Teknik pengairan memainkan peran penting dalam industri pertambangan. Keahlian teknik pengairan diperlukan untuk perencanaan tambang, rehabilitasi lahan bekas tambang, infrastruktur pendukung, dan pengelolaan kualitas air. Bidang hidrologi, hidrolika, drainase, konstruksi bendungan, dan konservasi lahan diterapkan dalam perencanaan ini.
1. PERAN DAN APLIKASI ILMU TEKNIK PENGAIRAN DALAM
INDUSTRI PERTAMBANGAN
(STUDI OPERASIONAL TAMBANG PT. KALTIM PRIMA COAL)
Ibadi Zalfatirsa
Sr. Civil Engineer – Civil & Env. Planning PT. KPC
Ketua Umum Ikatan Keluarga Brawijaya Sangatta (IKBS)
ibadi.zalfatirsa@kpc.co.id
I. PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Pengairan adalah salah satu jurusan di Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang yang dibentuk berdasarkan tingkat kebutuhan akan tenaga ahli di bidang
pengairan di Indonesia. Para alumni jurusan Teknik Pengairan tersebar di berbagai lini
industri swasta dan pemerintahan, sebagian besar bekerja di sektor konsultan pengairan
ataupun konsultan sipil yang menyediakan jasa perencanaan dan pengawasan proyek-proyek
yang berhubungan langsung dengan keairan, seperti bendungan, jaringan irigasi, sistem
drainasi dan sebagainya. Namun ada sebagian kecil alumni yang bekerja di dunia
pertambangan yang mungkin sewaktu kuliah tidak pernah dibayangkan oleh alumni tersebut,
karena jika dilihat sepintas tidak ada korelasi antara pertambangan dan pengairan.
Industri pertambangan adalah suatu operasional yang melibatkan teknologi tinggi,
bersifat padat modal dan memiliki resiko yang besar dalam proses operasionalnya. Walaupun
di Indonesia khususnya sudah banyak perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang
memiliki jurusan Teknik Pertambangan dan telah menelurkan banyak sarjana teknik
pertambangan, namun ada beberapa hal spesifik yang memerlukan keahlian khusus yang
memang tidak dimiliki oleh sarjana pertambangan, seperti masalah perencanaan lingkungan,
perencanaan bangunan sipil penunjang dan sebagainya. Makalah ini sengaja dibuat penulis
untuk memberikan informasi akan tingginya tingkat kebutuhan ahli pengairan untuk
menunjang operasional pertambangan, khususnya pertambangan batubara dengan konsep
pertambangan terbuka (Open Pit Mining).
II. SEKILAS TENTANG PERTAMBANGAN
Menurut KepMen Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995, tempat usaha
pertambangan adalah setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan langsung
dengan penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, operasi produksi atau
eksploitasi, pengolahan atau pemurnian, pengangkutan, penjualan bahan galian golongan a, b
2. dan c termasuk sarana dan prasarana penunjang yang ada diatas atau di bawah tanah, baik
yang berada dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah. Menurut Prodjosumarto
(1999), secara metode operasional, penambangan dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Penambangan Terbuka (Surface Mining)
2. Penambangan Tertutup (Underground Mining)
Secara umum, proses kegiatan pencarian sampai dengan pemanfaatan mineral dan batubara
menurut Suyartono (2003) dibagi menjadi 7 tahapan, yaitu :
1. Penyelidikan umum
2. Eksplorasi
3. Studi kelayakan
4. Konstruksi
5. Eksploitasi / Produksi
6. Penutupan tambang
7. Pasca tambang
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah salah satu perusahaan tambang batubara yang
menganut metode penambangan terbuka. Lokasi PKP2B PT. KPC terletak di Kabupaten
Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas konsesi sekitar 92,938 hektar. Penulis
sengaja memilih operasional pertambangan di PT. KPC sebagai obyek paparan karena penulis
berkontribusi secara langsung dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
beberapa proyek penunjang operasional pertambangan di PT. KPC.
Dalam usaha untuk memproduksi batubara khususnya di PT. KPC, ada beberapa
tahapan kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi batubara yang siap jual. Tahapan
tersebut juga merupakan pendetailan dari proses kegiatan pencarian dan pemanfaatan mineral
dan batubara seperti yang telah disebutkan diatas. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Penambangan, Hal ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
•
Pengeboran eksplorasi (drilling).
•
Pembuatan model geologi area yang telah di eksplorasi.
•
Perencanaan
operasional
tambang
dan
infrastruktur
pendukung
penambangan (mine planning)
2. Operasional penambangan, hal ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
•
Pembersihan lahan (land clearing)
•
Pengupasan tanah pucuk (top soil)
3. •
Pengeboran dan Peledakan batuan penutup (OB drill & blast) jika
diperlukan.
•
Pemindahan batuan penutup (overbuden)
•
Pengeboran dan Peledakan lapisan batubara (Coal drill & blast) jika
diperlukan.
•
Penambangan batubara.
•
Pengolahan batubara di coal processing plant (CPP) sesuai dengan
kebutuhan customer.
•
Pengiriman batubara melalui pengapalan.
3. Pasca Penambangan, Menurut Rehab Spec. PT. KPC, beberapa hal yang
dilakukan setelah penambangan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
•
Mengidentifikasi area waste disposal yang telah sesuai dengan rencana.
•
Merubah kemiringan lereng di area waste disposal tersebut sehingga
menjadi lebih landai dan mengurangi potensi erosi karena kemiringan
lereng yang berlebih.
•
Penutupan area waste disposal dengan tanah pucuk (top soil).
•
Penaburan tanaman perintis (cover crop).
•
Di usia tertentu, area yang telah memiliki tanaman perintis yang cukup
subur bisa ditanami dengan tanaman produktif seperti sengon, sawit dan
lain-lain.
•
Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya.
Gambar 1. Tahapan Operasional Pertambangan. Sumber : PT. KPC
4. III. PERAN ILMU TEKNIK PENGAIRAN DALAM PERTAMBANGAN
Dari paparan pada bab II diatas, dapat diidentifikasi beberapa tahap pekerjaan yang
membutuhkan keahlian spesifik, seperti keahlian akan lingkungan, keahlian K3, keahlian
mekanikal dan elektrikal serta tidak lupa keahlian sipil dan pengairan. Dalam suatu struktur
organisasi perusahaan pertambangan yang baik, konsep “the right man on the right place”
mutlak dibutuhkan untuk menunjang profesionalisme perusahaan pertambangan tersebut. Hal
ini tercermin dari latar belakan pendidikan dan keahlian karyawan perusahaan tersebut apakah
sesuai dengan job description yang menjadi tanggung jawabnya.
Ilmu teknik pengairan dalam dunia pertambangan, secara awam mungkin tidak terlihat
korelasinya jika seseorang tersebut belum mengetahui apa saja yang menjadi tahapan proses
penambangan. Hal ini tak terlepas dari minimnya informasi tentang proses penambangan
kepada para calon sarjana Teknik Pengairan, maupun alumni dan dosen pengajar di jurusan
Teknik Pengairan.
Identifikasi tahapan penambangan yang membutuhkan keahlian khusus Teknik
Pengairan atau umumnya Teknik Sipil Hidro bisa digolongkan menjadi beberapa tahapan
umum sebagai berikut :
1. Perencanaan tambang, rehabilitasi lahan bekas tambang dan infrastruktur
penunjang.
2. Pelaksanaan dan pengawasan proyek infrastruktur penunjang operasional tambang.
3. Riset dan pengembangan metode baru untuk pengelolaan kualitas air.
Masing-masing tahapan dan korelasi dengan keahlian Teknik Pengairan akan dibahas detail
pada sub bab selanjutnya.
III.1. PERENCANAAN TAMBANG, REHABILITASI LAHAN BEKAS TAMBANG DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG
Dalam suatu kegiatan operasional suatu perusahaan dalam bidang apapun, sebuah
perencanaan yang matang dan terintegrasi sangatlah dibutuhkan guna menjamin kemajuan
perusahaan tersebut, tak terkecuali operasional perusahaan pertambangan. Sebuah perusahaan
pertambangan yang baik dan profesional pasti memiliki suatu departemen atau divisi khusus
untuk membuat suatu perencanaan tambang (Mine Planning) lengkap dengan infrastruktur
penunjang. Dari sisi waktu eksekusi, suatu perencanaan tambang dibagi menjadi 3 bagian :
1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Plan)
Rencana jangka panjang ini biasanya mencakup perencanaan tambang dan
infrastrukturnya minimal sampai 5 tahun kedepan. Untuk beberapa pertambangan
yang sudah mendekati batas ijin kontrak karya dengan pemerintah, biasanya
5. perencanaan jangka panjang akan meliputi sampai Life of Mine dan dilanjutkan
dengan perencanaan rehabilitasi pasca tambang. Perencanaan jangka panjang ini
diperlukan untuk perusahaan agar dapat melaporkan rencana produksi perusahaan
kepada Pemerintah khususnya Kementrian ESDM selaku stakeholder dari semua
perusahaan pertambangan di Indonesia. Selain itu rencana ini juga diperlukan oleh
seluruh shareholder atau pemegang saham untuk keperluan analisa bisnis komersial
para pemegang saham.
2. Perencanaan Jangka Menengah (Mid Term Plan)
Rencana jangka menengah ini adalah penterjemahan dari pihak operasional tambang
terhadap rencana jangka panjang yang telah disusun. Rencana jangka menengah ini
hanya mencakup sampai 1 tahun kedepannya dan diperlukan untuk membuat
perkiraan biaya operasional dan hasil yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut
selama 1 tahun kedepan.
3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Plan)
Rencana jangka pendek ini adalah penterjemahan dari pihak operasional tambang
terhadap rencana jangka menengah yang telah disusun. Rencana jangka pendek ini
bersifat harian dan rencana inilah yang menjadi acuan langsung dari operasional
lapangan seperti penempatan alat muat, alokasi truk muat ke lokasi loading point, dan
sebagainya
Dalam tahapan perencanaan yang telah dijabarkan diatas, apakah keahlian Teknik
Pengairan diperlukan? Jawabannya adalah ya. Beberapa bidang ilmu akan secara singkat
dijabarkan berikut korelasinya dengan tahapan perencanaan tambang diatas.
a) Hidrologi
Bidang ilmu ini sangat dibutuhkan terutama untuk kajian faktor resiko pemilihan kala
ulang dari curah hujan rencana yang dibutuhkan untuk suatu perencanaan tambang.
Seperti yang diketahui, menentukan curah hujan rencana adalah dasar dari segala
perencanaan bangunan air termasuk bangunan air untuk menunjang kegiatan
pertambangan. Dalam skala long term plan, akan direncanakan suatu manajemen air
(Water Management) yang terintegrasi dengan pergerakan tambang. Didalam
manajemen air tersebut akan diidentifikasi beberapa pekerjaan keairan seperti
pembuatan sediment pond / embung sedimen, penentuan jumlah pompa yang
dibutuhkan untuk pit dewatering, perencanaan saluran drainase tambang, perencanaan
pengalihan sungai dan lain lain. Semua pekerjaan keairan yang disebutkan pasti
6. membutuhkan analisa hidrologi yang akurat sehingga perencanaan bangunan keairan
tersebut bisa dipertanggung jawabkan sesuai dengan tingkat resiko yang diambil.
b) Hidrolika
Bidang ilmu hidrolika adalah bidang ilmu yang tak terpisahkan dari ilmu hidrologi
dalam perencanaan suatu bangunan keairan. Analisa hidrolika pasti akan dilakukan
setelah analisa hidrologi menghasilkan suatu nilai hujan rencana yang akan dipakai.
Analisa hidrolika ini bisa berupa analisa hidrolika saluran terbuka maupun hidrolika
saluran tertutup. Sebagai contoh analisa hidrolika saluran terbuka diperlukan untuk
menentukan lebar spillway pada embung sedimen, menentukan dimensi saluran
drainase dan sebagainya. Sedangkan hidrolika saluran tertutup digunakan untuk
penentuan jumlah dan kapasitas gorong-gorong dan sebagainya.
c) Drainase
Dalam istilah dunia pertambangan, sistem drainase lebih dikenal dengan istilah sistem
penyaliran atau penirisan tambang. Perencanaan sistem drainase tambang hanyalah
pengembangan dari ilmu drainase sipil umum dan juga telah mencakup analisa
hidrologi dan hidrolika didalam tahapan perencanaannya. Ilmu sistem drainase akan
diperlukan ketika akan merencanakan suatu bentuk waste disposal plan atau lebih
dikenal dengan istilah DDR (Dump Drainage & Rehab) ketika disposal tersebut masih
aktif ataupun sudah mendekati final dump.
d) Konstruksi Bendungan
Walaupun menurut PP 37 tahun 2010 tentang bendungan, sediment pond / embung
sedimen yang ada di operasional tambang umumnya dan yang ada di PT. KPC
khususnya digolongkan sebagai bendungan kecil karena kapasitasnya kurang dari
500.000 m3, ketinggian badan tanggul dari dasar pondasi <15m, panjang tanggul <
500 m dan debit rencana < 1000 m3/dt, namun dasar-dasar perencanaan tetap
mengikuti pedoman dalam ilmu konstruksi bendungan, dimana tahapan perencanaan
mulai dari analisa hidrologi, analisa tampungan, analisa hidrolika spillway, analisa
stabilitas tanggul semua harus dilakukan tanpa terkecuali. Sehingga desain sediment
pond yang dihasilkan sesuai dengan kriteria perencanaan yang ada dan dapat
dipertanggung jawabkan secara teoritis.
e) Konservasi Lahan dan Transportasi Sedimen.
Perencanaan sebuah sediment pond tidak akan terlepas dari berapa banyak laju erosi
dan sedimentasi yang terjadi pada area hulu dari suatu daerah tangkapan air yang
terganggu. Oleh karena itu, prediksi laju erosi dan sedimentasi yang mendekati aktual
7. akan dapat mempengaruhi keberhasilan perencanaan suatu sediment pond yang akan
dibuat. Analisa konservasi lahan juga digunakan untuk memprediksi laju erosi
kedepannya setelah rencana rehabilitasi lahan dibuat, sehingga bisa diperkirakan
efektifitas rencana rehabilitasi lahan tersebut dalam mengurangi erosi dan sedimentasi
kedepannya.
III.2. PELAKSANAAN
DAN
PENGAWASAN
PROYEK
INFRASTRUKTUR
PENUNJANG OPERASIONAL TAMBANG
Setelah melewati tahapan perencanaan suatu konstruksi sipil, maka suatu saat pasti
akan sampai pada tahapan eksekusi atau pelaksanaan proyek. Di dalam operasional
perusahaan tambang yang baik, biasanya memiliki suatu departemen / divisi eksekutor atau
pelaksana pekerjaan yang terpisah dari operasional pertambangan. Sebagai contoh, di PT.
KPC memiliki suatu departemen bernama departemen Mining Service yang bertugas sebagai
pelaksana pekerjaan non operasional tambang, seperti pembuatan jalan hauling, pembuatan
sediment pond, pembuatan saluran drainase tambang dan lain lain. Sehingga departemen
operasional tambang bisa fokus hanya bekerja di bagian produksi saja.
Pada bagian ini pun, ilmu yang didapatkan di Teknik Pengairan juga ada yang bisa
diaplikasikan, walaupun secara umum ilmu Teknik Sipil umum pun juga dapat diaplikasikan.
Beberapa contoh aplikasi keilmuan yang bermanfaat pada tahapan ini adalah sebagai berikut :
a) Analisa Penggunaan Alat Berat atau Pemindahan Tanah Mekanis
Dari pengamatan yang telah dilakukan, hampir sebagian besar proyek pekerjaan
infrastruktur penunjang tambang adalah pekerjaan tanah atau biasa disebuth earth
work. Dari sisi efisiensi waktu dan biaya pekerjaan, hampir dapat dipastikan
penggunaan alat berat konstruksi seperti excavator, bulldozer, dump truck, roller
compactor, motor grader dan lain sebagainya adalah opsi terbaik dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut dibandingkan menggunakan tenaga kerja manusia. Oleh karena itu
ilmu analisa penggunaan alat berat atau yang lebih populer dengan sebutan
pemindahan tanah mekanis sangat diperlukan sehingga kita dapat melakukan estimasi
berapa banyak alat dan durasi kebutuhan dari alat berat tersebut, mengingat jika tidak
di lakukan analisa, maka biaya yang timbul akibat investasi maupun rental ditambah
dengan biaya bahan bakar sangatlah besar, sehingga penggunaan alat berat harus
seoptimal mungkin.
b) Manajemen Konstruksi
Untuk melaksanakan beberapa pekerjaan infrastruktur penunjang tambang, sebagian
besar perusahaan tambang memiliki sumber daya (resources) khusus untuk
8. melaksanakan pekerjaan tersebut, meliputi sumber daya manusia (man power) dan
sumber daya alat (equipment). Terkadang karena beban pekerjaan yang tinggi, maka
sebagian pekerjaan yang dirasa tidak dapat ditangani oleh sumber daya yang ada akan
di-pihak ketiga-kan atau istilah umumnya dikontraktorkan. Suatu pekerjaan baik
dikerjakan menggunakan sumber daya sendiri maupun dikontraktorkan, harus diatur
oleh sebuah manajemen yang baik. Semua tahapan pekerjaan fisik maupun tahapan
administrasi harus dapat di kontrol oleh pemilik proyek. Oleh karena itu dibutuhkan
pengetahuan tentang manajemen proyek yang baik guna mendapatkan hasil akhir
proyek yang optimal. Implikasinya jika suatu proyek tidak terkontrol oleh suatu
manajemen proyek yang baik, maka akan timbul over cost akibat pemakaian sumber
daya yang tidak optimal, maupun akibat ketidak mampuan pemilik proyek dalam
mengontrol kontraktornya.
III.3. RISET DAN PENGEMBANGAN METODE BARU UNTUK PENGELOLAAN
KUALITAS AIR
Dengan adanya UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, KepMen LH No. 113 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Pertambangan Batubara serta Perda No. 02 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air khusus di wilayah Provinsi Kalimantan Timur menuntuk
semua pelaku usaha pertambangan untuk menjaga baku mutu air keluaran tambang di sebuah
titik penaatan yang disetujui oleh pemerintah sebelum kembali masuk ke sungai. Ada
beberapa parameter yang baku mutunya harus selalu dijaga sesuai dengan regulasi pemerintah
tersebut seperti yang terdapat pada tabel-1 dan tabel-2 dibawah ini. Jika ada nilai parameter
ambang batas yang berbeda, maka akan mengacu kepada nilai yang lebih ketat.
Tabel 1. Tabel Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara yang Dipersyaratkan.
Sumber : Perda Kaltim No.02 tahun 2011
9. Tabel 2. Tabel Baku Mutu Air Limbah Penambangan Batubara yang Dipersyaratkan.
Sumber : KepMen LH No. 113 tahun 2003
Dengan dasar tersebut, sebuah perusahaan pertambangan batubara yang baik harus
memiliki sumber daya untuk melakukan riset dan pengembangan metode baru untuk selalu
mengimbangi perkembangan operasional pertambangan dengan kualitas air yang harus selalu
terjaga kualitasnya agar selalu memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh pemerintah.
Walaupun sebenarnya hal ini adalah lebih banyak masuk ke wilayah keilmuan Teknik
Lingkungan, keilmuan Teknik Pengairan juga berkontribusi besar dalam hal tersebut. Salah
satu bentuk kontribusi keilmuan Teknik Pengairan adalah dapat memberikan prediksi akan
kuantitas air dimana hal ini akan menjadi input bagi rekan dengan keilmuan Teknik
Lingkungan untuk melakukan analisa dan rekayasa untuk improvement kualitas air. Semakin
tepat prediksi kuantitas air tersebut maka analisa dan rekayasa untuk improvement kualitas air
akan semakin tepat dan dapat diaplikasikan di lapangan.
IV. KESIMPULAN
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa hal berikut
sebagai kesimpulan :
1. Industri pertambangan khususnya dalam pertambangan batubara adalah industri yang
menggunakan teknologi tinggi, bersifat padat modal dan memiliki resiko yang besar
dalam proses operasionalnya sehingga membutuhkan berbagai disiplin ilmu dalam
menunjang operasional pertambangan.
2. Teknik Pengairan sebagai salah satu Jurusan di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang memiliki keilmuan yang spesifik dan sangat diperlukan untuk menunjang
operasional pertambangan.
3. Beberapa keilmuan dasar dan terapan yang ada di Jurusan Teknik Pengairan yang
diperlukan untuk menunjang operasional pertambangan diantara lain adalah Hidrologi,
Hidrolika, Drainase, Konstruksi Bendungan, Konservasi Lahan, Transportasi Sedimen,
10. Analisa Penggunaan Alat Berat / Pemindahan Tanah Mekanis, Manajemen Konstruksi,
Pengelolaan Kualitas Air dan lainya yang tidak tersebutkan dalam makalah ini.
V. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini akan dapat membuka dan menambah
wawasan para calon sarjana, alumni dan juga dosen serta staf Jurusan Teknik Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya tentang masih adanya peluang untuk daya serap
alumni Teknik Pengairan diluar apa yang sudah ada saat ini. Selain itu penulis juga
menyarankan agar para calon sarjana dan alumni Teknik Pengairan bisa melihat alternatif
potensi untuk berkarir di luar Pulau Jawa mengingat hampir semua industri pertambangan
khususnya batubara berada di luar Pulau jawa sehingga proses pemerataan keahlian antara
sumberdaya manusia di Pulau Jawa dan diluar Pulau Jawa secara tidak langsung bisa terbantu
dan dipercepat.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Pertambangan Umum, 1995. Kepmen Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Jakarta : Direktorat Teknik Mineral dan Batubara.
Prodjosumarto, Partanto. 1999. Tambang Terbuka (Surface Mining) – Diktat Kuliah.
Bandung : Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi
Bandung.
Suryanto dkk, 2003. Good Mining Practice. Semarang : Studi Nusa.
_______, Peraturan Pemerintah RI No. 37 tahun 2010 Tentang Bendungan, Jakarta.
_______, UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Jakarta.
_______, KepMen LH No. 113 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Pertambangan
Batubara, Jakarta.
_______, Perda No. 02 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, Samarinda.
C&E Planning Section, Hydraulic Design Guideline, (Sangatta: Arsip Internal [tidak
diterbitkan untuk umum], Mei 2005), hlm 3-10.