1. Penelitian ini membandingkan penggunaan metode GPR dan geolistrik dalam menentukan geometri lapisan batubara.
2. Hasil uji coba skala laboratorium dan lapangan menunjukkan bahwa GPR mampu menentukan geometri lapisan batubara secara detail, termasuk ketebalan dan struktur yang miring, sedangkan geolistrik hanya dapat menentukan ketebalan lapisan secara kasar.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa GPR lebih ba
Teks tersebut membahas analisis eksplorasi pertambangan emas. Secara umum dibahas tentang pengertian emas dan proses eksplorasi pertambangan emas, yang meliputi metode geofisika, penginderaan jauh, dan geokimia untuk menemukan deposit emas.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan tekstur endapan mineral. Terdapat beberapa bentuk endapan bijih seperti tubuh bijih diskordan, konkordan, dan sebaran. Juga dibahas tekstur bijih seperti pengisian, penggantian, dan eksolusi yang dapat memberikan petunjuk tentang proses pembentukan bijih.
Teks tersebut membahas analisis eksplorasi pertambangan emas. Secara umum dibahas tentang pengertian emas dan proses eksplorasi pertambangan emas, yang meliputi metode geofisika, penginderaan jauh, dan geokimia untuk menemukan deposit emas.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan tekstur endapan mineral. Terdapat beberapa bentuk endapan bijih seperti tubuh bijih diskordan, konkordan, dan sebaran. Juga dibahas tekstur bijih seperti pengisian, penggantian, dan eksolusi yang dapat memberikan petunjuk tentang proses pembentukan bijih.
Metode geofisika gravitasi dapat digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan mengukur variasi percepatan gravitasi akibat variasi distribusi massa di bawah permukaan. Data gravitasi melalui serangkaian koreksi dan pemisahan antara anomali regional dan residual untuk diinterpretasikan secara kuantitatif dan kualitatif guna memperoleh informasi struktur geologi di bawah permukaan.
Dokumen ini menjelaskan berbagai tekstur khusus yang dapat diamati secara mikroskopis pada batuan beku, diantaranya tekstur myrmekitic, subophitic, coronas, intergranular, intersertal, hyalopilitic, trachytic, poikilitik, porfiritik, mikroporfiritik, ofitik, serta perthite dan antiperthite.
Pengolahan bahan galian adalah proses di mana bahan galian diolah untuk menghasilkan produk berharga dan tidak berharga tanpa mengubah sifat fisik atau kimia, menggunakan sifat fisika dan kimia mineral. Metalurgi melibatkan proses yang mengubah sifat fisik dan kimia logam, sedangkan pengolahan bahan galian tidak.
Dokumen tersebut merupakan draft bahan kuliah tentang Teknik Eksplorasi yang mencakup pengantar tentang tujuan dan materi kuliah serta metode eksplorasi yang ada. Topik utama yang dibahas antara lain proses konsentrasi bahan galian, tahapan kegiatan pertambangan termasuk eksplorasi, dan metode eksplorasi langsung dan tidak langsung seperti geologi, geofisika, dan geokimia.
Evaluasi cadangan adalah kajian teknis dan ekonomis untuk menilai kuantitas dan nilai ekonomis cadangan suatu sumberdaya mineral. Parameter utama meliputi tonase, kadar, ukuran, bentuk, dan lokasi endapan. Metode yang digunakan mencakup pemodelan karakteristik fisik seperti ukuran, bentuk, dan distribusi kadar berdasarkan sampling dan pemboran, serta estimasi cadangan menggunakan geostatistika.
Proses pembentukan endapan secara eksternal terdiri dari 5 bagian utama yaitu akumulasi mekanik, presipitasi sedimen, proses residual, pengayaan sekunder, dan ekshalasi vulkanik. Kelima proses tersebut saling berhubungan dan berperan dalam pembentukan konsentrasi mineral di lapisan bawah permukaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Genesa bahan galian membahas proses pembentukan endapan primer, sekunder, dan sedimenter serta jenis-jenis endapan tersebut seperti endapan magmatis, metasomatik kontak, hidrotermal, vulkanik, dan pegmatit.
Metoda magnetik mengukur variasi intensitas medan magnetik bumi akibat adanya variasi distribusi bahan magnetik di bawah permukaan. Pengukuran dilakukan di lapangan dan base menggunakan alat magnetometer dan SCINTREX. Data diolah untuk menafsirkan distribusi bahan magnetik dan geologi di bawah permukaan."
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika pada ekplorasi bumi yang digunakan untuk mencari akuifer didalam permukaan bumi. Metode seismik juga merupakan metode yang sangat sedikit digunakan bukan karena kekurangannya tetapi mahalnya alat-alatnya.
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
berisikan deskripsi mineral pada seri reaksi bowen secara mikroskopis, di peruntukan bagi mahasiswa yang butuh referensi untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mineral secara lebih detail yaitu dengan pengamatan menggunakan mikroskop. semoga membantu
Makalah ini membahas tentang jenis-jenis mineral logam dan proses pembentukannya serta potensi sumber daya mineral logam di Indonesia. Mineral logam terbentuk melalui proses geologi dalam waktu lama dan merupakan sumber daya tak terbarukan. Indonesia kaya akan sumber daya mineral logam seperti nikel, tembaga, emas, dan bauksit.
This document summarizes a presentation on the social media strategies of political institutions in Germany and Japan regarding environmental issues after the 2015 Paris Climate Conference. It finds that the German environmental ministry (BMUB) has a more active social media strategy than its Japanese counterpart, with more tweets engaging other accounts. The BMUB strategy aims to set the agenda, while Japanese officials do not alter strategies between media. Limitations and opportunities for further analysis are discussed.
Metode geofisika gravitasi dapat digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan mengukur variasi percepatan gravitasi akibat variasi distribusi massa di bawah permukaan. Data gravitasi melalui serangkaian koreksi dan pemisahan antara anomali regional dan residual untuk diinterpretasikan secara kuantitatif dan kualitatif guna memperoleh informasi struktur geologi di bawah permukaan.
Dokumen ini menjelaskan berbagai tekstur khusus yang dapat diamati secara mikroskopis pada batuan beku, diantaranya tekstur myrmekitic, subophitic, coronas, intergranular, intersertal, hyalopilitic, trachytic, poikilitik, porfiritik, mikroporfiritik, ofitik, serta perthite dan antiperthite.
Pengolahan bahan galian adalah proses di mana bahan galian diolah untuk menghasilkan produk berharga dan tidak berharga tanpa mengubah sifat fisik atau kimia, menggunakan sifat fisika dan kimia mineral. Metalurgi melibatkan proses yang mengubah sifat fisik dan kimia logam, sedangkan pengolahan bahan galian tidak.
Dokumen tersebut merupakan draft bahan kuliah tentang Teknik Eksplorasi yang mencakup pengantar tentang tujuan dan materi kuliah serta metode eksplorasi yang ada. Topik utama yang dibahas antara lain proses konsentrasi bahan galian, tahapan kegiatan pertambangan termasuk eksplorasi, dan metode eksplorasi langsung dan tidak langsung seperti geologi, geofisika, dan geokimia.
Evaluasi cadangan adalah kajian teknis dan ekonomis untuk menilai kuantitas dan nilai ekonomis cadangan suatu sumberdaya mineral. Parameter utama meliputi tonase, kadar, ukuran, bentuk, dan lokasi endapan. Metode yang digunakan mencakup pemodelan karakteristik fisik seperti ukuran, bentuk, dan distribusi kadar berdasarkan sampling dan pemboran, serta estimasi cadangan menggunakan geostatistika.
Proses pembentukan endapan secara eksternal terdiri dari 5 bagian utama yaitu akumulasi mekanik, presipitasi sedimen, proses residual, pengayaan sekunder, dan ekshalasi vulkanik. Kelima proses tersebut saling berhubungan dan berperan dalam pembentukan konsentrasi mineral di lapisan bawah permukaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Genesa bahan galian membahas proses pembentukan endapan primer, sekunder, dan sedimenter serta jenis-jenis endapan tersebut seperti endapan magmatis, metasomatik kontak, hidrotermal, vulkanik, dan pegmatit.
Metoda magnetik mengukur variasi intensitas medan magnetik bumi akibat adanya variasi distribusi bahan magnetik di bawah permukaan. Pengukuran dilakukan di lapangan dan base menggunakan alat magnetometer dan SCINTREX. Data diolah untuk menafsirkan distribusi bahan magnetik dan geologi di bawah permukaan."
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika pada ekplorasi bumi yang digunakan untuk mencari akuifer didalam permukaan bumi. Metode seismik juga merupakan metode yang sangat sedikit digunakan bukan karena kekurangannya tetapi mahalnya alat-alatnya.
Album mineral praktikum mineral optik teknik geologiIndra S Syafaat
berisikan deskripsi mineral pada seri reaksi bowen secara mikroskopis, di peruntukan bagi mahasiswa yang butuh referensi untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mineral secara lebih detail yaitu dengan pengamatan menggunakan mikroskop. semoga membantu
Makalah ini membahas tentang jenis-jenis mineral logam dan proses pembentukannya serta potensi sumber daya mineral logam di Indonesia. Mineral logam terbentuk melalui proses geologi dalam waktu lama dan merupakan sumber daya tak terbarukan. Indonesia kaya akan sumber daya mineral logam seperti nikel, tembaga, emas, dan bauksit.
This document summarizes a presentation on the social media strategies of political institutions in Germany and Japan regarding environmental issues after the 2015 Paris Climate Conference. It finds that the German environmental ministry (BMUB) has a more active social media strategy than its Japanese counterpart, with more tweets engaging other accounts. The BMUB strategy aims to set the agenda, while Japanese officials do not alter strategies between media. Limitations and opportunities for further analysis are discussed.
Economics Honors Paper - Tu Nguyen - 2015Tu Nguyen
This document is a thesis presented by Tu Nguyen to the Department of Economics at Randolph College in partial fulfillment of a Bachelor of Arts degree with Honors. The thesis attempts to explain the causes of the recent housing bubble in the United States using both economic and psychological theories. Through a literature review and empirical analysis using a housing bubble index and regression models, the study finds that government housing subsidies and media coverage were significant determinants of the housing bubble.
Emerging kerala 14-night-life zone-at-uec-veli-tvmkeralawatchnews
The document provides a project profile for developing a Night Life Zone at an Urban Entertainment Centre in Veli, Kerala. It details plans to develop an 18-acre site into an integrated tourism destination with entertainment, commercial, and accommodation components. Specifically, it outlines plans for a 40,000 square foot Night Life Zone on the roof of a proposed Family Entertainment Centre within the development, with an estimated cost to investors of Rs. 20 Crore. The project aims to leverage the location's proximity to the airport and city to attract tourists and businesses.
This document summarizes an individual's experience providing training sessions for a global product. It details coordinating logistics for two annual trainings at the factory as well as regional sessions in Asia and Europe. Presentation materials were created using design software and an online portal was established for documentation. Examples of successful training events are provided for European, Asian, and factory sessions spanning 2003-2012 in locations like Poland, Singapore, and Massachusetts.
The document discusses implementing a queue using an array to store customer requests at a bank in the order they arrive. Key points:
- A queue is a First-In First-Out (FIFO) data structure where elements are inserted at the rear and deleted from the front.
- An array can represent a queue, using indexes to track the rear (for insertion) and front (for deletion) positions.
- The algorithm inserts elements by incrementing the rear index, storing at that position, and handles empty/full queue cases.
- Elements are served from the queue in the order they were added, mimicking a real bank queue.
The document discusses AVL trees, which are self-balancing binary search trees. It provides information on AVL tree operations like insertion and deletion of nodes. Insertion may cause imbalance, requiring rotation operations like single, double, left, or right rotations to rebalance the tree. Deletion is similar but can require propagating rotations upward to restore balance. AVL trees provide O(log n) time for operations by staying balanced through rebalancing rotations after inserts and deletes.
Pawan Kumar Dhoot support "Pradhan mantri awas yojana"PawanKumarDhoot
Dhoot Group is a Kolkata based conglomerate and is amongst leading real estate groups with pan India presence. Under the guidance of Mr. Pawan Kumar Dhoot, the group has been actively working to promote Pradhan Mantri Awas Yojana.
The document provides construction details for a multi-story office and retail building including:
1) Details for the roof structure showing connections between steel beams and columns as well as eaves and drainage details.
2) A detail showing the connection between curtain walling and rainscreen cladding on the 8th floor.
3) Details for the ground floor including load bearing wall connections to curtain walling and fire door head, sill, and jamb details.
4) A detail showing the connection between the building's cavity drainage system and adjacent pavement.
5) A detail of the cavity drainage system for the lower basement level.
The document discusses functions in C programming. It defines functions as segments of code that perform well-defined tasks. Functions break up programs into smaller, more manageable parts. A function is called by another function, known as the calling function. When called, the program control jumps to the called function, executes its code, then returns control to the calling function. Functions make programs easier to understand, code, test and maintain. They also allow for code reusability through pre-written library functions. The document covers function declaration, definition, calling, parameters, return values, scope, and recursion.
This document outlines an architecture portfolio including thesis projects and professional work. It describes a proposed baseball stadium for Washington D.C., a proposed African American cultural center in Washington D.C., professional work for Blue Chair Design including a project in Silver Spring, Maryland, and professional projects completed for Deyaar Development in Dubai including residential and office towers with floor plans and perspectives.
There are several different types of water sports described in the document. Some of the main ones include swimming, which can be individual or team based and is an Olympic sport, spear fishing which has been practiced for millennia as a method for fishing, and water polo which is a team sport played in deep water where teams try to score goals by throwing the ball into their opponent's goal. Other water sports mentioned include jet skiing, surfing, yacht racing, and underwater football.
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalanrobert tuba
Modul ini membahas penggunaan geosintetik pada konstruksi jalan untuk meningkatkan stabilitas tanah dasar dan mendistribusikan beban lalu lintas. Geosintetik berfungsi sebagai separator, stabilisator, dan perkuat lapisan permukaan pada jalan tanpa perkerasan maupun jalan dengan perkerasan."
Deep foundations are used when the bearing stratum is located at a significant depth below the surface. The most common types of deep foundations are pile foundations, cofferdams, and caisson foundations. Pile foundations support structures using vertical piles that transfer loads either through end bearing or skin friction. Piles can be made of timber, concrete, steel, or a composite. Cofferdams are temporary structures used to exclude water from a construction site to allow work below the water level. Common types include earthfill, rockfill, single-walled, and cellular cofferdams. Caissons are watertight structures that become part of the permanent foundation. Types are open caissons, box caissons
Siddhesh Namdev Patil has included his educational qualifications which include a B.E. in Automobile Engineering from Mumbai University and a PGP in Product & Tool Design from MIT Skills, Pune. He also lists software skills in CAD programs including CATIA V5, CREO 2.0, UG-NX 7.5, SOLIDWORKS 2010, ALIAS 2014, and ANSYS 2014. His portfolio includes 3D models and assemblies created using these software skills ranging from a keyboard and mouse to a car seat and engine assemblies.
Dokumen tersebut membahas 3 topik utama:
1) Pengertian dan metode seismik gravity, seismik magnetik, dan logging untuk eksplorasi sumber daya bawah tanah termasuk air tanah dan minyak.
2) Metode logging khususnya untuk mengambil data formasi dan kondisi sumur minyak serta air tanah.
3) Proses pembentukan minyak dan gas alam, serta metode eksplorasi minyak meliputi pemetaan, eksplor
Makalah ini membahas tentang aplikasi remote sensing dalam kegiatan eksplorasi batubara. Citra satelit Landsat 7 ETM+ dan data DEM SRTM digunakan untuk mengidentifikasi lokasi potensi tambang batubara secara visual berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti pola, bentuk, dan tekstur permukaan tanah.
Dokumen tersebut membahas metode geolistrik Schlumberger untuk mengeksplorasi kondisi bawah permukaan tanah dengan mengukur resistivitas lapisan tanah. Metode ini melibatkan penginjeksian arus listrik ke tanah menggunakan dua elektroda dan pengukuran tegangan listrik menggunakan dua elektroda lainnya. Pengukuran resistivitas dilakukan pada berbagai jarak elektroda untuk memetakan variasi resistivitas tanah secara vert
CSAMT Method in Identification of Subsurface Resistivity Anomaly at Ujung Lem...Zulfadli .
Penelitian menggunakan metode CSAMT untuk mengidentifikasi anomali resistivitas di bawah permukaan Tapak Ujung Lemahabang, Jepara. Hasilnya menunjukkan adanya tiga obyek anomali resistivitas dominan dengan kedalaman 100 m, 375-500 m, dan 200-500 m yang memiliki resistivitas tinggi 100 ohm, 300-1000 ohm, dan 300-1000 ohm. Pemodelan 3D menunjukkan kemungkinan keterkaitan antara dua obyek anomali
Optimasi spasi pemboran endapan batubara dengan pendekatan geostatistik 2011rudyhendrawan
Optimasi Spasi Pemboran Eksplorasi Pada Endapan Batubara dengan Pendekatan Geostatistik, Studi Kasus Batubara Formasi Warukin Kalimantan Selatan; Mohamad Nur Heriawan1, Rudy Hendrawan Noor2, dan Syafrizal1
Radar dapat digunakan untuk pemetaan terumbu karang karena mampu membedakan pantulan gelombang antara permukaan laut dan terumbu karang. Penelitian menguji kemampuan citra SAR/RADARSAT-1 untuk mendeteksi terumbu di Costa dos Corais, Brasil dengan melakukan filtering, segmentasi, klasifikasi citra dan evaluasi akurasi. Hasilnya menunjukkan citra SAR mampu mendeteksi terumbu karang dengan akurasi 87,2% setelah
Dokumen tersebut membahas ruang lingkup hidrografi dan rekayasa wilayah pesisir. Hidrografi meliputi survei batimetri untuk memetakan bentuk dasar perairan, serta sifat fisis air seperti temperatur, salinitas, dan densitas. Rekayasa pesisir membahas berbagai bangunan seperti groin, jetty, dan breakwater untuk mengendalikan proses pantai serta transportasi sedimen.
Dokumen ini membahas mengenai penggunaan metode geolistrik tahanan jenis untuk mengetahui kondisi bawah permukaan. Secara garis besar dijelaskan mengenai instrumentasi resistivity meter, prosedur pengukuran di lapangan menggunakan berbagai konfigurasi elektroda, serta interpretasi hasil pengukuran untuk mengetahui sifat litologi bawah tanah.
Dokumen tersebut membahas tentang survei non destruktif pada bangunan dengan menggunakan beberapa teknik seperti gelombang elektromagnetik, gelombang suara, dan indera hewan dan manusia untuk mendeteksi kerusakan pada bagian bangunan yang tertutup tanpa merusak struktur bangunan.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
Jurnal rekayasa 2_ft_3
1. PENGGUNAAN METODA GPR DAN GEOLISTRIK
PADA EKSPLORASI BATUBARA
Eddy Ibrahim*)
*)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya,
Jalan Raya Prabumulih, OKI, Palembang, eddy_ibrahim@yahoo.com
Sari
Penggunaan metoda GPR dan geolistrik dalam eksplorasi batubara masih
merupakan suatu hal yang baru. Dari beberapa pengukuran GPR yang dilakukan baik
skala laboratorium maupun pada lokasi seam batubara yang reguler secara lateral,
‘dipping bed’ dan seam batubara yang berundulasi secara lateral dapat jelas dideterminasi
geometri seam batubara dengan menggunakan analisa atribut sesaat (‘instantaneous
attribute’) yaitu amplitudo sesaat dan fase sesaat, sedangkan ril amplitudo secara ‘partial’
dapat mendeterminasi anomali- anomali yang diduga merupakan variabilitas kandungan
air dilapisan batubara. Untuk metoda geolistrik pengukuran yang dihasilkan dan
pemrosesan berupa inversi 2-D, hanya dapat mendeterminasi struktural yaitu ketebalan
lapisan batubara tanpa menghasilkan informasi lokal didalam lapisan batubara.
Kata kunci : Seam batubara, dipping bed, atribut sesaat
Abstract
Application of GPR and Geoelectric methods in coal exploration still are a new
matter, but from field experiments performed under controlled test conditions at
laboratory scale and coal seams in place which is reguler laterally, ' dipping bed ' and coal
seams which is irregular laterally, the GPR method can provide detailed informations
about coal seams. There are two detailed information which were given in GPR records
namely thickness and total moisture variations in coal seams laterally. The thickness of
coal seam laterally is imaged clearly in instantaneous attribute analysis radar profiles.
There are two instantaneous attribute which were used in the analysis namely,
instantaneous amplitude and instantaneous phase. The real amplitude can provide
anomalous locally while possibility is total moisture variation in coal seams laterally.
Geoelectric is capable of providing thickness of coal seams laterally but cannot provide
locally information in coal seams laterally.
Keywords : Coal seam, dipping bed, instantaneous attribute
2. 1. PENDAHULUAN
GPR (ground penetrating radar)
adalah metoda geofisika yang
mengggunakan gelombang radio dengan
rentang frekuensi 10 sampai 1000 MHZ
dan umumnya digunakan untuk
memetakan struktur dan bentuk- bentuk
terpendam didalam tanah (atau di dalam
struktur buatan manusia). Berdasarkan
penggunaan awalnya, GPR adalah
terutama difokuskan pada memetakan
struktur didalam tanah; dan akhir – akhir
ini GPR telah digunakan di dalam
pengujian tidak bersifat merusak (NDT)
pada struktur- struktur non- logam.
Adapun perangkat pengukuran GPR
dapat dilihat pada gambar 1.
Konsep dari menerapkan
gelombang radio untuk menyelidiki
struktur didalam tanah tidaklah baru.
Aplikasi yang sukses dari teknik ini,
bagaimanapun, masih sangat baru.
Keberhasilan awal dari penggunaan
teknik ini adalah penggunaan gelombang
radio untuk memetakan ketebalan dari
lembaran es di Arctic/Kutub Utara dan
Antarctic dan menduga ketebalan dari
gletser.
Penggunaan GPR di dalam
lingkungan yang non- ice dimulai pada
awal 1970. Awal penggunaan yang
difokuskan pada penerapan tanah
‘permafrost’ ( Annan and Davis ( 1976)).
Pentingnya pemahaman dari kemampuan
dan kelemahan dari metoda ini menjadi
semu, area aplikasi nya yang meluas
seperti diuraikan oleh Davis dan Annan (
1989) dan Scaife dan Annan ( 1991).
Aplikasi di dalam area yang lain
diuraikan oleh Morey ( 1974), Benson et
al ( 1984) dan Ulriksen ( 1982).
Pemanfaatan GPR dalam
eksplorasi batubara secara khusus belum
dilakukan, tetapi penggunaan yang
bersifat temporal seperti usulan awal
penggunaan GPR di batubara (Cook,
1975), pengaruh anisotropik batubara
pada propagasi sinyal GPR atau
polarisasi ( Balanis, et al. 1980; Coon. et
al. 1981 ). Percobaan impulse GPR
untuk mendeterminasi kemampuan
refleksi sinyal pada lapisan batubara
yang dalam (Coon, Fowler & Schafers,
1980). Pemetaan resolusi tinggi pada
struktur batubara yang tipis dalam skala
terbatas di tambang batubara ‘open cut’
(Noon & Longstaff, 1992). Dari
beberapa percobaan maupun penelitian
yang telah dilakukan penekanan
pembahasannya lebih kearah peralatan
maupun sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan operasi pertambangan
seperti bagaimana merancang system
dan pengoperasian unit GPR sehingga
dapat menghasilkan citra yang lebih jelas
tanpa melalui pemrosesan yang
kompleks. Sedangkan dari sisi bantuan
pengoperasian tambang lebih fakultatif
seperti mendeterminasi volume batubara
untuk dijadikan penyanggah (‘pillar’)
pada tambang bawah tanah.
3. Gambar 1. Perangkat pengukuran RAMAC/GPR
buatan MALA Geoscience Swedia
Sedangkan penggunaan metoda
geolistrik dalam eksplorasi batubara juga
tidak terlalu umum disebabkan
karakteristik lapisan yang melingkupi
‘seam’ batubara juga keterbatasan
informasi yang diperoleh yaitu resolusi
sedangkan penetrasinya sendiri sangat
tergantung dari sifat media yang
dilaluinya. Perangkat pengukuran
geolistrik dapat dilihat pada gambar 1a.
Gambar 1a. Perangkat pengukuran geolistrik Naniura (home made)
Tulisan ini secara singkat memberikan
gambaran kedua metoda tersebut diatas
didalam penentuan ketebalan lapisan
batubara dimana jelas terlihat bahwa
metoda GPR memiliki kemampuan yang
Battery
Control Unit
Kabel Ukur
Elektroda
Ukur
Antena Receiver
Antena Transmitter
Battery
Control Unit
PC
Kabel serat optik
4. lebih baik dibandingkan metoda
geolistrik.
2. METODA
2.1. Metoda GPR
Sebuah sistem GPR terdiri atas
sebuah sinyal generator, antena
transmitter, antena receiver, dan sebuah
kontrol unit yang berfungsi sebagai
administrator untuk pengambilan data,
serta komputer yang berfungsi sebagai
penyimpan data hasil akuisisi sekaligus
sarana untuk melakukan pemrosesan
data dan menampilkan hasil radargram
yang diperoleh. Signal radar
ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa
elektromagnetik yang mempunyai
frekuensi tinggi, sedangkan komputer
dengan software akuisisinya berfungsi
untuk memberikan perintah pada kontrol
unit yang akan mengirimkan trigger pada
antena transmitter dan antena receiver
untuk melakukan proses penembakan
sinyal dan perekaman sinyal, antena
transmitter akan mengirimkam sinyal
atau pulsa-pulsa elektromagnetik dan
kemudian pulsa-pulsa yang terabsorbsi
oleh bumi dan terpantulkan dalam
domain waktu tertentu akan ditangkap
oleh antena receiver, data pengukuran
GPR yang diperoleh akan disimpan oleh
kontrol unit untuk kemudian dikirim ke
komputer (PC).
Diagram skematik dari hubungan
sistem dalam ground penetrating radar
ditunjukan oleh gambar 2 berikut :
Sistem GPR untuk akuisisinya
dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu
dikenal sebagai pendugaan refleksi (a),
pendugaan kecepatan (b) dan
transillumination (tomografi) (c). Cara
ini dilukiskan di dalam gambar 3.
Gambar 2. Cara pengoperasian perangkat GPR
5. Pendugaan Refleksi (a)
Pendugaan Kecepatan (b)
Common- Midpoint (CMP)
T R
Reflector
Trace
1
T R
Reflector
Trace
1
Reflector Reflector
T
3
T
1
T
2
R
3
R
2
R
1
Trace
1
Trace
n
6. Pendugaan Kecepatan( b)
Wide Angle Refraction And Reflection (WARR)
Transillumination ( Tomography ) ( c )
Gambar 3. Ilustrasi ketiga cara akuisisi dasar dalam operasi GPR
T R1 R2 R3 R4
R5
R3
R1T1
R4
R2
7. Cara yang paling sering
digunakan adalah single-fold (pendugaan
refleksi ( a ) ) atau cara pengukuran
‘zero-offset’ adalah cara pengukuran
yang menghasilkan profil refleksi yang
‘zero-offset’ yaitu profil yang dihasilkan
berdasarkan posisi kedua antena GPR
(antena pemancar (transmitter) dan
antena penerima (receiver)) yang
terpisah dengan jarak yang sama,
sementara pengukuran dilakukan dengan
spasi yang sama. Penggunaan cara ini
hanya menghasilkan informasi struktur
bawah permukaan bumi. Didalam
penelitian ini cara tersebut digunakan
baik untuk mendeterminasi geometri
lapisan batubara maupun untuk
mendapatkan informasi kandungan air
total didalam lapisan batubara.
2.2. Metoda Geolistrik
Prinsip dasar metoda ini adalah
sebagai berikut : arus listrik diinjeksikan
kedalam bumi melalui dua elektroda
arus, kemudian beda potensial untuk tiap
jarak elektroda diukur dan dicatat
melalui dua elektroda potensial. Dari
hasil pengumpulan data berupa arus
listrik yang diinjeksikan dan beda
potensial yang dihasilkan dari variassi
jarak elektroda arus dan elektroda
potensial (faktor geometri) dapat
diperoleh variasi harga tahanan jenis
masing- masing lapisan dibawah titik
ukur.
Adapun ilustrasi pengukuran
geolistrik 2-D dilapangan seperti gambar
4.
Sistem akuisisi geolistrik 2-D
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cara Wenner seperti gambar 5.
Gambar 4. Ilustrasi cara akuisisi dasar dalam operasi
geolistrik 2-D
8. Gambar 5. Cara Wenner dalam operasi geolistrik
3. HASIL
3.1. Pengukuran Skala Laboratorium
sampel batubara dengan GPR
Untuk pengujian awal
penggunaan GPR untuk batubara maka
pelaksanaan akuisisi awal dilakukan
dalam skala laboratorium yaitu sampel
batubara (sub-bituminuous) dibawahnya
dialasi dengan reflektor (seng)
dilingkupi pasir dimasukkan dalam
keranjang plastik (gambar 6) diukur
menggunakan frekuensi antena 1 GHz
dimana , keranjang plastik digunakan
untuk mereduksi ‘noise ‘ lingkungan
sedangkan untuk alat ukur (antena 1
GHz) dialasi dengan triplex 5 mm
diposisikan diatas sampel batubara yang
dilingkupi pasir pada ketinggian 15 cm
( gambar 7). Pengukuran ini dilakukan
dialam terbuka didaerah lembang, jawa
barat.
Gambar 6. Sampel batubara Gambar 7. Skematik akuisisi
1 GHz (skala lab.)
Pasir
Pasir Triplex
9. Adapun hasil pengukuran dalam
skala laboratorium tersebut dapat dilihat
pada gambar 8.
Gambar 8 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 7
sampel batubara yang diukur adalah sub-bituminous
3.2. Pengukuran Skala Lapangan
lapisan batubara dengan GPR
dan Geolistrik
Untuk pelaksanaan akuisisi
dalam skala lapangan dilakukan pada
dua lokasi yaitu di tambang Air Laya
dan tambang Banko PIT I, Bukit Asam,
Tg. Enim, Sumatera Selatan, Indonesia
( Gambar 9 ). Adapun daerah terukur
untuk tambang Air Laya telah ada data
bor (gambar 10) dimana dari hasil
informasi tersebut objek fisik yang
diukur adalah batubara peringkat
Bituminuous yaitu lapisan B2 sedangkan
tambang Banko PIT I (informasi PTBA)
adalah batubara peringkat Sub-
Bituminuous. Survey GPR dan geolistrik
untuk penyelidikan ini dilakukan pada
tiga tempat untuk tambang Air Laya dan
satu tempat untuk tambang Banko PIT I.
3.2.1. Lokasi tambang Air Laya
Adapun penyelidikan di ketiga
tempat untuk tambang Air Laya terletak
pada satu formasi yaitu Suban seams,
dimana peringkat batubaranya adalah
Bituminuous. Untuk jelasnya sketsa
lokasi seperti gambar 11. Pelaksanaan
pengukuran ditiga tempat adalah sebagai
berikut :
• Singkapan batubara dibawahnya ada
lapisan clay (‘interburden’) di lokasi
A
Adapun objek fisik berupa
singkapan tersebut (gambar 12) yaitu
ketebalan lapisan batubaranya adalah 2.5
M sedangkan lapisan dibawahnya
( interburden ) yaitu lempung tidak
diukur ketebalannya dimana posisi
kedua antenna pada saat pengukuran
langsung diatas singkapan batubara.
Adapun hasil akuisisi dengan
menggunakan cara pendugaan refleksi
yang telah diproses menggunakan
software REFLEXW 3.0 dengan tahapan
Coal
10. spiking dekonvolusi, dewow, dc-shift,
set-time zero , fk-filter, frekuensi
filtering serta time to depth conversion
dengan menggunakan kecepatan 0,135
m/ ns tergambarkan di dalam gambar 13.
Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 9
Pengukuran geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama (‘A’) juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 12. Singkapan batubara dengan ketebalan lapisan 2.5 M
Coal
Interburden
Coal
Coal
Interburden
Coal
Coal
Interburden
Interburden
Kuat refleksi
11. Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
• Singkapan batubara miring
dibawahnya ada lapisan clay
(‘interburden’) di lokasi B
Untuk lapisan batubara yang
miring (‘dipping bed’) akuisisi juga
dilakukan dengan cara (a ) pada lokasi
yang berdekatan seperti pada gambar 12
dan 13 dimana posisi kedua antenna
diatas singkapan batubara.
Gambar 12. ‘Seam’ batubara miring
Lokasi ukur
Coal
Interburden
Coal
Clay
23 0
12. Gambar 13 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
Akuisisi geolistrik 2-D pada
lokasi yang sama juga dilakukan dengan
menggunakan konfigurasi Wenner,
adapun hasil akuisisi dan inversinya
dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 12
Pengukuran yang dilakukan pada bentuk
geometri lapisan yang terdiri dari lapisan
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung
(‘interbuden’) yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
InterfaceCoal
Coal
Clay
13. yang tidak rata dimana ketebalan lapisan
atas (‘overburden’) adalah 2.6 M
sedangkan lapisan batubaranya 4.35 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dengan posisi kedua antenna 30
cm diatas singkapan batubara, Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang
lintasan ukur adalah 7.2 M dapat dilihat
pada gambar 15,16 dan 17.
Gambar 16 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Gambar 15. Geometri lapisan yang diukur terdiri
‘overburden ( 2.6 M), lapisan batubara
( 4.35 M ) dan ‘interburden’ tidak diukur
Overburden
Coal
Arah Ukur
Coal
Coal
14. Gambar 17 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 15
Coal
Overburden
Coal
Overburden
15. Pengukuran yang dilakukan pada
lapisan batubara yang secara lateral
maupun vertikal menampakkan bentuk
yang berundulasi dimana ketebalan
lapisan atas (‘overburden’) adalah 3.9 M
sedangkan lapisan batubaranya 5.20 M
juga dilakukan dengan cara pendugaan
refleksi dimana posisi kedua antenna
langsung diatas singkapan. Adapun
gambar lokasi pengukuran dan hasilnya
dengan panjang lintasan ukur adalah 10
M dapat dilihat pada gambar 19 dan 20.
Gambar 19 . Lapisan batubara yang berundulasi secara lateral
Tebal ‘overburden’ : 3.9 M; “Coal seam” : 5.20 M
Gambar 20 . Profil dari refleksi GPR dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19
Pelaksanaan akuisisi geolistrik 2-
D pada lokasi yang sama juga dilakukan
dengan menggunakan konfigurasi
Wenner, adapun hasil akuisisi dan
inversinya dapat dilihat pada gambar 21.
Arah Ukur
Overburden
Coal
Interburden
Overburden
Coal
Overburden
Coal
Interburden Interburden
16. Gambar 21 . Profil dari inversi resistivitas 2-D dengan ‘events’ yang
Menunjukkan bentuk geometri dalam gambar 19
4. PEMBAHASAN
Dari pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan frekuensi antena
yang berbeda yaitu :
• Pengukuran dalam skala
laboratorium dengan letak sampel
batubara sub-bituminuous 15 cm
dibawah permukaan serta posisi
sampel ditegakkan (didalam
keranjang plastik) menggunakan
frekuensi antena 1 GHz jelas sekali
dapat tercitrakan hampir sempurna
terutama dengan penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
• Untuk singkapan batubara dengan
ketebalan 2.5 meter menggunakan
frekuensi antena 100 MHz dapat
mendeterminasi dengan jelas
ketebalan lapisan batubara dan
terlihatnya kontras vertikal antara
kedua lapisan dimana lapisan
lempung menunjukkan nilai
amplitudo yang rendah ( lihat scale
bar ) terutama pada penggunaan
‘instantaneous amplitude’.
Sedangkan pada amplitudo ril jelas
terlihat adanya penguatan- penguatan
nilai- nilai amplitudo secara lokal
dimana diduga mencerminkan
adanya variasi kandungan air di
lapisan batubara. Penggunaan ‘
instantaneous phase’ tidak dilakukan
pada singkapan ini karena secara riil
amplitudo masih dapat dibedakan
antara lapisan batubara dengan
lapisan lempung. Untuk hasil inversi
dengan menggunakan metoda
geolistrik resistivitas jelas hanya
dapat mendeterminasi ketebalan
lapisan tanpa dapat memberikan
informasi lokal yang ada dilapisan
batubara.
• Pengukuran ‘dipping bed’ singkapan
dilakukan dengan menggunakan
frekuensi antena 200 MHz dimana
jelas terlihat profil kemiringan seam
batubara terutama pada penggunaan
‘instantaneous phase’, jelas terlihat
‘sequence’ refleksi radar yang
Coal
Overburden
17. menunjukkan pola- pola perlapisan
baik pada batubara maupun lempung,
dimana lempung jelas
memperlihatkan pola- pola yang
tidak teratur. Inversi geolistrik 2-D
yang dihasilkan hanya dapat
mendeterminasi struktur lapisan.
• Pengukuran yang dilakukan pada
geometri lapisan yaitu lapisan batu
lempung (‘overburden’), lapisan
batubara dan lapisan lempung dan
pasir (‘interburden’) dengan
menggunakan frekuensi antena 100
MHz, resolusinya kurang tajam
untuk determinasi batas antara
lapisan batubara dengan kedua
lapisan yang melingkupinya
disebabkan karena lapisan lempung
sangat terstruktur (consolidated)
sehingga energi yang dirambatkan ke
lapisan batubara cukup rendah,
sehingga determinasi batas bawah
dengan lapisan ‘interburden’ kurang
dapat didefinisikan. Determinasi
batas kurang dapat dicerminkan baik
riil amplitudo, maupun
‘instantaneous amplitude’ dan
‘intantaneous phase’. Kurang kontras
pada riil amplitudo antara lapisan
penutup (lapisan batu lempung keras
dan kompak serta terstruktur) dan
kurang terdefinisikan lagi antara
lapisan batubara dengan lapisan
antara yaitu interburden (lapisan
lempung keras dan bercampur pasir)
dikarenakan kurangnya perbedaan
permitivitas yaitu lapisan batubara
mempunyai permitivitas yang rendah
(kecepatan tinggi) dimana sangat
resistif sedangkan lapisan penutup
mempunyai permitivitas yang hampir
sama dikarenakan terstruktur dan
lempung yang telah membatu
sehingga menghasilkan kecepatan
tinggi (permitivitas rendah) sehingga
lapisan ini menjadi bersifat resistif
pernyataan ini ditunjang hasil
pengukuran geolistrik 2- D pada
lokasi ini dimana arus listrik tidak
dapat mencapai bidang batas atas
lapisan batubara dengan lapisan
antara dibawahnya karena sangat
resistif lapisan penutup. Kesimpulan
diatas berarti bahwa kecepatan
gelombang radar untuk frekuensi
antena diatas 100 MHz adalah tidak
tergantung pada frekuensi dan hanya
tergantung pada permitivitas listrik
dan permeabilitas magnetik dan ini
ditunjang hasil penelitian P.M.
Reppert et.al., 2000. Seperti pada
gambar 22. Disamping itu antena
yang diposisikan pada ketinggian
tertentu ternyata mempengaruhi
energi yang diradiasikan kebawah
permukaan.
Geolistrik 2-D dimana hasil
inversinya pada lokasi ini hanya
memendeterminasi batas lapisan
batubara dengan lapisan atas
(‘overburden’).
18. • Pada pengukuran singkapan batubara
dengan seam batubara yang
berundulasi dengan menggunakan
frekuensi antena 50 MHz dimana
secara umum, riil amplitudo masih
dapat mendeterminasi lapisan
‘overburden’ tetapi batas bawah
antara lapisan batubara dengan
‘interburden’ tidak terdefinisi. Pada
lokasi ini jelas lempung tidak
membatu dan tidak terkonsolidasi
(un-consolidated) sehingga jelas
pelemahan energi (ter-absorbsi)
terlihat pada ril amplitudo yang
melewati lapisan ini, tetapi energi
yang ditransmisikan masih cukup
tinggi sehingga masih dapat
menembus bidang batas antara
lapisan batubara dengan lapisan
dibawahnya (interburden). Sehingga
penggunaan ‘intantaneous phase’
masih dapat mendeterminasi dengan
jelas batas antara lapisan batubara
dengan ‘overburden’ maupun
‘interburden’. Hasil inversi geolistrik
2-D pada lokasi ini hanya
memberikan informasi lapisan
batubara secara sebagian
dikarenakan lapisan penutup
(‘overburden’) sangat konduktif
sehingga arus yang didistribusikan
kebawah tidak menghasilkan
informasi yang diinginkan.
5. KESIMPULAN
Dari hasil- hasil pengukuran
yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa GPR adalah metoda efektif
apabila konduktivitas lapisan disekitar
batubara adalah tinggi. Tetapi untuk
pengukuran lapisan batubara tanpa
lapisan penutup, maka GPR akan dapat
memberikan informasi ketebalan
maupun variasi kandungan air secara
baik dikarenakan lapisan batubara
bersifat resistif. Penggunaan akuisisi
GPR dengan posisi kedua antena
langsung diatas permukaan
pengukuran maka akan menghasilkan
Gambar 22. Kecepatan gelombang EM yang diplot sebagai fungsi
permitivitas listrik relative dengan resistivitas pada 50 ohm-m
19. response yang lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan posisi kedua
antena pada ketinggian tertentu diatas
permukaan yang akan diukur.
Keuntungan metoda GPR adalah dapat
menggunakan variasi frekuensi antena
untuk pengukuran.
Pengukuran dengan metoda
geolistrik secara umum dapat
mendefinisikan geometri lapisan
batubara terutama pada lapisan batubara
tidak ada lapisan penutup. Tetapi untuk
ada lapisan penutup metoda ini kurang
dapat mendeterminasi ketebalan lapisan
batubara, terutama untuk lapisan penutup
yang sangat tebal dan konduktip.
Metoda ini kurang dapat memberikan
informasi yang terkandung dilapisan
batubara terutama kandungan air, tetapi
informasi struktural dilapisan batubara
agak dapat didefinisikan walaupun tidak
jelas.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kerja yang telah dilakukan ini dibantu
oleh Laboratorium Fisika Bumi ITB dan
PT Tambang Batubara Bukit Asam serta
proyek Due-Like Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada,
Direksi PTBA, DR. Bagus Endar NH,
DR. Surono, Ir. Fajar, Aziz Koswara,
ST, Muslim Nugraha, Ssi, Karlan Ssi,
Yonathan Ssi dan seluruh yang
membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu dalam penyelesaian tulisan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Annan A.P., Waller W.M., Strangway
D.W., Rossiter J.R.,Redman J.P. and
Watts R.D. 1975. The electromagnetic
Response of a low-loss, 2-layer
dielectric earth for horizontal electric
dipole excitation, Geophysics 40, 286-
298.
Annan A.P., 2001. Ground Penetrating
Radar Workshop Notes, Sensors &
Software, Ontario, Canada.
David C.N. 1999. The directional
dependence of the ground penetrating
radar response on the accumulation
zones of temperate Alpine glacier, First
Break 17, 249-259.
Gestel J.V. and Stoffa P.L., 1999. Multi-
configuration ground penetrating radar
data. 69th
SEG meeting, Houston, USA,
Expanded Abstracts, 540-543.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003a. Determination
Study of Coal Seams Thickness by
Using GPR Method, JCJ 2003, The 32nd
IAGI and the 28th
HAGI Annual
Convention and Exhibition, Expanded
Abstracts.
Ibrahim E, Hendrajaya L, Handayani G,
Fauzi U, Islam S., 2003b. Estimation
Study of Total Moisture Variability in
Coal Seams Laterally by Using GPR
Method, JCJ 2003, The 32nd
IAGI and
the 28th
HAGI Annual Convention and
Exhibition, Expanded Abstracts.
Jol. H.M., 1995. Ground penetrating
radar antennae frequencies and
transmitter powers compared for
penetration depth, resolution and
reflection continuity, Geophysical
Prospecting 43, 693-709.
Lehman F., Boerner D.E., Holliger K.
and Green A.G. 2000. Multicomponent
georadar data : some important
implications for data acquisition and
processing. Geophysics 65, 1542-1552.
20. Miwa T., Sato M, and Niitsuma H. 1999.
Subsurface fracture measurement with
polarimetric borehole radar. IEEE
Transaction Geoscience and Remote
Sensing 37, 828-837.
Noon D.A., 1996. Stepped-frequency
radar design and signal processing
enhances ground penetrating radar
performance, Ph.D. diss, University of
Queensland.
Tjia M.O., 1997. Teori Elektrodinamika
Klasik, Departemen Fisika, FMIPA,
Institut Teknologi Bandung.