SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 74
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN
MULTIPLE FRAKTUR DI RUANG RAWAT INAP
LANTAI 3B BONTANG RUMAH SAKIT
PUSAT PERTAMINA JAKARTA
OLEH:
HANNY DARLIANY
IYAN SEPTIANA M
IVONDELA DESANTOS
LARAS ADYTHIA P
LESTARI SEPTIANI
LIA ARI RAHAYU
M. FUJI FAJRIANA H
M. REZA BAIHAQI
NUR MUSLIMAH
ERLY
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
Karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn. F dengan Multiple Fraktur di Ruang Rawat Inap Lantai 3B
Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah pada
Program Profesi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai
selesainya penulisan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Dr. dr. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan Pembina Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
3. Muhammad Ali selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Wasijati, SKp, M.Si selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Ns. Diana Rhimawati D, S.Kep selaku Koordinator KMB yang dengan kesabaran dan
kebaikannya telah membimbing penulis selama proses pembuatan makalah ini.
6. Ns. Achirman, S.Kep dan Ns. Neni, S.Kep selaku pembimbing lahan Rumah Sakit Pusat
Pertamina.
7. Dr. Musthofa Fauzi, Sp.An selaku Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina.
8. Para Wakil Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
9. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
10. Teman-teman tercinta Angkatan III Program Profesi S1 Keperawatan Reguler – Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan
dimasa mendatang.
Jakarta, Mei 2015
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Ruang Lingkup...............................................................................................................................3
C. Metode Penulisan..........................................................................................................................4
Sistematika Penulisan.......................................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN TEORI....................................................................................................................................5
A. Pengertian.....................................................................................................................................5
Anatomi Dan Fisiologi.......................................................................................................................8
Etiologi............................................................................................................................................13
Patofisiologi....................................................................................................................................13
Manisfestasi Klinis...........................................................................................................................14
Komplikasi.......................................................................................................................................15
Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................................17
Penatalaksanaan Medis..................................................................................................................18
Stadium Penyembuhan Luka..........................................................................................................23
Asuhan Keperawatan......................................................................................................................26
1. Pengkajian....................................................................................................................................26
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................34
3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................35
EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN ).......................................................................................38
BAB III
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................................41
Data fokus.......................................................................................................................................52
Analisa data....................................................................................................................................53
DIAGNOSA KEPERAWATAN ( sesuai prioritas )..............................................................................55
Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................................................55
IMPLEMENTASI ( CATATAN KEPERAWATAN ).................................................................................58
BAB IV
PEMBAHASAN......................................................................................................................................64
BAB V
PENUTUP.............................................................................................................................................67
A. Kesimpulan..................................................................................................................................67
ii
iii
Saran...............................................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................69
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan
lingkungan dan adanya bibit penyakit. Apabila ke tiga faktor tersebut terjadi maka
individu berada dalam keadaan yang disebut sakit.
Pada fakor keadaan lingkungan terkait yaitu kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirak keadaan termasuk rendah. Pada
tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura,
Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,
pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugiaan materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka /
cacat . Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat hubungan yang
terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan. Dampak dari kerja biasa
terjadi frakur yaitu putusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot
ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
3
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Multiple Fraktur dengan benar dan professional.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori Multiple Fraktur
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Multiple
Fraktur.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah pada klien dengan Multiple
Fraktur.
d. Mahasiswa mampu menetapkan tujuan dan kriteria hasil pada klien dengan
Multiple Fraktur.
e. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada klien dengan Multiple
Fraktur.
f. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan pada klien
dengan Multiple Fraktur.
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Multiple
Fraktur.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Multiple Fraktur
B. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok melakukan studi kasus pada Tn. F di
ruang rawat inap lantai 3B Rumah Sakit Pusat Pertamina.
4
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu menjabarkan
studi kasus dan studi keperawatan, data dikumpulkan melalui:
1. Wawancara
Dengan mewawancarai klien dan keluarga untuk mengetahui lebih jelas
keadaan klien.
2. Observasi
Observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung
pada klien untuk mendapatkan data keadaan fisik, psikis dan sosial klien.
Sedangkan observasi tidak langsung dengan melihat data-data hasil
pemeriksaan dari file klien.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk
mendapatkan data fisik klien secara keseluruhan (Sayegh, 2002).
4. Dokumentasi
Pencatatan hasil laboratorium, radiology.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika
penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
Pengertian, anatomi dan fisiologi, faktor risiko, etiologi, patofisiologi,
manisfestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan
medis, penatalaksanaan keperawatan, asuhan keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian, data fokus, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan, saran
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner
& Sudarth, 2002). Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
Klasifikasi
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
6
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
7
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
1) At axim : membentuk sudut.
2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.
3) At longitudinal : berjauhan memanjang.
4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
8
Anatomi Dan Fisiologi
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya
tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia,
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
1. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
9
Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis.
Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti
tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang
pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang
fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang
disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
4. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan
proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear
( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling
tulang. Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah
osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai
10
tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast,
yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan
tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
Howship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan
garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen
dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama
adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen
melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan
tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas. Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam
tulang. Osteoblas berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan
matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam
beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras
selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi
bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan
terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem
saluran mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion
kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai
11
kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara
tulang, cairan interstisium, dan darah. Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi,
terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi
karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik
multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang.
Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang
dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil
dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di
suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi
daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua
yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas
osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan
menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih
dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya
setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas
osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang.
Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi.
Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan
osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres
beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang
secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum
jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi
aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa
pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan
testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan
merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar
estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon
pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
12
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium
darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar
meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan
demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat
dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol
oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang
terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat
sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk
membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja
secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih
lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum
dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan
ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan
vitamin D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah
suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap
peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat
aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang
sehingga menurunkan kadar kalsium serum.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
13
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Etiologi
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat
itu
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat
menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)
Patofisiologi
Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
tidak karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehinggaterjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus
14
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan
secara rinci sebagai berikut :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas
yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
15
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
6. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan
justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala,
tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan
mengalami cedera pada daerah tersebut.
Komplikasi
1.Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.
Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum
tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan
16
melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh –
pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala
dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status
mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
17
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
DelayedUnion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor –
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan fraktur:
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam
darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi:
perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah
hati.
18
Penatalaksanaan Medis
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur :
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena
terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri
tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik
imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips
yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
1) Immobilisasi dan penyangga fraktur
2) Istirahatkan dan stabilisasi
3) Koreksi deformitas
4) Mengurangi aktifitas
5) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
19
2) Gips patah tidak bisa digunakan
3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4) Jangan merusak / menekan gips
5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi
kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya
sendiri.
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah
tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan
traksi antara lain sebagai berikut :
1) Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency
2) Traksi mekanik, ada 2 macam :
a) Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
20
b) Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
1) Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2) Memperbaiki & mencegah deformitas
3) Immobilisasi
4) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
5) Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
1) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya
tarik
2) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan
pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
3) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
4) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
5) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada
pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna
dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang
mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat
yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang
21
telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-
fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen,
sekrup, pelat, dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
1) Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
2) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada
didekatnya
3) Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
4) Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
5) Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-
kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan
1) Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur
lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap
panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk
mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan
radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi
di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-
union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas
longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita
dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam
waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma
bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan
mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling
sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted
fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat
mempertahankan panjang dan rotasi.
22
2) Fiksasi eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat
pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke
enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary
nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan
ini.
c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
23
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan
akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang
terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya
sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
Stadium Penyembuhan Luka
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang
tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru
diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada
lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
a. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel
darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan
perdarahan berhenti sama sekali.
b. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam
lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses
24
osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan
kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast
mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang
tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman
tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang
pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
25
d. Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya
osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang
baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum
tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
e. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa
bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan
pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki
dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip
dengan normalnya.
26
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara komprehensif
meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data atau informasi
tentang klien dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan diagnostik (Gaffar,1999: 57)
Pengkajian pada klien dengan Fraktur meliputi:
a. Pengumpulan Data
27
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari. (Ignatavicius, Donna D,
1995).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
28
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain
itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker
tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D,
1995).
5) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola
nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
29
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang
kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua
pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
d) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
(Doengos. Marilynn E, 1999).
e) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang
lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D,
1995).
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
30
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan body image). (Ignatavicius, Donna D, 2000).
h) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada cedera yang lain tidak timbul gangguan.begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga,
timbul rasa nyeri akibat fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
i) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignatavicius, Donna D, 2000).
j) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. (Ignatavicius,
Donna D, 2000).
7) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini
perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan
dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi
lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
31
(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
(c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
(d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
(e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
(g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
(i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
(j) Paru
32
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
(k) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
(n) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada
sistem muskuloskeletal adalah:
Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
- Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
- Cape au lait spot (birth mark).
- Fistulae
- Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
33
- Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
- Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
- Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada
dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
- Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit.
- Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi
atau oedema terutama disekitar persendian.
- Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal,tengah, atau distal).
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka
sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya,
nyeri atau tidak, dan ukurannya.
Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan
dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini
perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan
sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari
tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam
ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada
gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat
adalah gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
34
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
b. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan
dan disuse
c. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif
35
3. Intervensi Keperawatan
36
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut b/d
agen injuri fisik,
fraktur
Setelah dilakukan
Asuhan keperawatan ….
jam tingkat kenyamanan
klien meningkat, tingkat
nyeri terkontrol dg KH:
• Klien melaporkan
nyeri berkurang dg scala
2-3
• Ekspresi wajah
tenang
• klien dapat istirahat
dan tidur
• v/s dbn
Manajemen nyeri :
• Kaji nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
• Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
• Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
• Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
• Kurangi faktor presipitasi nyeri.
• Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
• Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
• Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
• Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
• Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
Administrasi analgetik :.
• Cek program pemberian analgetik;
jenis, dosis, dan frekuensi.
• Cek riwayat alergi.
• Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
• Monitor TV
• Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
• Evaluasi efektifitas analgetik,
37
38
EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN )
No.
DX
Hari/Tgl/
Jam
Evaluasi Hasil (SOAP)
(mengacu pada tujuan)
Paraf 04
Nama
jelas
1 06/04/2015 S: klien merasa letih
O: - Aktifitas klien terpenuhi berkat bantuan perawat ataupun
keluarga.
- Klien menjalani latihan / terapi fisioterapi setiap hari
- Klien memiliki jadwal latihansecara rutin
- Klien sudah merasa nyamandengan posisinya
- Klien memahami teknikberpindah yang aman
- Latihan yang dilakukan klien mulai terlihat
perkembangannya
- Klien menjadi termotivasi dalam menjalani latihan.
A: masalah belim teratasi
P: lanjutkan intervensi B,C,D,E,F.
2 06/04/2015 S: klien merasa letih
O: - P: luka insisi post operasi fr.iga+ laminotomi
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: dada kiri, dan punggung
S: 4 (1-10)
T: saat bersin dan batuk
- Klien memiliki distraksi nyeri dengan cara bermain
game
- Klien termotivasi untuk sembuh
- Klien menjalani program fisioterapi sesuai program
- Klien mendapat ponstan 3x1 Po, 06-12-18
- TD: 120/70mmhg
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
S: 37 C
A: masala belum teratasi
39
P: lanjutkan intervensi A,B, E,F
1 07/04/2015 S:klien mengatakan lebih baik dari kemarin
O: klien menjalani latihan/terapi fisioterapi setiap hari
Klien melaksanakan jadwal latihan rutin yang telah di
programkan
Klien nyaman dengan posisinya
Klien mengatakan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan latihan
Mulai menunjukkan perkembangan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi B,C,E,F
2 07/04/2015 S: klien mengatakan lebih baik dari yang kemarin
O:
- Hasil pengkajian nyeri
P: Fraktur Iga+laminaktomi
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: dada kiri dan punggung
S: 3 (0-10)
T: saat bersin dan batuk
- Klien mendistraksi nyeri dengan bermain game
- Klien mendapat pontans Po: 06-12-18
- TD:120/70mmhg
S: 36,8 C
N:78x/menit
RR: 20x/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi A,B,E,F
3 07/04/15 S: klien mengatakan lebih baik dari kemarin
O: TD:170/70mmhg
40
N:78x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,8 C
-memantau hasil laboratorium
- hb: 11.4( 13-16)
Ht: 38 ( 40-48)
- Stiap pagi dan setiap hari dilakukan GV yang
sebelumnya dibersihkan dengan NACL 3%
- GV dilakukan setiap hari
- Klien dan keluarga mengetahui tentang pentingnya
menjaga kebersihan personal hygine
- Berkolaborasi
Tixacef 200mg 2x1 Po 06-18
Palancing e 300mg 3x1 Po 12-18
4 07/04/15 S: klien merasa leih baik dari kemarin
O:- klien terpasang restrain
- Klien memahami teknik ambulisi aman
- Klien aman
- Klian mau melakukan terapi
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi B,D,E
5 08/04/15 S: klien menyatakan hari ini lebih baik
O:- klien memahami teknik ambulasi yang aman
Klien aman terpasang restrain
Klien mau menjalani program latihan
A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi B,D,E
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. F DENGAN FRAKTUR RS PUSAT PERTAMINA
JAKARTA
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 6 April 2015
Tanggal masuk : 17 Maret 2015
Ruang/kelas : 3B / 3
Nomor register : 624831
Diagnosa medis : Paraplegi dan Fraktur Lumbal 1 tertutup
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Tn. F
42
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 24 tahun
Status perkawinan : Lajang
Agama : Islam
Suku bangsa : Lain-lain, Indonesia
Pendidikan : SMK
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Karyawan cake shop
Alamat : Jl.Merapi Raya No.97 Depok 2 Timur,Jawa Barat
Sumber biaya : Perusahaan Bakery Shop
Sumber informasi : Klien dan Ibu Klien
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit : sakit pada punggung dan dada serta luka di
tungkai kanan akibat berada dalam lift yang rusak sehingga lift langsung turun
dari lantai 6 ke lantai dasar
2) Keluhan utama : sakit pinggang, dada, dan kelemahan
3) Kronologis keluhan
*Faktor pencetus : Kecelakaan kerja, terjatuh dari lift
*Timbulnya keluhan : Mendadak
*Lamanya : Seketika
*Upaya mengatasi : Langsung dibawa ke IGD
43
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Tidak ada
1. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan,
binatang dan lingkungan
2. Riwayat kecelakaan : Klien tidak mempunyai riwayat kecelakaan sebelumnya
3. Riwayat dirawat dirumah sakit : Klien mengatakan belum pernah di rawat inap
di rumah sakit sebelumnya
4. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada riwayat pemakaian obat
c. Riwayat kesehatan keluarga : Genogram
d. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Adakah orang yang terdekat dengan klien : Ibu Klien
2. Interaksi dalam keluarga :
*Pola komunikasi klien : Baik
*Pembuat keputusan : Musyawarah
*Kegiatan kemasyarakatan : Tidak ada
3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga : Keluarga menjadi cemas dan
khawatir akan kondisi klien.
4. Masalah yang mempengaruhi klien : Klien ingin cepat pulang dan sembuh
seperti sedia kala
Keterangan :
X = Klien
+ = Sudah meninggal
---- = yang tinggal serumah
44
5. Mekanisme koping terhadap stress klien : Diam
6. Persepsi klien terhadap penyakitnya
*Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Ingin segera sembuh dan kembali
berjalan, beraktivitas seperti sedia kala
*Harapan klien setelah menjalani perawatan : Klien ingin sembuh dan berjalan
serta beraktvitas kembali
*Perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit : Klien sedih karena tidak
dapat beraktivitas seperti biasanya
7. Sistem nilai kepercayaan :
*Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
*Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Sholat, mengaji, dzikir, dan
berdo’a
e. Kondisi lingkungan rumah : Nyaman, bersih dan ramai.
f. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi
Klien makan 3x sehari, nafsu makan klien menurun, hanya menghabiskan ½
porsi, namun tidak ada mual dan muntah. Tidak ada makanan yang tidak di
sukai. Klien tidak memiliki alergi dan pantangan terhadap makanan. Klien
tidak memakai alat bantu seperti NGT dan lain-lain.
2. Pola eliminasi
Klien terpasang kateter urine tetap (16F), warnanya kuning keruh. Tidak ada
masalah dalam BAK. BAB 2 hari sekali, dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning kecoklatan. Laksatif (iya/tidak) ?
3. Personal hygine
Frekuensi mandi klien 1x/hari pada waktu pagi, sedangkan oral hygine klien
2x/hari pada waktu pagi, dan malam. Frekuensi cuci rambut 1x seminggu.
45
4. Pola istirahat dan tidur
Klien tidur siang 1-2 jam, tidur malam selama ±5 jam/hari. Klien tidak
memiliki kebiasaan sebelum tidur.
5. Pola aktivitas dan latihan
Klien tidak bekerja. Klien tidak melakukan kegiatan olahraga.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien memiliki kebiasaan merokok, setiap hari klien menghabiskan 1 bungkus
rokok. klien tidak menggunakan napza
3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan fisik umum :
b. Keadaaan umum : sedang
c. Berat badan : 80 kg
d. Tinggi badan : 170 cm
e. Tekanan darah : 120/70 mmHg
f. Nadi : 84x / menit
g. Frekuensi nafas : 20x / menit
h. Suhu tubuh : 37,1 0
C
i. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
1. Sistem penglihatan :
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva ananemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, tidak
ada kelainan di otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-
tanda radang, klien memakai kaca mata, reaksi pupil terhadap cahaya
46
normal yaitu pupil mengecil saat ada cahaya dan pupil membesar disaat
cahaya menjauh.
2. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, tidak terdapat serumen, kondisi telinga tengah normal,
tidak ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga dan tinitus,
fungsi pendengaran normal, terdapat gangguan keseimbangan, tidak
memakai alat bantu mendengar.
Sistem wicara klien normal
3. Sistem Pernafasan
Jalan nafas bersih, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi 20x permenit, irama teratur, spontan dan kedalaman nya dalam,
tidak terdapat batuk dan sputum. Dada taktil fremitus normal (redup),
perkusi dada terdengar suara timpani, suara nafas vesikuler, tidak nyeri saat
bernafas dan tidak mengguanakan alat bantu nafas
4. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer : nadi 84x permenit, irama teratur dan kuat, tekanan darah
120/70 mmHg, tidak terdapat distensi vena jugularis, temperatur kulit
hangat, pengisian kapiler <3 detik, tidak terdapat edema di tungkai atas dan
bawah.
5. Sirkulasi jantung : kecepatan denyut apikal x permenit, irama teratur,
terdapat sakit dada di sebelah kiri timbunya sakit saat klien batuk
6. Sistem hematologi : pucat dan tidak terjadi perdarahan
7. Sistem sara pusat : tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran
compos mentis, GCS : E = 4, M = 1, V = 5, tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK, refleks fisiologi nornal, tidak ada refleks patologis.
8. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut : gigi tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
terdapat stomatitis, lidah tidak kotor, saliva normal. Tidak ada mual dan
47
muntah. Tidak terdapat nyeri di daerah perut. Bising usus 15x /menit. Tidak
terdapat diare, warna feses kuning, konsistensi setengah padat, tidak
terdapat konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.
9. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat
luka gangren.
10. Sistem Urogenital
Balance cairan : I = 2800 cc, O = 3300. Tidak ada perubahan pola
berkemih, bak warna kuning jernih, tidak terdapat distensi atau ketegangan
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang
11. Sistem integumen
turgor kulit baik, temperatur kulit 37,1 c, warna kulit pucat, keadaan kulit
tidak terdapat lesi dan bercak kehitaman,terdapat luka operasi di dada kiri,
punggung dan kaki kanan. daerah pemasangan infus baik, tekstur dan
kebershan keadaan rambut baik.
12. Sistem muskuloskeletal
Terdapat kesulitan dalam pergerakan, terdapat fraktur, keadaan tonus otot
baik, kekuatan otot ekstremitas atas 5 sedangkan ekstremitas bawah 1.
Data Tambahan (Harapan pasien terkait dengan sakit dan perawatannya)
Klien berharap setelah menjalani perawatan di RS, klien dapat sembuh kembali dan
dapat beraktivitas seperti biasa.
4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab,
radiologi, Endoskopi dll)
48
Hematologi
Pemeriksaan
Tanggal
Nilai Normal
17/3 18/3 19/3 23/3 6/4
Hemoglobin
13,6 10,1 8,5 11,4
11,4
P13-16 W12-14
g/dl
Hematokrit
39 30 25 34
34
P40-48 W37-43
Vol %
Leukosit 12,57 16,8 10,6 9,11 6,78 5-10 ribu/Ul
Trombosit
281 189 112 194
255
150-400
ribu/uL
Na 137 134 136 136 135-153 mEq/L
K 6,5 4,7 4,5 4,5 3,5-5,1 mEq/L
Cl 106 106 105 105 98-109 mEq/L
Ca 8 7,3 8,7
MRI
Tampak fraktur kompresi carpus vertebra L1 retrolisthesis dengan subluxasi corpus
L1 ke posterior intraspinal dengan pendesakan medulla spinalis () yang disertai
dengan hematoma dan intensitas pathologis fokal intrameduler pada level tersebut.
Sesuai dengan adanya kontusio meduller berat.
Foto thorax AP (1)
Kesan fibrasis di lapang atas paru kanan, fraktur di costae lateral th VIII dan IX kiri.
Foto Femur Dexta AP
49
Kesan fraktur pada proksimal tulang femur kanan yang telah terpasang plate & snew
di proksimal femur kanan dengan celah fraktur menghilang
Foto Thorax AP (2) (18 april 2015)
Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri.
Thoracolumbalsakral AP/Lat (30 maret 2015)
Tampak pergeseran ringan ke posterior korpus L1 disertai kompresi margin superior
dan fraktur margin anterior korpus L1, telah terpasang fiksasi interna, penyempitan
ringan discus th 12/L1, curvatura baik, tak tampak pembentukan osteophyt jaringan
lunak para vertebra baik.
5. PENATAALAKSANAAN
Obat Oral Injection
Fixacef 200mg 2x1
-
Meticobal 500mg 3x1
Ponstan 3x1
Tilflam 3x1
LAZ 30mg 2x1
Laxadin syr
Dalancin C 300mg 4x1
50
6. RESUME
Tn. F 24 tahun jenis kelamin laki-laki, pada tanggal 17 maret 2015 klien di bawa ke
IGD RSPP oleh teman kerjanya jam 14.15 dengan keluhan sakit pada punggung dan
tungkai kanan akibat terjatuh di dalam lift karena lift rusak, tiba-tiba lift yang sedang
tn. F naikin konslet dari lantai 3 langsung ke lantai 1, klien tidak memiliki riwayat
penyakit, dilakukan pengkajian TD 120/80 mmHg RR 20x/menit Nadi 90x/menit
Suhu 37,0 0
C, skala nyeri 8 (wang baker faces pain scale) punggung nyeri +, Status
motorik tangan kanan dan kiri 5, kaki kanan dan kaki kiri 1.
*Diagnosis kerja : Paraplegi
*Diagnosis banding : suspecttrauma spinal & suspect fraktur femur
*Dx :
Nyeri kronis berhubungan dengan fraktur proximal , femur dextra.
*Intervensi :
1. Observasi nyeri (karakteristik, lokasi, frekuensi)
2. Berikan posisi senyaman mungkin.
51
3. Kolaborasi untuk pemberian analgesik.
4. Lakukan pemeriksaan penunjang DL, PT, APTT, GDS, UR/CR, CT-Scan LS +
cervical + RO Bfemur
*Evaluasi :
S: klien masing mengatakan nyeri yang mendalam
O : TD 100/ 60 mmHg HR: 66 x /menit RR: 20 x/Menit S: 36,90
C
Klien mandapat terafi infus asering 500/24 jam
Klien mendapat Remopain
Klien terpasang splak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-2-3-4
1. Resume
Tn. F 24 tahun jenis kelamin laki-laki, pada tanggal 17 maret 2015 klien di bawa ke IGD
RSPP oleh teman kerjanya jam 14.15. dengan keluhan sakit pada punggung dan tungkai
kanan akibat terjatuh di dalam lift karena lift rusak, tiba-tiba lift yang sedang tn. F naikin
konslet dari lantai 3 langsung ke lantai 1, klien tidak memiliki riwayat penyakit,
dilakukan pengkajian TD 120/80 mmHg RR 20x/menit Nadi 90x/menit Suhu 37,0 0
C,
skala nyeri 8 (wang baker faces pain scale) punggung nyeri +, Status motorik tangan
kanan dan kiri 5, kaki kanan dan kaki kiri 1.
Diagnosis kerja : Paraplegi
Diagnosis banding : suspecttrauma spinal & suspect fraktur femur
Dx :
Nyeri kronis berhubungan dengan fraktur proximal , femur dextra.
Intervensi :
1. Observasi nyeri (karakteristik, lokasi, frekuensi)
52
2. Berikan posisi senyaman mungkin.
3. Kolaborasi untuk pemberian analgesik.
4. Lakukan pemeriksaan penunjang DL, PT, APTT, GDS, UR/CR, CT-Scan LS +
cervical + RO Bfemur
S: klien masing mengatakan nyeri yang mendalam
O : TD 100/ 60 mmHg HR: 66 x /menit RR: 20 x/Menit S: 36,90
C
Klien mandapat terafi infus asering 500/24 jam
Klien mendapat Remopain
Klien terpasang splak.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Data fokus
Data subyektif Data obyektif
- Klien mengatakan nyeri pada
saaat batuk dan bersin
- Klien meraasa letih
- Klien lebih sering berbaring ke
arah kanan
- Ku: Sakit Sedang
- Ks : Compos Metis
- TTV :
TD: 93/57 mmHg
N : 75x/menit
S : 36,4 0
C
RR : 20x/menit
Intake Output
2800/3300= 800 + 1000 +1000/
800+ 1000 + 1500
- Klien terpasang kateter tetap
- Klien tampak melindungi bagian
yang sakit.
- Keterbatasan kemampuan berubah
posisi.
- Keterbatasan rentang gerak sendi,
- Penurunan aktivitas
- Paraplegi
5555 5555
53
1111 1111
- P: luka insisi luka post op fr iga +
laminektomi
- Q : seperti ditusuk tusuk
- R : dada kiri dan punggung
- S : 4 (1-10)
- T : saat batuk dan bersin
- Tindakan : laminektomi +
thoracolumbal
- Kesan MRI : fraktur kompresi
carpus vetebra L1, fraktur thorax=
fibrosis di lapang atas paru kanan,
fraktur dari coste lateral th 8 dan 9
kiri
- Foto femur dextra : fraktur pada
proksimal tulang femur kanan,
terpasang plate dan snew di
proximalfemur kanan.
- Fibrosis di lapang atas paru kanan.
Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri.
-
Analisa data
NO Data Masalah Etiologi
54
1 DS:
- Klien mengatakan tidak bisa merasakan
bagian tubuh ekstremitas bawah
DO :
- Kesulitan membolak balik posisi tubuh
- Keterbatasan kemampuan berubah
posisi
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Melambatnya pergerakan
- Penurunan aktifitas
- Kesan MRI : fraktur kompresi carpus
vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di
lapang atas paru kanan, fraktur dari
coste lateral th 8 dan 9 kiri
- Paraplegi tangan kanan 5555 tangan
kiri 5555 kaki kanan 1111 kaki kiri
1111
Hambatan
Mobilitas fisik
Gangguan
Neuromuskular
( frakturfemur
tertutup L1)
2 DS:
- Klien merasa letih
- Klien mengatakan nyeri saat batuk dan
bersin
DO:
- Klien tampak melindungi bagian yang
sakit
- Klien fokus padaa diri sendiri
- Penurunan interaksi dengan orang lain
-Foto thorax : Fibrosis di lapang atas paru
kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX
kiri.
- P : Luka insisi post op fr iga +
laminektomi
- Q : seperti ditusuk tusuk
- R : dada kiri dan punggung
- S : 4 (1-10)
- T : saat batuk dan bersin
Nyeri akut
3 DS :
DO :
- Klien mengalami fraktur femur tertutup
L1
- Pertahanan lapis kedua yang tidak
memadai
- Terdapat luka insisi post op
- Klien terpasang kateter tetap
Resiko infeksi Prosedur invasif :
penggunaan
kateter tetap
55
4 DS
- Klien merasa letih
- Klien tidak bisa merasakan atau
menggerakan daerah panggul samapai
kaki
DO
- Paraplegi tangan kanan 5555 tangan kiri
5555 kaki kanan 111 kaki kiri 1111
- Klien kesulitan membolak balikan
tubuh
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Penurunan aktivitas
- Melambatnya pergerakan
- Hasil LAB
HB 11,2 g/dL
HT 34 %
Resiko jatuh Penurunan
kekuatan
ekstremitas bawah
fraktur femur
tertutup
DIAGNOSA KEPERAWATAN ( sesuai prioritas )
No. Diagnosa keperawatan
1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler (fraktur femur terturup L1)
2 Nyeri akut berhubungan dengan ketunadayan fisik atau psikososial
kronis (cedera neuromuskular)
3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : penggunaan
kateter tetap
4 Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas
bawah ( fraktur femur tertutup L1)
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Hambatan mobilitas
fisik berhubungan
dengan gangguan
neoromuskular
(fr.femur tertutup
L1)
DS :
klien mengatakan
tidak dapat
merasakan tubuh
bagian bwah
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan dalam
3 x 24 jam
diharapkan klien
dapat :
- Mampu
bergerak
secara
mandiri
- Mampu
1. Memfasilitasi
dalam
melakukan
aktivitas sehari-
hari
2. Memfasilitasi
pelatihan otot
secara rutin
3. Membuatkan
jadwal latihan
pergerakan tubuh
1. Mencegah
keletihan,
dan cedera
muskolosk
eletal
2. Meningkat
kan
kekuatan
otot
3. Memperta
56
(ekstremtas bawah).
DO:
- Kesulitan
membolak balik
posisi tubuh
- Keterbatasan
kemampuan
berubah posisi
- Keterbatasan
rentang
pergerakan
sendisi
- Melambatnya
pergerakan
- Penurunan
aktivitas
- Hasil lab:
Hb: 11,2 (13-16)
Ht : 34 (40-48)
Paraplegi
5555 5555
1111 1111
menyongko
ng tubuh
dan
memfasilita
si
pergerakan
- Rentang
pergerakan
sendi aktif
dengan
inisiatif
sendiri
aktif atau pasif
secara rutin
4. Membantu dan
mengatur posisi
klien secara hati-
hati
5. Ajarkan teknik
ambulasi dan
berpindah secara
aman
6. Kolaborasi
dengan ahli
teropis dalam
memberikan
latihan
7. Berikan
dukungan dalam
latihan
hankan
dan
mengemba
likan
fleksibilita
s sendi
4. Meningkat
kan rasa
nyaman,
dan
meningkat
kan
kesejahter
aan
fisiologis
dan
psikologis
5. Menguran
gi resiko
jatuh
6. Memaksi
malkan
latihan
7. Memotiva
si klien
meningkat
dalam
melaksana
kan latihan
2. Nyeri akut
berhubungan dengan
ketunadayaan fisik
atau psikososial
kronis ( cedera
neurologis).
DS :
- Klien merasa
letih
- Klien
mengatakan
nyeri yang
mendalam saat
batuk atau
Setelah dilakukan
tindakan
Keperawatan
dalam 3 x 24 jam
diharapkan klien
:ntrol nyer
- Mampu
mengontrol
nyeri baik
menggunak
an teknik
formako
dan
formako
1. Lakukan
pengkajian nyeri
serkompretesif
( PQRST)
2. Ajarkan tentang
teknik distraksi
nyeri
3. Mendorong klien
untuk merubah
pola pikir
keadaanya dan
memberikan
motivasi untuk
sembuh
1. Untuk
mengetahu
i
karakterist
ik, lokasi
nyeri klien
2. Pengalihan
fokus
dalam
menguran
gi nyeri
3. Memotiva
57
bersin.
DO:
- Klien tampak
melindungi
bagian yang
sakit
- Klien tampak
berfokus pada
diri sendiri
- Penurunan
interaksi dengan
orang lain
P= luka insisi
post-op ft.iga +
lominectonji
Q= seperti
ditusuk-tusuk
R= dada kiri dan
punggung
S= ( 1-10)
T= saat bersin
dan batuk.
- Melaporkan
skala nyeri
berkurang
< 5 ( 1-10)
4. Membuatkan
program latihan
secara rutin
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
analgesik
6. Pantau tanda-
tanda vital
si klien
dalam
menuju
kesembuh
an
4. Latihan
klien
teratur
guna hasil
yang
maksimal
5. Mengrangi
nyeri
6. Observasi
tanda
bahaya
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan
prosedur inosif:
pengguaan kateter
tetap
DS :
DO:
- Klien mengalami
fr. Femur
tertutup LI
- Pertahanan lapis
kedua yang tidak
memadai
Hb : 11,2 (13-
16)
Ht : 34 ( 40-48)
- Peraplegi
5555 5555
1111 1111
- Terdapat luka
pasca operasi
( laminektomi,
thorakolumbal)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan klien
dapat:
- Faktor
resiko
infeksi
akan hilang
dibuktikan
oleh
pengendalia
n resiko
infeksi dan
penyembuh
an luka
primer dan
sekunder
- Terbebas
dari tanda
gejala
infeksi
- Memperlih
atkan
personal
hyigiene
yang
1. Pantau tanda
gejala infeksi
(ttv, penampilan
Luka)
2. Pantau hasil
laboratorium
(Hb,Ht)
3. Membersihkan,
memantau dan
memfasilitasi
proses
penyembuhan
luka post-op
4. Melakukan
perawatan luka
5. Jelaskan dan
pantau keluarga
atau klien dalam
dalam merawat
dan menjaga
personal hygiene
klien
6. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
memberikan
antibiotik
1. Observasi
tanda
infeksi
2. Indikasi
infeksi
3. Memperce
pat
penyembu
han luka
dan
meminima
lkan
infeksi
4. Mencegah
komplikasi
5. Mencegah
infeksi
6. Pengendali
an infeksi
secara
farmako
58
adekuat
4. Resiko jatuh
berhubungan dengan
penurunan dengan
penurunan kekuatan
ekstremitas bawah
(fr.femur tertutup
L1)
DS :
Klien merasa letih
DO:
- Paraplegi
5555 5555
1111 1111
- Klien kesulitan
membolak balik
tubuh
- Keterbatasan
rentang
pergerakan sendi
- Penurunan
aktivitas
- Melambatnya
pergerakan
- Hasil Lab:
Hb = 11,2 (13-
16)
Ht= 34 (40-48)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan klien
dapat :
- Resiko
jatuh
menurun,
dibuktikan
oleh prilaku
pencegahan
jatuh
- Mengidenti
fikasi
resiko yang
akan
meningkatk
an
kerentanan
terhadap
jatuh
1. Identifikasi
faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan
keamanan
2. Ajarkan klien
atau keluarga
teknik ambulasi
yang aman
3. Dekatkan klien
dengan Bel
pemanggil
perawat
4. Selalu gunakan
pagar restrain
5. Kolaborasi
dengan ahli
terapis
1. Mengetah
ui faktor
yang dapat
menyebab
kan jatuh
2. Meminima
lkan
cedera
3. Tanda
bahaya
4. Membatasi
resiko
jatuh
5. Memperba
iki
mobilitas
IMPLEMENTASI ( CATATAN KEPERAWATAN )
Hari ke - 1
Tanggal/
Waktu
NO
DX
Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Nama Jelas
06-04-2015 1 a. Memfasilitasi dalam melakukan aktivitas sehari- hari
Hasil : Aktivitas klien terpenuhi berkat bantuan
perawat
ataupun keluarga.
b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin
Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi
59
setiap hari.
c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif /
aktif secara rutin
Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin.
d. Membantu dan mengatur posisi klien secara hati-hati
Hasil : Klien sudah merasa nyaman dengan
posisinya.
e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara
aman
Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang
aman.
f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan
latihan fisio terapi
Hasil : Latihan yang dilakukan klien terlihat atas
perkembangannya.
g. Berikan dukungan dalam latihan
Hasil : Klien jadi termotivasi dalam menjalani
latihan.
06-04-2015 2 a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(PQRST)
Hasil : P : Luka insisi post-op, Fraktur Iga
Q : Seperti ditusuk- tusuk
R : dada kiri dan punggung
S : Skala 4 (1-10)
T : Saat batuk dan bersin
b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Hasil : Klien memilih bermain games dalam
mendistraksi nyeinya.
c. Mendorong klien untuk merubah pola piker
keadaannya dan memotivasi untuk sembuh
Hasil : Klien termotivasi untuk sembuh.
d. Membuat program latihan secara rutin
Hasil : Klien menjalani program fisioterapi sesuai
program.
60
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12-
18.
f. Memantau tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respiratori : 20 kali/menit
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 37°C
Hari ke - 2
Tanggal/
Waktu
NO
DX
Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Nama Jelas
07-04-2015 1 b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin
Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi
setiap hari.
c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif /
aktif secara rutin
Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin
yang telah diprogramkan.
d. Membantu dan mengatur posisi klien secara hati-hati
Hasil : Klien nyaman dengan posisinya.
e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara
aman
Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang
aman.
f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan
latihan fisio terapi
Hasil : Klien tampak mulai menunjukan
perkembangannya.
07-04-2015 2 a. Mengobservasi pengkajian nyeri secara
komprehensif (PQRST)
Hasil : P : Fraktur Iga dan Laminektomi
Q : Seperti ditusuk- tusuk
R : dada kiri dan punggung
61
S : Skala 3 (1-10)
T : Saat batuk dan bersin
b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Hasil : Klien mendistraksi nyerinya masih memilih
bermain games.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12-
18.
f. Memantau tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respiratori : 20 kali/menit
Nadi : 78 kali/menit
Suhu : 36, 8°C
07-04-2015 3 a. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi (TTV dan
Luka)
Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respiratori : 20 kali/menit
Nadi : 78 kali/menit
Suhu : 36, 8°C
Luka masih belum kering sempurna.
b. Pantau hasil laboratorium
Hasil : Hemoglobin : 11.2 (12-16)
Hematokrit : 38 (40-48).
c. Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses
penyembuhan luka post operasi
Hasil : Setiap pagi hari Klien dilakukan GV dengan
homlok, dibersihkan dengan NacL 30%.
d. Melakukan perawatan luka
Hasil : Dilakukan GV setiap hari secara teratur.
e. Menjelaskan dan membantu keluarga klien dalam
merawat dan menjaga klien (personal hygiene)
Hasil : Keluarga dan klien mengerti tentang
pentingnnnya menjaga personal hygiene.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
62
antibiotic
Hasil : Klien mendapatkan:
- Fixacep 200 mg 2x1 Peroral 06-18
- Dalancin 300mg 3x1 Peroeal 06-12-18.
07-04-2015 4 a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keamanan
Hasil : Pasang pagar bed ( berikan penerangan cukup
dan bantu klien dalam posisi nyaman).
b. Mengajarkan klien / keluarga dalamt teknik ambulasi
aman
Hasil : Klien dan keluarga memahami teknik
ambulasi aman.
c. Mendekatkan klien dengan bel pemanggil perawat
Hasil : Klien mudah menjangkau bel bantuan.
d. Selau menggunakan pagar restrain
Hasil : Klien aman.
e. Berkolaborasi dengan ahli terapi
Hasil : memperbaiki mobilitas klien, klien mau
melakukan fisoterapi.
Hari ke - 3
Tanggal/
Waktu
NO
DX
Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Nama Jelas
08-04-2015 1 b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin
Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi
setiap hari.
c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif /
aktif secara rutin
Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin
yang telah diprogramkan.
e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara
aman
Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang
aman.
63
f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan
latihan fisio terapi
Hasil : Klien tampak menunjukan perkembangannya.
08-04-2015 2 a. Mengobservasi pengkajian nyeri secara
komprehensif (PQRST)
Hasil : P : Fraktur Iga dan Laminektomi
Q : Seperti ditusuk- tusuk
R : dada kiri dan punggung
S : Skala 2 (1-10)
T : Saat batuk dan bersin
b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri
Hasil : Klien mendistraksi nyerinya masih memilih
bermain games.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12-
18.
f. Memantau tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Respiratori : 20 kali/menit
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36, 8°C
08-04-2015 3 c. Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses
penyembuhan luka post operasi
Hasil : Setiap pagi hari Klien dilakukan GV dengan
homlok, dibersihkan dengan NacL 30%.
e. Menjelaskan dan membantu keluarga klien dalam
merawat dan menjaga klien (personal hygiene)
Hasil : Keluarga dan klien mengerti tentang
pentingnnnya menjaga personal hygiene.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotic
Hasil : Klien mendapatkan:
- Fixacep 200 mg 2x1 Peroral 06-18
- Dalancin 300mg 3x1 Peroeal 06-12-18.
64
08-04-2015 4 b. Mengajarkan klien / keluarga dalamt teknik ambulasi
aman
Hasil : Klien dan keluarga memahami teknik
ambulasi aman.
d. Selau menggunakan pagar restrain
Hasil : Klien aman.
e. Berkolaborasi dengan ahli terapi
Hasil : Klien mengikuti program terapi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini penulis akan membahas dan membandingkan kesenjangan antara teori dan
kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. F dengan Fraktur di lantai 3B RSPP jakarta yang
dilaksanakan tanggal 6 April sampai dengan 8 April 2015 . Pembahasan ini diuraikan dalam
5 tahap yaitu: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
A. Pengkajian
Penyakit fraktur menurut teori adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
65
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari
yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Didapatkan kesamaan pada Tn. F dari hasil
pengkajian klien mengatakan nyeri saat batuk dan bersin, klien mengatakan tidak dapat
merassakan tubuh bagian bawah atau ekstremitas bawah, terdapat luka operasi. Kesan
MRI : fraktur kompresi carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru
kanan, fraktur dari coste lateral th 8 dan 9 kiri. Foto femur dextra : fraktur pada
proksimal tulang femur kanan, terpasang plate dan snew di proximalfemur kanan.
Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri. Berdasarkan
sifat, fraktur dibagi menjadi 2 yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Tn. F mengalami
fraktur tertutup.
Menurut teori pemeriksaan yang dilakukan kasus fraktur adalah X.Ray dilakukan untuk
melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera, Bone scans, Tomogram, atau
MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak
kerusakan otot, Pemeriksaan Darah Lengkap. Dalam kassus Tn. F dilakukan
pemeriksaan MRI, Foto thorax, Foto femur dan Thorakolumbosacral.
B. Diagnossa Keperawatan
Dalam teori terdapat enam diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan fraktur ,
yaitu
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)
2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan
disuse
3. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur
invasive
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap
informasi, terbatasnya kognitif.
Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada Tn. F adalah Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler (fraktur femur terturup L1)
66
Nyeri akut berhubungan dengan ketunadayan fisik atau psikososial kronis (cedera
neuromuskular).
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : penggunaan kateter tetap
Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah ( fraktur femur
tertutup L1).
Pada kasus Tn. F saat dilakukan pengkajian, didapatkan keuhan nyeri saat batuk dan
berdasarkan hasil pemeriksaan foto thorax ditemukan fraktur di costae laateral Th VII da
IX kiri. Pada foto femur didaptkan fraktur pada proksimal tulang femur kanan yang telah
terpasang plate & srew di proksial femur kanan, dengan celah fraktur menghilang. Dari
hasil pemeriksaan MRI Spinal Thorako-Lumbal, tampak fraktur kompresi corpus
vertebra L1 retrolisthesis dengan sbluxasi corpus L1 ke posterior intraspinal dengan
pendesakan medulla spinaalis (conus medularis) yaang disertai juga hematoma dan
intensitas patologis fokal ntrameduler pada level tersebut, sesuai dengan adanya kontusi
medulla berat.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori dan kassus dibuat berdasarkan tingkat keegawatan dan
prioritas. Pada teori prioritas diagnosa keperawatan adalah nyeri sedangkan pada kasus
Tn. F Prioritas diagnosa keperawatan adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromusscular. Hal ini didukung dengan data Kesulitan membolak balik
posisi tubuh, Keterbatasan kemampuan berubah posisi, Keterbatasan rentang pergerakan
sendi, Melambatnya pergerakan, Penurunan aktifitas, Kesan MRI : fraktur kompresi
carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru kanan, fraktur dari coste
lateral th 8 dan 9 kiri, Paraplegi tangan kanan 5555 tangan kiri 5555 kaki kanan 1111
kaki kiri 111. Tujuan prencanaan keperawatan pada kasus dituliskan batasan waktu yaitu
3 x 24 jam untuk memudahkan penulis mengevaluasi keberhasilan perencanaan
keperawatan yang telah dilakukan, sedangkan kriteria hasilnya adalah klien mampu
bergerak secara mandiri, menyokong tubuh dan mmfasilitasi pergerakan, rentang
pergerkan sendi dapat aktif dengan inisiatif sendiri.
D. Implementasi Keprawatan
67
Pada tahap implementasi rencana tindakan dapat terimplementasi dengan baik
jugapenulis berpedoman pada intervensi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan
kondisi, ssituasi dan kebutuhan klien. Penulis membaca semua laporan dan catatan
keperawatan yang ada di ruangan atau menanyakan setiap implementasi yang akan
dilakukan kepada klien pada perawat diruangan.
Adapun faktor yang mendukung keberhasilan implementassi yang dilakukan penulis
terhadap klie yaitu adanya kerjasama antara penulis dan perawat ruangan serta im medis
lainnya sehingga penulis dapat langsung mengimplementasikan setiap tindakan untuk
klien, keluarga juga dapat mendampingi klien saat tindakan dilakukan, kalupun tidak
keluarga berusaha untuk membantu tindakan dan menyatakan akan mempercayai
perawatan di rumah sakit, serta faktor penghambat dalam melakukan implementasi yaitu
kurangnya waktu melekukan implementaasi seluruhnya karena penuliss hanya
mempunyai waktu 5x24 jam yang kemudian implementasi akan dilakukan oleh perawat
rungan.
E. Evaluasi
Pada kassus Tn. F dilakukan eveluasi melalui 2 tahap yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hassil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang diberikan seteelah tindakan keperawatan ,
sedangkan evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
tujuan. Dari keempat diagnosa keperawatan tidak ada diagnosa keperawatan yang
teratasi selama implementasi dilakukan.hal ini dikarenakan butuh waktu yang cukup
lama dan bertahap untuk mengatasi masalah fraktur dengan kriteria hasil yang ditetapkan
oleh penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan dengan pendelegasian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah,
dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah
68
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).
Saran
1. Mahasiswa
Dikarapkan mahasiswa untuk lebih banyak membaca literatur mengenai kasus fraktur
sehingga dapat menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca serta dapat
memberikan asuhan keperawatan dan juga agar mahasiswa mampu menerapkan
implementasi disesuaikan denagn intervensi yang telah dibuat.
2. Perawat
Terhadap perawat ruangan disarankan untuk dapat melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif dan tetap mempertahankan asuhan keperawatan yang sudah ada
terlaksana dan juga agar perawat ruangan memberikan dukungan kepada klien dan
keluarga sebagai upaya mempercepat penyembuhan klien. Dan perawat hendaknya
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk tidak lupa mendokumentasikan secara
jelas setiap tindakan yang telah dilakukan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK MultimediaContoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK MultimediaMuhamad Nursidik
 
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpang
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpangLaporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpang
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpangmHosin
 
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...BambangEkaSyaputra
 
Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Andi Suhandi
 
Laporan Akhir (PKL)
Laporan Akhir (PKL)Laporan Akhir (PKL)
Laporan Akhir (PKL)Taufik
 
Laporan pkl atmi aji revisi
Laporan pkl atmi aji revisiLaporan pkl atmi aji revisi
Laporan pkl atmi aji revisiAlexander Krisna
 
Laporan praktek danang revisi
Laporan praktek danang revisiLaporan praktek danang revisi
Laporan praktek danang revisiAlexander Krisna
 
Laporan pkl alde elin_rev-3
Laporan pkl alde elin_rev-3Laporan pkl alde elin_rev-3
Laporan pkl alde elin_rev-3Alexander Krisna
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)Ahmad Sayadi
 
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya UtaraLaporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utaraavsai
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Ruth Dian
 
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungHasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungDicky Alejandro
 
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)Alexander Krisna
 
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)Dandi Ardiansyah Putra
 
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar BangunanLaporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunancaturprasetyo11tgb1
 
Hal depan skripsi hendrik wadu 1
Hal depan skripsi hendrik wadu 1 Hal depan skripsi hendrik wadu 1
Hal depan skripsi hendrik wadu 1 Hendrik Wadu
 

Was ist angesagt? (20)

Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK MultimediaContoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
Contoh Laporan Prakerin SMK Multimedia
 
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpang
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpangLaporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpang
Laporan prakerin printer smk al ilyasi tambelangan sanpang
 
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...
211656541 laporan-pkl-politeknik-negeri-banjarmasin-di-nusantara-indah-sistem...
 
Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015
 
Laporan Akhir (PKL)
Laporan Akhir (PKL)Laporan Akhir (PKL)
Laporan Akhir (PKL)
 
Business analysis telkom
Business analysis telkomBusiness analysis telkom
Business analysis telkom
 
Laporan pkl atmi aji revisi
Laporan pkl atmi aji revisiLaporan pkl atmi aji revisi
Laporan pkl atmi aji revisi
 
File1
File1File1
File1
 
Laporan praktek danang revisi
Laporan praktek danang revisiLaporan praktek danang revisi
Laporan praktek danang revisi
 
Laporan pkl alde elin_rev-3
Laporan pkl alde elin_rev-3Laporan pkl alde elin_rev-3
Laporan pkl alde elin_rev-3
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (misjan)
 
Laporan prakerind 2 cek
Laporan prakerind 2 cekLaporan prakerind 2 cek
Laporan prakerind 2 cek
 
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya UtaraLaporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara
Laporan Prakerin PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
 
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 RangkasbitungHasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
Hasil Laporan Prakerin SMK Negeri 1 Rangkasbitung
 
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)
Laporan pkl atmi revisi 14 mei 2019 (1)
 
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)
Laporan Praktik Kerja Industri (SHARING PRINTER DENGAN JARINGAN LAN)
 
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar BangunanLaporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
Laporan Praktek Kerja Industri Teknik Gambar Bangunan
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapangan
 
Hal depan skripsi hendrik wadu 1
Hal depan skripsi hendrik wadu 1 Hal depan skripsi hendrik wadu 1
Hal depan skripsi hendrik wadu 1
 

Ähnlich wie ASUHAN MULTIPLE FRAKTUR

Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016
Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016
Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016Sri Puji Astuti
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Satria Anugerah Suhendra
 
60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia60143857 askep-hernia
60143857 askep-herniaYopi Fernando
 
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020Buletin fk untar edisi 3 feb 2020
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020Handry Gunawan
 
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...Uofa_Unsada
 
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing Thufailah Mujahidah
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241Agus Witono
 
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020Muhammad Nasrulloh
 
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537dHasanulArif1
 
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANLAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANWidyasari Izmi Haida
 
Buku 1 ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013
Buku 1   ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013Buku 1   ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013
Buku 1 ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013sufrianto
 
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Anggit T A W
 
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imam
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imamLaporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imam
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imamimamsantoso75
 
Laporan kelompok muh. samil djahir
Laporan kelompok muh. samil djahirLaporan kelompok muh. samil djahir
Laporan kelompok muh. samil djahirnurullevana
 

Ähnlich wie ASUHAN MULTIPLE FRAKTUR (20)

Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016
Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016
Sri Puji Astuti-Laporan PKPA di Rumah Sakit-FF-Full Text-2016
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
 
Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013
 
60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia60143857 askep-hernia
60143857 askep-hernia
 
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020Buletin fk untar edisi 3 feb 2020
Buletin fk untar edisi 3 feb 2020
 
Sk 206112106
Sk 206112106Sk 206112106
Sk 206112106
 
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
 
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing
Makalah Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia terhadap Tenaga Kerja Asing
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020
Laporan kkn desa damarsi m nasrulloh B14170020
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
 
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATANLAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN ASISTEN KEPERAWATAN
 
Buku 1 ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013
Buku 1   ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013Buku 1   ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013
Buku 1 ringkasan eksekutif Laporan EITI Indonesia 2012-2013
 
konsep
konsep konsep
konsep
 
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imam
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imamLaporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imam
Laporan kkn Desa Modong Unusida 2020 imam
 
Laporan kelompok muh. samil djahir
Laporan kelompok muh. samil djahirLaporan kelompok muh. samil djahir
Laporan kelompok muh. samil djahir
 

Kürzlich hochgeladen

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Kürzlich hochgeladen (20)

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

ASUHAN MULTIPLE FRAKTUR

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN MULTIPLE FRAKTUR DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 3B BONTANG RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA OLEH: HANNY DARLIANY IYAN SEPTIANA M IVONDELA DESANTOS LARAS ADYTHIA P LESTARI SEPTIANI LIA ARI RAHAYU M. FUJI FAJRIANA H M. REZA BAIHAQI NUR MUSLIMAH ERLY PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2015
  • 2.
  • 3. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. F dengan Multiple Fraktur di Ruang Rawat Inap Lantai 3B Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah pada Program Profesi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Penulis menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya penulisan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. dr. Mardjo Soebiandono, SpB selaku Direksi PERTAMEDIKA dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA. 2. Dr. Dany Amrul Ichdan, SE, MSc selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA. 3. Muhammad Ali selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 4. Wasijati, SKp, M.Si selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 5. Ns. Diana Rhimawati D, S.Kep selaku Koordinator KMB yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses pembuatan makalah ini. 6. Ns. Achirman, S.Kep dan Ns. Neni, S.Kep selaku pembimbing lahan Rumah Sakit Pusat Pertamina. 7. Dr. Musthofa Fauzi, Sp.An selaku Direktur Rumah Sakit Pusat Pertamina. 8. Para Wakil Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 9. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 10. Teman-teman tercinta Angkatan III Program Profesi S1 Keperawatan Reguler – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. 11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dimasa mendatang. Jakarta, Mei 2015 Penulis i
  • 4. ii DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................................1 A. Latar Belakang...............................................................................................................................1 B. Ruang Lingkup...............................................................................................................................3 C. Metode Penulisan..........................................................................................................................4 Sistematika Penulisan.......................................................................................................................4 BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................................................5 A. Pengertian.....................................................................................................................................5 Anatomi Dan Fisiologi.......................................................................................................................8 Etiologi............................................................................................................................................13 Patofisiologi....................................................................................................................................13 Manisfestasi Klinis...........................................................................................................................14 Komplikasi.......................................................................................................................................15 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................................17 Penatalaksanaan Medis..................................................................................................................18 Stadium Penyembuhan Luka..........................................................................................................23 Asuhan Keperawatan......................................................................................................................26 1. Pengkajian....................................................................................................................................26 2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................34 3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................35 EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN ).......................................................................................38 BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................................................................41 Data fokus.......................................................................................................................................52 Analisa data....................................................................................................................................53 DIAGNOSA KEPERAWATAN ( sesuai prioritas )..............................................................................55 Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................................................55 IMPLEMENTASI ( CATATAN KEPERAWATAN ).................................................................................58 BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................................................64 BAB V PENUTUP.............................................................................................................................................67 A. Kesimpulan..................................................................................................................................67 ii
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan dan adanya bibit penyakit. Apabila ke tiga faktor tersebut terjadi maka individu berada dalam keadaan yang disebut sakit. Pada fakor keadaan lingkungan terkait yaitu kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirak keadaan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
  • 7. 2 Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugiaan materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat . Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat hubungan yang terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan. Dampak dari kerja biasa terjadi frakur yaitu putusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002). Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
  • 8. 3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Multiple Fraktur dengan benar dan professional. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori Multiple Fraktur b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Multiple Fraktur. c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah pada klien dengan Multiple Fraktur. d. Mahasiswa mampu menetapkan tujuan dan kriteria hasil pada klien dengan Multiple Fraktur. e. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada klien dengan Multiple Fraktur. f. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan pada klien dengan Multiple Fraktur. g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Multiple Fraktur. h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Multiple Fraktur B. Ruang Lingkup Dalam penyusunan makalah ini, kelompok melakukan studi kasus pada Tn. F di ruang rawat inap lantai 3B Rumah Sakit Pusat Pertamina.
  • 9. 4 C. Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu menjabarkan studi kasus dan studi keperawatan, data dikumpulkan melalui: 1. Wawancara Dengan mewawancarai klien dan keluarga untuk mengetahui lebih jelas keadaan klien. 2. Observasi Observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung pada klien untuk mendapatkan data keadaan fisik, psikis dan sosial klien. Sedangkan observasi tidak langsung dengan melihat data-data hasil pemeriksaan dari file klien. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data fisik klien secara keseluruhan (Sayegh, 2002). 4. Dokumentasi Pencatatan hasil laboratorium, radiology. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, sistematika penulisan BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian, anatomi dan fisiologi, faktor risiko, etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawatan, asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian, data fokus, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP Kesimpulan, saran
  • 10. 5 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002). Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007). Klasifikasi Klasifikasi fraktur secara umum : 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst). 2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
  • 11. 6 a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah : a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan. c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. 4. Berdasarkan posisi fragmen : a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen 5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan). a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: 1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya. 2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan. 3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan. 4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement. b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : 1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. 2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
  • 12. 7 3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif. 6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma : a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga. c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi. d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain. e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi. b. Adanya dislokasi 1) At axim : membentuk sudut. 2) At lotus : fragmen tulang berjauhan. 3) At longitudinal : berjauhan memanjang. 4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek. 8. Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : a. 1/3 proksimal b. 1/3 medial c. 1/3 distal 9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang. 10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
  • 13. 8 Anatomi Dan Fisiologi Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya : 1. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
  • 14. 9 Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang. 2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. 3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous. 4. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek. 5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut). Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang. Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai
  • 15. 10 tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang). Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan). Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas. Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang. Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai
  • 16. 11 kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah. Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat. Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon. Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
  • 17. 12 Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang. Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas. Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum. Fungsi tulang adalah sebagai berikut : 1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh. 2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak. 3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan). 4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
  • 18. 13 5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor. Etiologi 1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu 2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan 3. Proses penyakit: kanker dan riketsia 4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan 5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani) Patofisiologi Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: 1. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus. 2. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehinggaterjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 3. Gangguan motilitas usus
  • 19. 14 Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Manisfestasi Klinis Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut : 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot. 3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci). 4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
  • 20. 15 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. 6. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Komplikasi 1.Komplikasi Awal a. Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. b. Kompartement Syndrom Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna). c. Fat Embolism Syndrom Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan
  • 21. 16 melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie. d. Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. e. Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban f. Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. g. Osteomyelitis Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
  • 22. 17 tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar 2. Komplikasi Dalam Waktu Lama a. Delayed Union (Penyatuan tertunda) DelayedUnion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang. b. Non union (tak menyatu) Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.. c. Malunion Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan fraktur: 1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera. 2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans 3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. 4. CCT kalau banyak kerusakan otot. 5. Pemeriksaan Darah Lengkap Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
  • 23. 18 Penatalaksanaan Medis Empat tujuan utama dari penanganan fraktur : a. Untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips. a. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. b. Pemasangan gips Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah : 1) Immobilisasi dan penyangga fraktur 2) Istirahatkan dan stabilisasi 3) Koreksi deformitas 4) Mengurangi aktifitas 5) Membuat cetakan tubuh orthotik Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah : 1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
  • 24. 19 2) Gips patah tidak bisa digunakan 3) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien 4) Jangan merusak / menekan gips 5) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk 6) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri. a. Penarikan (traksi) : Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain sebagai berikut : 1) Traksi manual Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency 2) Traksi mekanik, ada 2 macam : a) Traksi kulit (skin traction) Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
  • 25. 20 b) Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal. Kegunaan pemasangan traksi, antara lain : 1) Mengurangi nyeri akibat spasme otot 2) Memperbaiki & mencegah deformitas 3) Immobilisasi 4) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi) 5) Mengencangkan pada perlekatannya Prinsip pemasangan traksi : 1) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik 2) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan 3) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus 4) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol 5) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang
  • 26. 21 telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen- fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain : 1) Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah 2) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya 3) Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai 4) Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain 5) Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus- kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan 1) Fiksasi Interna Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non- union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
  • 27. 22 2) Fiksasi eksterna Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini. c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
  • 28. 23 Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang. d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin. Stadium Penyembuhan Luka Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu: a. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali. b. Stadium Dua-Proliferasi Seluler Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses
  • 29. 24 osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
  • 30. 25 d. Stadium Empat-Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. e. Stadium Lima-Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
  • 31. 26 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik (Gaffar,1999: 57) Pengkajian pada klien dengan Fraktur meliputi: a. Pengumpulan Data
  • 32. 27 1) Anamnesa a) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. b) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan: (1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri. (2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. (3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. (4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. (5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. (Ignatavicius, Donna D, 1995). 2) Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995). 3) Riwayat Penyakit Dahulu
  • 33. 28 Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995). 4) Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995). 5) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995). 6) Pola-Pola Fungsi Kesehatan a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995). b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
  • 34. 29 muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien. c) Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991) d) Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999). e) Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995). f) Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995). g) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
  • 35. 30 melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image). (Ignatavicius, Donna D, 2000). h) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada cedera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995). i) Pola Reproduksi Seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 2000). j) Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995). k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. (Ignatavicius, Donna D, 2000). 7) Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam. a) Gambaran Umum Perlu menyebutkan: (1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda- tanda, seperti:
  • 36. 31 (a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. (b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. (c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk. (2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin (a) Sistem Integumen Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan. (b) Kepala Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala. (c) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada. (d) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema. (e) Mata Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan) (f) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. (g) Hidung Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung. (h) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. (i) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. (j) Paru
  • 37. 32 Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama. Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. (k) Jantung Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung. Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. (l) Abdomen Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit. (m)Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB. (n) Keadaan Lokal Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah: Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain: - Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi). - Cape au lait spot (birth mark). - Fistulae - Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
  • 38. 33 - Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal). - Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas) - Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa) Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah: - Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. - Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. - Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal). Otot : tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya. Move (pergeraka terutama lingkup gerak) Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
  • 39. 34 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur) b. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan disuse c. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas. d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif
  • 41. 36 No Diagnosa Tujuan Intervensi 1 Nyeri akut b/d agen injuri fisik, fraktur Setelah dilakukan Asuhan keperawatan …. jam tingkat kenyamanan klien meningkat, tingkat nyeri terkontrol dg KH: • Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3 • Ekspresi wajah tenang • klien dapat istirahat dan tidur • v/s dbn Manajemen nyeri : • Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. • Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan. • Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. • Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. • Kurangi faktor presipitasi nyeri. • Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). • Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. • Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. • Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. • Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. Administrasi analgetik :. • Cek program pemberian analgetik; jenis, dosis, dan frekuensi. • Cek riwayat alergi. • Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. • Monitor TV • Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. • Evaluasi efektifitas analgetik,
  • 42. 37
  • 43. 38 EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN ) No. DX Hari/Tgl/ Jam Evaluasi Hasil (SOAP) (mengacu pada tujuan) Paraf 04 Nama jelas 1 06/04/2015 S: klien merasa letih O: - Aktifitas klien terpenuhi berkat bantuan perawat ataupun keluarga. - Klien menjalani latihan / terapi fisioterapi setiap hari - Klien memiliki jadwal latihansecara rutin - Klien sudah merasa nyamandengan posisinya - Klien memahami teknikberpindah yang aman - Latihan yang dilakukan klien mulai terlihat perkembangannya - Klien menjadi termotivasi dalam menjalani latihan. A: masalah belim teratasi P: lanjutkan intervensi B,C,D,E,F. 2 06/04/2015 S: klien merasa letih O: - P: luka insisi post operasi fr.iga+ laminotomi Q: seperti ditusuk-tusuk R: dada kiri, dan punggung S: 4 (1-10) T: saat bersin dan batuk - Klien memiliki distraksi nyeri dengan cara bermain game - Klien termotivasi untuk sembuh - Klien menjalani program fisioterapi sesuai program - Klien mendapat ponstan 3x1 Po, 06-12-18 - TD: 120/70mmhg N: 84x/menit RR: 20x/menit S: 37 C A: masala belum teratasi
  • 44. 39 P: lanjutkan intervensi A,B, E,F 1 07/04/2015 S:klien mengatakan lebih baik dari kemarin O: klien menjalani latihan/terapi fisioterapi setiap hari Klien melaksanakan jadwal latihan rutin yang telah di programkan Klien nyaman dengan posisinya Klien mengatakan teknik ambulasi dan berpindah yang aman Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan latihan Mulai menunjukkan perkembangan A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi B,C,E,F 2 07/04/2015 S: klien mengatakan lebih baik dari yang kemarin O: - Hasil pengkajian nyeri P: Fraktur Iga+laminaktomi Q: seperti di tusuk-tusuk R: dada kiri dan punggung S: 3 (0-10) T: saat bersin dan batuk - Klien mendistraksi nyeri dengan bermain game - Klien mendapat pontans Po: 06-12-18 - TD:120/70mmhg S: 36,8 C N:78x/menit RR: 20x/menit A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi A,B,E,F 3 07/04/15 S: klien mengatakan lebih baik dari kemarin O: TD:170/70mmhg
  • 45. 40 N:78x/menit RR: 20x/menit S: 36,8 C -memantau hasil laboratorium - hb: 11.4( 13-16) Ht: 38 ( 40-48) - Stiap pagi dan setiap hari dilakukan GV yang sebelumnya dibersihkan dengan NACL 3% - GV dilakukan setiap hari - Klien dan keluarga mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan personal hygine - Berkolaborasi Tixacef 200mg 2x1 Po 06-18 Palancing e 300mg 3x1 Po 12-18 4 07/04/15 S: klien merasa leih baik dari kemarin O:- klien terpasang restrain - Klien memahami teknik ambulisi aman - Klien aman - Klian mau melakukan terapi A: masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi B,D,E 5 08/04/15 S: klien menyatakan hari ini lebih baik O:- klien memahami teknik ambulasi yang aman Klien aman terpasang restrain Klien mau menjalani program latihan A: masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi B,D,E
  • 46. 41 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. F DENGAN FRAKTUR RS PUSAT PERTAMINA JAKARTA PENGKAJIAN Tanggal pengkajian : 6 April 2015 Tanggal masuk : 17 Maret 2015 Ruang/kelas : 3B / 3 Nomor register : 624831 Diagnosa medis : Paraplegi dan Fraktur Lumbal 1 tertutup 1. IDENTITAS KLIEN Nama klien : Tn. F
  • 47. 42 Jenis kelamin : Laki-Laki Usia : 24 tahun Status perkawinan : Lajang Agama : Islam Suku bangsa : Lain-lain, Indonesia Pendidikan : SMK Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia Pekerjaan : Karyawan cake shop Alamat : Jl.Merapi Raya No.97 Depok 2 Timur,Jawa Barat Sumber biaya : Perusahaan Bakery Shop Sumber informasi : Klien dan Ibu Klien 2. RIWAYAT KEPERAWATAN a. Riwayat kesehatan sekarang 1) Alasan masuk rumah sakit : sakit pada punggung dan dada serta luka di tungkai kanan akibat berada dalam lift yang rusak sehingga lift langsung turun dari lantai 6 ke lantai dasar 2) Keluhan utama : sakit pinggang, dada, dan kelemahan 3) Kronologis keluhan *Faktor pencetus : Kecelakaan kerja, terjatuh dari lift *Timbulnya keluhan : Mendadak *Lamanya : Seketika *Upaya mengatasi : Langsung dibawa ke IGD
  • 48. 43 b. Riwayat kesehatan masa lalu : Tidak ada 1. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang dan lingkungan 2. Riwayat kecelakaan : Klien tidak mempunyai riwayat kecelakaan sebelumnya 3. Riwayat dirawat dirumah sakit : Klien mengatakan belum pernah di rawat inap di rumah sakit sebelumnya 4. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada riwayat pemakaian obat c. Riwayat kesehatan keluarga : Genogram d. Riwayat psikososial dan spiritual 1. Adakah orang yang terdekat dengan klien : Ibu Klien 2. Interaksi dalam keluarga : *Pola komunikasi klien : Baik *Pembuat keputusan : Musyawarah *Kegiatan kemasyarakatan : Tidak ada 3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga : Keluarga menjadi cemas dan khawatir akan kondisi klien. 4. Masalah yang mempengaruhi klien : Klien ingin cepat pulang dan sembuh seperti sedia kala Keterangan : X = Klien + = Sudah meninggal ---- = yang tinggal serumah
  • 49. 44 5. Mekanisme koping terhadap stress klien : Diam 6. Persepsi klien terhadap penyakitnya *Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Ingin segera sembuh dan kembali berjalan, beraktivitas seperti sedia kala *Harapan klien setelah menjalani perawatan : Klien ingin sembuh dan berjalan serta beraktvitas kembali *Perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit : Klien sedih karena tidak dapat beraktivitas seperti biasanya 7. Sistem nilai kepercayaan : *Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada *Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : Sholat, mengaji, dzikir, dan berdo’a e. Kondisi lingkungan rumah : Nyaman, bersih dan ramai. f. Pola kebiasaan 1. Pola nutrisi Klien makan 3x sehari, nafsu makan klien menurun, hanya menghabiskan ½ porsi, namun tidak ada mual dan muntah. Tidak ada makanan yang tidak di sukai. Klien tidak memiliki alergi dan pantangan terhadap makanan. Klien tidak memakai alat bantu seperti NGT dan lain-lain. 2. Pola eliminasi Klien terpasang kateter urine tetap (16F), warnanya kuning keruh. Tidak ada masalah dalam BAK. BAB 2 hari sekali, dengan konsistensi lembek dan berwarna kuning kecoklatan. Laksatif (iya/tidak) ? 3. Personal hygine Frekuensi mandi klien 1x/hari pada waktu pagi, sedangkan oral hygine klien 2x/hari pada waktu pagi, dan malam. Frekuensi cuci rambut 1x seminggu.
  • 50. 45 4. Pola istirahat dan tidur Klien tidur siang 1-2 jam, tidur malam selama ±5 jam/hari. Klien tidak memiliki kebiasaan sebelum tidur. 5. Pola aktivitas dan latihan Klien tidak bekerja. Klien tidak melakukan kegiatan olahraga. 6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Klien memiliki kebiasaan merokok, setiap hari klien menghabiskan 1 bungkus rokok. klien tidak menggunakan napza 3. PENGKAJIAN FISIK a. Pemeriksaan fisik umum : b. Keadaaan umum : sedang c. Berat badan : 80 kg d. Tinggi badan : 170 cm e. Tekanan darah : 120/70 mmHg f. Nadi : 84x / menit g. Frekuensi nafas : 20x / menit h. Suhu tubuh : 37,1 0 C i. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening 1. Sistem penglihatan : Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva ananemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan di otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda- tanda radang, klien memakai kaca mata, reaksi pupil terhadap cahaya
  • 51. 46 normal yaitu pupil mengecil saat ada cahaya dan pupil membesar disaat cahaya menjauh. 2. Sistem pendengaran Daun telinga normal, tidak terdapat serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga dan tinitus, fungsi pendengaran normal, terdapat gangguan keseimbangan, tidak memakai alat bantu mendengar. Sistem wicara klien normal 3. Sistem Pernafasan Jalan nafas bersih, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi 20x permenit, irama teratur, spontan dan kedalaman nya dalam, tidak terdapat batuk dan sputum. Dada taktil fremitus normal (redup), perkusi dada terdengar suara timpani, suara nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas dan tidak mengguanakan alat bantu nafas 4. Sistem Kardiovaskuler Sirkulasi perifer : nadi 84x permenit, irama teratur dan kuat, tekanan darah 120/70 mmHg, tidak terdapat distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, pengisian kapiler <3 detik, tidak terdapat edema di tungkai atas dan bawah. 5. Sirkulasi jantung : kecepatan denyut apikal x permenit, irama teratur, terdapat sakit dada di sebelah kiri timbunya sakit saat klien batuk 6. Sistem hematologi : pucat dan tidak terjadi perdarahan 7. Sistem sara pusat : tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, GCS : E = 4, M = 1, V = 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, refleks fisiologi nornal, tidak ada refleks patologis. 8. Sistem Pencernaan Keadaan mulut : gigi tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat stomatitis, lidah tidak kotor, saliva normal. Tidak ada mual dan
  • 52. 47 muntah. Tidak terdapat nyeri di daerah perut. Bising usus 15x /menit. Tidak terdapat diare, warna feses kuning, konsistensi setengah padat, tidak terdapat konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. 9. Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka gangren. 10. Sistem Urogenital Balance cairan : I = 2800 cc, O = 3300. Tidak ada perubahan pola berkemih, bak warna kuning jernih, tidak terdapat distensi atau ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang 11. Sistem integumen turgor kulit baik, temperatur kulit 37,1 c, warna kulit pucat, keadaan kulit tidak terdapat lesi dan bercak kehitaman,terdapat luka operasi di dada kiri, punggung dan kaki kanan. daerah pemasangan infus baik, tekstur dan kebershan keadaan rambut baik. 12. Sistem muskuloskeletal Terdapat kesulitan dalam pergerakan, terdapat fraktur, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot ekstremitas atas 5 sedangkan ekstremitas bawah 1. Data Tambahan (Harapan pasien terkait dengan sakit dan perawatannya) Klien berharap setelah menjalani perawatan di RS, klien dapat sembuh kembali dan dapat beraktivitas seperti biasa. 4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab, radiologi, Endoskopi dll)
  • 53. 48 Hematologi Pemeriksaan Tanggal Nilai Normal 17/3 18/3 19/3 23/3 6/4 Hemoglobin 13,6 10,1 8,5 11,4 11,4 P13-16 W12-14 g/dl Hematokrit 39 30 25 34 34 P40-48 W37-43 Vol % Leukosit 12,57 16,8 10,6 9,11 6,78 5-10 ribu/Ul Trombosit 281 189 112 194 255 150-400 ribu/uL Na 137 134 136 136 135-153 mEq/L K 6,5 4,7 4,5 4,5 3,5-5,1 mEq/L Cl 106 106 105 105 98-109 mEq/L Ca 8 7,3 8,7 MRI Tampak fraktur kompresi carpus vertebra L1 retrolisthesis dengan subluxasi corpus L1 ke posterior intraspinal dengan pendesakan medulla spinalis () yang disertai dengan hematoma dan intensitas pathologis fokal intrameduler pada level tersebut. Sesuai dengan adanya kontusio meduller berat. Foto thorax AP (1) Kesan fibrasis di lapang atas paru kanan, fraktur di costae lateral th VIII dan IX kiri. Foto Femur Dexta AP
  • 54. 49 Kesan fraktur pada proksimal tulang femur kanan yang telah terpasang plate & snew di proksimal femur kanan dengan celah fraktur menghilang Foto Thorax AP (2) (18 april 2015) Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri. Thoracolumbalsakral AP/Lat (30 maret 2015) Tampak pergeseran ringan ke posterior korpus L1 disertai kompresi margin superior dan fraktur margin anterior korpus L1, telah terpasang fiksasi interna, penyempitan ringan discus th 12/L1, curvatura baik, tak tampak pembentukan osteophyt jaringan lunak para vertebra baik. 5. PENATAALAKSANAAN Obat Oral Injection Fixacef 200mg 2x1 - Meticobal 500mg 3x1 Ponstan 3x1 Tilflam 3x1 LAZ 30mg 2x1 Laxadin syr Dalancin C 300mg 4x1
  • 55. 50 6. RESUME Tn. F 24 tahun jenis kelamin laki-laki, pada tanggal 17 maret 2015 klien di bawa ke IGD RSPP oleh teman kerjanya jam 14.15 dengan keluhan sakit pada punggung dan tungkai kanan akibat terjatuh di dalam lift karena lift rusak, tiba-tiba lift yang sedang tn. F naikin konslet dari lantai 3 langsung ke lantai 1, klien tidak memiliki riwayat penyakit, dilakukan pengkajian TD 120/80 mmHg RR 20x/menit Nadi 90x/menit Suhu 37,0 0 C, skala nyeri 8 (wang baker faces pain scale) punggung nyeri +, Status motorik tangan kanan dan kiri 5, kaki kanan dan kaki kiri 1. *Diagnosis kerja : Paraplegi *Diagnosis banding : suspecttrauma spinal & suspect fraktur femur *Dx : Nyeri kronis berhubungan dengan fraktur proximal , femur dextra. *Intervensi : 1. Observasi nyeri (karakteristik, lokasi, frekuensi) 2. Berikan posisi senyaman mungkin.
  • 56. 51 3. Kolaborasi untuk pemberian analgesik. 4. Lakukan pemeriksaan penunjang DL, PT, APTT, GDS, UR/CR, CT-Scan LS + cervical + RO Bfemur *Evaluasi : S: klien masing mengatakan nyeri yang mendalam O : TD 100/ 60 mmHg HR: 66 x /menit RR: 20 x/Menit S: 36,90 C Klien mandapat terafi infus asering 500/24 jam Klien mendapat Remopain Klien terpasang splak A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1-2-3-4 1. Resume Tn. F 24 tahun jenis kelamin laki-laki, pada tanggal 17 maret 2015 klien di bawa ke IGD RSPP oleh teman kerjanya jam 14.15. dengan keluhan sakit pada punggung dan tungkai kanan akibat terjatuh di dalam lift karena lift rusak, tiba-tiba lift yang sedang tn. F naikin konslet dari lantai 3 langsung ke lantai 1, klien tidak memiliki riwayat penyakit, dilakukan pengkajian TD 120/80 mmHg RR 20x/menit Nadi 90x/menit Suhu 37,0 0 C, skala nyeri 8 (wang baker faces pain scale) punggung nyeri +, Status motorik tangan kanan dan kiri 5, kaki kanan dan kaki kiri 1. Diagnosis kerja : Paraplegi Diagnosis banding : suspecttrauma spinal & suspect fraktur femur Dx : Nyeri kronis berhubungan dengan fraktur proximal , femur dextra. Intervensi : 1. Observasi nyeri (karakteristik, lokasi, frekuensi)
  • 57. 52 2. Berikan posisi senyaman mungkin. 3. Kolaborasi untuk pemberian analgesik. 4. Lakukan pemeriksaan penunjang DL, PT, APTT, GDS, UR/CR, CT-Scan LS + cervical + RO Bfemur S: klien masing mengatakan nyeri yang mendalam O : TD 100/ 60 mmHg HR: 66 x /menit RR: 20 x/Menit S: 36,90 C Klien mandapat terafi infus asering 500/24 jam Klien mendapat Remopain Klien terpasang splak. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi Data fokus Data subyektif Data obyektif - Klien mengatakan nyeri pada saaat batuk dan bersin - Klien meraasa letih - Klien lebih sering berbaring ke arah kanan - Ku: Sakit Sedang - Ks : Compos Metis - TTV : TD: 93/57 mmHg N : 75x/menit S : 36,4 0 C RR : 20x/menit Intake Output 2800/3300= 800 + 1000 +1000/ 800+ 1000 + 1500 - Klien terpasang kateter tetap - Klien tampak melindungi bagian yang sakit. - Keterbatasan kemampuan berubah posisi. - Keterbatasan rentang gerak sendi, - Penurunan aktivitas - Paraplegi 5555 5555
  • 58. 53 1111 1111 - P: luka insisi luka post op fr iga + laminektomi - Q : seperti ditusuk tusuk - R : dada kiri dan punggung - S : 4 (1-10) - T : saat batuk dan bersin - Tindakan : laminektomi + thoracolumbal - Kesan MRI : fraktur kompresi carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru kanan, fraktur dari coste lateral th 8 dan 9 kiri - Foto femur dextra : fraktur pada proksimal tulang femur kanan, terpasang plate dan snew di proximalfemur kanan. - Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri. - Analisa data NO Data Masalah Etiologi
  • 59. 54 1 DS: - Klien mengatakan tidak bisa merasakan bagian tubuh ekstremitas bawah DO : - Kesulitan membolak balik posisi tubuh - Keterbatasan kemampuan berubah posisi - Keterbatasan rentang pergerakan sendi - Melambatnya pergerakan - Penurunan aktifitas - Kesan MRI : fraktur kompresi carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru kanan, fraktur dari coste lateral th 8 dan 9 kiri - Paraplegi tangan kanan 5555 tangan kiri 5555 kaki kanan 1111 kaki kiri 1111 Hambatan Mobilitas fisik Gangguan Neuromuskular ( frakturfemur tertutup L1) 2 DS: - Klien merasa letih - Klien mengatakan nyeri saat batuk dan bersin DO: - Klien tampak melindungi bagian yang sakit - Klien fokus padaa diri sendiri - Penurunan interaksi dengan orang lain -Foto thorax : Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri. - P : Luka insisi post op fr iga + laminektomi - Q : seperti ditusuk tusuk - R : dada kiri dan punggung - S : 4 (1-10) - T : saat batuk dan bersin Nyeri akut 3 DS : DO : - Klien mengalami fraktur femur tertutup L1 - Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai - Terdapat luka insisi post op - Klien terpasang kateter tetap Resiko infeksi Prosedur invasif : penggunaan kateter tetap
  • 60. 55 4 DS - Klien merasa letih - Klien tidak bisa merasakan atau menggerakan daerah panggul samapai kaki DO - Paraplegi tangan kanan 5555 tangan kiri 5555 kaki kanan 111 kaki kiri 1111 - Klien kesulitan membolak balikan tubuh - Keterbatasan rentang pergerakan sendi - Penurunan aktivitas - Melambatnya pergerakan - Hasil LAB HB 11,2 g/dL HT 34 % Resiko jatuh Penurunan kekuatan ekstremitas bawah fraktur femur tertutup DIAGNOSA KEPERAWATAN ( sesuai prioritas ) No. Diagnosa keperawatan 1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler (fraktur femur terturup L1) 2 Nyeri akut berhubungan dengan ketunadayan fisik atau psikososial kronis (cedera neuromuskular) 3 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : penggunaan kateter tetap 4 Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah ( fraktur femur tertutup L1) Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional 1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neoromuskular (fr.femur tertutup L1) DS : klien mengatakan tidak dapat merasakan tubuh bagian bwah Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3 x 24 jam diharapkan klien dapat : - Mampu bergerak secara mandiri - Mampu 1. Memfasilitasi dalam melakukan aktivitas sehari- hari 2. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin 3. Membuatkan jadwal latihan pergerakan tubuh 1. Mencegah keletihan, dan cedera muskolosk eletal 2. Meningkat kan kekuatan otot 3. Memperta
  • 61. 56 (ekstremtas bawah). DO: - Kesulitan membolak balik posisi tubuh - Keterbatasan kemampuan berubah posisi - Keterbatasan rentang pergerakan sendisi - Melambatnya pergerakan - Penurunan aktivitas - Hasil lab: Hb: 11,2 (13-16) Ht : 34 (40-48) Paraplegi 5555 5555 1111 1111 menyongko ng tubuh dan memfasilita si pergerakan - Rentang pergerakan sendi aktif dengan inisiatif sendiri aktif atau pasif secara rutin 4. Membantu dan mengatur posisi klien secara hati- hati 5. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara aman 6. Kolaborasi dengan ahli teropis dalam memberikan latihan 7. Berikan dukungan dalam latihan hankan dan mengemba likan fleksibilita s sendi 4. Meningkat kan rasa nyaman, dan meningkat kan kesejahter aan fisiologis dan psikologis 5. Menguran gi resiko jatuh 6. Memaksi malkan latihan 7. Memotiva si klien meningkat dalam melaksana kan latihan 2. Nyeri akut berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial kronis ( cedera neurologis). DS : - Klien merasa letih - Klien mengatakan nyeri yang mendalam saat batuk atau Setelah dilakukan tindakan Keperawatan dalam 3 x 24 jam diharapkan klien :ntrol nyer - Mampu mengontrol nyeri baik menggunak an teknik formako dan formako 1. Lakukan pengkajian nyeri serkompretesif ( PQRST) 2. Ajarkan tentang teknik distraksi nyeri 3. Mendorong klien untuk merubah pola pikir keadaanya dan memberikan motivasi untuk sembuh 1. Untuk mengetahu i karakterist ik, lokasi nyeri klien 2. Pengalihan fokus dalam menguran gi nyeri 3. Memotiva
  • 62. 57 bersin. DO: - Klien tampak melindungi bagian yang sakit - Klien tampak berfokus pada diri sendiri - Penurunan interaksi dengan orang lain P= luka insisi post-op ft.iga + lominectonji Q= seperti ditusuk-tusuk R= dada kiri dan punggung S= ( 1-10) T= saat bersin dan batuk. - Melaporkan skala nyeri berkurang < 5 ( 1-10) 4. Membuatkan program latihan secara rutin 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik 6. Pantau tanda- tanda vital si klien dalam menuju kesembuh an 4. Latihan klien teratur guna hasil yang maksimal 5. Mengrangi nyeri 6. Observasi tanda bahaya 3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur inosif: pengguaan kateter tetap DS : DO: - Klien mengalami fr. Femur tertutup LI - Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai Hb : 11,2 (13- 16) Ht : 34 ( 40-48) - Peraplegi 5555 5555 1111 1111 - Terdapat luka pasca operasi ( laminektomi, thorakolumbal) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat: - Faktor resiko infeksi akan hilang dibuktikan oleh pengendalia n resiko infeksi dan penyembuh an luka primer dan sekunder - Terbebas dari tanda gejala infeksi - Memperlih atkan personal hyigiene yang 1. Pantau tanda gejala infeksi (ttv, penampilan Luka) 2. Pantau hasil laboratorium (Hb,Ht) 3. Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses penyembuhan luka post-op 4. Melakukan perawatan luka 5. Jelaskan dan pantau keluarga atau klien dalam dalam merawat dan menjaga personal hygiene klien 6. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan antibiotik 1. Observasi tanda infeksi 2. Indikasi infeksi 3. Memperce pat penyembu han luka dan meminima lkan infeksi 4. Mencegah komplikasi 5. Mencegah infeksi 6. Pengendali an infeksi secara farmako
  • 63. 58 adekuat 4. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah (fr.femur tertutup L1) DS : Klien merasa letih DO: - Paraplegi 5555 5555 1111 1111 - Klien kesulitan membolak balik tubuh - Keterbatasan rentang pergerakan sendi - Penurunan aktivitas - Melambatnya pergerakan - Hasil Lab: Hb = 11,2 (13- 16) Ht= 34 (40-48) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat : - Resiko jatuh menurun, dibuktikan oleh prilaku pencegahan jatuh - Mengidenti fikasi resiko yang akan meningkatk an kerentanan terhadap jatuh 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan 2. Ajarkan klien atau keluarga teknik ambulasi yang aman 3. Dekatkan klien dengan Bel pemanggil perawat 4. Selalu gunakan pagar restrain 5. Kolaborasi dengan ahli terapis 1. Mengetah ui faktor yang dapat menyebab kan jatuh 2. Meminima lkan cedera 3. Tanda bahaya 4. Membatasi resiko jatuh 5. Memperba iki mobilitas IMPLEMENTASI ( CATATAN KEPERAWATAN ) Hari ke - 1 Tanggal/ Waktu NO DX Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan Nama Jelas 06-04-2015 1 a. Memfasilitasi dalam melakukan aktivitas sehari- hari Hasil : Aktivitas klien terpenuhi berkat bantuan perawat ataupun keluarga. b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi
  • 64. 59 setiap hari. c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif / aktif secara rutin Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin. d. Membantu dan mengatur posisi klien secara hati-hati Hasil : Klien sudah merasa nyaman dengan posisinya. e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara aman Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang aman. f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan latihan fisio terapi Hasil : Latihan yang dilakukan klien terlihat atas perkembangannya. g. Berikan dukungan dalam latihan Hasil : Klien jadi termotivasi dalam menjalani latihan. 06-04-2015 2 a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) Hasil : P : Luka insisi post-op, Fraktur Iga Q : Seperti ditusuk- tusuk R : dada kiri dan punggung S : Skala 4 (1-10) T : Saat batuk dan bersin b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri Hasil : Klien memilih bermain games dalam mendistraksi nyeinya. c. Mendorong klien untuk merubah pola piker keadaannya dan memotivasi untuk sembuh Hasil : Klien termotivasi untuk sembuh. d. Membuat program latihan secara rutin Hasil : Klien menjalani program fisioterapi sesuai program.
  • 65. 60 e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12- 18. f. Memantau tanda-tanda vital Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respiratori : 20 kali/menit Nadi : 84 kali/menit Suhu : 37°C Hari ke - 2 Tanggal/ Waktu NO DX Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan Nama Jelas 07-04-2015 1 b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi setiap hari. c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif / aktif secara rutin Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin yang telah diprogramkan. d. Membantu dan mengatur posisi klien secara hati-hati Hasil : Klien nyaman dengan posisinya. e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara aman Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang aman. f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan latihan fisio terapi Hasil : Klien tampak mulai menunjukan perkembangannya. 07-04-2015 2 a. Mengobservasi pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) Hasil : P : Fraktur Iga dan Laminektomi Q : Seperti ditusuk- tusuk R : dada kiri dan punggung
  • 66. 61 S : Skala 3 (1-10) T : Saat batuk dan bersin b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri Hasil : Klien mendistraksi nyerinya masih memilih bermain games. e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12- 18. f. Memantau tanda-tanda vital Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respiratori : 20 kali/menit Nadi : 78 kali/menit Suhu : 36, 8°C 07-04-2015 3 a. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi (TTV dan Luka) Hasil : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Respiratori : 20 kali/menit Nadi : 78 kali/menit Suhu : 36, 8°C Luka masih belum kering sempurna. b. Pantau hasil laboratorium Hasil : Hemoglobin : 11.2 (12-16) Hematokrit : 38 (40-48). c. Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses penyembuhan luka post operasi Hasil : Setiap pagi hari Klien dilakukan GV dengan homlok, dibersihkan dengan NacL 30%. d. Melakukan perawatan luka Hasil : Dilakukan GV setiap hari secara teratur. e. Menjelaskan dan membantu keluarga klien dalam merawat dan menjaga klien (personal hygiene) Hasil : Keluarga dan klien mengerti tentang pentingnnnya menjaga personal hygiene. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
  • 67. 62 antibiotic Hasil : Klien mendapatkan: - Fixacep 200 mg 2x1 Peroral 06-18 - Dalancin 300mg 3x1 Peroeal 06-12-18. 07-04-2015 4 a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan Hasil : Pasang pagar bed ( berikan penerangan cukup dan bantu klien dalam posisi nyaman). b. Mengajarkan klien / keluarga dalamt teknik ambulasi aman Hasil : Klien dan keluarga memahami teknik ambulasi aman. c. Mendekatkan klien dengan bel pemanggil perawat Hasil : Klien mudah menjangkau bel bantuan. d. Selau menggunakan pagar restrain Hasil : Klien aman. e. Berkolaborasi dengan ahli terapi Hasil : memperbaiki mobilitas klien, klien mau melakukan fisoterapi. Hari ke - 3 Tanggal/ Waktu NO DX Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan Nama Jelas 08-04-2015 1 b. Memfasilitasi pelatihan otot secara rutin Hasil : Klien menjalani latihan/ therapy fisioterapi setiap hari. c. Membuat jadwal latihan pergerakan tubuh aktif / aktif secara rutin Hasil : Klien memiliki jadwal latihan secara rutin yang telah diprogramkan. e. Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah secara aman Hasil : Klien memahami teknik berpindah yang aman.
  • 68. 63 f. Berkolaborasi dengan ahli terapis dalam memberikan latihan fisio terapi Hasil : Klien tampak menunjukan perkembangannya. 08-04-2015 2 a. Mengobservasi pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) Hasil : P : Fraktur Iga dan Laminektomi Q : Seperti ditusuk- tusuk R : dada kiri dan punggung S : Skala 2 (1-10) T : Saat batuk dan bersin b. Mengajarkan teknik distraksi nyeri Hasil : Klien mendistraksi nyerinya masih memilih bermain games. e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Hasil : Klien mendapat ponstan 3x1 Peroral 06-12- 18. f. Memantau tanda-tanda vital Hasil : Tekanan Darah : 110/70 mmHg Respiratori : 20 kali/menit Nadi : 88 kali/menit Suhu : 36, 8°C 08-04-2015 3 c. Membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses penyembuhan luka post operasi Hasil : Setiap pagi hari Klien dilakukan GV dengan homlok, dibersihkan dengan NacL 30%. e. Menjelaskan dan membantu keluarga klien dalam merawat dan menjaga klien (personal hygiene) Hasil : Keluarga dan klien mengerti tentang pentingnnnya menjaga personal hygiene. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic Hasil : Klien mendapatkan: - Fixacep 200 mg 2x1 Peroral 06-18 - Dalancin 300mg 3x1 Peroeal 06-12-18.
  • 69. 64 08-04-2015 4 b. Mengajarkan klien / keluarga dalamt teknik ambulasi aman Hasil : Klien dan keluarga memahami teknik ambulasi aman. d. Selau menggunakan pagar restrain Hasil : Klien aman. e. Berkolaborasi dengan ahli terapi Hasil : Klien mengikuti program terapi BAB IV PEMBAHASAN Dalam BAB ini penulis akan membahas dan membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada Tn. F dengan Fraktur di lantai 3B RSPP jakarta yang dilaksanakan tanggal 6 April sampai dengan 8 April 2015 . Pembahasan ini diuraikan dalam 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi. A. Pengkajian Penyakit fraktur menurut teori adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
  • 70. 65 kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Didapatkan kesamaan pada Tn. F dari hasil pengkajian klien mengatakan nyeri saat batuk dan bersin, klien mengatakan tidak dapat merassakan tubuh bagian bawah atau ekstremitas bawah, terdapat luka operasi. Kesan MRI : fraktur kompresi carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru kanan, fraktur dari coste lateral th 8 dan 9 kiri. Foto femur dextra : fraktur pada proksimal tulang femur kanan, terpasang plate dan snew di proximalfemur kanan. Fibrosis di lapang atas paru kanan. Fraktur costae lateral Th VII dan IX kiri. Berdasarkan sifat, fraktur dibagi menjadi 2 yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Tn. F mengalami fraktur tertutup. Menurut teori pemeriksaan yang dilakukan kasus fraktur adalah X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera, Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot, Pemeriksaan Darah Lengkap. Dalam kassus Tn. F dilakukan pemeriksaan MRI, Foto thorax, Foto femur dan Thorakolumbosacral. B. Diagnossa Keperawatan Dalam teori terdapat enam diagnosa keperawatan yang timbul pada klien dengan fraktur , yaitu 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur) 2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, tekanan dan disuse 3. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas. 4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang 6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap informasi, terbatasnya kognitif. Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada Tn. F adalah Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler (fraktur femur terturup L1)
  • 71. 66 Nyeri akut berhubungan dengan ketunadayan fisik atau psikososial kronis (cedera neuromuskular). Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : penggunaan kateter tetap Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas bawah ( fraktur femur tertutup L1). Pada kasus Tn. F saat dilakukan pengkajian, didapatkan keuhan nyeri saat batuk dan berdasarkan hasil pemeriksaan foto thorax ditemukan fraktur di costae laateral Th VII da IX kiri. Pada foto femur didaptkan fraktur pada proksimal tulang femur kanan yang telah terpasang plate & srew di proksial femur kanan, dengan celah fraktur menghilang. Dari hasil pemeriksaan MRI Spinal Thorako-Lumbal, tampak fraktur kompresi corpus vertebra L1 retrolisthesis dengan sbluxasi corpus L1 ke posterior intraspinal dengan pendesakan medulla spinaalis (conus medularis) yaang disertai juga hematoma dan intensitas patologis fokal ntrameduler pada level tersebut, sesuai dengan adanya kontusi medulla berat. C. Intervensi Keperawatan Diagnosa keperawatan pada teori dan kassus dibuat berdasarkan tingkat keegawatan dan prioritas. Pada teori prioritas diagnosa keperawatan adalah nyeri sedangkan pada kasus Tn. F Prioritas diagnosa keperawatan adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromusscular. Hal ini didukung dengan data Kesulitan membolak balik posisi tubuh, Keterbatasan kemampuan berubah posisi, Keterbatasan rentang pergerakan sendi, Melambatnya pergerakan, Penurunan aktifitas, Kesan MRI : fraktur kompresi carpus vetebra L1, fraktur thorax= fibrosis di lapang atas paru kanan, fraktur dari coste lateral th 8 dan 9 kiri, Paraplegi tangan kanan 5555 tangan kiri 5555 kaki kanan 1111 kaki kiri 111. Tujuan prencanaan keperawatan pada kasus dituliskan batasan waktu yaitu 3 x 24 jam untuk memudahkan penulis mengevaluasi keberhasilan perencanaan keperawatan yang telah dilakukan, sedangkan kriteria hasilnya adalah klien mampu bergerak secara mandiri, menyokong tubuh dan mmfasilitasi pergerakan, rentang pergerkan sendi dapat aktif dengan inisiatif sendiri. D. Implementasi Keprawatan
  • 72. 67 Pada tahap implementasi rencana tindakan dapat terimplementasi dengan baik jugapenulis berpedoman pada intervensi yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi, ssituasi dan kebutuhan klien. Penulis membaca semua laporan dan catatan keperawatan yang ada di ruangan atau menanyakan setiap implementasi yang akan dilakukan kepada klien pada perawat diruangan. Adapun faktor yang mendukung keberhasilan implementassi yang dilakukan penulis terhadap klie yaitu adanya kerjasama antara penulis dan perawat ruangan serta im medis lainnya sehingga penulis dapat langsung mengimplementasikan setiap tindakan untuk klien, keluarga juga dapat mendampingi klien saat tindakan dilakukan, kalupun tidak keluarga berusaha untuk membantu tindakan dan menyatakan akan mempercayai perawatan di rumah sakit, serta faktor penghambat dalam melakukan implementasi yaitu kurangnya waktu melekukan implementaasi seluruhnya karena penuliss hanya mempunyai waktu 5x24 jam yang kemudian implementasi akan dilakukan oleh perawat rungan. E. Evaluasi Pada kassus Tn. F dilakukan eveluasi melalui 2 tahap yaitu evaluasi proses dan evaluasi hassil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang diberikan seteelah tindakan keperawatan , sedangkan evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam tujuan. Dari keempat diagnosa keperawatan tidak ada diagnosa keperawatan yang teratasi selama implementasi dilakukan.hal ini dikarenakan butuh waktu yang cukup lama dan bertahap untuk mengatasi masalah fraktur dengan kriteria hasil yang ditetapkan oleh penulis sehingga intervensi perlu dilanjutkan dengan pendelegasian. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005). Fraktur adalah
  • 73. 68 setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Saran 1. Mahasiswa Dikarapkan mahasiswa untuk lebih banyak membaca literatur mengenai kasus fraktur sehingga dapat menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca serta dapat memberikan asuhan keperawatan dan juga agar mahasiswa mampu menerapkan implementasi disesuaikan denagn intervensi yang telah dibuat. 2. Perawat Terhadap perawat ruangan disarankan untuk dapat melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dan tetap mempertahankan asuhan keperawatan yang sudah ada terlaksana dan juga agar perawat ruangan memberikan dukungan kepada klien dan keluarga sebagai upaya mempercepat penyembuhan klien. Dan perawat hendaknya dalam melakukan asuhan keperawatan untuk tidak lupa mendokumentasikan secara jelas setiap tindakan yang telah dilakukan.
  • 74. 69 DAFTAR PUSTAKA Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.