SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 37
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PEMERIKSAAN
BAYI BARU LAHIR
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PANGKALPINANG
PROFIL
Eka Safitri Yanti
Jl. Raya Pasir Padi Gg. TK Pembina No.7
Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung
(+62) 81230395979
ekasafitriyanti89@gmail.com
ekasafitri_21
OUTLINE
PENILAIAN KEADAAN
BBL
PENILAIAN
KEMATANGAN FISIK
PENILAIAN
LABORATORIUM
Downe
Score
APGAR
Score
PENILAIAN
KEADAAN
BAYI
SKOR DOWNE
◦ Skor Downes untuk menilai ancaman
atau terjadinya distress respirasi
secara klinis pada neonatus
◦ Berupa algoritma yang sederhana
untuk mengurangi tindakan invasif
dalam diagnosis dan evaluasi
distress respirasi, sehingga dapat
segera memberikan penanganan
yang sesuai.
◦ Skor Downes digunakan sebagai
alternatif untuk mengevaluasi
distres respiratori kliniks jika analisis
gas darah atau pulse oxymetry tidak
tersedia
APGAR SKOR
◦ Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada 1952
◦ Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran
◦ APGAR skor adalah sistem skoring yang digunakan dokter dan perawat untuk menilai BBL pada 1 menit dan 5 menit
pertama kehidupan
◦ Profesi medis menggunakan Apgar untuk mengetahui secara cepat status BBL secara umum. Apgar yang rendah
mungkin mengindikasikan bayi perlu perawatan yang khusus contohnya pertolongan pada daerah pernapasan.
◦ Apgar Skor dibagi menjadu 5 kategori. Masing-masng dengan rentang nilai 0-2. paling tinggi bayi akan mendapat skor
10, walaupun ini jarang terjadi saat awal-awal kehidupan bayi karena kebanyakan bayi memiliki tangan atau kaki yang
biru segera setelah lahir.
◦ Pada tahun 2015, ACOG ( The American College of Obstetric ians and Gynecologists) menyatakan bahwa APGAR skor
tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan kasus untuk asfiksia, tidak dapat memprediksi mortalitas neonatus dan
outcome neurologi bayi sehingga seharusnya tidak digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut
◦ ACOG merekomendasikan penggunaan expanded Apgar Score (sampai 20 menit) untuk menilai perlunya dilakukan
resusitasi secara bersamaan.
◦ Walaupun Apgar tidak dapat dijadikan dasar untuk memulai dilakukannya resusitasi, Apgar dapat meniilai keberhasilan
resusitasi
APGAR SKOR
BALLARD SCORE
◦ Dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD
◦ Tujuan: untuk menentukan usia gestasi BBL melalui PENILAIAN NEUROMUSKULAR dan FISIK
◦ PENILAIAN NEUROMUSKULAR:
◦ Postur
◦ Square window
◦ Arm recoil
◦ Sudut popliteal
◦ Scarf sign
◦ Heel to ear manuever
◦ PENILAIAN FISIK:
◦ Kulit
◦ Lanugo
◦ Permukaan Plantar
◦ Payudara
◦ Mata/ telinga
◦ Genitalia
◦ BALLARD SCORE → NEW BALLARD SCORE (penambahan skor negatif)
PENILAIAN NEUROMUSKULAR
Postur
◦ Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan
◦ Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami peningkatan
tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih
awal dari ekstremitas atas
◦ Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu
sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan
terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya.
◦ Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
Square Window
◦ Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada
pergelangan tangan
◦ Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan
dekat dengan jari-jari dengan lembut
◦ Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 c, 90 °, 60 °,
45 °, 30 °, dan 0 °
Arm Recoil
◦ Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan.
◦ Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang.
◦ Cara pemeriksaan:
◦ Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin
dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan
◦ Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan
◦ Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180°, Skor
2: fleksi parsial 110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke
fleksi penuh
Sudut Popliteal
◦ Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi
◦ Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi
dengan lutut tertekuk penuh
◦ Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut
dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
◦ Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.
◦ Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama
usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine.
Scarf Sign
◦ Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu
◦ Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis
tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu
tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi.
◦ Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada
dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada
tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1);
prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4)
Heel to Ear
◦ Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul
◦ Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).
◦ Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai
resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1);
puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).
PENILAIAN MATURITAS FISIK
Kulit
◦ Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara
bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa.
◦ Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam
selama pematangan janin.
◦ Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada
kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
◦ Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke
jari pemeriksa
◦ Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu
vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan.
◦ Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,
sepeti sebuah perkamen.
Lanugo
◦ Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus.
◦ Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo.
◦ Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu
dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28.
◦ Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan
dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral.
◦ Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo.
◦ Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan,
keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi.
◦ Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi
yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi
Permukaan plantar
◦ Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi
ketika di dalam kandungan
◦ Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi
kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak
kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu.
◦ Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki
◦ Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran
panjang dari ujung jari hingga tumit.
◦ Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.
Payudara
◦ Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat
stimulasi estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari
nutrisi yang diterima janin.
◦ Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-
bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery
◦ Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola
dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam
milimeter
◦ Palpasi dilakukan pada jaringan mammae di bawah areola dengan
ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter
Mata/ Telinga
◦ Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya
menuju matur
◦ Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa
melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan
kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya
◦ Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan
◦ Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra.
◦ Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan
menempel erat satu sama lain
◦ Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu
sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Genital (Pria)
◦ Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi
◦ Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
◦ Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33
hingga 34 kehamilan
◦ Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae
◦ Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae.
◦ Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya
◦ Pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.
◦ Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika
dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.
Genital (Wanita)
◦ Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul
abduksi kurang lebih 45° dari garis horisontal.
◦ Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan
aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora
◦ Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis
◦ Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora
menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung
tertutupi oleh labia majora yang membesar
◦ Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan
dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang
menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia
minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.
LABORATORIUM
◦ Ada beberapa skrining yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada bayi, terutama bayi
prematur
◦ ROP (Retinopaty of Prematury) → bayi prematur biasanya mengalami ROP, terutama yang usia
kandungannya kurang dari 28 minggu. Selain itu, bayi prematur yang menerima bantuan oksigen
dalam jangka waktu lama bisa mengalami ROP
◦ OAE (Otto Acoutic Emission) → memakai earphone dan mikrofon kecil yang ditempatkan di telinga bayi, kemudian diputar
suara. Bila pendengaran bayi normal, gema dari suara dipantulkan kembali ke saluran telinga dan diukur lewat mikrofon. Bila
tidak ada gema yang terdeteksi, itu bisa menunjukkan gangguan pendengaran pada bayi.
◦ Auditory Brainstem Response (ABR) adalah tes untuk melihat respon otak terhadap suara. Caranya
masih sama, dengan menggunakan earphone kecil yang ditempatkan di telinga. Jika otak bayi tidak
merespon suara secara konsisten, kemungkinan bayi mengalami masalah pendengaran.
◦ BERA (Brain Evoked Response Audiometry) → alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya
gangguan pendengaran dan kemungkinan keterlambatan bicara,
◦ Ultrasonography (USG) kepala → bayi dengan kelahiran prematur sangat berisiko mengalami
pendarahan Intraventrikular dan gangguan perkembangan neurodevelopmental. Kondisi ini akan
meningkatkan risiko kecacatan pada bayi, seperti keterlambatan pergerakan saraf motorik dan
intelektual.
◦ Magnetic Resonance Imaging (MRI)Jika pemeriksaan USG kepala belum meyakinkan, bisa melakukan skrining
tambahan untuk memeriksa bagian organ dalam bayi.
Lanjutan…
◦ Tes gula darah→ tes gula darah dilakukan pada bayi untuk mengetahui apakah terjadi hipoglikemia atau tidak.
Hipoglikemia adalah kondisi kurangnya gula darah dalam tubuh. Pada bayi baru lahir, bila kadar glukosa dalam
darahnya kurang dari 45 mg/dL,
◦ Oximetri pulse→dilakukan untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah bayi. Jika kadar oksigen dalam darah
rendah atau fluktuatif, hal tersebut cenderung menjadi tanda adanya Critical Congenital Heart Defect (CCHD)
◦ Pemeriksaan bilirubin→ mengecek kadar bilirubin pada bayi
◦ Rontgen untuk memeriksa sistem pernapasan dan saluran pencernaan. Bayi yang lahir di bawah usia 34 minggu
memiliki paru-paru yang tidak berkembang dengan baik sehingga berisiko mengalami masalah pernapasan.
◦ Hipotiroid kongenital → mendeteksi dini adanya hipotiroid bawaan. Hipotiroid yang tidak diobati sejak dini bisa
mengalami gangguan perkembangan otak (retardasi mental) yang berat. Penyakit ini biasanya baru dikenali
setelah timbul gejala atau wujudnya setelah anak berusia kurang lebih satu tahun. Skrining hipotiroid kongenital
paling baik dilakukan saat bayi berumur 48-72 jam atau sebelum bayi pulang bersama orangtua dari rumah
sakit.
Don't Judge a Book by its
Cover
Don't Judge a Book
by its Cover

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
 
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn)  201358 langkah asuhan persalinan normal (apn)  2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013chantieq
 
KB 2 Faktor Psikologis dalam Kehamilan
KB 2 Faktor Psikologis dalam KehamilanKB 2 Faktor Psikologis dalam Kehamilan
KB 2 Faktor Psikologis dalam KehamilanUwes Chaeruman
 
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik KehamilanTanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik KehamilanNurul Wulandari
 
Bayi baru lahir normal ppt
Bayi baru lahir normal pptBayi baru lahir normal ppt
Bayi baru lahir normal pptAze Palupi
 
Instrumen dalam Praktik Kebidanan
Instrumen dalam Praktik KebidananInstrumen dalam Praktik Kebidanan
Instrumen dalam Praktik Kebidananpjj_kemenkes
 
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptPerubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptmartaagustinasirait
 
Thermoregulasi
ThermoregulasiThermoregulasi
ThermoregulasiKindal
 
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali Pusat
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali PusatStruktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali Pusat
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali PusatDedee Puteri
 
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanDiagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanMelly anti
 
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsi
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsiPertumbuhan & perkembangan hasil konsepsi
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsiAsih Astuti
 
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sby
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sbyKonsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sby
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sbyTriana Septianti
 

Was ist angesagt? (20)

Anatomi panggul
Anatomi panggulAnatomi panggul
Anatomi panggul
 
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan PenatalaksanaannyaKB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
KB 3 Identifikasi Gangguan Psikologis dalam Kebidanan dan Penatalaksanaannya
 
Patient Safety 3
Patient Safety 3Patient Safety 3
Patient Safety 3
 
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn)  201358 langkah asuhan persalinan normal (apn)  2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
 
KB 2 Faktor Psikologis dalam Kehamilan
KB 2 Faktor Psikologis dalam KehamilanKB 2 Faktor Psikologis dalam Kehamilan
KB 2 Faktor Psikologis dalam Kehamilan
 
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik KehamilanTanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
Tanda-tanda Kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
 
PPT Kewirausahaan Kepererawatan Baby spa health center
PPT Kewirausahaan Kepererawatan Baby spa health centerPPT Kewirausahaan Kepererawatan Baby spa health center
PPT Kewirausahaan Kepererawatan Baby spa health center
 
Bayi baru lahir normal ppt
Bayi baru lahir normal pptBayi baru lahir normal ppt
Bayi baru lahir normal ppt
 
Instrumen dalam Praktik Kebidanan
Instrumen dalam Praktik KebidananInstrumen dalam Praktik Kebidanan
Instrumen dalam Praktik Kebidanan
 
Bidan sebagai profesi
Bidan sebagai profesiBidan sebagai profesi
Bidan sebagai profesi
 
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,pptPerubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
Perubahan fisiologis pada ibu nifas,sisten endokrin,kardiovaskular,ppt
 
Thermoregulasi
ThermoregulasiThermoregulasi
Thermoregulasi
 
MANAGEMEN KEBIDANAN
MANAGEMEN KEBIDANANMANAGEMEN KEBIDANAN
MANAGEMEN KEBIDANAN
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali Pusat
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali PusatStruktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali Pusat
Struktur Fungsi Amnion, Plasenta dan Tali Pusat
 
Diagnosa Kehamilan
Diagnosa KehamilanDiagnosa Kehamilan
Diagnosa Kehamilan
 
ASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMALASKEB NIFAS NORMAL
ASKEB NIFAS NORMAL
 
LP anamnesa ibu bersalin
LP anamnesa ibu bersalinLP anamnesa ibu bersalin
LP anamnesa ibu bersalin
 
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsi
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsiPertumbuhan & perkembangan hasil konsepsi
Pertumbuhan & perkembangan hasil konsepsi
 
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sby
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sbyKonsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sby
Konsepsi, fertilisasi dan implantasi poltekkes sby
 

Ähnlich wie Pert 11. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.pdf

Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptx
Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptxBallard Score - Kelompok 1 (1).pptx
Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptxSriRahayuFirman
 
Pemeriksaan Fisik pada Neonatus
Pemeriksaan Fisik pada NeonatusPemeriksaan Fisik pada Neonatus
Pemeriksaan Fisik pada Neonatuspjj_kemenkes
 
Penilaian Usia Gestasi.pptx
Penilaian Usia Gestasi.pptxPenilaian Usia Gestasi.pptx
Penilaian Usia Gestasi.pptxjohn720778
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblhanny andini
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirChaicha Ceria
 
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdf
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdfpemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdf
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdfhikmandayanisst
 
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Cut Agam
 
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptxBBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptxP17312215223LINDAANI
 
Standart pel keb.ppt
Standart pel keb.pptStandart pel keb.ppt
Standart pel keb.pptChiyapuri
 
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannKUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannDwiNormaR
 
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptx
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptxKEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptx
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptxdinarperbawati1
 
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahir
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahirMateri pengkajian fisik_bayi_baru_lahir
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahirSabrina Putri Dewanti
 
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangPemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangretnobudiyanti
 

Ähnlich wie Pert 11. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.pdf (20)

Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptx
Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptxBallard Score - Kelompok 1 (1).pptx
Ballard Score - Kelompok 1 (1).pptx
 
Pemeriksaan Fisik pada Neonatus
Pemeriksaan Fisik pada NeonatusPemeriksaan Fisik pada Neonatus
Pemeriksaan Fisik pada Neonatus
 
Penilaian Usia Gestasi.pptx
Penilaian Usia Gestasi.pptxPenilaian Usia Gestasi.pptx
Penilaian Usia Gestasi.pptx
 
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bblJob sheet pemeriksaan fisik bbl
Job sheet pemeriksaan fisik bbl
 
PERTEMUAN 6.pdf
PERTEMUAN 6.pdfPERTEMUAN 6.pdf
PERTEMUAN 6.pdf
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
 
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdf
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdfpemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdf
pemeriksaanfisikbayibarulahir-130902102431-phpapp02.pdf
 
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
 
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
Pemeriksaanfisikbayibarulahir 130902102431-phpapp02
 
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir
Pengkajian fisik pada bayi baru lahirPengkajian fisik pada bayi baru lahir
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir
 
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptxBBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
BBL & PENJAHITAN PERINEUM DERAJAT II.pptx
 
2
22
2
 
Standart pel keb.ppt
Standart pel keb.pptStandart pel keb.ppt
Standart pel keb.ppt
 
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannKUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
 
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptx
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptxKEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptx
KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS NORMAL.pptx
 
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahir
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahirMateri pengkajian fisik_bayi_baru_lahir
Materi pengkajian fisik_bayi_baru_lahir
 
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangPemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
 
Askep bayi bblr
Askep bayi bblrAskep bayi bblr
Askep bayi bblr
 

Mehr von Eka Safitri

Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfEka Safitri
 
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdf
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdfTopik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdf
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdfEka Safitri
 
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdfPert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdfEka Safitri
 
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfFaktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfEka Safitri
 
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdf
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdfTopik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdf
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdfEka Safitri
 
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdf
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdfPert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdf
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdfEka Safitri
 
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdfTopik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdfEka Safitri
 
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdf
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdfPert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdf
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdfEka Safitri
 
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdf
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdfPert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdf
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdfEka Safitri
 
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdf
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdfPert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdf
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdf
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdfPertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdf
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdf
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdfPertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdf
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdf
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdfPertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdf
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdfEka Safitri
 
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdf
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdfPertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdf
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdfEka Safitri
 
Rps farmakologi kebidanan
Rps farmakologi kebidanan Rps farmakologi kebidanan
Rps farmakologi kebidanan Eka Safitri
 

Mehr von Eka Safitri (18)

Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
 
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdf
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdfTopik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdf
Topik 2. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir.pdf
 
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdfPert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Pert 1. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
 
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfFaktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
 
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdf
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdfTopik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdf
Topik 1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.pdf
 
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdf
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdfPert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdf
Pert. 15 Tumbuh Kembang Anak.pdf
 
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdfTopik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
 
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdf
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdfPert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdf
Pert 13. Adaptasi Psikologis Masa Nifas.pdf
 
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdf
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdfPert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdf
Pert 12. KONSEP DASAR MASA NIFAS.pdf
 
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdf
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdfPert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdf
Pert 9. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA PERSALINAN.pdf
 
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdf
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdfPertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdf
Pertemuan 5. Konseling Reproduksi.pdf
 
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdf
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdfPertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdf
Pertemuan 4. Komplikasi masalah kesehatan reproduksi wanita.pdf
 
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdfPertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
Pertemuan 3. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita.pdf
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdf
 
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdf
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdfPertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdf
Pertemuan 2. Siklus Kehidupan Wanita dan Indikator Kesehatan.pdf
 
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdf
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdfPertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdf
Pertemuan 1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.pdf
 
Rps psikologi
Rps psikologi Rps psikologi
Rps psikologi
 
Rps farmakologi kebidanan
Rps farmakologi kebidanan Rps farmakologi kebidanan
Rps farmakologi kebidanan
 

Kürzlich hochgeladen

pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxFATMAWATIMADYA
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...nadyahermawan
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 

Kürzlich hochgeladen (20)

pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 

Pert 11. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.pdf

  • 1. PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PANGKALPINANG
  • 2. PROFIL Eka Safitri Yanti Jl. Raya Pasir Padi Gg. TK Pembina No.7 Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung (+62) 81230395979 ekasafitriyanti89@gmail.com ekasafitri_21
  • 5. SKOR DOWNE ◦ Skor Downes untuk menilai ancaman atau terjadinya distress respirasi secara klinis pada neonatus ◦ Berupa algoritma yang sederhana untuk mengurangi tindakan invasif dalam diagnosis dan evaluasi distress respirasi, sehingga dapat segera memberikan penanganan yang sesuai. ◦ Skor Downes digunakan sebagai alternatif untuk mengevaluasi distres respiratori kliniks jika analisis gas darah atau pulse oxymetry tidak tersedia
  • 6. APGAR SKOR ◦ Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada 1952 ◦ Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran ◦ APGAR skor adalah sistem skoring yang digunakan dokter dan perawat untuk menilai BBL pada 1 menit dan 5 menit pertama kehidupan ◦ Profesi medis menggunakan Apgar untuk mengetahui secara cepat status BBL secara umum. Apgar yang rendah mungkin mengindikasikan bayi perlu perawatan yang khusus contohnya pertolongan pada daerah pernapasan. ◦ Apgar Skor dibagi menjadu 5 kategori. Masing-masng dengan rentang nilai 0-2. paling tinggi bayi akan mendapat skor 10, walaupun ini jarang terjadi saat awal-awal kehidupan bayi karena kebanyakan bayi memiliki tangan atau kaki yang biru segera setelah lahir. ◦ Pada tahun 2015, ACOG ( The American College of Obstetric ians and Gynecologists) menyatakan bahwa APGAR skor tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan kasus untuk asfiksia, tidak dapat memprediksi mortalitas neonatus dan outcome neurologi bayi sehingga seharusnya tidak digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut ◦ ACOG merekomendasikan penggunaan expanded Apgar Score (sampai 20 menit) untuk menilai perlunya dilakukan resusitasi secara bersamaan. ◦ Walaupun Apgar tidak dapat dijadikan dasar untuk memulai dilakukannya resusitasi, Apgar dapat meniilai keberhasilan resusitasi
  • 8. BALLARD SCORE ◦ Dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD ◦ Tujuan: untuk menentukan usia gestasi BBL melalui PENILAIAN NEUROMUSKULAR dan FISIK ◦ PENILAIAN NEUROMUSKULAR: ◦ Postur ◦ Square window ◦ Arm recoil ◦ Sudut popliteal ◦ Scarf sign ◦ Heel to ear manuever ◦ PENILAIAN FISIK: ◦ Kulit ◦ Lanugo ◦ Permukaan Plantar ◦ Payudara ◦ Mata/ telinga ◦ Genitalia ◦ BALLARD SCORE → NEW BALLARD SCORE (penambahan skor negatif)
  • 9.
  • 10.
  • 11. PENILAIAN NEUROMUSKULAR Postur ◦ Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan ◦ Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas ◦ Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. ◦ Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
  • 12.
  • 13. Square Window ◦ Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan ◦ Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut ◦ Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 c, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °
  • 14.
  • 15. Arm Recoil ◦ Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. ◦ Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. ◦ Cara pemeriksaan: ◦ Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan ◦ Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan ◦ Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180°, Skor 2: fleksi parsial 110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh
  • 16.
  • 17. Sudut Popliteal ◦ Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi ◦ Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh ◦ Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. ◦ Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. ◦ Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine.
  • 18.
  • 19. Scarf Sign ◦ Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu ◦ Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. ◦ Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4)
  • 20.
  • 21. Heel to Ear ◦ Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul ◦ Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). ◦ Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).
  • 22.
  • 23. PENILAIAN MATURITAS FISIK Kulit ◦ Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. ◦ Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. ◦ Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. ◦ Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa ◦ Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. ◦ Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
  • 24. Lanugo ◦ Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. ◦ Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. ◦ Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. ◦ Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. ◦ Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. ◦ Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. ◦ Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi
  • 25.
  • 26. Permukaan plantar ◦ Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan ◦ Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. ◦ Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki ◦ Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. ◦ Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1.
  • 27.
  • 28. Payudara ◦ Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. ◦ Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik- bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery ◦ Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter ◦ Palpasi dilakukan pada jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter
  • 29. Mata/ Telinga ◦ Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju matur ◦ Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya ◦ Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan ◦ Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. ◦ Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain ◦ Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
  • 30.
  • 31. Genital (Pria) ◦ Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi ◦ Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. ◦ Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan ◦ Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae ◦ Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. ◦ Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya ◦ Pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. ◦ Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.
  • 32.
  • 33. Genital (Wanita) ◦ Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45° dari garis horisontal. ◦ Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora ◦ Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis ◦ Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar ◦ Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.
  • 34.
  • 35. LABORATORIUM ◦ Ada beberapa skrining yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada bayi, terutama bayi prematur ◦ ROP (Retinopaty of Prematury) → bayi prematur biasanya mengalami ROP, terutama yang usia kandungannya kurang dari 28 minggu. Selain itu, bayi prematur yang menerima bantuan oksigen dalam jangka waktu lama bisa mengalami ROP ◦ OAE (Otto Acoutic Emission) → memakai earphone dan mikrofon kecil yang ditempatkan di telinga bayi, kemudian diputar suara. Bila pendengaran bayi normal, gema dari suara dipantulkan kembali ke saluran telinga dan diukur lewat mikrofon. Bila tidak ada gema yang terdeteksi, itu bisa menunjukkan gangguan pendengaran pada bayi. ◦ Auditory Brainstem Response (ABR) adalah tes untuk melihat respon otak terhadap suara. Caranya masih sama, dengan menggunakan earphone kecil yang ditempatkan di telinga. Jika otak bayi tidak merespon suara secara konsisten, kemungkinan bayi mengalami masalah pendengaran. ◦ BERA (Brain Evoked Response Audiometry) → alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran dan kemungkinan keterlambatan bicara, ◦ Ultrasonography (USG) kepala → bayi dengan kelahiran prematur sangat berisiko mengalami pendarahan Intraventrikular dan gangguan perkembangan neurodevelopmental. Kondisi ini akan meningkatkan risiko kecacatan pada bayi, seperti keterlambatan pergerakan saraf motorik dan intelektual. ◦ Magnetic Resonance Imaging (MRI)Jika pemeriksaan USG kepala belum meyakinkan, bisa melakukan skrining tambahan untuk memeriksa bagian organ dalam bayi.
  • 36. Lanjutan… ◦ Tes gula darah→ tes gula darah dilakukan pada bayi untuk mengetahui apakah terjadi hipoglikemia atau tidak. Hipoglikemia adalah kondisi kurangnya gula darah dalam tubuh. Pada bayi baru lahir, bila kadar glukosa dalam darahnya kurang dari 45 mg/dL, ◦ Oximetri pulse→dilakukan untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah bayi. Jika kadar oksigen dalam darah rendah atau fluktuatif, hal tersebut cenderung menjadi tanda adanya Critical Congenital Heart Defect (CCHD) ◦ Pemeriksaan bilirubin→ mengecek kadar bilirubin pada bayi ◦ Rontgen untuk memeriksa sistem pernapasan dan saluran pencernaan. Bayi yang lahir di bawah usia 34 minggu memiliki paru-paru yang tidak berkembang dengan baik sehingga berisiko mengalami masalah pernapasan. ◦ Hipotiroid kongenital → mendeteksi dini adanya hipotiroid bawaan. Hipotiroid yang tidak diobati sejak dini bisa mengalami gangguan perkembangan otak (retardasi mental) yang berat. Penyakit ini biasanya baru dikenali setelah timbul gejala atau wujudnya setelah anak berusia kurang lebih satu tahun. Skrining hipotiroid kongenital paling baik dilakukan saat bayi berumur 48-72 jam atau sebelum bayi pulang bersama orangtua dari rumah sakit.
  • 37. Don't Judge a Book by its Cover Don't Judge a Book by its Cover