SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
PENGGUNAAN METODA GPR DAN GEOLISTRIK
PADA EKSPLORASI BATUBARA
Eddy Ibrahim*)
*)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya,
Jalan Raya Prabumulih, OKI, Palembang, eddy_ibrahim@yahoo.com
Sari
Penggunaan metoda GPR dan geolistrik dalam eksplorasi batubara masih
merupakan suatu hal yang baru. Dari beberapa pengukuran GPR yang dilakukan baik
skala laboratorium maupun pada lokasi seam batubara yang reguler secara lateral,
‘dipping bed’ dan seam batubara yang berundulasi secara lateral dapat jelas dideterminasi
geometri seam batubara dengan menggunakan analisa atribut sesaat (‘instantaneous
attribute’) yaitu amplitudo sesaat dan fase sesaat, sedangkan ril amplitudo secara ‘partial’
dapat mendeterminasi anomali- anomali yang diduga merupakan variabilitas kandungan
air dilapisan batubara. Untuk metoda geolistrik pengukuran yang dihasilkan dan
pemrosesan berupa inversi 2-D, hanya dapat mendeterminasi struktural yaitu ketebalan
lapisan batubara tanpa menghasilkan informasi lokal didalam lapisan batubara.
Kata kunci : Seam batubara, dipping bed, atribut sesaat
Abstract
Application of GPR and Geoelectric methods in coal exploration still are a new
matter, but from field experiments performed under controlled test conditions at
laboratory scale and coal seams in place which is reguler laterally, ' dipping bed ' and coal
seams which is irregular laterally, the GPR method can provide detailed informations
about coal seams. There are two detailed information which were given in GPR records
namely thickness and total moisture variations in coal seams laterally. The thickness of
coal seam laterally is imaged clearly in instantaneous attribute analysis radar profiles.
There are two instantaneous attribute which were used in the analysis namely,
instantaneous amplitude and instantaneous phase. The real amplitude can provide
anomalous locally while possibility is total moisture variation in coal seams laterally.
Geoelectric is capable of providing thickness of coal seams laterally but cannot provide
locally information in coal seams laterally.
Keywords : Coal seam, dipping bed, instantaneous attribute
1. PENDAHULUAN
GPR (ground penetrating radar)
adalah metoda geofisika yang
mengggunakan gelombang radio dengan
rentang frekuensi 10 sampai 1000 MHZ
dan umumnya digunakan untuk
memetakan struktur dan bentuk- bentuk
terpendam didalam tanah (atau di dalam
struktur buatan manusia). Berdasarkan
penggunaan awalnya, GPR adalah
terutama difokuskan pada memetakan
struktur didalam tanah; dan akhir – akhir
ini GPR telah digunakan di dalam
pengujian tidak bersifat merusak (NDT)
pada struktur- struktur non- logam.
Adapun perangkat pengukuran GPR
dapat dilihat pada gambar 1.
Konsep dari menerapkan
gelombang radio untuk menyelidiki
struktur didalam tanah tidaklah baru.
Aplikasi yang sukses dari teknik ini,
bagaimanapun, masih sangat baru.
Keberhasilan awal dari penggunaan
teknik ini adalah penggunaan gelombang
radio untuk memetakan ketebalan dari
lembaran es di Arctic/Kutub Utara dan
Antarctic dan menduga ketebalan dari
gletser.
Penggunaan GPR di dalam
lingkungan yang non- ice dimulai pada
awal 1970. Awal penggunaan yang
difokuskan pada penerapan tanah
‘permafrost’ ( Annan and Davis ( 1976)).
Pentingnya pemahaman dari kemampuan
dan kelemahan dari metoda ini menjadi
semu, area aplikasi nya yang meluas
seperti diuraikan oleh Davis dan Annan (
1989) dan Scaife dan Annan ( 1991).
Aplikasi di dalam area yang lain
diuraikan oleh Morey ( 1974), Benson et
al ( 1984) dan Ulriksen ( 1982).
Pemanfaatan GPR dalam
eksplorasi batubara secara khusus belum
dilakukan, tetapi penggunaan yang
bersifat temporal seperti usulan awal
penggunaan GPR di batubara (Cook,
1975), pengaruh anisotropik batubara
pada propagasi sinyal GPR atau
polarisasi ( Balanis, et al. 1980; Coon. et
al. 1981 ). Percobaan impulse GPR
untuk mendeterminasi kemampuan
refleksi sinyal pada lapisan batubara
yang dalam (Coon, Fowler & Schafers,
1980). Pemetaan resolusi tinggi pada
struktur batubara yang tipis dalam skala
terbatas di tambang batubara ‘open cut’
(Noon & Longstaff, 1992). Dari
beberapa percobaan maupun penelitian
yang telah dilakukan penekanan
pembahasannya lebih kearah peralatan
maupun sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan operasi pertambangan
seperti bagaimana merancang system
dan pengoperasian unit GPR sehingga
dapat menghasilkan citra yang lebih jelas
tanpa melalui pemrosesan yang
kompleks. Sedangkan dari sisi bantuan
pengoperasian tambang lebih fakultatif
seperti mendeterminasi volume batubara
untuk dijadikan penyanggah (‘pillar’)
pada tambang bawah tanah.
Gambar 1. Perangkat pengukuran RAMAC/GPR
buatan MALA Geoscience Swedia
Sedangkan penggunaan metoda
geolistrik dalam eksplorasi batubara juga
tidak terlalu umum disebabkan
karakteristik lapisan yang melingkupi
‘seam’ batubara juga keterbatasan
informasi yang diperoleh yaitu resolusi
sedangkan penetrasinya sendiri sangat
tergantung dari sifat media yang
dilaluinya. Perangkat pengukuran
geolistrik dapat dilihat pada gambar 1a.
Gambar 1a. Perangkat pengukuran geolistrik Naniura (home made)
Tulisan ini secara singkat memberikan
gambaran kedua metoda tersebut diatas
didalam penentuan ketebalan lapisan
batubara dimana jelas terlihat bahwa
metoda GPR memiliki kemampuan yang
Battery
Control Unit
Kabel Ukur
Elektroda
Ukur
Antena Receiver
Antena Transmitter
Battery
Control Unit
PC
Kabel serat optik
lebih baik dibandingkan metoda
geolistrik.
2. METODA
2.1. Metoda GPR
Sebuah sistem GPR terdiri atas
sebuah sinyal generator, antena
transmitter, antena receiver, dan sebuah
kontrol unit yang berfungsi sebagai
administrator untuk pengambilan data,
serta komputer yang berfungsi sebagai
penyimpan data hasil akuisisi sekaligus
sarana untuk melakukan pemrosesan
data dan menampilkan hasil radargram
yang diperoleh. Signal radar
ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa
elektromagnetik yang mempunyai
frekuensi tinggi, sedangkan komputer
dengan software akuisisinya berfungsi
untuk memberikan perintah pada kontrol
unit yang akan mengirimkan trigger pada
antena transmitter dan antena receiver
untuk melakukan proses penembakan
sinyal dan perekaman sinyal, antena
transmitter akan mengirimkam sinyal
atau pulsa-pulsa elektromagnetik dan
kemudian pulsa-pulsa yang terabsorbsi
oleh bumi dan terpantulkan dalam
domain waktu tertentu akan ditangkap
oleh antena receiver, data pengukuran
GPR yang diperoleh akan disimpan oleh
kontrol unit untuk kemudian dikirim ke
komputer (PC).
Diagram skematik dari hubungan
sistem dalam ground penetrating radar
ditunjukan oleh gambar 2 berikut :
Sistem GPR untuk akuisisinya
dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu
dikenal sebagai pendugaan refleksi (a),
pendugaan kecepatan (b) dan
transillumination (tomografi) (c). Cara
ini dilukiskan di dalam gambar 3.
Gambar 2. Cara pengoperasian perangkat GPR
Pendugaan Refleksi (a)
Pendugaan Kecepatan (b)
Common- Midpoint (CMP)
T R
Reflector
Trace
1
T R
Reflector
Trace
1
Reflector Reflector
T
3
T
1
T
2
R
3
R
2
R
1
Trace
1
Trace
n
Pendugaan Kecepatan( b)
Wide Angle Refraction And Reflection (WARR)
Transillumination ( Tomography ) ( c )
Gambar 3. Ilustrasi ketiga cara akuisisi dasar dalam operasi GPR
T R1 R2 R3 R4
R5
R3
R1T1
R4
R2
Cara yang paling sering
digunakan adalah single-fold (pendugaan
refleksi ( a ) ) atau cara pengukuran
‘zero-offset’ adalah cara pengukuran
yang menghasilkan profil refleksi yang
‘zero-offset’ yaitu profil yang dihasilkan
berdasarkan posisi kedua antena GPR
(antena pemancar (transmitter) dan
antena penerima (receiver)) yang
terpisah dengan jarak yang sama,
sementara pengukuran dilakukan dengan
spasi yang sama. Penggunaan cara ini
hanya menghasilkan informasi struktur
bawah permukaan bumi. Didalam
penelitian ini cara tersebut digunakan
baik untuk mendeterminasi geometri
lapisan batubara maupun untuk
mendapatkan informasi kandungan air
total didalam lapisan batubara.
2.2. Metoda Geolistrik
Prinsip dasar metoda ini adalah
sebagai berikut : arus listrik diinjeksikan
kedalam bumi melalui dua elektroda
arus, kemudian beda potensial untuk tiap
jarak elektroda diukur dan dicatat
melalui dua elektroda potensial. Dari
hasil pengumpulan data berupa arus
listrik yang diinjeksikan dan beda
potensial yang dihasilkan dari variassi
jarak elektroda arus dan elektroda
potensial (faktor geometri) dapat
diperoleh variasi harga tahanan jenis
masing- masing lapisan dibawah titik
ukur.
Adapun ilustrasi pengukuran
geolistrik 2-D dilapangan seperti gambar
4.
Sistem akuisisi geolistrik 2-D
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cara Wenner seperti gambar 5.
Gambar 4. Ilustrasi cara akuisisi dasar dalam operasi
geolistrik 2-D
Gambar 5. Cara Wenner dalam operasi geolistrik
3. HASIL
3.1. Pengukuran Skala Laboratorium
sampel batubara dengan GPR
Untuk pengujian awal
penggunaan GPR untuk batubara maka
pelaksanaan akuisisi awal dilakukan
dalam skala laboratorium yaitu sampel
batubara (sub-bituminuous) dibawahnya
dialasi dengan reflektor (seng)
dilingkupi pasir dimasukkan dalam
keranjang plastik (gambar 6) diukur
menggunakan frekuensi antena 1 GHz
dimana , keranjang plastik digunakan
untuk mereduksi ‘noise ‘ lingkungan
sedangkan untuk alat ukur (antena 1
GHz) dialasi dengan triplex 5 mm
diposisikan diatas sampel batubara yang
dilingkupi pasir pada ketinggian 15 cm
( gambar 7). Pengukuran ini dilakukan
dialam terbuka didaerah lembang, jawa
barat.
Gambar 6. Sampel batubara Gambar 7. Skematik akuisisi
1 GHz (skala lab.)
Pasir
Pasir Triplex
Adapun hasil pengukuran dalam
skala laboratorium tersebut dapat dilihat
pada gambar 8.
Gambar 8 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 7
sampel batubara yang diukur adalah sub-bituminous
3.2. Pengukuran Skala Lapangan
lapisan batubara dengan GPR
dan Geolistrik
Untuk pelaksanaan akuisisi
dalam skala lapangan dilakukan pada
dua lokasi yaitu di tambang Air Laya
dan tambang Banko PIT I, Bukit Asam,
Tg. Enim, Sumatera Selatan, Indonesia
( Gambar 9 ). Adapun daerah terukur
untuk tambang Air Laya telah ada data
bor (gambar 10) dimana dari hasil
informasi tersebut objek fisik yang
diukur adalah batubara peringkat
Bituminuous yaitu lapisan B2 sedangkan
tambang Banko PIT I (informasi PTBA)
adalah batubara peringkat Sub-
Bituminuous. Survey GPR dan geolistrik
untuk penyelidikan ini dilakukan pada
tiga tempat untuk tambang Air Laya dan
satu tempat untuk tambang Banko PIT I.
3.2.1. Lokasi tambang Air Laya
Adapun penyelidikan di ketiga
tempat untuk tambang Air Laya terletak
pada satu formasi yaitu Suban seams,
dimana peringkat batubaranya adalah
Bituminuous. Untuk jelasnya sketsa
lokasi seperti gambar 11. Pelaksanaan
pengukuran ditiga tempat adalah sebagai
berikut :
• Singkapan batubara dibawahnya ada
lapisan clay (‘interburden’) di lokasi
A
Adapun objek fisik berupa
singkapan tersebut (gambar 12) yaitu
ketebalan lapisan batubaranya adalah 2.5
M sedangkan lapisan dibawahnya
( interburden ) yaitu lempung tidak
diukur ketebalannya dimana posisi
kedua antenna pada saat pengukuran
langsung diatas singkapan batubara.
Adapun hasil akuisisi dengan
menggunakan cara pendugaan refleksi
yang telah diproses menggunakan
software REFLEXW 3.0 dengan tahapan
Coal
spiking dekonvolusi, dewow, dc-shift,
set-time zero , fk-filter, frekuensi
filtering serta time to depth conversion
dengan menggunakan kecepatan 0,135
m/ ns tergambarkan di dalam gambar 13.
Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 9
Pengukuran geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama (‘A’) juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 12. Singkapan batubara dengan ketebalan lapisan 2.5 M
Coal
Interburden
Coal
Coal
Interburden
Coal
Coal
Interburden
Interburden
Kuat refleksi
Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
• Singkapan batubara miring
dibawahnya ada lapisan clay
(‘interburden’) di lokasi B
Untuk lapisan batubara yang
miring (‘dipping bed’) akuisisi juga
dilakukan dengan cara (a ) pada lokasi
yang berdekatan seperti pada gambar 12
dan 13 dimana posisi kedua antenna
diatas singkapan batubara.
Gambar 12. ‘Seam’ batubara miring
Lokasi ukur
Coal
Interburden
Coal
Clay
23 0
Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
Akuisisi geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama juga dilakukan dengan
menggunakan konfigurasi Wenner,
adapun hasil akuisisi dan inversinya
dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
Pengukuran yang dilakukan pada bentuk
geometri lapisan yang terdiri dari lapisan
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung
(‘interbuden’) yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
InterfaceCoal
Coal
Clay
yang tidak rata dimana ketebalan lapisan
atas (‘overburden’) adalah 2.6 M
sedangkan lapisan batubaranya 4.35 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dengan posisi kedua antenna 30
cm diatas singkapan batubara, Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang
lintasan ukur adalah 7.2 M dapat dilihat
pada gambar 15,16 dan 17.
Gambar 16 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Gambar 15. Geometri lapisan yang diukur terdiri
‘overburden ( 2.6 M), lapisan batubara
( 4.35 M ) dan ‘interburden’ tidak diukur
Overburden
Coal
Arah Ukur
Coal
Coal
Gambar 17 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Coal
Overburden
Coal
Overburden
Pengukuran yang dilakukan pada
lapisan batubara yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
yang berundulasi dimana ketebalan
lapisan atas (‘overburden’) adalah 3.9 M
sedangkan lapisan batubaranya 5.20 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dimana posisi kedua antenna
langsung diatas singkapan. Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang lintasan ukur adalah 10
M dapat dilihat pada gambar 19 dan 20.
Gambar 19 . Lapisan batubara yang berundulasi secara lateral
Tebal ‘overburden’ : 3.9 M; “Coal seam” : 5.20 M
Gambar 20 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 21.
Arah Ukur
Overburden
Coal
Interburden
Overburden
Coal
Overburden
Coal
Interburden Interburden
Gambar 21 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19
4. PEMBAHASAN
Dari pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan frekuensi antena
yang berbeda yaitu :
• Pengukuran dalam skala
laboratorium dengan letak sampel
batubara sub-bituminuous 15 cm
dibawah permukaan serta posisi
sampel ditegakkan (didalam
keranjang plastik) menggunakan
frekuensi antena 1 GHz jelas sekali
dapat tercitrakan hampir sempurna
terutama dengan penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
• Untuk singkapan batubara dengan
ketebalan 2.5 meter menggunakan
frekuensi antena 100 MHz dapat
mendeterminasi dengan jelas
ketebalan lapisan batubara dan
terlihatnya kontras vertikal antara
kedua lapisan dimana lapisan
lempung menunjukkan nilai
amplitudo yang rendah ( lihat scale
bar ) terutama pada penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
Sedangkan pada amplitudo ril jelas
terlihat adanya penguatan- penguatan
nilai- nilai amplitudo secara lokal
dimana diduga mencerminkan
adanya variasi kandungan air di
lapisan batubara. Penggunaan ‘
instantaneous phase’ tidak dilakukan
pada singkapan ini karena secara riil
amplitudo masih dapat dibedakan
antara lapisan batubara dengan
lapisan lempung. Untuk hasil inversi
dengan menggunakan metoda
geolistrik resistivitas jelas hanya
dapat mendeterminasi ketebalan
lapisan tanpa dapat memberikan
informasi lokal yang ada dilapisan
batubara.
• Pengukuran ‘dipping bed’ singkapan
dilakukan dengan menggunakan
frekuensi antena 200 MHz dimana
jelas terlihat profil kemiringan seam
batubara terutama pada penggunaan
‘instantaneous phase’, jelas terlihat
‘sequence’ refleksi radar yang
Coal
Overburden
menunjukkan pola- pola perlapisan
baik pada batubara maupun lempung,
dimana lempung jelas
memperlihatkan pola- pola yang
tidak teratur. Inversi geolistrik 2-D
yang dihasilkan hanya dapat
mendeterminasi struktur lapisan.
• Pengukuran yang dilakukan pada
geometri lapisan yaitu lapisan batu
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung dan
pasir (‘interburden’) dengan
menggunakan frekuensi antena 100
MHz, resolusinya kurang tajam
untuk determinasi batas antara
lapisan batubara dengan kedua
lapisan yang melingkupinya
disebabkan karena lapisan lempung
sangat terstruktur (consolidated)
sehingga energi yang dirambatkan ke
lapisan batubara cukup rendah,
sehingga determinasi batas bawah
dengan lapisan ‘interburden’ kurang
dapat didefinisikan. Determinasi
batas kurang dapat dicerminkan baik
riil amplitudo, maupun
‘instantaneous amplitude’ dan
‘intantaneous phase’. Kurang kontras
pada riil amplitudo antara lapisan
penutup (lapisan batu lempung keras
dan kompak serta terstruktur) dan
kurang terdefinisikan lagi antara
lapisan batubara dengan lapisan
antara yaitu interburden (lapisan
lempung keras dan bercampur pasir)
dikarenakan kurangnya perbedaan
permitivitas yaitu lapisan batubara
mempunyai permitivitas yang rendah
(kecepatan tinggi) dimana sangat
resistif sedangkan lapisan penutup
mempunyai permitivitas yang hampir
sama dikarenakan terstruktur dan
lempung yang telah membatu
sehingga menghasilkan kecepatan
tinggi (permitivitas rendah) sehingga
lapisan ini menjadi bersifat resistif
pernyataan ini ditunjang hasil
pengukuran geolistrik 2- D pada
lokasi ini dimana arus listrik tidak
dapat mencapai bidang batas atas
lapisan batubara dengan lapisan
antara dibawahnya karena sangat
resistif lapisan penutup. Kesimpulan
diatas berarti bahwa kecepatan
gelombang radar untuk frekuensi
antena diatas 100 MHz adalah tidak
tergantung pada frekuensi dan hanya
tergantung pada permitivitas listrik
dan permeabilitas magnetik dan ini
ditunjang hasil penelitian P.M.
Reppert et.al., 2000. Seperti pada
gambar 22. Disamping itu antena
yang diposisikan pada ketinggian
tertentu ternyata mempengaruhi
energi yang diradiasikan kebawah
permukaan.
Geolistrik 2-D dimana hasil
inversinya pada lokasi ini hanya
memendeterminasi batas lapisan
batubara dengan lapisan atas
(‘overburden’).
• Pada pengukuran singkapan batubara
dengan seam batubara yang
berundulasi dengan menggunakan
frekuensi antena 50 MHz dimana
secara umum, riil amplitudo masih
dapat mendeterminasi lapisan
‘overburden’ tetapi batas bawah
antara lapisan batubara dengan
‘interburden’ tidak terdefinisi. Pada
lokasi ini jelas lempung tidak
membatu dan tidak terkonsolidasi
(un-consolidated) sehingga jelas
pelemahan energi (ter-absorbsi)
terlihat pada ril amplitudo yang
melewati lapisan ini, tetapi energi
yang ditransmisikan masih cukup
tinggi sehingga masih dapat
menembus bidang batas antara
lapisan batubara dengan lapisan
dibawahnya (interburden). Sehingga
penggunaan ‘intantaneous phase’
masih dapat mendeterminasi dengan
jelas batas antara lapisan batubara
dengan ‘overburden’ maupun
‘interburden’. Hasil inversi geolistrik
2-D pada lokasi ini hanya
memberikan informasi lapisan
batubara secara sebagian
dikarenakan lapisan penutup
(‘overburden’) sangat konduktif
sehingga arus yang didistribusikan
kebawah tidak menghasilkan
informasi yang diinginkan.
5. KESIMPULAN
Dari hasil- hasil pengukuran
yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa GPR adalah metoda efektif
apabila konduktivitas lapisan disekitar
batubara adalah tinggi. Tetapi untuk
pengukuran lapisan batubara tanpa
lapisan penutup, maka GPR akan dapat
memberikan informasi ketebalan
maupun variasi kandungan air secara
baik dikarenakan lapisan batubara
bersifat resistif. Penggunaan akuisisi
GPR dengan posisi kedua antena
langsung diatas permukaan
pengukuran maka akan menghasilkan
Gambar 22. Kecepatan gelombang EM yang diplot sebagai fungsi
permitivitas listrik relative dengan resistivitas pada 50 ohm-m
response yang lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan posisi kedua
antena pada ketinggian tertentu diatas
permukaan yang akan diukur.
Keuntungan metoda GPR adalah dapat
menggunakan variasi frekuensi antena
untuk pengukuran.
Pengukuran dengan metoda
geolistrik secara umum dapat
mendefinisikan geometri lapisan
batubara terutama pada lapisan batubara
tidak ada lapisan penutup. Tetapi untuk
ada lapisan penutup metoda ini kurang
dapat mendeterminasi ketebalan lapisan
batubara, terutama untuk lapisan penutup
yang sangat tebal dan konduktip.
Metoda ini kurang dapat memberikan
informasi yang terkandung dilapisan
batubara terutama kandungan air, tetapi
informasi struktural dilapisan batubara
agak dapat didefinisikan walaupun tidak
jelas.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kerja yang telah dilakukan ini dibantu
oleh Laboratorium Fisika Bumi ITB dan
PT Tambang Batubara Bukit Asam serta
proyek Due-Like Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada,
Direksi PTBA, DR. Bagus Endar NH,
DR. Surono, Ir. Fajar, Aziz Koswara,
ST, Muslim Nugraha, Ssi, Karlan Ssi,
Yonathan Ssi dan seluruh yang
membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu dalam penyelesaian tulisan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Annan A.P., Waller W.M., Strangway
D.W., Rossiter J.R.,Redman J.P. and
Watts R.D. 1975. The electromagnetic
Response of a low-loss, 2-layer
dielectric earth for horizontal electric
dipole excitation, Geophysics 40, 286-
298.
Annan A.P., 2001. Ground Penetrating
Radar Workshop Notes, Sensors &
Software, Ontario, Canada.
David C.N. 1999. The directional
dependence of the ground penetrating
radar response on the accumulation
zones of temperate Alpine glacier, First
Break 17, 249-259.
Gestel J.V. and Stoffa P.L., 1999. Multi-
configuration ground penetrating radar
data. 69th
SEG meeting, Houston, USA,
Expanded Abstracts, 540-543.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003a. Determination
Study of Coal Seams Thickness by
Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd
IAGI and the 28th
HAGI Annual
Convention and Exhibition, Expanded
Abstracts.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003b. Estimation
Study of Total Moisture Variability in
Coal Seams Laterally by Using GPR
Method, JCJ 2003, The 32nd
IAGI and
the 28th
HAGI Annual Convention and
Exhibition, Expanded Abstracts.
Jol. H.M., 1995. Ground penetrating
radar antennae frequencies and
transmitter powers compared for
penetration depth, resolution and
reflection continuity, Geophysical
Prospecting 43, 693-709.
Lehman F., Boerner D.E., Holliger K.
and Green A.G. 2000. Multicomponent
georadar data : some important
implications for data acquisition and
processing. Geophysics 65, 1542-1552.
Miwa T., Sato M, and Niitsuma H. 1999.
Subsurface fracture measurement with
polarimetric borehole radar. IEEE
Transaction Geoscience and Remote
Sensing 37, 828-837.
Noon D.A., 1996. Stepped-frequency
radar design and signal processing
enhances ground penetrating radar
performance, Ph.D. diss, University of
Queensland.
Tjia M.O., 1997. Teori Elektrodinamika
Klasik, Departemen Fisika, FMIPA,
Institut Teknologi Bandung.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
Subiarto Manangin
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
oilandgas24
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
Inri Pata'dungan
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
Muhammad Arief
 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
fridolin bin stefanus
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
University of Hasanuddin
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
feronika purba
 
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisikaMakalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Raha, Sulawesi Tenggara, Indonesia
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
oilandgas24
 
Evaluasi cadangan itm
Evaluasi cadangan itmEvaluasi cadangan itm
Evaluasi cadangan itm
Nando Ltoruan
 
Tugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian iTugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian i
Samuel Exaudy Tondang
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
Teguh Efrianes
 
Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
permukaan bumi
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Fajar Perdana
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
Nurul Amalia
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Indra S Syafaat
 
Geologi struktur
Geologi strukturGeologi struktur
Geologi struktur
Adisontohang
 
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang PertambanganPertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Wachidatin N C
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Albert Tiar
 

Was ist angesagt? (20)

Metode gravity
Metode gravityMetode gravity
Metode gravity
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Tekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan bekuTekstur khusus batuan beku
Tekstur khusus batuan beku
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
 
Sistem Penambangan
Sistem PenambanganSistem Penambangan
Sistem Penambangan
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
Sni 13 4726-1998 klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan-
 
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisikaMakalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Evaluasi cadangan itm
Evaluasi cadangan itmEvaluasi cadangan itm
Evaluasi cadangan itm
 
Tugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian iTugas ganesa bahan galian i
Tugas ganesa bahan galian i
 
Klasifikasi RQD
Klasifikasi RQDKlasifikasi RQD
Klasifikasi RQD
 
Hitung cadangan
Hitung cadanganHitung cadangan
Hitung cadangan
 
Genesa Bahan Galian
Genesa Bahan GalianGenesa Bahan Galian
Genesa Bahan Galian
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
 
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiAlbum mineral praktikum mineral optik teknik geologi
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologi
 
Geologi struktur
Geologi strukturGeologi struktur
Geologi struktur
 
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang PertambanganPertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
Pertambangan : Aplikasi Survei Pemetaan Bidang Pertambangan
 
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di IndonesiaPembentukan Mineral Logam di Indonesia
Pembentukan Mineral Logam di Indonesia
 

Andere mochten auch

Post 2015 paris c limate conference politics on the internet manuela hartwig
Post 2015 paris c limate conference politics on the internet  manuela hartwigPost 2015 paris c limate conference politics on the internet  manuela hartwig
Post 2015 paris c limate conference politics on the internet manuela hartwig
Danube University Krems, Centre for E-Governance
 
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisiIts agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
a_agung_kartika
 
Rpp fluida statis
Rpp fluida statisRpp fluida statis
Rpp fluida statis
Nurismu Rizki
 
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Tu Nguyen
 
Emerging kerala 14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
Emerging kerala   14-night-life zone-at-uec-veli-tvmEmerging kerala   14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
Emerging kerala 14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
keralawatchnews
 
TrainingShowF
TrainingShowFTrainingShowF
TrainingShowF
Richard Lessard
 
08 ds and algorithm session_11
08 ds and algorithm session_1108 ds and algorithm session_11
08 ds and algorithm session_11
Niit Care
 
8 клас
8 клас8 клас
8 клас
dashootkagakh
 
Avl trees final
Avl trees finalAvl trees final
Avl trees final
PRAKASH RANJAN SINGH
 
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
PawanKumarDhoot
 
Details
DetailsDetails
Details
Alfie Simons
 
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
sumitbardhan
 
Portfolio
PortfolioPortfolio
Portfolio
Mulistudio
 
WATER SPORTS
WATER SPORTSWATER SPORTS
WATER SPORTS
Naaz Khan
 
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalanpenggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
robert tuba
 
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
SMA Negeri 9 KERINCI
 
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
SMA Negeri 9 KERINCI
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
Simon Patabang
 
DEEP FOUNDATION
DEEP FOUNDATIONDEEP FOUNDATION
DEEP FOUNDATION
aframawal
 
Portfolio_Siddhesh
Portfolio_SiddheshPortfolio_Siddhesh
Portfolio_Siddhesh
Siddhesh Patil
 

Andere mochten auch (20)

Post 2015 paris c limate conference politics on the internet manuela hartwig
Post 2015 paris c limate conference politics on the internet  manuela hartwigPost 2015 paris c limate conference politics on the internet  manuela hartwig
Post 2015 paris c limate conference politics on the internet manuela hartwig
 
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisiIts agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
Its agung-fstpt 11- safe riding campaign-revisi
 
Rpp fluida statis
Rpp fluida statisRpp fluida statis
Rpp fluida statis
 
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015
 
Emerging kerala 14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
Emerging kerala   14-night-life zone-at-uec-veli-tvmEmerging kerala   14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
Emerging kerala 14-night-life zone-at-uec-veli-tvm
 
TrainingShowF
TrainingShowFTrainingShowF
TrainingShowF
 
08 ds and algorithm session_11
08 ds and algorithm session_1108 ds and algorithm session_11
08 ds and algorithm session_11
 
8 клас
8 клас8 клас
8 клас
 
Avl trees final
Avl trees finalAvl trees final
Avl trees final
 
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"
 
Details
DetailsDetails
Details
 
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
358 33 powerpoint-slides_2-functions_chapter-2
 
Portfolio
PortfolioPortfolio
Portfolio
 
WATER SPORTS
WATER SPORTSWATER SPORTS
WATER SPORTS
 
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalanpenggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
 
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
UMPTN Fisika 1999 Rayon A Kode 53
 
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
UMPTN Fisika 2001 Rayon B Kode 150
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
 
DEEP FOUNDATION
DEEP FOUNDATIONDEEP FOUNDATION
DEEP FOUNDATION
 
Portfolio_Siddhesh
Portfolio_SiddheshPortfolio_Siddhesh
Portfolio_Siddhesh
 

Ähnlich wie Jurnal rekayasa 2_ft_3

Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiRidwan Tedjokusumo
 
Tugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjutTugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjut
Lidya Victoria Victoria
 
eksplorasi batubara
eksplorasi batubaraeksplorasi batubara
eksplorasi batubara
Fithriyani Fauziyyah
 
Jurnal rekayasa metode_geolistrik
Jurnal rekayasa metode_geolistrikJurnal rekayasa metode_geolistrik
Jurnal rekayasa metode_geolistrik
Eddy Ibrahim
 
Penyelidikan Geologi Teknik.pptx
Penyelidikan Geologi Teknik.pptxPenyelidikan Geologi Teknik.pptx
Penyelidikan Geologi Teknik.pptx
SusanApriliani1
 
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaMETODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
RanaWiratama3
 
Draft laporan
Draft laporanDraft laporan
Draft laporan
Astri Yunita
 
Mengolah data schlumberger
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumberger
Heri Adhari
 
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
Zulfadli .
 
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
rudyhendrawan
 
Presentasi radar
Presentasi radarPresentasi radar
Presentasi radar
Nurma Putri Tanadoang
 
13891716.ppt
13891716.ppt13891716.ppt
13891716.ppt
yusmanaydin2
 
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah PesisirRuang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Luhur Moekti Prayogo
 
Abstrak identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
Abstrak  identifikasi sinyal dan derau dari data gprAbstrak  identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
Abstrak identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
Eddy Ibrahim
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
R. Ferro Aviyanto
 
Bahan mengajar geolistrik 2013
Bahan mengajar geolistrik 2013Bahan mengajar geolistrik 2013
Bahan mengajar geolistrik 2013
UDIN MUHRUDIN
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
afifsalim12
 
Seminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fixSeminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fix
KamalFarobi
 
1h last exam
1h last exam1h last exam
1h last exam
tekat cahyono
 

Ähnlich wie Jurnal rekayasa 2_ft_3 (20)

Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasi
 
Tugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjutTugas eksplorasi lanjut
Tugas eksplorasi lanjut
 
eksplorasi batubara
eksplorasi batubaraeksplorasi batubara
eksplorasi batubara
 
Jurnal rekayasa metode_geolistrik
Jurnal rekayasa metode_geolistrikJurnal rekayasa metode_geolistrik
Jurnal rekayasa metode_geolistrik
 
Penyelidikan Geologi Teknik.pptx
Penyelidikan Geologi Teknik.pptxPenyelidikan Geologi Teknik.pptx
Penyelidikan Geologi Teknik.pptx
 
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisikaMETODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
METODE SEISMIK REFRAKSI dalam kuliah metode geofisika
 
Draft laporan
Draft laporanDraft laporan
Draft laporan
 
Mengolah data schlumberger
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumberger
 
163 308-1-sm
163 308-1-sm163 308-1-sm
163 308-1-sm
 
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...
 
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011
 
Presentasi radar
Presentasi radarPresentasi radar
Presentasi radar
 
13891716.ppt
13891716.ppt13891716.ppt
13891716.ppt
 
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah PesisirRuang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
Ruang Lingkup Hidrografi untuk Rekayasa Wilayah Pesisir
 
Abstrak identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
Abstrak  identifikasi sinyal dan derau dari data gprAbstrak  identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
Abstrak identifikasi sinyal dan derau dari data gpr
 
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
 
Bahan mengajar geolistrik 2013
Bahan mengajar geolistrik 2013Bahan mengajar geolistrik 2013
Bahan mengajar geolistrik 2013
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
Seminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fixSeminar kamal farobi fix
Seminar kamal farobi fix
 
1h last exam
1h last exam1h last exam
1h last exam
 

Kürzlich hochgeladen

Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
MarvinPatrick1
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 

Kürzlich hochgeladen (6)

Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 

Jurnal rekayasa 2_ft_3

  • 1. PENGGUNAAN METODA GPR DAN GEOLISTRIK PADA EKSPLORASI BATUBARA Eddy Ibrahim*) *) Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Prabumulih, OKI, Palembang, eddy_ibrahim@yahoo.com Sari Penggunaan metoda GPR dan geolistrik dalam eksplorasi batubara masih merupakan suatu hal yang baru. Dari beberapa pengukuran GPR yang dilakukan baik skala laboratorium maupun pada lokasi seam batubara yang reguler secara lateral, ‘dipping bed’ dan seam batubara yang berundulasi secara lateral dapat jelas dideterminasi geometri seam batubara dengan menggunakan analisa atribut sesaat (‘instantaneous attribute’) yaitu amplitudo sesaat dan fase sesaat, sedangkan ril amplitudo secara ‘partial’ dapat mendeterminasi anomali- anomali yang diduga merupakan variabilitas kandungan air dilapisan batubara. Untuk metoda geolistrik pengukuran yang dihasilkan dan pemrosesan berupa inversi 2-D, hanya dapat mendeterminasi struktural yaitu ketebalan lapisan batubara tanpa menghasilkan informasi lokal didalam lapisan batubara. Kata kunci : Seam batubara, dipping bed, atribut sesaat Abstract Application of GPR and Geoelectric methods in coal exploration still are a new matter, but from field experiments performed under controlled test conditions at laboratory scale and coal seams in place which is reguler laterally, ' dipping bed ' and coal seams which is irregular laterally, the GPR method can provide detailed informations about coal seams. There are two detailed information which were given in GPR records namely thickness and total moisture variations in coal seams laterally. The thickness of coal seam laterally is imaged clearly in instantaneous attribute analysis radar profiles. There are two instantaneous attribute which were used in the analysis namely, instantaneous amplitude and instantaneous phase. The real amplitude can provide anomalous locally while possibility is total moisture variation in coal seams laterally. Geoelectric is capable of providing thickness of coal seams laterally but cannot provide locally information in coal seams laterally. Keywords : Coal seam, dipping bed, instantaneous attribute
  • 2. 1. PENDAHULUAN GPR (ground penetrating radar) adalah metoda geofisika yang mengggunakan gelombang radio dengan rentang frekuensi 10 sampai 1000 MHZ dan umumnya digunakan untuk memetakan struktur dan bentuk- bentuk terpendam didalam tanah (atau di dalam struktur buatan manusia). Berdasarkan penggunaan awalnya, GPR adalah terutama difokuskan pada memetakan struktur didalam tanah; dan akhir – akhir ini GPR telah digunakan di dalam pengujian tidak bersifat merusak (NDT) pada struktur- struktur non- logam. Adapun perangkat pengukuran GPR dapat dilihat pada gambar 1. Konsep dari menerapkan gelombang radio untuk menyelidiki struktur didalam tanah tidaklah baru. Aplikasi yang sukses dari teknik ini, bagaimanapun, masih sangat baru. Keberhasilan awal dari penggunaan teknik ini adalah penggunaan gelombang radio untuk memetakan ketebalan dari lembaran es di Arctic/Kutub Utara dan Antarctic dan menduga ketebalan dari gletser. Penggunaan GPR di dalam lingkungan yang non- ice dimulai pada awal 1970. Awal penggunaan yang difokuskan pada penerapan tanah ‘permafrost’ ( Annan and Davis ( 1976)). Pentingnya pemahaman dari kemampuan dan kelemahan dari metoda ini menjadi semu, area aplikasi nya yang meluas seperti diuraikan oleh Davis dan Annan ( 1989) dan Scaife dan Annan ( 1991). Aplikasi di dalam area yang lain diuraikan oleh Morey ( 1974), Benson et al ( 1984) dan Ulriksen ( 1982). Pemanfaatan GPR dalam eksplorasi batubara secara khusus belum dilakukan, tetapi penggunaan yang bersifat temporal seperti usulan awal penggunaan GPR di batubara (Cook, 1975), pengaruh anisotropik batubara pada propagasi sinyal GPR atau polarisasi ( Balanis, et al. 1980; Coon. et al. 1981 ). Percobaan impulse GPR untuk mendeterminasi kemampuan refleksi sinyal pada lapisan batubara yang dalam (Coon, Fowler & Schafers, 1980). Pemetaan resolusi tinggi pada struktur batubara yang tipis dalam skala terbatas di tambang batubara ‘open cut’ (Noon & Longstaff, 1992). Dari beberapa percobaan maupun penelitian yang telah dilakukan penekanan pembahasannya lebih kearah peralatan maupun sebagai alat bantu dalam pelaksanaan operasi pertambangan seperti bagaimana merancang system dan pengoperasian unit GPR sehingga dapat menghasilkan citra yang lebih jelas tanpa melalui pemrosesan yang kompleks. Sedangkan dari sisi bantuan pengoperasian tambang lebih fakultatif seperti mendeterminasi volume batubara untuk dijadikan penyanggah (‘pillar’) pada tambang bawah tanah.
  • 3. Gambar 1. Perangkat pengukuran RAMAC/GPR buatan MALA Geoscience Swedia Sedangkan penggunaan metoda geolistrik dalam eksplorasi batubara juga tidak terlalu umum disebabkan karakteristik lapisan yang melingkupi ‘seam’ batubara juga keterbatasan informasi yang diperoleh yaitu resolusi sedangkan penetrasinya sendiri sangat tergantung dari sifat media yang dilaluinya. Perangkat pengukuran geolistrik dapat dilihat pada gambar 1a. Gambar 1a. Perangkat pengukuran geolistrik Naniura (home made) Tulisan ini secara singkat memberikan gambaran kedua metoda tersebut diatas didalam penentuan ketebalan lapisan batubara dimana jelas terlihat bahwa metoda GPR memiliki kemampuan yang Battery Control Unit Kabel Ukur Elektroda Ukur Antena Receiver Antena Transmitter Battery Control Unit PC Kabel serat optik
  • 4. lebih baik dibandingkan metoda geolistrik. 2. METODA 2.1. Metoda GPR Sebuah sistem GPR terdiri atas sebuah sinyal generator, antena transmitter, antena receiver, dan sebuah kontrol unit yang berfungsi sebagai administrator untuk pengambilan data, serta komputer yang berfungsi sebagai penyimpan data hasil akuisisi sekaligus sarana untuk melakukan pemrosesan data dan menampilkan hasil radargram yang diperoleh. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa elektromagnetik yang mempunyai frekuensi tinggi, sedangkan komputer dengan software akuisisinya berfungsi untuk memberikan perintah pada kontrol unit yang akan mengirimkan trigger pada antena transmitter dan antena receiver untuk melakukan proses penembakan sinyal dan perekaman sinyal, antena transmitter akan mengirimkam sinyal atau pulsa-pulsa elektromagnetik dan kemudian pulsa-pulsa yang terabsorbsi oleh bumi dan terpantulkan dalam domain waktu tertentu akan ditangkap oleh antena receiver, data pengukuran GPR yang diperoleh akan disimpan oleh kontrol unit untuk kemudian dikirim ke komputer (PC). Diagram skematik dari hubungan sistem dalam ground penetrating radar ditunjukan oleh gambar 2 berikut : Sistem GPR untuk akuisisinya dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu dikenal sebagai pendugaan refleksi (a), pendugaan kecepatan (b) dan transillumination (tomografi) (c). Cara ini dilukiskan di dalam gambar 3. Gambar 2. Cara pengoperasian perangkat GPR
  • 5. Pendugaan Refleksi (a) Pendugaan Kecepatan (b) Common- Midpoint (CMP) T R Reflector Trace 1 T R Reflector Trace 1 Reflector Reflector T 3 T 1 T 2 R 3 R 2 R 1 Trace 1 Trace n
  • 6. Pendugaan Kecepatan( b) Wide Angle Refraction And Reflection (WARR) Transillumination ( Tomography ) ( c ) Gambar 3. Ilustrasi ketiga cara akuisisi dasar dalam operasi GPR T R1 R2 R3 R4 R5 R3 R1T1 R4 R2
  • 7. Cara yang paling sering digunakan adalah single-fold (pendugaan refleksi ( a ) ) atau cara pengukuran ‘zero-offset’ adalah cara pengukuran yang menghasilkan profil refleksi yang ‘zero-offset’ yaitu profil yang dihasilkan berdasarkan posisi kedua antena GPR (antena pemancar (transmitter) dan antena penerima (receiver)) yang terpisah dengan jarak yang sama, sementara pengukuran dilakukan dengan spasi yang sama. Penggunaan cara ini hanya menghasilkan informasi struktur bawah permukaan bumi. Didalam penelitian ini cara tersebut digunakan baik untuk mendeterminasi geometri lapisan batubara maupun untuk mendapatkan informasi kandungan air total didalam lapisan batubara. 2.2. Metoda Geolistrik Prinsip dasar metoda ini adalah sebagai berikut : arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial untuk tiap jarak elektroda diukur dan dicatat melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengumpulan data berupa arus listrik yang diinjeksikan dan beda potensial yang dihasilkan dari variassi jarak elektroda arus dan elektroda potensial (faktor geometri) dapat diperoleh variasi harga tahanan jenis masing- masing lapisan dibawah titik ukur. Adapun ilustrasi pengukuran geolistrik 2-D dilapangan seperti gambar 4. Sistem akuisisi geolistrik 2-D yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara Wenner seperti gambar 5. Gambar 4. Ilustrasi cara akuisisi dasar dalam operasi geolistrik 2-D
  • 8. Gambar 5. Cara Wenner dalam operasi geolistrik 3. HASIL 3.1. Pengukuran Skala Laboratorium sampel batubara dengan GPR Untuk pengujian awal penggunaan GPR untuk batubara maka pelaksanaan akuisisi awal dilakukan dalam skala laboratorium yaitu sampel batubara (sub-bituminuous) dibawahnya dialasi dengan reflektor (seng) dilingkupi pasir dimasukkan dalam keranjang plastik (gambar 6) diukur menggunakan frekuensi antena 1 GHz dimana , keranjang plastik digunakan untuk mereduksi ‘noise ‘ lingkungan sedangkan untuk alat ukur (antena 1 GHz) dialasi dengan triplex 5 mm diposisikan diatas sampel batubara yang dilingkupi pasir pada ketinggian 15 cm ( gambar 7). Pengukuran ini dilakukan dialam terbuka didaerah lembang, jawa barat. Gambar 6. Sampel batubara Gambar 7. Skematik akuisisi 1 GHz (skala lab.) Pasir Pasir Triplex
  • 9. Adapun hasil pengukuran dalam skala laboratorium tersebut dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 7 sampel batubara yang diukur adalah sub-bituminous 3.2. Pengukuran Skala Lapangan lapisan batubara dengan GPR dan Geolistrik Untuk pelaksanaan akuisisi dalam skala lapangan dilakukan pada dua lokasi yaitu di tambang Air Laya dan tambang Banko PIT I, Bukit Asam, Tg. Enim, Sumatera Selatan, Indonesia ( Gambar 9 ). Adapun daerah terukur untuk tambang Air Laya telah ada data bor (gambar 10) dimana dari hasil informasi tersebut objek fisik yang diukur adalah batubara peringkat Bituminuous yaitu lapisan B2 sedangkan tambang Banko PIT I (informasi PTBA) adalah batubara peringkat Sub- Bituminuous. Survey GPR dan geolistrik untuk penyelidikan ini dilakukan pada tiga tempat untuk tambang Air Laya dan satu tempat untuk tambang Banko PIT I. 3.2.1. Lokasi tambang Air Laya Adapun penyelidikan di ketiga tempat untuk tambang Air Laya terletak pada satu formasi yaitu Suban seams, dimana peringkat batubaranya adalah Bituminuous. Untuk jelasnya sketsa lokasi seperti gambar 11. Pelaksanaan pengukuran ditiga tempat adalah sebagai berikut : • Singkapan batubara dibawahnya ada lapisan clay (‘interburden’) di lokasi A Adapun objek fisik berupa singkapan tersebut (gambar 12) yaitu ketebalan lapisan batubaranya adalah 2.5 M sedangkan lapisan dibawahnya ( interburden ) yaitu lempung tidak diukur ketebalannya dimana posisi kedua antenna pada saat pengukuran langsung diatas singkapan batubara. Adapun hasil akuisisi dengan menggunakan cara pendugaan refleksi yang telah diproses menggunakan software REFLEXW 3.0 dengan tahapan Coal
  • 10. spiking dekonvolusi, dewow, dc-shift, set-time zero , fk-filter, frekuensi filtering serta time to depth conversion dengan menggunakan kecepatan 0,135 m/ ns tergambarkan di dalam gambar 13. Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 9 Pengukuran geolistrik 2-D pada lokasi yang sama (‘A’) juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 12. Singkapan batubara dengan ketebalan lapisan 2.5 M Coal Interburden Coal Coal Interburden Coal Coal Interburden Interburden Kuat refleksi
  • 11. Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12 • Singkapan batubara miring dibawahnya ada lapisan clay (‘interburden’) di lokasi B Untuk lapisan batubara yang miring (‘dipping bed’) akuisisi juga dilakukan dengan cara (a ) pada lokasi yang berdekatan seperti pada gambar 12 dan 13 dimana posisi kedua antenna diatas singkapan batubara. Gambar 12. ‘Seam’ batubara miring Lokasi ukur Coal Interburden Coal Clay 23 0
  • 12. Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12 Akuisisi geolistrik 2-D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 14. Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12 Pengukuran yang dilakukan pada bentuk geometri lapisan yang terdiri dari lapisan lempung (‘overburden’), lapisan batubara dan lapisan lempung (‘interbuden’) yang secara lateral maupun vertikal menampakkan bentuk InterfaceCoal Coal Clay
  • 13. yang tidak rata dimana ketebalan lapisan atas (‘overburden’) adalah 2.6 M sedangkan lapisan batubaranya 4.35 M juga dilakukan dengan cara pendugaan refleksi dengan posisi kedua antenna 30 cm diatas singkapan batubara, Adapun gambar lokasi pengukuran dan hasilnya dengan panjang lintasan ukur adalah 7.2 M dapat dilihat pada gambar 15,16 dan 17. Gambar 16 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15 Gambar 15. Geometri lapisan yang diukur terdiri ‘overburden ( 2.6 M), lapisan batubara ( 4.35 M ) dan ‘interburden’ tidak diukur Overburden Coal Arah Ukur Coal Coal
  • 14. Gambar 17 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15 Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2- D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 18. Gambar 18 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15 Coal Overburden Coal Overburden
  • 15. Pengukuran yang dilakukan pada lapisan batubara yang secara lateral maupun vertikal menampakkan bentuk yang berundulasi dimana ketebalan lapisan atas (‘overburden’) adalah 3.9 M sedangkan lapisan batubaranya 5.20 M juga dilakukan dengan cara pendugaan refleksi dimana posisi kedua antenna langsung diatas singkapan. Adapun gambar lokasi pengukuran dan hasilnya dengan panjang lintasan ukur adalah 10 M dapat dilihat pada gambar 19 dan 20. Gambar 19 . Lapisan batubara yang berundulasi secara lateral Tebal ‘overburden’ : 3.9 M; “Coal seam” : 5.20 M Gambar 20 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19 Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2- D pada lokasi yang sama juga dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner, adapun hasil akuisisi dan inversinya dapat dilihat pada gambar 21. Arah Ukur Overburden Coal Interburden Overburden Coal Overburden Coal Interburden Interburden
  • 16. Gambar 21 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19 4. PEMBAHASAN Dari pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi antena yang berbeda yaitu : • Pengukuran dalam skala laboratorium dengan letak sampel batubara sub-bituminuous 15 cm dibawah permukaan serta posisi sampel ditegakkan (didalam keranjang plastik) menggunakan frekuensi antena 1 GHz jelas sekali dapat tercitrakan hampir sempurna terutama dengan penggunaan ‘instantaneous amplitude’. • Untuk singkapan batubara dengan ketebalan 2.5 meter menggunakan frekuensi antena 100 MHz dapat mendeterminasi dengan jelas ketebalan lapisan batubara dan terlihatnya kontras vertikal antara kedua lapisan dimana lapisan lempung menunjukkan nilai amplitudo yang rendah ( lihat scale bar ) terutama pada penggunaan ‘instantaneous amplitude’. Sedangkan pada amplitudo ril jelas terlihat adanya penguatan- penguatan nilai- nilai amplitudo secara lokal dimana diduga mencerminkan adanya variasi kandungan air di lapisan batubara. Penggunaan ‘ instantaneous phase’ tidak dilakukan pada singkapan ini karena secara riil amplitudo masih dapat dibedakan antara lapisan batubara dengan lapisan lempung. Untuk hasil inversi dengan menggunakan metoda geolistrik resistivitas jelas hanya dapat mendeterminasi ketebalan lapisan tanpa dapat memberikan informasi lokal yang ada dilapisan batubara. • Pengukuran ‘dipping bed’ singkapan dilakukan dengan menggunakan frekuensi antena 200 MHz dimana jelas terlihat profil kemiringan seam batubara terutama pada penggunaan ‘instantaneous phase’, jelas terlihat ‘sequence’ refleksi radar yang Coal Overburden
  • 17. menunjukkan pola- pola perlapisan baik pada batubara maupun lempung, dimana lempung jelas memperlihatkan pola- pola yang tidak teratur. Inversi geolistrik 2-D yang dihasilkan hanya dapat mendeterminasi struktur lapisan. • Pengukuran yang dilakukan pada geometri lapisan yaitu lapisan batu lempung (‘overburden’), lapisan batubara dan lapisan lempung dan pasir (‘interburden’) dengan menggunakan frekuensi antena 100 MHz, resolusinya kurang tajam untuk determinasi batas antara lapisan batubara dengan kedua lapisan yang melingkupinya disebabkan karena lapisan lempung sangat terstruktur (consolidated) sehingga energi yang dirambatkan ke lapisan batubara cukup rendah, sehingga determinasi batas bawah dengan lapisan ‘interburden’ kurang dapat didefinisikan. Determinasi batas kurang dapat dicerminkan baik riil amplitudo, maupun ‘instantaneous amplitude’ dan ‘intantaneous phase’. Kurang kontras pada riil amplitudo antara lapisan penutup (lapisan batu lempung keras dan kompak serta terstruktur) dan kurang terdefinisikan lagi antara lapisan batubara dengan lapisan antara yaitu interburden (lapisan lempung keras dan bercampur pasir) dikarenakan kurangnya perbedaan permitivitas yaitu lapisan batubara mempunyai permitivitas yang rendah (kecepatan tinggi) dimana sangat resistif sedangkan lapisan penutup mempunyai permitivitas yang hampir sama dikarenakan terstruktur dan lempung yang telah membatu sehingga menghasilkan kecepatan tinggi (permitivitas rendah) sehingga lapisan ini menjadi bersifat resistif pernyataan ini ditunjang hasil pengukuran geolistrik 2- D pada lokasi ini dimana arus listrik tidak dapat mencapai bidang batas atas lapisan batubara dengan lapisan antara dibawahnya karena sangat resistif lapisan penutup. Kesimpulan diatas berarti bahwa kecepatan gelombang radar untuk frekuensi antena diatas 100 MHz adalah tidak tergantung pada frekuensi dan hanya tergantung pada permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik dan ini ditunjang hasil penelitian P.M. Reppert et.al., 2000. Seperti pada gambar 22. Disamping itu antena yang diposisikan pada ketinggian tertentu ternyata mempengaruhi energi yang diradiasikan kebawah permukaan. Geolistrik 2-D dimana hasil inversinya pada lokasi ini hanya memendeterminasi batas lapisan batubara dengan lapisan atas (‘overburden’).
  • 18. • Pada pengukuran singkapan batubara dengan seam batubara yang berundulasi dengan menggunakan frekuensi antena 50 MHz dimana secara umum, riil amplitudo masih dapat mendeterminasi lapisan ‘overburden’ tetapi batas bawah antara lapisan batubara dengan ‘interburden’ tidak terdefinisi. Pada lokasi ini jelas lempung tidak membatu dan tidak terkonsolidasi (un-consolidated) sehingga jelas pelemahan energi (ter-absorbsi) terlihat pada ril amplitudo yang melewati lapisan ini, tetapi energi yang ditransmisikan masih cukup tinggi sehingga masih dapat menembus bidang batas antara lapisan batubara dengan lapisan dibawahnya (interburden). Sehingga penggunaan ‘intantaneous phase’ masih dapat mendeterminasi dengan jelas batas antara lapisan batubara dengan ‘overburden’ maupun ‘interburden’. Hasil inversi geolistrik 2-D pada lokasi ini hanya memberikan informasi lapisan batubara secara sebagian dikarenakan lapisan penutup (‘overburden’) sangat konduktif sehingga arus yang didistribusikan kebawah tidak menghasilkan informasi yang diinginkan. 5. KESIMPULAN Dari hasil- hasil pengukuran yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa GPR adalah metoda efektif apabila konduktivitas lapisan disekitar batubara adalah tinggi. Tetapi untuk pengukuran lapisan batubara tanpa lapisan penutup, maka GPR akan dapat memberikan informasi ketebalan maupun variasi kandungan air secara baik dikarenakan lapisan batubara bersifat resistif. Penggunaan akuisisi GPR dengan posisi kedua antena langsung diatas permukaan pengukuran maka akan menghasilkan Gambar 22. Kecepatan gelombang EM yang diplot sebagai fungsi permitivitas listrik relative dengan resistivitas pada 50 ohm-m
  • 19. response yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan posisi kedua antena pada ketinggian tertentu diatas permukaan yang akan diukur. Keuntungan metoda GPR adalah dapat menggunakan variasi frekuensi antena untuk pengukuran. Pengukuran dengan metoda geolistrik secara umum dapat mendefinisikan geometri lapisan batubara terutama pada lapisan batubara tidak ada lapisan penutup. Tetapi untuk ada lapisan penutup metoda ini kurang dapat mendeterminasi ketebalan lapisan batubara, terutama untuk lapisan penutup yang sangat tebal dan konduktip. Metoda ini kurang dapat memberikan informasi yang terkandung dilapisan batubara terutama kandungan air, tetapi informasi struktural dilapisan batubara agak dapat didefinisikan walaupun tidak jelas. UCAPAN TERIMAKASIH Kerja yang telah dilakukan ini dibantu oleh Laboratorium Fisika Bumi ITB dan PT Tambang Batubara Bukit Asam serta proyek Due-Like Universitas Sriwijaya. Kami mengucapkan terimakasih kepada, Direksi PTBA, DR. Bagus Endar NH, DR. Surono, Ir. Fajar, Aziz Koswara, ST, Muslim Nugraha, Ssi, Karlan Ssi, Yonathan Ssi dan seluruh yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam penyelesaian tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Annan A.P., Waller W.M., Strangway D.W., Rossiter J.R.,Redman J.P. and Watts R.D. 1975. The electromagnetic Response of a low-loss, 2-layer dielectric earth for horizontal electric dipole excitation, Geophysics 40, 286- 298. Annan A.P., 2001. Ground Penetrating Radar Workshop Notes, Sensors & Software, Ontario, Canada. David C.N. 1999. The directional dependence of the ground penetrating radar response on the accumulation zones of temperate Alpine glacier, First Break 17, 249-259. Gestel J.V. and Stoffa P.L., 1999. Multi- configuration ground penetrating radar data. 69th SEG meeting, Houston, USA, Expanded Abstracts, 540-543. Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G, Fauzi U, Islam S., 2003a. Determination Study of Coal Seams Thickness by Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI Annual Convention and Exhibition, Expanded Abstracts. Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G, Fauzi U, Islam S., 2003b. Estimation Study of Total Moisture Variability in Coal Seams Laterally by Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd IAGI and the 28th HAGI Annual Convention and Exhibition, Expanded Abstracts. Jol. H.M., 1995. Ground penetrating radar antennae frequencies and transmitter powers compared for penetration depth, resolution and reflection continuity, Geophysical Prospecting 43, 693-709. Lehman F., Boerner D.E., Holliger K. and Green A.G. 2000. Multicomponent georadar data : some important implications for data acquisition and processing. Geophysics 65, 1542-1552.
  • 20. Miwa T., Sato M, and Niitsuma H. 1999. Subsurface fracture measurement with polarimetric borehole radar. IEEE Transaction Geoscience and Remote Sensing 37, 828-837. Noon D.A., 1996. Stepped-frequency radar design and signal processing enhances ground penetrating radar performance, Ph.D. diss, University of Queensland. Tjia M.O., 1997. Teori Elektrodinamika Klasik, Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung.