SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 131
Downloaden Sie, um offline zu lesen
~ POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
~ INSTITUT TEKNOLOGI BAN DU N G
TEORI
ALIGNMENT
Penyusun : DUddy Arisandi
INDUSTRIAL TRAINING SERVICE
JL. IR. H. JUA..lo.lDA (KPL. KANAYAKAN) TROMOL POS 851 BANDUNG 40008
Phone (022) 2500241 (HUNTING), Fax. (022) 2502649
.'. ­
I "'_~
ALIGNMENT 1I
Te 0 r i
I. PENDAHULUAN "ALIGNMENT'
Perusahaan-penJsahaan yang ada dewasa ini dilengkapi dengan mesin
konvensional sampai yang berteknologi tinggi/canggih. Setiap mesin dan
perlengkapan yang digunakan terdiri dari berbagai elemen mesin. Secara garis
besar perlengkapan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
perlengkapan penggerak seperti motor induksi dan perlengkapan yang
digerakan seperti pompa, mesin dan lain- lainnya. Untuk memindahkan
putaran atau daya dari suatu sumber penggerak ke perlengkapan yang
digerakan, diperlukan suatu elemen mesin pemindah putaran atau daya
seperti kopling, puli, dan rodagigi.
Untuk memperpanjang rnasa penggunaan perlengkapan sesuai dengan
umurnya diperlukan suatu pengetahuan yang umum mengenai elemen­
elemen mesin penggerak beserta gejala-gejala kerusakan yang terjadi,
rencana pemeliharaan yang teratur dan metoda pemeliharaan yang benar.
Perlu juga diperhatikan berbagai faktor seperti keselamatan kerja pelaksana
dan keselamatan perlengkapan atau mesin yang digunakan dan efisiensi
waktu pemeliharaan atau perbaikan beserta biaya yang dibutuhkan.
IIA/ignmenf' adalah salah satu proses pemeliharaan atau perawatan pada
elernen mesin pemindah putaran atau daya, agar perlengkapan yang
digunakan dapat berfungsJ sernakslrnal mungkin dan mencegah kerusakan
elemen-elemen mesin lainnya pada perlengkapan mesin akibat kesalahan
pada saat pemasangan atau pemeliharaan.
Te 0 r i
ALIGNMENTPOLITEKNIK MANUFAKTUR I..­ ~ __l_ __I
BANDUNG I
17. How to Choose a Balancing Machine (Dott. Ing. Luigi Buzzi)
18. Theory of Vibration with Aplications
19. Workshop Technology part 3 (W.A.J. Chapman)
20. Blauri - Drives (Katalog)
;>.
,~ 21. Power Transmission
(Moerwismadhi)Dasar-dasar Penyebadsan22
t (Management & Training,,f')
Ketepatan Penyetelan Paras MM 13623.'t System)

(Cepi Mo. Hanafi)

24. Penyebarisan Lanjut
':.l,
i
I
i
I
ALIGNMENT
Te 0 r i
i
,I
f
Buku materi pengajaran praktik ini diperuntukkan bagi mereka yang sedang,
ataupun akan bekerja di Industri. Setelah selesai melaksanakan program ini, ia
diharapkan mempunyai keterampilan maupun penqetahuan dalam bidanq
mekanik tertentu.
Dikatakan sebagai buku materi pengajaran praktik, karena peserta dapat
mengikuti buku materi seri yang tersedia, hingga mempunyai keterampilan dan
pengetahuan yang lengkap, serta memenu hi syarat untuk suatu tingkatan
klasiflkasi dl IndustrL
Untuk menyelesaikan satu materi keterampilan, diperlukan waktu 40 jam atau
1 minggu, yang meliputi 32 jam praktik dan 8 jam teori. .
Buku penqajaran praktik ini tidak dirancang sebagai "Self Learning
Program", jadi pada pelaksanaannya diperlukan penjelasan atau bimbingan
dari seorang Instruktur. Meskipun demikian aktivitas terbesar tetap dilakukan
peserta C'$tudent Centered").
Pada garis besarnya isi dari buku materi pengajaran praktik ini, dibagi menjadi
--.tiga bagian utama,yaitu: ..._"-­ . ­ - - -
• Teori (halaman biru)
• Soal Teori (halaman kuning)
• Praktik (halaman merah)
Halaman biru, berisi teori-teori yang diperlukan untuk menunjang praktik.
Teari yang diberikan hanya yang berhubungan !angsungdengan praktik, dan yang
benar-benar diperlukan.
Pada pelaksanaannya, lnstruktur akan menjelaskan mendiskusikan ataupun
mendemantrasikan apa-apa yang perlu diketahuipeserta.
Pada bagian inl, jika diperlukan, dilampirkan tabel-tabel, standard-standard
ataupun klasifikasi-klasffikasi.
ALIGNMENT ii
POLITEKNIK MANUFAKTUR 1---------------'------1
BANDUNG
Te 0 r i
Halaman kuning, berupa soal-soal untuk mengevaluasi penerimaan
peserta dalam pelajaran teorl, Pada halaman ini peserta dapat langsung
mengevaluasi dirinya, sedangkan evaluasi yang bersifat test akan diberikan
terpisah. Selain itu instruktur akan memberikan pekerjaan rumah, yang harus
dilakukan peserta diluar jam pelaksanaan buku ini.
Halaman merah, berisl petunjuk / tahap-tahap operasi yang harus diikuti /
dilakukan oleh peserta, dalam melaksanakan praktik di bengkef.
Pada bagian ini, dirlnci apa yang harus dilakukan oleh peserta, dan peralatan
apa yang diperlukan untuk melaksanakan suatu proses.
Te 0 ri
ALIGNMENT
POLITEKNIK MANUFAKTUR f--------------.l--~
BANDUNG
I. PENDAHULUAN 11ALIGNMENT" .
1/. KOPLING. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

A. Jenis kopling tetap 4

B. Jenis penyimpangan kesumbuan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . 13

C. "anda terjadinya penyimpangan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

D. ',letoda pemeriksaan penyimpangan kesumbuan pada kopling .,. 15

E. ~ ,1enghitung besar penyimpangan pada kopling 20

F. Perbalkan penyimpangan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 23

G. Hal-hal lain yang berhubungan dengan kopling 24

Ill. PULJ DAN SABUK PENGGERAK 29

A. Jenis pull dan sabuk penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

8. Janis penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak 35

C. Tanda terjadinya penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak
 35
D. Pemeriksaan penyimpangan pada pull dan sabuk penggerak .... 36

E. Perbaikan penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak
 37
F. Mengatur tegangan sabuk penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

.......-..............~
Te 0 ri
ALIGNMENT
POLITEKNIK MANUFAKTUR 1--------------.1...-------1
BANDUNG
IV. RODAGIGI.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40

A.	 I	 . d"ienlS ro ag..lgl . 40

8.	 Jenis penyimpangan pada radagigi ., . 43

C.	 Tanda terjadinya penyimpangan pada rodagigi . 43

D.	 Slemeriksaan penyimpangan pada rodagigi . 44

E.	 :Aengatur "BACKLASH" pada rodagigi . 45

F.	 Hal-hal lain yang berhubungan dengan rodagigi . 48

V. RANTAI PENGGERAK DAN RODAGIGI RANTAI . . . . . . . . . . . . . . . . 50

A.	 ;:;engenalan............................................ 50

B.	 =asisi pemasangan rodagigi rantai dan rantai penggerak 51

C.	 Jenis penyimpangan pada rodaglgi rantai dan rantai penggerak . . 52

D.	 Pemeriksaan penyimpangan pada rodagigi rantai dan rantai

penggerak " .. -~ .".. ' -- -. . . . 53

E.	 L~engatur tegangan rantai penggerak 54

F.	 Tanda terjadinya penyimpangan pada rodagigi rantai dan rantai

penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

G.	 Pelumasan rodagigi rantai dan rantai peng~erak 55

H.	 Hal-hal lain yang berhubungan dengan rodagigi rantai dan rantai

penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
~~',~:"
..., ".~'" ,..
,I.'
ALIGNMENT vi
POLITEKNIK MANUFAKTUR I
BANDUNG @Teo r i,
VI. PIENYETIMBANGAN .. ........... .. . . . . · ....... · .. . . ·........ 59
• 0 .. ..... jIo
·. · .
A. Pendahuluan o • • . . .. .......... . . . .. .. ........
··. .. . . · . · ..... .. . .. .. · . 59

:
B. Jenis ketidaksetimbangan · . ·. .. .. , · . - . . · . . . ·.......... · . 60
~
C. Perhitungan penyetimbangan · . · .. · . · . · . ·. · .. 61
D. Perbaikan penyetimbangan · . · . · . · . . . · . · . · . 65
:
i E. Mesin penyetimbang · .. · . · . · . · . . . · . · . 66
;
I
VII. SOAl LATIHAN . · . . . . . . . ... · . · . ·. .. .. .. . · · .. · .. 134

...
A. Soal Latihan 1 · . · . . . · . · . .. . .. ... · . · .. · . .. ..... · . · . · . 134
B. Soal Latihan 2 · .. · . · . . . · . · . · . ·. · . ·.. · . · . . . .. ...... .. ..... · . 137
C. Soal Latihan 3 · . · . · . · . · .. 141
,
"
D. Soal latihan 4 · . ·.· . · . · . · . · . · · .. · . · . · . · . .. .. .. .. ·. . 143. ·
E. Soal latihan 5 . . ·. .. ..... · . ·. · .. · . · . · . · . · . · . · . .. .... 146.­! .. '"
F. Soal Latihan 6 · .. ·... .. .. .. .. ·. · .. .·. ....... ·. · ... ...... ·. · . · .· . . 149

G. Soar Latihan 7 .. · ........ . . · . · .. ··. · . · .·. ·. · . · .. · . · . · . 152
~~.'
J
,.
or;
,
"
2
.j:
,.
"
:.
"
'''-'-~
"
.t., ~
Teo r i
ALIGNMENT
-- POLITEKNIK MANUFAKTUR r----------------I...--~
BAlI-lDUNG
Peserta pelatihan diharapkan :
1.	 Mengetahui spesifikasi elemen mesin penggerak seperti :
pull, sabuk penggerak, rodagigi rantai, rantai penggerak, kopling dan
roda gigi.
2.	 Mengetahui tanda-tanda terjadinya dan penyebab penyimpangan
"alignment" pada suatu sistem penggerak.
3.	 Dapat memperbaiki dan melakukan "allqnment" pada suatu sistem
penggerak.
t..	 Dapat menentukan metoda "aliqnrnent" yang sesuai dengan kondisi di
lapangan.
5.	 Mengetahui pentingnya dilakukan pemeliharaan terhadap elemen
mesin penggerak. --­
S.	 Mengetahui proses "balancing" pada puli, rodagigi rantai dan kopling.
7	 Dapat bekerja dengan mengikuti dan memperhatikan prosedur
keselamatan kerja.
2ALIGNMENT
Te 0 ri
d
I
j C
~~Ir'"
I ~~~e:_..cl'>.-Ql~W-
I
I i
I I
~-------------)
~ POLITEKNIK MANUFAKTUR f - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - - - - - l
< • BANDUNG
; '.~:~
L-_-----....l...----------------1....--i
..'
Poros
llAlignment' dilakukan untuk
memelihara elemen mesin pemindah
putaran atau daya, seperti :
a.	 Kopllng
b.	 Pull dan sabuk penggerak
c.	 Rodagigi rantai dan rantai
penggerak
.d, 80dagigi
e.	 Bantalan
"Alignment' merupakan suatu proses
yang meliputi :
a.	 Kesatusumbuan seperti pada
kopling
.'0
I
I.

3ALIGNMENT
Te 0 ri
<P"'a~ITEKNIK MANUFAKTUR 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - - 1
.:: . BANDUNG
c. Ketegaklurusan antara elemen
mesin penggerak dengan sumbu
porosnya seperti pada rodagigi.
b. Sejajar
II. KOPLING
- .Kopling·digunakan sebagai elemen
mesin pernindah putaran ·atau daya
dari suatu pores penggerak ke pores
yang digerakan, dimana kondisi sumbu
poros tersebut :
a. Satu sumbu
.
Pores ydC"9
digerakan
Roda gigi
_. -
Poros pert]gerak
Poros pE!'Wrak
I
r
, =
-l b. Kesej aj aran sumbu poros dan. ,"0.
r~',..
i
kesebarisan elemen mesin
penggerak dengan sumbu porosnya
seperti pada pull.
Penggaris
,
i
i
"
l. =
i
. l
. '.' t
13
3. Penyimpangan menyudut horisontal.
Untuk memperbaiki kondisi sumbu
poros menyudut maka sumbu pores
harus digeser kearah kiri atau kanan
dengan besar yang berbeda.
2. Penyimpangan kesejajaran vertikal.
Sumbu diantara dua poros__ sejajar,
untuk memperbaiki kondisi tersebut
sumbu poros dinaikkan atau diturunkan
dengan besar yang sama.
11.8.JENIS PENYIMPANGAN KESUM
BUAN PADA KOPLING
1. Penyimpangan menyudutvertikal .
Penyimpangan ini terjadi apabila
antarasumbu paras penggerak dan
yang digerakkan menyudut. Perbaikan
dilakukan dengan menaikkan atau
menurunkan sumbu paras.
ALIGNMENT
Teo r i
i
kNIK MANUFAKTUR !"-------------,-'---------4
BANDUNG I!
~------------~"
I
I
31. "Coneten velocity joint couplingll
Kopling ini digunakan untuk
memindahkan daya dan putaran yang
konstan. Bola berfungsi sebagai
I perantara untuk mener-uskan daya.
I Keuntungan kopling ini dibandingkan
-I "universei couptiru;" yang lainnya
I ada.lah dapat memindahkan daya yang
) besar walaupun posisinya menyudut.
,~'--~------------
14
4. Penyimpangan kesejajaran
horizontal.
Sumbu diantara dua paras sejajar,
untuk memperbaiki kondisi tersebut
sumbu pores harus digeser ke arah kiri
atau kanan dengan besar yang sarna.
acTANDA TERJADINYA PENYIMPA
NGAN PADA KOPLING
1. Pada saat mesin beraperasi :
a. Terjadi getaran yang tidak normal di
sekitar kamponen, terutama pada
paras dan timbul suara yang tidak
normal.
c. Terjadi panas yang berlebihan pada
bantalan atau kopling.
b. Paras beserta kapling terlihat
rnenqayun,"terutarna apablla [arak
paras penggerak dan diqerakkan
jauh.
ALIGNMENT
I e o r l .
_ ....
~- ...
- - .... - ....l~
.·NIK'MANUFAKTUR f----------------l...-------l
':BANDUNG
b. Kerusakan pada bantalan.
15
Pada saat mesin diam :
Kerusakan atau kea~san pada
elernen kopling.
I c. Kerusakan pada paras.
lID. METODA PEMERIKSAAN PEN
YIMPANGAN KESUMBUANPADA
KOPLfNG
1. Menggunakan IIstraightedgelt
dan
'reeler gauge".
"Straightedge" digunakan untuk
memeriksa kerataan suatu permukaan
(a) dan 'reeler gauge" digunakan untuk
mengukur celah atau ruang antara (b).
j 2.j
i
I a.
II,
II
I
ALIGNMENT
Teori
.....
~- . - . --:::;:­......_"""l'l;:­
..---'
b.
I / ' ":' -­
.1• ./ ",. ~Bengkok
a
~J( : )
ALIGNMENT 16
'~IK MANUFAKTUR f-----------------'------l
r i
Untuk memeriksa penyimpangan
paralel digunakan IIstraightedgell
pada
permukaan diameter luar kopling .
. Sesar penyimpa,ngan yang terjadi
diukur dengan IIfeeler gauge".
I
I
I­
	 Untuk memeriksa penyimpangan
menyudut digunakan "feeler gaugell
I
pada jarak diantara permukaan sisi
kopling. Kedalaman "teeter gauge"
pada ernpat poslsl harus sarna. .
2.	 M~,Dgguna~an jangka sorong dan
mistarba]a.
Mistar baja digunakan untuk
memeriksa penyimpangan paralel dan
sebagai pengganti dari IIstraightedge".
Pada kopling yang rnernillkl jarak
antara permukaan slsl kopling yang
ag ak besar, untuk memeriksa
penyimpangan menyudut digunakan
jangka sorong pada empat posisi
dengan kedalaman yang sarna,
Te 0
I $
o.~
._.~: 9t
Pores disetel I
Feeler ga:.t;e
27~".' ,'"
- .
e
·Fbros disetel .
2 .z-r.
219
lW"
'jNDUNG
ALIGNMENT 17
3. Menggunakan lIdia! lndicstor".
"Dial lndicetot" digunakan untuk
memeriksa penyimpangan para.lel dan
menyudut seeara bersamaan. Arah
putaran jarum pada "dial indicator'
rnenunjukkan posisi penyimpangan
sumbu kopling.
a. Metoda "face and rim"
Metoda ini sangat tel it; apabila
dilakukan pada kopling dimana [arak
.diantara perrnukaan kopling (,'gap"
lebih keeil dari diameter kopling.
Apabila "dial indicator'tidak dapat
dipasang pada kopling~ sepasang alat
bantu harus dibuat dan dipasang pada
poros,
Hasil pengukuran didapat pada
empat posisi (0°,90°, 180°, dan 270")
untuk masing-masing "dial indicator'.
Hasil tersebut akan menentukan posisi
penyimpangan paralel dan menyudut
(horisontal dan vertikal).
Alat
bantu
Dial indicator 1
Te 0 ri
·n~~
Pores lselelv ~
180"
Dial indicator 2
0°
zn~
<:1600
ALlGNMENT 18
Apabila konstruksi mesin
menggunakan 'journal bearing" atau
"bush" (memungkinkan poros bergeser
kearah axial), maka poros harus
dikunci, sehingga tidak berqeser ke
arah axial yang akan mempermudah
pemeriksaan posisi menyudut.
b. Metoda "reverse indicator"
Metoda ini sesuai digunakan pada
kondisi dimana jarak diantara
pe.rmukaan sisi kopling (''gapl') lebih
besar dari diameter kopling dan kedua
pores dapat diputar secara bersamaan.
HasiI pengukuran pada kedua
permukaan diameter kopling akan
menggambarkari posisl penyirnpanqan
para.lel dan rn enyudut secara
bersamaan dalam arah vertikal dan
horisontaL
Karena alat bantu yang digunakan
cukup panjang, berat dari peralatan
tersebut akan mernpenqaruhl hasil
pemeriksaan ("bracket sag'').
Untuk perhitungan selanjutnya
"bracket sag" harus diperhatikan.
.~.
Te 0 r i
0"
Dial indicator 1
Posisl hcrisontal
...... ......... ...- ............ .....
.... _'......
--~~~~~
: Bracket sa]
Dial incfcator 2
ALIGNMENT 19
Te 0 r i
-----:..:..::::/--...:. -- - -- ;­
r- --~----
Posisi dial (-0.' )

(Neraca pegas ditepasJ

Pada pengukuran "breckei seq".
neraca kecil dibutuhkan untuk
menentukan besar gaya pencapaian
posisi horisontal.
Misalkan hasf pengukuran neraca
kecil sebesar 5 N untuk mencapai
posisi horisontal, kemudian pindahkan
pemegang "diet indicator' ke poras.
Atur "aiel indicator" pada posisl "0",
kemudian lepaskan neraca kecil,
apabi!a penyimpangan pembacaan
pada "ate! ind[C??:to(' sebesar (..{~,1) mm
berarti besar penyimpangan total
adalah (-2).(-0,1) = + 0,2 mm.
Apabila "qep" kopling lebih besar
dari diameter kopling dan metoda
pemeriksaan yangdigunakan 'ieee and
rim1/, maka akan didapa:tkan hasil
pemeriksaan yang kurang tellti, Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan
memasang "diet indicator" pada
permukaan diameter luar kopling
lainnya.
c. Metoda "ieee to face distence".
Metoda ini digunakan apabila [arak
antara permukaan kopling jauh dan
jenis kopling yang digunakan "specer
couplingl l
atau /lf/oating shaft couplirq".
20
ltE. MENGHITUNG BESAR PENYIMPA
NGAN PADA KOPLING
1. Menggunakan "straightedge" dan
"teeter gaugell
atau rnlstar baja dan
jangka sarong.
Dari suatu pemeriksaan di dapat
data pada empat posisi.
4. Metoda "optics! alignmenf'.
Proses In! menggunakan
perlengkapan peralatan secara khusus,
dan basil pemeriksaannya lebih teliti
dibandlnqkan dengan proses lainnya.
Peralatan ini dilengkapi dengan sistem
"computerized",
Deng an menggu nakan sinus
segitiga (dua segitiga yang-sebangun)
maka akan didapat bahwa kt harus
dinaikan sebesar 0,7 mm dan k2 harus
dinaikkan sebesar 0,5 mm. Sesar
penyimpangan dapat juga ditentukan
dengan cara grafis. Lihat lampiran 26.
2. Menggunakan "dial indicator"
a. Metoda "ieee and rimll
"Dial indlceiot" 1 digunakan untuk
mengetahui besar penyimpangan
pararlel dan "dial itidicetor" 2
digunakan untuk mengetahui
penyimpangan menyudut.
27(1)
ALIGNMENT
Te 0 ri
K-MANUFAKTUR I - - - - - - - - - - - - - - - - L - - - - - l
r-:mUNG
Sin CC =CG5
SO
ALlGNMENT 21
Te ori
008
1M
W180"
~
o
2 oQ,2 000,2 9Cf
t04
18
;". ~a ~O
0008 +0,06
~Sintl=C-CB
- -­ -1RQP •. -i;;-- ­ -1800
'U ,rU'~=-'ii~,:.,
Untuk menentukan besar perqeseran
(penyimpangan horisontal) lihat "die!
lnaicetot" 1 dan 2 pada posisi 90° dan
270°, Untuk memperbaiki kondisi
tersebut maka kt harus diges er
sebesar 0,68 mm dan k2 harus di geser
sebesar 0,36 mm ke arah 270°. Lihat
lampiran 27, menggunakan cara grafis.
Untuk menentukan besar penaikan
atau penurunan (penyimpangan
vertikal) lihat "dial indicator' 1 dan 2
pada posisi 0° dan 180°. Untuk
memperbaiki kondisi tersebutmaka k1
dinaikan sebesar 0,67 mm dan k2
dinaikan sebesar 0,35 mm.
b. Metoda "reverse lnaiceiot"
_ ''Dial indicator" 1 dan 2 digunakan
untuk menqetahui - besar
penyimpangan para/el dan menyudut
dalarn posisi vertikal dan horisontal.
Untuk menentukan besar penaikan
atau penurunan lihat "dial indicator" 1
dan 2 pada posisi 0° dan 180°. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus dinaikan sebesar 0,425 mm dan
k2 harus dinaikan sebesar 0,675 mm.
Lihat lampiran 28, menggunakan
cara gratis.
ALIGNMENT 22
Untuk menentukan besar
pergeseran lihat "dial indicator' 1 dan 2
pada posisi 90° dan 270°. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus digeser sebesar 0,9 rnm dan k2
harus digeser sebesar 1,1 mm ke arah
90°.
Untuk menentukan besar
pergeseran lihat "dis! indicator' 1 dan 2
pada posisi 90
0
dan 270°. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus digeser sebesar 0,125 mm dan
k2 harus digeser sebesar 0,175 mm ke
arah 270°.
c. Metoda "ieee to face distence"
IIOla! indicator' 1 dan 2 digunakan
u ntuk mengetahui besar
.penyimpangan .paralel dan menyudut
dalam posisi vertikal dan horisontal.
Untuk menentukan besar penaikan
--atau penurunan Iihat "die! indicetor;
dan 2 pada posisi 00
dan 180°. Untuk
memperbaiki kondisi tersebut maka k1
harus dinaikan sebesar 0,3 mm dan k2
harus dinaikan sebesar 0,1 mm.
Lihat lampiran 29, rnenqqunakan
cara grafis.
Te 0 r i
co
27rfr:;:)9(f'
~180" -
20r+0,1
100 W~~l
K2
.._. .t.
~·oO"
02
180"
;27Q)~
<:1BO"
23
II.F PERBAIKAN PENYIMPANGAN
PADA KOPLING
Untuk memperbaiki penyimpangan
vertikal, kakl-kaki pada mesin harus
dinaikan atau diturunkan sesuai
dengan perhitungan, sebagai
pengganjal digunakan "shim".
"Shim" dibuat sedikit lebih besar
dari lebar kaki mesin dan terbuat dari
material yang kaku. Hindari
penggunaan beberapa buah "shim"
yang ditumpuk menjadi satu karena
memungkinkan "shim" bersifat seperti
pegas.
Untuk memperbaiki penyimpangan
horisontal, kaki-kaki pada mesin harus

.. dige'sef' sesuai 'perhitungan. Untuk

mengetahui besar perqes er an,

digunakan sepasanq "dial tndicetor"

padakaki-kaki mesin.
Pada saat memperbaiki
penyimpangan pada kopling, lakukan
terlebih dahulu perbaikan menyudut
(pendekatan) dengan [alan mengatur
IIgapll pada empat posisi. Kemudian
perbaikan secara teliti dilakukan.
ALIGNMENT
Te 0 r i
leO'
t
Block gat..geI
feeler gauge
ALIGNMENT
Te 0 r i
24
Untuk mencegah pergeseran mesin
pada saat dijalankan dan pemasangan
ulang setelah proses perawatan mesin,
digunakan pena sebagai penepat dan
pengamanan terhadap pergeseran
mesin.
r-l.L---iI.l.-_...JJ.----l.a-.....,
I.G. HAL-HAL LAIN YANG BERHUBU
Corcreta
base
NGAN DENGAN KOPLING
1. Dudukan dan pondasl rnesln
Komponen penggerak dan yang
digerakan pada saat datang dari pabrik
pembuat ada yang dipasang dalam
satu dudukan rata yang disebut "steel
baseplates",
Hindari pemasangan komponen
mesin secara langsung padalantal di
pabrik. Gunakan "base "pad" agar
kaki-kaki dari komponen mesin dapat
duduk dengan rata dan ketelitian
perbai kan dapat dicapai.
Pada suatu kondisi tertentu
pemasangan bertingkat dapat juga
dilakukan, seperti pada mesin yang
memiliki "frame work". Untuk
pemasangan digunakan pelat penyangga
yang dapat menumpu komponen. Pelat
penyangga akan menambah kekuatan
susunan dan memberi keseimbangan
pondasi. Tebal minimum pelatpenyangga
sebesar diameter bautyangdigunakan.
25
Komponen yang dijadikan referensi
adalah komponen yang sukar
digeser/dipindahkan atau apabila
pernlndahan dilakukan _ akan
mengganggu instalasi yang sudah
terpasang. Pada pemasangan majemuk
(rrielalui "speed reducer" arah
penyetelannyadart pompa ke motor.
3. Pemeriksaan beberapa elemen
mesin
a. Bantalan
Agar mesin dapat bekerja dengan
maximal, bantalan harus diperiksa
terhadap batas toleransl yang diijinkan.
Pemeriksaan arah radial dilakukan
dengan menekan pores seperti pada
gambar. Batas taleransi yang diijinka~
0,00311
(0,075 mm) TIR (lltotal indicating
reading'). Lihat lampiran 30 dan 31 .
2. Penentuan referensi pemasangan
Sebe!um melakukan pemeriksaan
dan perbaikan, kita harus menentukan
sebuah kornponen yang akan dijadikan
sebagai referensi terhadap komponen
lainnya. Komponen tersebut harus di
I/Ieveling11terlebih dahulu.
Pemeriksaan poros arah axial
dilakukan dengan menarik dan
mendorong pores. Batas toleransl yang
diijinkan 0,001" -7 0,004" (0,025 + 0,1
mm) TIR.
Lihat lampiran 31 .
ALIGNMENT
Te 0 r i
Sjji~ level
/
Referensi
L
'bLlTEKNIK MANUfAKTUR }--------------....L-----I
'., BANDUNG
ALIGNMENT 26
Te 0 r i
Penyiku
Dial irlkattx­
b.	 Paras
Salah satu penyebab rusaknya
komponen mesin pada saat beroperasi
adalah poros yang bengkok. Lakukan
perbaikan sedapat mungkin, ape•..bi!a tidak
memungkinkan ganti pores terseoet,
c.	 Kopling
Dlmensi kapling mempunyai batas
toleransi seperti selindrisitas dan
keteg aklurusan sisi kopling dengan
sumbu pusat. Pada rpm < 3600 :
_. . _ . ­ ~
1.	 0 kopling < 12" (304 mm) toleransi
maximum 0,006" (0,15 mm)TIR.
2.	 0 kopling > 12" toleransl maximum
= 0,008" (0,20 mm) TIR
Pada rpm> 3600 toleransi maximum ==
0,004" (0,1 mm) TIR.
4.	 Pemeriksaan kaki-kaki komponen
mesin,
Pada saat mesin duduk di atas
"base plates", kaki-kaki dari mesin
harus menempel dengan rata pada
"base plates". Periksa kondisi tersebut
dengan menggunakan "feeler gaugell
•
Untuk pemeriksaan yang teliti
digun akan "dial indicator" yang
dipasang pada kaki mesin. Apabi la
terjadi regangan pegas pada kaki-kaki
motor gu nakan "snutt' untuk
mengganjal kaki-kaki mesin.
ALIGNMENT 27
Teo ri
5.	 Toleransi penyimpangan.
Toleransi penyimpangan menyudut
dan paralel yang diijinkan tergantung
dari jenis kopling dan rekomendasi
pabrik pembuat. Untuk kondisi umum
(kasar) dapat dijadikan patokan
sebagai berikut :
-Eij.. - rpm < 3600 ; TIR = 0,004" (0,1 mm)
- rpm> 3600; TIR =0,002" (0,05 mm)
' Toleransi "qep" kopling didapat dad
I
,	 rekomendasi pabrik pembuat. Pada saat
memesan kopling mintaIah data
spesfikaslnya agartidak terjadi kesalahan
padais-am penggunaan-kopling.
. ­ .-J;
)
, .
.­
Driven mad'ifle
Diivirg machine .
Toleransi ketinggian dari sumbu
pores terhadap landasannya harus
diperhatikan dan berhubungan dengan
penyimpangan parale!. Lihat lampiran
32 mengenai tabel batas ketinggian
penyimpangan sumbu pores terhadap
landasannya.
6. Keselamatan kerja.
Pada saat beroperasi kopling yang
berputar dapat menyebabkan
kecelakaan bagi manusia yang berada
di sekitarnya. Untuk menghindari hal
tersebut harus dibuat tutup pelindung.
28
Pada saat dilakukan pemeliharaan
atau perawatan pada koplinq, gunakan
peralatan atau alat angkat yang sesuai
untuk menghindari kerusakan pada
sistem yang digunakan dan
menghindari kece-Iakaan teknisi
pemeliharaan.
7. Pemeliharaan kopling
Gunakan pelumas yang sesuai
pada kopling. Jenis dan jumlah
pelumas yang digunakan harus sesual
dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Lakukan pemeliharaan secara berkala
sesuai dengan jadwal.
Lihat lampiran 33 dan 34,
mengenai kartu pemeriksaan kopling.
Gunakan kopling yang telah di
''balancing'' untuk pekerjaan yang teliti
dan halus. Proses "balancing" akan
dijelaskan pada bagian terakhir.
Pada saat anda akan mengganti
kopHng yang lama dengan yang baru
.anda harus rnemperhatikan beberapa
faktor, seperti ; ukuran dlrnensl kopling,
bahan materia! kopling, rpm kopling,
besar daya yang mampu diterima
kopting, dan jenis kopling yang
digunakan.
AUGNMENT
Teo ri
S~id so
PerqJrangan material
---.
-'
r-- thEKNl:C MANUFAKTUR1------------------1.------1
-' BANDUNG I
AllGNMENT
Teo r i
c
5V 1400
Sv = potongan silang 5v
;~ '; 1400 = panjang efektif = 140 inchi
29
[II PUll DAN SABUK PENGGERAK
liLA. JENIS PUll DAN SABUK
PENGGERAK
1. Puli dan sabuk penggerak "vee".
U ntuk memindahkan daya dan
putaran diperlukan koefisien gesek
yang baik diantara puli dan sabuk
penggerak.
Bagian datarn dad sabuk penggerak
"vee"terdiri dari :
a. Karet sebagai pembungkus.
b. Tenunan .atau kawat dari materlal
mampu regang yang menerima
beban utama.
c. Material mampu tekan yang
menahan tekanan pada dinding sisi.
d. Lapisan mampu regang yang
menahan lenturan berulang.
.Sabuk penggerak "vee" mernpunyai
ukuran...standar.dan simbol tertentu
sesuai dengan penggunaannya,seperti
pada: industri, pertanian dan automotif.
Simbol umum sabuk penggerak "vee".
a. industri:
Konstruksi berat A, 8, C, 0, E,
3V, SV, av.
Konstuksi ringan 2L, 3L, 4L, 5L.
b. Pertanian: HA,HB,HC,HD,HE.
c. Automotif: 0,38", 11/16",3/4", 7/8", 1".
ALIGNMENT 30
Te 0 ri
Beberapa [enis sabuk penggerak 'vee"
dirancang agar:
- tahan terhadap ali dan panas
dapat menghantarkan arus listrik
tahan terhadap debu/kotoran
Lihat lampiran 35 dan 36.
Pemilihan sabuk penggerak didasari
oleh kecepatan putar (rpm)" dan besar
daya yang akan dipihdahkan. Pada
saat penggantian sabuk penggerak,
- perhatikan bahwa nomor seri sabuk
pengganti harus sarna dengan nomor
I seri sabuk yang diganti.
i Uhat lampiran 37.
I
f I e
Dlrnensi puli yang digunakan harusi
sesuai deng an dlm ens L sabu k
penggerak yang digunakan. Sebagai
contoh untuk alur sabuk jenis A,B,C,D
dan E sudut alur yang digunakan.
36°,34°, atau 32°.
Lihat lampiran 38.
Pada kondisi tertentu sabuk penggerak
[Vee" dipasang dalam jumlah lebih dari
satu. Pada saat anda akan mengganti,
anda harus memesan jenis sabuk
dalam satu set untuk pemasangan
majemuk.
Ganti semua sabuk walaupun
kerusakan hanya terjadi pada satu
buah sa]a.
ALIGNMENT
Te 0 ri
31
Sebuah motor dengan kecepatan
potar 1750 rpm dan daya sebesar 0,5 HP
menooerakan mesin tor dengan kecepatan
p...rtarsprdel seoesar 1200rpm.
Jarakdiantara sumbu pores rrotor dengan
sumbJ splrdel seoesar 20 inchi (perkiraan).
Terrtukan jenissatuk "vee" dan potongan
silang beserta panjang sabuk yang
digunakan.
Berdasarkan kecepatan putar
1750 rpm dan daya sebesar 0,5 HP
akan diperoleh :
- Diameter luar puli terkecil (pada
motor)" 2,75 tnchl.
Potongan silang sabuk penggerak
"vee" = 1/2" X 5/16"(type A}
Lihat lampiran 39.
Diameter luar pu!l yang
digerakkan, ditentukan oleh kecepatan
putar.motor penggerak -= 1750 rpm,
diameter luar puli penggerak = 2,75
inchi dan kecepatan putar spindel
sebesar 1200 rpm. Dari data didapat
diameter luar pull yang digerakan
sebesar 4,0 inchi.
Lihat lamplran 40.
Berdasarkan jumlah kedua buah
diameterluar pull, akan diperoleh:
Jarak diantara sumbu pores motor
dengan sumbu spindel sebesar 20,4
inchLPanjang sabuk penggerak
'Vee" =52 inchi.
Lihat lampiran 41 .
ALIGNMENT 32
Te 0 ri
2. PUll DAN SABUK PENGGERAK
QATARwPfl'?///2/21
Potongall r.e.inf2nq Sdbuk datar
Sabuk penggerak datar
memindahkan daya atau putaran
berdasarkan gesekan pada jarak
diantara dua sumbu pores maximum =
10m, kecepatan maximum = 30 m/det,
dan daya maximum =500 HP.
Bahan' sabuk penggerak datar
bermacam - macam, seperti :
a. Kulit
b. .Karet atau tali tenunan
c. Plastik
d. Kain tenunan
Pemilihan bahan sabuk
penggerak berdasarkan besar daya
yang dipindahkan dan kondisi kerja.
Penyambungan sabuk penggerak
dapat dilakukan dengan metode :
a. Vulkanisir
b. Renda kawat
c. Jahitan
d. Perekat
AUGNMENT
;p;;''bLiTEKN!K MANUFAKTUR f------------------'-------i
BANDUNG Te 0 ri
e.	 Jepitan pelat
Bentuk ujung sabuk penggerak
datar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a.	 Ujung. miring,---digunakan pada
putaran tinggi.
b.	 Ujung bertingkat, digunakan pada
putaran rendah.
- Puli untuk sabuk penggerak datar
terbagi dua jenis :
a.	 Puli datar
b. Puli mahkota

Lihatlampiran 42.

Sabuk penggerak datar dapat
digunakan secara luas, seperti :
a.	 Posisi sumbu sejajar
b.	 Posisi sumbu menyudut
]
;":.
b
b
Puli pengarah
..
,
---=
ALIGNMENT 34
Te 0 ri
3. Puli dan sabuk penggerak posltif
cttiming belt'j
Putaran atau daya dipindahkan
berdasarkan hubungan antara gigi-gigi
yang berpasangan pada puli dan sabuk
penggerak positii.
Pada saat berputar, sabukPuieren
searahjarumjam penggerak akan tertuju pada salah
satu sisi puli. Untuk menentukan posisi
__ sabuk pe.oggerak posit'! pada sisl pull,
perhatikan arah putaran dari motor
,Ir penggerak. I
a. Searah jarum jam.
---.....
-
Pufaran berlawanan
arahjarumjam
-.... b.. -Ber:lawanan arah jarum jam,
)
perm::
, 11 -'
I
,/
tV
~
pun yang digunakan mempunyai
IIflange" kedua sisinya. Pemasangan
yang terbalik akan menyebabkan
sabuk penggerak positif terlepas dan
pull pada saat beroperasi.
ALIGNMENT 35
3. Penyimpangan kesebarisan pulL
Ke. dua puli tidak sebaris sehingga
akan mengakibatkan sabuk penggerak
terpasang tidak sesuai pada alur puli,
dan sumbu ke dua poros dalam
keadaan paralel.
III 8. JENIS PENYIMPANGAN PADA
PULI DAN SASUK PENGGERAK
1. Penyimpangan menyudut sumbu
poros arah vertikal.
Penyimpangan terjadi karena
salah satu poros atau kedua pores
tidak "ievei" terhadap bumi dan saling
membentuk sudut.
2. Penyimpangan menyudut sumbu
poros arah horisontal.
Penyimpangan diakibatkan karena
sumbu kecua pores -tidak sejajar dan
membentuk sudut, pada kondisi
tertentu kondisi ke dua pores "/eve!"
terhadap burni.
III.C. TANDA TERJADINYA PENYIMPA
NGAN PADA PULIDAN SABUK
PENGGERAK.
Pada saat mesin beroperasi,
terjadinya penyimpangan ditunjukan
dengan terpuntfrnya sabuk penggerak
pada pull atau terlepasnya sabuk
penqqerak dari pull.
Te 0 r i
0 e
~.t-. ~
f-
a 0
I
'0
0
I­
.....
0
(I
-wu
~ ~ ..==-,­
36
Pada saat mesin tidak beroperasl,
terjadinya penyimpangan terlihat dari
posisi sabuk penggerak yang
terpasang tidak pas pada puli, dan
terjadinya keausan pada "flange" sabuk
penggerak positif.
Lihat larnpiran 43.
III,D.,PEMERIKSAAN PENYIMPA
NGAN PADA PULl DAN SABUK
PENGGERAK
Penyimpangan sumbu poros arah
vertikal dapat diketahui dengan
menggunakan "spirit fever' atau
"clinometer'. ­
. Untuk mengetahui penyimpangan
kesejajaran sumbu -p~oros - arah
horisontal pada paras yang sudah di
"tevei", digunakan mistar atau ba:tang
pengukur.
...
Penyimpangan kesebarisan puli
dapat diperiksa dengan menggunakan
mistar perata. Pada kandisi dimana
[arak antara sumbu poras yang jauh,
benang atau kawat dapat digunakan
untuk memeriksa penyimpangan yang
terjadi.
ALIGNMENT
Te 0 r i
Suaian yang
benar
a
Spirit
level
4 - - ' - _ .
l-
t: I
tl
Histar-{ I
t I
t t
..
Aus pada diemeter
luar d<1sar sabuk
Histarl
~:::::===--. perata
r#;BLkawat
EKNIK MANUFAKTUR I----~ ~___'___ ____I
," BANDUNG
37
III.E.	 PERBAIKAN PENYIMPANGAN
PADA PULl DAN SABUK
PENGGERAK
Untuk memperbaiki penyimpangan
sumhr pores arah vertikaJ, kakH<aki dan
sistem penggerak diganjal dengan
menggunakan "shimr~ Padakordisi tertentu
landasan sistern penggerak dapat
diturunkan dengan menggerinda atau
mengikisnya.
Penyimpangan kesejajaran surnbu
poros arah horisontal dapat dilakukan
dengan jalan menggeser kaki-kaki
komponen sistempenqqerak, .
Puli yang tidak sebaris .dapat
diperbaiki dengan jalan menggeser puli
ters ebut terhadap porosnya atau
rnenqqeser slstern penggerak secara
keseluruhan.
UI.F.	 MENGATUR TEGANGAN
SABUK PENGGERAK
Pengaturan tegangan sabuk
penggerak akan mempengaruhi
efisiensi pemindahan daya atau
putaran. Gambar dIsamping
menunjukan perbedaan diantara
tegangan sabuk penggerak yang benar
dan yang salah.
ALIGNMENT
.Te 0 r i
Cfinometer
d Shim
38
Untuk mengatur tegangan sabuk
penggerak yang sesuai, pengaturan
tegangan dapat dilakukan dengan
beberapa cara sesuai dengan kondisi
jarak sumbu poros, seperti :
a. Dapat diatur
b. Tetap
Pada kondisi ini, pengaturan
teg angan dapat dllakukan denqan
menggunakan "idler" yang sesuai
dengan jenis pun yang digunakan.
. Besar tegangan sabuk yang
dfijinkan untuk jenis sabuk penqqerak
berbeda-beda. Untuk jenis sabuk
penggerak yang sarna, tetapi buatan
pabrik yang berbeda, besar
tegangannya akan berbeda juga.
Mintalah selalu daftar rekomendasi dari
pabrik pernbuat,
Untuk mendapatkan defleksi yang
sesuai, besar gaya yang diberikan
pada sabuk penggerak harus sesuai
dengan rekomendasi pabrik pernbuat.
Untuk mengetahui besar gaya yang
diberikan digunakan neraca pegas
pengukur gaya.
Lihat lampiran 44.
ALIGNMENT
Te 0 r i
Bagian yang
digerakkan
PasIS': :engatLJran
kerc-;::r,gan sabuf; penggerak
>NIK MANUFAKTUR ~-~~----------'------1
;':'BANDUNG
39
Untuk mempermudah pengaturan
tegangan dan menjaga tegangan
sabuk penggerak, gunakanlah baut
pengatur tegangan. Apabila
memungkinkan lakukan modifikasi
pada sistem penggerak untuk
mempermudah proses pengaturan
tegangan.
Tegangan dad sabuk penggerak
harus dlp erlks a secara teratur.
K~ausan yang terjadi pada sabuk
penggerak akan merubah tegangan
menjadi lebih longgar.
Defleksi pada sabuk penggerak
datar harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat. Misalkan
panjang sabuk yang terbuat dari nylon
dan bahan kawat inti: 25" akan
dipas anp padaregangan 3 %.
Regangan akan sesuai pada saat
panjang sabuk 25,75" melalui
pengaturan jarak surnbu pores.
ALIGNMENT
Te 0 ri
8
i' 3°/" 1
-1-,. 
1 
!
/
/
-~
64"'
,=>05is; sabuklama
_------------~ Secara urnurn.besar defleksi pada
sabuk penggerak "vee" adalah 1"
setlap 6411
jarak antara pusat sumbu
pores. Besar deffeksi tersebut berlaku
juga untuk sabuk penggerak positif.
Perhatikan gaya yang diperlukan untuk
mendapatkan def!eksi tersebut. Setiap
pabrik pembuat mengeluarkan nilai
tersendiri.
40
b. "tnternei"
Rasio kecepatan tinggi dan besar
tenaga yang dipindahkan mula} dari Hp
yang kecil sampai 20.000 Hp.
Lihat lampiran 45.
IV. RODAGIGI
IV.A.JENIS RODAGIGI
1. IISpur gear'
Rasio maximum rodagigi adalah 10 :
1, da-i eflsiensl untuk memindahkan
tenaga mencapai 99%. Suhu kerja di
bawah beban tidal< melebihi 1800
F. Jenis
rooagigi ini adaJah :
a. "External"
2. "Hetice! Gear'
Keuntungarfrbdagigi ini adalah :
Gerakan putaran lebih halus
- Faktor suaian yang tinggi
Bentuk gigi yang kuat sehingga
dapat menerima beban yang besar.
Uhat lampiran 46.
Pada dua sumbu pores yang
paralel rasio maximum mendekati 10 : 1,
dan pada dua sumbu pores yang tidak
paralel rasio maximum mendekatl 20; 1.
Pada reduksi kecepatan yang tinggi
diperlukan beberapa susunan rodagigi.
Sumbu dua pores pada rodagigi di
samping saling bersilangan dan tegak
lurus.
ALIGNMENT
Te 0 r i
....,;--- pinion
:lKNIK MANUfAKTUR 1-----------~ ~___1
, B.ANDUNG
t:::t::::::::t1'-'-straight teeth
ALIGNMENT 41
Te 0 ri
Perbedaan sudut helix pada dua
rooagigi akan mengakibatkan terjadinya
sudut diantara sumbu poros I dimana :
a.	 Sudut kurang dari 90° dan arah
helixsarna pada ke dua rodagigi.
b.	 Sudut kurang dari 900
dan arah
helix berbeda. Sudut helix pada
salah satu rodagigi lebih besar
dari sudut diantara sumbu pores.
"Herringbone gear' adalah salah
satu jenis dari "neuce! gear". Rodagigi
ini digunakan pada konstruksi yang
besar dan berat, Tiga [enis gigi pada
rodagigi ini adalah :
- gigi yang berkelanjutan
- gigi yang mempunyai "gap"
gigi yang berurutan
3. "Bevelqeer"
Radagigi lni digunakan untuk
memindahkan tenaga pada sumbu
paras yang satlnqrnenyudut atau
bersilangan. Rasia maximum diantara
pinion dan "crown wheet' sebesar 7: 1.
Apabiia rasia diantara pinion dan
"crown wheel" sebesar 1 : 1 I rodagigi
ini disebut "mitre qeer".
Uhat lampiran 47.
Selain bentuk gigi yang lurus,
tersedia juga bentuk gigi yang helical.
Ke tiga jenis rodagigi tersebut adalah :
a.	 IZera! gear'
Sudut heiical rodagigi ini 0° dan
bekerja lebih tenang dan tahan lama
jika dibandingkanyang bergigi lurus.
ALIGNMENT

~ormwheel
b. "Spiral bevel gear'
Keuntungan rodagigi ini adalah :
- suaian antar gigi yang lebih haius
- pengoperasian yang tenang
- lebih kuat
kecepatan pengoperasian yang
lebih tlnggi
Secara umum sudut spiral berkisar
antara 30° sampai 35°.
c. "Hypok: gear"
Sumbu diantara pores rodagigi ini
tidak berpotongan. Rodagigi ini
umumnya diqunakan pada paras
belakang penggerak otomotif,
disebabkan penggunaannya yang akan
memungkinkan pusat grafitasi
kendaraan menjadi lebih rendah.
4. IIWorm qeet"
Raslo maximum rodagigi ini adalah
:1 00 :-..1 ,dan digunakan pada:
"Reducing gear unit' antara motor
penggerak kecepatan tinggi dan
poros lurus.
Perlerngkapan pembagi pada alat
bantu mesin.
- Penggerak belakang mobil.

Pada saat penqoperaslannya roda gigi

ini halus dan tenang. Lihat lampiran 48.

Untuk menarnbah kemariipuan
menerima beban, dibuat "cone drive
worm gear" yang merupakan
pengembangan dari "worm qeer":
Kemampuan tersebut disebabkan
jumlah kontak antar gigi yang lebih­
besar pada setiap waktu.
ALIGNMENT
Te 0 r i
tCXlth stvb
43
5. "Rackand pinion qeer'
Rodagigi ini digunakan untuk
merubah gerakan rotasi menjadi Iinier
atau sebaliknya, dan sering dijumpai
pada mesin perkakas bagian
perlengkapan mekanik pemakanan.
V1.8. JENIS 'PENYIMPANGAN PADA
RODAGIGI
1. Penyimpangan radagigi pada
--paras.
Penyimpangan ini- terjadi karena
proses pembuatan bakal rodagigi yang
tidak sempurna, dimana lubang
dudukan paras rodagigi tidak tegak
lurus terhadap bagian stsi rodagigi.
2. Penyimpangan posisi antara
rodagigi.
_. Penyimpangan ini 'dlsebabkan
karena posisi antara sumbu poros yang
tidak teliti, akibatnya gigi-gigi pada
rodagigi memindahkan beban tidak
sempurna dan rodagigi akan cepat
rusak.
IV.C. TANDA TERJAD1NYA PENYIMPA
NGAN PADA RODAGIGI
Pada saat beroperasi ditandai dengan :
Bengkokatau rusaknya paras.
- Rusaknya rodagigi.
44
IV.D. PEMERIKSAAN PENYIMPA
NGAN PADA RODAGIGI
Untuk memeriksa penyimpangan
radagigi pada pores digun'akan
penyiku. Apabila terjadi penylmpanqan,
ganti radagigi tersebut, karena akan
cepat rusak dan tidak berfungsi dengan
baik. -
2. Menggunakan "feeler gauge".
Cara ini digunakan untuk
memeriksa susunan rodagigi yang
mempunyai "backslash" yang besar.
Perbedaan tebal "teeter gauge" pada
ke dua sisi menunjukan terjadinya
penyimpangan.
Penyimpangan posisi diantara rodagigi
dapat diketahui melalui beberapa cara :
1. Menggunakan tinta pemeriksa.
Perhatlkantlnta pemeriksa pada
permukaan gigi rodagigi. Terhapusnya
tlnta pemeriksa pada salah satu sisi
menunjukan terjadinyapenyimpangan.
Pada saat rodagigi tidak
beroperasi, penyimpangan ditandai
dengan keausan yang tidak merata
sepanjang permukaan gigi pada
diameter tusuk rodagigi.
Lihat lampiran 49.
ALIGNMENT
Te 0 r l
markirr.]r.F-:[Jm
wiped off.
TEKNIK IVANUFAKTURf.­ -'--__--l
,. BANDUNG
45
Penyimpangan posisi diantara
rodagigi dapat diperbaiki dengan jalan
menggeser sumbu salah satu pores
setelah ke dua poros terlebih dahulu di
"Ieveling
lf
•
3. Menggunakan mistar perata.
Cara. ini digunakan pada rodagigi
berukuran kecil. Penyimpangan
diketahui dengan terlihatnya celah
diantara mistar perata dan bagian sisi
rodagigi.
IV.E. MEN GATU R "BACKLASHIf
PADA RODAGIGI
Setiap susunan rodagigi memiliki
besar "backlashII tertentu, yang
beriungsi untuk mengatasi pemuaian
panas yang terjadi pada rodagigi.
Besar "Backlash" untuk setiap jenis
rodagigi dan ukuran rodagigi berbeda.
'x' z: "width of tooth space"
'y' := "thickness of engaging tooth"
Lihat lampiran 50 dan 51.
. Pada saat proses "tevettrq",
"smm" dlqunakan untuk mengganjal
kaki-kaki sistern penggerak..
ALIGNMENT
Te 0 ri
misfar perata
.. _ ..~-+--t-
~
I x
fKNIK MANUFAKTUR f--------------~--..J..---._.......j
> BANDUNG
46
3. Menggunakan material luuak
mampu tempa.
Untuk mengukur Ibacklashl l
dengan
teliti, material seperti timah yang berbentuk
lembaran atau kawat dapat digunakan.
Material lain dapatdigunakan asalkan leah
luna!< daripada rodagigi. Jepit material
tersetx.rt pada permukaan belakang salah
satu gigi) dan putar susunan rodagigi
untuk me!ewatkannya pada hUbungan
antar rodagigL
"Backlashlf
pada susunan rodagigi
dapat diukur pada beberapa tempat,
hasil akhir merupakan rata-rata dari
penqukuran pada beberapa tempat.
Untuk mengukur IIbacklash" digunakan
' alat pengukur atau a/at bantu lainnya,
seperti:
1. Menggunakan "teeter gauges".
Alat lnl digunakan untuk menqukur
"aecktest:" pada rodagigi ukuran besar.
Pengukuran dilakukan pada saat
bagian yang berpasangan berada pada
garis sumbu pusat antara paras.
ALIGNMENT
Teo r i
2. Menggunakan lembaran material
dengan ketebalan yang diperlukan.
Material yang tipis dapat digunakan
dengan jalan menempatkannya pada
baqian belakang salah satu gigr'pada.
rodagigi, kemudian susunan rodagigi
diputar untuk melewatkan material rnelakn
hubungan rodagigi. Apabila material tidal<
J
rusak•. (backlash" yang terjadi lebih besar
. dan ketebalan material.
--------­
malleable material
EKNIK MANUFAKTURI-­ '---_--1
. BANDUNG
------------_/
47
Setelah material melewati
hubungan antara rodagigi, ketebalan
materiai pada suatu bagian akan
berubah atau terdeformasL Ukur
ketebalan material ters ebut
menggunakan jangka sorong atau
mikrometer.
Bas ar "beckiest:" yang terjadi
adalah perbedaan diantara pembacaan
maximum dan minimum pada "dial
indicetor":
4. Menggunakan "diet indicator',
Ketelitian pengukuran IIbacklashll
tergantung dari ketelitian "dial indicator"
yang digunakan, tempatkan jarum "die!
indikator' pada diameter tusuk
rodagigi.
. Jepit rodagigi pinion agar tidak
bergerak, kemudian putar rodagigi
pasangannya pada duaarah yang
berlawanan.
"I
I
ALIGNMENT
Te 0 ri
min rairg
Deformed maferia(
pinion held stationary
~:'i:KNIK MANUFAKTURr­ ----..L_~_4
BANDUNG
i
-----------~)
'­ - - J
YANG
DENGAN
48
IV.F. HAL-HAL LAIN
BERHUBUNGAN
RODA GIGl
1. Ketebalan rodagigi.
Tebal rcdagigi memerlukan toleransi
tertentu yang harus diperhatikan.
Toleransi tersebut diberikan karena:
Pada suatu saat rodagigi tersebut
harus diganti.
- Mengatasi pemuaian akibat panas
yang terjadi.
Lihat larnpiran 52 dan 53.
3. Pemeliharaan rodagigi.
Susunan rodagigi dapat rusak
diakibatkan terjadi kontak metal antara
pennukaan gigi!karena faktor pelumas dan
pelumasan. Faktortersebutdiantaranya :
- Kekentalan pelumastidak sesuai.
Jumlah pelumas tidak memadai.
- Sistem pelumasan tidak efektif.
Kontaminasl pelumas oleh debu
atau kotoran.
Untuk mengukur tebal rodagigi,
, digunakan alat ukur khusus. Dengan
m~nggunaka.n jangk.a .~Qrong rodagigi,
t1nggi kepala gig! dan lebar gigi dapat
diukur. Untuk menentukan besarnya,
digunakan rumus.
Lihat ramp1ran 54.
2. Toleransi dimensi rodagigi.
I
, Diameter Il!.ar roc;1ggigi.mempunyai
toleransi:I
i - DP S 24: 0 sampai -0,003"
I - DP> 24: 0 sampai - 0,005"
I Toleransi kesumbuan sebesar
0,002". Periksa juga diameter dalam
rooagigi dan bandingkan dengan to!eransi
suaiannya
ALIGNMENT
Te 0 r i
lspissr: pelumes
. 90°
~v = z.m.sm ­
Z
:rEKNIK MANUFAKTURt---_~ __L___ ___1
; BANDUNG
ALIGNMENT 49LfTEKNIK MANUFAKTUR !-­
BANDUNG Te 0 r i
Lingkungan di sekitar
pengoperasian susunan rodagigi harus
dijaga agar tetap bersih. Lingkungan
yang kotor akan mengakibatkan
pelumas pada rodagigi terkontaminasi
oleh kotoran atau debu. Apabi!a
memungkinkan sediakan tutup
pelindung yang berfungsi melindungi
rodagigi dari kotoran dan kemungkinan
kecelakaan yang terjadi.
Lakukan pemeriksaan susunan
rodagigi secara berkala mengikuti
suatu jadwal, karena kerusakan yang
serius dapat dlhlndarkan'deriqan
melihat tanda-tanda awal yang terjadi.
Ganti pelumas dan lakukan penyetelan
apabila diper!ukan.
Uji jalan pada unit rodagigi
keausan merata
terbuka dilakukan selarna 24. jam
dibawah beban penuh.setelah itu
bersihkan pelumas dari permukaan
gigi, dan amati bentuk keausan yang
terjadi pada permukaan gigi. Setelah
kondisi balk, operasikan susunan
tersebut.
Pada saat bekerja pada unitrcx:lagigi,
perhatikan keselamatan kerja, seperti :
Bukatutup pelirdung, hanyapadasam
mesin tdak beroperasi dan sumber
penggerak daJam keadaan terkunci.
Jaga jarak sejauh mungkindari
pengoperasian rodagigi terbuka.
- Jangan menggunakan dasi atau
pakalan.yanq longgar.
Gunakan alat angkat untuk rodagigi
berukuran besar.
~
KARTU'PEMELIHARAAN RODAGIGI
Mesin .............. Fabri< ; "'" " .•..
setl ..............
Ukunon rodalligi: ..........
Tgi
Ganti TarrilM Peri<s.aIPe.ba K"ncar>g­
011 0Ii Suhu bOOan ksn baut
I
I I
I I!
I
I I,
50
V. RANTAI PENGGERAK DAN
IISPROCKETII
V.A. PENGENALAN
Rantai penggerak dapat
digunakan pada kondisi dimana jarak
antara sumbu pores terlalu besar bagi
rodagigi dan menghindari terjadinya
"slip1/. Ukuran dari rantai penggerak
bermacam-macam sehingga dapat
digunakan untuk memindahkan tenaga
mulai yang kecll sampai yang besar.
Lihat lampiran 55.
Rodagigi rantai merupakan
pasangan dari rantai penggerak yang
harus memiliki jenis dan tipe yang sarna
Keuntungan penggunaan rooagigi rantai :
Dapat digunakan pada
temperatur relatif tinggi.
Mudah dalam pemasangan.
Tidak memerlukan tegangan awal.
Lihat lampiran 56 dan 57.
Untuk memindahkan tenaga yang
besar digunakan beberapa susunan
rantai penggerak. Rodagigi rantai yang
digunakan sesuai dengan jumlah rantai
penggerak.
Panjang dari rantai penggerak
dapat diatur dengan [alan memasang
atau melepas rantai, melalui
sambungan berupa:
a. Kelingan
b. Ring
c. Pena belah
d. Mur
ALIGNMENT
Te 0 ri
a:~ Pin link
(onecfirg plate
~@
rtUlJ=='= .::::<:==
a. b.
''rEKNIK MANUfAKTUR f------~--------.l.....---___1
, BANDUNG
ALIGNMENT	 51
LlTEKNIK MANUFAKTUR f----------~--------'---__I
BANDUNG
Te 0 r i
O
l }"''.9' c;re':s er.
_ ~ driven sh,,1S
Small circles ~
are driving shafts ~

Q =0
Untuk mengatur tegangan dan
mengatasi keausan yang normal pada
rantai penggerak, digunakan "idler
sprockefl. Pengaturan tegangan dapat
dilakukan secara manual atau gaya
pegas pada 'idler sprccnet".
V.S. POSISI	 PEMASANGAN RANTAI
PENGGERAK
1.	 Horisontal
Posisi garis yang menghubungkan
titik pusat sumbu poros mendekati
posisi horisontal. Susunan ini
digunakan, dlmana jarak antara sumbu
pus at poros lebih panjang dari
biasanya.
2.	 Vertikal dengan "tdier sprockef'
Pada rantai p'enggerak posisi
, vertikal biasanya dHengkapi denqan
"idler sprocket" yang berfu ngs i
mengatasi keausan normal yang terjadi.
Posisi pemasangan "idler sproocet":
a.	 Oi luar rangkaian rantai
penggerak. ll
ldle r sprocket"
dipasang lebih dekat kepada
rodagigi rantai terkecil.
b.	 Di dalam rangkaian rantai
penggerak.
II/dler sprocket" dipasang lebih

dekat pada rodagigi rantai terbesar.
ALIGNMENT 52
2. Penyimpangan kesejajaran sumbu
pores harisontal.
Untuk mernperbaiki penyimpangan
yang terjadi, kaki-kaki sistem penggerak
harus digeser.
3. Vertikal tanpa II idler sprocket"
Salah satu poras tidak belen
berada tepat di atas pores yang lainnya.
SudLIt diantara pores yang terjadi tidak
lebih dan 60°. Pada sudut yang terlalu
besar, berat dari rantai penggerak
cenderung tertuju pada rodagigi rantai
yang lebih rendah, yang akan
mengurangi efisiensi pemindahan
tenaga.
V.C. J ENIS PENYIMPANGAN PADA
RODAGIGI RANTAI DAN
RANTAI PENGGERAK
1. Penyimpangan kesejajaran sumbu
poras vertikal.
Penylmpangan sumbu poras
ve rtl ka./ te rjad i karena sistem
penggerak tidak di "level" terlebih
dahuiu. Gunakan "shim" untuk
memperbaiki posisi tersebut.
4. Majemuk
Sistem pemasangan ini sering
dijumpai pada mesin tenun, yang
mempunyai beberapa poras. ­
Perawatan pada sistem penggerak ini
lebih sulit bila dibandingkan dengan ke
tiga sistem sebeiumnya.
Te 0 r i
D
o
Driven s,~-=ft
;
. " "t­
53
3. Peyimpangan kesebarisan
rodagigi rantai.
Posisi rodagigi rantai yang tidak
sebaris dapat dicapai dengan
menggeser salah satu rodagigi rantai
terhadap porosnya.
V.D. PEMERIKSAAN PENYIMPANGAN
PADA RODAGIGJ RANTAI DAN
RANTAI PENGGERAK
Penyimpangan kesejaiaran sumbu
poras vertikal dapat -diperiksa dengan
menggunakan "spirit level' atau
"ctlnometer" pada ke dua buah poras.
Pemeriksaan penyimpangan
kess]alaran__ sumbu r?0ros horisontal
dapat dilakukan dengan m.enggunakan
mistar perata pada dua posisi yang
berbeda pada paras.
,A.,pati[a[arak PJsat sumru poras terlaJu
besar, penyirnpangan dapatdiketahui
melalui pengukuran jarak diantaradiameter
luarpada beberapa posisi.
Penyi mpangan kesebarisan
rodagigi rantai dlperiksa dengan
menempatkan mistar perata secara
melintang pada bagian slsl rodagigi
rantai.
ALIGNMENT
Te 0 r i
Spirit {e,'el
r~!U;j
I
~~-
I • 0
U-.~_I~~-----i.
I
:,.tbUTEKNIK MANUFAKTURr----. -.......''------_-----..,
.:: BANDUNG
54
V.E. MENGATUR TEGANGAN RANTAI
PENGGERAK
Tegangan rantai penggerak pada
saat beraperasi rnernpunyal nilai
tertentu agar -dapat beroperasl secara
efisien. Gunakan· mistar perata dan
penggaris untuk mengukur tegangan
yang terjadi.
Besar defleksi pada saat
penguku ran ditentukan al eh jarak
antara sumbu pores. Secara umum
besar defle_k~i sebesar 2%. dari jarak
antara sumbu pores. Pada saat
membeli rantai penggerak, mintalah
rekomendasi dari pabrik pembuat
mengenai besarnya defleksi. Lihat
lampiran 58.
Gunakan "idler sprocket" atau
Iakukan penggeseran sistem
penggerak untuk mendapatkan besar
defleksi yang diijinkan.
. Pad a saat beroperas i, rantai
bagian atas sebaiknya -Iebih tegang
daripada rantai bagian bawah. Apabila
sisi bagian atas longgar, kemungkinan
pada suatu saat akan menggesek slsi
bagian bawah pada saat beroperasi.
ALIGNMENT
te 0 ri
[
e = 2%>: (
- ..... ' .... ' .' .'
~~bi.ITEKNIK MANU FAKTURf--.--~ ----------'-------1
.;1/­ 6ANDUNG
- ~;,
-- -
ALIGNMENT 55
Te 0 r i
[nlarr;<:; 2-j
view o~ ;x-h
t
r­ -Oil
Bustng
Pin
u
Roller
supply link"
plate
r­ -
D
1 -
Jer L.­. '­
Side plate
S!.:hu operasi Pelumas yang
dianjurt<anof °c
20 ... LQ -£,7 ... 4,4 SAE20
40 + KO 4,4 + 37,8 SAE30
100 + 120 37,8+ 49,0 SAE40
120 ... i~O 49,0+ 60,0 SAE50
V.F.	 TANDA TERJADINYA PENYIMPA
NGAN PADA RODAG1GI RANTAI
PENGGERAK
Pada saat beroperasi penyimpa
ngan dapat diketahui melalui tanda­
tanda seperti :
Bergetarnya sistem penggerak.
- Suara yang gaduh.
Kenaikan temperatur dengan cepat.
Pad a saat tid ak ber0 peras i
penyimpangan dapat diketahui melalui
. keausan yang terjadi pada rodagigi
rantai dan rantai penggerak.
V.G.	 PELUMASAN RODAGIGf
RANTAl DAN RANTAI
. PENGGERAK..- -
Penyebab kerusakan pada rantai
penggerak kebanyakan karena
kekurangan atau tidak tepatnya pelumas
yang digunakan. Pada setiap
pengoperasian, pelumas harus masuk
ke dalam setiap hubungan antar elemen
untuk mengatasi beban yang dibawa
oleh permukaan elementersebut.
Pelumas untuk rantai penggerak
biasanya oli, tetapi pada suatu kondisi
tertentu digunakan gemuk. Pemilihan
jenis pelumas ditentukan oleh suhu
operasi dan tingkat kepresisian rantai
penggerak.
Tabel di samping merupakan anjuran
ali untuk pelumasan rantai penggerak
secara umum.
56
METODA PELUMASAN
1. Tipe pelumasan I
Metoda pelumasan secara manual,
dan digunakan pada rantai penggerak
kecepatan rendah. Pemberian oli pada
rantai penggerak menggunakan kuas
atau sikat. Pastikan bahwa ali masukke
ruangan diantara "skie plate" sehingga
dapat masuk ke sambungan rantai
penqqerak.
3.. Tipe pelumasan III
Metoda pelumasan menggunakan
percikan oli melalui rendarnan ali di
dalam rumah pelindung rantal
penggerak. Bagian rantai paling bawah
yang terendam oli seharusnya1/2inchi.
4. Tipe pelumasan IV
Metoda pelumasan menggunakan
pompa ali pada rumah pelindung rantai
penggerak. Kapasitas pompa
seharusnya 1 galon per menit.
Metoda ini akan menjaga ali terhadap
udara yang masuk ke dalam aliran dan
mencegah terjadinya busa pada
kecepatan tinggi.
2. Tipe pelumasan II
Metoda pelumasan menggunakan
.. tetesan oll, Oli diteteskan rnelalui pipa
ke rentangan rantai penggerak. Jurnlah
tetesan 10 -7­ 20 per rnenit, dan
tergantung dari kecepatan penggerak.
Sikat betiungsi untuk membersihkan
kotoran yang terbawa.
ALIGNMENT
Teo r i
0,1 gage
Ci filler cap
I
i
'-------~~---~--)
""bLlTEKNIK,MANUFAKTUR f---~-----~---_.-L.-----1
;:;, . BJ:.,~DUNG
:<.:=:
57
J.H. Hal-Hal Lain Yang Berhubungan
Dengan Rodagigi Rantai dan
Rantai Penggerak.
1. Rumah pelindung
U ntuk mencegah masuknya
kotoranke rantai penggerak karena
lingkungan yang kotor, maka
sediakanlah rumah atau tutup
pelindung.
2. Pengujian jalan
. Apabila memunqklnkan, lakukan
pengujian [alan tanpa beban selama
beberapa menit (tidak memerlukan
pelumas karena tanpa beban).
Dengar suara pukulan atau
hentakan karena benturan,dan periksa
bahwa rantai tidak melecut atau slip.
Setelah itu matikan penggerak,
dan periksa bentuk keausan pada
rantai penggerak.
Cari penyebab keausan yang tidak
sempurna melalui proses
penyebarlsan.
ALIGNMENT
Te 0 r i
»eme plate L k.otet.Filler Cilp DC Pa e
Pemilihan tipe pelumasan
mempertimbangkan faktor :
- Batas HP
Nomor rantai penggerak
- Rpm
- Jumlah gi21 rodagigi rantai terkecil
Sebagai contoh, no. 50 rantai
penggerak "rolter", beroperasi pada 500
rpm, dan jumlah gigi pada roda-gigi
.J rantai terkecil 21, akan memindahkan'--------_-:.......~~~----
daya 7,15 HP. Maka tipe pelumasan
yang digunakan tipe II. Uhat lampiran59.
~,,,., .
!bUTEKNIKMANUFAKTURI------­ -"---~~_ _
BANDUNG
58
3. Penyimpanan rantai penggerak
Jaga rantai penggerak di gudang
agar tidak kotor dan rusak dengan
jalan rnernbunqkusnya.
Rantai penggerak yang terbuka
akan cepat rusak karena
terkontaminasi dengan debu atau
kotoran.
5. Keselamatan kerja
Sebelum mulai bekerja, matikan
sumber penggerak dan dikunci.
- Jangan menggunakan baju berlengan
terlalu parijangdan longgar.
Sediakan alat perkakas dan alat
angkat yang sesuai dengan
pekerjaan.
- Pelihara agar area kerja bersih dan
bebas dari tumpahan oli.
Sebelum melakukan pengujian jalan,
pastikan semua bagian terkunci
denqan kuat.
4. Pemeliharaan pencegahan
Pemeliharaan rantai penggerak
dil akuk an sesuai jadwal secara
berkala. Lakukan pemeriksaan
terhadap;
- Kualitas dan kuantitas pelumas.
- Tegangan rantai penggerak.
Keausan pada elemen penggerak.
''Alignment'' sistem penggerak.
ALIGNMENT
-leori,
JADWAL PEMEUHARAAN
Kondisi
Tanggal PeLaksana Pemeriksaan
Baik Tdk bail<
7.05.94 $.;:"•• 1 - Pelumas ,/
~ Tegangan ,/
~Keausan ,/
-Alignment ,/
- Beban ./
Seteiah pelumas tersedia, lakukan
pengujian jalan dengan kondisi beban
 ,.' . ' _" pe_D(J_b:;_g~flgar~?n bunyi ttg?;~..Dgrl}J~L:,- "
r.e=.~~::X:::~~:JC'~,b.~,~.<;:,,):C,~,~" - r yang terjadl, dan periksa rembesari 'ali
-,- C-". "-.- .yanq.bococ.rnelalui "seet:..-Setelah;, c.­
.j..}~ i pengujian dengan beban perrurr -
" 1/ dilakukan selama beberapa menit,
~~::;X:;::;;l::C;~~~~~~(~',~b.6,' , Iak ukan Ia9i Pemerik~aan.ra ntai
W  ' penggerak pada saat rnesm mati..
'----------------'--'>--­
':'';'0'L1TEKNIK MANUFAKTUR
'iF BANDUNG
ALIGNMENT 59
Teo r i
c
b
/

("j S,...''''' to be b.laloCed
l:::-..-sio,,& ittmm)
KEUNTU~~GANPENYETIMBANGAN :
•	 MerT,:~rbaiki "service life" bantalan.
Mesi;- oapat bekerja pada toleransi
geta.:2l yang diijinkan.
Mes:;-: capat bekerja tanpa kebisingan.
Ketepngan struktur pada rnesin
diteK2.i serendah mungkin.
Res;~:: kecelakaan yang kecit.
Proc'_-:si yang berkualitastinggi.
Mesr ceroperasi dengan maximal.
VI. PENYETIMBANGAN
VIA PENDAHULUAN
Penyetimbangan adaJah suanr proses
yang dilai<ukan untuk mendapatkan kondisi
setimbang pada suatu elemen mesin yang
berputar atau bergeral< secara bolak-balik.
Ketidaksetimbangan pada suatu elemen
mesin dapat diakibatkan karena proses
pernbuatan dari awal sampai akhiryang tidak
sempuma, drnana kondisi tersebut tdakdapat
dihindarkan.
Secsra urnurn, penyetimbangan
diiakukan pada beberapa elemen mesin
untuk mendapatkan masa penggunaan dan
ketelitian yang maximal padasebuahmesin.
Suatu kondisi yang tidal< setimbang pada
suatu elemen rnesin akan mengak:ibatkan
kerusakan pada elemen mesin tersebut,
bahkan kerusakan pada mesin secara
keseluruhan.
Kondisi yangtidak s.etimbang pada
sebuah elemen me sin akan
mengakibatkan resultan gaya radial yang
tidak nol, gaya sentrifugal, atau momen
kopel, yang akhirnya menimbulkan
getaran. Secara umum getaran yang
terjadi pada suatu mesin dibatasi oleh
suatu toleransi.
Penyetimbangan dilakukan pada
beberapa elemen mesin yang berputar
atau bergerak seeara bolak-balik seperti :
Puli
Kopling
Rodagigi
60ALrGNMENT
Te 0 r i
.KNlK ,vIANUFAKTUR l-------------------'--~-__i
. BANDUNG
Penyetimbangan yang dilakukan
pada sebuah masa berputar dapat
dilakukan dengan [alan menambah atau
mengurangi suatu masa. Masa
penyetimbanq harus sebanding dengan
ketidak setimbangan yang terjadi.
VI. B.JENIS KETIDAK SETIMBANGAN
i. Ketfdak setimbangan statls
Pada saat sebuah masa yang tidak
setimbang terdapat pada sebuah bidang
tunggal (seperti pada sebuah piringan
rotor tipis), hasii dari kombinasi ketidak
setimbangan yang· terjadi merupakan
suatu gaya tunggal radial, dimana bagian
terberat akan berada pada bagian
bawah. Selama ketidak setimbangan
yang terjadi dapat diketahui tanpa
memutar rotor, kondisi tersebut disebut
dengan ketidak setimbangan stat's.
2. Ketidak setimbangan dinamls
Pada saat ketidak setimbangan
terjadi pada bidang yang lebih dari satu,
hasil dari resuftan gaya dan momen
kopel dihubungkan dengan ketidak
setimbangan dinarnis.
Pengujian statts dapat mendeteksi
resultan gaya, tetapi momen kopel y~.ng
terjadi tidak dapat dideteksi tanpa
memutar rotor. Sebagai contoh :
Apabila dua buah masa tidak setimbang
dengan besar yang sama dan saling
membentuk sudut 180°, rnaka rotor akan
setimbang secara statis pada porosnya.
Bagaimanapun, pada saat rotor diputar,
masing-masing pirlnqan yang tidak
setimbang akan menyebabkan gaya
sentrifugal, yang cenderu ng
mengakibatkan poros dudukan
mengayun pada bantalan.
Rotor
o
ALIGNMENT
Te 0 r i
Secara umum rotor yang panjang,
seperti pada dinamo motor atau
"crankshaft", dapat diasumsikan sebagai
kumpu Ian piringan tipis yang tidak
setimbang. Untuk mengetahui dan
rnemperbaiki ketidaksetimbangan yang
terjadi, diperlukan suatu mesin
penyetimbang. Secara mendasar, mesin
penyetimbang terdiri dari bantalan
penyangga yang dipasang pegas,
sehingga dapat mendeteksl gaya yang
tidak setimbang melalui gerakannya.
Dengan mengetahui amplituda pada
masing-masing bantafan dan
hubungannya dengan "phasa", akan
memungkinkan untuk menentukan ketidak
setimbangan yang terjadi pada suatu rotor,
berikut langkah perbaikannya.
VI.C. PERHITUNGAN PENYETIMBA
NGAN
. Sebuah masa putar yang tidak
setimbang, dapat- disetimbangkan
dengan sebuah masa penyetimbang
yang dipasang pada posisi 1800
dan
berlawanan pada bidang putar yang
sarna. Kondisi tersebut dihasilkan
apabila masing-masing radius dan masa
sarna, sebagai contoh : MV1 = M2.r2
Dua atau lebih masa putar yang tidak
setimbang pada bidang yang sama,
dapat disetimbangkan dengan sebuah
masa penyetimbang pada bidang yang
sarna, atau dengan dua buah masa
penyetimbang pada sumbu putar yang
sarna dan pada dua bidang yang
terpisah. Demikian juga, dua atau leblh
masa putar yang tidak setimbang pada
bidang yang berbeda dan surnbu putar
yang sarna, dapat disetimbangkan
dengan dua masa penyetimbang pada
sumbu putar yang sama dan bidang
yang berbeda.
ALIGNMENT 62i' PQUTEKNIK MANUfAKTUR
~' . BANDUNG
Te 0 r i
..
l.I
I
I
~,-----------.,..--~-
. , 11.I~"kf
"
" .. :~ "-t.IIlld" ,"-LoAl'1'd' ,~.~ ..........
-r .,
~ S4.&'1IoA III Uw F..-.ell.....
~ ! ;
;.!.u: !:!. .:z.... .,., -, " -,
;Lzz .::!zi:....
-..H
.,
.. -
.,
.. "
"
"..
('.~ .....
Pada kondisi masa putar tidak
setimbang pada bidanq yang terpisah,
keadaan masa putar tersebut dapat berada
pada kondisi setimbang statis, tetapi tidak
setimbang dinarnis. Sebagai contoh: kondisi
tersebut dapat setimbang pada saat diam,
tetapi tidal< setirnbanq pada saat berputar.
Apabila sebuah slstern berada pada
kesetimbangan dinamis, secara umum
akan tetap setimbang pada semua
kecepatan putar, walaupun hal tersebut
tidak benar secara pasti pada kecepatan
kritis pada suatu sistem.
Pada semua persamaan yang diikuti
dengan simbol M, rnaka masa akan
mempunyai satuan berdasarkan sistern metrik
_I?-~u Inooris. ~~u~an cesar m~ yang tida~
setimbang dapat diuraikan kedalam sumbu "X"
dan 'Y' untukmerrperrrodah perhitungan.
1.	 Penyetimbangan masa pada satu
bidang
Pada semua proses penyetimbangan,
hasil dan radius posisi masa
penyetimbang harus dihitung. Selain itu,
posisi sudut dari masa penyetimbang
harus dihitung juga. Berdasarkan gambar
...disamping, akan diperoleh : '
Mars = -I (2,Mrcos 8 )2 + (IMr sin 8)2
- (LMr sin e ) v
~neB= . =L

- (IMr cos 8 ) x

Tabel disamping menunjukkan
hubungan diantara tanda funqsl sudut
dengan kuadran tempat sudut tersebut,
dlrnana :
M1,M2,M3 ... Mn= beberapa ketidak­
setimbangan masa atau berat (kg / Ib)
Ms= masa atau berat penyetimbang ,
(kg	atau Ib)
r =	 radius pusat gravitasi dari
ketidaksetimbangan masa atau
berat (mm atau in)
G= posisi sudut r dari ketidak: setimbangan
masa atau berat (derajat)
88 =posisi sudut rs dari masa atau berat
penyetirnbanq (derajat).
63
Maka:
~ (IMr cos 9 )2 + (IMr sin 9)2
Ms "" rs
1./(- 174,8)2 + (59,6)2
10
Berdasarkan gambar disamping, nilal
dari ketidal<setimbangan dimasukan keda.lam
tabel. Hitung besar daM masa penyetimbang
apabilabesar radius = 10 indli.
Oiketahui : IMr cos e "" -174,8
IMr sin ·8 '" + 59.6
'" 18,51b
- (IMr sin e)
tan 88 = -~--~
- (IMr cose)
- (+ 59,6)' _ ..=J...
- (~174,8) - + x
83 = 341°'10'
2. Penyetimbangan masa pada dua
bidang
Sebuah rotor dengan panjang 4 inchi
dalam kondisi tidak setimbang, dimana
ketidaksetimbangan pada bidang yang
berjarak 1 inchi dari ujung sebelah kiri
sebesar 3 .oz.. inchi, dan ketidak
setimbangan pada bidang di tengah
sebesar 2 oz.inchi dan membentuk sudut
90° dari bidang pertama.
Ketidaksetimbangan sebesar
30z.inchi akan sarna dengan 21
/4 oz.inchi
pada ujung kiri dan 3/4 oz inchi pada ujung
sebelah kanan. KetidakseHmbangan
sebesar 2 oz.incni pada bidang tengah
akan sarna dengan 1 02 inchi pada kedua
bidang di ujung. Besar penyetimbangan :
Ujung kiri: C1 "" ';(1)2 + (2;25)2 =
2,47 oz.inchi {dihilangkan)
81 "" Tan-1 2,~5 "" 24° (searah jarum jam)
Ujung kanan : C2 "" ~ (O,7Sl + (1r := 1,25
oz inchi (dihilangkan)
82 = Tan-1 0 ~5 = 53° (searahjarum jam)
,
ALIGNMENT
Te 0 r i
.. • ..... "'.., I4fnA' ).l1~R~
):-(H,
""
!
~ ....
..
J
.. ,. ...... '.iOVO .... iO••
, • ,. ... .&.j-eil ...... ":19 .• ..J
• .. ., ... ....11'1 .....)4l•
~
-n..to
i -.,...' . --;;r:­
't.Alre-. , l":IJ,.,I,r,J'
'--------)
.,LhEKNIK MANUFAKTUR 1----------------'----------1
}, BANDUNG~, ~
64
Bidang A dan B dipilih sebagai
bidang penyetimbang dan C adalah jarak
kedua bidang penyetimbang sepanjang
sumbu putarnya. Penyetimbangan
bidang A:
MA rA:::
-V (I M rb cos e l + (I M rb sin 8)2
C
t e - (I Mrb sin e ) v
an ~ A'" == .L
- (I Mrb cos e ) x
Penyetimbangan bidang B :
Ms rs ==
-V (I Mra cos e )2 + (I Mra sin 8)2
C
t e - (IM,a sin e ) v
an B = == .L
_... '. - (IMra cos e ) x
ALIGNMENT
Te 0 ri
=
dari
penyetimbang
penyetimbangnya.
MA­
MA
tan e A=
ElA", 118°25'
ITEKNIK MANUFAKTUR
;1,' BANDUNG
Plan.: AI
lb
,
ill.
f
tJ~l·
U"l;mcing Plano H",hln,il1~ Plan.. a
b
H.
M,b M,b CI:i> tI M,b';'/1 i Cl
in. MrCl Mru cusS MrCl sin'
I
2
.1
it
II
10
a
II
.,
10
8
IQ
9
10
.,
JO
IJS
170
?
?
6
-6
II
IS'
0
4~
-.30
llv6
.,.
...
.15.7
JJ9·4
0.0
-­7H·I ..
IM,b CUll"
I~O.Q
- 3J9·(
~
-IJYSoA ..
:iMrb sin'
9
J I
J
Q
IS'
po
16l!0
]:4
....
...
6lJ·S
-11l!7·9
0.0
-­- S64·~ ..
):10(1<1 ....... '
;60.0
1181.9
~
1:2}·9 ..
HI," .i",
'I i inchn .. diJilllnU( brl w«:n plane. Ii .nd B... - - _.. .~- ~
Berdasarkan gambar di atas, .besar dari masa penyetimbang dan sudut
penyetimbangan telah ditentukan di dalam tabel di atas. Jarak antara bidang
penyetimbangan sebesar 15 inchi. Apabila untuk menyetimbangkan bidang A, radius
masa penyetirnbang ditentukan sebesar 10 inchi, hitung besar masa
dan posisi sudutnya. Apabila untuk menyetimbangkan bidang B,
masa penyetimbang ditentukan sebesar 10 Ib, hitung radius dan posisi sudut masa
Penyetimbanganbidang A: Penyetimbangan bidang B.
-V (IMrb cos 8)2 + (IMrb sin 9)2 -V (2:Mra COS 8)2 + (IMra sin 8)2
rAG rB- MsG
-J(155,1)2 + (-1395,4)2 -V(- 564,4)2 + (1223,9 )2

=
 10(15)

ee 10,6 Ib rs = 8,985 in

10(15)
- (2:Mra sin e) - (- 12239) - v- (:LMrb sin e) = - (- 1395,4) == .:!:1. tan e""S", = ' = : - L
- (755,1) -x - (IMra cos e ) - (564,4) + x(LMrb cos e) ­
VI.D. PERBAIKAN PENYETIMBANGAN
Masa atau berat penyetimbang
yang diperoleh meJalui perhitunqan
harus diikuti dengan suatu proses
penyetimbangan. Kesetimbangan dapat
dicapai dengan mengurangi atau
menambah satu, atau beberapa rnasa
atau berat penyetimbang yang sesuai
dengan perhitungan.
1. Menambah masa atau berat
penyetimbang.
Penarnbahan masa atau berat
penyetimbang dapat dilakukan dengan
cara :
a. Disolder
b. Direkatkan
c. Mengikatkan baut
d. ~",1engikatkan paku keling
e. Pengelasan
f. Menyisipkan besi.
65ALIGNMENT
Teo r i
'irrEKNIK MANUfAKTUR
::., BANDUNG
. . . . . . . .(1
Universal
(
I
':~~OLlTEKNIK f/ANUFAKTUR 1 - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - 1
'" BANDUNG
- Semi - Automatic
- Automatic
- Special
ALIGNMENT

Te 0 ri

2.	 Mengurangi masa atau berat
penyetimbang.
Pengurangan masa atau berat
pe nyetim ban 9 dapat dilakukan
dengan cara :
a.	 Pengeboran
b.	 Pengefraisan
c. .	 Penggerindaan
VI.E. MESIN PENYETIMBANG
Mesin penyetimbang terdiri atas
empat kategori, yaitu : universal,
semi-otornatis, otomatis, dan khusus.
Dasar pemilihan yang dilakukan,
harus sesuai dengan kebutuhan utama
dari jenis rotor yang akan
disetimbangkan, lingkaran produksi, dan
harga..
:',:(.r"
ALIGNMENT 67
;'POLITEKNIK I'v~NUFAKTUR I - - - - - - - - - - - - - - - - - - - L . . . . - - - - l
BANDUNG
Te 0 r i
1. KATAGORI MESIN PENYETIMBANG :
a. Mesin penyetimbang universal (standar atau normal)
MeS:l ini akan memberikan masa atau berat penyetimbang,beserta posisi
sudutnya yang sesuai dengan ketidak setimbangan yang terjadi pada rotor,
pada due. bidang penyetimbang yang telah ditentukan sebelumnya. Perbaikan
rotor dilakukan secara terpisah. Mesin ini digunakan da/am lapangan
penqqonaan yang luas yang dihubungkan dengan berat rotor (sering pada
rasio 1 : 100) dan kecepatan penyetimbangan.
Bebsrapa jenis perlengkapan pelengkap yang mungkin ·digunakanl
beberapa diantaranya adalah :
- Kornpcnen penunjuk ketidak setimbangan, dengan syarat dua buah
peturjck yang telah ditentukan sebelumnya pada rnasmq-rnaslnq bidang
koreksi.
ldentifikasl penyetimbangan pada lebih dari dua buah bidang koreksi.
Penamoahan banta/an untuk bermacam bagian rotor.
Penggerak DCdengan variabel kecepatan.
Alat psngukur perubahan berat pada arah vertikal untuk rotor tleksibel.
Penggunaan mesin ini dapat dilakukan pada kondisi, dimana beberapa
jenis rotor dengan dimensi yang berbeda harus disetimbangkan, dan secara
khusus tidak diperlukan pengurangan waktu dan harga penyetimbangan,
dimana kerja dihasilkan tidak dalam produksi serl, dan yang terakhir ada/ah
penyetimbangan diperlukan untuk suatu operasi yang melengkapi produksi
yang dilakukanuntuk tujuan pengujian atau penelltian.
ALIGNMENT 68
:);!PQUTEKNIK MANL~}'~<TUR r-------~------~~-_1
:. BANDUNG
Te 0 r iI_ ;Jo~:
b. Mesin penyetimbang semi otomatis
Mesin ir: jipasang dengan perlengkapan yang sesuai untuk membuat
koreksi penyet.nbanqan tanpa memindahkan rotor dari mesin penyetimbang,
seperti rnesir cor, frals, gerinda atau las. Lebih jauh lagi, pada mesin ini
umumnya dipasang dengan adaptor yang sesuai untuk menempatkan rotor
pada pores rr.esin penyetimbang dengan cepatdan rnudan.
Koreksi penyetirnbanqan dilakukan secara manual menggunakan
perlenqkapar: yangtelah disediakan.
Mesin ir,; seoaiknya dipasang dengan peralatan pengunci yang berfungsi
membuat rotor berhenti secara otomatis pada posisi sudut penyetimbang
untuk koreksican disarankan untuk jenis produksi serl.
Pengurangan waktu didapat dengan menggunakan mesin
penyetlrnbancan otornatls, dimana koreksi secara langsung dilakukan pada
mesin. Pertimbanqan di atas akan mengakibatkan harga mesin yang lebih
besar.
Mesin cenyettrnbanq semi otomatis sumbu vertikal mempunyai
keuntungan oalsm penyetimbangan bentuk piringan padat (pull, kopling, roda
gerinda, roda gila), pada saat penyetimbangan perlu dilakukan hanya pada
satu bidang atau dua bidang.
ALIGNMENT 69
Teo r i
c. Mesin penyetimbang otornatls
Mesin in: digunakan untuk koreksi penyetimbangan yang terjadi pada
sebuah rotor secara otomatis tanpa bantuan operator.
Mesin ir.: memiliki keuntungan dan apangan penggunaan yang sama
dengan mesn penyetimbang semi otornatls, dengan pengurangan waktu
penyetimbancan yang lebih besar. Mesin ini dapat dipasang sebagai suatu
bagian dari H::gkaran produksi di lncustrl.. yang berpasangan dengan mesin
perkakas at-au perlengkapan penguji kualitas. Mesin ini sesuai untuk
penyetlmbancan rnasal dari sejum!ah besar seri rotor, dan secara umum pada
saat biaya procuksi atau waktu penyetimbangan untuk masing-masing rotor
cukup pentinc dipertimbangkan untuk harga pembelian.
ALIGNMENT 70
Te 0 r i
d. Mesin penyetimbang khusus
Mesin lni dirancang secara khusus dan dibuat untuk sebuah rotor khusus
atau sejumlah rotor yang terbatas, untuk memenuhi produksi khusus yang
diperlukan (ketelitian, biaya operasi, proses operasi).
Mesin ini sering dipasang dengan perlengkapan untuk memberi beban
atau tanpa beban pada rotor (pemindahan beban)l dengan cepat, penepat
secara otomatis dan dengan peralatan koreksi secara otornatis.
Mesin penyetimbang khusus cenderung_juga digunakan untuk pengujian.
putar secara otomatis atau proses penyetimbangan akhir setelah koreksi atau
pemilihan rotor dalam suatu seri (ketidaksetimbangan menentukan apakah
rotor dapat dipakai atau dibuang).
Mesin ini memiliki fungsi lain seba!k mesin penyetimbang lainnya, seperti
pengontrol eksentrisitas, selindrisitas, isolasi llstrik, daya, redaman atau
pengereman.
Beberapa mesin penyetimbang khusus, sering merupakan suatu bagian
dari jalur assembling yang mewakili tingkat ketelltlan, keamanan, pengurangan
waktu operasi yang tinggi.
Harga yang tinggi disebabkan rancangan tunggal, penelitian dan
pengujian secara khusus untuk menyempurnakan mesin ini, serta untuk
pemasangan, alat pemotong dan model yang khusus diperlukan untuk
membuat mesin ini. Dimana semua alasan tersebut merupakan biaya yang
harusdipertimbangkan untuk membuat hanya satu mesin saja.
ALIGNMENT 71
Teo r i
.If 2. JENIS MESIN PENYETIMBANG
a. Mesin penyetimbang bantalan keras
Jenis mesin ini dirancang berdasarkansuatu kenyataan bahwa gaya sentrifugaJ yang
dihasilkan oleh ketidaksetimbangan tidak menghasilkan getaran pada struktur yang
menahan beban rotor, tetapi sepenuhnyaditeruskan ke konstruksi rangka penyangga
yang benar-benar kokoh, melaJui 'piezoelectrc tranducer". Sinyal yang diperoleh
melalui elemen "piezoelecnlc" akan sebanding dengan gaya sentrifugal yang
ditimbulkan karenaketidaksetimbangan.
Pengukuran yang dilakukan adaJah gaya reaksi dOO penyangga terhadap gaya
yang- ditimbulkan karena ketidaksetimbangan. Karena alasan tersebut, mesin
penyetimbang bantaJan keras disebutjuga aJat pengukur gaya atau "dyremomeutc".
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa gaya sentrifugal akibat suatu
ketidaksetimbangan tidak tergantung dari masa, inersia, dan bentuk rotor,
maka akan mendukung keuntungan mendasar dari mesln ini, yang memlliki
kemampuan untuk mengeset suatu penyetelan pada basis tunggal dari
dimensi roda,
Pada kenyataannya, apabila sebuah bidang koreksi telah dipilih, hal
tersebut sudah cukup untuk mengeset jarak diantara bidang tersebut terhadap
masing-masing bantalan, dan jarak diantara bidang-bidang tersebut terhadap
diameter koreksi. Penyetelan tersebut yang seharusnya dilakukan pada saat
mesin berhenti, akan memungkinkan suatu tingkat kallbrasi yang sangat baik .
dicapai tanpa melakukan pengujian rotasi atau perhitungan.
Bantalan pada mesin penyetimbang ini sangat keras, sehingga frekwensi
dasar dari masing-masing bantalan akan menyangga masa rotor (frekwensi
krius) yang sangat lebih cesar daripada kecepatan maximum penyetimbangan.
Karena alasan tersebut, mesin ini disebut juga mesin penyetimbang -dibawah
resonansi.
ALIGNMENT 72
Te 0 r i
Karakteristik ini akan mengeset sebuah batas sampai kecepatan
maksimum penyetimbangan. Pada kecepatan diatas batas yang telah
c:tentukan, mesin penyetimbang bantalan keras akan menghilangkan
karakteristik kalibrasinya sendiri berdasarkan pada dimensi, tetapi
psnyetimbangan masih dapat dilakukan denqan metoda rnesin penyetimbang
b2.:1talan lunak. .
Mesin penyetimbang bantalan keras hampir memiliki sifat "lsotropic",
sSJagai contoh : bantalan akan mempunyai kekerasan yang sama pada
ssrnua arah, oleh karenanya mesin ini akan sesuai sekali untuk
rrsnyetlmbanqkan rotor fleksibel.
b. Mesin penyetimbang bantalan semi keras
Mesin inLdigunakan pada kondisi kerja di bawah resonansi, yang berarti
rr.srniliki keuntungan karakteristik dari pengesetan kalibrasl yang sesuai
dS:igan dimensi rotor:
Bagaimanapun, bantalan yang terdapat pada mesin in; tidak keras, tetapi
dapat bergerak colak-balik (bergetar) dengan frekuensi getaran dasar yang
lecih besar dari kecepatan maksimum penyetimbangan. Pengukuran dilakukan
tS"ladap amplituda getaran bantalan, yang diterima melalui "electrodynamic
trer.ducer yang sensitif terhadap kecepatan getaran.
Mesin penyetimbang bantalan semi-keras memiliki lapangan penggunaan
ya::g lebih terbatas dibandingkan mesin penyetimbang bantalan keras, seperti
ksserasan dari struktur penyangga rotor yang harus memenuhi dua kondisi
yang berlawanan. Pada suatukondisl harus keras, sehingga frekwensi dasar
d2.~j kumpulan bantalan dan rotor lebih besar dari kecepatan penyetirnbanqan
dan mengizinkan kalibrasi dilakukan berdasarkan dimensi. Pada kondisi
la:;;nya harus relatif lunak, sehingga getaran dari semua amplitude yang
sssual dapat diterima oleh "electrodynamic irenducet", yang hanya sensitif
terhadap gerakan mekanis dari bagian yang bergerak bolak-balik (bergetar).
Kerugian lain dari mesin penyetimbang bantalan semi-keras yang
dl:""Jbungkan dengan bantalan keras adalah : berdasarkan suatu kenyataan,
dirnana sistem 'piezoelectric" akan menghasilkan suatu sinyal yang secara
lar.gsung sebanding dengan gaya dan sistem "electroaynemic" akan
rnsnghasilkan suatu sinyal yang sebanding dengan kecepatan getaran, yang
kernudian harus diproses untuk medapatkan sinyal yang sebanding dengan
92./3, sehingga dengan jelas akan menyulitkan mesin elektronik.
..
ALIGNMENT 73,'ti:'I'TEKNIK MANUfAKTUR
BANDUNG r-----~-------------'---___I
Te 0 r i
c. Mesin penyetimbang bantalan lunak
Mesin ini dibedakan oleh suatu kenyataan, dimana penyangga memiliki
ketetapan elastis yang relatif rendah, sehingga frekuensi getaran dasar dart
penyangga pada saat dibebani dengan masa rotor lebih keeil dari keeepatan
psnyetlrnbanqan.
Pengukuran dilakukan terhadap amplitudo getaran yang sebanding
dengan ketidaksetimbangan, untuk rotor yang sama dan dengan semua
kcndisi lainnya yang sarna. Disebabkan karena karakteristik tersebut, mesin
penyetimbang bantalan lunak kadang-kadang disebut juga mesin
penyetirnbanq di atas resonansl,
Selain dari ketidaksetimbangan. amplituda getaran tergantung dari
kecepatan putar masa rotor dan bentuknya, seperti sisa kecepatan putar yang
tldak dapat dirubah. Sejumlah rotor dengan berat yang berbeda, atau bahkan
dengan berat yang sama tetapi bentuknya berbeda, akan menghasilkan
getaran denqan amplitudo yang berbeda. Karena alasan tersebut, kalibrasi
dari mesin penyetimbang bantalan lunak harus diset pada saat rotor berputar,
y2ng sesuai dengan berbagai metoda yang telah ditunjukkan o!eh pabrik
pembuat mesin (yang telah mengatasi masalah untuk mengkonstruksikan
perlengkapan untuk mengurangi jumlah dan waktu kalibrasi putar sebanyak
mungkin).
Dalam beberapa kondisi, kalibrasi hanya diperlukan untuk rotor pertama
da!am sebuah seri dalam bentuk yang sama. Kebutuhan untuk rnelakukan
pengujian putar pada setiap rotor dalam sebuah seri dari rotor yang berbeda
dipertimbangkan sebagai kerugian.
Sebaliknya, kecepatan penyetimbangan tidak mempunyai batas
maksimum, melainkan dibatasi oJeh ketahanan mekanis dan tenaga
penggerak mesin.
ALIGNMENT 74"':LITEKNIK fAANUFAKTUR f - - - - - - - - - - - - - - - - - . . L - - - - - j
BANDUNG
Te 0 r i
Hal tersebut merupakan keuntungan yang paling penting dari mesin
penyetimbang bantalanIunak, apabiJa dibandingkan dengan mesin
penyetimbang bantalan keras. Walaupun keuntungan tersebut akan sangat
berguna untuk menyetimbangkan rota: fieksibel yang sering membutuhkan
kecepatan menyetimbangkan yang tinggi, yang pada kenyataannya dibatasi
oleh oeberapa faktor. Dimana bantalan lunak dijelaskan sebagai "uaisotropic";
sebagai contoh : bantalan tersebut keras untuk tingkatan luas yang berbeda
dala.m arah yangberbeda. Mesin penyetimbang bantala.n lunak dengan sumbu
putar horisontal hanya dapat digunakan untuk menyetimbangkan rotor fleksibel
apabila dipasang dengan peralatan pengukur defleksi elastis dalam arah
vertikal rkekerasan maximum).
K2.~2kteristik dari "diatas resonansi" mempunyai arti fungsi bahwa daerah
resonansi harus dilalui setiap waktu pada saat mesin dihidupkan atau
dimatikan. Resonansi yang terjadi akan menghasilkan getaran yang tidak bisa
drterlrna, terutama pada rotor berukuran besar 'dan ketidaksetimbangan yang
besar. O!eh karenanya diperlukan suatu peralatan pengunci pada penyangga
selama "pnese" dihidupkan atau dimatikan. Proses tersebut akan berbahaya
bagi operator apabila peralatan pengunci tidak digerakkan melalui "remote
control,
Alignment 75. lI1EKN!K MANUFAKTUR h - L-_ _~
B.~_t''';OUNG ' Lo mp l r o n 1
JENIS...JENIS KOPLING TETAP
Sleeve coupling
Splitsleeve coupling
Flangedcoupling
I Fixed coupling r:--+-0- Double-cone clamping coupling

I Disccoupling

1 ~ Spacercoupling

j Jaws coupling

I Floating shaft cOJpfing

i Gear coupling
i
Chaincoupling
Pin and rubber bushcoupling
ForstelastIc pin COL!pring
Rubbertyre couplina
I
I
flexible bush coupling
Spider coupling
I
 Vee beltgroove coopting

Steelgrid flexible coupling
I Pocket fa' helical spring couplIng
L Flexible coupling
Kopling tela:. -'I
Resttient bushCQup!!ng
l
.
! Geislinger vlsco elastic coupling
HoisettypeRB ftexible rubber bloco coupling
Barreltyre coupling
Vulkan compressed air coupling
Flexible_qjsc coupling
Flexible Jaws coupUog
Elasticaxten coupUng
High elasticringcoupling
Kauerman - l<egerteX: - perbunan - coupUng
Elasticvoith maurar coupling
ElasticveHh coupllng
ElasticdeU- coupling
.. . Toothed COO fio
Self aligning coupling -.r p 9
~ Oldham's coupling
--cOlf filledcoupling C Impeller type
Fluid coupling - Powder filled coupfing Bucket wheel type
Shearpin coupling

Safety coupling

--cSafetybailcoupllnq
- Hookjointcoupling
Universal coupling --EBall ]oint coupUng
Constan velocityJoint coupling
Alignment 76
lampiran 2
"DOUBLE-CONE CLAMPING COUPLING"
-G-1-­I.o.-.......,...~~I~~~~

..j
AU dimension in inches
- ...
.r. g. C D E
.. - ...
F
-
G H J K L M
N¢.of
6o/i$
No.of
KClYG
1:-..~5 514 2% 21,-i 1~ % 21A ~o/, i~ 1 5 1~ 3 ~
~·'~~6 7 31h 27h 2~ % 2~ 6Y, iVa 1~ BV, 14 3 1
2::~.e
3
3~
4
88;4.
10'lh
1214
14
40/'6
5~
7
1
3%
4%2
~
511'2
3
3~
4~
40/'4
41.
4"4
7/!.
718
31h
4¥1e
5~
5'k
7W,e
9
l1V,
12
1711
211.
2%
~¥,
1~
2
21,-i
2~
77h
g1jz
"V,
12
%
64
f,!4
0/,
3
3
4
4
1
••
1
1
'-Vi 151h a e7A 5Y, 71i ~ -131h S~4 .2~ 141h 81, 4 1
~
...o~
17
171h
e
91h
711,
7~
5~
61h
71k
1
7
7
15
151,.2
s¥,
30/,
5
3
15~
iS1/(
~
74
-4
4
1
1
6 18 10 S'V4 6tt, 1 7 16 38(, 3 151f, 7Al 4 2
Machinery's hand book (Industrial press inc.)
77Alignment
Lampiran 3
"SLEEVE COUPLINGII
[Cb~ Cb@=--_ . . ._-
CDCJetJdJ
Ig,~,f . "'5.	 Sleeve coupling according to DIN 115, for dimensions see Table
19/4.

blechmantel =sheet metal casing

Tabe 19/4.	 Flange and sleeve couplings according to Figs. 19/4 and 19/5*
inmm
Dimension in mm
Shaft diameterd 25a30 35 II 40 145 a 50 155a 60 70 sol SO 100 160 180 200
$leave ~:~ing
a.ccorcli"l; :.0 DIN ,
115 (Foc.. ~ Q22)
Outer diameter 0
Total length L
Weight
105
130
3,6
115
160
5,5
140
190
8
155
220
11,8
160
2.50
17,4
195
280
21.5
220
310
53
240
350
44
.
--
--.
--
-
Range :::;.:pfInq
OUter diameter D
Toallength L
Weight
150
130
7
170
150
10
1~
170
1S
220
100
20
245
210
29
270
2SO
40
300
zso
56
330
290
74
480
~O
225
540
470
300
600.
510
385
acco..din~ ~o DIN
116 (Fe:::. 1922) Wrth lnte~ste disc
Totallanqth L1
Weight
ISO
Iil
170
13
100
16
210
24
230
3.3
250
45
zso
ea
310
S2
480
250
500
33.2
S40
425
* Machine Elements (Gustav Nieman)
Alignment 78
Lampiran 4
"FLANGED COUPLING"

$chaftsctr~
nach DIN 427
.!
I
I
a) Form A b) Form 8 c) Form C
flo. 19/5. Flanged coupling according D!N 116.a) Form A with centering, b).:J
Form C with spacer disc c) Form C with axial disc rotate according
DIN 28135 (for di unit 160 mm). Dimension see table A13-1
fig. 19/5. Flanged coupling according DIN 116, Fig 13-7, Form A,B and C.
Sec'!-s
:j­
!.7 ~
Olmel'llSlon In mm
dJ 11 G !.l
"
Throed=eng IM~
DIN &.'3,U I ~
~Dimo""icmN'!mb<K thraad
Moment
c{lmoo
T~
Nm
A.-cial
fot,;.s
lorm C
kN
Mo<M<1tol
~foc'ma
,
k~
Wolgh!
formS
m
kg
2S
30
ss
~
I 58
I se
I 72
72
125
125
1040
140
101
101
121
121
117
117
141
'41
50
50
60
60
31
31
31
31
3
3
3
:3
Ml0Xao
M1CXeo
M 1OXOO
M lOX SO
2120
2120
2000
2000
06.2
57,5
150
Z36
3
5
7,5
7,5
0,0104
0,0104
0,01er
.0.01a7
5,5
5,3
7,3
7
45
50
55
so
9:5
95
110
110
160
1«)
ISO
ISO
1-41
Hi
171
171
159
,e.g
203
203
70
70
85
ss
34
34
37
~7
S
:I
"4
M10X~
M10Xes
""2X70
M12X70
lQOO
1100
lllOO
1600
ess
S15
zso
875
14
1'4
22
22
0,0297
O,~
0.0572
O,05&Q
11,4
11
le
15,4
7C
"..
v:
1::::;
rso
145
HI.oI
lSO
200
224
250
2SQ
201
221
241
251
233
2(11
281
301
100
110
120
130
·4'
41
54
M
6
S
$
e
M 12:Xeo
M 12XBO
M16Xl00
M HiX 100
1700
lWO
1500
1WJ
liOO
2ilSO
~120
5&lO
Zl
32
S2
32
O,10E!
0,179
0,332
O,5ltl
23,6
31,2
~5
57,S
110
1~
,~
'Ie-a,
.-'"­
200
225
250
290
300
335
srs
"125
281
311
::541
401
329
:!SO
397
457
140
155
170
200
60
60
70
75
II
10
10
10
M re X 105
M 16Xl05
M:20X125
M 24X 125
1:20
1250
11$0
112ll
8250
l25CO
10000
~O700
SO
50
75
75
O,l~
1,254
'~181
~,O~
12.9
~,5
1$5
l~
1;~
2:-0
22:0
2$0
345
360
400
450
450
~OC
560
630
451
SOl
541
601
-
--.
225
250
270
300
M
SO
CIS
95
12
16
14
16
M2oX 1,(0
M24X140
M 30X 160
M30XlllO
1000
1000
950
sec
4SOOO
61500
a2SOO
118000
-
-.
-
6,115
0,870
17,D-?
28,47
262­
348
478
'>015
* Roloff/matek Machinelemente (Vihelm Matek, Dieter Muhs, Herbert Wittel)
79Alignment
Lampiran 5
JlFLANGED COUPLINGfI
I-------L-------I
f.------- L1----~~-t
Flanged coupling according DIN 116, above WITh spigotcentering,
below with split centering ring, Fordimensions see Table 19/4
Flange and sleeve couplinqs according to Figs. 19/4and 19/5*
Dimension in mm
fig. 19/5.
* Machine Elements (Gustav Niemann)
Shd diarn ..t« d 25a30 ~&"o 45.50 55&60[70 eo 90 100 110 125 140 160 180 200·
Sj....,.. c:o-.J;i"ng Outer d5rr:«Iar D 105 115 1~ lSS lao 195 220 .2"0 i'270 290' 320 - . .
~n;:::'OlN11S Tota/lf;ngth L, 130 160 190 220 250 280 310 350 390 430, 490 . - -
(Feb,1922; w~ght 3.6 5.5 8 11.8 17.4 21,.5 33 44 72­ 100 14tl . . .
Ovtor cf.ameler 0 150 170 195 220 245 270 :iOO 530 360 390 4-0 480 5«0 600
To'..&J~n;th l. 130 1.50 170 1.90 210 230 260 290 320 350 390 430 47'0 510
F~ c:l:.,;,Cl'111 W6igl'lt 7 10 13 20 29 -0 56 71, S8 123 160 225 300 38S
acecrd<r.;;:: DIN 116
(Feb.1.ez2) With inl...m~... t. disc
l2~Total14ngth (., 150 1.70 190 210 250 280 :310 340 380 420 460 SOO 540
WIIoight
,­
9 13 16 24 45 62 52 107 140 lS0 250 33.2 425
'::;'POL/TEKNIK MANUFAKTUR
,: '; BANDUNG r--~~---------_L-_---1
80Alignment
l o rn p l r o n 6
flFLANGED COUPLING fI
a	 o c
fig. '19/3.	 Flanged couplinq.Ia) Forged flanged shaft end (DIN 760); for dimen­
sions see table "19/3, (b) welded flanged, (c) shrink fitted flange with
carborundum powder,
Schrumpfsitz =press fit
Ig. 101'"f' v . .:5.	 Forged flanged shaft end according to din 760 (aug. 1937)
(Fig.19/3). Dime0siQnJo mm ­
Shaft tflaffiE'er d 35 45 55 70 80 00 110 130 150 170 190 210
Diameter C, . 50 eo 75 95 9:5 125 150 150 195 19S 240 240.
Bclt circle dia:r,eter K 70 85 100 125 140 160 100 215 2-40 265 2SO 315
60lt hole Ciarr"lter d3 11 14 Ie 18 20 22 25 32 SS 40 40 45
No. of bolls 4
.
" 4 B a 6 6 6 6 a B s
fig. 19/3. From experience it is found that special thread locking devices are
superfluous for wen-fitted, well-tightened bolts with flat seating (no
washers).
* Machine Elements (Gustav Niemann)
81
(
2 3

I
-L L­T
.­
-,1 m"0 .
I
-0 -0
'//////
~ r--S:1 ~
l3
1 2 11
Alignment
Lampiran 7
. b
---3
A. 13-2. Flexible disc coupling, fig, 13 - 1-3 (Thomas coupling, form901,
according standar work):
"FLEXIBLE DISC COUPLING"
fig, 13-13. Flexible disc coupling (Thomas coupling, work picture).a) Flexible
element (form 900) b) disc c) coupling with flexible elernen and
spacer (form 901).
Dimension see table A 13-2.
Dir"rlt.~ion in ,.,....n""t .......,.x. ......,..<n-vl: r ~ ..,.."igt">t
S~r~f5 --=' =It."........... of .....ortl.
d'I K7
a.. oJ::> J, t> 1:>
,., 1"T'1IIIt'¢ rkn .J rn
I'T'KI."
r'T1(n _1 Nrn hoO",'" k.g
,0 :;:6 42•.15 SO -s-o e.s 62,5 37000 '00 0,0= :;a~'51 .
1t:! ~s 61 gS -4-6 87 $:5,5 :1'000 "60 0,00-40 3.4$
25 SO 70 .. '0 ;50 as &4 25000 25Q 0,.0056 4,a1
40 e.s 90 140 55 "'i .... O
= "!IO.QOO

400 O,,02a5 g,zQ
63 70 <::>6 ., ....7· 70 '''$ 68 ,eooo 'e"30 O,O~ t1..g'
100 eo 109 "t7=O 75 1-41 104,5 14000 .,000 O,o(na. 1S.6'
1eo 100 134 200 SO 1= " , ,S 1=00 1000 0.1 e.3.... 2e,'
2!:.'i0 ,,0 1-i-8 =15 ,.,0 17& 1"1.G 10000 .2500 O,3-o-~ 37,S
....00 1;l5 166 250 125 2"07 1~ 10>000 .<-000 a,S73~ S8.0
et30 ''''S 1~ 2QO 150 2 ...... ,= 8000 =co 1,1geO 9-4,:2.
H)OO t60 .t4Z10 330 185 :323 252 7000 '0000 1,1;1720 12"
"e-oo , e.o 238 370 ,gO :3= 2~S.S ~OOO ,0000 ::5.=60 107
2500 2:00 202 .... ,0 2"'0 ....,2 33:!1.5 5000 25000 58200 24.'3
';* Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter Mulls, Herbert wittel)
';I'POLITEKNIK {,',ANUFAKTURr-.---------------L.------l
;" BANDUNG
Alignment 82
Lampiran 8
fTFLEXIBLE JAW COUPLING fT

13

I~ ~l
II
fig. 13-25.	 Flexible jaw coupling (N-Eupex - Coupling, form B, work picture).
Dimension see table A13-3.
A. 13-3. Flexible jaw couplinq, fig. 1.3 - 25,(N-Eupex _- Co~plj~a, form ~J.
according standar work).
_gl"rtrn<:>o<n..-.t ......,...,...<0>""Ok"T''......s.o.n k"nt.1n """"""'­
Q'f ....,..r1.i..
-- oftonNon
s....."... ..J rnTI<ndl H7 <t. H7 "'.........,.
Q .hdo cob tTMn. -' kg"",,,~ kgNn............ I n>,"",,­
• 0.000:: 0.-415.0-	 5000e 2 ••• -4:20-4<:1 $8SSS 2-4'101 O.e:.3<f$000 0.0003.2 ••• -4:2Q 5....a ....
I
- ...... ~
2024 2$
'.25GO o.ceeel5000:2 ••'. 4B.&O 80 30 .,'030 ::sa GO ""2 2'
100 0,00'76000 2.0"2 ......;:ISD5.... 70eSt<:' 2"'""2  "2
,.. 1~ 0.00-<'2: ••• 4 500040 27TB"'S -l.& a-oa"O :l.'"a 240 0.0085000(>0. .:2: ...... A.,:IS .73.101055 ss 5.'1a'26
4<:>00'2 ...... 0.0'420
=
e.'"10019'40 !i>Seo e-<:I '00 ::5"''''''0
so
g ...0.0254250 =02 .•. ea,..o	 ,oa ,os eo
~
20as e.s '60
,..0.045
I
I
I 12S 125 ,eo 7'0 oC! ::10 3$00 8802 .....a'80 7$ 715
2"4780	 , ~ 2'00 ..08:1400e.200 '40 200.es "5 2: ••• '"'''0 2-0003000 2".5,so 18 0.'35,SO 1<.2a=s 225 0000 1010 "... '" 0.,23 343. .. _ • s 2800275016,00B.:!so :::'50' &0100 '00 '65 ''''5 ...50.37"gOO::l"",SO3 ... aes 20lS2ao '60 2&0"0 .'0 '60 ''0
: Flexible element from "Perbunan" materrial
:.. Roloff/matek Maschinenelemente (Viihelm Matek, Dieter Muhs, Herbert witteI)
Alignment	 83
lampiran 9
If ELASTIC PIN COUPLINGII
L
Fig.l9/8.	 Elastic pin coupling for- crane drives (according to Haenchem..a,
Leather or rubber, textile rings.
Compensating couplings, dimension in (mm) , weight (kgf), torque
(cm kgf) and permissible relative displacement according to Fig.
19/1. Nominal torque Mt =71620 N/n, C =Maximum MtJrated Mt,
ratedpower (HP), N/n (HP min/rpm)
, Rated Mt
Shaft d
Outer D
Total Ieghth L
500
30
175
224
750
40
200
245
1500
50
250
246
3000
60
300
288
S5<l0
70
350
348
8500
80
400
378
13000
90
450
410
20000
100
500
412
I

•
II
,
..

•

~

J
•

Machine elements (Gustav Niemann)
Alignment 84
Multiplication factor k, to be applied in the rating formula of Forst
couplings
1lh·3
4-6
1Y.l-3~
3-4
3-5
1~·21t.!
2·4
3-5
2-4
3-6
2-5
n~-3
S-S
3-6
l1
Motor generstors
Pump,s :
pistontype
rotary type
Presses, punching mechines, shears
Reversing gears
F.evolving drying drums
Rollergrindef machines
Sawing m~.,
Shunting engin~
Steel m~l drives
&one c:::rvshers
Toolsmacnirles :
ughttype
heavy type
Ventilatol'$ ;
eledric driven
piston 6nome driven
A
2-4
"-15
2-5
3·5
2·<1
3-6
2-5
2·4
2·4
1~ - 2
3·5
11
3-5
2~ ·3lh
larripiran 10
.:';:':~----===-~=­
..J--_....J-­ ........ I'-­ ~
x
o ttl
E
"0
"FORST ELASTIC PIN COUPLINGII
Forst elastic pin coupling, in reinforced plastic-type HG
See also fig. 13 : For?tHq couptlnqs In reinforced plastic
Couplirl9 size .. ~ ........ -. (NI,*.k O.OOOS 0.0013 0.0025 o.ocs 0.01 0.015 O.O~
Maximum torque ...•.. kgrn 0.57 0.93 1.79 3.50 7.16 10.7 21.4
Max.imum speed ...... r.p.rn 5300 4$00 «00 3500 3000 2800 2200
Length ..•...•••....• L1 mrn SO SO 35 4S 50 55 70
Clearance ........... Amm 1 1 1 1 1 1 1
outer diameter •...... Dmm 53 59 6S 81 102 102 127
Bore diameter ..••.•.. dmn: rnm 20 22 25 30 35 40 50
Available bore •...•••• dmm 9 ~ 10 12 15 15 20
weight .•............ kg O.HI 024 0.36 0.70 1.23 1.41 2.73
piing and Bearing (Prof. Ir. G. Broersma)
Compressors :
'( piston type
rc:tary type
~yorbelts;
£ght traffic
'. hMvy trsfiie, chain type
;~es:
ight e81'1e$. capst;ms. derricks. winch~
'S:' heavy,cranes, foondry and s1eelmill cranes
', Dough and other mb;~
,~~
tIMitol1l. Jakobs !adders
i::'and sim~argrinding machines
'. : ({cy machmes. washing machines
, U:s.hoists
"."t.&~
Alignment 85
Lampiran 11
"ELASTIC AX/EN COUPLING rr
a
~~ "..
r
,;fig. 1~/1_1 ~ _~I~~tic Axiencouplinq (AxIE3r'l,_Hamburg__Altona). with grei3.se filling.
i> a. leaf springs which bend between the stops b (drive) and
the stop e (driven). For dimension see Table 19/5.
;,
'.'
..mpensating coupling, dimension in (mrn), weight (kgf), torque (em kgf)
'- d permissible relative displacement according to Fig. 19/1. Nominal
rque Mt == 71620 N/n, C = maximum Mt/rated mt, rated power (HP),
Yn (HP min/rprn};
C. "r;
Max. bore cf
Outer die:7.etBr0
Totallencth L
Weight·
-
0,002
23
75
95
1.3
0,005
35
HlO
110
2,8
0,012
40
120
125
4,5
0,025
45
130
150
6,5
0,04
50
150
175
10
0,07
60
18-0
195
15
0.12
70
210
245
24
0,25
eo
240
290
38
0,5
90
280
340
50
0,8
105
320
390
95
1,2
120
380
430
155
1,8
140
470
490
260
3
160
570
530
380
(Machine Elements (Gustav Niemann)
~f"
Alignment	 86
lampiran 12
"HIGH ELASTIC RING COUPLING"

I
C$
l2
l3
Fig. 13~?7 High elastic ring coupling (Radaflex coupling, form 300, work
picture)'. Dimension see table A 13-5.
A13-5 High elastic coupling. fig. 13-27 (Radaflex coupling form 300.
according standard work).
I
Serle; I.::I, H1
 max..
I
dt
Dimensionin mm
tis 1, ~ b
Speed
I'lIU
I'n.,;
Min"
Moment
at
Tot"'$ion
T"",Nm
Moment
of'
Inertla
J
kgmt
Weight
m
kg
1.6 2S 40 85 28 60 64 4000 16 0.001<1 1.7
4 30 50 110 35 75 85 4000 40 0.0042 2.9
10 SO 75 150 55 88 125 3000 100 0.0156 7
16 55 85 175 60 106 135 3000 160 0.0366 10
25
40 I
60
70
100
1IS
205
240
65
75
120
140
150
170
2000
2000
250
400
0.0795
0.1750
16
26
63
100
II
I
80
90
130
150
275
325
85
100
156
lea
195
22S
2000
1500
630
1000
0.3090
0.n5O
37
60
Flexible element from "Vollgummi" material
>;:	 Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter
Muhs, Herbert Wittel)
•
,

•

•
Alignment 87
Lampiran 13
.. "KAUERMAN - KEGELFEX - PERBUNAN - COUPLING"

-I
I
I
i
-I
Ii
i
. Fig. 19/13. Elastic coupling (Kauermann Duesseldorf). a. elastic perbunan
(a buna variety).
Compensating coupling, dimension in (mm), weight (kgf), torque (cmkgf)

'. and permissible relative displacement according to Fig. 19/1. Nominal

torque Mt - 71620 N/n, C -Maximum MtlRate Mt, rated power (HP), N/n

:j,_ (HP min/rpm).
C.Nln
Mal(. bora d
Outer diameter D
Tcr..al Length L
Weight
0.0012
20
80
63
0.75
0,0025
25
95
73
12
0,004
30
115
93
2.1
0,008
36
130
104
3,3
0.016
4S
160
124
6.3
0,03
SO
200
no
10
0,0-5
55
230
i~
13.2
0,08
65
260
168
21
0.125
75
20...5
188
29
0.2
85
350
22B
47
0,32
95
400
248
66
0.5
110
-4SO
268
94
* Machine Elements (Gustav Niemann)
Alignment	 88
lampiran 14
fI FLEXIBLE JA W COUPLING"
(SPIDER COUPLING)
Fig. 13-26. Flexible jaw coupling (Hadeflex coupling, form XWz, work
picture). Dimension see table A 13-4.
A13-4. flexible jaw coupling, fig. 13-26 (Hadeflex coupling, form XWZ,
according standard work).
Series
DiITI..""ion in mm $pfld
max
r.....
-.1,(.,.,
Moment
g/
Torsion
i""Nm
-­ -
Moment
of
Inena
J
k~mt
Weight
m
kg
. -
.d,H7
max.
~H7
max. ds de d$ It S $.
24
28
32
24
28
32
30
35
40
55
62
52
55
62
64
55
62
70
24
28
32 ~I
2
2
2
12500
11080
9&:0
30
50
70
0.0002
0,000:3
O.OOCS
0.30
0.41
1,3
38
4.2
4a
38
42
48
45
50
56
60
68
76
rz
eo
90
84
92
105
38
42
4a
24
26
28
2,5
2.5
2,5
8100
7400
65C()
120
160
2~
0,0017
0.0028
0,0052
2,1
2.8
4.1
55
60
65
55
60
65
65
70
75
88
96
11).4
1Q.4
112
120
120
130
142
55
60
65
30
32
35
3
3
3
5700
szo
4800
360
460
600
0,0101
0,0151
0.0228
1i,9
7,7
9,9
75
85
100
75
85
100
B5
97
·115
120
136
160
136
156
184
165
185
220
75
85
100
40
44
50
3,5
3.5
"
4100
3700
3100
SOD
135-~
2250
0,046-4
0,0840
0,193
15.0
21,1
33,6
1'0
125
140
160
110
125
140
160
125
140
160
la-c
176
200
224
25
200
224
256
278
240
275
310
360
110
125
140
160
55
SO
65
75
4
5
5
5
I 2800
12500
2200
HlOO
3000
4400
6000
9000
O.W
0.569
1.02
2.09
45,5
6t
84,8
111,7
Flexibleelement from "VuI.kollan"material
*	 Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter
Muhs, Herbert Wittel)
Alignment 89
QT~KNIK MANUFAKTUR r----------~--l.-----l
... BANDUNG Lampiran 15 W
"STEEL GRID FLEXIBLE COUPLING"

8

" Typ8 7. 5;'Iing housing horizontally separated
>COUplr-.; d:'5CS (part 1 & 2) andspringhousing of ingo!~eel
600G 700 G
M3-:0upling goG 120 G 1500 200G 250G 300 G 350G 400 G 500 0
300 3.50 400 500 600 700
!l..xc 00 120 150 200 :250
n
107.~OO 143.200 17Q,OOO 214,600 250,600 266,400 358,000 42'il,600 501,200
T:;<'qUe.max •• kgm 64,440 65,920
M...~er:tof
=entum. . GQ2 kgm2 '''.154 7.728 10,923 17,808 24,121 S9,5S2 55,SOO 64.025 95,529 121,ge2 106,600
5 Ccdeword gedox gezux gudox galux Ilivux gitax gog';x gafax Q1lffiOX ginux guocx
S 6c= length •• Lrnm ~ 4S0 490 530 570 600 630 eso 710 'TSO 780
7 fI-u. diameter Dmm 1,640 , ,870 .2.100 2,325 2.550 2.840 3,075 3,290 3.520 3,745 3.920
8 ~..!lICe w ...... Srnm 50 50 50 50 50 100 100 100 100 100 100
571 571 700sao 571 571 571
9 WGth .••••. _ a-nm 500 500 500 500
Dirlanee
b!tweon
c:::..,;pling di&CS
5 5 5
ci smaltest 5 5 5 5 5 5 10
o'":s:ance
bet¥een shaft
er~$ ....•... Amm
, 1 ernm 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
A..-:.al play ••.•
12 C:;mparable 410 450 470 500 510 seo 590 620
mm 310 345 360
&".aft diameter
13 G'llase gO 130 155 170 185 200 215 240
kg 75 100 115
r"GtJired •..••
14 A.."'Pfoximate 5,600 7,300 $1,200 11,esO 14,000 16,250 17.350 21,500 25.500
kg 3,550 4,600
~<Jht _•••.•
Coupling and Bearing (Prof.lr.G,Broersma)'"
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993
Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...Poetri Einsteiner
 
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANAmrih Prayogo
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Endang Saefullah
 
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan Bakar
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan BakarJobsheet Memeriksa Pompa Bahan Bakar
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan BakarCharis Muhammad
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Arief Efendi
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanrestuputraku5
 
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdf
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdfMODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdf
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdfSarwanto.S.Pd.T
 
MAHIR PEMESINAN CNC UNTUK PEMULA.pdf
MAHIR PEMESINAN CNC  UNTUK PEMULA.pdfMAHIR PEMESINAN CNC  UNTUK PEMULA.pdf
MAHIR PEMESINAN CNC UNTUK PEMULA.pdfSarwanto.S.Pd.T
 
New holland tl100 a tractor service repair manual
New holland tl100 a tractor service repair manualNew holland tl100 a tractor service repair manual
New holland tl100 a tractor service repair manualuudjjjkskkmem
 
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Hamid Abdillah
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Arismon Saputra
 
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
Tugas aircraft structure
Tugas aircraft structureTugas aircraft structure
Tugas aircraft structurenamakugilang
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinlombkTBK
 
Skkni pengelasan 2018
Skkni pengelasan 2018Skkni pengelasan 2018
Skkni pengelasan 2018Wahyu Haryadi
 

Was ist angesagt? (20)

Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...
106137643 laporan-praktikum-metrologi-industri-pengukuran-kebulatan-dimensi-k...
 
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
 
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
Laporan Praktikum Proses Produksi - Teknik Industri (Lengkap)
 
Perhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapalPerhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapal
 
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan Bakar
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan BakarJobsheet Memeriksa Pompa Bahan Bakar
Jobsheet Memeriksa Pompa Bahan Bakar
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahan
 
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdf
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdfMODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdf
MODUL CNC LATHE FANUC OI-TF.pdf
 
Tabel standard ulir
Tabel standard ulirTabel standard ulir
Tabel standard ulir
 
MAHIR PEMESINAN CNC UNTUK PEMULA.pdf
MAHIR PEMESINAN CNC  UNTUK PEMULA.pdfMAHIR PEMESINAN CNC  UNTUK PEMULA.pdf
MAHIR PEMESINAN CNC UNTUK PEMULA.pdf
 
New holland tl100 a tractor service repair manual
New holland tl100 a tractor service repair manualNew holland tl100 a tractor service repair manual
New holland tl100 a tractor service repair manual
 
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
Perawatan Mesin Bubut (Maintenance of Lathe Machine)
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
Tugas aircraft structure
Tugas aircraft structureTugas aircraft structure
Tugas aircraft structure
 
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen MesinMekanika Teknik dan Elemen Mesin
Mekanika Teknik dan Elemen Mesin
 
Skkni pengelasan 2018
Skkni pengelasan 2018Skkni pengelasan 2018
Skkni pengelasan 2018
 

Ähnlich wie Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993

50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennyayasri05
 
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdf
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdfPENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdf
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdfssuserc213ed
 
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginPemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginasharis
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)Eko Supriyadi
 
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenPelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenrahimbesol
 
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisian
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisianModul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisian
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisianantony96
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranDewi Izza
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselRio Eka Pratama
 
Pemeliharaan servis transisi_manual
Pemeliharaan servis transisi_manualPemeliharaan servis transisi_manual
Pemeliharaan servis transisi_manualrahimbesoll
 
Laporan ts mjjk
Laporan ts mjjkLaporan ts mjjk
Laporan ts mjjkisan sell
 
Laporan ts mjjk
Laporan ts mjjkLaporan ts mjjk
Laporan ts mjjkisan sell
 
Perbaikan sistem kemudi
Perbaikan sistem kemudiPerbaikan sistem kemudi
Perbaikan sistem kemudijju_pe
 
Perencanaan kontruksi panel_listrik
Perencanaan kontruksi panel_listrikPerencanaan kontruksi panel_listrik
Perencanaan kontruksi panel_listrikEko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)Eko Supriyadi
 
Melepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_rodaMelepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_rodaAhmad Faozi
 
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensinModul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensinNur Hidayati Cipari
 
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)Eko Supriyadi
 
Prinsip dasar arus_searah
Prinsip dasar arus_searahPrinsip dasar arus_searah
Prinsip dasar arus_searahEko Supriyadi
 

Ähnlich wie Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993 (20)

50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-8-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya
106467565 perbaikan-sistem-pendingin-dan-kompoen-komponennya
 
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdf
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdfPENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdf
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT UKUR.pdf
 
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendinginPemeliharaan servis sistem-pendingin
Pemeliharaan servis sistem-pendingin
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (2)
 
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponenPelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
Pelaksanaan pemeliharaan servis_komponen
 
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisian
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisianModul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisian
Modul teknologi sepeda motor (oto225 02)- pengisian
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Teknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_dieselTeknik dasar motor_diesel
Teknik dasar motor_diesel
 
Pemeliharaan servis transisi_manual
Pemeliharaan servis transisi_manualPemeliharaan servis transisi_manual
Pemeliharaan servis transisi_manual
 
Laporan ts mjjk
Laporan ts mjjkLaporan ts mjjk
Laporan ts mjjk
 
Laporan ts mjjk
Laporan ts mjjkLaporan ts mjjk
Laporan ts mjjk
 
Perbaikan sistem kemudi
Perbaikan sistem kemudiPerbaikan sistem kemudi
Perbaikan sistem kemudi
 
Perencanaan kontruksi panel_listrik
Perencanaan kontruksi panel_listrikPerencanaan kontruksi panel_listrik
Perencanaan kontruksi panel_listrik
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (1)
 
Melepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_rodaMelepas memasang dan_menyetel_roda
Melepas memasang dan_menyetel_roda
 
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensinModul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin
Modul smk pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin
 
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (2)
 
Prinsip dasar arus_searah
Prinsip dasar arus_searahPrinsip dasar arus_searah
Prinsip dasar arus_searah
 
Judul,daftar isi,abstrak
Judul,daftar isi,abstrakJudul,daftar isi,abstrak
Judul,daftar isi,abstrak
 

Mehr von Ir. Duddy Arisandi, ST, MT

00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptGT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptIr. Duddy Arisandi, ST, MT
 
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 

Mehr von Ir. Duddy Arisandi, ST, MT (20)

00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
 
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptGT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
 
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
 
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
 
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
 
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
 
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
 
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
 
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
 
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
 
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
 
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning &...
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
 
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
 
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
 
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
 
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
 
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
 

Kürzlich hochgeladen

2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 

Kürzlich hochgeladen (14)

2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 

Modul Teori Alignment_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_1993

  • 1. ~ POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG ~ INSTITUT TEKNOLOGI BAN DU N G TEORI ALIGNMENT Penyusun : DUddy Arisandi INDUSTRIAL TRAINING SERVICE JL. IR. H. JUA..lo.lDA (KPL. KANAYAKAN) TROMOL POS 851 BANDUNG 40008 Phone (022) 2500241 (HUNTING), Fax. (022) 2502649
  • 2. .'. ­ I "'_~ ALIGNMENT 1I Te 0 r i I. PENDAHULUAN "ALIGNMENT' Perusahaan-penJsahaan yang ada dewasa ini dilengkapi dengan mesin konvensional sampai yang berteknologi tinggi/canggih. Setiap mesin dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari berbagai elemen mesin. Secara garis besar perlengkapan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu perlengkapan penggerak seperti motor induksi dan perlengkapan yang digerakan seperti pompa, mesin dan lain- lainnya. Untuk memindahkan putaran atau daya dari suatu sumber penggerak ke perlengkapan yang digerakan, diperlukan suatu elemen mesin pemindah putaran atau daya seperti kopling, puli, dan rodagigi. Untuk memperpanjang rnasa penggunaan perlengkapan sesuai dengan umurnya diperlukan suatu pengetahuan yang umum mengenai elemen­ elemen mesin penggerak beserta gejala-gejala kerusakan yang terjadi, rencana pemeliharaan yang teratur dan metoda pemeliharaan yang benar. Perlu juga diperhatikan berbagai faktor seperti keselamatan kerja pelaksana dan keselamatan perlengkapan atau mesin yang digunakan dan efisiensi waktu pemeliharaan atau perbaikan beserta biaya yang dibutuhkan. IIA/ignmenf' adalah salah satu proses pemeliharaan atau perawatan pada elernen mesin pemindah putaran atau daya, agar perlengkapan yang digunakan dapat berfungsJ sernakslrnal mungkin dan mencegah kerusakan elemen-elemen mesin lainnya pada perlengkapan mesin akibat kesalahan pada saat pemasangan atau pemeliharaan.
  • 3. Te 0 r i ALIGNMENTPOLITEKNIK MANUFAKTUR I..­ ~ __l_ __I BANDUNG I 17. How to Choose a Balancing Machine (Dott. Ing. Luigi Buzzi) 18. Theory of Vibration with Aplications 19. Workshop Technology part 3 (W.A.J. Chapman) 20. Blauri - Drives (Katalog) ;>. ,~ 21. Power Transmission (Moerwismadhi)Dasar-dasar Penyebadsan22 t (Management & Training,,f') Ketepatan Penyetelan Paras MM 13623.'t System) (Cepi Mo. Hanafi) 24. Penyebarisan Lanjut
  • 4. ':.l, i I i I ALIGNMENT Te 0 r i i ,I f Buku materi pengajaran praktik ini diperuntukkan bagi mereka yang sedang, ataupun akan bekerja di Industri. Setelah selesai melaksanakan program ini, ia diharapkan mempunyai keterampilan maupun penqetahuan dalam bidanq mekanik tertentu. Dikatakan sebagai buku materi pengajaran praktik, karena peserta dapat mengikuti buku materi seri yang tersedia, hingga mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang lengkap, serta memenu hi syarat untuk suatu tingkatan klasiflkasi dl IndustrL Untuk menyelesaikan satu materi keterampilan, diperlukan waktu 40 jam atau 1 minggu, yang meliputi 32 jam praktik dan 8 jam teori. . Buku penqajaran praktik ini tidak dirancang sebagai "Self Learning Program", jadi pada pelaksanaannya diperlukan penjelasan atau bimbingan dari seorang Instruktur. Meskipun demikian aktivitas terbesar tetap dilakukan peserta C'$tudent Centered"). Pada garis besarnya isi dari buku materi pengajaran praktik ini, dibagi menjadi --.tiga bagian utama,yaitu: ..._"-­ . ­ - - - • Teori (halaman biru) • Soal Teori (halaman kuning) • Praktik (halaman merah) Halaman biru, berisi teori-teori yang diperlukan untuk menunjang praktik. Teari yang diberikan hanya yang berhubungan !angsungdengan praktik, dan yang benar-benar diperlukan. Pada pelaksanaannya, lnstruktur akan menjelaskan mendiskusikan ataupun mendemantrasikan apa-apa yang perlu diketahuipeserta. Pada bagian inl, jika diperlukan, dilampirkan tabel-tabel, standard-standard ataupun klasifikasi-klasffikasi.
  • 5. ALIGNMENT ii POLITEKNIK MANUFAKTUR 1---------------'------1 BANDUNG Te 0 r i Halaman kuning, berupa soal-soal untuk mengevaluasi penerimaan peserta dalam pelajaran teorl, Pada halaman ini peserta dapat langsung mengevaluasi dirinya, sedangkan evaluasi yang bersifat test akan diberikan terpisah. Selain itu instruktur akan memberikan pekerjaan rumah, yang harus dilakukan peserta diluar jam pelaksanaan buku ini. Halaman merah, berisl petunjuk / tahap-tahap operasi yang harus diikuti / dilakukan oleh peserta, dalam melaksanakan praktik di bengkef. Pada bagian ini, dirlnci apa yang harus dilakukan oleh peserta, dan peralatan apa yang diperlukan untuk melaksanakan suatu proses.
  • 6. Te 0 ri ALIGNMENT POLITEKNIK MANUFAKTUR f--------------.l--~ BANDUNG I. PENDAHULUAN 11ALIGNMENT" . 1/. KOPLING. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 A. Jenis kopling tetap 4 B. Jenis penyimpangan kesumbuan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . 13 C. "anda terjadinya penyimpangan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 D. ',letoda pemeriksaan penyimpangan kesumbuan pada kopling .,. 15 E. ~ ,1enghitung besar penyimpangan pada kopling 20 F. Perbalkan penyimpangan pada kopling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 23 G. Hal-hal lain yang berhubungan dengan kopling 24 Ill. PULJ DAN SABUK PENGGERAK 29 A. Jenis pull dan sabuk penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 8. Janis penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak 35 C. Tanda terjadinya penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak 35 D. Pemeriksaan penyimpangan pada pull dan sabuk penggerak .... 36 E. Perbaikan penyimpangan pada puli dan sabuk penggerak 37 F. Mengatur tegangan sabuk penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37 .......-..............~
  • 7. Te 0 ri ALIGNMENT POLITEKNIK MANUFAKTUR 1--------------.1...-------1 BANDUNG IV. RODAGIGI.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 A. I . d"ienlS ro ag..lgl . 40 8. Jenis penyimpangan pada radagigi ., . 43 C. Tanda terjadinya penyimpangan pada rodagigi . 43 D. Slemeriksaan penyimpangan pada rodagigi . 44 E. :Aengatur "BACKLASH" pada rodagigi . 45 F. Hal-hal lain yang berhubungan dengan rodagigi . 48 V. RANTAI PENGGERAK DAN RODAGIGI RANTAI . . . . . . . . . . . . . . . . 50 A. ;:;engenalan............................................ 50 B. =asisi pemasangan rodagigi rantai dan rantai penggerak 51 C. Jenis penyimpangan pada rodaglgi rantai dan rantai penggerak . . 52 D. Pemeriksaan penyimpangan pada rodagigi rantai dan rantai penggerak " .. -~ .".. ' -- -. . . . 53 E. L~engatur tegangan rantai penggerak 54 F. Tanda terjadinya penyimpangan pada rodagigi rantai dan rantai penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 G. Pelumasan rodagigi rantai dan rantai peng~erak 55 H. Hal-hal lain yang berhubungan dengan rodagigi rantai dan rantai penggerak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
  • 8. ~~',~:" ..., ".~'" ,.. ,I.' ALIGNMENT vi POLITEKNIK MANUFAKTUR I BANDUNG @Teo r i, VI. PIENYETIMBANGAN .. ........... .. . . . . · ....... · .. . . ·........ 59 • 0 .. ..... jIo ·. · . A. Pendahuluan o • • . . .. .......... . . . .. .. ........ ··. .. . . · . · ..... .. . .. .. · . 59 : B. Jenis ketidaksetimbangan · . ·. .. .. , · . - . . · . . . ·.......... · . 60 ~ C. Perhitungan penyetimbangan · . · .. · . · . · . ·. · .. 61 D. Perbaikan penyetimbangan · . · . · . · . . . · . · . · . 65 : i E. Mesin penyetimbang · .. · . · . · . · . . . · . · . 66 ; I VII. SOAl LATIHAN . · . . . . . . . ... · . · . ·. .. .. .. . · · .. · .. 134 ... A. Soal Latihan 1 · . · . . . · . · . .. . .. ... · . · .. · . .. ..... · . · . · . 134 B. Soal Latihan 2 · .. · . · . . . · . · . · . ·. · . ·.. · . · . . . .. ...... .. ..... · . 137 C. Soal Latihan 3 · . · . · . · . · .. 141 , " D. Soal latihan 4 · . ·.· . · . · . · . · . · · .. · . · . · . · . .. .. .. .. ·. . 143. · E. Soal latihan 5 . . ·. .. ..... · . ·. · .. · . · . · . · . · . · . · . .. .... 146.­! .. '" F. Soal Latihan 6 · .. ·... .. .. .. .. ·. · .. .·. ....... ·. · ... ...... ·. · . · .· . . 149 G. Soar Latihan 7 .. · ........ . . · . · .. ··. · . · .·. ·. · . · .. · . · . · . 152 ~~.' J ,. or; , " 2 .j: ,. " :. " '''-'-~ " .t., ~
  • 9. Teo r i ALIGNMENT -- POLITEKNIK MANUFAKTUR r----------------I...--~ BAlI-lDUNG Peserta pelatihan diharapkan : 1. Mengetahui spesifikasi elemen mesin penggerak seperti : pull, sabuk penggerak, rodagigi rantai, rantai penggerak, kopling dan roda gigi. 2. Mengetahui tanda-tanda terjadinya dan penyebab penyimpangan "alignment" pada suatu sistem penggerak. 3. Dapat memperbaiki dan melakukan "allqnment" pada suatu sistem penggerak. t.. Dapat menentukan metoda "aliqnrnent" yang sesuai dengan kondisi di lapangan. 5. Mengetahui pentingnya dilakukan pemeliharaan terhadap elemen mesin penggerak. --­ S. Mengetahui proses "balancing" pada puli, rodagigi rantai dan kopling. 7 Dapat bekerja dengan mengikuti dan memperhatikan prosedur keselamatan kerja.
  • 10. 2ALIGNMENT Te 0 ri d I j C ~~Ir'" I ~~~e:_..cl'>.-Ql~W- I I i I I ~-------------) ~ POLITEKNIK MANUFAKTUR f - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - - - - - l < • BANDUNG ; '.~:~ L-_-----....l...----------------1....--i ..' Poros llAlignment' dilakukan untuk memelihara elemen mesin pemindah putaran atau daya, seperti : a. Kopllng b. Pull dan sabuk penggerak c. Rodagigi rantai dan rantai penggerak .d, 80dagigi e. Bantalan "Alignment' merupakan suatu proses yang meliputi : a. Kesatusumbuan seperti pada kopling .'0
  • 11. I I. 3ALIGNMENT Te 0 ri <P"'a~ITEKNIK MANUFAKTUR 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - - 1 .:: . BANDUNG c. Ketegaklurusan antara elemen mesin penggerak dengan sumbu porosnya seperti pada rodagigi. b. Sejajar II. KOPLING - .Kopling·digunakan sebagai elemen mesin pernindah putaran ·atau daya dari suatu pores penggerak ke pores yang digerakan, dimana kondisi sumbu poros tersebut : a. Satu sumbu . Pores ydC"9 digerakan Roda gigi _. - Poros pert]gerak Poros pE!'Wrak I r , = -l b. Kesej aj aran sumbu poros dan. ,"0. r~',.. i kesebarisan elemen mesin penggerak dengan sumbu porosnya seperti pada pull. Penggaris , i i " l. = i . l . '.' t
  • 12. 13 3. Penyimpangan menyudut horisontal. Untuk memperbaiki kondisi sumbu poros menyudut maka sumbu pores harus digeser kearah kiri atau kanan dengan besar yang berbeda. 2. Penyimpangan kesejajaran vertikal. Sumbu diantara dua poros__ sejajar, untuk memperbaiki kondisi tersebut sumbu poros dinaikkan atau diturunkan dengan besar yang sama. 11.8.JENIS PENYIMPANGAN KESUM BUAN PADA KOPLING 1. Penyimpangan menyudutvertikal . Penyimpangan ini terjadi apabila antarasumbu paras penggerak dan yang digerakkan menyudut. Perbaikan dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan sumbu paras. ALIGNMENT Teo r i i kNIK MANUFAKTUR !"-------------,-'---------4 BANDUNG I! ~------------~" I I 31. "Coneten velocity joint couplingll Kopling ini digunakan untuk memindahkan daya dan putaran yang konstan. Bola berfungsi sebagai I perantara untuk mener-uskan daya. I Keuntungan kopling ini dibandingkan -I "universei couptiru;" yang lainnya I ada.lah dapat memindahkan daya yang ) besar walaupun posisinya menyudut. ,~'--~------------
  • 13. 14 4. Penyimpangan kesejajaran horizontal. Sumbu diantara dua paras sejajar, untuk memperbaiki kondisi tersebut sumbu pores harus digeser ke arah kiri atau kanan dengan besar yang sarna. acTANDA TERJADINYA PENYIMPA NGAN PADA KOPLING 1. Pada saat mesin beraperasi : a. Terjadi getaran yang tidak normal di sekitar kamponen, terutama pada paras dan timbul suara yang tidak normal. c. Terjadi panas yang berlebihan pada bantalan atau kopling. b. Paras beserta kapling terlihat rnenqayun,"terutarna apablla [arak paras penggerak dan diqerakkan jauh. ALIGNMENT I e o r l . _ .... ~- ... - - .... - ....l~ .·NIK'MANUFAKTUR f----------------l...-------l ':BANDUNG
  • 14. b. Kerusakan pada bantalan. 15 Pada saat mesin diam : Kerusakan atau kea~san pada elernen kopling. I c. Kerusakan pada paras. lID. METODA PEMERIKSAAN PEN YIMPANGAN KESUMBUANPADA KOPLfNG 1. Menggunakan IIstraightedgelt dan 'reeler gauge". "Straightedge" digunakan untuk memeriksa kerataan suatu permukaan (a) dan 'reeler gauge" digunakan untuk mengukur celah atau ruang antara (b). j 2.j i I a. II, II I ALIGNMENT Teori ..... ~- . - . --:::;:­......_"""l'l;:­ ..---' b. I / ' ":' -­ .1• ./ ",. ~Bengkok a ~J( : )
  • 15. ALIGNMENT 16 '~IK MANUFAKTUR f-----------------'------l r i Untuk memeriksa penyimpangan paralel digunakan IIstraightedgell pada permukaan diameter luar kopling . . Sesar penyimpa,ngan yang terjadi diukur dengan IIfeeler gauge". I I I­ Untuk memeriksa penyimpangan menyudut digunakan "feeler gaugell I pada jarak diantara permukaan sisi kopling. Kedalaman "teeter gauge" pada ernpat poslsl harus sarna. . 2. M~,Dgguna~an jangka sorong dan mistarba]a. Mistar baja digunakan untuk memeriksa penyimpangan paralel dan sebagai pengganti dari IIstraightedge". Pada kopling yang rnernillkl jarak antara permukaan slsl kopling yang ag ak besar, untuk memeriksa penyimpangan menyudut digunakan jangka sorong pada empat posisi dengan kedalaman yang sarna, Te 0 I $ o.~ ._.~: 9t Pores disetel I Feeler ga:.t;e 27~".' ,'" - . e ·Fbros disetel . 2 .z-r. 219 lW" 'jNDUNG
  • 16. ALIGNMENT 17 3. Menggunakan lIdia! lndicstor". "Dial lndicetot" digunakan untuk memeriksa penyimpangan para.lel dan menyudut seeara bersamaan. Arah putaran jarum pada "dial indicator' rnenunjukkan posisi penyimpangan sumbu kopling. a. Metoda "face and rim" Metoda ini sangat tel it; apabila dilakukan pada kopling dimana [arak .diantara perrnukaan kopling (,'gap" lebih keeil dari diameter kopling. Apabila "dial indicator'tidak dapat dipasang pada kopling~ sepasang alat bantu harus dibuat dan dipasang pada poros, Hasil pengukuran didapat pada empat posisi (0°,90°, 180°, dan 270") untuk masing-masing "dial indicator'. Hasil tersebut akan menentukan posisi penyimpangan paralel dan menyudut (horisontal dan vertikal). Alat bantu Dial indicator 1 Te 0 ri ·n~~ Pores lselelv ~ 180" Dial indicator 2 0° zn~ <:1600
  • 17. ALlGNMENT 18 Apabila konstruksi mesin menggunakan 'journal bearing" atau "bush" (memungkinkan poros bergeser kearah axial), maka poros harus dikunci, sehingga tidak berqeser ke arah axial yang akan mempermudah pemeriksaan posisi menyudut. b. Metoda "reverse indicator" Metoda ini sesuai digunakan pada kondisi dimana jarak diantara pe.rmukaan sisi kopling (''gapl') lebih besar dari diameter kopling dan kedua pores dapat diputar secara bersamaan. HasiI pengukuran pada kedua permukaan diameter kopling akan menggambarkari posisl penyirnpanqan para.lel dan rn enyudut secara bersamaan dalam arah vertikal dan horisontaL Karena alat bantu yang digunakan cukup panjang, berat dari peralatan tersebut akan mernpenqaruhl hasil pemeriksaan ("bracket sag''). Untuk perhitungan selanjutnya "bracket sag" harus diperhatikan. .~. Te 0 r i 0" Dial indicator 1 Posisl hcrisontal ...... ......... ...- ............ ..... .... _'...... --~~~~~ : Bracket sa] Dial incfcator 2
  • 18. ALIGNMENT 19 Te 0 r i -----:..:..::::/--...:. -- - -- ;­ r- --~---- Posisi dial (-0.' ) (Neraca pegas ditepasJ Pada pengukuran "breckei seq". neraca kecil dibutuhkan untuk menentukan besar gaya pencapaian posisi horisontal. Misalkan hasf pengukuran neraca kecil sebesar 5 N untuk mencapai posisi horisontal, kemudian pindahkan pemegang "diet indicator' ke poras. Atur "aiel indicator" pada posisl "0", kemudian lepaskan neraca kecil, apabi!a penyimpangan pembacaan pada "ate! ind[C??:to(' sebesar (..{~,1) mm berarti besar penyimpangan total adalah (-2).(-0,1) = + 0,2 mm. Apabila "qep" kopling lebih besar dari diameter kopling dan metoda pemeriksaan yangdigunakan 'ieee and rim1/, maka akan didapa:tkan hasil pemeriksaan yang kurang tellti, Hal tersebut dapat dibuktikan dengan memasang "diet indicator" pada permukaan diameter luar kopling lainnya. c. Metoda "ieee to face distence". Metoda ini digunakan apabila [arak antara permukaan kopling jauh dan jenis kopling yang digunakan "specer couplingl l atau /lf/oating shaft couplirq".
  • 19. 20 ltE. MENGHITUNG BESAR PENYIMPA NGAN PADA KOPLING 1. Menggunakan "straightedge" dan "teeter gaugell atau rnlstar baja dan jangka sarong. Dari suatu pemeriksaan di dapat data pada empat posisi. 4. Metoda "optics! alignmenf'. Proses In! menggunakan perlengkapan peralatan secara khusus, dan basil pemeriksaannya lebih teliti dibandlnqkan dengan proses lainnya. Peralatan ini dilengkapi dengan sistem "computerized", Deng an menggu nakan sinus segitiga (dua segitiga yang-sebangun) maka akan didapat bahwa kt harus dinaikan sebesar 0,7 mm dan k2 harus dinaikkan sebesar 0,5 mm. Sesar penyimpangan dapat juga ditentukan dengan cara grafis. Lihat lampiran 26. 2. Menggunakan "dial indicator" a. Metoda "ieee and rimll "Dial indlceiot" 1 digunakan untuk mengetahui besar penyimpangan pararlel dan "dial itidicetor" 2 digunakan untuk mengetahui penyimpangan menyudut. 27(1) ALIGNMENT Te 0 ri K-MANUFAKTUR I - - - - - - - - - - - - - - - - L - - - - - l r-:mUNG Sin CC =CG5 SO
  • 20. ALlGNMENT 21 Te ori 008 1M W180" ~ o 2 oQ,2 000,2 9Cf t04 18 ;". ~a ~O 0008 +0,06 ~Sintl=C-CB - -­ -1RQP •. -i;;-- ­ -1800 'U ,rU'~=-'ii~,:., Untuk menentukan besar perqeseran (penyimpangan horisontal) lihat "die! lnaicetot" 1 dan 2 pada posisi 90° dan 270°, Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka kt harus diges er sebesar 0,68 mm dan k2 harus di geser sebesar 0,36 mm ke arah 270°. Lihat lampiran 27, menggunakan cara grafis. Untuk menentukan besar penaikan atau penurunan (penyimpangan vertikal) lihat "dial indicator' 1 dan 2 pada posisi 0° dan 180°. Untuk memperbaiki kondisi tersebutmaka k1 dinaikan sebesar 0,67 mm dan k2 dinaikan sebesar 0,35 mm. b. Metoda "reverse lnaiceiot" _ ''Dial indicator" 1 dan 2 digunakan untuk menqetahui - besar penyimpangan para/el dan menyudut dalarn posisi vertikal dan horisontal. Untuk menentukan besar penaikan atau penurunan lihat "dial indicator" 1 dan 2 pada posisi 0° dan 180°. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1 harus dinaikan sebesar 0,425 mm dan k2 harus dinaikan sebesar 0,675 mm. Lihat lampiran 28, menggunakan cara gratis.
  • 21. ALIGNMENT 22 Untuk menentukan besar pergeseran lihat "dial indicator' 1 dan 2 pada posisi 90° dan 270°. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1 harus digeser sebesar 0,9 rnm dan k2 harus digeser sebesar 1,1 mm ke arah 90°. Untuk menentukan besar pergeseran lihat "dis! indicator' 1 dan 2 pada posisi 90 0 dan 270°. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1 harus digeser sebesar 0,125 mm dan k2 harus digeser sebesar 0,175 mm ke arah 270°. c. Metoda "ieee to face distence" IIOla! indicator' 1 dan 2 digunakan u ntuk mengetahui besar .penyimpangan .paralel dan menyudut dalam posisi vertikal dan horisontal. Untuk menentukan besar penaikan --atau penurunan Iihat "die! indicetor; dan 2 pada posisi 00 dan 180°. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka k1 harus dinaikan sebesar 0,3 mm dan k2 harus dinaikan sebesar 0,1 mm. Lihat lampiran 29, rnenqqunakan cara grafis. Te 0 r i co 27rfr:;:)9(f' ~180" - 20r+0,1 100 W~~l K2 .._. .t. ~·oO" 02 180" ;27Q)~ <:1BO"
  • 22. 23 II.F PERBAIKAN PENYIMPANGAN PADA KOPLING Untuk memperbaiki penyimpangan vertikal, kakl-kaki pada mesin harus dinaikan atau diturunkan sesuai dengan perhitungan, sebagai pengganjal digunakan "shim". "Shim" dibuat sedikit lebih besar dari lebar kaki mesin dan terbuat dari material yang kaku. Hindari penggunaan beberapa buah "shim" yang ditumpuk menjadi satu karena memungkinkan "shim" bersifat seperti pegas. Untuk memperbaiki penyimpangan horisontal, kaki-kaki pada mesin harus .. dige'sef' sesuai 'perhitungan. Untuk mengetahui besar perqes er an, digunakan sepasanq "dial tndicetor" padakaki-kaki mesin. Pada saat memperbaiki penyimpangan pada kopling, lakukan terlebih dahulu perbaikan menyudut (pendekatan) dengan [alan mengatur IIgapll pada empat posisi. Kemudian perbaikan secara teliti dilakukan. ALIGNMENT Te 0 r i leO' t Block gat..geI feeler gauge
  • 23. ALIGNMENT Te 0 r i 24 Untuk mencegah pergeseran mesin pada saat dijalankan dan pemasangan ulang setelah proses perawatan mesin, digunakan pena sebagai penepat dan pengamanan terhadap pergeseran mesin. r-l.L---iI.l.-_...JJ.----l.a-....., I.G. HAL-HAL LAIN YANG BERHUBU Corcreta base NGAN DENGAN KOPLING 1. Dudukan dan pondasl rnesln Komponen penggerak dan yang digerakan pada saat datang dari pabrik pembuat ada yang dipasang dalam satu dudukan rata yang disebut "steel baseplates", Hindari pemasangan komponen mesin secara langsung padalantal di pabrik. Gunakan "base "pad" agar kaki-kaki dari komponen mesin dapat duduk dengan rata dan ketelitian perbai kan dapat dicapai. Pada suatu kondisi tertentu pemasangan bertingkat dapat juga dilakukan, seperti pada mesin yang memiliki "frame work". Untuk pemasangan digunakan pelat penyangga yang dapat menumpu komponen. Pelat penyangga akan menambah kekuatan susunan dan memberi keseimbangan pondasi. Tebal minimum pelatpenyangga sebesar diameter bautyangdigunakan.
  • 24. 25 Komponen yang dijadikan referensi adalah komponen yang sukar digeser/dipindahkan atau apabila pernlndahan dilakukan _ akan mengganggu instalasi yang sudah terpasang. Pada pemasangan majemuk (rrielalui "speed reducer" arah penyetelannyadart pompa ke motor. 3. Pemeriksaan beberapa elemen mesin a. Bantalan Agar mesin dapat bekerja dengan maximal, bantalan harus diperiksa terhadap batas toleransl yang diijinkan. Pemeriksaan arah radial dilakukan dengan menekan pores seperti pada gambar. Batas taleransi yang diijinka~ 0,00311 (0,075 mm) TIR (lltotal indicating reading'). Lihat lampiran 30 dan 31 . 2. Penentuan referensi pemasangan Sebe!um melakukan pemeriksaan dan perbaikan, kita harus menentukan sebuah kornponen yang akan dijadikan sebagai referensi terhadap komponen lainnya. Komponen tersebut harus di I/Ieveling11terlebih dahulu. Pemeriksaan poros arah axial dilakukan dengan menarik dan mendorong pores. Batas toleransl yang diijinkan 0,001" -7 0,004" (0,025 + 0,1 mm) TIR. Lihat lampiran 31 . ALIGNMENT Te 0 r i Sjji~ level / Referensi L 'bLlTEKNIK MANUfAKTUR }--------------....L-----I '., BANDUNG
  • 25. ALIGNMENT 26 Te 0 r i Penyiku Dial irlkattx­ b. Paras Salah satu penyebab rusaknya komponen mesin pada saat beroperasi adalah poros yang bengkok. Lakukan perbaikan sedapat mungkin, ape•..bi!a tidak memungkinkan ganti pores terseoet, c. Kopling Dlmensi kapling mempunyai batas toleransi seperti selindrisitas dan keteg aklurusan sisi kopling dengan sumbu pusat. Pada rpm < 3600 : _. . _ . ­ ~ 1. 0 kopling < 12" (304 mm) toleransi maximum 0,006" (0,15 mm)TIR. 2. 0 kopling > 12" toleransl maximum = 0,008" (0,20 mm) TIR Pada rpm> 3600 toleransi maximum == 0,004" (0,1 mm) TIR. 4. Pemeriksaan kaki-kaki komponen mesin, Pada saat mesin duduk di atas "base plates", kaki-kaki dari mesin harus menempel dengan rata pada "base plates". Periksa kondisi tersebut dengan menggunakan "feeler gaugell • Untuk pemeriksaan yang teliti digun akan "dial indicator" yang dipasang pada kaki mesin. Apabi la terjadi regangan pegas pada kaki-kaki motor gu nakan "snutt' untuk mengganjal kaki-kaki mesin.
  • 26. ALIGNMENT 27 Teo ri 5. Toleransi penyimpangan. Toleransi penyimpangan menyudut dan paralel yang diijinkan tergantung dari jenis kopling dan rekomendasi pabrik pembuat. Untuk kondisi umum (kasar) dapat dijadikan patokan sebagai berikut : -Eij.. - rpm < 3600 ; TIR = 0,004" (0,1 mm) - rpm> 3600; TIR =0,002" (0,05 mm) ' Toleransi "qep" kopling didapat dad I , rekomendasi pabrik pembuat. Pada saat memesan kopling mintaIah data spesfikaslnya agartidak terjadi kesalahan padais-am penggunaan-kopling. . ­ .-J; ) , . .­ Driven mad'ifle Diivirg machine . Toleransi ketinggian dari sumbu pores terhadap landasannya harus diperhatikan dan berhubungan dengan penyimpangan parale!. Lihat lampiran 32 mengenai tabel batas ketinggian penyimpangan sumbu pores terhadap landasannya. 6. Keselamatan kerja. Pada saat beroperasi kopling yang berputar dapat menyebabkan kecelakaan bagi manusia yang berada di sekitarnya. Untuk menghindari hal tersebut harus dibuat tutup pelindung.
  • 27. 28 Pada saat dilakukan pemeliharaan atau perawatan pada koplinq, gunakan peralatan atau alat angkat yang sesuai untuk menghindari kerusakan pada sistem yang digunakan dan menghindari kece-Iakaan teknisi pemeliharaan. 7. Pemeliharaan kopling Gunakan pelumas yang sesuai pada kopling. Jenis dan jumlah pelumas yang digunakan harus sesual dengan rekomendasi pabrik pembuat. Lakukan pemeliharaan secara berkala sesuai dengan jadwal. Lihat lampiran 33 dan 34, mengenai kartu pemeriksaan kopling. Gunakan kopling yang telah di ''balancing'' untuk pekerjaan yang teliti dan halus. Proses "balancing" akan dijelaskan pada bagian terakhir. Pada saat anda akan mengganti kopHng yang lama dengan yang baru .anda harus rnemperhatikan beberapa faktor, seperti ; ukuran dlrnensl kopling, bahan materia! kopling, rpm kopling, besar daya yang mampu diterima kopting, dan jenis kopling yang digunakan. AUGNMENT Teo ri S~id so PerqJrangan material ---. -' r-- thEKNl:C MANUFAKTUR1------------------1.------1 -' BANDUNG I
  • 28. AllGNMENT Teo r i c 5V 1400 Sv = potongan silang 5v ;~ '; 1400 = panjang efektif = 140 inchi 29 [II PUll DAN SABUK PENGGERAK liLA. JENIS PUll DAN SABUK PENGGERAK 1. Puli dan sabuk penggerak "vee". U ntuk memindahkan daya dan putaran diperlukan koefisien gesek yang baik diantara puli dan sabuk penggerak. Bagian datarn dad sabuk penggerak "vee"terdiri dari : a. Karet sebagai pembungkus. b. Tenunan .atau kawat dari materlal mampu regang yang menerima beban utama. c. Material mampu tekan yang menahan tekanan pada dinding sisi. d. Lapisan mampu regang yang menahan lenturan berulang. .Sabuk penggerak "vee" mernpunyai ukuran...standar.dan simbol tertentu sesuai dengan penggunaannya,seperti pada: industri, pertanian dan automotif. Simbol umum sabuk penggerak "vee". a. industri: Konstruksi berat A, 8, C, 0, E, 3V, SV, av. Konstuksi ringan 2L, 3L, 4L, 5L. b. Pertanian: HA,HB,HC,HD,HE. c. Automotif: 0,38", 11/16",3/4", 7/8", 1".
  • 29. ALIGNMENT 30 Te 0 ri Beberapa [enis sabuk penggerak 'vee" dirancang agar: - tahan terhadap ali dan panas dapat menghantarkan arus listrik tahan terhadap debu/kotoran Lihat lampiran 35 dan 36. Pemilihan sabuk penggerak didasari oleh kecepatan putar (rpm)" dan besar daya yang akan dipihdahkan. Pada saat penggantian sabuk penggerak, - perhatikan bahwa nomor seri sabuk pengganti harus sarna dengan nomor I seri sabuk yang diganti. i Uhat lampiran 37. I f I e Dlrnensi puli yang digunakan harusi sesuai deng an dlm ens L sabu k penggerak yang digunakan. Sebagai contoh untuk alur sabuk jenis A,B,C,D dan E sudut alur yang digunakan. 36°,34°, atau 32°. Lihat lampiran 38. Pada kondisi tertentu sabuk penggerak [Vee" dipasang dalam jumlah lebih dari satu. Pada saat anda akan mengganti, anda harus memesan jenis sabuk dalam satu set untuk pemasangan majemuk. Ganti semua sabuk walaupun kerusakan hanya terjadi pada satu buah sa]a.
  • 30. ALIGNMENT Te 0 ri 31 Sebuah motor dengan kecepatan potar 1750 rpm dan daya sebesar 0,5 HP menooerakan mesin tor dengan kecepatan p...rtarsprdel seoesar 1200rpm. Jarakdiantara sumbu pores rrotor dengan sumbJ splrdel seoesar 20 inchi (perkiraan). Terrtukan jenissatuk "vee" dan potongan silang beserta panjang sabuk yang digunakan. Berdasarkan kecepatan putar 1750 rpm dan daya sebesar 0,5 HP akan diperoleh : - Diameter luar puli terkecil (pada motor)" 2,75 tnchl. Potongan silang sabuk penggerak "vee" = 1/2" X 5/16"(type A} Lihat lampiran 39. Diameter luar pu!l yang digerakkan, ditentukan oleh kecepatan putar.motor penggerak -= 1750 rpm, diameter luar puli penggerak = 2,75 inchi dan kecepatan putar spindel sebesar 1200 rpm. Dari data didapat diameter luar pull yang digerakan sebesar 4,0 inchi. Lihat lamplran 40. Berdasarkan jumlah kedua buah diameterluar pull, akan diperoleh: Jarak diantara sumbu pores motor dengan sumbu spindel sebesar 20,4 inchLPanjang sabuk penggerak 'Vee" =52 inchi. Lihat lampiran 41 .
  • 31. ALIGNMENT 32 Te 0 ri 2. PUll DAN SABUK PENGGERAK QATARwPfl'?///2/21 Potongall r.e.inf2nq Sdbuk datar Sabuk penggerak datar memindahkan daya atau putaran berdasarkan gesekan pada jarak diantara dua sumbu pores maximum = 10m, kecepatan maximum = 30 m/det, dan daya maximum =500 HP. Bahan' sabuk penggerak datar bermacam - macam, seperti : a. Kulit b. .Karet atau tali tenunan c. Plastik d. Kain tenunan Pemilihan bahan sabuk penggerak berdasarkan besar daya yang dipindahkan dan kondisi kerja. Penyambungan sabuk penggerak dapat dilakukan dengan metode : a. Vulkanisir b. Renda kawat c. Jahitan d. Perekat
  • 32. AUGNMENT ;p;;''bLiTEKN!K MANUFAKTUR f------------------'-------i BANDUNG Te 0 ri e. Jepitan pelat Bentuk ujung sabuk penggerak datar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu : a. Ujung. miring,---digunakan pada putaran tinggi. b. Ujung bertingkat, digunakan pada putaran rendah. - Puli untuk sabuk penggerak datar terbagi dua jenis : a. Puli datar b. Puli mahkota Lihatlampiran 42. Sabuk penggerak datar dapat digunakan secara luas, seperti : a. Posisi sumbu sejajar b. Posisi sumbu menyudut ] ;":. b b Puli pengarah .. , ---=
  • 33. ALIGNMENT 34 Te 0 ri 3. Puli dan sabuk penggerak posltif cttiming belt'j Putaran atau daya dipindahkan berdasarkan hubungan antara gigi-gigi yang berpasangan pada puli dan sabuk penggerak positii. Pada saat berputar, sabukPuieren searahjarumjam penggerak akan tertuju pada salah satu sisi puli. Untuk menentukan posisi __ sabuk pe.oggerak posit'! pada sisl pull, perhatikan arah putaran dari motor ,Ir penggerak. I a. Searah jarum jam. ---..... - Pufaran berlawanan arahjarumjam -.... b.. -Ber:lawanan arah jarum jam, ) perm:: , 11 -' I ,/ tV ~ pun yang digunakan mempunyai IIflange" kedua sisinya. Pemasangan yang terbalik akan menyebabkan sabuk penggerak positif terlepas dan pull pada saat beroperasi.
  • 34. ALIGNMENT 35 3. Penyimpangan kesebarisan pulL Ke. dua puli tidak sebaris sehingga akan mengakibatkan sabuk penggerak terpasang tidak sesuai pada alur puli, dan sumbu ke dua poros dalam keadaan paralel. III 8. JENIS PENYIMPANGAN PADA PULI DAN SASUK PENGGERAK 1. Penyimpangan menyudut sumbu poros arah vertikal. Penyimpangan terjadi karena salah satu poros atau kedua pores tidak "ievei" terhadap bumi dan saling membentuk sudut. 2. Penyimpangan menyudut sumbu poros arah horisontal. Penyimpangan diakibatkan karena sumbu kecua pores -tidak sejajar dan membentuk sudut, pada kondisi tertentu kondisi ke dua pores "/eve!" terhadap burni. III.C. TANDA TERJADINYA PENYIMPA NGAN PADA PULIDAN SABUK PENGGERAK. Pada saat mesin beroperasi, terjadinya penyimpangan ditunjukan dengan terpuntfrnya sabuk penggerak pada pull atau terlepasnya sabuk penqqerak dari pull. Te 0 r i 0 e ~.t-. ~ f- a 0 I '0 0 I­ ..... 0 (I -wu ~ ~ ..==-,­
  • 35. 36 Pada saat mesin tidak beroperasl, terjadinya penyimpangan terlihat dari posisi sabuk penggerak yang terpasang tidak pas pada puli, dan terjadinya keausan pada "flange" sabuk penggerak positif. Lihat larnpiran 43. III,D.,PEMERIKSAAN PENYIMPA NGAN PADA PULl DAN SABUK PENGGERAK Penyimpangan sumbu poros arah vertikal dapat diketahui dengan menggunakan "spirit fever' atau "clinometer'. ­ . Untuk mengetahui penyimpangan kesejajaran sumbu -p~oros - arah horisontal pada paras yang sudah di "tevei", digunakan mistar atau ba:tang pengukur. ... Penyimpangan kesebarisan puli dapat diperiksa dengan menggunakan mistar perata. Pada kandisi dimana [arak antara sumbu poras yang jauh, benang atau kawat dapat digunakan untuk memeriksa penyimpangan yang terjadi. ALIGNMENT Te 0 r i Suaian yang benar a Spirit level 4 - - ' - _ . l- t: I tl Histar-{ I t I t t .. Aus pada diemeter luar d<1sar sabuk Histarl ~:::::===--. perata r#;BLkawat EKNIK MANUFAKTUR I----~ ~___'___ ____I ," BANDUNG
  • 36. 37 III.E. PERBAIKAN PENYIMPANGAN PADA PULl DAN SABUK PENGGERAK Untuk memperbaiki penyimpangan sumhr pores arah vertikaJ, kakH<aki dan sistem penggerak diganjal dengan menggunakan "shimr~ Padakordisi tertentu landasan sistern penggerak dapat diturunkan dengan menggerinda atau mengikisnya. Penyimpangan kesejajaran surnbu poros arah horisontal dapat dilakukan dengan jalan menggeser kaki-kaki komponen sistempenqqerak, . Puli yang tidak sebaris .dapat diperbaiki dengan jalan menggeser puli ters ebut terhadap porosnya atau rnenqqeser slstern penggerak secara keseluruhan. UI.F. MENGATUR TEGANGAN SABUK PENGGERAK Pengaturan tegangan sabuk penggerak akan mempengaruhi efisiensi pemindahan daya atau putaran. Gambar dIsamping menunjukan perbedaan diantara tegangan sabuk penggerak yang benar dan yang salah. ALIGNMENT .Te 0 r i Cfinometer d Shim
  • 37. 38 Untuk mengatur tegangan sabuk penggerak yang sesuai, pengaturan tegangan dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kondisi jarak sumbu poros, seperti : a. Dapat diatur b. Tetap Pada kondisi ini, pengaturan teg angan dapat dllakukan denqan menggunakan "idler" yang sesuai dengan jenis pun yang digunakan. . Besar tegangan sabuk yang dfijinkan untuk jenis sabuk penqqerak berbeda-beda. Untuk jenis sabuk penggerak yang sarna, tetapi buatan pabrik yang berbeda, besar tegangannya akan berbeda juga. Mintalah selalu daftar rekomendasi dari pabrik pernbuat, Untuk mendapatkan defleksi yang sesuai, besar gaya yang diberikan pada sabuk penggerak harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pernbuat. Untuk mengetahui besar gaya yang diberikan digunakan neraca pegas pengukur gaya. Lihat lampiran 44. ALIGNMENT Te 0 r i Bagian yang digerakkan PasIS': :engatLJran kerc-;::r,gan sabuf; penggerak >NIK MANUFAKTUR ~-~~----------'------1 ;':'BANDUNG
  • 38. 39 Untuk mempermudah pengaturan tegangan dan menjaga tegangan sabuk penggerak, gunakanlah baut pengatur tegangan. Apabila memungkinkan lakukan modifikasi pada sistem penggerak untuk mempermudah proses pengaturan tegangan. Tegangan dad sabuk penggerak harus dlp erlks a secara teratur. K~ausan yang terjadi pada sabuk penggerak akan merubah tegangan menjadi lebih longgar. Defleksi pada sabuk penggerak datar harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat. Misalkan panjang sabuk yang terbuat dari nylon dan bahan kawat inti: 25" akan dipas anp padaregangan 3 %. Regangan akan sesuai pada saat panjang sabuk 25,75" melalui pengaturan jarak surnbu pores. ALIGNMENT Te 0 ri 8 i' 3°/" 1 -1-,. 1 ! / / -~ 64"' ,=>05is; sabuklama _------------~ Secara urnurn.besar defleksi pada sabuk penggerak "vee" adalah 1" setlap 6411 jarak antara pusat sumbu pores. Besar deffeksi tersebut berlaku juga untuk sabuk penggerak positif. Perhatikan gaya yang diperlukan untuk mendapatkan def!eksi tersebut. Setiap pabrik pembuat mengeluarkan nilai tersendiri.
  • 39. 40 b. "tnternei" Rasio kecepatan tinggi dan besar tenaga yang dipindahkan mula} dari Hp yang kecil sampai 20.000 Hp. Lihat lampiran 45. IV. RODAGIGI IV.A.JENIS RODAGIGI 1. IISpur gear' Rasio maximum rodagigi adalah 10 : 1, da-i eflsiensl untuk memindahkan tenaga mencapai 99%. Suhu kerja di bawah beban tidal< melebihi 1800 F. Jenis rooagigi ini adaJah : a. "External" 2. "Hetice! Gear' Keuntungarfrbdagigi ini adalah : Gerakan putaran lebih halus - Faktor suaian yang tinggi Bentuk gigi yang kuat sehingga dapat menerima beban yang besar. Uhat lampiran 46. Pada dua sumbu pores yang paralel rasio maximum mendekati 10 : 1, dan pada dua sumbu pores yang tidak paralel rasio maximum mendekatl 20; 1. Pada reduksi kecepatan yang tinggi diperlukan beberapa susunan rodagigi. Sumbu dua pores pada rodagigi di samping saling bersilangan dan tegak lurus. ALIGNMENT Te 0 r i ....,;--- pinion :lKNIK MANUfAKTUR 1-----------~ ~___1 , B.ANDUNG t:::t::::::::t1'-'-straight teeth
  • 40. ALIGNMENT 41 Te 0 ri Perbedaan sudut helix pada dua rooagigi akan mengakibatkan terjadinya sudut diantara sumbu poros I dimana : a. Sudut kurang dari 90° dan arah helixsarna pada ke dua rodagigi. b. Sudut kurang dari 900 dan arah helix berbeda. Sudut helix pada salah satu rodagigi lebih besar dari sudut diantara sumbu pores. "Herringbone gear' adalah salah satu jenis dari "neuce! gear". Rodagigi ini digunakan pada konstruksi yang besar dan berat, Tiga [enis gigi pada rodagigi ini adalah : - gigi yang berkelanjutan - gigi yang mempunyai "gap" gigi yang berurutan 3. "Bevelqeer" Radagigi lni digunakan untuk memindahkan tenaga pada sumbu paras yang satlnqrnenyudut atau bersilangan. Rasia maximum diantara pinion dan "crown wheet' sebesar 7: 1. Apabiia rasia diantara pinion dan "crown wheel" sebesar 1 : 1 I rodagigi ini disebut "mitre qeer". Uhat lampiran 47. Selain bentuk gigi yang lurus, tersedia juga bentuk gigi yang helical. Ke tiga jenis rodagigi tersebut adalah : a. IZera! gear' Sudut heiical rodagigi ini 0° dan bekerja lebih tenang dan tahan lama jika dibandingkanyang bergigi lurus.
  • 41. ALIGNMENT ~ormwheel b. "Spiral bevel gear' Keuntungan rodagigi ini adalah : - suaian antar gigi yang lebih haius - pengoperasian yang tenang - lebih kuat kecepatan pengoperasian yang lebih tlnggi Secara umum sudut spiral berkisar antara 30° sampai 35°. c. "Hypok: gear" Sumbu diantara pores rodagigi ini tidak berpotongan. Rodagigi ini umumnya diqunakan pada paras belakang penggerak otomotif, disebabkan penggunaannya yang akan memungkinkan pusat grafitasi kendaraan menjadi lebih rendah. 4. IIWorm qeet" Raslo maximum rodagigi ini adalah :1 00 :-..1 ,dan digunakan pada: "Reducing gear unit' antara motor penggerak kecepatan tinggi dan poros lurus. Perlerngkapan pembagi pada alat bantu mesin. - Penggerak belakang mobil. Pada saat penqoperaslannya roda gigi ini halus dan tenang. Lihat lampiran 48. Untuk menarnbah kemariipuan menerima beban, dibuat "cone drive worm gear" yang merupakan pengembangan dari "worm qeer": Kemampuan tersebut disebabkan jumlah kontak antar gigi yang lebih­ besar pada setiap waktu.
  • 42. ALIGNMENT Te 0 r i tCXlth stvb 43 5. "Rackand pinion qeer' Rodagigi ini digunakan untuk merubah gerakan rotasi menjadi Iinier atau sebaliknya, dan sering dijumpai pada mesin perkakas bagian perlengkapan mekanik pemakanan. V1.8. JENIS 'PENYIMPANGAN PADA RODAGIGI 1. Penyimpangan radagigi pada --paras. Penyimpangan ini- terjadi karena proses pembuatan bakal rodagigi yang tidak sempurna, dimana lubang dudukan paras rodagigi tidak tegak lurus terhadap bagian stsi rodagigi. 2. Penyimpangan posisi antara rodagigi. _. Penyimpangan ini 'dlsebabkan karena posisi antara sumbu poros yang tidak teliti, akibatnya gigi-gigi pada rodagigi memindahkan beban tidak sempurna dan rodagigi akan cepat rusak. IV.C. TANDA TERJAD1NYA PENYIMPA NGAN PADA RODAGIGI Pada saat beroperasi ditandai dengan : Bengkokatau rusaknya paras. - Rusaknya rodagigi.
  • 43. 44 IV.D. PEMERIKSAAN PENYIMPA NGAN PADA RODAGIGI Untuk memeriksa penyimpangan radagigi pada pores digun'akan penyiku. Apabila terjadi penylmpanqan, ganti radagigi tersebut, karena akan cepat rusak dan tidak berfungsi dengan baik. - 2. Menggunakan "feeler gauge". Cara ini digunakan untuk memeriksa susunan rodagigi yang mempunyai "backslash" yang besar. Perbedaan tebal "teeter gauge" pada ke dua sisi menunjukan terjadinya penyimpangan. Penyimpangan posisi diantara rodagigi dapat diketahui melalui beberapa cara : 1. Menggunakan tinta pemeriksa. Perhatlkantlnta pemeriksa pada permukaan gigi rodagigi. Terhapusnya tlnta pemeriksa pada salah satu sisi menunjukan terjadinyapenyimpangan. Pada saat rodagigi tidak beroperasi, penyimpangan ditandai dengan keausan yang tidak merata sepanjang permukaan gigi pada diameter tusuk rodagigi. Lihat lampiran 49. ALIGNMENT Te 0 r l markirr.]r.F-:[Jm wiped off. TEKNIK IVANUFAKTURf.­ -'--__--l ,. BANDUNG
  • 44. 45 Penyimpangan posisi diantara rodagigi dapat diperbaiki dengan jalan menggeser sumbu salah satu pores setelah ke dua poros terlebih dahulu di "Ieveling lf • 3. Menggunakan mistar perata. Cara. ini digunakan pada rodagigi berukuran kecil. Penyimpangan diketahui dengan terlihatnya celah diantara mistar perata dan bagian sisi rodagigi. IV.E. MEN GATU R "BACKLASHIf PADA RODAGIGI Setiap susunan rodagigi memiliki besar "backlashII tertentu, yang beriungsi untuk mengatasi pemuaian panas yang terjadi pada rodagigi. Besar "Backlash" untuk setiap jenis rodagigi dan ukuran rodagigi berbeda. 'x' z: "width of tooth space" 'y' := "thickness of engaging tooth" Lihat lampiran 50 dan 51. . Pada saat proses "tevettrq", "smm" dlqunakan untuk mengganjal kaki-kaki sistern penggerak.. ALIGNMENT Te 0 ri misfar perata .. _ ..~-+--t- ~ I x fKNIK MANUFAKTUR f--------------~--..J..---._.......j > BANDUNG
  • 45. 46 3. Menggunakan material luuak mampu tempa. Untuk mengukur Ibacklashl l dengan teliti, material seperti timah yang berbentuk lembaran atau kawat dapat digunakan. Material lain dapatdigunakan asalkan leah luna!< daripada rodagigi. Jepit material tersetx.rt pada permukaan belakang salah satu gigi) dan putar susunan rodagigi untuk me!ewatkannya pada hUbungan antar rodagigL "Backlashlf pada susunan rodagigi dapat diukur pada beberapa tempat, hasil akhir merupakan rata-rata dari penqukuran pada beberapa tempat. Untuk mengukur IIbacklash" digunakan ' alat pengukur atau a/at bantu lainnya, seperti: 1. Menggunakan "teeter gauges". Alat lnl digunakan untuk menqukur "aecktest:" pada rodagigi ukuran besar. Pengukuran dilakukan pada saat bagian yang berpasangan berada pada garis sumbu pusat antara paras. ALIGNMENT Teo r i 2. Menggunakan lembaran material dengan ketebalan yang diperlukan. Material yang tipis dapat digunakan dengan jalan menempatkannya pada baqian belakang salah satu gigr'pada. rodagigi, kemudian susunan rodagigi diputar untuk melewatkan material rnelakn hubungan rodagigi. Apabila material tidal< J rusak•. (backlash" yang terjadi lebih besar . dan ketebalan material. --------­ malleable material EKNIK MANUFAKTURI-­ '---_--1 . BANDUNG ------------_/
  • 46. 47 Setelah material melewati hubungan antara rodagigi, ketebalan materiai pada suatu bagian akan berubah atau terdeformasL Ukur ketebalan material ters ebut menggunakan jangka sorong atau mikrometer. Bas ar "beckiest:" yang terjadi adalah perbedaan diantara pembacaan maximum dan minimum pada "dial indicetor": 4. Menggunakan "diet indicator', Ketelitian pengukuran IIbacklashll tergantung dari ketelitian "dial indicator" yang digunakan, tempatkan jarum "die! indikator' pada diameter tusuk rodagigi. . Jepit rodagigi pinion agar tidak bergerak, kemudian putar rodagigi pasangannya pada duaarah yang berlawanan. "I I ALIGNMENT Te 0 ri min rairg Deformed maferia( pinion held stationary ~:'i:KNIK MANUFAKTURr­ ----..L_~_4 BANDUNG i -----------~) '­ - - J
  • 47. YANG DENGAN 48 IV.F. HAL-HAL LAIN BERHUBUNGAN RODA GIGl 1. Ketebalan rodagigi. Tebal rcdagigi memerlukan toleransi tertentu yang harus diperhatikan. Toleransi tersebut diberikan karena: Pada suatu saat rodagigi tersebut harus diganti. - Mengatasi pemuaian akibat panas yang terjadi. Lihat larnpiran 52 dan 53. 3. Pemeliharaan rodagigi. Susunan rodagigi dapat rusak diakibatkan terjadi kontak metal antara pennukaan gigi!karena faktor pelumas dan pelumasan. Faktortersebutdiantaranya : - Kekentalan pelumastidak sesuai. Jumlah pelumas tidak memadai. - Sistem pelumasan tidak efektif. Kontaminasl pelumas oleh debu atau kotoran. Untuk mengukur tebal rodagigi, , digunakan alat ukur khusus. Dengan m~nggunaka.n jangk.a .~Qrong rodagigi, t1nggi kepala gig! dan lebar gigi dapat diukur. Untuk menentukan besarnya, digunakan rumus. Lihat ramp1ran 54. 2. Toleransi dimensi rodagigi. I , Diameter Il!.ar roc;1ggigi.mempunyai toleransi:I i - DP S 24: 0 sampai -0,003" I - DP> 24: 0 sampai - 0,005" I Toleransi kesumbuan sebesar 0,002". Periksa juga diameter dalam rooagigi dan bandingkan dengan to!eransi suaiannya ALIGNMENT Te 0 r i lspissr: pelumes . 90° ~v = z.m.sm ­ Z :rEKNIK MANUFAKTURt---_~ __L___ ___1 ; BANDUNG
  • 48. ALIGNMENT 49LfTEKNIK MANUFAKTUR !-­ BANDUNG Te 0 r i Lingkungan di sekitar pengoperasian susunan rodagigi harus dijaga agar tetap bersih. Lingkungan yang kotor akan mengakibatkan pelumas pada rodagigi terkontaminasi oleh kotoran atau debu. Apabi!a memungkinkan sediakan tutup pelindung yang berfungsi melindungi rodagigi dari kotoran dan kemungkinan kecelakaan yang terjadi. Lakukan pemeriksaan susunan rodagigi secara berkala mengikuti suatu jadwal, karena kerusakan yang serius dapat dlhlndarkan'deriqan melihat tanda-tanda awal yang terjadi. Ganti pelumas dan lakukan penyetelan apabila diper!ukan. Uji jalan pada unit rodagigi keausan merata terbuka dilakukan selarna 24. jam dibawah beban penuh.setelah itu bersihkan pelumas dari permukaan gigi, dan amati bentuk keausan yang terjadi pada permukaan gigi. Setelah kondisi balk, operasikan susunan tersebut. Pada saat bekerja pada unitrcx:lagigi, perhatikan keselamatan kerja, seperti : Bukatutup pelirdung, hanyapadasam mesin tdak beroperasi dan sumber penggerak daJam keadaan terkunci. Jaga jarak sejauh mungkindari pengoperasian rodagigi terbuka. - Jangan menggunakan dasi atau pakalan.yanq longgar. Gunakan alat angkat untuk rodagigi berukuran besar. ~ KARTU'PEMELIHARAAN RODAGIGI Mesin .............. Fabri< ; "'" " .•.. setl .............. Ukunon rodalligi: .......... Tgi Ganti TarrilM Peri<s.aIPe.ba K"ncar>g­ 011 0Ii Suhu bOOan ksn baut I I I I I! I I I,
  • 49. 50 V. RANTAI PENGGERAK DAN IISPROCKETII V.A. PENGENALAN Rantai penggerak dapat digunakan pada kondisi dimana jarak antara sumbu pores terlalu besar bagi rodagigi dan menghindari terjadinya "slip1/. Ukuran dari rantai penggerak bermacam-macam sehingga dapat digunakan untuk memindahkan tenaga mulai yang kecll sampai yang besar. Lihat lampiran 55. Rodagigi rantai merupakan pasangan dari rantai penggerak yang harus memiliki jenis dan tipe yang sarna Keuntungan penggunaan rooagigi rantai : Dapat digunakan pada temperatur relatif tinggi. Mudah dalam pemasangan. Tidak memerlukan tegangan awal. Lihat lampiran 56 dan 57. Untuk memindahkan tenaga yang besar digunakan beberapa susunan rantai penggerak. Rodagigi rantai yang digunakan sesuai dengan jumlah rantai penggerak. Panjang dari rantai penggerak dapat diatur dengan [alan memasang atau melepas rantai, melalui sambungan berupa: a. Kelingan b. Ring c. Pena belah d. Mur ALIGNMENT Te 0 ri a:~ Pin link (onecfirg plate ~@ rtUlJ=='= .::::<:== a. b. ''rEKNIK MANUfAKTUR f------~--------.l.....---___1 , BANDUNG
  • 50. ALIGNMENT 51 LlTEKNIK MANUFAKTUR f----------~--------'---__I BANDUNG Te 0 r i O l }"''.9' c;re':s er. _ ~ driven sh,,1S Small circles ~ are driving shafts ~ Q =0 Untuk mengatur tegangan dan mengatasi keausan yang normal pada rantai penggerak, digunakan "idler sprockefl. Pengaturan tegangan dapat dilakukan secara manual atau gaya pegas pada 'idler sprccnet". V.S. POSISI PEMASANGAN RANTAI PENGGERAK 1. Horisontal Posisi garis yang menghubungkan titik pusat sumbu poros mendekati posisi horisontal. Susunan ini digunakan, dlmana jarak antara sumbu pus at poros lebih panjang dari biasanya. 2. Vertikal dengan "tdier sprockef' Pada rantai p'enggerak posisi , vertikal biasanya dHengkapi denqan "idler sprocket" yang berfu ngs i mengatasi keausan normal yang terjadi. Posisi pemasangan "idler sproocet": a. Oi luar rangkaian rantai penggerak. ll ldle r sprocket" dipasang lebih dekat kepada rodagigi rantai terkecil. b. Di dalam rangkaian rantai penggerak. II/dler sprocket" dipasang lebih dekat pada rodagigi rantai terbesar.
  • 51. ALIGNMENT 52 2. Penyimpangan kesejajaran sumbu pores harisontal. Untuk mernperbaiki penyimpangan yang terjadi, kaki-kaki sistem penggerak harus digeser. 3. Vertikal tanpa II idler sprocket" Salah satu poras tidak belen berada tepat di atas pores yang lainnya. SudLIt diantara pores yang terjadi tidak lebih dan 60°. Pada sudut yang terlalu besar, berat dari rantai penggerak cenderung tertuju pada rodagigi rantai yang lebih rendah, yang akan mengurangi efisiensi pemindahan tenaga. V.C. J ENIS PENYIMPANGAN PADA RODAGIGI RANTAI DAN RANTAI PENGGERAK 1. Penyimpangan kesejajaran sumbu poras vertikal. Penylmpangan sumbu poras ve rtl ka./ te rjad i karena sistem penggerak tidak di "level" terlebih dahuiu. Gunakan "shim" untuk memperbaiki posisi tersebut. 4. Majemuk Sistem pemasangan ini sering dijumpai pada mesin tenun, yang mempunyai beberapa poras. ­ Perawatan pada sistem penggerak ini lebih sulit bila dibandingkan dengan ke tiga sistem sebeiumnya. Te 0 r i D o Driven s,~-=ft ; . " "t­
  • 52. 53 3. Peyimpangan kesebarisan rodagigi rantai. Posisi rodagigi rantai yang tidak sebaris dapat dicapai dengan menggeser salah satu rodagigi rantai terhadap porosnya. V.D. PEMERIKSAAN PENYIMPANGAN PADA RODAGIGJ RANTAI DAN RANTAI PENGGERAK Penyimpangan kesejaiaran sumbu poras vertikal dapat -diperiksa dengan menggunakan "spirit level' atau "ctlnometer" pada ke dua buah poras. Pemeriksaan penyimpangan kess]alaran__ sumbu r?0ros horisontal dapat dilakukan dengan m.enggunakan mistar perata pada dua posisi yang berbeda pada paras. ,A.,pati[a[arak PJsat sumru poras terlaJu besar, penyirnpangan dapatdiketahui melalui pengukuran jarak diantaradiameter luarpada beberapa posisi. Penyi mpangan kesebarisan rodagigi rantai dlperiksa dengan menempatkan mistar perata secara melintang pada bagian slsl rodagigi rantai. ALIGNMENT Te 0 r i Spirit {e,'el r~!U;j I ~~- I • 0 U-.~_I~~-----i. I :,.tbUTEKNIK MANUFAKTURr----. -.......''------_-----.., .:: BANDUNG
  • 53. 54 V.E. MENGATUR TEGANGAN RANTAI PENGGERAK Tegangan rantai penggerak pada saat beraperasi rnernpunyal nilai tertentu agar -dapat beroperasl secara efisien. Gunakan· mistar perata dan penggaris untuk mengukur tegangan yang terjadi. Besar defleksi pada saat penguku ran ditentukan al eh jarak antara sumbu pores. Secara umum besar defle_k~i sebesar 2%. dari jarak antara sumbu pores. Pada saat membeli rantai penggerak, mintalah rekomendasi dari pabrik pembuat mengenai besarnya defleksi. Lihat lampiran 58. Gunakan "idler sprocket" atau Iakukan penggeseran sistem penggerak untuk mendapatkan besar defleksi yang diijinkan. . Pad a saat beroperas i, rantai bagian atas sebaiknya -Iebih tegang daripada rantai bagian bawah. Apabila sisi bagian atas longgar, kemungkinan pada suatu saat akan menggesek slsi bagian bawah pada saat beroperasi. ALIGNMENT te 0 ri [ e = 2%>: ( - ..... ' .... ' .' .' ~~bi.ITEKNIK MANU FAKTURf--.--~ ----------'-------1 .;1/­ 6ANDUNG - ~;,
  • 54. -- - ALIGNMENT 55 Te 0 r i [nlarr;<:; 2-j view o~ ;x-h t r­ -Oil Bustng Pin u Roller supply link" plate r­ - D 1 - Jer L.­. '­ Side plate S!.:hu operasi Pelumas yang dianjurt<anof °c 20 ... LQ -£,7 ... 4,4 SAE20 40 + KO 4,4 + 37,8 SAE30 100 + 120 37,8+ 49,0 SAE40 120 ... i~O 49,0+ 60,0 SAE50 V.F. TANDA TERJADINYA PENYIMPA NGAN PADA RODAG1GI RANTAI PENGGERAK Pada saat beroperasi penyimpa ngan dapat diketahui melalui tanda­ tanda seperti : Bergetarnya sistem penggerak. - Suara yang gaduh. Kenaikan temperatur dengan cepat. Pad a saat tid ak ber0 peras i penyimpangan dapat diketahui melalui . keausan yang terjadi pada rodagigi rantai dan rantai penggerak. V.G. PELUMASAN RODAGIGf RANTAl DAN RANTAI . PENGGERAK..- - Penyebab kerusakan pada rantai penggerak kebanyakan karena kekurangan atau tidak tepatnya pelumas yang digunakan. Pada setiap pengoperasian, pelumas harus masuk ke dalam setiap hubungan antar elemen untuk mengatasi beban yang dibawa oleh permukaan elementersebut. Pelumas untuk rantai penggerak biasanya oli, tetapi pada suatu kondisi tertentu digunakan gemuk. Pemilihan jenis pelumas ditentukan oleh suhu operasi dan tingkat kepresisian rantai penggerak. Tabel di samping merupakan anjuran ali untuk pelumasan rantai penggerak secara umum.
  • 55. 56 METODA PELUMASAN 1. Tipe pelumasan I Metoda pelumasan secara manual, dan digunakan pada rantai penggerak kecepatan rendah. Pemberian oli pada rantai penggerak menggunakan kuas atau sikat. Pastikan bahwa ali masukke ruangan diantara "skie plate" sehingga dapat masuk ke sambungan rantai penqqerak. 3.. Tipe pelumasan III Metoda pelumasan menggunakan percikan oli melalui rendarnan ali di dalam rumah pelindung rantal penggerak. Bagian rantai paling bawah yang terendam oli seharusnya1/2inchi. 4. Tipe pelumasan IV Metoda pelumasan menggunakan pompa ali pada rumah pelindung rantai penggerak. Kapasitas pompa seharusnya 1 galon per menit. Metoda ini akan menjaga ali terhadap udara yang masuk ke dalam aliran dan mencegah terjadinya busa pada kecepatan tinggi. 2. Tipe pelumasan II Metoda pelumasan menggunakan .. tetesan oll, Oli diteteskan rnelalui pipa ke rentangan rantai penggerak. Jurnlah tetesan 10 -7­ 20 per rnenit, dan tergantung dari kecepatan penggerak. Sikat betiungsi untuk membersihkan kotoran yang terbawa. ALIGNMENT Teo r i 0,1 gage Ci filler cap I i '-------~~---~--) ""bLlTEKNIK,MANUFAKTUR f---~-----~---_.-L.-----1 ;:;, . BJ:.,~DUNG
  • 56. :<.:=: 57 J.H. Hal-Hal Lain Yang Berhubungan Dengan Rodagigi Rantai dan Rantai Penggerak. 1. Rumah pelindung U ntuk mencegah masuknya kotoranke rantai penggerak karena lingkungan yang kotor, maka sediakanlah rumah atau tutup pelindung. 2. Pengujian jalan . Apabila memunqklnkan, lakukan pengujian [alan tanpa beban selama beberapa menit (tidak memerlukan pelumas karena tanpa beban). Dengar suara pukulan atau hentakan karena benturan,dan periksa bahwa rantai tidak melecut atau slip. Setelah itu matikan penggerak, dan periksa bentuk keausan pada rantai penggerak. Cari penyebab keausan yang tidak sempurna melalui proses penyebarlsan. ALIGNMENT Te 0 r i »eme plate L k.otet.Filler Cilp DC Pa e Pemilihan tipe pelumasan mempertimbangkan faktor : - Batas HP Nomor rantai penggerak - Rpm - Jumlah gi21 rodagigi rantai terkecil Sebagai contoh, no. 50 rantai penggerak "rolter", beroperasi pada 500 rpm, dan jumlah gigi pada roda-gigi .J rantai terkecil 21, akan memindahkan'--------_-:.......~~~---- daya 7,15 HP. Maka tipe pelumasan yang digunakan tipe II. Uhat lampiran59. ~,,,., . !bUTEKNIKMANUFAKTURI------­ -"---~~_ _ BANDUNG
  • 57. 58 3. Penyimpanan rantai penggerak Jaga rantai penggerak di gudang agar tidak kotor dan rusak dengan jalan rnernbunqkusnya. Rantai penggerak yang terbuka akan cepat rusak karena terkontaminasi dengan debu atau kotoran. 5. Keselamatan kerja Sebelum mulai bekerja, matikan sumber penggerak dan dikunci. - Jangan menggunakan baju berlengan terlalu parijangdan longgar. Sediakan alat perkakas dan alat angkat yang sesuai dengan pekerjaan. - Pelihara agar area kerja bersih dan bebas dari tumpahan oli. Sebelum melakukan pengujian jalan, pastikan semua bagian terkunci denqan kuat. 4. Pemeliharaan pencegahan Pemeliharaan rantai penggerak dil akuk an sesuai jadwal secara berkala. Lakukan pemeriksaan terhadap; - Kualitas dan kuantitas pelumas. - Tegangan rantai penggerak. Keausan pada elemen penggerak. ''Alignment'' sistem penggerak. ALIGNMENT -leori, JADWAL PEMEUHARAAN Kondisi Tanggal PeLaksana Pemeriksaan Baik Tdk bail< 7.05.94 $.;:"•• 1 - Pelumas ,/ ~ Tegangan ,/ ~Keausan ,/ -Alignment ,/ - Beban ./ Seteiah pelumas tersedia, lakukan pengujian jalan dengan kondisi beban ,.' . ' _" pe_D(J_b:;_g~flgar~?n bunyi ttg?;~..Dgrl}J~L:,- " r.e=.~~::X:::~~:JC'~,b.~,~.<;:,,):C,~,~" - r yang terjadl, dan periksa rembesari 'ali -,- C-". "-.- .yanq.bococ.rnelalui "seet:..-Setelah;, c.­ .j..}~ i pengujian dengan beban perrurr - " 1/ dilakukan selama beberapa menit, ~~::;X:;::;;l::C;~~~~~~(~',~b.6,' , Iak ukan Ia9i Pemerik~aan.ra ntai W ' penggerak pada saat rnesm mati.. '----------------'--'>--­ ':'';'0'L1TEKNIK MANUFAKTUR 'iF BANDUNG
  • 58. ALIGNMENT 59 Teo r i c b / ("j S,...''''' to be b.laloCed l:::-..-sio,,& ittmm) KEUNTU~~GANPENYETIMBANGAN : • MerT,:~rbaiki "service life" bantalan. Mesi;- oapat bekerja pada toleransi geta.:2l yang diijinkan. Mes:;-: capat bekerja tanpa kebisingan. Ketepngan struktur pada rnesin diteK2.i serendah mungkin. Res;~:: kecelakaan yang kecit. Proc'_-:si yang berkualitastinggi. Mesr ceroperasi dengan maximal. VI. PENYETIMBANGAN VIA PENDAHULUAN Penyetimbangan adaJah suanr proses yang dilai<ukan untuk mendapatkan kondisi setimbang pada suatu elemen mesin yang berputar atau bergeral< secara bolak-balik. Ketidaksetimbangan pada suatu elemen mesin dapat diakibatkan karena proses pernbuatan dari awal sampai akhiryang tidak sempuma, drnana kondisi tersebut tdakdapat dihindarkan. Secsra urnurn, penyetimbangan diiakukan pada beberapa elemen mesin untuk mendapatkan masa penggunaan dan ketelitian yang maximal padasebuahmesin. Suatu kondisi yang tidal< setimbang pada suatu elemen rnesin akan mengak:ibatkan kerusakan pada elemen mesin tersebut, bahkan kerusakan pada mesin secara keseluruhan. Kondisi yangtidak s.etimbang pada sebuah elemen me sin akan mengakibatkan resultan gaya radial yang tidak nol, gaya sentrifugal, atau momen kopel, yang akhirnya menimbulkan getaran. Secara umum getaran yang terjadi pada suatu mesin dibatasi oleh suatu toleransi. Penyetimbangan dilakukan pada beberapa elemen mesin yang berputar atau bergerak seeara bolak-balik seperti : Puli Kopling Rodagigi
  • 59. 60ALrGNMENT Te 0 r i .KNlK ,vIANUFAKTUR l-------------------'--~-__i . BANDUNG Penyetimbangan yang dilakukan pada sebuah masa berputar dapat dilakukan dengan [alan menambah atau mengurangi suatu masa. Masa penyetimbanq harus sebanding dengan ketidak setimbangan yang terjadi. VI. B.JENIS KETIDAK SETIMBANGAN i. Ketfdak setimbangan statls Pada saat sebuah masa yang tidak setimbang terdapat pada sebuah bidang tunggal (seperti pada sebuah piringan rotor tipis), hasii dari kombinasi ketidak setimbangan yang· terjadi merupakan suatu gaya tunggal radial, dimana bagian terberat akan berada pada bagian bawah. Selama ketidak setimbangan yang terjadi dapat diketahui tanpa memutar rotor, kondisi tersebut disebut dengan ketidak setimbangan stat's. 2. Ketidak setimbangan dinamls Pada saat ketidak setimbangan terjadi pada bidang yang lebih dari satu, hasil dari resuftan gaya dan momen kopel dihubungkan dengan ketidak setimbangan dinarnis. Pengujian statts dapat mendeteksi resultan gaya, tetapi momen kopel y~.ng terjadi tidak dapat dideteksi tanpa memutar rotor. Sebagai contoh : Apabila dua buah masa tidak setimbang dengan besar yang sama dan saling membentuk sudut 180°, rnaka rotor akan setimbang secara statis pada porosnya. Bagaimanapun, pada saat rotor diputar, masing-masing pirlnqan yang tidak setimbang akan menyebabkan gaya sentrifugal, yang cenderu ng mengakibatkan poros dudukan mengayun pada bantalan.
  • 60. Rotor o ALIGNMENT Te 0 r i Secara umum rotor yang panjang, seperti pada dinamo motor atau "crankshaft", dapat diasumsikan sebagai kumpu Ian piringan tipis yang tidak setimbang. Untuk mengetahui dan rnemperbaiki ketidaksetimbangan yang terjadi, diperlukan suatu mesin penyetimbang. Secara mendasar, mesin penyetimbang terdiri dari bantalan penyangga yang dipasang pegas, sehingga dapat mendeteksl gaya yang tidak setimbang melalui gerakannya. Dengan mengetahui amplituda pada masing-masing bantafan dan hubungannya dengan "phasa", akan memungkinkan untuk menentukan ketidak setimbangan yang terjadi pada suatu rotor, berikut langkah perbaikannya. VI.C. PERHITUNGAN PENYETIMBA NGAN . Sebuah masa putar yang tidak setimbang, dapat- disetimbangkan dengan sebuah masa penyetimbang yang dipasang pada posisi 1800 dan berlawanan pada bidang putar yang sarna. Kondisi tersebut dihasilkan apabila masing-masing radius dan masa sarna, sebagai contoh : MV1 = M2.r2 Dua atau lebih masa putar yang tidak setimbang pada bidang yang sama, dapat disetimbangkan dengan sebuah masa penyetimbang pada bidang yang sarna, atau dengan dua buah masa penyetimbang pada sumbu putar yang sarna dan pada dua bidang yang terpisah. Demikian juga, dua atau leblh masa putar yang tidak setimbang pada bidang yang berbeda dan surnbu putar yang sarna, dapat disetimbangkan dengan dua masa penyetimbang pada sumbu putar yang sama dan bidang yang berbeda.
  • 61. ALIGNMENT 62i' PQUTEKNIK MANUfAKTUR ~' . BANDUNG Te 0 r i .. l.I I I ~,-----------.,..--~- . , 11.I~"kf " " .. :~ "-t.IIlld" ,"-LoAl'1'd' ,~.~ .......... -r ., ~ S4.&'1IoA III Uw F..-.ell..... ~ ! ; ;.!.u: !:!. .:z.... .,., -, " -, ;Lzz .::!zi:.... -..H ., .. - ., .. " " ".. ('.~ ..... Pada kondisi masa putar tidak setimbang pada bidanq yang terpisah, keadaan masa putar tersebut dapat berada pada kondisi setimbang statis, tetapi tidak setimbang dinarnis. Sebagai contoh: kondisi tersebut dapat setimbang pada saat diam, tetapi tidal< setirnbanq pada saat berputar. Apabila sebuah slstern berada pada kesetimbangan dinamis, secara umum akan tetap setimbang pada semua kecepatan putar, walaupun hal tersebut tidak benar secara pasti pada kecepatan kritis pada suatu sistem. Pada semua persamaan yang diikuti dengan simbol M, rnaka masa akan mempunyai satuan berdasarkan sistern metrik _I?-~u Inooris. ~~u~an cesar m~ yang tida~ setimbang dapat diuraikan kedalam sumbu "X" dan 'Y' untukmerrperrrodah perhitungan. 1. Penyetimbangan masa pada satu bidang Pada semua proses penyetimbangan, hasil dan radius posisi masa penyetimbang harus dihitung. Selain itu, posisi sudut dari masa penyetimbang harus dihitung juga. Berdasarkan gambar ...disamping, akan diperoleh : ' Mars = -I (2,Mrcos 8 )2 + (IMr sin 8)2 - (LMr sin e ) v ~neB= . =L - (IMr cos 8 ) x Tabel disamping menunjukkan hubungan diantara tanda funqsl sudut dengan kuadran tempat sudut tersebut, dlrnana : M1,M2,M3 ... Mn= beberapa ketidak­ setimbangan masa atau berat (kg / Ib) Ms= masa atau berat penyetimbang , (kg atau Ib) r = radius pusat gravitasi dari ketidaksetimbangan masa atau berat (mm atau in) G= posisi sudut r dari ketidak: setimbangan masa atau berat (derajat) 88 =posisi sudut rs dari masa atau berat penyetirnbanq (derajat).
  • 62. 63 Maka: ~ (IMr cos 9 )2 + (IMr sin 9)2 Ms "" rs 1./(- 174,8)2 + (59,6)2 10 Berdasarkan gambar disamping, nilal dari ketidal<setimbangan dimasukan keda.lam tabel. Hitung besar daM masa penyetimbang apabilabesar radius = 10 indli. Oiketahui : IMr cos e "" -174,8 IMr sin ·8 '" + 59.6 '" 18,51b - (IMr sin e) tan 88 = -~--~ - (IMr cose) - (+ 59,6)' _ ..=J... - (~174,8) - + x 83 = 341°'10' 2. Penyetimbangan masa pada dua bidang Sebuah rotor dengan panjang 4 inchi dalam kondisi tidak setimbang, dimana ketidaksetimbangan pada bidang yang berjarak 1 inchi dari ujung sebelah kiri sebesar 3 .oz.. inchi, dan ketidak setimbangan pada bidang di tengah sebesar 2 oz.inchi dan membentuk sudut 90° dari bidang pertama. Ketidaksetimbangan sebesar 30z.inchi akan sarna dengan 21 /4 oz.inchi pada ujung kiri dan 3/4 oz inchi pada ujung sebelah kanan. KetidakseHmbangan sebesar 2 oz.incni pada bidang tengah akan sarna dengan 1 02 inchi pada kedua bidang di ujung. Besar penyetimbangan : Ujung kiri: C1 "" ';(1)2 + (2;25)2 = 2,47 oz.inchi {dihilangkan) 81 "" Tan-1 2,~5 "" 24° (searah jarum jam) Ujung kanan : C2 "" ~ (O,7Sl + (1r := 1,25 oz inchi (dihilangkan) 82 = Tan-1 0 ~5 = 53° (searahjarum jam) , ALIGNMENT Te 0 r i .. • ..... "'.., I4fnA' ).l1~R~ ):-(H, "" ! ~ .... .. J .. ,. ...... '.iOVO .... iO•• , • ,. ... .&.j-eil ...... ":19 .• ..J • .. ., ... ....11'1 .....)4l• ~ -n..to i -.,...' . --;;r:­ 't.Alre-. , l":IJ,.,I,r,J' '--------) .,LhEKNIK MANUFAKTUR 1----------------'----------1 }, BANDUNG~, ~
  • 63. 64 Bidang A dan B dipilih sebagai bidang penyetimbang dan C adalah jarak kedua bidang penyetimbang sepanjang sumbu putarnya. Penyetimbangan bidang A: MA rA::: -V (I M rb cos e l + (I M rb sin 8)2 C t e - (I Mrb sin e ) v an ~ A'" == .L - (I Mrb cos e ) x Penyetimbangan bidang B : Ms rs == -V (I Mra cos e )2 + (I Mra sin 8)2 C t e - (IM,a sin e ) v an B = == .L _... '. - (IMra cos e ) x ALIGNMENT Te 0 ri = dari penyetimbang penyetimbangnya. MA­ MA tan e A= ElA", 118°25' ITEKNIK MANUFAKTUR ;1,' BANDUNG Plan.: AI lb , ill. f tJ~l· U"l;mcing Plano H",hln,il1~ Plan.. a b H. M,b M,b CI:i> tI M,b';'/1 i Cl in. MrCl Mru cusS MrCl sin' I 2 .1 it II 10 a II ., 10 8 IQ 9 10 ., JO IJS 170 ? ? 6 -6 II IS' 0 4~ -.30 llv6 .,. ... .15.7 JJ9·4 0.0 -­7H·I .. IM,b CUll" I~O.Q - 3J9·( ~ -IJYSoA .. :iMrb sin' 9 J I J Q IS' po 16l!0 ]:4 .... ... 6lJ·S -11l!7·9 0.0 -­- S64·~ .. ):10(1<1 ....... ' ;60.0 1181.9 ~ 1:2}·9 .. HI," .i", 'I i inchn .. diJilllnU( brl w«:n plane. Ii .nd B... - - _.. .~- ~ Berdasarkan gambar di atas, .besar dari masa penyetimbang dan sudut penyetimbangan telah ditentukan di dalam tabel di atas. Jarak antara bidang penyetimbangan sebesar 15 inchi. Apabila untuk menyetimbangkan bidang A, radius masa penyetirnbang ditentukan sebesar 10 inchi, hitung besar masa dan posisi sudutnya. Apabila untuk menyetimbangkan bidang B, masa penyetimbang ditentukan sebesar 10 Ib, hitung radius dan posisi sudut masa Penyetimbanganbidang A: Penyetimbangan bidang B. -V (IMrb cos 8)2 + (IMrb sin 9)2 -V (2:Mra COS 8)2 + (IMra sin 8)2 rAG rB- MsG -J(155,1)2 + (-1395,4)2 -V(- 564,4)2 + (1223,9 )2 = 10(15) ee 10,6 Ib rs = 8,985 in 10(15) - (2:Mra sin e) - (- 12239) - v- (:LMrb sin e) = - (- 1395,4) == .:!:1. tan e""S", = ' = : - L - (755,1) -x - (IMra cos e ) - (564,4) + x(LMrb cos e) ­
  • 64. VI.D. PERBAIKAN PENYETIMBANGAN Masa atau berat penyetimbang yang diperoleh meJalui perhitunqan harus diikuti dengan suatu proses penyetimbangan. Kesetimbangan dapat dicapai dengan mengurangi atau menambah satu, atau beberapa rnasa atau berat penyetimbang yang sesuai dengan perhitungan. 1. Menambah masa atau berat penyetimbang. Penarnbahan masa atau berat penyetimbang dapat dilakukan dengan cara : a. Disolder b. Direkatkan c. Mengikatkan baut d. ~",1engikatkan paku keling e. Pengelasan f. Menyisipkan besi. 65ALIGNMENT Teo r i 'irrEKNIK MANUfAKTUR ::., BANDUNG
  • 65. . . . . . . . .(1 Universal ( I ':~~OLlTEKNIK f/ANUFAKTUR 1 - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - - - 1 '" BANDUNG - Semi - Automatic - Automatic - Special ALIGNMENT Te 0 ri 2. Mengurangi masa atau berat penyetimbang. Pengurangan masa atau berat pe nyetim ban 9 dapat dilakukan dengan cara : a. Pengeboran b. Pengefraisan c. . Penggerindaan VI.E. MESIN PENYETIMBANG Mesin penyetimbang terdiri atas empat kategori, yaitu : universal, semi-otornatis, otomatis, dan khusus. Dasar pemilihan yang dilakukan, harus sesuai dengan kebutuhan utama dari jenis rotor yang akan disetimbangkan, lingkaran produksi, dan harga..
  • 66. :',:(.r" ALIGNMENT 67 ;'POLITEKNIK I'v~NUFAKTUR I - - - - - - - - - - - - - - - - - - - L . . . . - - - - l BANDUNG Te 0 r i 1. KATAGORI MESIN PENYETIMBANG : a. Mesin penyetimbang universal (standar atau normal) MeS:l ini akan memberikan masa atau berat penyetimbang,beserta posisi sudutnya yang sesuai dengan ketidak setimbangan yang terjadi pada rotor, pada due. bidang penyetimbang yang telah ditentukan sebelumnya. Perbaikan rotor dilakukan secara terpisah. Mesin ini digunakan da/am lapangan penqqonaan yang luas yang dihubungkan dengan berat rotor (sering pada rasio 1 : 100) dan kecepatan penyetimbangan. Bebsrapa jenis perlengkapan pelengkap yang mungkin ·digunakanl beberapa diantaranya adalah : - Kornpcnen penunjuk ketidak setimbangan, dengan syarat dua buah peturjck yang telah ditentukan sebelumnya pada rnasmq-rnaslnq bidang koreksi. ldentifikasl penyetimbangan pada lebih dari dua buah bidang koreksi. Penamoahan banta/an untuk bermacam bagian rotor. Penggerak DCdengan variabel kecepatan. Alat psngukur perubahan berat pada arah vertikal untuk rotor tleksibel. Penggunaan mesin ini dapat dilakukan pada kondisi, dimana beberapa jenis rotor dengan dimensi yang berbeda harus disetimbangkan, dan secara khusus tidak diperlukan pengurangan waktu dan harga penyetimbangan, dimana kerja dihasilkan tidak dalam produksi serl, dan yang terakhir ada/ah penyetimbangan diperlukan untuk suatu operasi yang melengkapi produksi yang dilakukanuntuk tujuan pengujian atau penelltian.
  • 67. ALIGNMENT 68 :);!PQUTEKNIK MANL~}'~<TUR r-------~------~~-_1 :. BANDUNG Te 0 r iI_ ;Jo~: b. Mesin penyetimbang semi otomatis Mesin ir: jipasang dengan perlengkapan yang sesuai untuk membuat koreksi penyet.nbanqan tanpa memindahkan rotor dari mesin penyetimbang, seperti rnesir cor, frals, gerinda atau las. Lebih jauh lagi, pada mesin ini umumnya dipasang dengan adaptor yang sesuai untuk menempatkan rotor pada pores rr.esin penyetimbang dengan cepatdan rnudan. Koreksi penyetirnbanqan dilakukan secara manual menggunakan perlenqkapar: yangtelah disediakan. Mesin ir,; seoaiknya dipasang dengan peralatan pengunci yang berfungsi membuat rotor berhenti secara otomatis pada posisi sudut penyetimbang untuk koreksican disarankan untuk jenis produksi serl. Pengurangan waktu didapat dengan menggunakan mesin penyetlrnbancan otornatls, dimana koreksi secara langsung dilakukan pada mesin. Pertimbanqan di atas akan mengakibatkan harga mesin yang lebih besar. Mesin cenyettrnbanq semi otomatis sumbu vertikal mempunyai keuntungan oalsm penyetimbangan bentuk piringan padat (pull, kopling, roda gerinda, roda gila), pada saat penyetimbangan perlu dilakukan hanya pada satu bidang atau dua bidang.
  • 68. ALIGNMENT 69 Teo r i c. Mesin penyetimbang otornatls Mesin in: digunakan untuk koreksi penyetimbangan yang terjadi pada sebuah rotor secara otomatis tanpa bantuan operator. Mesin ir.: memiliki keuntungan dan apangan penggunaan yang sama dengan mesn penyetimbang semi otornatls, dengan pengurangan waktu penyetimbancan yang lebih besar. Mesin ini dapat dipasang sebagai suatu bagian dari H::gkaran produksi di lncustrl.. yang berpasangan dengan mesin perkakas at-au perlengkapan penguji kualitas. Mesin ini sesuai untuk penyetlmbancan rnasal dari sejum!ah besar seri rotor, dan secara umum pada saat biaya procuksi atau waktu penyetimbangan untuk masing-masing rotor cukup pentinc dipertimbangkan untuk harga pembelian.
  • 69. ALIGNMENT 70 Te 0 r i d. Mesin penyetimbang khusus Mesin lni dirancang secara khusus dan dibuat untuk sebuah rotor khusus atau sejumlah rotor yang terbatas, untuk memenuhi produksi khusus yang diperlukan (ketelitian, biaya operasi, proses operasi). Mesin ini sering dipasang dengan perlengkapan untuk memberi beban atau tanpa beban pada rotor (pemindahan beban)l dengan cepat, penepat secara otomatis dan dengan peralatan koreksi secara otornatis. Mesin penyetimbang khusus cenderung_juga digunakan untuk pengujian. putar secara otomatis atau proses penyetimbangan akhir setelah koreksi atau pemilihan rotor dalam suatu seri (ketidaksetimbangan menentukan apakah rotor dapat dipakai atau dibuang). Mesin ini memiliki fungsi lain seba!k mesin penyetimbang lainnya, seperti pengontrol eksentrisitas, selindrisitas, isolasi llstrik, daya, redaman atau pengereman. Beberapa mesin penyetimbang khusus, sering merupakan suatu bagian dari jalur assembling yang mewakili tingkat ketelltlan, keamanan, pengurangan waktu operasi yang tinggi. Harga yang tinggi disebabkan rancangan tunggal, penelitian dan pengujian secara khusus untuk menyempurnakan mesin ini, serta untuk pemasangan, alat pemotong dan model yang khusus diperlukan untuk membuat mesin ini. Dimana semua alasan tersebut merupakan biaya yang harusdipertimbangkan untuk membuat hanya satu mesin saja.
  • 70. ALIGNMENT 71 Teo r i .If 2. JENIS MESIN PENYETIMBANG a. Mesin penyetimbang bantalan keras Jenis mesin ini dirancang berdasarkansuatu kenyataan bahwa gaya sentrifugaJ yang dihasilkan oleh ketidaksetimbangan tidak menghasilkan getaran pada struktur yang menahan beban rotor, tetapi sepenuhnyaditeruskan ke konstruksi rangka penyangga yang benar-benar kokoh, melaJui 'piezoelectrc tranducer". Sinyal yang diperoleh melalui elemen "piezoelecnlc" akan sebanding dengan gaya sentrifugal yang ditimbulkan karenaketidaksetimbangan. Pengukuran yang dilakukan adaJah gaya reaksi dOO penyangga terhadap gaya yang- ditimbulkan karena ketidaksetimbangan. Karena alasan tersebut, mesin penyetimbang bantaJan keras disebutjuga aJat pengukur gaya atau "dyremomeutc". Berdasarkan suatu kenyataan bahwa gaya sentrifugal akibat suatu ketidaksetimbangan tidak tergantung dari masa, inersia, dan bentuk rotor, maka akan mendukung keuntungan mendasar dari mesln ini, yang memlliki kemampuan untuk mengeset suatu penyetelan pada basis tunggal dari dimensi roda, Pada kenyataannya, apabila sebuah bidang koreksi telah dipilih, hal tersebut sudah cukup untuk mengeset jarak diantara bidang tersebut terhadap masing-masing bantalan, dan jarak diantara bidang-bidang tersebut terhadap diameter koreksi. Penyetelan tersebut yang seharusnya dilakukan pada saat mesin berhenti, akan memungkinkan suatu tingkat kallbrasi yang sangat baik . dicapai tanpa melakukan pengujian rotasi atau perhitungan. Bantalan pada mesin penyetimbang ini sangat keras, sehingga frekwensi dasar dari masing-masing bantalan akan menyangga masa rotor (frekwensi krius) yang sangat lebih cesar daripada kecepatan maximum penyetimbangan. Karena alasan tersebut, mesin ini disebut juga mesin penyetimbang -dibawah resonansi.
  • 71. ALIGNMENT 72 Te 0 r i Karakteristik ini akan mengeset sebuah batas sampai kecepatan maksimum penyetimbangan. Pada kecepatan diatas batas yang telah c:tentukan, mesin penyetimbang bantalan keras akan menghilangkan karakteristik kalibrasinya sendiri berdasarkan pada dimensi, tetapi psnyetimbangan masih dapat dilakukan denqan metoda rnesin penyetimbang b2.:1talan lunak. . Mesin penyetimbang bantalan keras hampir memiliki sifat "lsotropic", sSJagai contoh : bantalan akan mempunyai kekerasan yang sama pada ssrnua arah, oleh karenanya mesin ini akan sesuai sekali untuk rrsnyetlmbanqkan rotor fleksibel. b. Mesin penyetimbang bantalan semi keras Mesin inLdigunakan pada kondisi kerja di bawah resonansi, yang berarti rr.srniliki keuntungan karakteristik dari pengesetan kalibrasl yang sesuai dS:igan dimensi rotor: Bagaimanapun, bantalan yang terdapat pada mesin in; tidak keras, tetapi dapat bergerak colak-balik (bergetar) dengan frekuensi getaran dasar yang lecih besar dari kecepatan maksimum penyetimbangan. Pengukuran dilakukan tS"ladap amplituda getaran bantalan, yang diterima melalui "electrodynamic trer.ducer yang sensitif terhadap kecepatan getaran. Mesin penyetimbang bantalan semi-keras memiliki lapangan penggunaan ya::g lebih terbatas dibandingkan mesin penyetimbang bantalan keras, seperti ksserasan dari struktur penyangga rotor yang harus memenuhi dua kondisi yang berlawanan. Pada suatukondisl harus keras, sehingga frekwensi dasar d2.~j kumpulan bantalan dan rotor lebih besar dari kecepatan penyetirnbanqan dan mengizinkan kalibrasi dilakukan berdasarkan dimensi. Pada kondisi la:;;nya harus relatif lunak, sehingga getaran dari semua amplitude yang sssual dapat diterima oleh "electrodynamic irenducet", yang hanya sensitif terhadap gerakan mekanis dari bagian yang bergerak bolak-balik (bergetar). Kerugian lain dari mesin penyetimbang bantalan semi-keras yang dl:""Jbungkan dengan bantalan keras adalah : berdasarkan suatu kenyataan, dirnana sistem 'piezoelectric" akan menghasilkan suatu sinyal yang secara lar.gsung sebanding dengan gaya dan sistem "electroaynemic" akan rnsnghasilkan suatu sinyal yang sebanding dengan kecepatan getaran, yang kernudian harus diproses untuk medapatkan sinyal yang sebanding dengan 92./3, sehingga dengan jelas akan menyulitkan mesin elektronik.
  • 72. .. ALIGNMENT 73,'ti:'I'TEKNIK MANUfAKTUR BANDUNG r-----~-------------'---___I Te 0 r i c. Mesin penyetimbang bantalan lunak Mesin ini dibedakan oleh suatu kenyataan, dimana penyangga memiliki ketetapan elastis yang relatif rendah, sehingga frekuensi getaran dasar dart penyangga pada saat dibebani dengan masa rotor lebih keeil dari keeepatan psnyetlrnbanqan. Pengukuran dilakukan terhadap amplitudo getaran yang sebanding dengan ketidaksetimbangan, untuk rotor yang sama dan dengan semua kcndisi lainnya yang sarna. Disebabkan karena karakteristik tersebut, mesin penyetimbang bantalan lunak kadang-kadang disebut juga mesin penyetirnbanq di atas resonansl, Selain dari ketidaksetimbangan. amplituda getaran tergantung dari kecepatan putar masa rotor dan bentuknya, seperti sisa kecepatan putar yang tldak dapat dirubah. Sejumlah rotor dengan berat yang berbeda, atau bahkan dengan berat yang sama tetapi bentuknya berbeda, akan menghasilkan getaran denqan amplitudo yang berbeda. Karena alasan tersebut, kalibrasi dari mesin penyetimbang bantalan lunak harus diset pada saat rotor berputar, y2ng sesuai dengan berbagai metoda yang telah ditunjukkan o!eh pabrik pembuat mesin (yang telah mengatasi masalah untuk mengkonstruksikan perlengkapan untuk mengurangi jumlah dan waktu kalibrasi putar sebanyak mungkin). Dalam beberapa kondisi, kalibrasi hanya diperlukan untuk rotor pertama da!am sebuah seri dalam bentuk yang sama. Kebutuhan untuk rnelakukan pengujian putar pada setiap rotor dalam sebuah seri dari rotor yang berbeda dipertimbangkan sebagai kerugian. Sebaliknya, kecepatan penyetimbangan tidak mempunyai batas maksimum, melainkan dibatasi oJeh ketahanan mekanis dan tenaga penggerak mesin.
  • 73. ALIGNMENT 74"':LITEKNIK fAANUFAKTUR f - - - - - - - - - - - - - - - - - . . L - - - - - j BANDUNG Te 0 r i Hal tersebut merupakan keuntungan yang paling penting dari mesin penyetimbang bantalanIunak, apabiJa dibandingkan dengan mesin penyetimbang bantalan keras. Walaupun keuntungan tersebut akan sangat berguna untuk menyetimbangkan rota: fieksibel yang sering membutuhkan kecepatan menyetimbangkan yang tinggi, yang pada kenyataannya dibatasi oleh oeberapa faktor. Dimana bantalan lunak dijelaskan sebagai "uaisotropic"; sebagai contoh : bantalan tersebut keras untuk tingkatan luas yang berbeda dala.m arah yangberbeda. Mesin penyetimbang bantala.n lunak dengan sumbu putar horisontal hanya dapat digunakan untuk menyetimbangkan rotor fleksibel apabila dipasang dengan peralatan pengukur defleksi elastis dalam arah vertikal rkekerasan maximum). K2.~2kteristik dari "diatas resonansi" mempunyai arti fungsi bahwa daerah resonansi harus dilalui setiap waktu pada saat mesin dihidupkan atau dimatikan. Resonansi yang terjadi akan menghasilkan getaran yang tidak bisa drterlrna, terutama pada rotor berukuran besar 'dan ketidaksetimbangan yang besar. O!eh karenanya diperlukan suatu peralatan pengunci pada penyangga selama "pnese" dihidupkan atau dimatikan. Proses tersebut akan berbahaya bagi operator apabila peralatan pengunci tidak digerakkan melalui "remote control,
  • 74. Alignment 75. lI1EKN!K MANUFAKTUR h - L-_ _~ B.~_t''';OUNG ' Lo mp l r o n 1 JENIS...JENIS KOPLING TETAP Sleeve coupling Splitsleeve coupling Flangedcoupling I Fixed coupling r:--+-0- Double-cone clamping coupling I Disccoupling 1 ~ Spacercoupling j Jaws coupling I Floating shaft cOJpfing i Gear coupling i Chaincoupling Pin and rubber bushcoupling ForstelastIc pin COL!pring Rubbertyre couplina I I flexible bush coupling Spider coupling I Vee beltgroove coopting Steelgrid flexible coupling I Pocket fa' helical spring couplIng L Flexible coupling Kopling tela:. -'I Resttient bushCQup!!ng l . ! Geislinger vlsco elastic coupling HoisettypeRB ftexible rubber bloco coupling Barreltyre coupling Vulkan compressed air coupling Flexible_qjsc coupling Flexible Jaws coupUog Elasticaxten coupUng High elasticringcoupling Kauerman - l<egerteX: - perbunan - coupUng Elasticvoith maurar coupling ElasticveHh coupllng ElasticdeU- coupling .. . Toothed COO fio Self aligning coupling -.r p 9 ~ Oldham's coupling --cOlf filledcoupling C Impeller type Fluid coupling - Powder filled coupfing Bucket wheel type Shearpin coupling Safety coupling --cSafetybailcoupllnq - Hookjointcoupling Universal coupling --EBall ]oint coupUng Constan velocityJoint coupling
  • 75. Alignment 76 lampiran 2 "DOUBLE-CONE CLAMPING COUPLING" -G-1-­I.o.-.......,...~~I~~~~ ..j AU dimension in inches - ... .r. g. C D E .. - ... F - G H J K L M N¢.of 6o/i$ No.of KClYG 1:-..~5 514 2% 21,-i 1~ % 21A ~o/, i~ 1 5 1~ 3 ~ ~·'~~6 7 31h 27h 2~ % 2~ 6Y, iVa 1~ BV, 14 3 1 2::~.e 3 3~ 4 88;4. 10'lh 1214 14 40/'6 5~ 7 1 3% 4%2 ~ 511'2 3 3~ 4~ 40/'4 41. 4"4 7/!. 718 31h 4¥1e 5~ 5'k 7W,e 9 l1V, 12 1711 211. 2% ~¥, 1~ 2 21,-i 2~ 77h g1jz "V, 12 % 64 f,!4 0/, 3 3 4 4 1 •• 1 1 '-Vi 151h a e7A 5Y, 71i ~ -131h S~4 .2~ 141h 81, 4 1 ~ ...o~ 17 171h e 91h 711, 7~ 5~ 61h 71k 1 7 7 15 151,.2 s¥, 30/, 5 3 15~ iS1/( ~ 74 -4 4 1 1 6 18 10 S'V4 6tt, 1 7 16 38(, 3 151f, 7Al 4 2 Machinery's hand book (Industrial press inc.)
  • 76. 77Alignment Lampiran 3 "SLEEVE COUPLINGII [Cb~ Cb@=--_ . . ._- CDCJetJdJ Ig,~,f . "'5. Sleeve coupling according to DIN 115, for dimensions see Table 19/4. blechmantel =sheet metal casing Tabe 19/4. Flange and sleeve couplings according to Figs. 19/4 and 19/5* inmm Dimension in mm Shaft diameterd 25a30 35 II 40 145 a 50 155a 60 70 sol SO 100 160 180 200 $leave ~:~ing a.ccorcli"l; :.0 DIN , 115 (Foc.. ~ Q22) Outer diameter 0 Total length L Weight 105 130 3,6 115 160 5,5 140 190 8 155 220 11,8 160 2.50 17,4 195 280 21.5 220 310 53 240 350 44 . -- --. -- - Range :::;.:pfInq OUter diameter D Toallength L Weight 150 130 7 170 150 10 1~ 170 1S 220 100 20 245 210 29 270 2SO 40 300 zso 56 330 290 74 480 ~O 225 540 470 300 600. 510 385 acco..din~ ~o DIN 116 (Fe:::. 1922) Wrth lnte~ste disc Totallanqth L1 Weight ISO Iil 170 13 100 16 210 24 230 3.3 250 45 zso ea 310 S2 480 250 500 33.2 S40 425 * Machine Elements (Gustav Nieman)
  • 77. Alignment 78 Lampiran 4 "FLANGED COUPLING" $chaftsctr~ nach DIN 427 .! I I a) Form A b) Form 8 c) Form C flo. 19/5. Flanged coupling according D!N 116.a) Form A with centering, b).:J Form C with spacer disc c) Form C with axial disc rotate according DIN 28135 (for di unit 160 mm). Dimension see table A13-1 fig. 19/5. Flanged coupling according DIN 116, Fig 13-7, Form A,B and C. Sec'!-s :j­ !.7 ~ Olmel'llSlon In mm dJ 11 G !.l " Throed=eng IM~ DIN &.'3,U I ~ ~Dimo""icmN'!mb<K thraad Moment c{lmoo T~ Nm A.-cial fot,;.s lorm C kN Mo<M<1tol ~foc'ma , k~ Wolgh! formS m kg 2S 30 ss ~ I 58 I se I 72 72 125 125 1040 140 101 101 121 121 117 117 141 '41 50 50 60 60 31 31 31 31 3 3 3 :3 Ml0Xao M1CXeo M 1OXOO M lOX SO 2120 2120 2000 2000 06.2 57,5 150 Z36 3 5 7,5 7,5 0,0104 0,0104 0,01er .0.01a7 5,5 5,3 7,3 7 45 50 55 so 9:5 95 110 110 160 1«) ISO ISO 1-41 Hi 171 171 159 ,e.g 203 203 70 70 85 ss 34 34 37 ~7 S :I "4 M10X~ M10Xes ""2X70 M12X70 lQOO 1100 lllOO 1600 ess S15 zso 875 14 1'4 22 22 0,0297 O,~ 0.0572 O,05&Q 11,4 11 le 15,4 7C ".. v: 1::::; rso 145 HI.oI lSO 200 224 250 2SQ 201 221 241 251 233 2(11 281 301 100 110 120 130 ·4' 41 54 M 6 S $ e M 12:Xeo M 12XBO M16Xl00 M HiX 100 1700 lWO 1500 1WJ liOO 2ilSO ~120 5&lO Zl 32 S2 32 O,10E! 0,179 0,332 O,5ltl 23,6 31,2 ~5 57,S 110 1~ ,~ 'Ie-a, .-'"­ 200 225 250 290 300 335 srs "125 281 311 ::541 401 329 :!SO 397 457 140 155 170 200 60 60 70 75 II 10 10 10 M re X 105 M 16Xl05 M:20X125 M 24X 125 1:20 1250 11$0 112ll 8250 l25CO 10000 ~O700 SO 50 75 75 O,l~ 1,254 '~181 ~,O~ 12.9 ~,5 1$5 l~ 1;~ 2:-0 22:0 2$0 345 360 400 450 450 ~OC 560 630 451 SOl 541 601 - --. 225 250 270 300 M SO CIS 95 12 16 14 16 M2oX 1,(0 M24X140 M 30X 160 M30XlllO 1000 1000 950 sec 4SOOO 61500 a2SOO 118000 - -. - 6,115 0,870 17,D-? 28,47 262­ 348 478 '>015 * Roloff/matek Machinelemente (Vihelm Matek, Dieter Muhs, Herbert Wittel)
  • 78. 79Alignment Lampiran 5 JlFLANGED COUPLINGfI I-------L-------I f.------- L1----~~-t Flanged coupling according DIN 116, above WITh spigotcentering, below with split centering ring, Fordimensions see Table 19/4 Flange and sleeve couplinqs according to Figs. 19/4and 19/5* Dimension in mm fig. 19/5. * Machine Elements (Gustav Niemann) Shd diarn ..t« d 25a30 ~&"o 45.50 55&60[70 eo 90 100 110 125 140 160 180 200· Sj....,.. c:o-.J;i"ng Outer d5rr:«Iar D 105 115 1~ lSS lao 195 220 .2"0 i'270 290' 320 - . . ~n;:::'OlN11S Tota/lf;ngth L, 130 160 190 220 250 280 310 350 390 430, 490 . - - (Feb,1922; w~ght 3.6 5.5 8 11.8 17.4 21,.5 33 44 72­ 100 14tl . . . Ovtor cf.ameler 0 150 170 195 220 245 270 :iOO 530 360 390 4-0 480 5«0 600 To'..&J~n;th l. 130 1.50 170 1.90 210 230 260 290 320 350 390 430 47'0 510 F~ c:l:.,;,Cl'111 W6igl'lt 7 10 13 20 29 -0 56 71, S8 123 160 225 300 38S acecrd<r.;;:: DIN 116 (Feb.1.ez2) With inl...m~... t. disc l2~Total14ngth (., 150 1.70 190 210 250 280 :310 340 380 420 460 SOO 540 WIIoight ,­ 9 13 16 24 45 62 52 107 140 lS0 250 33.2 425 '::;'POL/TEKNIK MANUFAKTUR ,: '; BANDUNG r--~~---------_L-_---1
  • 79. 80Alignment l o rn p l r o n 6 flFLANGED COUPLING fI a o c fig. '19/3. Flanged couplinq.Ia) Forged flanged shaft end (DIN 760); for dimen­ sions see table "19/3, (b) welded flanged, (c) shrink fitted flange with carborundum powder, Schrumpfsitz =press fit Ig. 101'"f' v . .:5. Forged flanged shaft end according to din 760 (aug. 1937) (Fig.19/3). Dime0siQnJo mm ­ Shaft tflaffiE'er d 35 45 55 70 80 00 110 130 150 170 190 210 Diameter C, . 50 eo 75 95 9:5 125 150 150 195 19S 240 240. Bclt circle dia:r,eter K 70 85 100 125 140 160 100 215 2-40 265 2SO 315 60lt hole Ciarr"lter d3 11 14 Ie 18 20 22 25 32 SS 40 40 45 No. of bolls 4 . " 4 B a 6 6 6 6 a B s fig. 19/3. From experience it is found that special thread locking devices are superfluous for wen-fitted, well-tightened bolts with flat seating (no washers). * Machine Elements (Gustav Niemann)
  • 80. 81 ( 2 3 I -L L­T .­ -,1 m"0 . I -0 -0 '////// ~ r--S:1 ~ l3 1 2 11 Alignment Lampiran 7 . b ---3 A. 13-2. Flexible disc coupling, fig, 13 - 1-3 (Thomas coupling, form901, according standar work): "FLEXIBLE DISC COUPLING" fig, 13-13. Flexible disc coupling (Thomas coupling, work picture).a) Flexible element (form 900) b) disc c) coupling with flexible elernen and spacer (form 901). Dimension see table A 13-2. Dir"rlt.~ion in ,.,....n""t .......,.x. ......,..<n-vl: r ~ ..,.."igt">t S~r~f5 --=' =It."........... of .....ortl. d'I K7 a.. oJ::> J, t> 1:> ,., 1"T'1IIIt'¢ rkn .J rn I'T'KI." r'T1(n _1 Nrn hoO",'" k.g ,0 :;:6 42•.15 SO -s-o e.s 62,5 37000 '00 0,0= :;a~'51 . 1t:! ~s 61 gS -4-6 87 $:5,5 :1'000 "60 0,00-40 3.4$ 25 SO 70 .. '0 ;50 as &4 25000 25Q 0,.0056 4,a1 40 e.s 90 140 55 "'i .... O = "!IO.QOO 400 O,,02a5 g,zQ 63 70 <::>6 ., ....7· 70 '''$ 68 ,eooo 'e"30 O,O~ t1..g' 100 eo 109 "t7=O 75 1-41 104,5 14000 .,000 O,o(na. 1S.6' 1eo 100 134 200 SO 1= " , ,S 1=00 1000 0.1 e.3.... 2e,' 2!:.'i0 ,,0 1-i-8 =15 ,.,0 17& 1"1.G 10000 .2500 O,3-o-~ 37,S ....00 1;l5 166 250 125 2"07 1~ 10>000 .<-000 a,S73~ S8.0 et30 ''''S 1~ 2QO 150 2 ...... ,= 8000 =co 1,1geO 9-4,:2. H)OO t60 .t4Z10 330 185 :323 252 7000 '0000 1,1;1720 12" "e-oo , e.o 238 370 ,gO :3= 2~S.S ~OOO ,0000 ::5.=60 107 2500 2:00 202 .... ,0 2"'0 ....,2 33:!1.5 5000 25000 58200 24.'3 ';* Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter Mulls, Herbert wittel) ';I'POLITEKNIK {,',ANUFAKTURr-.---------------L.------l ;" BANDUNG
  • 81. Alignment 82 Lampiran 8 fTFLEXIBLE JAW COUPLING fT 13 I~ ~l II fig. 13-25. Flexible jaw coupling (N-Eupex - Coupling, form B, work picture). Dimension see table A13-3. A. 13-3. Flexible jaw couplinq, fig. 1.3 - 25,(N-Eupex _- Co~plj~a, form ~J. according standar work). _gl"rtrn<:>o<n..-.t ......,...,...<0>""Ok"T''......s.o.n k"nt.1n """"""'­ Q'f ....,..r1.i.. -- oftonNon s....."... ..J rnTI<ndl H7 <t. H7 "'.........,. Q .hdo cob tTMn. -' kg"",,,~ kgNn............ I n>,"",,­ • 0.000:: 0.-415.0- 5000e 2 ••• -4:20-4<:1 $8SSS 2-4'101 O.e:.3<f$000 0.0003.2 ••• -4:2Q 5....a .... I - ...... ~ 2024 2$ '.25GO o.ceeel5000:2 ••'. 4B.&O 80 30 .,'030 ::sa GO ""2 2' 100 0,00'76000 2.0"2 ......;:ISD5.... 70eSt<:' 2"'""2 "2 ,.. 1~ 0.00-<'2: ••• 4 500040 27TB"'S -l.& a-oa"O :l.'"a 240 0.0085000(>0. .:2: ...... A.,:IS .73.101055 ss 5.'1a'26 4<:>00'2 ...... 0.0'420 = e.'"10019'40 !i>Seo e-<:I '00 ::5"''''''0 so g ...0.0254250 =02 .•. ea,..o ,oa ,os eo ~ 20as e.s '60 ,..0.045 I I I 12S 125 ,eo 7'0 oC! ::10 3$00 8802 .....a'80 7$ 715 2"4780 , ~ 2'00 ..08:1400e.200 '40 200.es "5 2: ••• '"'''0 2-0003000 2".5,so 18 0.'35,SO 1<.2a=s 225 0000 1010 "... '" 0.,23 343. .. _ • s 2800275016,00B.:!so :::'50' &0100 '00 '65 ''''5 ...50.37"gOO::l"",SO3 ... aes 20lS2ao '60 2&0"0 .'0 '60 ''0 : Flexible element from "Perbunan" materrial :.. Roloff/matek Maschinenelemente (Viihelm Matek, Dieter Muhs, Herbert witteI)
  • 82. Alignment 83 lampiran 9 If ELASTIC PIN COUPLINGII L Fig.l9/8. Elastic pin coupling for- crane drives (according to Haenchem..a, Leather or rubber, textile rings. Compensating couplings, dimension in (mm) , weight (kgf), torque (cm kgf) and permissible relative displacement according to Fig. 19/1. Nominal torque Mt =71620 N/n, C =Maximum MtJrated Mt, ratedpower (HP), N/n (HP min/rpm) , Rated Mt Shaft d Outer D Total Ieghth L 500 30 175 224 750 40 200 245 1500 50 250 246 3000 60 300 288 S5<l0 70 350 348 8500 80 400 378 13000 90 450 410 20000 100 500 412 I • II , .. • ~ J • Machine elements (Gustav Niemann)
  • 83. Alignment 84 Multiplication factor k, to be applied in the rating formula of Forst couplings 1lh·3 4-6 1Y.l-3~ 3-4 3-5 1~·21t.! 2·4 3-5 2-4 3-6 2-5 n~-3 S-S 3-6 l1 Motor generstors Pump,s : pistontype rotary type Presses, punching mechines, shears Reversing gears F.evolving drying drums Rollergrindef machines Sawing m~., Shunting engin~ Steel m~l drives &one c:::rvshers Toolsmacnirles : ughttype heavy type Ventilatol'$ ; eledric driven piston 6nome driven A 2-4 "-15 2-5 3·5 2·<1 3-6 2-5 2·4 2·4 1~ - 2 3·5 11 3-5 2~ ·3lh larripiran 10 .:';:':~----===-~=­ ..J--_....J-­ ........ I'-­ ~ x o ttl E "0 "FORST ELASTIC PIN COUPLINGII Forst elastic pin coupling, in reinforced plastic-type HG See also fig. 13 : For?tHq couptlnqs In reinforced plastic Couplirl9 size .. ~ ........ -. (NI,*.k O.OOOS 0.0013 0.0025 o.ocs 0.01 0.015 O.O~ Maximum torque ...•.. kgrn 0.57 0.93 1.79 3.50 7.16 10.7 21.4 Max.imum speed ...... r.p.rn 5300 4$00 «00 3500 3000 2800 2200 Length ..•...•••....• L1 mrn SO SO 35 4S 50 55 70 Clearance ........... Amm 1 1 1 1 1 1 1 outer diameter •...... Dmm 53 59 6S 81 102 102 127 Bore diameter ..••.•.. dmn: rnm 20 22 25 30 35 40 50 Available bore •...•••• dmm 9 ~ 10 12 15 15 20 weight .•............ kg O.HI 024 0.36 0.70 1.23 1.41 2.73 piing and Bearing (Prof. Ir. G. Broersma) Compressors : '( piston type rc:tary type ~yorbelts; £ght traffic '. hMvy trsfiie, chain type ;~es: ight e81'1e$. capst;ms. derricks. winch~ 'S:' heavy,cranes, foondry and s1eelmill cranes ', Dough and other mb;~ ,~~ tIMitol1l. Jakobs !adders i::'and sim~argrinding machines '. : ({cy machmes. washing machines , U:s.hoists "."t.&~
  • 84. Alignment 85 Lampiran 11 "ELASTIC AX/EN COUPLING rr a ~~ ".. r ,;fig. 1~/1_1 ~ _~I~~tic Axiencouplinq (AxIE3r'l,_Hamburg__Altona). with grei3.se filling. i> a. leaf springs which bend between the stops b (drive) and the stop e (driven). For dimension see Table 19/5. ;, '.' ..mpensating coupling, dimension in (mrn), weight (kgf), torque (em kgf) '- d permissible relative displacement according to Fig. 19/1. Nominal rque Mt == 71620 N/n, C = maximum Mt/rated mt, rated power (HP), Yn (HP min/rprn}; C. "r; Max. bore cf Outer die:7.etBr0 Totallencth L Weight· - 0,002 23 75 95 1.3 0,005 35 HlO 110 2,8 0,012 40 120 125 4,5 0,025 45 130 150 6,5 0,04 50 150 175 10 0,07 60 18-0 195 15 0.12 70 210 245 24 0,25 eo 240 290 38 0,5 90 280 340 50 0,8 105 320 390 95 1,2 120 380 430 155 1,8 140 470 490 260 3 160 570 530 380 (Machine Elements (Gustav Niemann) ~f"
  • 85. Alignment 86 lampiran 12 "HIGH ELASTIC RING COUPLING" I C$ l2 l3 Fig. 13~?7 High elastic ring coupling (Radaflex coupling, form 300, work picture)'. Dimension see table A 13-5. A13-5 High elastic coupling. fig. 13-27 (Radaflex coupling form 300. according standard work). I Serle; I.::I, H1 max.. I dt Dimensionin mm tis 1, ~ b Speed I'lIU I'n.,; Min" Moment at Tot"'$ion T"",Nm Moment of' Inertla J kgmt Weight m kg 1.6 2S 40 85 28 60 64 4000 16 0.001<1 1.7 4 30 50 110 35 75 85 4000 40 0.0042 2.9 10 SO 75 150 55 88 125 3000 100 0.0156 7 16 55 85 175 60 106 135 3000 160 0.0366 10 25 40 I 60 70 100 1IS 205 240 65 75 120 140 150 170 2000 2000 250 400 0.0795 0.1750 16 26 63 100 II I 80 90 130 150 275 325 85 100 156 lea 195 22S 2000 1500 630 1000 0.3090 0.n5O 37 60 Flexible element from "Vollgummi" material >;: Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter Muhs, Herbert Wittel) • , • •
  • 86. Alignment 87 Lampiran 13 .. "KAUERMAN - KEGELFEX - PERBUNAN - COUPLING" -I I I i -I Ii i . Fig. 19/13. Elastic coupling (Kauermann Duesseldorf). a. elastic perbunan (a buna variety). Compensating coupling, dimension in (mm), weight (kgf), torque (cmkgf) '. and permissible relative displacement according to Fig. 19/1. Nominal torque Mt - 71620 N/n, C -Maximum MtlRate Mt, rated power (HP), N/n :j,_ (HP min/rpm). C.Nln Mal(. bora d Outer diameter D Tcr..al Length L Weight 0.0012 20 80 63 0.75 0,0025 25 95 73 12 0,004 30 115 93 2.1 0,008 36 130 104 3,3 0.016 4S 160 124 6.3 0,03 SO 200 no 10 0,0-5 55 230 i~ 13.2 0,08 65 260 168 21 0.125 75 20...5 188 29 0.2 85 350 22B 47 0,32 95 400 248 66 0.5 110 -4SO 268 94 * Machine Elements (Gustav Niemann)
  • 87. Alignment 88 lampiran 14 fI FLEXIBLE JA W COUPLING" (SPIDER COUPLING) Fig. 13-26. Flexible jaw coupling (Hadeflex coupling, form XWz, work picture). Dimension see table A 13-4. A13-4. flexible jaw coupling, fig. 13-26 (Hadeflex coupling, form XWZ, according standard work). Series DiITI..""ion in mm $pfld max r..... -.1,(.,., Moment g/ Torsion i""Nm -­ - Moment of Inena J k~mt Weight m kg . - .d,H7 max. ~H7 max. ds de d$ It S $. 24 28 32 24 28 32 30 35 40 55 62 52 55 62 64 55 62 70 24 28 32 ~I 2 2 2 12500 11080 9&:0 30 50 70 0.0002 0,000:3 O.OOCS 0.30 0.41 1,3 38 4.2 4a 38 42 48 45 50 56 60 68 76 rz eo 90 84 92 105 38 42 4a 24 26 28 2,5 2.5 2,5 8100 7400 65C() 120 160 2~ 0,0017 0.0028 0,0052 2,1 2.8 4.1 55 60 65 55 60 65 65 70 75 88 96 11).4 1Q.4 112 120 120 130 142 55 60 65 30 32 35 3 3 3 5700 szo 4800 360 460 600 0,0101 0,0151 0.0228 1i,9 7,7 9,9 75 85 100 75 85 100 B5 97 ·115 120 136 160 136 156 184 165 185 220 75 85 100 40 44 50 3,5 3.5 " 4100 3700 3100 SOD 135-~ 2250 0,046-4 0,0840 0,193 15.0 21,1 33,6 1'0 125 140 160 110 125 140 160 125 140 160 la-c 176 200 224 25 200 224 256 278 240 275 310 360 110 125 140 160 55 SO 65 75 4 5 5 5 I 2800 12500 2200 HlOO 3000 4400 6000 9000 O.W 0.569 1.02 2.09 45,5 6t 84,8 111,7 Flexibleelement from "VuI.kollan"material * Roloff/matek Maschinenelemente (Vilhelm Matek, Dieter Muhs, Herbert Wittel)
  • 88. Alignment 89 QT~KNIK MANUFAKTUR r----------~--l.-----l ... BANDUNG Lampiran 15 W "STEEL GRID FLEXIBLE COUPLING" 8 " Typ8 7. 5;'Iing housing horizontally separated >COUplr-.; d:'5CS (part 1 & 2) andspringhousing of ingo!~eel 600G 700 G M3-:0upling goG 120 G 1500 200G 250G 300 G 350G 400 G 500 0 300 3.50 400 500 600 700 !l..xc 00 120 150 200 :250 n 107.~OO 143.200 17Q,OOO 214,600 250,600 266,400 358,000 42'il,600 501,200 T:;<'qUe.max •• kgm 64,440 65,920 M...~er:tof =entum. . GQ2 kgm2 '''.154 7.728 10,923 17,808 24,121 S9,5S2 55,SOO 64.025 95,529 121,ge2 106,600 5 Ccdeword gedox gezux gudox galux Ilivux gitax gog';x gafax Q1lffiOX ginux guocx S 6c= length •• Lrnm ~ 4S0 490 530 570 600 630 eso 710 'TSO 780 7 fI-u. diameter Dmm 1,640 , ,870 .2.100 2,325 2.550 2.840 3,075 3,290 3.520 3,745 3.920 8 ~..!lICe w ...... Srnm 50 50 50 50 50 100 100 100 100 100 100 571 571 700sao 571 571 571 9 WGth .••••. _ a-nm 500 500 500 500 Dirlanee b!tweon c:::..,;pling di&CS 5 5 5 ci smaltest 5 5 5 5 5 5 10 o'":s:ance bet¥een shaft er~$ ....•... Amm , 1 ernm 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 A..-:.al play ••.• 12 C:;mparable 410 450 470 500 510 seo 590 620 mm 310 345 360 &".aft diameter 13 G'llase gO 130 155 170 185 200 215 240 kg 75 100 115 r"GtJired •..•• 14 A.."'Pfoximate 5,600 7,300 $1,200 11,esO 14,000 16,250 17.350 21,500 25.500 kg 3,550 4,600 ~<Jht _•••.• Coupling and Bearing (Prof.lr.G,Broersma)'"