Mengkaji koping pasangan terhadap permasalahan
setelah menikah
4. Mengkaji dukungan dari keluarga terhadap
pernikahan.
5. Pembacaan hasil pemeriksaan
6. Mengkaji respon pasangan setelah di lakukan
konseling.
37. Pemeriksaan fisik dan penunjang
1. Pemeriksaan kadar gula darah, untuk mendeteksi penyakit diabetes melitus.
2. Pemeriksaan urine dan tinja lengkap, untuk mendeteksi penyakit pada ginjal atau yang
berhubungan dengan saluran kemih.
3. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
4. Pemeriksaan hematologi atau hemoglobin, untuk mendeteksi kelainan atau penyakit
darah
5. Pemeriksaan HBsAG,untuk mendeteksi peradangan hati
6. Pemeriksaan VDLR/RPR untuk mendeteksi penyakit sifilis atau infeksi alat reproduksi
7. Pemeriksaan TORC, untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma,
Virus Rubella dan Cytomegalo, yang mungkin menyerang wanita dimasa kehamilan
8. Melakukan vaksin TT (disertai penjelasan mengenai vaksin yang lain seperti HPV,
Hepatitis B, dan Rubella)
9. Konseling mengenai kontrasepsi.
38. Rangkain tes kesehatan pranikah
(Raihana, 2008) :
1. Pemeriksaan Infeksi Saluran
Reproduksi/Infeksi Menular Seksual (ISR/IMS)
seperti sifilis, gonorrhea, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), dan penyakit
hepatitis.
39. Lanjutan…
2. Rhesus yang bersilangan
• Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan
bangsa Eropa rata-rata negatif.
• Jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas
keturunan.
• Jika seorang perempuan (Reshus (-) menikah dengan laki-laki
(Rhesus (+), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-
Rhesus negatif atau positif.
• Jika bayi mempunyai Rhesus (-), tidak ada masalah. Tetapi, jika ia
ber-Rhesus (+), masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya.
Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang ber-
Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus
dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak
masalah jika si perempuan ber-Rhesus positif dan si pria negatif.
40. Ayah Rh + Ayah Rh -
Ibu Rh + Janin Rh +
Tidak bermasalah
Janin Rh +
Tidak bermasalah.
Ibu Rh - Janin Rh +
Akan timbul masalah
karena beda dengan ibu.
Janin Rh –
Tidak bermasalah.
41. Lanjutan…
3. Penyakit keturunan albino, polidaktili
dsb
4. Cek Kesuburan (Fertilitas)
Tujuan : agar kehamilan bisa dipersiapkan dan dijalankan dengan
baik.
Dibutuhkan riwayat kesehatan dan kondisi sosialnya : status
ekonomi, suasana di lingkungan keluarga, perilaku
semisal merokok, minuman beralkohol, dan memakai obat- obatan
psikotoprika.
Evaluasi risiko yang bersifat individual yang mungkin timbul terhadap
kehamilan seperti : usia (masih reproduktif atau tidak), kondisi nutrisi,
aktivitas fisik, level pendidikan, level stres, dan bagaimana hubungan
dengan pasangan.
42. Lanjutan…
Pemeriksaan lab untuk mengetahui organ reproduksi
1. pap smear (jika seorang perempuan aktif secara seksual),
2. rahim,
3. status kekebalan terhadap penyakit (rubella, toksoplasma).
4. pemeriksaan sel telur jika sebelumnya pasangan yang
bersangkutan dianggap infertil (sulit punya anak). Penyebab
ketidaksuburan 45 persen disebabkan oleh pria dan 55
persen oleh wanita.
5. Pemeriksaan dengan USG (Ultra Sonografi) bisa melihat
apakah seorang perempuan menderita kista, mioma, tumor,
atau keputihan.
43. Upaya Kesehatan Pada Pasangan Pranikah
Menurut Pratiwi 2011 :
A. Upaya promotif
1.Penyuluhan tentang gizi pada pranikah
2.Sex Education
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada
pasangan pranikah agar hubungan nya tetap harmonis.
seperti pendidikan tentang kesehatan reproduksi, PMS
(Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu berhubungan
yang sehat, dan lain-lain.
3.Personal Hygiene
44. Lanjutan…
B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear
untuk mendeteksi kanker serviks (pada orang dengan
sexual aktiv).
2. Pemeriksaan Hematologi
tujuan : mendeteksi kelainan darah. Seperti HIV, TB, virus
rubella, virus toxoplasma dan sebagainya.
3. Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama
pada wanita agar tidak terserang oleh virus clostridium
teteani, apabila nanti wanita tersebut hamil dan terjadi
perlukaan saat persalinan maka si ibu tidak akan mudah
mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.
45. Lanjutan…
c. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan
menikah dengan memberikan pengobatan secara intensif.
Menyakinkan pada pasangan kalau terjangkitnya penyakit
tersebut bukan berarti tidak dapat menikah
Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah untuk memperbaiki
tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya
infertilitas.
D. Upaya Rehabilitatif
Pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan
kepercayaan diri pasien sehingga dapat menjalani hidupnya
sebagai pasangan nantinya
46.
47. DEFINISI USIA LANJUT
1. Smith dan Smith (1999)
Menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu :
o young old (65-74 tahun)
o middle old (75-84 tahun)
o dan old old (lebih dari 85 tahun)
2. Setyonegoro (1984)
o Menggologkan bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia
lebih dari 65 tahun.
o Selanjutnya terbahagi ke dalam usia 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih
dari 80 tahun (very old)
3. Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tantang Kesejahteraan Usia
Lanjut , lansia adalah seseorangyang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas.
48. Permasalahan Kesehatan Lansia
Permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut. Salah satunya adalah
depresi yang merupakan perasaan terasing (ter-isolasi atau kesepian)
adalah perasaan
tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan
orang lain. Yang dapat disebabkan karena:
1. Tersisih dari kelompoknya,
2. Tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,
3. Terisolasi dari lingkungan,
4.Tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman,
5. Seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan.
49. Hal-hal tersebut menimbulkan:
1. perasaan tidak berdaya
2. kurang percaya diri
3. Ketergantungan
4. keterlantaran terutama bagi lansia miskin
5. perasaan tersiksa
6. perasaan kehilangan
7. mati rasa
50. Upaya menyikapi krisis penuaan pada lansia
a. Mengetahui tentang pola makan yang salah dan akibatnya
b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia
c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya
d. Mempertahankan aktivitas fisik
e. Meningkatkan ketahanan mental spiritual lansia
51. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat
(Community Based Geriatric Service)
o Puskesmas dan dokter praktik swasta merupakan tulang punggung
layanan di tingkat ini.
o Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok atau
klub lansia.
o Di dalam dan melalui klub lansia ini pelayanan kesehatan dapat
lebih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif atau
rehabilitatif.
o Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi pemeriksaan
fisik, mental dan emosional. (Notoatmodjo, S, 2007)
52. 1.Upaya Promotif yaitu:
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang:
a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri.
b. Makanan dengan menu yang mengandungi gizi seimbang.
c. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai
dengan kemampuan.
f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
53. 2. Upaya Preventif , yaitu:
• Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.
• Pemeriksaan kesehatan secara berkala berkala dan teratur
untuk menemukan secara din penyakit-penyakit lansia.
• Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kaca mata, alat bantu dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap
dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna.
• Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
54. • Upaya Kuratif yaitu:
• Upaya pengobatan bagi lansia. Upaya kuratif
dapat berupa kegiatan sebagai berikut:
• a. Pelayanan kesehatan dasar.
• b. Pelayanan kesehatan spesialistik melalui
sistem rujukan.
55. 4. Upaya Rehabilitasi yaitu:
a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan bebagai alat bantu misalnya kaca mata, alat
bantu dengar dan lain-lain agar lansia tetap dapat membirakan
karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan
kemampuan.
b. Mengembalikan keprcayaan pada diri sendiri dan
memperkuat mental penderita.
c. Pembinaan usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan
pribadi, aktifkan di dalam maupun diluar rumah.
d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
e. Perawatan fisioterapi. (Surbakti E, 1995)
56. Jenis Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari
meliputinkegiatan dasar dalam kehidupan seperti
mandi, makan minum berjalan dan lain-lain.
2. Pemeriksaan status mental.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan dan dicatat dalam grafik
indeks massa tubuh. Kunjungan rumah dan konseling
kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu atau kelompok lansia
57. Cont. Jenis pelayanan kesehatan
4. Pengukuran tekanan darah.
5. Pemeriksaan laboratorium sederhana (hemoglobin)
pemeriksaan gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit diabetis mellitus, dan pemeriksaan protein dalam air
seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
6. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila diperlukan.
7. Penyuluhan, bisa dilakukan di dalam atau di luar kelompok
58. 1) Perhatian pada problem menopause
Upaya pencegahan terhadap keluhan atau masalah menopause
yag dapat dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lai :
a) Pemeriksaan alat kelamin
b) Pap smear, IVA test, schiller test
c) Perabaan payudara atau sadari
d)Penggunaan makanan yang mengandung unsur fitoestrogen
e) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium
f)Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol
59. 2) Perhatian terhadap penyakit utama dgeneratif termasuk rabun,
gangguan mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormon
estrogen pada wanita menopause mungki menyebabkan berbagai
keluhan sebagai berikut:
a) Jantung koroner
b) Osteoporosis
c) Gangguan mata
d) Kepikunan
e) Kesulitan berkonsentrasi
f) Susah tidur
g) Dan gelisah
60. 3) Deteksi dini kanker rahim
Dianjurkan pada para wanita untuk melakukan
pemeriksaan Pap smear, IVA test, atau schiller
test secara teratur paling tidak sekali setiap
tahun :
a)Telah berhubungan seks lebih dari satu
tahun
b)Ada atau tidak ada cairan vagina yang
mencurigakan