SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 104
Downloaden Sie, um offline zu lesen
RELEASE ORDER BERORIENTASI BEBAN

(LOAD-ORIENTED ORDER RELEASE)

SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING

AND CONTROL (PPC)

Order Stock
Jl
Time Limit
STEP 1:
SCHEDULING
f-®-­
,~
3 I~
2 I !f6~1 11:'
~
1~
1 I 2 ! 3 ! 4
Schedule Date Period
STEP 2:
CONVERSION
41 r:=E:L
31 Ef2a
Non-Urgent I-----~......J"I
.Order
Non-Feasible

Orders

STEP 3:
RELEASE
Wor!< I::1B--Leftover Inventory Load
LPG rLlmlt
(%) - ..=.=:.I.
100
o~ 2 ~ 1----------I J------1I1
1~
ABC D
(Loadin9~
Percentaaee I
Work Center
( Released Order
[ill] ~ [2!] Relevant, Converted Order
PENYUSUN:

DUDDY ARISANOI, S.T.

PENYUNTING:

KOKOK HAKSONO, Masch.lng.HTL

POLITEKNIK
MANUFAKTUR
BANDUNG
KATA PENGANTAR

PENYUNTING
Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Production Planning and Control I PPC)
merupakan suatu faktor penting yang akan mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan sistem produksi. Sehingga perlu kiranya untuk mendefinisikannya dan
menjabarkannya supaya dapat diterapkan dalam kegiatan produksi kesehariannya.
Beberapa metoda Perencanaan dan Pengendalian ProdUksi telah dikenal dewasa
ini, dan semuanya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing bila
ditinjau dari segi ruang lingkup penerapannya. Penyunting melihat suatu metoda
baru pada pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang coba
dikenalkan oleh penyusun melalui buku yang berjudul Release Order Berorientasi
Beban (Load Oriented Order Release) Sebagai Pengantar Production Planning
and Control. Buku tersebut mencoba menjelaskan latar belakang lahirnya metoda
baru pada Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang meninjau kelemahan
metoda konvenslonal yang masih banyak digunakan dewasa ini. Selain itu
dijelaskan juga pendefinisian beberapa parameter penting yang dijadikan acuan
bagi pelaksanaan Production Planning and Control seperti flow time, inventory,
schedule performance dan utilization. Penyunting melihat pula bahwa penyusun
mencoba menerapkannya pada tahap awal analisa kondisi pelaksanaan
Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang dilakukan di Laboratorium Teknik
Produksi Jurusan Teknik Manufaktur POLMAN. Beberapa hasil yang diperoleh
menunjukkan kondisi penerapan metoda Perencanaan dan Pengendalian Produksi
secara konvensional, dan kemungkinan masih bisa ditanggulangi melalui penerapan
metoda baru yang dijelaskan pada buku ini. Selain itu beberapa perangkat harus
pula dipersiapkan untuk mengimplementasikannya, dan analisis lebih lanjut perlu
dikembangkan pula.
Mudah-mudahan buku ini dapat memenuhi salah satu buku ajar Production
Planning and Control (PPC) mahasiswa D-IV di POLMAN dan tidak menutup
kemungkinan dapat diterjemahkan lagi ke dalam bahasa yang lebih sederhana
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu referensi buku ajar Perencanaan dan
Pengendalian Produksi bagi mahasiswa D-1I1 POLMAN. Tiada gading yang tak
retak, demikian pula pada buku ini sehingga apabila buku ini memang benar-benar
memiliki cacat ataupun kekurangan dalam materi ataupun penyajiannya maka
kewajiban kita bersama untuk memperbaikinya.
Penyunting harapkan kepada para pemakai buku ini agar menggunakan buku ini
secara utuh dan tidak secara parsial, setidak-tidaknya sebagai salah satu referensi
metoda penerapan Production Planning and Control.
Kepada penyusun buku ini, DUddy Arisandi, S.T. saya ucapkan selamat atas
selesainya buku ini, dan semoga buku ini dapat menjadi sumbangan bagi usaha
pembinaan pendidikan teknik di POLMAN.
Bandung, Februari 2001
Kokok Haksono, Masch. Ing. HTL
L
ini
lsi
as
ha
KAlA PENGANlAR
PENYUSUN
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas bimbingan dan
tuntunanNya sehingga penyusunan buku ini dapat diselesaikan.
Buku ini disusun sebagai pengantar materi Production Planning and Control
mahasiswa D-IV Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN Bandung). Buku ini
dapat digunakan sebagai panduan untuk menerapkan suatu sistem perencanaan,
pemantauan dan pengendalian produksi pada aliran manufaktur yang tidak terbatas
hanya untuk produksi mekanik saja tetapi juga dapat digunakan untuk produksi
perancangan, foundry, mekatronik dan lain-lain. Selain itu dapat pula diterapkan
untuk sistem manajemen keuangan, manajemaen material atau bahkan
pengelolaan sistem pendidikan berbasis produksi.
Buku ini menjelaskan apa saja yang harus dilakukan pada tahap perencanaan,
pemantauan dan pengendalian. Selain itu komponen yang diperlukan pada tahap
yang dijelaskan tersebut akan qijelaskan secara detail. Tidak seperti pada metoda
PPC lainnya yang pada umumnya sulit untuk diaplikasikan di lapangan, tetapi pada
buku ini akan dijelaskan bahwa PPC yang realistik dapat diterapkan berdasarkan
hubungan yang logis dan realistis serta dapat diturunkan secara matematis.
Beberapa istilah asing yang terdapat di dalam buku ini pada awalnya akan
dijelaskan arti dan massudnya, tetapi untuk memfasihkan dan membiasakan diri
terhadap penggunaan beberapa istilah asing tersebut maka untuk pembahasan
selanjutnya digunakan istilah dalam bahasa asing.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
•	 Bapak Dr.-Ing. Indra Djodikusumo yang telah membuka pengetahuan
penulis berkenaan tentang materi Production Planning and Control, serta
buku-buku referensi yang berkenaan dengan Shop Floor Control System.
•	 Seluruh stat Direksi dan staf Pelaksana POLMAN atas bantuannya dalam
penyelesaian buku ini, terutama peminjaman komputer beserta printer
selama liburan menjelang dan setelah Hari Raya Idul Fitri.
iii
ii
•	 Hidayat Rudyanto, Bony Wahyu Pudjianto, Ampala Khoryanton yang telah
membantu pengumpulan data dan menganalisis kondisi manufaktur
POLMAN.
•	 Ayahanda, Ibunda dan Adinda tercinta yang telah memberi nasihat,
dukungan dan semangat kepada penulis.
•	 Istriku Neneng Ihah Sholihah beserta calon anakku tercinta yang rela
mengorbankan waktunya atas kesibukan penulis selama menyusun buku ini
di hari Iiburan.
Penulis menyampaikan mohon maaf yang sebesarnya karena pada buku ini masih
terdapat banyak sekali kekurangannya. Meskipun demikian semoga buku ini dapat
berguna untuk mengembangkan dan menerapkan metoda Perencanaan,
Pemantauan, dan Pengendalian Sistem Produksi pada Aliran Manufaktur. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran kepada pembaca yang bertujuan untuk
koreksi diri dan pengembangan ilmu penulis di masa yang akan datang.
Bandung, Januari 2001
Duddy Arisandi, ST
I
I
1
i
I
I
i
iv
li
h
k
a
h
it
1,
S
k
PENDAHULUAN

Untuk menghadapi persaingan secara global dan internasional, maka Production
Planning and Control (PPC) menjadi sangat penting artinya bagi sistem manufaktur.
Waktu delivery yang lebih singkat, waktu delivery yang tepat waktu dan inventory
yang rendah merupakan tujuan terpenting pada sistem manufaktur. Dewasa ini
efisiensi utilisasi pada peralatan produksi menjadi kurang berarti bila dibandingkan
ketiga tujuan sebelumnya.
Dewasa ini, penggunaan sistem pemroses data berkembang pesat pada sistem
Production Planning and Control. Sejumlah penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa sistem pengendali manufaktur yang ada dewasa ini umumnya tidak dapat
mengukur pengaruh yang dihasilkannya berdasarkan ketiga tujuan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Sehingga sebagai suatu contoh akibatnya, akan dihasilkan
daftar dispatching (walaupun dihasilkan melalui pertimbangan yang masak) yang
menjadikarinya bersifat absolut sehingga kehandaJannya tidak berlaku untuk jangka
waktu yang panjang. Hal tersebut merupakan alasan mengapa seorang foreman
seringkali memiliki sistem perencanaan informal untuk membantu sistem yang ada
supaya dapat menjaga due date walaupun telah terjadi beberapa perubahan dan
keterlambatan.
Pada situasi tersebut, perencana harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh
terhadap suatu metoda pengendalian yang baru yang dapat memantau strategi
spesifik aliran manufaktur pada beberapa kondisi perencanaan yang berbeda. Salah
satu alasan kondisi tersebut adalah dikenalkannya Computer Integrated
Manufacturing (elM) dan konsep Jogistik. Salah satu pendekatan yang telah banyak
didiskusikan adalah sistem KANSAN dari Jepang. Sistem tersebut bertujuan untuk
menjumpai inventory yang rendah, lead time yang lebih singkat dan unjuk kerja
penjadwalan yang lebih baik, dan yang mengherankan sekali adalah bahwa tujuan
tersebut dilakukan melalui sejumlah pengendalian yang sedikit.
Sagaimanapun, penggunaan sistem KANSAN di lapangan telah menunjukkan
bahwa sistem tersebut hanya dapat digunakan untuk tingkat pengendalian yang
terbatas, yang diakibatkan struktur produksi pada beberapa perusahaan yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhan operasional yang diperlukan oleh
sistem tersebut.
Sehingga melalui buku ini dikenalkan suatu metoda pendekatan logis terhadap
pengendalian manufaktur. Dan umumnya diarahkan kepada sistem manufaktur
v
yang memiliki karakteristik variasi yang tinggi pada produksi job shoopTujuan
utama buku ini untuk memodelkan secara umum aliran manufaktur sehingga dapat
digunakan pada sistern manufaktur konvensional sebaik penggunanannya pada
sistem manufaktur otomatis. Panduan langkah secara bertahap akan dijelaskan
untuk pengguna yang memiliki kemampuan matematis kurang, dan sejumlah contoh
diberikan supaya metoda dan modul yang ada dapat diterapkan di lapangan.
Metoda pengendalian yang baru dan akan dijelaskan berikut disusun berdasarkan
hasil penelitian selama beberapa tahun yang dilakukan oleh Institut fur
Fabrikanlagen pada Universitas Hannover di Jerman. Penelitian pertama dilakukan
oleh direktur pertama yaitu Prof. Dr.-Ing. Hans Kettnerr pada tahun 1972, dan
kernudian dilanjutkan oleh Hans-Peter Wiendahl sejak tahun 1979. Penelitian
tersebut didanai oleh Pemerintah Jerman termasuk oleh Bundesministerium fur
Forschung und Technologie (Federal Ministry for Research and Technology). Sejak
tahun 1979, metoda pengendalian manufaktur telah menghasHkan sejumlah versi
software komersial, yang telah diterapkan di lapangan pada sekitar 100 buah pabrik
dan menunjukkan hasil yang menggembirakan di Jerman dan di Eropa.
Pada tahun 1998 penyusun melakukan penelitian terhadap aliran manufaktur yang
ada di POLMAN dan diperoleh hasil yang serupa kondisinya dengan tahun 1972
pada pabrik umumnya di Jerman. Yang mana hasil tersebut menunjukkan sesuatu
yang kurang menggembirakan. Melalui pengetahuan yang penyusun miliki, maka
penyusun mencoba menerapkan metoda tersebut di POLMAN. Secara praktik maka
metoda terse but dapat diterapkan di lapangan untuk tujuan perencanaan,
pemantauan dan pengendalian produksl manufaktur, walaupun penyusun hanya
membatasi ruang lingkup penelitian pada perencanaan saja. Pemantauan dan
pengendalian yang dilakukan secara legis dan realistik dapat dilakukan di POLMAN,
tetapi memerlukan perangkat bantu (software). Software tersebut dapat dibuat
dengan beberapa jenis program yang ada.
Pada prinsipnya buku ini dibuat untuk membuka mata dan fikiran pembaca
bagaimanakah suatu perencanaan, pemantauan dan pengendalian terhadap aliran
produksi dilakukan. Selain itu dijelaskan juga parameter-parameter yang
mempengaruhinya. Penyusun menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan PPC yang
ada di POLMAN baru pada tahap perencanaan dan itupun perlu disempurnakan
lagi. Beberapa data penelitian yang dikumpulkan pada tahun 1998 dilampirkan juga
pada buku ini, karena penyusun melihat telah terjadi penurunan kuatitas aliran
informasi produksl di POLMAN pada tahun 2000. Kondisi tersebut penyusun
simpulkan berdasarkan perbandingan sepintas terhadap kondisi yang ada sekarang
dengan kondisi lampau tahun 1998 dan dapat pembaca buktikan sendiri.
Akhir kata penyusun berharap semoga penjelasan yang ada di buku ini dapat
membuka mata dan fikiran pelaksana produksi terkait menqenai pemahaman
konsep Production Planning and Control (PPC). Dan metoda apapun yang akan
diterapkan dan dilaksanakan tidak akan menjadi masalah selama beberapa
parameter yang ditunjukkannya jelas, logis dan realistis.
vi
DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN	 v

DAFTAR lSI	 vii

DAFTAR PUSTAKA	 xii

BAB I	 TINJAUAN UMUM TERHADAP METODA PENJADWALAN DAN

PENGENDALIAN KONVENSIONAL 1

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Perubahan Pada Lingkungan Manufaktur	 1
"
1.1.2 Pergeseran Tuiuan Pada Pengendalian Manufaktur 4

1.1.3 Akibat Penerapan Penjadwalan Konvensional	 5

1.1.4 Titik Leman Pengendalian Manufaktur Konvensional 6

1.2 Penjadwalan dan Pengendalian Produksi Konvensional 7

1.2.1 Karakteristik Penjadwalan dan Pengendalian Produksi

Konvensional 7

1.2.2 Penjadwalan Lead Time dan Penjadwalan Kapasitas

Konvensional 10

1.2.2.1 Tahap Penjadwalan Lead Time	 12

1.2.2.2 Tahap Penjadwalan Kapasitas	 17

1.2.3 Evaluas; Penjadwalan Lead Time Konvensional ·21
1.2.4 Kebutuhan Metoda Baru untuk Penjadwalan dan

Pengendalian Produksi 23

BAB II	 PENGANTAR LOAD-ORIENTED MANUFACTURING CONTROL 27

2.1 Pendahuluan	 27

BAS III	 LEAD TIME SEBAGAI KUNCI PENENTU KEBERHASILAN

PENGENDALIAN MANUFAKTUR 33

3.1 Pendahuluan	 33

3.2 Komponen Lead Time	 36

3.3 Simple Mean Lead Time dan Weighted Mean Lead

Time pada Suatu Work Center 41

3.4 Order Lead Time	 45

3.5 Evaluasi Statistik pada Work Center Lead Time	 48

vii

..
3.5.1 Distribusi Frekwensi Absolut dan Relatif pada Simple dan
Weighted Lead Time 48
3.5.2 Simple dan Weghted Mean Operation Time	 50
3.5.3 Simple dan Weighted Mean Operation Time Percentage 51
3.5.4 Median, Deviasi Standar dan Koefisien Variasi pada
Simple dan Weighted Lead Time 53
3.5.5 Median, Deviasi Standar dan Koefisien Variasi pada
Simple dan Weighted Order Time 54
3.6 Work Center Lead Time Berdasarkan Shop Calendar Days (SeD) 55
3.7 Ketidakpastian pada Pengukuran Waktu dan Ketelitian
Penghitungan Lead Time 56
BAB IV DIAGRAM THROUGHPUT SEBAGAI MODEL PROSES
MANUFAKTUR YANG UMUM DAN REALISTIK 59
4.1 Sejarah Perkembangan Diagram Throughput	 59
4.2 Bentuk Dasar Diagram Throughput	 63
4.3 Diagram Throughput Berikut Data Dasar Suatu Work Center 65
4.3.1 Gara Membuat Diagram Throughput Suatu Work Center 65
4.3.2 Mean Inventory	 71
4.3.3 Data-Data Mean Time	 72
4.3.3.1 Mean Range	 72
4.3.3.2 Mean Advanced Time	 73
4.3.3.3 Weighted Mean Lead Time	 76
4.3.4 Hubungan Antara Mean Range, Mean Advanced Time
dan Weighted Mean Lead Time 77
4.3.4.1 Inventory Trend Component pada Lead Time 77
4.3.4.2 Sequence Component pada Weighted Lead Time 80
4.3.4.3 Hubungan Jangka Pendek dan Panjang antara
Kuantitas Waktu 83
4.3.5 Mean Performance, Mean Capacity dan Mean Utilization 84
4.3.6 Hubungan antara Mean Inventory, Mean Performance dan
Weighted Mean Lead Time 85
4.3.7 Weighted Mean Lateness	 86
4.3.8 Diagram Throughput untuk Order	 90
4.3.9 Gara Membuat Diagram Throughput untuk Order 94
BAB V	 ANALISIS, PEMANTAUAN DAN D1AGNOSA TERHADAP
ALiRAN MANUFAKTUR 97
5.1 Pendahuluan	 97
5.2 Pemantauan Aliran Manufaktur	 97
5.3 Analisis Aliran Manufaktur	 99
5.3.1 Prosedur	 111
5.3.2 Bentuk Evaluasi dan Representasinya	 107
5.3.3 Representasi Hasil Analisis Manufaktur	 114
5.3.4 Aturan Umum dan Kemungkinan untuk Memperbaiki
Aliran Manufaktur 119
5.4 Sistem Pemantauan Aliran Manufktur Secara Kontinyu 122
5.4.1 Tujuan dan Konsep	 122
5.4.2 Gontoh Sistem Pemantauan Secara Kontinyu	 125
5.4.3 Hasil dan Penggunaan Pemantauan secara Kontinyu 134
viii
5.5 Diagnosa Aliran Manufaktur pada Diagram Throughput 140
5.5.1 Membedah Inventory	 140
5.5.2 Membedah Lead Time	 146
5.5.3 Pengukuran yang Disimpulkan dari Hasil Pemantauan
dan Diagnosa 151
5.6 Penggunaan Grafik untuk Merepresentasikan Diagram
Throughput dan Data Kunci 153
5.6.1 Representasi Hasil Analisis Manufaktur	 153
5.6.2 Grafik untuk Pemantauan Aliran Manufaktur Jangka
Menengah 157
5.7 Implikasi Pengendalian Manufaktur	 161
BA8 VI LOADwORIENTED ORDER RELEASE	 163
6.1 Pendahuluan	 163
6.2 Hubungan Dasar	 163
6.3 Prosedur	 166
6.4 Konversi Order untuk Pembebanan	 172
6.5 Contoh Pelaksanaan Proses Release	 176
6.6 Pemilihan Nilai Load Limit dan Loading Percentage	 182
6.7 Keterkaitan diantara Pengendalian Order dan
Pengendalian Manufaktur 192
6.8 Pengaruh Parameter Load Limit dan Time Limit pada Saat
Simulasi dan pada saat Kenyataannya di Lapangan 193
6.8.1 Simulasi Proses Manufaktur Sebagai Bantuan	 Dalam
Pengujian Algoritma Pengendalian 193
6.8.2 Dampak yang Diakibatkan oleh Load Limit	 207
6.8.3 Pengaruh Time Limit	 216
6.9 Analogi Pengendalian pada Load-Oriented Order Release 218
6.10	 Aturan Prioritas dan Order Sequencing pada
Load-Oriented Order Release 219
BAS VII PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KAPASITAS
BERORIENTASI JADWAL 227
7.1 Pendahuluan	 227
7.2 Masalah dan Metoda	 227
7.3 Menentukan Load Center	 231
7.4 Prosedur Perencanaan Kapasitas Berorientasi Jadwal 235
BAB VIII ANALISIS ALIRAN PRODUKSI MANUFAKTUR
POLMAN SAAT INI 243
8.1 Pengumpulan Data 243
8.2 Pengolahan dan Penyajian Data 244
8.3 Model Aliran Produksi secara Umum di POLMAN 244
8.3.1 Model Lay-Out Divisi Mekanik 258
8.3.2 Model Aliran Material Divisi Mekanik 259
8.3.3 Model Aliran Informasi Oivisi Mekanik 262
8.4 Analisis Sistem Pelaksanaan Produksi POLMAN 266
8.4.1 Data dan Pengolahan Data 266
ix
1IlII'!'J!'!"-----~-------------- ..-._- ....._.....__..
l'
I

I

i

I '

i !

I •
I

i
I

I
'
I

8.4.2 Identifikasi Masalah Penyebab Keterlambatan
Penyerahan Pesanan (Delivery Order)
8.4.2.1 Masalah pada Perencanaan Tahap Awal
(Pada Saat Analisis Kelayakan dan Estimasi
waktu Proses)
8.4.2.2 Masalah pada Saat Perencanaan, Pemantauan
dan Pengendalian Kegiatan Produksi
8.4.2.3 Masalah pada Pelaksanaan Produksi Manufaktur
8.4.3 Solusi Umum Untuk Menanggulangi Keterlambatan
Penyerahan Pesanan (Delivery Order)
8.4.3.1 Solusi Umum pada Perencanaan Tahap Awal
(Pada Saat Analisis Kelayakan dan Estimasi
Waktu Proses)
8.4.3.2 Solusi umum Pada Perencanaan, Pemantauan
dan Pengendalian Kegiatan Produksi
8.4.3.3 Solusi Umum Pada Pelaksanaan Kegiatan
Produksi
BAB IX PERENCANAAN JADWAL DAN KAPASITAS BEBAN
PRODUKSI BERORIENTASI MAHASISWA
9.1 Perencanaan Jadwal Produksi
9.1.1 Data yang Diperlukan untuk Menentukan Komponen
Waktu Suatu Work Center dan akan Digunakan untuk
Perencanaan Jadwal Produksi
9.1.2 Menentukan Lead Time Operasi Bubut (Tujuan
Perencanaan Jadwal Produksi)
9.1.2.1 Menentukan Operation Time (TOP)
9.1.2.2 Perhitungan Transit dan Inspection Time (TT)
9.1.2.3 Perhitungan Waiting Time
9.1.2.4 Menentukan Mean Operation Lead Time untuk
Work Center Bubut
9.1.3 Evaluasi Lead Time Operasi pada Diagram Throughput
(Serdasarkan Pencatatan Data Aktual)
9.1.4 Evaluasi Lead Time Operasi pada Work Center Bubut
,Menggunakan Data Kunci Statistik
9.2 Perencanaan Kapasitas dan Beban Produksi
9.3 Penerapan Hasil Perencanaan Jadwal dan Kapasitas
Seban Produksi pada Load-Oriented Order Release
untuk Work Center Bubut
9.3.1 Penjadwalan (Backward Scheduling)
9.3.2 Konversi Kandungan Kerja
9.3.3 Order Release
9.4 Kesimpulan
9.5 Saran
APENDIKS A
APENDIKS B
268

268

269

269

270

270

273

275

277

227

278

281

281

284

284

285

286

290

298

302

304

306

307

308

308

311

333

x
346
APENDIKS C
358
APENDIKS 0
368
APENDIKS E
xi
---~_.~_ ..__.. ,._._--- . ~---. -_.---­
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian KonvensionaJ
BABI
TINJAUAN UMUM TERHADAP METODA
PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN
KONVENSIONAL
.....:
pertama
akan
•
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 PERUBAHAN PADA L1NGKUNGAN MANUFAKTUR
Keandalan dan unjuk kerja produk menentukan kekuatan suatu perusahaan
manufaktur untuk bersaing pada pasar penjualan. Kenyataan tersebut terjadi
pada masa lalu. Dewasa ini, keandalan dan unjuk kerja produk merupakan
tuntutan umum, tuntutan baru yang muncul adalah ketepatan waktu penyerahan
pesanan (delivery) dan mengurangi ongkos produksi. Sehingga perbaikan
terhadap sistem manajemen produksi merupakan agenda utama pada
perusahaan manufaktur untuk tetap mampu bersaing selain kekuatan produk
sebagai sasaran strategis.
Pada saat menilai unjuk kerja suatu perusahaan, pengukuran terhadap faktor
yang mempengaruhi proses produksi secara terpisah tidak selalu akan
menghasilkan perbaikan menyeluruh terhadap perusahaan. Perubahan faktor
individu harus direncanakan dan diimplementasikan secara terintegrasi. Langkah
yang dilakukan adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi
produksi secara relevan dan mendefinisikan tujuan bersama yang akan ditempuh
(gambar 1.1), sehingga akan menggambarkan kondisiaktual perusahaan yang
digunakan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan dan
pengendalian, dan akan mengkoordinasikan seluruh evaluasi proses manufaktur
yang berhubungan dengan strategi penjualan.
.":" Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem produksi adalah:
Produk
Selama permintaan difokuskan pada produk, maka situasi pasar penjualan
dan persaingan dengan perusahaan lain akan memiliki pengaruh yang besar
bagi suatu perusahaan manufaktur. Untuk memenuhi permintaan tersebut
maka jadwal induk produksi (master production schedule) merupakan syarat
yang harus dipenuhi. Dewasa ini, permintaan pemesan memiliki karakteristik
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
.i
1
I
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
, ,
jenis produk yang bervariasi dan ukuran lot lebih kecil, waktu penyerahan
pesanan lebih singkat dan kualitas produk lebih tinggi.
•	 Teknik Produksi
Perusahaan dipengaruhi juga oleh perkembangan dan kemajuan teknik
produksi seperti lahirnya teknologi baru dan penggunaan sistem otomasi
dalam proses manufaktur. Selain itu terjadi kecenderungan meningkat pada
masa yang akan datang untuk mengintegrasikan aliran informasi dan
material. Kondisi tersebut ditandai melalui penerapan karakteristik Flexible
Manufacturing System, Computer Integrated Manufacturing dan konsep
logistik.
FLI'XIBILITY
Capacity
Technology
• structure
PRODUCTIVITY
Manufacturing Process
Lead Time
ATTRACTIVENESS
Load
Wori<Contenl
• W",""System
lo-Pl'OC'<;> Invento<y
Utilization
Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi sistem produksi dan penggabungan
tujuan yang akan dicapai
•	 Kondisi Sosial
Perubahan kondisi kerja di perusahaan akan mempengaruhi sistem
manufaktur. Perubahan tersebut meliputi penyingkatan jam kerja dalam
seminggu, pengaturan baru terhadap waktu istirahat dan pergantian kerja
(shift) dan penerapan metoda organisasi baru seperti memisahkan pekerjaan
pada tahap perakitan. Pada saat merancanq dan menjalankan pabrik,
Iingkungan kerja yang baru harus menemukan kebutuhan baru yang
membatasi celah fisik dan mental yang terdapat pada pekerja.
LOAD ORrENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
2
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
ian	 Tujuan sistem produksi yang akan dicapai adalah:
•	 Produktivitas
Tujuan pertama keberhasilan industri manufaktur adalah keuntungan jangka
panjang yang didasari produktivitas. Tujuan lainnya adalah melakukan
:nik efisiensi biaya pada tahap perancangan, perencanaan, pemrosesan,
iasi penyimpanan dan transportasi. Pendekatan baru dewasa ini memiliki tujuan
ada tambahan berupa pemendekan lead time proses manufaktur, inventory yang
jan rendah dan hasil luaran total yang lebih baik.
ible
sep	 Lead time diusahakan lebih singkat atau paling sedikit sama dengan yang
tercantum pada kontrak keria. Inventory yang lebih rendah akan memberikan
dampak bahwa working capital yang akan dikeluarkan dapat diinvestasikan
menjadi peralatan produksi baru dan ruangan yang digunakan untuk
penyimpanan menjadi lebih kecil, aliran manufaktur yang dihasilkan lebih
transparan, resiko kerusakan lebih kecil dan lead time menjadi lebih pendek
karena antrian pada pusat kerja (work center) lebih sedikit. Perbaikan luaran
secara total diwakili melalui lahirnya sistem FMS (Flexible Manufacturing
System) atau FAS (Flexible assembly system). Jika perancanqan tahap awal
dan pengoperasian sistem tersebut salah atau tidak sesuai maka tujuan yang
diinginkan tidak akan tercapai. Yang mana tujuan tersebut adalah
menghasilkan tingkat kesalahan proses yang kecil dan kesalahan produk
yang dapat ditoleransi, kompensasi selama pemberhentian produksi kecil dan
pemeliharaan yang lebih mudah atau koreksi dilakukan dengan sendirinya.
•	 Fleksibelitas
Fleksibelitas menjadi tujuan penting pada banyak perusahaan. Seringkali
jadwal induk produksi (master production schedule) berubah sangat cepat
berkenaan dengan jumlah dan jenis produk yang diterima. Untuk melakukan
fleksibelitas akibat perubahan yang terjadi maka sumber kapasitas harus
diatur melalui penerimaan pesanan yang lebih sedikit, produk yang masuk
atau keluar ditentukan oleh unit produksi, melakukan subkontrak proses
manufaktur atau mengadaptasi penggunaan mesin otomatis multi guna.
Implementasi teknologi baru harus dilakukan secara bersamaan untuk aliran
dan pengendalian informasi. Pada saat merencanakan pemasangan suatu
peralatan, perlu dipertimbangkan bahwa peralatan tersebut dapat ditata ulang
kembali dengan biaya yang murah, sehingga menjamin tingkat fleksibelitas
yang lebih besar. Fleksibelitas diperlukan juga pada penjadwalan dan
pengendalian proses manufaktur.
Ketertarikan
Pada saat merancang awal atau merancang ulang fasilitas, perhatian harus
ditujukan untuk membuat ketertarikan terhadap tempat kerja. Pertimbangan
tern harus memperhatikan segi fisik dan mental pekerja. Segi fisik pekerja
lam dikurangi melalui penggunaan mesin, dan segi mental dipengaruhi sistem
erja inforrnasl dan penggunaan teknologi komunikasi dalam mengendalikan dan
aan mengarahkan pekerjaan. Komputer dirancang sebagai alat bantu untuk
)rik, menyelesaikan pekerjaan, sedangkan operator akan menentukan
ang pencapaian hasil pekerjaan. Pekerja harus dapat mengkaitkan hasil
pekerjaan yang dilakukan tanpa merasa tertekan oleh aktivitas yang sangat
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 3
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
2
-I
-'~'I
I !,
I
~ ,
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
padat. Struktur kerja baru akan memiliki efek yang harus dipertimbangkan
dalam bentuk biaya. Perhatian terhadap kualitas produk dan pemberdayaan
(utilization) mesin harus dipertimbangkan juga karena akan mempengaruhi
biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.
1.1.2	 PERGESERAN TUJUAN PADA PENGENDALIAN
MANUFAKTUR
Perbedaan tujuan pada perusahaan manufaktur sering teriadi. Bagian
pemasaran dan pemesan menghendaki delivery yang lebih pendek atau sesuai
jadwal, pada slsi lainnya bagian produksi menghendaki tingkat pembebanan dan
penggunaan peralatan semaksimal mungkin. Selain itu bagian keuangan dan
bagian produksi menghendaki tingkat sediaan material serendah mungkin.
Penekanan tuiuan pada kecepatan kerja dan delivery sesuai waktunya telah
menggeser tujuan kegiatan produksi yang dilakukan (gambar 1.2).
PAST PRESENT
Gambar 1.2 Pergeseran tujuan pengendalian manufaktur
Awalnya, pemberdayaan mesin dan tenaga kerja merupakan suatu hal yang
sangat penting. Dewasa ini, perhatian lebih ditujukan pada waktu delivery,
memaksimalkan semua luaran dan menurunkan inventory secara bersamaan.
Lead time yang lebih pendek akan memendekkan waktu delivery sehingga
menambah kekuatan suatu perusahaan untuk bersaing dan juga akan
mengurangi resiko jika terjadi perubahan rancangan produk. Keandalan jadwal
dibutuhkan juga untuk bersaing dengan perusahaan lain. Adanya jadwal detail
akan mengakibatkan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik dan biaya lebih
efisien. Penjadwalan tersebut harus direncanaan, dilaksanaan dengan baik dan
tidak dihalangi oleh penerimaan pesanan mendadak yang dilakukan terus­
menerus. .
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
--.

4
.,
.,
Ii
n
ai
In

In

lh
{
'i·
f.
r­t
f
,'.'
~.
I~~
I~
f'
t
~'
~,.
t,
I'
f
r
~g
I"­;
.~a ~
L~n
,al
i
l:!
'ih
'i1
I
an ~j~
(!
s· ~;
1
";1
;~
r'
·~i
•...,.
~j
4 d
L
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
Inventory yang tinggi akan menyembunyikan beberapa masalah yang terjadi
dalam tempo singkat seperti waktu setup yang berlebihan, proses yang tidak
dapat diandalkan dan buruknya kualitas produk, sehingga pada akhirnya lead
time akan bertambah panjang. Akibat lainnya adalah keterlambatan delivery
akibat antrian pekerjaan pada work center yang terkait.
EUROPEAN/GERMAN JAPANESE
VIEW VIEW
Inventories Facilitate:
•	 Smooth Production
•	 On-Time Delivery
•	 Overcoming Disruption
•	 Economic Manufacturing
•	 Good Utilization
Inventories Hide:
•	 Unstable Processes
Unbalanced Capacities
•	 Little Flexibility
•	 Scrap
•	 Poor Delivery Performance
Gambar 1.3 Pengaruh inventory
Gambar 1.3 menunjukkan pandangan yang berbeda mengenai work-in-process
(WIP) yang diilustrasikan melalui tinggi cairan dalam bak penampung. Dengan
menurunnya WIP maka akan memunculkan beberapa permasalahan yang tidak
terlihat sebelumnya.
1.1.3 AKIBAT PENERAPAN PENJADWALAN KONVENSIONAL
Pada saat perusahaan tidak memiliki informasi yang dapat diandalkan untuk
menanggulangi pesanan yang terlambat, seringkali perusahaan tersebut percaya
bahwa mereka dalam kondisi baik bila dibandingkan kondisi aktual yang terjadi.
Sebagai contoh dialami oleh perusahaan pengolah logam yang diobservasi oleh
Institut Fabrikanlagen of Hannover University di Jerman. '
Hasil penelitian menunjukkan suatu kondisi yang tidak diduga dan tidak
diharapkan sebelumnya, yang mana:
•	 Flow time per operasi sebesar 8,5 hari (allowance direncanakan sekitar
5 hari kerja per operasl),
•	 Order flow time sebesar 80,1 hari (direncanakan sekitar 55,4 hari).
•	 Rata-rata keterlambatan delivery selama 13 hari.
•	 Dengan mengasumsikan batas deviasi delivery plus minus 5 hari,
ternyata didapat hanya sekitar 15 % pesanan yang memenuhi target
sedangkan lebih dari 70% pesanan mengalami keterlambatan.
LOAd ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANN/NG
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
5
~.~.
11
.	 . '
1;li.1
iii
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
•	 Data umpan balik (feed back) yang tidak mencantumkan data operasi
(paling sedikit satu jenis operasi) sekitar 36% dari pesanan yang
dikerjakan, dan pencatatan operasi yang tidak benar sekitar 23% dari
jumlah operasi yang terdapat pada work center.
•	 Rata-rata flow time operasi terletak antara 7 - 16 hari kerja dan rata-rata
flow time yang lebih rendah diperoleh untuk pesanan yang memiliki 10
- 12 jenis operasi, sedangkan flow time yang lebih tinggi diperoleh
untuk pesanan yang memiliki 4 - 6 jenis operasi.
•	 Waktu proses pemesinan lebih kecil dari 15 % terhadap waktu alir total
manufaktur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lebih lama
menunggu, ditransportasikan atau dalam antrian (sekitar 85 % dari
waktu produksi yang dibutuhkan).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui
kondisi penjadwalan yang sebenarnya terjadi. Pokok permasalahan sebenarnya
adalah penekanan inventory yang berlebihan sehingga mengakibatkan
permasalahan yang sedang terjadi tidak terlihat dan akhirnya akan menambah
flow time. Selain itu penekanan berlebihan diterapkan pada pemenuhan tujuan
utilization dan lemahnya penentuan inventory yang sesuai.
1.1.4 TITIK LEMAH PENGENDALIAN MANUFAKTUR
KONVENSIONAL
I,	
Secara umum titik lemah pengendalian manufaktur konvensional adalah:"
•	 Walaupun pemrosesan data digunakan untuk perencanaan, pencatatan data
umpan balik, sistem pengendali aktifitas produksi serta perhitungan biaya
"
I	
untuk penjadwalan kapasitas dan penjadwalan delivery, maka nilai optimum
ketepatan proses manufaktur yang dihasilkan melalui komputer dan kondisi
sebenarnya masih sangat kecil. Sehingga perencanaan mingguan mutlak
dilakukan, dan umumnya hal tersebut disebabkan penerimaan order yang
padat, ketidaksiapan dalam menerima teknologi baru dan kegagalan proses
yang terjadi. Selain itu jadwal yang telah dibuat harus direvisi ulang setelah
dilaksanakan dalam jangka waktu yang sangat singkat.
•	 Sistem pengendali manufaktur konvensional tidak memberikan data informasi
I I:
atau indikasi yang berguna terhadap faktor yang mempengaruhi flow time,
keterlambatan, inventory dan seluruh tujuan yang akan dicapai secara
langsung. Seringkali sistem pengendali manufaktur tidak dapat mengukur
parameter yang diperlukan untuk mengendalikan kegiatan, bahkan tidak
memiliki parameter pengendali.
I
•	 Penerapan sistem yang rumit akan memberikan ruang gerak yang semakin
sempit bagi orang yang sedang bekerja untuk menentukan suatu keputusan.
Jika tidak tersedia informasi dan pelatihan yang memadai bagi perencana,
maka pembuat jadwal tidak memiliki kualifikasi sebagaimana mestinya. Pada
kondisi tersebut pelaksana akan kembali pada sistem perencanaan informal
yaitu jadwal yang telah ditetapkan tidak dilakukan sebagaimana mestinya.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa lemahnya unjuk kerja sistem pengendali
manufaktur disebabkan pemberian kelonggaran lead time yang tidak sesuai dan
lemahnya data umpan balik (feedback) yang disediakan. Untuk menanggulangi
LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
6
Tinjauan umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
hal tersebut maka perlu dipertimbangkan untuk mengimplementasikan sistem
pengumpul data terintegrasi (on-line data collection system) dan mencari metoda
pemecahan masalah untuk mengendalikan kegiatan manufaktur.
1.2	 PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN
PRODUKSI KONVENSIONAL
1.2.1 KARAKTERISTIK PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN
PRODUKSI KONVENSIONAL
Seban pekerjaan yang dihasilkan melalui order stock dan ketersediaan kapasitas
dapat digunakan untuk penjadwalan yang berhubungan dengan waktu delivery.
Penentuan kedua faktor tersebut umumnya tidak dapat dilakukan dengan teliti,
sehingga perencanaan dilakukan secara bertahap yang meliputi perencanaan
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (gambar 1.4).
•
I
<II
Productiontlltll Order Quotatione c: ~ ~
Programeu.-
Schedulling - Schedulling ..O::C:, c: Planning
tlleu
~-
I •00.
..J
•
I if
Explosion of Bill of
III Materialtll
e tll and Job Planningeu e
0:: .­
~
• c:
E I:
::::J.!l!
:co. Infinite Loading
III
and
1/1
:E Zl
Capacity Planning u
0
.0.:
I '0
t" "'"u
III
.c
III Shop Floor "0
OIl
tlltll
Controll
OIl
I: c: U.
III ._
0::1:
I
t;0­
.r=.a.
en
Gambar 1.4 Rangka kerja pada perencanaan dan pengendalian produksi
. Karakteristlk perencanaan jangka panjang terjadi pada tingkat produk yang
dldasari pemesanan atau taksiran penjualan. Pada tahap ini seringkali data
tOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
7
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
kuantitas produk dan due date tidak dapat ditentukan dengan teliti, dan juga
tidak tersedia data akurat pada struktur produk.
Pada perencanaan jangka menengah, gambar kerja dan BOM (bill of material)
merupakan syarat awal yang harus dipenuhi. 80M akan menentukan jumlah
komponen yang diperlukan dan menentukan rencana kerja. Lead time ditentukan
berdasarkan komponen yang harus diproses atau dibeli, sehingga due date
suatu pesanan dapat diketahui. Untuk setiap komponen yang mengalami proses
manufaktur, jenis operasi dijadwalkan pada routing sheet, kemudian order load
dibagikan ke work center dan perencanaan kapasitas (capacity planning)
dilakukan.
Pada perencanaan jangka pendek, penjadwalan setiap pekerjaan pada pusat
kapasitas (capacity center) dilakukan. Langkah berikutnya adalah dispatching
untuk memroses order, dan bersamaan dengan sistem umpan batik membentuk
sistem pengendali aktivitas produksi.
Karakteristik lain pada penjadwalan dan pengendatian produksi ditunjukkan pada
gambar 1.5.
Order and Capacity
• Related Actual
Schedule
Performance List
+-~ Execution 1"-'P1
Order and Capacity
• Related Master
Production
Schedule
Order
Due Dates
Workload
Capacities
I
I
I
I
I
I
I Feedback of Actual Dates I
r----------------
I
I
I
L.- _
I
Gambar 1.5Pengendalian jadwal pada pengendalian manufaktur
Penjadwalan dapat dilakukan oleh pelaksana, komputer pemroqram atau
kombinasi keduanya yang berfungsi sebagai pengendali dan menetapkan status
perencanaan sampai menjadi proses aktual. Proses tersebut dipantau melalui
pelaporan data umpan batik untuk meminimalkan gangguan pada proses
produksi. Seluruh proses tersebut diberi nama "Penjadwalan dan Pengendalian
Produksi" yang merupakan komponen sangat penting pada penjadwalan
produksi. Daur tertutup tersebut bertanggung jawab terhadap kelangsungan
aliran proses manufaktur.
f
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 8
AND CONTROL "PPC" (04 POUTEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
Pesanan berdasarkan jadwal menentukan kapan dan dimana setiap operasi
akan dilakukan, sedangkan kapasitas berdasarkan jadwal menentukan urutan
operas] yang terdapat pada work center.
Ciri karakteristik model lainnya pada penjadwalan dan pengendalian produksi
adalah pemisahan fungsi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknik
penggunaan komputer. Gambar 1.6 menunjukkan model PPC (Production
Planning and Contro/) berdasarkan tiga tingkat struktur. Model tersebut
memperbaiki struktur penjadwalan dan pengendalian produksi berdasarkan
perencanaan (horisontal) dan tingkat detailnya (dari atas ke bawah). Karakteristik
tersebut tidak memisahkan tingkat perencanaan berdasarkan jangka panjang,
menengah dan pendek.
1. Progress Control
2. Incoming Goods Receipt
3. Capacity Monitoring
4, Shop Order Monitoring
5. Customer Order Monitoring
6. Customer Order Assignment
1. Shop Order Release
2. Order Documentation
3. Resource Checking
4. Dispatch Order List
5. Material Handling Control
LEVEL 3
1. Gross Demand Calculation
2. Net Demand Calculation
3. Purchase Demand Calculation
4. Requirement Planning by Statistical Order Pont
5. Inventory Accounting
6. Inventory Allocation
7. Purchase Ordering
8. Supplier Selection
9. Purchase Order Monitoring
1. Forecasting .Finished Product
2. Forecasting Parts and Assemblies
3. Rough Planning of Production Program
4. Rough Planning of Customized Product
5. Rough Planning of Standard Product
6. Delivery Dates Estimation
1. Customer Order Management
8. Advance Time Control of Design Department
9. Advance Time Control of Process Planning Department
Shop· Order
Monitoring
Manufacturing
Assignment
Scheduling
and Capacity
Planning
Material
Requirement
Planning
Master
Production
Planning
1. Lead Time Scheduling
2. Capacity Requirement Planning
3. Load Levelling
4. Order Sequence Planning
_ 5. Capacity Evaluation
'-------'
LEVEL 2
Production
Control
Production
Planning
Gambar 1.6 Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
LOAD ORIENTED O~DER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 9
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
1.2.2 PENJADWALAN LEAD TIME DAN PENJADWALAN
KAPASITAS KONVENSIONALi.
I i
Masalah sangat penting pada penjadwalan dan pengendalian produksi adalah
menentukan waktu kapankah suatu order harus dimulai dengan diketahuinya dueI.
date dan kapankah order tersebut akan mencapai setiap work center. Masalah
tersebut dibagi menjadi dua tahap terpisah pada setiap tingkat perencanaaan.
Tahap pertama adalah meletakkan setiap order sesuai urutan kronologisnya
(gambar 1.7).
STEPS
5
4
3
2
STEPn
I
ISTEP .....
I
I
STEP 3
I
I
I
I
STEP 2
t
SfEP1
I
TIME
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Period
t -1 r-&OOd'" tBegin End
Gambar 1.7 Pembebanan tak terbatas (melalui penjadwalan ke belakang)
Waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah diperkirakan melalui pencatatan
data order sebelumnya yang diberikan melalui standard-routing sheet, atau
melalui perhitungan untuk order yang baru. Pada kasus lainnya, perhitungan
akan menghasilkan lead time (atau allowance) yang diperoleh tanpa
mempertimbangkan kondisi beban yang sedang terjadi pada pusat kapasitas
(capadty center). Proses tersebut dikenal dengan penjadwalan lead time tak
terbatas. Dengan mengasumsikan bahwa kapasitas beserta jumlah yang
diperlukan tersedia, maka penjadwalan lead time akan menentukan kapankah
suatu order harus mulai diproses untuk mengetahui due date, atau kapankah
batas akhir penyerahan pesanan yang diharapkan dengan diketahuinya start
date. Jika scheduled start date terletak pada hari sebelum jadwal dibuat atau
schedule due -dei« lebih lama dari yang direncanakan, maka keadaan tersebut
dapat ditanggulangi melalui overlapping successive operation, splitting operation
by alternate processing, atau interoperation time reduction.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 10
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvenslcnat
Setelah penjadwalan lead time dilakukan, maka langkah berikutnya adalah
pembebanan. Seban yang didapat melalui penjadwalan lead time ditambahkan
ke perhitungan beban load center sesuai dengan urutan waktu (gambar 1.8).
Pada proses ini hanya order yang telah di-release yang harus dipertimbangkan.
Kemudian profil beban tersebut dibandingkan dengan profil kapasitas yang
tersedia.
LOAD CAPACITY

(in Hrs or Days)

7
1: Undertoad
Capacity Profile
(-Available in
Standard Hours)load
Unit
T: load Profile

2
 (=Requlrement in
Standard Hours)
--+-+--_ TIME
6 7 8 9 10 11 12 13
~ Schedule Pertod
I (1 SCD, 1 week, 1 month)
( 1 week, 1 month, 1 year)
Gambar 1.8 Prinsip pembebanan terbatas dan tak terbatas
Jika kapasitas yang dibutuhkan dan yang tersedia berbeda untuk perioda yang
panjang, maka kapasitas tersebut harus disete!. Penyetelan dapat dilakukan
melalui kerja lembur, memendekkan jam kerja dalam satu minggu,
menggandakan giliran kerja (shift) atau subkontrak. Pembebanan kapasitas yang
dilakukan melalui cara tersebut dikenal dengan penjadwalan kapasitas (capacity
scheduling). Keterkaitan antara kedua metoda penjadwalan tersebut ditunjukkan
pada gambar 1.9.
Pengalaman menunjukkan bahwa penyejajaran kapasitas (capacity alignment)
secara otornatis ataupun pemeriksaan ketersediaan kapasitas jarang dilakukan.
Hal tersebut disebabkan lemahnya keandalan sistem yang dlqunakan.terjadinya
perubahan secara berkala dan gangguan pada proses produksi. Penyebab
tersebut menjelaskan lemahnya pelaksanaan penjadwalan kapasitas. Selain itu,
masalah yang timbul dapat juga disebabkan karena metoda penjadwalan
kapasitas yang digunakan.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 11

AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)

-_._._--_ .._-------~~~-
0 2 3 4 5
presetDa~ ~
Schedule Horizon
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
diberi nama interoperation time matrix yang menentukan jumlah jam atau hari
yang dibutuhkan antara work center untuk mulai mengerjakan order. TO
memiliki satuan jam. Jika TO dibagi dengan ketersediaan kapasitas perhari
(daily capacity) yang memiliki satuan jam per hari maka akan diperoleh
operation time (TOP) yang memiliki satuan hari. Penjumlah TOP dan TIO
akan menghasilkan operation lead time yang digunakan untuk penjadwalan
lead time.
Gambar 1.10 menunjukkan penjadwalan ke belakang untuk 3 order. Order 1
dan 2 merupakan proses manufaktur komponen A dan B, dan order 3
.. membentuk rakitan komponen C. Dengan menggeser ke belakang jadwal
due date, maka elemen throughput individu sub order dipetakan ke dalam
sumbu waktu yang urutannya diturunkan dari struktur produk BOM. Pada
gambar 1.10 ditunjukkan pula bahwa planned start date komponen B terletak
di belakang waktu perencanaan, sehingga due date tidak dapat dicapai atau
akan terjadi keterlambatan.
• Interoperation Time (TID) Reduction
Interoperation time reduction harus dipertimbangkan pada saat melakukan
penjadwalan konvensional. Pertimbangan yang dilakukan adalah
memendekkan TIO (yang diberikan dalam waktu standar). TIO terdiri atas
beberapa komponen, beberapa diantaranya dapat dipendekkan sedangkan
yang lainnya tidak. Mertens mengurutkan komponen tersebut sebagai
berikut:
»- Rata-rata antrian waktu sebelum suatu operasi dimulai.
»- Proses yang berhubungan dengan waiting time sebelum suatu operasi
dimulai (contoh marking).
»- Proses yang berhubungan dengan waiting time setelah suatu proses
selesai (contoh pendinginan).

»- Antrian sebelum inspeksi.

»- Waktu inspeksi.

»- Waktu antrian sebelum transportasi.

»- Transit time ke downstream work center.

Gambar 1.11 menunjukkan struktur komponen pembentuk work center lead
time, dan menunjukkan bahwa overlapping dapat dilakukan pada preparation
time (T2) dan setup time (TS). Queue time (T1),waiting time (T4) dan transit
time (T5) dapat dikurangi jika terjadi kasus keterlambatan.
Kelonggaran operasi individu dapat ditentukan dalam beberapa cara, seperti
TIO diperoleh sebagai kelipatan waktu operasi aktual. Hal tersebut umumnya
direkomendasikan jika waiting time sebelum pemrosesan dan inspection time
adalah komponen utama yang merupakan fungsi operation time. Jika waiting
time tidak bergantung pada operation time dan pemrosesan harus dilakukan
pada work center khusus, maka TIO diperoleh melalui pengalaman yang
pernah dilakukan (dokumentasi data interoperation time matrix).
LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 14
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
l. dTIea m..
W"ltlnll Operation Waiting tIranspocr
T, T2
TP~QxTU T, T. T,
I I
I I
~
Orner Atrivalll1 Work Se~up Proce!lS Order leavjng Order Arrival,lit
c.~r Concem.,d Begin Begin Work canter Downstream
Wotk Center
Q11
Queue Time TU " Time per Unit
T, m Preparation lime T, " Post Operation Time
(marking, cleaning, Inspection) (colling, deburing, Inspection)
TS m Setup lime T. "Wait lime (for trans pot)
TP " Process Time T, "' Transit lime
Q "Lot Size
Gambar 1.11 Komponen pembentuk lead time work center
Melalui penjadwalan ke belakang (gambar 1.12A) diketahui bahwa start date
terletak di belakang waktu perencanaan. Hal tersebut diakibatkan suborder 2
dan 3 lebih panjang dibandingkan dengan lead time yang direncanakan,
sehingga order tersebut dikatakan kritis. Melalui pemendekan waktu suborder
2 dan 3 pada (gambar 1.128) dijumpai bahwa start date order terletak di
depan waktu perencanaan. Kemudian start date order 1 digeser ke depan
untuk menghindari waktu tunggu yang terlalu lama (gambar 1.12C).Contoh
tersebut menunjukkan rumitnya perhitungan yang harus dilakukan, yang
mana setiap tanggal harus dibaca, diubah, diperiksa dan ditulis kembali
untuk setiap operasi order yang bersangkutan.
131211
Ol"dll!lrNo.1
" 1Z 13
Order ~o_ 3
Z1 32
Ol'derNo.2
21 Z2 ZZ .. 2'
C} Aftet Reschedullng of Order No.1
B) After U,ad Time Reduction of Critical Order NO.1 and 3
A) After Bal;kW/ird St::heduUlng
- stQrlng TIme
Gambar 1.12 Langkah penjadwalan order
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 15
AND Cd'NTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
•	 Operation Overlapping
Walaupun pengurangan TIO sudah dilakukan, suatu saat akan dijumpai pula
bahwa due date tetap tidak akan tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut
maka digunakan metoda lain yaitu overlapping atau splitting. Overlapping
adalah memroses order dengan jumlah yang lebih kecil dari jumlah total yang
harus dikerjakan, kemudian memindahkan langsung ke work center
berikutnya dan memulai proses berikutnya dengan segera (gambar 1.13).
Lot Lead Time
I..
2 3
II	 Sublot
I I I I I , I I I I , I I I I I Work Center 'A'
I I I TIO,
I I [,------,1-----=-----;;m------lITW,1 I TI02 , .. ..I
I I I IITW2
I	 TIO, .---...:..-------.l.. I It " ' l ,
I	 1 I 1
I 1
I T5. 1 TP.=QxTU.
1
1
Work Center '6' 1-1---1I-+-+-+-+-+-+-+-+-I--iI-t--+-+-+-+-iI I I I I	 I I I I I I I I I I I
Over1applng Time
Lot Lead Tima S
Over1applng Lot Lead Time A + B
Gambar 1.13 Pelaksanaan overlapping
Lot terdiri atas 15 kemponen sejenis dan dibagi menjadi 3 sublet yang terdiri
atas 5 kemponen. Setelah sublot pertama selesai dikerjakan di work center
'A' kemudian dikirimkan ke work center 'B' selama T101. Work center 'B'
kemudian melakukan setup selama TS8 , kemudian mulai memroses sublot 1.
Cara yang sama dilakukan untuk sublot 2 -dan 3. Walaupun waktu proses
yang berurutan sarna, maka TIO akan berbeda. Ditunjukkan bahwa TIO work
center 'B' lebih panjang dari work center 'A'.
Pada kenyataannya overlapping hanya dilakukan jika jumlah waktu yang
dapat dihemat perlu dipertimbangkan. Pemendekan waktu melalui cara
tersebut akan mengakibatkan penambahan biaya transportasi sublot,
penjadwalan yang lebih rumit dan pengkoordinasian antara work center yang
lebih baik. Selain itu akan memerlukan usaha yang lebih besar pada
dispathcing dan pemantauan jadwal.
i : i
•	 Operation Splitting
Operation splitting merupakan suatu alternatif selain pelaksanaan operation
overlapping, yang mana lot dibagikan ke dua atau lebih work center. Gambar
1.14A menunjukkan lead time lot yang tidak dipisah (unsplit) yang terdiri atas
15 bagian pada work place 'N'. Gambar 1.148 menunjukkan pemisahan
jumlah lot menjadi 3 sublet yang jumlah bagiannya sarna dan didistribusikan
ke work center'N', 'M' dan 'P'.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 16
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
I I
---"-"--'."""----------------------------­
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
Lot Lead Time
I" 2 3
II	 Sublot
Work Center 'N' I I I I I I I I I I I I I I I I I A) Unsplit Flow
I" Lead Time Split 1 .. ,
TSN TP1N" Q I axru,
Work Center 'N' 11-----+-+-1-+-+-1 Split 1111111
Lead Time Split 2
Work Center 'M' fooll"'~--='-----'-"""""'--~"'1
I
1----+--+---+-+--11 Split 2 B) Split Flow
I
I" Lead Time Split 3 ...,
I
I
I
TSp
TP3P '" Q 13xTUp
I
I
Work Center 'P' 1IIII1 I Split 3
I
I
Lot Lead Time With Split I...	 ..,
I
Gambar 1.14 Pelaksanaan splitting
Pemendekan lead time akan menambah setup time pada work center 'M'
dan 'P', sehingga akan mengakibatkan penambahan biaya dan mengurangi
ketersediaan kapasitas pada work center yang bersangkutan. Selain itu,
setiap sublot memerlukan penambahan paper work, dan jika mesin yang
digunakan berbeda maka akan memerlukan operation sheet, fixture, tooling
dan program NC yang berbeda. Oleh karenanya peruacwatan harus
dilakukan dengan sangat teliti untuk mencapai waktu yang telah
direncanakan. Selain itu, operation splitting memerlukan cara perencanaan
dan pemantauan yang sangat berpengalaman, sehingga akan memerlukan
biaya yang cukup besar. Umumnya operation splitting hanya dilakukan pada
kondisi khusus untuk memecahkan masalah yang disebabkan oleh waktu
setup yang sangat tinggi dan penentuan jumlah lot yang tidak sesuai.
Hasil dari proses penjadwalan yang dilakukan harus mempertimbangkan
ketidakpastian interoperation time, ketidakpastian dan rumitnya perencanaan
untuk mengurangi lead time pada order kritis.
1.2.2.2 TAHAP PENJADWAlAN KAPASITAS
•	 Pembebanan Terbatas (Finite Loading)
Langkah pertama pada penjadwalan kapasitas adalah member; beban ke
work center melalui perhitungan kandungan keria setiap operasi yang
berhubungan dengan urutan waktu (gambar 1.15). Kapasitas yang
LDAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 17
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
berhubungan penjadwalan (capacity-related schedule) dihasilkan mela
order yang berhubungan dengan penjadwalan (order-related schedule). We
center yang memiliki mesin secara teknis sarna akan membentuk sebu,
pusat beban (load center). Waktu pembebanan umumnya satu hari kerja di
perioda perencanaan umumnya satu minggu. Order yang memiliki wak
penyangga dan bukan merupakan jalur kritis pada jaringan jadw,
, '
l­ ,
dijadwalkan melalui earliest start date.
'Order-Related' Scheduling
12 13 14
Order NO.1
I
, 11
I
jJJ- :
I
.]j II
-+r-r--l ~ Time
...
2"' ...c
o
B ~
s:; Oll 12
ell E
o C.
'tl .-
I1l :::l
o 0"
.Jw
c c
II
o ~
T
:; 13e
:::l

'tl

e
~ .II ,D
, I
14
'Capacity-Related' Scheduling
11 13 14
Order No.1H----- ---+-+--H
21 22 23 24
r--+--t---t-I I---~ OrderNo.2
31 32 33 34
Order No.3r-++-++-+---H
....
o.......
$ c
C ll

ll E

Uc.
"'C .-
III :::I Ao 0"
...Jw
C
o
:;
o
:::l

"'C

e
e:. B
31
32
21
H
1 2 3 4
Time Period
Gambar 1.15 Hubungan order dan kapasltas terhadap penjadwalan
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 11
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
- 7! ~~'i
•
.. 1~r: ..
,;I ..
Tirijauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
Penyetelan Kapasitas (Capacity Adjustment)

. Hasil yang diperoleh melalui pembebanan adalah profil beban. Beberapa

kondisi profil beban dapat dilihat pada gambar 1.16.

Demonstrated
Load Capacity C
Capacity

(in Hrs) -+-+---f-+-1r-+-j-----t-lr+--f---I----f--t--L.

Time Period T
....-r-r-T"""r-r-"T""'lr-T''''T"'"r-r...,.."T'''''Ir-r-r-I'''''T''"T'"T''''''r-... (in Days)
A) Short·Tenn Fluctuation In Load: Load Levelling Required
Load
Capacity

(in Hrs)

--r...,.................,.....,......-.-......,.-.-...................--.........,....,...,-...Time Period T

(in Days)
B) Medium-Term Fluctuation In Load: Capacity Adjustment Required
Load
Capacity -.t--~==::-._---'==-----(in Hrs)
....-r-r-T"""r-r-.,....,I"""T"-r-,...,.-.-'T""'lr-T'...,-r-T...,.........- ... Time Period T

(in Days)
C) Undercapaclty and Fluctuation: Capacity Increase and Load Levelling Required
load
Capacity

(in Hrs)

Time Period T
I-T-.-.,.-,'"""'T"'~r-T'...,...-r-T-r-.,.....,r-T"-r-,...,.-r-.,......,~..... (in Days)
0) Overcapacity: No Corrective Action to Be Taken
Gambar 1.16 Pangaturan kapasitas dan pembebanan terbatas setelah

penjadwalan

Pada kasus 'N beban bervariasi di sekitar nilai kapasitas normal pada
perioda yang pendek, Untuk mengurangi fluktuasi yang terjadi maka
dilakukan pergeseran operasi dalam batas waktu yang dapat ditolelir atau
melalui alternate processing untuk menghindari idle time atau overload pada
work center. Pada kasus 'B' terjadi pengurangan beban di tengah perioda
waktu, sehingga kapasitas harus dikurangi metalui pemendekan giliran kerja
atau mengurangi jumlah mesin yang digunakan. Pada kasus 'C' terlihat
bahwa kapasitas terlalu kecil, sehingga kapasitas dinaikkan melalui kerja ;
. Ilembur, dan fluktuasi yang ada dapat ditanggulangi seperti pada kasus 'A'. II
I'
Kasus '0' tidak memerlukan tindakan koreksi. I
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAJ PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 19
AND CONTROL "PPC" (04 POUTEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
• Penyejajaran Kapasitas (Capacity Alignment)

Penyejajaran kapasitas dapat dilakukan melalui beberapa cara (gambar

! ;
1.17). Overload dapat ditanggulangi melalui subkontrak atau alternate
processing, dengan asumsi bahwa fixture, tooling dan lembar kerja telah
tersedia pada work center.
Machine A Time
A. Subcontracting B. Alternate Routing
"C "C
ell ell
o o
...J ...J
Time
Machine A
Machine 8
Machine C
Machine 0
Machine E
~e
e~
~e" i$-~
<:-'tf
'?'~~v
C. Alternate Processing C. Combination of Band C
Gambar 1.17 Penyejajaran kapasitas melalui modifikasi beban
Melalui alternate routing (kasus 'B'), dicoba untuk menggeser operasi ke
depan dalam batas waktu yang diijinkan. Beberapa penults telah rnelakukan
pengujian mengenai rnasalah yang timbul pada penyejajaran kapasitas.
Berkamp mengembangkan metoda nilai relatif keterlambatan yang melihat
order sesuai dengan prioritas penyejajaran kemudian menggesernya sampai
perbedaan diantara profil beban dan profil perhitungan kapasitas berada di
dalam toleransi yang dapat diterima.
Semua metoda penyejajaran dilakukan dengan mengasumsikan tidak terjadi
hambatan dan perubahan pada proses produksi, dan pekerjaan akan tiba
pada work center sesuai jadwal. Masalah yang akan timbul dan dijumpai
kemudian adalah ketidakpastian dalam penjadwalan lead time.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 20
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
1.2.3 EVALUASI PENJADWALAN LEAD TIME KONVENSIONAL
HasH allowance dan penjadwalan kapasitas konvensional ditunjukkan pada
gambar 1.18. Urutan operasi setiap work center ditentukan dengan optimal
melalui perhitungan yang rumit. Sesuatu yang tidak dipertimbangkan adalah
pelaksanaan setiap order yang terlihat kaku (tidak fleksibel) sesuai dengan
urutan waktu pelaksanaannya. Kondisi sebelumnya menunjukkan bahwa setiap
elemen operasi dapat digeser pada rentang waktu yang fleksibel (beberapa hari)
dan relatif besar bila dibandingkan dengan waktu operasinya. Setelah
penjadwalan kapasitas dilakukan maka rentang waktu tersebut rnen[adi lebih
keeil (sekitar satu jam atau lebih kecillagi), sehingga buffer time yang dianggap
dapat mengkompensasi hambatan dalam produksi (pasti teriadi) tidak tersedia
pada awal proses.
Work Center
I
r-------I!lmf--'--~~0-------1~
I
6
5
4
3
2
Order 1
'.
Work Center A c::::>
TimeSchedule Period
Gambar 1.18 Diagram penjadwalan terbatas
Konsekuensi pendekatan tersebut adalah terjadinya keterlambatan pada
susunan operasi yang dlsebabkan ketidakhadiran operator atau terjadi
.... kerusakan mesin atau peralatan. Akibatnya akan terjadi keterlambatan pada
. work center yang bersangkutan. Sehingga semua operasi berikutnya akan
•....	 mengalami keterlambatan juga. Jika satu atau beberapa order disusun dengan
cara tersebut (walaupun interoperation allowance dikurangi pada batas minimum
yang diijinkan) maka konsekuensinya adalah terjadi keterlambatan order yang
mengakibatkan prioritas order menjadi tinggi. Sehingga seluruh penyeimbangan
jadwal yang dilakukan (dengan rumit) akan menjadi kaeau.
Hal tersebut menunjukkan mengapa penyejajaran kapasitas konvensional jarang
digunakan pada industri manufaktur dewasa ini. Kondisr tersebut diakibatkan
prosedurnya yang rumit dan -diragukan keandalannya. Suatu alternatif umum
adalan menggunakan daftar beban (load list) yang ditentukan pada saat
penjadwalan order. Daftar tersebut digunakan sebagai rekomendasi penjadwalan
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 21
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
----------_..._------_._-­
]
, I
I
I,
]'
I
: II
,I:
"" i
I
i
i
II	 "
I I
I 1
_. '+1',1,
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan PengendaJian Konvensional
terbatas pada saat kegiatan dilakukan. Urutan operasi suatu order ditentukan
oleh foreman atau oleh dispatcher melalui persetujuan foreman. Pengurutan dan
pengalokasian operasi order ditentukan berdasarkan kriteria teknis pekerjaan
pada mesin, kualitas personal, prioritas order dan minimasi setup time. Sebelum
hal tersebut dapat dilakukan maka tooling, fixture, lembar kerja dan program NC
harus tersedia.
Melihat kondisi tersebut maka timbul suatu masalah yaitu bagaimanakah cara
yang memungkinkan untuk melaksanakan pemenuhan order sesuai jadwal
dewasa ini, walaupun terdapat kelemahan pada metoda penjadwalan
sebelumnya (secara konvensional). Suatu distribusi lead time dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Gambar 1.19 menunjukkan distribusi pada work center
tunggal yang diperoleh melalui penelitian pada pabrik pemesinan presisi.
i!.,.,u
A
J
I
I I Mean Value 13.6 DaY" AI Expnoss Order
e
..:::I
t:r
eu.
15
7% ),,
, ,
,,
I
• Top - Priority
• Urgent Demand
• Behind Schedule
"»:
(
I B
I
C 0 al Nonnal Order
I
I 38% 40% 15%
10
I
I I
• Known Requirements
I
I	 I CI Deferred OrderJ
I	
I •	 Pull - Ahead Start
.	 • Requirements
Reduction
I •	 Due Dates Change
5
D I Neglected Order
•	 Unknown Demand
•	 Order Backlog
Sediment
o	 -..,.-+---_Flow TIme (in DayS)
o	 6 10 16 20 26 30 > 30

Percentages Retelling to Work Content in Standard Hours

Gambar 1.19 Distribusi flow time suatu work center mesin bubut
Order diproses pada work center mesin bubut selama 16 minggu dan
dikelompokkan berdasarkan lead time dikalikan unit kandungan kerja (work
content). HasH perkalian yang diperoleh disebut weighted flow time. Pencatatan
lead time dilakukan pada saat order meninggalkan upstream work center dan
pada saat meninggalkan work center terkait, sedangkan unit kandungan kerja
diperoleh melalui lembar operasi. Langkah berikutnya menentukan prosentase
order per kelompok lead time.
Distribusi tersebut menunjukkan varian flow time yang lebar dan harga rata-rata
flow time yang tinggi, yaitu 13,5 hari kerja. Jika order dibagi menjadi empat
kelompok berdasarkan penurunan prioritas maka dapat disimpulkan bahwa :
>- Express order sebesar 7%. Yaitu order yang melalui work center dengan
prioritas tertinggi (flow time sampai 1 hari kerja). Order tersebut umumnya
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 22
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
.merupakan order dengan permintaan prioritas tinggi dan telah mengalami
keterlambatan.
»	 Normal order diasumsikan memiliki flow time sampai dengan 10 hari kerja.
Kelompok ini memiliki jumlah order sebesar 38%, dan order tersebut harus
diselesaikan mendekati masa yang akan datang.
»	 Deferred order yang memiliki lead time sampai dengan 20 hari kerja. Order
tersebut merupakan order tidak panting yang mulai diproses mendahului
jadwal karena ketidakpastian pada penjadwalan. Disebut juga order pengisi
kekosongan (filling order), atau order economic lot (karena prioritas order
tertinggi dan jika proses ditangguhkan maka lot tersebut tidak lama lagi akan
menjadi order urgent), atau order yang mengalami penundaan due date.
);>	 Neglected order, yaitu order yang permintaannya tidak jelas karena
pengubahan teknls, atau order yang proses berikutnya dihentikan oleh
bagian pemeriksa kualitas, atau order yang dibatalkan.
Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat dinyatakan bahwa hanya order
sanqat penting yang dikerjakan sesuai jadwal. Kelompok lainnya dipandang tidak
penting selama pemantauan jadwal, sehingga diabaikan pada saat menilai unjuk
kerja penjadwalan. Selama metoda penjadwalan konvensional tidak menjelaskan
tujuan yang ingin dicapai (pembuktian data statistik pada lead time, unjuk kerja
penjadwalan dan inventory yang terjadi), maka beberapa perusahaan merasa
yakin bahwa sistem yang sedang dilaksanakan tidak mengalami gangguan.
Umumnya informasi yang tersedia hanya berupa data pemberdayaan (utilization)
fasilitas. Kondisi sebenarnya umumnya menunjukkan bahwa:
);> Order dan operasi memiliki varian lead time yang lebar.
);> Penjadwalan lead time hanya dilakukan untuk order penting. Penundaan
order menyebabkan inventory yang tinggi dan terhambatnya proses produksi.
);>	 Metoda penjadwalan dan pengendalian produksi umumnya tidak dihitung
berdasarkan fakta bahwa flow time merupakan variabel yang ditentukan
berdasarkan aturan statistik.
);> Flow time, inventory, utilization dan unjuk kerja penjadwalan (variabel proses
produksi) tidak dapat diukur dan tidak pernah diperiksa.
» Tidak tersedianya petunjuk atau metoda untuk menentukan allowance.
Sehingga dapat disimpulkan tidak ada teori realistik ataupun yang dengan jelas
mengulas aliran proses manufaktur dan menggambarkan hubungan tujuan yang
akan dicapai, yang akan memberikan dasar bagi pengembangan metoda baru
untuk melakukan penjadwalan dan pengendalian produksi.
1.2.4 KEBUTUHAN METODA BARU UNTUK PENJADWALAN
DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Untuk menanggulangi kesulitan pada saat melakukan penjadwalan dan
pengendalian produksi, maka alternatif yang dapat dilakukan adalah :
);> Menggunakan workstation pada model dialog di dalam atau dekat bengkel.
.. Kemungkinan dilakukannya integrasi melalui main frame atau jaringan
komputer.
.... Menambah ketersediaan software umum untuk memroses dan melindungi
data masal.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 23
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
i
i .
i '
I,
·1 :
. I
• J
I
L

Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
}> Mengintegrasikan evaluasi dan merepresentasikan kegiatan dalam bentuk
grafik (diagram).
}> Penggunaan sistem pengumpul data dengan biaya murah.
Pada pelaksanaannya perangkat tersebut digunakan untuk mendata tanggal
dimulainya (start date) dan berakhirnya (end date) suatu proses. Data tersebut
kemudian dikumpulkan dan diproses untuk mendapatkan laporan kemajuan dan
parameter proses yang dilakukan. Pada sistem produksi job shop, seringkali
penjadwalan tidak dilakukan dan laporan kemajuan proses produksi hanya
ditunjukkan pada papan perencanaan. Dewasa ini pengendalian dilakukan
melalui tampilan grafik atau diagram yang memiliki kemampuan komunikasi.
Pemantauan terhadap masuk atau keluarnya suatu order merupakan hal yang
penting, sehingga pengendalian inventory dan lead time dapat dilakukan.
Pendapat tersebut dijelaskan rnelalui model berikut (gambar 1.20).
----- _.----- -~~--~-
lJManufacturing
Lead Time
!
Input Rate
Output Rate
Gambar 1.20 Situasi order pada perusahaan
Laju masuknya order ditentukan dan dikendalikan oleh laju keluarnya order. Laju
keluarnya order dipengaruhi oleh kapasitas (variabel yang dapat diatur). Jumlah
work in process (WIP) ditentukan oleh laju masuk dan keluarnya order sehingga
lead time dapat ditentukan.
Melalui uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah pertama yang
diperlukan adalah menentukan kebutuhan sistem pengendali manufaktur yang
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 24
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Tinjauan Uinum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional
dapat dipertahankan pada masa yang akan datang. Kebutuhan tersebut harus
mempertimbangkan beberapa hal seperti:
).. Sistem yang digunakan harus mewakili dan sesuai dengan model proses
manufaktur yang dapat disimulasikan pada komputer sebagai sebuah proses
yang stokastik.
»	 Sistem yang digunakan harus memungkinkan penggunaan strategi
pengenda/ian yang berbeda untuk mengatasi situasi pasar penjualan atau
teknologi produk yang dipesan.
»	 Pengukuran dan pengendalian terhadap flow time, inventory, schedule
performance dan utilization dapat dilakukan seperti pada analisis deviasi
proses produksi.
»	 Sistem yang digunakan memungkinkan pemeriksaan kualitas data umpan
balik,
Daur pengendalian proses produksi harus dapat memeriksa kualitas data umpan
balik yang diperoleh melalui pengukuran. Jika prinsip dasar yang telah dijelaskan
sebelumnya tidak diikuti maka beberapa sistem perencanaan dan pengendalian
produksi akan gaga/ da/am pelaksanaannya. Kondisi tersebut disebabkan
ketidakmampuan sistem yang digunakan untuk menyesuaikan diri dengan
kebutuhan produksi modern. Esensi dari semua tuntutan pada penjadwalan dan
pengendalian produksi modern adalah membuat pemodelan proses manufaktur
yang realistik. merepresentasikan proses tersebut secara konkrit dan menunjang
empat tujuan dasar pengendalian manufaktur yang saling terkait satu dengan
lainnya.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 25
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Pengantar Load Oriented Manufacturing Control
BAB II
PENGANTAR LOAD ORIENTED
MANUFACTURING CONTROL
2.1 PENDAHULUAN
Untuk mengatasi masalah akibat penjadwalan dan pengendalian produksi
konvensional, maka akan dikenalkan suatu metoda pemecahan masalah yang
dlsebut Load-Oriented Manufacturing Control. Metoda tersebut akan
menggantikan proses backward scheduling, finite loading, capacity alignment
dan sequencing pada metoda penjadwalan dan pengendalian konvensional.
Load-Oriented Manufacturing Control akan mengendalikan seluruh variabel
produksi berupalead time, inventory, utilization dan schedule deviation (lateness)
melalui suatu model proses produksi. Proses pengendalian direpresentasikan
melalui diagram throughput atau model funnel, dan akan memantau seluruh
variabel proses melalui diagram atau model tersebut. Order release dilakukan
pada tingkat pengendalian job-shop jangka pendek (gambar 2.1).
Sales

Forecast

I 1
Manufacturing Long-Term
Sales Stock
Capacity
, Horizon: 12 - 18 Month
Planning in $
I
Master

SchedUle

1 I
Stock-on-Hand Capacity Levelling
Order Planning
and Alternate
Horizon: 6 Month
Stock-on-Order Processing
I 1Job-5hop

Load

I I
Current
Job· Shop Control
Produetlon
Horizon: A Few WeekS
Status
Load Limit
T IOrder
release
Gambar 2.1 Tiga tingkat pengendalian manufaktur
LOAD ORIENTED ORDER RJ:LEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 27
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
Pengantar Load Oriented Manufacturing Control
Sebelum order release dilakukan maka tahap perencanaan yang harus dilalui
adalah:
•	 Tahap perencanaan order yang memiliki tuiuan menghasilkan job-shop dan
purchase order yang feasible.
•	 Tahap perencanaan manufaktur yang memiliki tugas menyetel kapasitas
yang diperlukan terhadap ketersediaan kapasitas untuk jangka panjang.
Pengendalian job-shop akan terlaksana dengan baik jika perencanaan tahap
sebelumnya dilakukan dengan baik. Untuk mengimplementasikan Load-Oriented
Manufacturing Control diperlukan beberapa tahapan, yaitu (gambar 2.2):
( CONTINUOUS PLANNING AND OPERATION PROCESS 1
Y?
MANUFACTURING
ANALYSIS
• Orders
• Work Centers
• Operations
~ 'i(M'""-'"'"P~l[ Feedback Accuracy
Improvement Improvement
~
MONITORING SYSTEM
~.w.,,~·~. ___ • Actual Data J
• Planned Data
• Deviation Analysis
• Measures
®
, ,
, L
Checking of the

Present Manufacturing

Control

MANUFACTURING

CONTROL

•	 Load-oriented Order
Release
•	 Schedule-oriented
Capacity Planning
G).·······@
Sequence of
Implementation
Gambar 2.2 Tahap implementasi Load-Oriented Manufacturing Control
•	 Tahap 1:
Merupakan tahap analisis manufaktur. Tahap ini memiliki tujuan untuk
mendapatkan data flow time dan lateness yang akurat, dan akan menjelaskan
hubungan antara inventory, lead time dan utilization. Selain itu, titik lemah
pada sistem umpan balik dapat dijumpai, dan melalui indikasi yang ada akan
ditunjukkan bagaimana cara memperbaiki sistem umpan balik dan cara
membagi kapasitas ke load cencer.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 28
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BA~.lDUNG)
Level
Model
;,,0"
pengantar Load Oriented Manufacturing Control
Tahap 2:•
Hasil analisis manufaktur yang dilakukan akan dilanjutkan dengan perbaikan
teknis dan organisatoris berupa pemendekan lead time dan pengurangan
inventory.
Tahap 3:•
Selain proses perbaikan aliran manufaktur melalui pengukuran parameter

teknis, maka perhatian harus ditujukan pula pada perbaikan data umpan

balik.

Tahap 4:
•
Sistem pemantauan hanya dapat diimplementasikan jika kualitas data umpan
balik memenuhi syarat. Sistem tersebut akan mengijinkan pelaksanaan
pemantauan secara permanen terhadap data kunci yang relevan, dan
perbaikan yang diperlukan melalui bantuan sistem pengendali manufaktur
dan aktifitas yang ada.
Tahap 5:•
Sistem pengendali manufaktur yang ada akan memerlukan perbaikan juga.
Pada tahap ini, implementasi Load-Oriented Manufacturing Control harus
dipertimbangkan secara cermat.
yang digunakan untuk merepresentasikan proses produksi berupa
diagram throughput atau model funnel (gam bar 2.3) yang akan menggambarkan
kejadian input dan output order berdasarkan tuluan pengendalian lead time,
inventory, utilization dan lateness secara grafis.
Work
(in H1'5)
Arriving Orders

Input in

( Input (HRS) )
Reference
Period
Inventory ....J.-...--..t----""'-----+--- L1

Initial
Inventory
Time
Reference Period
(in SeD)
Output in
Reference
Period
-----;"<-+" Ideal
Output

Actual
Output
a=PE
m
Trend
Ideal
Input
~~-----------~-----~---~~------------~----~
_
Processed Orders
( Output (HRS) )
Gambar 2.3 Penurunan diagram throughput dari model funnel
Beberapa data kunci diperlukan pada tahap perencanaan untuk mengetahui
status produksi tahap perencanaan dan status produksi aktual. Perbedaan status
yang terjadi akan dipantau melalui sistem pemantauan permanen terhadap data
kunci dan diagram throughput untuk mengetahui penyebabnya, sehingga
memungkinkan dilakukannya tindakan perbaikan.
LOAD ORfENTED ORDER RELEASESEBAGAIPENGANTAR PRODUCTION PLANNING 29
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
- - - - - - - - -
---'l
, ,
I
I
I
I
I
Ii,,
:! I
. I, I
I .:
.....-I-......~

1Pengantar Load Oriented Manufacturing Control
1
Data kunci tersebut berupa:
•	 Distribusi frekuensi relatif dan absolut untuk simple lead time dan weighted
lead time.
•	 Simple mean operation time dan weighted mean operation time.
•	 Simple mean operation time percentages dan weighted mean operation time
percentages,
•	 Deviasi standar pada simple mean lead time dan weighted mean lead time.
•	 Koefisien variasi pada simple lead time dan weighted lead time.
Metoda pengendalian flow time pada shop floor melalui pengendalian input
aktual terhadap output yang direncanakan disebut Load-Oriented Order Release.
Untuk memastikan now time spesifik pada work center maka mean inventory
harus diusahakan konstan, hal tersebut diakibatkan karena mean inventory
merupakan variabel pengendali mean flow time. Akibatnya inventory setiap work
center harus dikendalikan untuk menghindari terjadinya iddle time dan
mendapatkan pemendekan lead time. Pada prinsipnya, Load-Oriented Order
Release mengasumsikan bahwa kapasitas pada work center telah ditetapkan
dan diseimbangkan, sebaliknya suatu algoritma akan menolak order yang akan
menyebabkan overload penumpukan (bottleneck) kapasitas (gambar 2.4).
Penyetelan kapasitas ditunjukkan melalui diagram throughput.
$==-----TIme Limit
,Order
5
4 :~I I
3 :~
I I I
2~
1~
Step 1
Scheduling
3 4
Period
Step 3
Release
Work
Step 2
Conversion
41
0
A B C 0
Work Centers
o[]I EJ Re'eVllnt, Converted Orders
Ord"rStoek
Gambar 2.4 Tahap Load-Oriented Order Release
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 30
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
.Pengantar Load Oriented Manufacturing Control
Untuk menjamin penjadwalan input order (lead time. telah diasumsikan) yang
tldak diperkirakan sampai dengan perioda yang akan datang dan menjamin
ketersediaan kapasitas untuk order tersebut (walaupun perioda yang diminta
'belum direncanakan) maka penjadwalan lead time order dan penghitungan ulang
'beban yang akan datang (yang dihitung pada masa yang bersangkutan) harus
termasuk pada proses release.
Sebelum tahap Load-Oriented Order Release dilakukan rnaka sebagai titik awal
proses relese adalah menentukan jenis, kuantitas dan due date untuk order
shop-floor yang dilakukan selama perencanaan order. Selain itu harus diketahui
juga routing untuk order, penetapan kuantitas, sequence operasi, jumlah work
center, waktu setup dan waktu proses per unit. Tahap yang harus dilakukan
adalah:
•	 Tahap 1:
Penjadwalan ke belakang untuk semua order yang diterbitkan dan belum di­
release. Harga lead time perencanaan (allowance) diasumsikan menjadi
weighted mean lead time setiap work center yang ditentukan sebelumnya.
Perbedaan waktu antara time limit dan waktu pada saat perencanaan
dilakukan disebut dengan anticipation horizon yang diukur dalam jumlah
perioda. Penjadwalan ke belakang akan menghasilkan daftar order sebelum
di-release yang diurutkan sesuai start date. Start date order pertama mungkin
terletak di masa yang lampau. Order yang terletak di bawah time limit
diklasifikasikan sebagai order urgent. Tahap pertama akan menghasilkan:
~ Daftar order non-urgent. Order tersebut ditunda dan akan membentuk
inventory order yang tidak di-release sampai dengan perioda penjadwalan
berikutnya, dan akan mengalami proses release kembali bersamaan
dengan order yang telah diterbitkan tetapi belum di-re/ease.
}>	 Daftar order urgent berikut start date yang direncanakan, sequence
operasi (berikut waktu standar dan work center) dan exit date yang
direncanakan, semuanya disusun berdasarkan start date yang
direncanakan.
•	 Tahap 2:
Mengevaluasi apakah order urgent akan rneniumpai kondisi inventory yang
dijadwalkan pada setiap work center setelah order tersebut di-release.
•	 Tahap 3:
Memeriksa apakah load limit setiap work center yang dilalui order release
tidak terlewati akibat proses release yang dilakukan. Jika load limit pada
suatu work center terlewati maka order tersebut akan ditolak dan didaftar
sebagai order non-feasible. Order tersebut bersamaan dengan order non­
urgent dan order yang dijadwal ulang akan masuk kernbali ke proses
penjadwalan lead time perioda berikutnya. Setiap order hanya akan di­
re/ease satu kali.
Load-Oriented order release akan rnenghasilkan daftar order:

~ Non-urgent

~ Urgent

~ Non-feasible

}> Release

Pada beberapa kondisi khusus, metoda tersebut akan mengijinkan bahwa order
yang tidak di-re/ease dapat dikerjakan lebih awal. Sebagai contoh, jika dilakukan
penambahan kapasitas jika terjadi bottleneck.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 31
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
· Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
"BAB III
LEAD TIME SEBAGAI KUNCI PENENTU
;KEBERHASILAN PENGENDALIAN
';'MANUFAKTUR
3.1 PENDAHULUAN
Work center lead time dan order lead time merupakan elemen dasar pada
perencanaan dan pengendalian produksi. Sehingga definisi lead time beserta
komponen waktu pembentuknya harus ditentukan dengan [elas dan detail.
Perencanaan, pengukuran dan pemantauan lead time merupakan kegiatan
penting pada saat penjadwalan dan pengendalian produksi. Umumnya,
pengukuran lead time jarang dilakukan secara periodik, tetapi hanya dilakukan
pada saat penelitian i1miah atau studi pemecahan masalah dilakukan.
Pada awal 1963, Tully (rnelalui pengalamannya sebagai manajer pabrik mesin
perkakas) mengemukakan bahwa:
"Lead time aktual suatu operasi umumnya 5 hari kerja. Pada komponen
yang memiliki tingkat kepresisian tinggi, waktu standar per operasi besar,
jumfah operasi banyak (sampai 20 operasi) dan membutuhkan waktu
lama pada saat pemeriksaan setiap operasi, maka akan dibutuhkan lead
time yang lebih lama. Waktu tunggu (komponen lead time) sejak
diterbitkannya raw material sampai proses selesai sekitar 90 % sampai
dengan 95% dari waktu total. Penelitian terhadap waktu lead time pada
suatu pabrik menunjukkan kodisi:
~ Waktu tunggu sebelurn proses dirnulai 75 %
~ Waktu proses 6 %
» Waktu tunggu antara proses dan transportasi sampai inspeksi 7 %
» Waktu tunggu sebelurn inspeksi 7 %
~ Waktu inspeksi dan transportasi ke downstream work center 2 %
» Gangguan atau terhentinya proses 3 %
Hasil tersebut menunjukkan kondisi buruk pada perusahaan yang
sebagian diakibatkan oleh jenis produksi. Prosentese yang
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 33
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
diperoleh menyarankan perlunya dilakukan pemeriksaan lebih teliti
terhadap masalah pengurangan lead time",
Masalah tersebut menjadi tujuan penelitian skala besar sekitar 10 tahun terakhir
ini. Pada tahun 1972, Hackstein melaporkan hasil penelitian pertamanya
berkenaan dengan studi waktu terhadap tiga perusahaan. Laporan yang lebih
detail dipublikasikan oleh Stommel dan Kunz pada tahun 1973. Gambar 3.1
menunjukkan diagram yang diperoleh melalui penelitian tersebut dan
membuktikan apa yang telah disimpulkan oleh Tully, dan masih relevan dengan
kondisi beberapa perusahaan dewasa ini.
: 5.9 Days per Operation
: 6.8 Days
: 207.4 min (=3.5 Hrs)
~.......
85%1
- - - - 1
75%
_ 5%
~3%
L2 %
----------------~
Job-Shop and Small-Batch Production
Intermittent Production
32 Work Center
3,000 Operation
Investigation Period of 4 Month
Key data:
Mean Lead Time
Standard Deviation of Lead Time
Mean Order Time
Basis of Investigation
-I Flow Time
I
- Operation Time
("'Setup T. + Process T.)
'- Transit Time
r-- Check Time
'- Waiting Time
I
--..j Process - Dependent IWaiting Time
---1 Storing Time
I
---1 Machine Down Time I
4Operator - DependentIWaiting Time
, 100 %
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I

I

:
Gambar 3.1 Komponen flow time pada pabrik pengolah logam (sistem
produksi seri dan job-shop)
Laporan tersebut menunjukkan suatu kenyataan bahwa waktu proses
(komponen lead time manufaktur) umumnya lebih kecil dari 10%. Sebagai
konsekuensinya maka pengukuran untuk mengurangi lead time akan membantu
pelaksanaan pengurangan waktu tunggu sebelum proses. Hasil penelitian
menunjukkan juga bahwa lead time aktual (flow time) pada suatu work center
tunggal bervariasi pada batas waktu yang lebar. Gambar 3.2 menunjukkan rata­
rata lead time pada work center dan deviasi standar pada 32 work center untuk
pabrik yang sarna.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 34
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
l.ead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
- :.''''''-. : "~-,...-- -.­ ,
~ -~~~ •• .:._,. ~-'''''''''< •
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
- .. -, ,..-. """ ~ ~
::~,; ,~'- _:~ ~ ~: ~~::"I~:..':~
Mean Flow Time (Days)
" .." - ~ ~ - , .­
- .' -~
II;
-,_ I
II l
~ I
~ ... I
~I
-_I[I!!!;; ;;r_IU 'III
--..
-
I
I
I
!!r
Mean Standard
Work Description
Flow Deviation of
Center Time Mean Flow
(Days) Time (Days)
1/02 Identification 1.70 1.89
1/10 Lathes 4.01 5.22
1/11 Lathes 4.51 4.26
1/13 Lathes 2.33 1.80
1/20 Milling Machine 6.38 5.31
1/23 Milling Machine 5.30 6.97
1/35 Drilling Machine 2.36 2.31
1/40 Planing Machine 4.51 6.06
1/47 Broaching Machine 10.00 7.92
1/81 Sawing 3.27 3.75
1/89 SaWing 3.42 4.56
3/01 Tool Making 6.31 8.72
3/34 Drilling Machine 4.36 4.47
3/36 Drilling Machine 5.78 5.34
3/82 Separating 6.58 10.84
3/92 Signing 1.74 2.52
3/94 Engraving 4.15 4.63
3/96 Pressing 2.45 2.41
4/02 Marking 1.97 2.29
5/00 Hardening Room 3.24 1.74
7/50 Grinding Machine 2.54 2.59
7/51 Grinding Machine 3.31 8.40
7/54 Grinding Machine 9.18 3.17
7/61 Grinding Machine 6.60 8.36
7/62 Grinding Machine 5.64 8.39
7/65 Grinding Machine 4.98 5.27
7/66 Grinding Machine 2.43 3.02
7/70 Honing 1.75 1.58
7/72 Lapping 1.20 0.63
99/10 lathes 9.10 5.57
99/13 lathes 6.93 5.25
99/16 lathes 16.94 13.64
l: 32 Mean Value 4.84 4.97
Gambar 3.2 Rata-rata flow time pada beberapa work center
Gambar 3.2 menunjukkan rata-rata lead time pada semua work center sekitar 5
hari kerja, tetapi perlu dipertimbangkan bahwa terdapat variasi lead time yang
lebar. Lead time terendah 1,2 hari pada work center 7/72 (lapping) dan yang
tertinggi 16,9 hari pada work center 99116 (lathes).
Dipertimbangkan juga bahwa distribusi frekuensi merupakan sasaran penelitian.
Gambar 3.3 menunjukkan basil analisis lead time per operasi aktual (masih pada
perusahaan yang sama). Selain varian lead time yang lebar, dapat dilihat juga
bahwa frekuensi pada kelompok tunggal tidak menunjukkan distrlbusi normal
tetapi distribusi eksponensial. Nilai rata-rata distribusi terse but sekitar 5 hari.
LOAD ORIENTED ORDER REl.EASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION Pl.ANNING 35
AND CONTROl. "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Lead Time Sebagai Kuncl Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
__••~••L i.
--.~
Gambar 3.3 Distribusi frekuensi flow time (2600 operael « 100%)
Penulis lainnya melakukan penelitian juga terhadap analisis lead time. Awal
tahun 1971, Kettner melakukan studi dasar lead time pada Institut fur
Fabrikanlagen (IFA) di universitas Hannover Jerman. Penelitian yang di/akukan
adalah menganalisis lead time dan inventory pada sejumlah perusahaan
manufaktur dengan lebih teliti. Melalui hasH penelitian diperoleh sebuah metoda
umum untuk sistem pencatatan data dan computer-aided evaluation yang
disebut DUBAF (Durchlaufzeit-und Bestandsanalyse in der Ferligung =
Manufacturing Lead Time and Inventory Analysis). DUBAF disempurnakan
secara kontinyu dan digunakan dewasa ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IFA dapat disimpulkan bahwa perlu
mendefinisikan lead time manufaktur berikut komponen pembentuknya dengan
jelas dan seragam. Sehingga metoda pencatatan data dapat distandardisasikan,
evaluasi data dapat diprogram dan dapat dilakukan perbandinqan jika diterapkan
sistem produksi yang berbeda dengan job shop.
3.2 KOMPONEN LEAD TIME
Lead time dibedakan menjadi lead time tahap perencanaan dan lead time aktual
Kanet mendefinisikan lead time perencanaan sebagai allowance dan lead time
aktual sebagai flow time.
Throughput shop order akan lebih praktis jika digambar berdasarkan orde
individu (meliputi operasi) pada sumbu waktu. Waktu pada saat diterimanys
material oleh work center (operasi pertama) sampai menjadi komponen dar
kemudian diserahkan pada bagian penyimpanan lanjut atau bagian perakitar
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 31
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
.. i~ad Time Sebagai Kunci Penentu KeberhasJlan Pengendalian Manufaktur
dlsebut dengan order lead time. Istilah yang lebih eksak adalah order lead time
i5eiiod atau time interval atau time span. Waktu yang dibutuhkan untuk suatu
operasi disebut operation lead time. Gambar 3.4 menunjukkan definisi komponen
pembentuk lead time yang diusulkan oleh Heinemeyer.
Order
Time
Lead Time {Operatlon, Lot}
InteroperaUon Time
Trans-
Waltlng Waiting 5 process-Ing
(after Processing) =~~ (before Processing) OP...
Processing Op.
Order Lead lime
~_----0 /®  ®----=:"0-®_.-
Unitn
Unit ..
UnitS
Unit 4
Unit 3
Unit 2
Unit 1
Waiting Time
after Processin Unit
Gambar 3.4 Lead time pada lot dan lead time pada order
Heinemeyer memisahkan lead time menjadi tiga tingkat. Pada tingkat order,
operas; dipisahkan menjadi OP1 sampai OPk. Setiap operasl dipisahkan menjadi
lima atau lebih komponen waktu (pada tingkat operasi), yaitu:
• Waktu tunggu setelah proses
• Waktu transportasi .
• Waktu tunggu sebe/um proses (antrian)
• Waktu setup
• Waktu proses
Sebuah order manufaktur umumnya terdiri atas beberapa unit yang disebut
manufacturing lot. Setiap unit throughput mulai 1 sampai n diperiksa pada tingkat
komponen tunggal. Pada kondisi tersebut dapat dilihat terjadinya penambahan
waktu tunggu (lot waiting time) untuk setiap komponen di dalam waktu proses lot.
Pada sistem produksi job shop, lot tunggal biasanya ditransportasikan
bersamaan dengan lot lainnya, serta diproses secara berurutan pada suatu work
center dan dikendalikan dengan cara yang sesuai. Beberapa pertimbangan
dilakukan untuk memperhatikan seluruh lot pada tingkat operasi. Pada sistem
produks! batch, throughput untuk komponen tunggal atau sublot perlu
dipertimbangkan jika waktu proses lebih lama dibandingkan waktu antar operasi.
Sehingga perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan overlapping pada proses
yang berurutan.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTARPRODUCT/ON PLANNING 37
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Lead Time Sebagai Kuncl Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
Gambar 3.5A menunjukkan throughput suatu order yang digambar pada sumbu
waktu. Sebuah operasi berakhir pada tPE (process end) dan dimulai pada tPEU
(akhir proses pada upstream work center). Tanggal tPEU bukan karakteristik fisik
tibanya sebuah order pada suatu work center tetapi merupakan ditulisnya
tanggal pada upstream work center, demikian juga dengan tanggal tPE. Melalui
cara tersebut semua komponen lead time dapat diukur jika tanggal release
diketahui.
--­1=--- -- I
tPEU t PE
A) Shop-Order Flow Chart
TL
TIO TOP
Waiting
(after Processing)
Trans­
port
Waiting
(before Processing)
Sel­
ting­
up
Processing
TWA n TWB TSD TP
tPEU tTB tTE tSB tPB tPE Time
8) Universal One-Dimensional Troughput Element
TL
I: T10
tSB tPE
C) Reduced One-Dimensional Throughput Element
TL
TIO
tPEU
D) Reduced Two-Dimensional Throughput Element
tPEU : Process End at Upstream Work Center TL =tpE • tpEU : Lead Time
tPB : Transport Begin TIO =tsB • tpEU : Interoperation Time
tTE ; Transport End TOP =tpE • tSB : Operation Time
tSB : Setup Begin TSD =tPB - tSB : Setup Time (Duration)
tPB : Process Begin TP =tpE • tPS : Process Time
tPE : Process End TWB =tsB - tTE : Waiting before Process
TO : Order Time IT =tTE - tTB : Transit Time
TS : Setup Time TWA =tTB - tpEU : Waiting after Process
TPO : Process Time per Order
Gambar 3.5 Elemen throughput satu dan dua dimensi~
Gambar 3.58 menunjukkan elemen throughput operasi ke-3 beserta komponer
pembentuknya. Karena komponen waktu satu dimensi maka elernen tersebu
dinamai one-dimensional throughput element.
Waktu operasi (operation time TOP) lebih kecil dibandingkan lead time (TL) da
umumnya sekitar 2% sarnpai 10%. Sehingga pencatatan data tanggal aw~
proses (tPB) atau tanggal dimulainya setup (tSB) dapat dihilangkan pada sae
dilakukan analisis dan pengendalian. Umumnya TOP dihitung dar; waktu orde
'I
'I (order time TO). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka elementhroughpL
:1
i i
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 3
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
I
dapat
Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan PengendaJian Manufaktur
disederhanakan (gambar 3.5C). Perhitungan dilakukan melalui akhir
proses pada upstream work center (tPEU), akhir proses work center yang
bersangkutan (tPE) dan waktu operas; (TOP) yang dihasilkan melalui waktu
order (TO).
Perhitungan elemen throughput dapat dilihat pada gambar 3.6. Lead time aktual
(TL) dihitung dari perbedaan pencatatan tanggal tPEU dan tPE. Untuk
menghitung interoperation time (TIO) maka operation time (TOP) harus diketahui.
/
l
I----~.r------I
•
W~ltlngfor
Transport
W~ltlngfor
Process
P",paratlo"" Inepe<>tlon
(e.g., Marking)
Post-Qperatlon
Disruption (e.g.,Deb.nng)
Gambar 3.6 Komponen lead time pada work center
Interoperation time terdiri atas komponen transit time (TI) dan waiting time (TWA
dan lWB). Waktu transit hanya penting atau diperlukan jika pelaksanaan
transportasi lemah. Waktu tunggu (waiting time) meliputi waktu pemeriksaan
kualitas atau waktu aktifitas lainnya pada work center seperti kegiatan
penandaan (marking), pembersihan (cleaning) atau deburring suatu komponen.
Kerusakan masin atau kegiatan pemeliharaan (breakdown) akan menyebabkan
waktu tunggu pula. Komponen utama pada interoperation time adalah waiting
time (contoh: antrian) sebeIum pemrosesan pada work center.
Cara pencatatan tanggal output aktual suatu work center ditunjukkan pada
gambar 3.7. Tanggal pencatatan output (order 4718 di work center A pada jam
7.18 dan hari ke-282) dilakukan dua kalL Pertama, merupakan tang9al output
order 4718 pada work center yang bersangkutan, dan yang ke dua merupakan
tanggal input order yang sarna pada downstream work center B. Jika order 4718
meninggalkan work center B maka tanggal output yang dicatat (jam 13.24 dan
hari ke-285) pada work center B yang juga merupakan tanggal input yang dicatat
pada work center C.
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 39
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
~
Load Time Of Order 4718 rI WorI< Center B:	 OUT: Day 286. 13.24
INP : Day 282, 7.18
Load Time : 3D S.DS Hrs
Gambar 3.7 Pengukuran lead time pada work center
Setelah pengukuran tanggal dilakukan maka lead time aktual (Tl.) untuk elemen
throughput dihitung melalui persamaan:
TL == tPEU - tPE ..........(3.1)

tPEU : tanggal pencatatan akhir proses pada upstream work center
tPE : tanggal pencatatan akhir proses pada work center yang bersangkutan
Konversi waktu proses ke dalam hari kerja (workdays) dipengaruhi oleh jam kerja
per hari (working hours per day):
TL == TL[da s]+ TL[min utes] .......... (3.2)

Y eOA Y[working min utes per day]
TL : lead time
CDAY : kapasitas per hari (daily capacity)
Perhitungan waktu operasi (TOP) ditentukan oleh daily capacity (COAY) dan
waktu order (TO): "
TOP== TO	 ..........(3.3)

COAYxER
i
,
TO : waktu order Uam]
i CDAY : kapasitas per hari Dam per hari]
i '
ER : rata-rata efisiensi pada work center yang bersangkutan [ = jam tenaga
kerja aktual per jam standar]
I
Ii
i
"
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 40
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNGj
WORK CENTER C
@
Order 4718
we INP OUT
282,7.18
286,13.24
OutputB
WORK CENTER B
Traneport + Waiting Operation
WORK CENTER A
we INP OUT
Lead Time Sebagal Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
Karena operation time (TOP) cukup keeil dibandingkan dengan lead time (TL)
maka dapat diasumsikan bahwa rata-rata efisiensi bernilai satu untuk
mempermudah peneatatan dan penghitungan data. Sehingga waktu operasi
dapat dihitung melalui persamaan berikut:
i
I
TOP"" TO · (3.4)
CDAY
TO	 : waktu order(= waktu setup + ukuran Jot x waktu per unit)
Jika TOP diketahui, maka setup begin (t58) dan interoperation time (TIO) dapat
ditentukan sebagai berikut:
tsa "" tPE - TOP .......... (3.5)

tPE : tan99al pencatatan berakhirnya suatu proses
TOP : waktu operasi
1
I
TlO "" TL- TOP .......... (3.6)

I!
TL	 : lead time operasi
TOP	 : waktu operasi
3.3	 SIMPLE MEAN LEAD TIME DAN WEIGHTED
MEAN LEAD TIME PADA S'UATU WORK
CENTER
Harga	 rata-rata (mean) lead time merupakan tujuan pengukuran yang dapat
digunakan untuk analisis pemeeahan masalah dan perencanaan jadwal. Mean
lead time dikaitkan dengan work center, operasi dan order.
Mean lead time umumnya ditentukan melalui perhitungan rata-rata aritmatika
lead time tunggal pada semua order yang dicatat pada saat meninggalkan suatu
work center di dalam suatu rentang perioda waktu. Nilai rata-rata aritmatika
tersebut dinamai simple mean lead time (TLm) . Persamaan 3.7 digunakan untuk
menentukan simple mean lead time.
1
TLm = -(TL'1 +TL2 +...+TLn )
n
,
.........(3.7)
TLm : simple mean lead time
TL; : lead time orderke i ( = tPEj - tPEUj)
n :jumlah orderyang dimati
n
Perhitungan tersebut menunjukkan waktu rata-rata order berada pada suatu work
center. Funnel model merupakan salah satu eara yang digunakan untuk mewakili
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 41
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
definlsi tersebut (gambar 3.8). Model. tersebut dikembangkan oleh Kettner dan
Bechte. Funnel model sangat penting untuk diketahui dan dimengerti karena
akan memperjelas pengertian proses manufaktur.
Arriving Lots
Mean Lead Time (SCD)
Mean Inventory (HRS)
Mean Output (HRS/SCD
Mean Output (HRS/SCD) =I
Capacity (HRS/SCD)
Capacity Loading
Processed Lots
Gambar 3.8 Funnel model pada suatu work center
Lot yang tiba pada suatu work center akan membentuk inventory waiting lot yang
suatu saat akan melewati funnel. Funnel exit gauge dapat diatur dan
berhubungan dengan kapasitas yang merupakan variabel pada batas tertentu.
Kondisi sebelumnya menunjukkan bahwa mean lead time untuk arriving lot lebih
besar dari jumlah waiting lot, dan pada suatu saat akan mengecil jika
pemberdayaan (utilization) kapasitas diperbesar sehingga akan dihasilkan output
dari suatu work center.
Pada sistem produksi kontinyu, kapasitas dan output memiliki satuan jumlah
komponen per jam atau jLimlah komponen per hari. Pada sistem produksi job
shop satuan tersebut tidak mungkin digunakan karena terdapat variasi waktu
lead time yang besar. Sehingga kapasitas harus memiliki satuan jam per hari.
Dengan satuan jam (hrs) , waktu order dirata-ratakan dalam jam standar, yang
mana 1 hari didefinisikan sebagai 1 hari kerja yang disebut dengan shop
calendar day (SeD).
Jika kapasitas dan output memiliki satuan jam maka lot inventory harus memiliki
satuan jam. Melalui kondisi tersebut rnaka setiap lead time tunggal harus diberi
I'
faktor pemberat (weighted) berupa waktu order (TO). Sehingga elemeni
throughput satu dimensi menjadi elemen throughput dua dimensi. Dimensi ke
dua merupakan unit kandungan kerja yang memiliki satuan jam. Jlka dimensi ke­
dua merupakan jurnlah komponen pada suatu order, maka elemen throuqnpu:
dua dimensi berhubungan dengan kuantitas. Gambar 3.9 menunjukkar
perbandingan ketiga konsep tersebut.
.1
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 4~
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTLIR BANDUNG)
N~~jjaei Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
TL
!Ur--'----~_. Time
tPEU tSB t PE
A) One - Dimensional Throughput Element
TIO
• Time
t PEU tSB t PE
B) Two· Dimensional Throughput Element, Work - Related
~ Time
t PEU tSB t PE
C) Two - Dimensional Throughput Element, Quantity - Related
Gambar 3.9 Hubungan elemen throughput terhadap unit kandungan kerja dan
kuantitas
Hubungan elemen throughput dua dimensi dengan lead time pada suatu work
center disebut weighted lead time yang merupakan kebalikan simple lead time.
Weighted mean lead time memiliki satuan harixjam. Nilai rata-rata yang diperoleh
disebut weighted mean lead time.
Gambar 3.10A menunjukkan contoh lead time untuk empat order yang diplot
pada sumbu waktu dan diperoleh nilai rata-rata lead time sebesar 8,5 hari.
m
I- TL
~OrderNO.
4 HU>
' E.•I ~ 01
:§.
01Q.;
0
"C
01~-----~I
/.. TL.
~I
101 105 110 115 120
A) Simple Mean Lead Time TLm
Garnbar 3.10A Simple mean lead time
n
ITLi
TL =~ = 10 + 7 +15 + 2 = 34[Days] =8.5[Days]
m n 4 4
LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 43
AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
I
! i i
Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur
Dengan menggunakan weighted lead time, dimensi ke-dua memiliki satuan
kandungan kerja (jam). Setiap lead time dikalikan dengan unit kandungan kerja
(waktu order TO), sehingga menghasilkan luas daerah yang mewakili weighted
lead time suatu operasi. Untuk mendapatkan nilai rata-rata maka luas daerah
tersebut harus dibagi dengan waktu order (jam):
TL := T~ X TOt + TLz X T02 + .... + TLnx TOn

mw Tat + T02 + .... + TOn

n

ITLi «to,

_ i~1
..........(3.8)

: weighted mean lead time

: lead time order ke-i

: waktu order ke-i

Gambar 3.10B menunjukkan luas daerah lead time untuk order 1 - 4 yang
dibebani waktu order, dan diperoleh harga TLmw sebesar 10,7 hari yang lebih
besar dua hari dibandingkan harga simple mean lead time (TLm;:: 8,5 hari).
14 TL w
13
012
11
10
0 6
9
8
~
:r:
g 7
... 6
is 05~
3
4
0 2J1O.2
,,, TL,
"I0 Time (in Days)
101 106 110 116 120
B) Weighted Mean Lead Time TL
0= 0
mw
" Order (Lot) No.
Gambar 3.106 Weighted mean lead time
n
LTL- x TO-
TL := i~1 I 1:= 10x2+7x3+15x5+2x1 = 118[DaysxHrS]::::10.7[Days]
mw
ITO 2+3+5+1 11[Hrs]
j
i~1
I III
LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 44
AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja
04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja
04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta KerjaMercu Buana University
 
Scm 07 perencanaan aggregate
Scm 07   perencanaan aggregateScm 07   perencanaan aggregate
Scm 07 perencanaan aggregateAbrianto Nugraha
 
Jadwal Induk Produksi.pptx
Jadwal Induk Produksi.pptxJadwal Induk Produksi.pptx
Jadwal Induk Produksi.pptxssuser6fd51c1
 
1. Pengantar Lean Manufactur.pptx
1. Pengantar Lean Manufactur.pptx1. Pengantar Lean Manufactur.pptx
1. Pengantar Lean Manufactur.pptxAdityaKurniawan95
 
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKANUniversitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Julita Anggrek
 
Perencanaan Lokasi - Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Lokasi - Tata Letak FasilitasPerencanaan Lokasi - Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Lokasi - Tata Letak FasilitasWisnu Dewobroto
 
Material Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - ModulMaterial Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - Modulteja permana
 
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDIN
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDINANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDIN
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDINReza Pahlawan
 
Pti06 tata letak
Pti06 tata letakPti06 tata letak
Pti06 tata letakArif Rahman
 
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerjaAnalisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerjaTuredo Pangaribuan
 
PPIC Manajemen Permintaan
PPIC Manajemen PermintaanPPIC Manajemen Permintaan
PPIC Manajemen PermintaanAnsar Lawi
 
Lokasi Fasilitas Industri
Lokasi Fasilitas IndustriLokasi Fasilitas Industri
Lokasi Fasilitas IndustriIndra West
 
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdfRahmadFauzan6
 

Was ist angesagt? (20)

04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja
04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja
04. Konsep Perancangan Sistem Produksi, Teknik Tata Cara Kerja, dan Peta Kerja
 
Scm 07 perencanaan aggregate
Scm 07   perencanaan aggregateScm 07   perencanaan aggregate
Scm 07 perencanaan aggregate
 
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - PendahuluanPenelitian Operasional 1 - Pendahuluan
Penelitian Operasional 1 - Pendahuluan
 
Jadwal Induk Produksi.pptx
Jadwal Induk Produksi.pptxJadwal Induk Produksi.pptx
Jadwal Induk Produksi.pptx
 
1. Pengantar Lean Manufactur.pptx
1. Pengantar Lean Manufactur.pptx1. Pengantar Lean Manufactur.pptx
1. Pengantar Lean Manufactur.pptx
 
Contoh rantai pasok
Contoh rantai pasokContoh rantai pasok
Contoh rantai pasok
 
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
2. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - STUDI GERAKAN &PRINSIP EKONOMI GERAKAN
 
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
Perbaikan metode perakitan steker melalui peta tangan kiri dan tangan kanan (...
 
Budaya Kualitas di Arnold Palmer Hospital
Budaya Kualitas di Arnold Palmer HospitalBudaya Kualitas di Arnold Palmer Hospital
Budaya Kualitas di Arnold Palmer Hospital
 
Just in time (jit)
Just in time (jit)Just in time (jit)
Just in time (jit)
 
Perencanaan Lokasi - Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Lokasi - Tata Letak FasilitasPerencanaan Lokasi - Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Lokasi - Tata Letak Fasilitas
 
Material Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - ModulMaterial Requirement Planning - Modul
Material Requirement Planning - Modul
 
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDIN
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDINANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDIN
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ACCU MUHIDIN
 
Lean manufacturing
Lean manufacturingLean manufacturing
Lean manufacturing
 
Pti06 tata letak
Pti06 tata letakPti06 tata letak
Pti06 tata letak
 
Just In Time
Just In TimeJust In Time
Just In Time
 
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerjaAnalisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
 
PPIC Manajemen Permintaan
PPIC Manajemen PermintaanPPIC Manajemen Permintaan
PPIC Manajemen Permintaan
 
Lokasi Fasilitas Industri
Lokasi Fasilitas IndustriLokasi Fasilitas Industri
Lokasi Fasilitas Industri
 
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf
11_SCM - DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT-compressed.pdf
 

Ähnlich wie Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfRidhaMayaFazaLubis
 
Tugas sia sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...
Tugas sia   sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...Tugas sia   sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...
Tugas sia sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...Theresia Magdalena
 
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...DiahArumNihaya
 
Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)amaliaherdiana
 
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...alsar15
 
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)DiahArumNihaya
 
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregatGhazy Haq
 
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregatGhazy Haq
 
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...RaihanAbid1
 
PKK XI - Modul 1.ppt
PKK XI - Modul 1.pptPKK XI - Modul 1.ppt
PKK XI - Modul 1.pptHamdanFauji1
 
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxEviKusumaningjati
 
Manajemen Produksi Dasar
Manajemen Produksi DasarManajemen Produksi Dasar
Manajemen Produksi DasarAa Renovit
 
Teknik penulisan risalah 2013
Teknik penulisan risalah 2013Teknik penulisan risalah 2013
Teknik penulisan risalah 2013Risky Dc
 
Memproduksi Barang dan Jasa
Memproduksi Barang dan JasaMemproduksi Barang dan Jasa
Memproduksi Barang dan JasaDiva Syachrani
 
Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas novidian4
 

Ähnlich wie Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control] (20)

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
 
Buku
BukuBuku
Buku
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Tugas sia sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...
Tugas sia   sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...Tugas sia   sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...
Tugas sia sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengupa...
 
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
Implementasi sistem informasi siklus produksi, sistem informasi siklus pengup...
 
Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)Laporan praktikum(contoh sebagian)
Laporan praktikum(contoh sebagian)
 
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...
Aplikasi penjadwalan dan pemakaian laboratorium program studi teknik informat...
 
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)
Perencanaan sumber daya perusahaan sia (diah arum nihaya 43219110210) (2)
 
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
 
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
 
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...
ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI KONSEP BASIS DATA RELASIONAL PADA SISTEM PRODU...
 
PKK XI - Modul 1.ppt
PKK XI - Modul 1.pptPKK XI - Modul 1.ppt
PKK XI - Modul 1.ppt
 
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
 
Pertemuan 2 sdlc
Pertemuan 2 sdlcPertemuan 2 sdlc
Pertemuan 2 sdlc
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Manajemen Produksi Dasar
Manajemen Produksi DasarManajemen Produksi Dasar
Manajemen Produksi Dasar
 
Teknik penulisan risalah 2013
Teknik penulisan risalah 2013Teknik penulisan risalah 2013
Teknik penulisan risalah 2013
 
Memproduksi Barang dan Jasa
Memproduksi Barang dan JasaMemproduksi Barang dan Jasa
Memproduksi Barang dan Jasa
 
Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas Melakukan pengukuran produktivitas
Melakukan pengukuran produktivitas
 
all ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdfall ABPUT CPM.pdf
all ABPUT CPM.pdf
 

Mehr von Ir. Duddy Arisandi, ST, MT

00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptGT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptIr. Duddy Arisandi, ST, MT
 
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...Ir. Duddy Arisandi, ST, MT
 

Mehr von Ir. Duddy Arisandi, ST, MT (20)

00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
00_K3-01_Keselamatan & Kesehatan Kerja-1 (Listrik)_VST Pomala 2023_ATS_Duddy ...
 
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.pptGT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
GT-01_Gambar Teknik Dasar-1_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_11-12-2022.ppt
 
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
WI-01 (Rev-01)_Welding-Inspection_VST Morowali 2002_ATS_Duddy Arisandi_16-12-...
 
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
F[1 /17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Kuesioner dan Matriks Perbaikan Masal...
 
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
F[2/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Latar belakang & Tahapan Proyek_Kord. ...
 
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
F[4/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Meeting Report Departement Terkait Pro...
 
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
F[5/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Prosedur Pembelian & Konsep Pengendali...
 
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
F[12/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Model Fungsi Sistem Perencanaan & Pen...
 
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
F[14/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Surat Perintah Kerja dan Spesifikasi ...
 
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
F[15/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Pusat Rekayasa-Tinjauan Kontrak UPM-P...
 
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
F[16/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Analisis Order Status Refused_Kord. S...
 
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
[17/17]_Proyek Sistem PPC Terintegrasi_Laporan Penutup_Kord. Sistem Produksi-...
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
 
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning a...
 
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu ISO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
 
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
Implementasi Manajemen Mutu iSO 9001 di Departemen Pemeliharaan (Maintenance)...
 
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
Buku Manajemen Pemeliharaan (Perawatan)_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-IT...
 
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
Modul Praktik Pemakasian Perkakas Tagan_Politeknik Manufaktur Bandung_Duddy A...
 
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
Modul Teori Perkakas Tangan (Hand Tools)_Politeknik Manufaktur Bandung_(PMS-I...
 
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...
Modul Teori Kalibrasi (Pengujian Geometrik & Kualitas) Mesin Perkakas_Politek...
 

Kürzlich hochgeladen

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 

Kürzlich hochgeladen (14)

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 

Buku Load Oriented Order Release Sebagai Pengantar PPC (Production Planning & Conrol) Mahasiswa D4_Politeknik Manufaktur Bandung (PMS-ITB)_Duddy Arisandi_2001_Hal 001-96 [PART-1/3]dwal [Schedule-oriented Capacity Planning and Control]

  • 1. RELEASE ORDER BERORIENTASI BEBAN (LOAD-ORIENTED ORDER RELEASE) SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL (PPC) Order Stock Jl Time Limit STEP 1: SCHEDULING f-®-­ ,~ 3 I~ 2 I !f6~1 11:' ~ 1~ 1 I 2 ! 3 ! 4 Schedule Date Period STEP 2: CONVERSION 41 r:=E:L 31 Ef2a Non-Urgent I-----~......J"I .Order Non-Feasible Orders STEP 3: RELEASE Wor!< I::1B--Leftover Inventory Load LPG rLlmlt (%) - ..=.=:.I. 100 o~ 2 ~ 1----------I J------1I1 1~ ABC D (Loadin9~ Percentaaee I Work Center ( Released Order [ill] ~ [2!] Relevant, Converted Order PENYUSUN: DUDDY ARISANOI, S.T. PENYUNTING: KOKOK HAKSONO, Masch.lng.HTL POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
  • 2. KATA PENGANTAR PENYUNTING Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Production Planning and Control I PPC) merupakan suatu faktor penting yang akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sistem produksi. Sehingga perlu kiranya untuk mendefinisikannya dan menjabarkannya supaya dapat diterapkan dalam kegiatan produksi kesehariannya. Beberapa metoda Perencanaan dan Pengendalian ProdUksi telah dikenal dewasa ini, dan semuanya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing bila ditinjau dari segi ruang lingkup penerapannya. Penyunting melihat suatu metoda baru pada pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang coba dikenalkan oleh penyusun melalui buku yang berjudul Release Order Berorientasi Beban (Load Oriented Order Release) Sebagai Pengantar Production Planning and Control. Buku tersebut mencoba menjelaskan latar belakang lahirnya metoda baru pada Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang meninjau kelemahan metoda konvenslonal yang masih banyak digunakan dewasa ini. Selain itu dijelaskan juga pendefinisian beberapa parameter penting yang dijadikan acuan bagi pelaksanaan Production Planning and Control seperti flow time, inventory, schedule performance dan utilization. Penyunting melihat pula bahwa penyusun mencoba menerapkannya pada tahap awal analisa kondisi pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Produksi yang dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Manufaktur POLMAN. Beberapa hasil yang diperoleh menunjukkan kondisi penerapan metoda Perencanaan dan Pengendalian Produksi secara konvensional, dan kemungkinan masih bisa ditanggulangi melalui penerapan metoda baru yang dijelaskan pada buku ini. Selain itu beberapa perangkat harus pula dipersiapkan untuk mengimplementasikannya, dan analisis lebih lanjut perlu dikembangkan pula. Mudah-mudahan buku ini dapat memenuhi salah satu buku ajar Production Planning and Control (PPC) mahasiswa D-IV di POLMAN dan tidak menutup kemungkinan dapat diterjemahkan lagi ke dalam bahasa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan sebagai salah satu referensi buku ajar Perencanaan dan Pengendalian Produksi bagi mahasiswa D-1I1 POLMAN. Tiada gading yang tak retak, demikian pula pada buku ini sehingga apabila buku ini memang benar-benar memiliki cacat ataupun kekurangan dalam materi ataupun penyajiannya maka kewajiban kita bersama untuk memperbaikinya.
  • 3. Penyunting harapkan kepada para pemakai buku ini agar menggunakan buku ini secara utuh dan tidak secara parsial, setidak-tidaknya sebagai salah satu referensi metoda penerapan Production Planning and Control. Kepada penyusun buku ini, DUddy Arisandi, S.T. saya ucapkan selamat atas selesainya buku ini, dan semoga buku ini dapat menjadi sumbangan bagi usaha pembinaan pendidikan teknik di POLMAN. Bandung, Februari 2001 Kokok Haksono, Masch. Ing. HTL
  • 4. L ini lsi as ha KAlA PENGANlAR PENYUSUN Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas bimbingan dan tuntunanNya sehingga penyusunan buku ini dapat diselesaikan. Buku ini disusun sebagai pengantar materi Production Planning and Control mahasiswa D-IV Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN Bandung). Buku ini dapat digunakan sebagai panduan untuk menerapkan suatu sistem perencanaan, pemantauan dan pengendalian produksi pada aliran manufaktur yang tidak terbatas hanya untuk produksi mekanik saja tetapi juga dapat digunakan untuk produksi perancangan, foundry, mekatronik dan lain-lain. Selain itu dapat pula diterapkan untuk sistem manajemen keuangan, manajemaen material atau bahkan pengelolaan sistem pendidikan berbasis produksi. Buku ini menjelaskan apa saja yang harus dilakukan pada tahap perencanaan, pemantauan dan pengendalian. Selain itu komponen yang diperlukan pada tahap yang dijelaskan tersebut akan qijelaskan secara detail. Tidak seperti pada metoda PPC lainnya yang pada umumnya sulit untuk diaplikasikan di lapangan, tetapi pada buku ini akan dijelaskan bahwa PPC yang realistik dapat diterapkan berdasarkan hubungan yang logis dan realistis serta dapat diturunkan secara matematis. Beberapa istilah asing yang terdapat di dalam buku ini pada awalnya akan dijelaskan arti dan massudnya, tetapi untuk memfasihkan dan membiasakan diri terhadap penggunaan beberapa istilah asing tersebut maka untuk pembahasan selanjutnya digunakan istilah dalam bahasa asing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: • Bapak Dr.-Ing. Indra Djodikusumo yang telah membuka pengetahuan penulis berkenaan tentang materi Production Planning and Control, serta buku-buku referensi yang berkenaan dengan Shop Floor Control System. • Seluruh stat Direksi dan staf Pelaksana POLMAN atas bantuannya dalam penyelesaian buku ini, terutama peminjaman komputer beserta printer selama liburan menjelang dan setelah Hari Raya Idul Fitri. iii ii
  • 5. • Hidayat Rudyanto, Bony Wahyu Pudjianto, Ampala Khoryanton yang telah membantu pengumpulan data dan menganalisis kondisi manufaktur POLMAN. • Ayahanda, Ibunda dan Adinda tercinta yang telah memberi nasihat, dukungan dan semangat kepada penulis. • Istriku Neneng Ihah Sholihah beserta calon anakku tercinta yang rela mengorbankan waktunya atas kesibukan penulis selama menyusun buku ini di hari Iiburan. Penulis menyampaikan mohon maaf yang sebesarnya karena pada buku ini masih terdapat banyak sekali kekurangannya. Meskipun demikian semoga buku ini dapat berguna untuk mengembangkan dan menerapkan metoda Perencanaan, Pemantauan, dan Pengendalian Sistem Produksi pada Aliran Manufaktur. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran kepada pembaca yang bertujuan untuk koreksi diri dan pengembangan ilmu penulis di masa yang akan datang. Bandung, Januari 2001 Duddy Arisandi, ST I I 1 i I I i iv
  • 6. li h k a h it 1, S k PENDAHULUAN Untuk menghadapi persaingan secara global dan internasional, maka Production Planning and Control (PPC) menjadi sangat penting artinya bagi sistem manufaktur. Waktu delivery yang lebih singkat, waktu delivery yang tepat waktu dan inventory yang rendah merupakan tujuan terpenting pada sistem manufaktur. Dewasa ini efisiensi utilisasi pada peralatan produksi menjadi kurang berarti bila dibandingkan ketiga tujuan sebelumnya. Dewasa ini, penggunaan sistem pemroses data berkembang pesat pada sistem Production Planning and Control. Sejumlah penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem pengendali manufaktur yang ada dewasa ini umumnya tidak dapat mengukur pengaruh yang dihasilkannya berdasarkan ketiga tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga sebagai suatu contoh akibatnya, akan dihasilkan daftar dispatching (walaupun dihasilkan melalui pertimbangan yang masak) yang menjadikarinya bersifat absolut sehingga kehandaJannya tidak berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Hal tersebut merupakan alasan mengapa seorang foreman seringkali memiliki sistem perencanaan informal untuk membantu sistem yang ada supaya dapat menjaga due date walaupun telah terjadi beberapa perubahan dan keterlambatan. Pada situasi tersebut, perencana harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh terhadap suatu metoda pengendalian yang baru yang dapat memantau strategi spesifik aliran manufaktur pada beberapa kondisi perencanaan yang berbeda. Salah satu alasan kondisi tersebut adalah dikenalkannya Computer Integrated Manufacturing (elM) dan konsep Jogistik. Salah satu pendekatan yang telah banyak didiskusikan adalah sistem KANSAN dari Jepang. Sistem tersebut bertujuan untuk menjumpai inventory yang rendah, lead time yang lebih singkat dan unjuk kerja penjadwalan yang lebih baik, dan yang mengherankan sekali adalah bahwa tujuan tersebut dilakukan melalui sejumlah pengendalian yang sedikit. Sagaimanapun, penggunaan sistem KANSAN di lapangan telah menunjukkan bahwa sistem tersebut hanya dapat digunakan untuk tingkat pengendalian yang terbatas, yang diakibatkan struktur produksi pada beberapa perusahaan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kebutuhan operasional yang diperlukan oleh sistem tersebut. Sehingga melalui buku ini dikenalkan suatu metoda pendekatan logis terhadap pengendalian manufaktur. Dan umumnya diarahkan kepada sistem manufaktur v
  • 7. yang memiliki karakteristik variasi yang tinggi pada produksi job shoopTujuan utama buku ini untuk memodelkan secara umum aliran manufaktur sehingga dapat digunakan pada sistern manufaktur konvensional sebaik penggunanannya pada sistem manufaktur otomatis. Panduan langkah secara bertahap akan dijelaskan untuk pengguna yang memiliki kemampuan matematis kurang, dan sejumlah contoh diberikan supaya metoda dan modul yang ada dapat diterapkan di lapangan. Metoda pengendalian yang baru dan akan dijelaskan berikut disusun berdasarkan hasil penelitian selama beberapa tahun yang dilakukan oleh Institut fur Fabrikanlagen pada Universitas Hannover di Jerman. Penelitian pertama dilakukan oleh direktur pertama yaitu Prof. Dr.-Ing. Hans Kettnerr pada tahun 1972, dan kernudian dilanjutkan oleh Hans-Peter Wiendahl sejak tahun 1979. Penelitian tersebut didanai oleh Pemerintah Jerman termasuk oleh Bundesministerium fur Forschung und Technologie (Federal Ministry for Research and Technology). Sejak tahun 1979, metoda pengendalian manufaktur telah menghasHkan sejumlah versi software komersial, yang telah diterapkan di lapangan pada sekitar 100 buah pabrik dan menunjukkan hasil yang menggembirakan di Jerman dan di Eropa. Pada tahun 1998 penyusun melakukan penelitian terhadap aliran manufaktur yang ada di POLMAN dan diperoleh hasil yang serupa kondisinya dengan tahun 1972 pada pabrik umumnya di Jerman. Yang mana hasil tersebut menunjukkan sesuatu yang kurang menggembirakan. Melalui pengetahuan yang penyusun miliki, maka penyusun mencoba menerapkan metoda tersebut di POLMAN. Secara praktik maka metoda terse but dapat diterapkan di lapangan untuk tujuan perencanaan, pemantauan dan pengendalian produksl manufaktur, walaupun penyusun hanya membatasi ruang lingkup penelitian pada perencanaan saja. Pemantauan dan pengendalian yang dilakukan secara legis dan realistik dapat dilakukan di POLMAN, tetapi memerlukan perangkat bantu (software). Software tersebut dapat dibuat dengan beberapa jenis program yang ada. Pada prinsipnya buku ini dibuat untuk membuka mata dan fikiran pembaca bagaimanakah suatu perencanaan, pemantauan dan pengendalian terhadap aliran produksi dilakukan. Selain itu dijelaskan juga parameter-parameter yang mempengaruhinya. Penyusun menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan PPC yang ada di POLMAN baru pada tahap perencanaan dan itupun perlu disempurnakan lagi. Beberapa data penelitian yang dikumpulkan pada tahun 1998 dilampirkan juga pada buku ini, karena penyusun melihat telah terjadi penurunan kuatitas aliran informasi produksl di POLMAN pada tahun 2000. Kondisi tersebut penyusun simpulkan berdasarkan perbandingan sepintas terhadap kondisi yang ada sekarang dengan kondisi lampau tahun 1998 dan dapat pembaca buktikan sendiri. Akhir kata penyusun berharap semoga penjelasan yang ada di buku ini dapat membuka mata dan fikiran pelaksana produksi terkait menqenai pemahaman konsep Production Planning and Control (PPC). Dan metoda apapun yang akan diterapkan dan dilaksanakan tidak akan menjadi masalah selama beberapa parameter yang ditunjukkannya jelas, logis dan realistis. vi
  • 8. DAFTAR lSI KATA PENGANTAR PENDAHULUAN v DAFTAR lSI vii DAFTAR PUSTAKA xii BAB I TINJAUAN UMUM TERHADAP METODA PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN KONVENSIONAL 1 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Perubahan Pada Lingkungan Manufaktur 1 " 1.1.2 Pergeseran Tuiuan Pada Pengendalian Manufaktur 4 1.1.3 Akibat Penerapan Penjadwalan Konvensional 5 1.1.4 Titik Leman Pengendalian Manufaktur Konvensional 6 1.2 Penjadwalan dan Pengendalian Produksi Konvensional 7 1.2.1 Karakteristik Penjadwalan dan Pengendalian Produksi Konvensional 7 1.2.2 Penjadwalan Lead Time dan Penjadwalan Kapasitas Konvensional 10 1.2.2.1 Tahap Penjadwalan Lead Time 12 1.2.2.2 Tahap Penjadwalan Kapasitas 17 1.2.3 Evaluas; Penjadwalan Lead Time Konvensional ·21 1.2.4 Kebutuhan Metoda Baru untuk Penjadwalan dan Pengendalian Produksi 23 BAB II PENGANTAR LOAD-ORIENTED MANUFACTURING CONTROL 27 2.1 Pendahuluan 27 BAS III LEAD TIME SEBAGAI KUNCI PENENTU KEBERHASILAN PENGENDALIAN MANUFAKTUR 33 3.1 Pendahuluan 33 3.2 Komponen Lead Time 36 3.3 Simple Mean Lead Time dan Weighted Mean Lead Time pada Suatu Work Center 41 3.4 Order Lead Time 45 3.5 Evaluasi Statistik pada Work Center Lead Time 48 vii ..
  • 9. 3.5.1 Distribusi Frekwensi Absolut dan Relatif pada Simple dan Weighted Lead Time 48 3.5.2 Simple dan Weghted Mean Operation Time 50 3.5.3 Simple dan Weighted Mean Operation Time Percentage 51 3.5.4 Median, Deviasi Standar dan Koefisien Variasi pada Simple dan Weighted Lead Time 53 3.5.5 Median, Deviasi Standar dan Koefisien Variasi pada Simple dan Weighted Order Time 54 3.6 Work Center Lead Time Berdasarkan Shop Calendar Days (SeD) 55 3.7 Ketidakpastian pada Pengukuran Waktu dan Ketelitian Penghitungan Lead Time 56 BAB IV DIAGRAM THROUGHPUT SEBAGAI MODEL PROSES MANUFAKTUR YANG UMUM DAN REALISTIK 59 4.1 Sejarah Perkembangan Diagram Throughput 59 4.2 Bentuk Dasar Diagram Throughput 63 4.3 Diagram Throughput Berikut Data Dasar Suatu Work Center 65 4.3.1 Gara Membuat Diagram Throughput Suatu Work Center 65 4.3.2 Mean Inventory 71 4.3.3 Data-Data Mean Time 72 4.3.3.1 Mean Range 72 4.3.3.2 Mean Advanced Time 73 4.3.3.3 Weighted Mean Lead Time 76 4.3.4 Hubungan Antara Mean Range, Mean Advanced Time dan Weighted Mean Lead Time 77 4.3.4.1 Inventory Trend Component pada Lead Time 77 4.3.4.2 Sequence Component pada Weighted Lead Time 80 4.3.4.3 Hubungan Jangka Pendek dan Panjang antara Kuantitas Waktu 83 4.3.5 Mean Performance, Mean Capacity dan Mean Utilization 84 4.3.6 Hubungan antara Mean Inventory, Mean Performance dan Weighted Mean Lead Time 85 4.3.7 Weighted Mean Lateness 86 4.3.8 Diagram Throughput untuk Order 90 4.3.9 Gara Membuat Diagram Throughput untuk Order 94 BAB V ANALISIS, PEMANTAUAN DAN D1AGNOSA TERHADAP ALiRAN MANUFAKTUR 97 5.1 Pendahuluan 97 5.2 Pemantauan Aliran Manufaktur 97 5.3 Analisis Aliran Manufaktur 99 5.3.1 Prosedur 111 5.3.2 Bentuk Evaluasi dan Representasinya 107 5.3.3 Representasi Hasil Analisis Manufaktur 114 5.3.4 Aturan Umum dan Kemungkinan untuk Memperbaiki Aliran Manufaktur 119 5.4 Sistem Pemantauan Aliran Manufktur Secara Kontinyu 122 5.4.1 Tujuan dan Konsep 122 5.4.2 Gontoh Sistem Pemantauan Secara Kontinyu 125 5.4.3 Hasil dan Penggunaan Pemantauan secara Kontinyu 134 viii
  • 10. 5.5 Diagnosa Aliran Manufaktur pada Diagram Throughput 140 5.5.1 Membedah Inventory 140 5.5.2 Membedah Lead Time 146 5.5.3 Pengukuran yang Disimpulkan dari Hasil Pemantauan dan Diagnosa 151 5.6 Penggunaan Grafik untuk Merepresentasikan Diagram Throughput dan Data Kunci 153 5.6.1 Representasi Hasil Analisis Manufaktur 153 5.6.2 Grafik untuk Pemantauan Aliran Manufaktur Jangka Menengah 157 5.7 Implikasi Pengendalian Manufaktur 161 BA8 VI LOADwORIENTED ORDER RELEASE 163 6.1 Pendahuluan 163 6.2 Hubungan Dasar 163 6.3 Prosedur 166 6.4 Konversi Order untuk Pembebanan 172 6.5 Contoh Pelaksanaan Proses Release 176 6.6 Pemilihan Nilai Load Limit dan Loading Percentage 182 6.7 Keterkaitan diantara Pengendalian Order dan Pengendalian Manufaktur 192 6.8 Pengaruh Parameter Load Limit dan Time Limit pada Saat Simulasi dan pada saat Kenyataannya di Lapangan 193 6.8.1 Simulasi Proses Manufaktur Sebagai Bantuan Dalam Pengujian Algoritma Pengendalian 193 6.8.2 Dampak yang Diakibatkan oleh Load Limit 207 6.8.3 Pengaruh Time Limit 216 6.9 Analogi Pengendalian pada Load-Oriented Order Release 218 6.10 Aturan Prioritas dan Order Sequencing pada Load-Oriented Order Release 219 BAS VII PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KAPASITAS BERORIENTASI JADWAL 227 7.1 Pendahuluan 227 7.2 Masalah dan Metoda 227 7.3 Menentukan Load Center 231 7.4 Prosedur Perencanaan Kapasitas Berorientasi Jadwal 235 BAB VIII ANALISIS ALIRAN PRODUKSI MANUFAKTUR POLMAN SAAT INI 243 8.1 Pengumpulan Data 243 8.2 Pengolahan dan Penyajian Data 244 8.3 Model Aliran Produksi secara Umum di POLMAN 244 8.3.1 Model Lay-Out Divisi Mekanik 258 8.3.2 Model Aliran Material Divisi Mekanik 259 8.3.3 Model Aliran Informasi Oivisi Mekanik 262 8.4 Analisis Sistem Pelaksanaan Produksi POLMAN 266 8.4.1 Data dan Pengolahan Data 266 ix 1IlII'!'J!'!"-----~-------------- ..-._- ....._.....__..
  • 11. l' I I i I ' i ! I • I i I I ' I 8.4.2 Identifikasi Masalah Penyebab Keterlambatan Penyerahan Pesanan (Delivery Order) 8.4.2.1 Masalah pada Perencanaan Tahap Awal (Pada Saat Analisis Kelayakan dan Estimasi waktu Proses) 8.4.2.2 Masalah pada Saat Perencanaan, Pemantauan dan Pengendalian Kegiatan Produksi 8.4.2.3 Masalah pada Pelaksanaan Produksi Manufaktur 8.4.3 Solusi Umum Untuk Menanggulangi Keterlambatan Penyerahan Pesanan (Delivery Order) 8.4.3.1 Solusi Umum pada Perencanaan Tahap Awal (Pada Saat Analisis Kelayakan dan Estimasi Waktu Proses) 8.4.3.2 Solusi umum Pada Perencanaan, Pemantauan dan Pengendalian Kegiatan Produksi 8.4.3.3 Solusi Umum Pada Pelaksanaan Kegiatan Produksi BAB IX PERENCANAAN JADWAL DAN KAPASITAS BEBAN PRODUKSI BERORIENTASI MAHASISWA 9.1 Perencanaan Jadwal Produksi 9.1.1 Data yang Diperlukan untuk Menentukan Komponen Waktu Suatu Work Center dan akan Digunakan untuk Perencanaan Jadwal Produksi 9.1.2 Menentukan Lead Time Operasi Bubut (Tujuan Perencanaan Jadwal Produksi) 9.1.2.1 Menentukan Operation Time (TOP) 9.1.2.2 Perhitungan Transit dan Inspection Time (TT) 9.1.2.3 Perhitungan Waiting Time 9.1.2.4 Menentukan Mean Operation Lead Time untuk Work Center Bubut 9.1.3 Evaluasi Lead Time Operasi pada Diagram Throughput (Serdasarkan Pencatatan Data Aktual) 9.1.4 Evaluasi Lead Time Operasi pada Work Center Bubut ,Menggunakan Data Kunci Statistik 9.2 Perencanaan Kapasitas dan Beban Produksi 9.3 Penerapan Hasil Perencanaan Jadwal dan Kapasitas Seban Produksi pada Load-Oriented Order Release untuk Work Center Bubut 9.3.1 Penjadwalan (Backward Scheduling) 9.3.2 Konversi Kandungan Kerja 9.3.3 Order Release 9.4 Kesimpulan 9.5 Saran APENDIKS A APENDIKS B 268 268 269 269 270 270 273 275 277 227 278 281 281 284 284 285 286 290 298 302 304 306 307 308 308 311 333 x
  • 12. 346 APENDIKS C 358 APENDIKS 0 368 APENDIKS E xi ---~_.~_ ..__.. ,._._--- . ~---. -_.---­
  • 13. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian KonvensionaJ BABI TINJAUAN UMUM TERHADAP METODA PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN KONVENSIONAL .....: pertama akan • 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 PERUBAHAN PADA L1NGKUNGAN MANUFAKTUR Keandalan dan unjuk kerja produk menentukan kekuatan suatu perusahaan manufaktur untuk bersaing pada pasar penjualan. Kenyataan tersebut terjadi pada masa lalu. Dewasa ini, keandalan dan unjuk kerja produk merupakan tuntutan umum, tuntutan baru yang muncul adalah ketepatan waktu penyerahan pesanan (delivery) dan mengurangi ongkos produksi. Sehingga perbaikan terhadap sistem manajemen produksi merupakan agenda utama pada perusahaan manufaktur untuk tetap mampu bersaing selain kekuatan produk sebagai sasaran strategis. Pada saat menilai unjuk kerja suatu perusahaan, pengukuran terhadap faktor yang mempengaruhi proses produksi secara terpisah tidak selalu akan menghasilkan perbaikan menyeluruh terhadap perusahaan. Perubahan faktor individu harus direncanakan dan diimplementasikan secara terintegrasi. Langkah yang dilakukan adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi secara relevan dan mendefinisikan tujuan bersama yang akan ditempuh (gambar 1.1), sehingga akan menggambarkan kondisiaktual perusahaan yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian, dan akan mengkoordinasikan seluruh evaluasi proses manufaktur yang berhubungan dengan strategi penjualan. .":" Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem produksi adalah: Produk Selama permintaan difokuskan pada produk, maka situasi pasar penjualan dan persaingan dengan perusahaan lain akan memiliki pengaruh yang besar bagi suatu perusahaan manufaktur. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka jadwal induk produksi (master production schedule) merupakan syarat yang harus dipenuhi. Dewasa ini, permintaan pemesan memiliki karakteristik LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) .i 1
  • 14. I Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional , , jenis produk yang bervariasi dan ukuran lot lebih kecil, waktu penyerahan pesanan lebih singkat dan kualitas produk lebih tinggi. • Teknik Produksi Perusahaan dipengaruhi juga oleh perkembangan dan kemajuan teknik produksi seperti lahirnya teknologi baru dan penggunaan sistem otomasi dalam proses manufaktur. Selain itu terjadi kecenderungan meningkat pada masa yang akan datang untuk mengintegrasikan aliran informasi dan material. Kondisi tersebut ditandai melalui penerapan karakteristik Flexible Manufacturing System, Computer Integrated Manufacturing dan konsep logistik. FLI'XIBILITY Capacity Technology • structure PRODUCTIVITY Manufacturing Process Lead Time ATTRACTIVENESS Load Wori<Contenl • W",""System lo-Pl'OC'<;> Invento<y Utilization Gambar 1.1 Faktor yang mempengaruhi sistem produksi dan penggabungan tujuan yang akan dicapai • Kondisi Sosial Perubahan kondisi kerja di perusahaan akan mempengaruhi sistem manufaktur. Perubahan tersebut meliputi penyingkatan jam kerja dalam seminggu, pengaturan baru terhadap waktu istirahat dan pergantian kerja (shift) dan penerapan metoda organisasi baru seperti memisahkan pekerjaan pada tahap perakitan. Pada saat merancanq dan menjalankan pabrik, Iingkungan kerja yang baru harus menemukan kebutuhan baru yang membatasi celah fisik dan mental yang terdapat pada pekerja. LOAD ORrENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) 2
  • 15. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional ian Tujuan sistem produksi yang akan dicapai adalah: • Produktivitas Tujuan pertama keberhasilan industri manufaktur adalah keuntungan jangka panjang yang didasari produktivitas. Tujuan lainnya adalah melakukan :nik efisiensi biaya pada tahap perancangan, perencanaan, pemrosesan, iasi penyimpanan dan transportasi. Pendekatan baru dewasa ini memiliki tujuan ada tambahan berupa pemendekan lead time proses manufaktur, inventory yang jan rendah dan hasil luaran total yang lebih baik. ible sep Lead time diusahakan lebih singkat atau paling sedikit sama dengan yang tercantum pada kontrak keria. Inventory yang lebih rendah akan memberikan dampak bahwa working capital yang akan dikeluarkan dapat diinvestasikan menjadi peralatan produksi baru dan ruangan yang digunakan untuk penyimpanan menjadi lebih kecil, aliran manufaktur yang dihasilkan lebih transparan, resiko kerusakan lebih kecil dan lead time menjadi lebih pendek karena antrian pada pusat kerja (work center) lebih sedikit. Perbaikan luaran secara total diwakili melalui lahirnya sistem FMS (Flexible Manufacturing System) atau FAS (Flexible assembly system). Jika perancanqan tahap awal dan pengoperasian sistem tersebut salah atau tidak sesuai maka tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai. Yang mana tujuan tersebut adalah menghasilkan tingkat kesalahan proses yang kecil dan kesalahan produk yang dapat ditoleransi, kompensasi selama pemberhentian produksi kecil dan pemeliharaan yang lebih mudah atau koreksi dilakukan dengan sendirinya. • Fleksibelitas Fleksibelitas menjadi tujuan penting pada banyak perusahaan. Seringkali jadwal induk produksi (master production schedule) berubah sangat cepat berkenaan dengan jumlah dan jenis produk yang diterima. Untuk melakukan fleksibelitas akibat perubahan yang terjadi maka sumber kapasitas harus diatur melalui penerimaan pesanan yang lebih sedikit, produk yang masuk atau keluar ditentukan oleh unit produksi, melakukan subkontrak proses manufaktur atau mengadaptasi penggunaan mesin otomatis multi guna. Implementasi teknologi baru harus dilakukan secara bersamaan untuk aliran dan pengendalian informasi. Pada saat merencanakan pemasangan suatu peralatan, perlu dipertimbangkan bahwa peralatan tersebut dapat ditata ulang kembali dengan biaya yang murah, sehingga menjamin tingkat fleksibelitas yang lebih besar. Fleksibelitas diperlukan juga pada penjadwalan dan pengendalian proses manufaktur. Ketertarikan Pada saat merancang awal atau merancang ulang fasilitas, perhatian harus ditujukan untuk membuat ketertarikan terhadap tempat kerja. Pertimbangan tern harus memperhatikan segi fisik dan mental pekerja. Segi fisik pekerja lam dikurangi melalui penggunaan mesin, dan segi mental dipengaruhi sistem erja inforrnasl dan penggunaan teknologi komunikasi dalam mengendalikan dan aan mengarahkan pekerjaan. Komputer dirancang sebagai alat bantu untuk )rik, menyelesaikan pekerjaan, sedangkan operator akan menentukan ang pencapaian hasil pekerjaan. Pekerja harus dapat mengkaitkan hasil pekerjaan yang dilakukan tanpa merasa tertekan oleh aktivitas yang sangat LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 3 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) 2 -I
  • 16. -'~'I I !, I ~ , Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional padat. Struktur kerja baru akan memiliki efek yang harus dipertimbangkan dalam bentuk biaya. Perhatian terhadap kualitas produk dan pemberdayaan (utilization) mesin harus dipertimbangkan juga karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan. 1.1.2 PERGESERAN TUJUAN PADA PENGENDALIAN MANUFAKTUR Perbedaan tujuan pada perusahaan manufaktur sering teriadi. Bagian pemasaran dan pemesan menghendaki delivery yang lebih pendek atau sesuai jadwal, pada slsi lainnya bagian produksi menghendaki tingkat pembebanan dan penggunaan peralatan semaksimal mungkin. Selain itu bagian keuangan dan bagian produksi menghendaki tingkat sediaan material serendah mungkin. Penekanan tuiuan pada kecepatan kerja dan delivery sesuai waktunya telah menggeser tujuan kegiatan produksi yang dilakukan (gambar 1.2). PAST PRESENT Gambar 1.2 Pergeseran tujuan pengendalian manufaktur Awalnya, pemberdayaan mesin dan tenaga kerja merupakan suatu hal yang sangat penting. Dewasa ini, perhatian lebih ditujukan pada waktu delivery, memaksimalkan semua luaran dan menurunkan inventory secara bersamaan. Lead time yang lebih pendek akan memendekkan waktu delivery sehingga menambah kekuatan suatu perusahaan untuk bersaing dan juga akan mengurangi resiko jika terjadi perubahan rancangan produk. Keandalan jadwal dibutuhkan juga untuk bersaing dengan perusahaan lain. Adanya jadwal detail akan mengakibatkan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik dan biaya lebih efisien. Penjadwalan tersebut harus direncanaan, dilaksanaan dengan baik dan tidak dihalangi oleh penerimaan pesanan mendadak yang dilakukan terus­ menerus. . LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) --. 4
  • 17. ., ., Ii n ai In In lh { 'i· f. r­t f ,'.' ~. I~~ I~ f' t ~' ~,. t, I' f r ~g I"­; .~a ~ L~n ,al i l:! 'ih 'i1 I an ~j~ (! s· ~; 1 ";1 ;~ r' ·~i •...,. ~j 4 d L Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional Inventory yang tinggi akan menyembunyikan beberapa masalah yang terjadi dalam tempo singkat seperti waktu setup yang berlebihan, proses yang tidak dapat diandalkan dan buruknya kualitas produk, sehingga pada akhirnya lead time akan bertambah panjang. Akibat lainnya adalah keterlambatan delivery akibat antrian pekerjaan pada work center yang terkait. EUROPEAN/GERMAN JAPANESE VIEW VIEW Inventories Facilitate: • Smooth Production • On-Time Delivery • Overcoming Disruption • Economic Manufacturing • Good Utilization Inventories Hide: • Unstable Processes Unbalanced Capacities • Little Flexibility • Scrap • Poor Delivery Performance Gambar 1.3 Pengaruh inventory Gambar 1.3 menunjukkan pandangan yang berbeda mengenai work-in-process (WIP) yang diilustrasikan melalui tinggi cairan dalam bak penampung. Dengan menurunnya WIP maka akan memunculkan beberapa permasalahan yang tidak terlihat sebelumnya. 1.1.3 AKIBAT PENERAPAN PENJADWALAN KONVENSIONAL Pada saat perusahaan tidak memiliki informasi yang dapat diandalkan untuk menanggulangi pesanan yang terlambat, seringkali perusahaan tersebut percaya bahwa mereka dalam kondisi baik bila dibandingkan kondisi aktual yang terjadi. Sebagai contoh dialami oleh perusahaan pengolah logam yang diobservasi oleh Institut Fabrikanlagen of Hannover University di Jerman. ' Hasil penelitian menunjukkan suatu kondisi yang tidak diduga dan tidak diharapkan sebelumnya, yang mana: • Flow time per operasi sebesar 8,5 hari (allowance direncanakan sekitar 5 hari kerja per operasl), • Order flow time sebesar 80,1 hari (direncanakan sekitar 55,4 hari). • Rata-rata keterlambatan delivery selama 13 hari. • Dengan mengasumsikan batas deviasi delivery plus minus 5 hari, ternyata didapat hanya sekitar 15 % pesanan yang memenuhi target sedangkan lebih dari 70% pesanan mengalami keterlambatan. LOAd ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANN/NG AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) 5
  • 18. ~.~. 11 . . ' 1;li.1 iii Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional • Data umpan balik (feed back) yang tidak mencantumkan data operasi (paling sedikit satu jenis operasi) sekitar 36% dari pesanan yang dikerjakan, dan pencatatan operasi yang tidak benar sekitar 23% dari jumlah operasi yang terdapat pada work center. • Rata-rata flow time operasi terletak antara 7 - 16 hari kerja dan rata-rata flow time yang lebih rendah diperoleh untuk pesanan yang memiliki 10 - 12 jenis operasi, sedangkan flow time yang lebih tinggi diperoleh untuk pesanan yang memiliki 4 - 6 jenis operasi. • Waktu proses pemesinan lebih kecil dari 15 % terhadap waktu alir total manufaktur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lebih lama menunggu, ditransportasikan atau dalam antrian (sekitar 85 % dari waktu produksi yang dibutuhkan). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui kondisi penjadwalan yang sebenarnya terjadi. Pokok permasalahan sebenarnya adalah penekanan inventory yang berlebihan sehingga mengakibatkan permasalahan yang sedang terjadi tidak terlihat dan akhirnya akan menambah flow time. Selain itu penekanan berlebihan diterapkan pada pemenuhan tujuan utilization dan lemahnya penentuan inventory yang sesuai. 1.1.4 TITIK LEMAH PENGENDALIAN MANUFAKTUR KONVENSIONAL I, Secara umum titik lemah pengendalian manufaktur konvensional adalah:" • Walaupun pemrosesan data digunakan untuk perencanaan, pencatatan data umpan balik, sistem pengendali aktifitas produksi serta perhitungan biaya " I untuk penjadwalan kapasitas dan penjadwalan delivery, maka nilai optimum ketepatan proses manufaktur yang dihasilkan melalui komputer dan kondisi sebenarnya masih sangat kecil. Sehingga perencanaan mingguan mutlak dilakukan, dan umumnya hal tersebut disebabkan penerimaan order yang padat, ketidaksiapan dalam menerima teknologi baru dan kegagalan proses yang terjadi. Selain itu jadwal yang telah dibuat harus direvisi ulang setelah dilaksanakan dalam jangka waktu yang sangat singkat. • Sistem pengendali manufaktur konvensional tidak memberikan data informasi I I: atau indikasi yang berguna terhadap faktor yang mempengaruhi flow time, keterlambatan, inventory dan seluruh tujuan yang akan dicapai secara langsung. Seringkali sistem pengendali manufaktur tidak dapat mengukur parameter yang diperlukan untuk mengendalikan kegiatan, bahkan tidak memiliki parameter pengendali. I • Penerapan sistem yang rumit akan memberikan ruang gerak yang semakin sempit bagi orang yang sedang bekerja untuk menentukan suatu keputusan. Jika tidak tersedia informasi dan pelatihan yang memadai bagi perencana, maka pembuat jadwal tidak memiliki kualifikasi sebagaimana mestinya. Pada kondisi tersebut pelaksana akan kembali pada sistem perencanaan informal yaitu jadwal yang telah ditetapkan tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Kondisi di atas menunjukkan bahwa lemahnya unjuk kerja sistem pengendali manufaktur disebabkan pemberian kelonggaran lead time yang tidak sesuai dan lemahnya data umpan balik (feedback) yang disediakan. Untuk menanggulangi LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) 6
  • 19. Tinjauan umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional hal tersebut maka perlu dipertimbangkan untuk mengimplementasikan sistem pengumpul data terintegrasi (on-line data collection system) dan mencari metoda pemecahan masalah untuk mengendalikan kegiatan manufaktur. 1.2 PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI KONVENSIONAL 1.2.1 KARAKTERISTIK PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI KONVENSIONAL Seban pekerjaan yang dihasilkan melalui order stock dan ketersediaan kapasitas dapat digunakan untuk penjadwalan yang berhubungan dengan waktu delivery. Penentuan kedua faktor tersebut umumnya tidak dapat dilakukan dengan teliti, sehingga perencanaan dilakukan secara bertahap yang meliputi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (gambar 1.4). • I <II Productiontlltll Order Quotatione c: ~ ~ Programeu.- Schedulling - Schedulling ..O::C:, c: Planning tlleu ~- I •00. ..J • I if Explosion of Bill of III Materialtll e tll and Job Planningeu e 0:: .­ ~ • c: E I: ::::J.!l! :co. Infinite Loading III and 1/1 :E Zl Capacity Planning u 0 .0.: I '0 t" "'"u III .c III Shop Floor "0 OIl tlltll Controll OIl I: c: U. III ._ 0::1: I t;0­ .r=.a. en Gambar 1.4 Rangka kerja pada perencanaan dan pengendalian produksi . Karakteristlk perencanaan jangka panjang terjadi pada tingkat produk yang dldasari pemesanan atau taksiran penjualan. Pada tahap ini seringkali data tOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) 7
  • 20. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional kuantitas produk dan due date tidak dapat ditentukan dengan teliti, dan juga tidak tersedia data akurat pada struktur produk. Pada perencanaan jangka menengah, gambar kerja dan BOM (bill of material) merupakan syarat awal yang harus dipenuhi. 80M akan menentukan jumlah komponen yang diperlukan dan menentukan rencana kerja. Lead time ditentukan berdasarkan komponen yang harus diproses atau dibeli, sehingga due date suatu pesanan dapat diketahui. Untuk setiap komponen yang mengalami proses manufaktur, jenis operasi dijadwalkan pada routing sheet, kemudian order load dibagikan ke work center dan perencanaan kapasitas (capacity planning) dilakukan. Pada perencanaan jangka pendek, penjadwalan setiap pekerjaan pada pusat kapasitas (capacity center) dilakukan. Langkah berikutnya adalah dispatching untuk memroses order, dan bersamaan dengan sistem umpan batik membentuk sistem pengendali aktivitas produksi. Karakteristik lain pada penjadwalan dan pengendatian produksi ditunjukkan pada gambar 1.5. Order and Capacity • Related Actual Schedule Performance List +-~ Execution 1"-'P1 Order and Capacity • Related Master Production Schedule Order Due Dates Workload Capacities I I I I I I I Feedback of Actual Dates I r---------------- I I I L.- _ I Gambar 1.5Pengendalian jadwal pada pengendalian manufaktur Penjadwalan dapat dilakukan oleh pelaksana, komputer pemroqram atau kombinasi keduanya yang berfungsi sebagai pengendali dan menetapkan status perencanaan sampai menjadi proses aktual. Proses tersebut dipantau melalui pelaporan data umpan batik untuk meminimalkan gangguan pada proses produksi. Seluruh proses tersebut diberi nama "Penjadwalan dan Pengendalian Produksi" yang merupakan komponen sangat penting pada penjadwalan produksi. Daur tertutup tersebut bertanggung jawab terhadap kelangsungan aliran proses manufaktur. f LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 8 AND CONTROL "PPC" (04 POUTEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 21. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional Pesanan berdasarkan jadwal menentukan kapan dan dimana setiap operasi akan dilakukan, sedangkan kapasitas berdasarkan jadwal menentukan urutan operas] yang terdapat pada work center. Ciri karakteristik model lainnya pada penjadwalan dan pengendalian produksi adalah pemisahan fungsi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknik penggunaan komputer. Gambar 1.6 menunjukkan model PPC (Production Planning and Contro/) berdasarkan tiga tingkat struktur. Model tersebut memperbaiki struktur penjadwalan dan pengendalian produksi berdasarkan perencanaan (horisontal) dan tingkat detailnya (dari atas ke bawah). Karakteristik tersebut tidak memisahkan tingkat perencanaan berdasarkan jangka panjang, menengah dan pendek. 1. Progress Control 2. Incoming Goods Receipt 3. Capacity Monitoring 4, Shop Order Monitoring 5. Customer Order Monitoring 6. Customer Order Assignment 1. Shop Order Release 2. Order Documentation 3. Resource Checking 4. Dispatch Order List 5. Material Handling Control LEVEL 3 1. Gross Demand Calculation 2. Net Demand Calculation 3. Purchase Demand Calculation 4. Requirement Planning by Statistical Order Pont 5. Inventory Accounting 6. Inventory Allocation 7. Purchase Ordering 8. Supplier Selection 9. Purchase Order Monitoring 1. Forecasting .Finished Product 2. Forecasting Parts and Assemblies 3. Rough Planning of Production Program 4. Rough Planning of Customized Product 5. Rough Planning of Standard Product 6. Delivery Dates Estimation 1. Customer Order Management 8. Advance Time Control of Design Department 9. Advance Time Control of Process Planning Department Shop· Order Monitoring Manufacturing Assignment Scheduling and Capacity Planning Material Requirement Planning Master Production Planning 1. Lead Time Scheduling 2. Capacity Requirement Planning 3. Load Levelling 4. Order Sequence Planning _ 5. Capacity Evaluation '-------' LEVEL 2 Production Control Production Planning Gambar 1.6 Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi LOAD ORIENTED O~DER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 9 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 22. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional 1.2.2 PENJADWALAN LEAD TIME DAN PENJADWALAN KAPASITAS KONVENSIONALi. I i Masalah sangat penting pada penjadwalan dan pengendalian produksi adalah menentukan waktu kapankah suatu order harus dimulai dengan diketahuinya dueI. date dan kapankah order tersebut akan mencapai setiap work center. Masalah tersebut dibagi menjadi dua tahap terpisah pada setiap tingkat perencanaaan. Tahap pertama adalah meletakkan setiap order sesuai urutan kronologisnya (gambar 1.7). STEPS 5 4 3 2 STEPn I ISTEP ..... I I STEP 3 I I I I STEP 2 t SfEP1 I TIME 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Period t -1 r-&OOd'" tBegin End Gambar 1.7 Pembebanan tak terbatas (melalui penjadwalan ke belakang) Waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah diperkirakan melalui pencatatan data order sebelumnya yang diberikan melalui standard-routing sheet, atau melalui perhitungan untuk order yang baru. Pada kasus lainnya, perhitungan akan menghasilkan lead time (atau allowance) yang diperoleh tanpa mempertimbangkan kondisi beban yang sedang terjadi pada pusat kapasitas (capadty center). Proses tersebut dikenal dengan penjadwalan lead time tak terbatas. Dengan mengasumsikan bahwa kapasitas beserta jumlah yang diperlukan tersedia, maka penjadwalan lead time akan menentukan kapankah suatu order harus mulai diproses untuk mengetahui due date, atau kapankah batas akhir penyerahan pesanan yang diharapkan dengan diketahuinya start date. Jika scheduled start date terletak pada hari sebelum jadwal dibuat atau schedule due -dei« lebih lama dari yang direncanakan, maka keadaan tersebut dapat ditanggulangi melalui overlapping successive operation, splitting operation by alternate processing, atau interoperation time reduction. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 10 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 23. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvenslcnat Setelah penjadwalan lead time dilakukan, maka langkah berikutnya adalah pembebanan. Seban yang didapat melalui penjadwalan lead time ditambahkan ke perhitungan beban load center sesuai dengan urutan waktu (gambar 1.8). Pada proses ini hanya order yang telah di-release yang harus dipertimbangkan. Kemudian profil beban tersebut dibandingkan dengan profil kapasitas yang tersedia. LOAD CAPACITY (in Hrs or Days) 7 1: Undertoad Capacity Profile (-Available in Standard Hours)load Unit T: load Profile 2 (=Requlrement in Standard Hours) --+-+--_ TIME 6 7 8 9 10 11 12 13 ~ Schedule Pertod I (1 SCD, 1 week, 1 month) ( 1 week, 1 month, 1 year) Gambar 1.8 Prinsip pembebanan terbatas dan tak terbatas Jika kapasitas yang dibutuhkan dan yang tersedia berbeda untuk perioda yang panjang, maka kapasitas tersebut harus disete!. Penyetelan dapat dilakukan melalui kerja lembur, memendekkan jam kerja dalam satu minggu, menggandakan giliran kerja (shift) atau subkontrak. Pembebanan kapasitas yang dilakukan melalui cara tersebut dikenal dengan penjadwalan kapasitas (capacity scheduling). Keterkaitan antara kedua metoda penjadwalan tersebut ditunjukkan pada gambar 1.9. Pengalaman menunjukkan bahwa penyejajaran kapasitas (capacity alignment) secara otornatis ataupun pemeriksaan ketersediaan kapasitas jarang dilakukan. Hal tersebut disebabkan lemahnya keandalan sistem yang dlqunakan.terjadinya perubahan secara berkala dan gangguan pada proses produksi. Penyebab tersebut menjelaskan lemahnya pelaksanaan penjadwalan kapasitas. Selain itu, masalah yang timbul dapat juga disebabkan karena metoda penjadwalan kapasitas yang digunakan. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 11 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) -_._._--_ .._-------~~~- 0 2 3 4 5 presetDa~ ~ Schedule Horizon
  • 24.
  • 25.
  • 26. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional diberi nama interoperation time matrix yang menentukan jumlah jam atau hari yang dibutuhkan antara work center untuk mulai mengerjakan order. TO memiliki satuan jam. Jika TO dibagi dengan ketersediaan kapasitas perhari (daily capacity) yang memiliki satuan jam per hari maka akan diperoleh operation time (TOP) yang memiliki satuan hari. Penjumlah TOP dan TIO akan menghasilkan operation lead time yang digunakan untuk penjadwalan lead time. Gambar 1.10 menunjukkan penjadwalan ke belakang untuk 3 order. Order 1 dan 2 merupakan proses manufaktur komponen A dan B, dan order 3 .. membentuk rakitan komponen C. Dengan menggeser ke belakang jadwal due date, maka elemen throughput individu sub order dipetakan ke dalam sumbu waktu yang urutannya diturunkan dari struktur produk BOM. Pada gambar 1.10 ditunjukkan pula bahwa planned start date komponen B terletak di belakang waktu perencanaan, sehingga due date tidak dapat dicapai atau akan terjadi keterlambatan. • Interoperation Time (TID) Reduction Interoperation time reduction harus dipertimbangkan pada saat melakukan penjadwalan konvensional. Pertimbangan yang dilakukan adalah memendekkan TIO (yang diberikan dalam waktu standar). TIO terdiri atas beberapa komponen, beberapa diantaranya dapat dipendekkan sedangkan yang lainnya tidak. Mertens mengurutkan komponen tersebut sebagai berikut: »- Rata-rata antrian waktu sebelum suatu operasi dimulai. »- Proses yang berhubungan dengan waiting time sebelum suatu operasi dimulai (contoh marking). »- Proses yang berhubungan dengan waiting time setelah suatu proses selesai (contoh pendinginan). »- Antrian sebelum inspeksi. »- Waktu inspeksi. »- Waktu antrian sebelum transportasi. »- Transit time ke downstream work center. Gambar 1.11 menunjukkan struktur komponen pembentuk work center lead time, dan menunjukkan bahwa overlapping dapat dilakukan pada preparation time (T2) dan setup time (TS). Queue time (T1),waiting time (T4) dan transit time (T5) dapat dikurangi jika terjadi kasus keterlambatan. Kelonggaran operasi individu dapat ditentukan dalam beberapa cara, seperti TIO diperoleh sebagai kelipatan waktu operasi aktual. Hal tersebut umumnya direkomendasikan jika waiting time sebelum pemrosesan dan inspection time adalah komponen utama yang merupakan fungsi operation time. Jika waiting time tidak bergantung pada operation time dan pemrosesan harus dilakukan pada work center khusus, maka TIO diperoleh melalui pengalaman yang pernah dilakukan (dokumentasi data interoperation time matrix). LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 14 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 27. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional l. dTIea m.. W"ltlnll Operation Waiting tIranspocr T, T2 TP~QxTU T, T. T, I I I I ~ Orner Atrivalll1 Work Se~up Proce!lS Order leavjng Order Arrival,lit c.~r Concem.,d Begin Begin Work canter Downstream Wotk Center Q11 Queue Time TU " Time per Unit T, m Preparation lime T, " Post Operation Time (marking, cleaning, Inspection) (colling, deburing, Inspection) TS m Setup lime T. "Wait lime (for trans pot) TP " Process Time T, "' Transit lime Q "Lot Size Gambar 1.11 Komponen pembentuk lead time work center Melalui penjadwalan ke belakang (gambar 1.12A) diketahui bahwa start date terletak di belakang waktu perencanaan. Hal tersebut diakibatkan suborder 2 dan 3 lebih panjang dibandingkan dengan lead time yang direncanakan, sehingga order tersebut dikatakan kritis. Melalui pemendekan waktu suborder 2 dan 3 pada (gambar 1.128) dijumpai bahwa start date order terletak di depan waktu perencanaan. Kemudian start date order 1 digeser ke depan untuk menghindari waktu tunggu yang terlalu lama (gambar 1.12C).Contoh tersebut menunjukkan rumitnya perhitungan yang harus dilakukan, yang mana setiap tanggal harus dibaca, diubah, diperiksa dan ditulis kembali untuk setiap operasi order yang bersangkutan. 131211 Ol"dll!lrNo.1 " 1Z 13 Order ~o_ 3 Z1 32 Ol'derNo.2 21 Z2 ZZ .. 2' C} Aftet Reschedullng of Order No.1 B) After U,ad Time Reduction of Critical Order NO.1 and 3 A) After Bal;kW/ird St::heduUlng - stQrlng TIme Gambar 1.12 Langkah penjadwalan order LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 15 AND Cd'NTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 28. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional • Operation Overlapping Walaupun pengurangan TIO sudah dilakukan, suatu saat akan dijumpai pula bahwa due date tetap tidak akan tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan metoda lain yaitu overlapping atau splitting. Overlapping adalah memroses order dengan jumlah yang lebih kecil dari jumlah total yang harus dikerjakan, kemudian memindahkan langsung ke work center berikutnya dan memulai proses berikutnya dengan segera (gambar 1.13). Lot Lead Time I.. 2 3 II Sublot I I I I I , I I I I , I I I I I Work Center 'A' I I I TIO, I I [,------,1-----=-----;;m------lITW,1 I TI02 , .. ..I I I I IITW2 I TIO, .---...:..-------.l.. I It " ' l , I 1 I 1 I 1 I T5. 1 TP.=QxTU. 1 1 Work Center '6' 1-1---1I-+-+-+-+-+-+-+-+-I--iI-t--+-+-+-+-iI I I I I I I I I I I I I I I I Over1applng Time Lot Lead Tima S Over1applng Lot Lead Time A + B Gambar 1.13 Pelaksanaan overlapping Lot terdiri atas 15 kemponen sejenis dan dibagi menjadi 3 sublet yang terdiri atas 5 kemponen. Setelah sublot pertama selesai dikerjakan di work center 'A' kemudian dikirimkan ke work center 'B' selama T101. Work center 'B' kemudian melakukan setup selama TS8 , kemudian mulai memroses sublot 1. Cara yang sama dilakukan untuk sublot 2 -dan 3. Walaupun waktu proses yang berurutan sarna, maka TIO akan berbeda. Ditunjukkan bahwa TIO work center 'B' lebih panjang dari work center 'A'. Pada kenyataannya overlapping hanya dilakukan jika jumlah waktu yang dapat dihemat perlu dipertimbangkan. Pemendekan waktu melalui cara tersebut akan mengakibatkan penambahan biaya transportasi sublot, penjadwalan yang lebih rumit dan pengkoordinasian antara work center yang lebih baik. Selain itu akan memerlukan usaha yang lebih besar pada dispathcing dan pemantauan jadwal. i : i • Operation Splitting Operation splitting merupakan suatu alternatif selain pelaksanaan operation overlapping, yang mana lot dibagikan ke dua atau lebih work center. Gambar 1.14A menunjukkan lead time lot yang tidak dipisah (unsplit) yang terdiri atas 15 bagian pada work place 'N'. Gambar 1.148 menunjukkan pemisahan jumlah lot menjadi 3 sublet yang jumlah bagiannya sarna dan didistribusikan ke work center'N', 'M' dan 'P'. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 16 AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) I I ---"-"--'."""----------------------------­
  • 29. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional Lot Lead Time I" 2 3 II Sublot Work Center 'N' I I I I I I I I I I I I I I I I I A) Unsplit Flow I" Lead Time Split 1 .. , TSN TP1N" Q I axru, Work Center 'N' 11-----+-+-1-+-+-1 Split 1111111 Lead Time Split 2 Work Center 'M' fooll"'~--='-----'-"""""'--~"'1 I 1----+--+---+-+--11 Split 2 B) Split Flow I I" Lead Time Split 3 ..., I I I TSp TP3P '" Q 13xTUp I I Work Center 'P' 1IIII1 I Split 3 I I Lot Lead Time With Split I... .., I Gambar 1.14 Pelaksanaan splitting Pemendekan lead time akan menambah setup time pada work center 'M' dan 'P', sehingga akan mengakibatkan penambahan biaya dan mengurangi ketersediaan kapasitas pada work center yang bersangkutan. Selain itu, setiap sublot memerlukan penambahan paper work, dan jika mesin yang digunakan berbeda maka akan memerlukan operation sheet, fixture, tooling dan program NC yang berbeda. Oleh karenanya peruacwatan harus dilakukan dengan sangat teliti untuk mencapai waktu yang telah direncanakan. Selain itu, operation splitting memerlukan cara perencanaan dan pemantauan yang sangat berpengalaman, sehingga akan memerlukan biaya yang cukup besar. Umumnya operation splitting hanya dilakukan pada kondisi khusus untuk memecahkan masalah yang disebabkan oleh waktu setup yang sangat tinggi dan penentuan jumlah lot yang tidak sesuai. Hasil dari proses penjadwalan yang dilakukan harus mempertimbangkan ketidakpastian interoperation time, ketidakpastian dan rumitnya perencanaan untuk mengurangi lead time pada order kritis. 1.2.2.2 TAHAP PENJADWAlAN KAPASITAS • Pembebanan Terbatas (Finite Loading) Langkah pertama pada penjadwalan kapasitas adalah member; beban ke work center melalui perhitungan kandungan keria setiap operasi yang berhubungan dengan urutan waktu (gambar 1.15). Kapasitas yang LDAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 17 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 30. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional berhubungan penjadwalan (capacity-related schedule) dihasilkan mela order yang berhubungan dengan penjadwalan (order-related schedule). We center yang memiliki mesin secara teknis sarna akan membentuk sebu, pusat beban (load center). Waktu pembebanan umumnya satu hari kerja di perioda perencanaan umumnya satu minggu. Order yang memiliki wak penyangga dan bukan merupakan jalur kritis pada jaringan jadw, , ' l­ , dijadwalkan melalui earliest start date. 'Order-Related' Scheduling 12 13 14 Order NO.1 I , 11 I jJJ- : I .]j II -+r-r--l ~ Time ... 2"' ...c o B ~ s:; Oll 12 ell E o C. 'tl .- I1l :::l o 0" .Jw c c II o ~ T :; 13e :::l 'tl e ~ .II ,D , I 14 'Capacity-Related' Scheduling 11 13 14 Order No.1H----- ---+-+--H 21 22 23 24 r--+--t---t-I I---~ OrderNo.2 31 32 33 34 Order No.3r-++-++-+---H .... o....... $ c C ll ll E Uc. "'C .- III :::I Ao 0" ...Jw C o :; o :::l "'C e e:. B 31 32 21 H 1 2 3 4 Time Period Gambar 1.15 Hubungan order dan kapasltas terhadap penjadwalan LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 11 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) - 7! ~~'i
  • 31. • .. 1~r: .. ,;I .. Tirijauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional Penyetelan Kapasitas (Capacity Adjustment) . Hasil yang diperoleh melalui pembebanan adalah profil beban. Beberapa kondisi profil beban dapat dilihat pada gambar 1.16. Demonstrated Load Capacity C Capacity (in Hrs) -+-+---f-+-1r-+-j-----t-lr+--f---I----f--t--L. Time Period T ....-r-r-T"""r-r-"T""'lr-T''''T"'"r-r...,.."T'''''Ir-r-r-I'''''T''"T'"T''''''r-... (in Days) A) Short·Tenn Fluctuation In Load: Load Levelling Required Load Capacity (in Hrs) --r...,.................,.....,......-.-......,.-.-...................--.........,....,...,-...Time Period T (in Days) B) Medium-Term Fluctuation In Load: Capacity Adjustment Required Load Capacity -.t--~==::-._---'==-----(in Hrs) ....-r-r-T"""r-r-.,....,I"""T"-r-,...,.-.-'T""'lr-T'...,-r-T...,.........- ... Time Period T (in Days) C) Undercapaclty and Fluctuation: Capacity Increase and Load Levelling Required load Capacity (in Hrs) Time Period T I-T-.-.,.-,'"""'T"'~r-T'...,...-r-T-r-.,.....,r-T"-r-,...,.-r-.,......,~..... (in Days) 0) Overcapacity: No Corrective Action to Be Taken Gambar 1.16 Pangaturan kapasitas dan pembebanan terbatas setelah penjadwalan Pada kasus 'N beban bervariasi di sekitar nilai kapasitas normal pada perioda yang pendek, Untuk mengurangi fluktuasi yang terjadi maka dilakukan pergeseran operasi dalam batas waktu yang dapat ditolelir atau melalui alternate processing untuk menghindari idle time atau overload pada work center. Pada kasus 'B' terjadi pengurangan beban di tengah perioda waktu, sehingga kapasitas harus dikurangi metalui pemendekan giliran kerja atau mengurangi jumlah mesin yang digunakan. Pada kasus 'C' terlihat bahwa kapasitas terlalu kecil, sehingga kapasitas dinaikkan melalui kerja ; . Ilembur, dan fluktuasi yang ada dapat ditanggulangi seperti pada kasus 'A'. II I' Kasus '0' tidak memerlukan tindakan koreksi. I LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAJ PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 19 AND CONTROL "PPC" (04 POUTEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 32. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional • Penyejajaran Kapasitas (Capacity Alignment) Penyejajaran kapasitas dapat dilakukan melalui beberapa cara (gambar ! ; 1.17). Overload dapat ditanggulangi melalui subkontrak atau alternate processing, dengan asumsi bahwa fixture, tooling dan lembar kerja telah tersedia pada work center. Machine A Time A. Subcontracting B. Alternate Routing "C "C ell ell o o ...J ...J Time Machine A Machine 8 Machine C Machine 0 Machine E ~e e~ ~e" i$-~ <:-'tf '?'~~v C. Alternate Processing C. Combination of Band C Gambar 1.17 Penyejajaran kapasitas melalui modifikasi beban Melalui alternate routing (kasus 'B'), dicoba untuk menggeser operasi ke depan dalam batas waktu yang diijinkan. Beberapa penults telah rnelakukan pengujian mengenai rnasalah yang timbul pada penyejajaran kapasitas. Berkamp mengembangkan metoda nilai relatif keterlambatan yang melihat order sesuai dengan prioritas penyejajaran kemudian menggesernya sampai perbedaan diantara profil beban dan profil perhitungan kapasitas berada di dalam toleransi yang dapat diterima. Semua metoda penyejajaran dilakukan dengan mengasumsikan tidak terjadi hambatan dan perubahan pada proses produksi, dan pekerjaan akan tiba pada work center sesuai jadwal. Masalah yang akan timbul dan dijumpai kemudian adalah ketidakpastian dalam penjadwalan lead time. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 20 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 33. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional 1.2.3 EVALUASI PENJADWALAN LEAD TIME KONVENSIONAL HasH allowance dan penjadwalan kapasitas konvensional ditunjukkan pada gambar 1.18. Urutan operasi setiap work center ditentukan dengan optimal melalui perhitungan yang rumit. Sesuatu yang tidak dipertimbangkan adalah pelaksanaan setiap order yang terlihat kaku (tidak fleksibel) sesuai dengan urutan waktu pelaksanaannya. Kondisi sebelumnya menunjukkan bahwa setiap elemen operasi dapat digeser pada rentang waktu yang fleksibel (beberapa hari) dan relatif besar bila dibandingkan dengan waktu operasinya. Setelah penjadwalan kapasitas dilakukan maka rentang waktu tersebut rnen[adi lebih keeil (sekitar satu jam atau lebih kecillagi), sehingga buffer time yang dianggap dapat mengkompensasi hambatan dalam produksi (pasti teriadi) tidak tersedia pada awal proses. Work Center I r-------I!lmf--'--~~0-------1~ I 6 5 4 3 2 Order 1 '. Work Center A c::::> TimeSchedule Period Gambar 1.18 Diagram penjadwalan terbatas Konsekuensi pendekatan tersebut adalah terjadinya keterlambatan pada susunan operasi yang dlsebabkan ketidakhadiran operator atau terjadi .... kerusakan mesin atau peralatan. Akibatnya akan terjadi keterlambatan pada . work center yang bersangkutan. Sehingga semua operasi berikutnya akan •.... mengalami keterlambatan juga. Jika satu atau beberapa order disusun dengan cara tersebut (walaupun interoperation allowance dikurangi pada batas minimum yang diijinkan) maka konsekuensinya adalah terjadi keterlambatan order yang mengakibatkan prioritas order menjadi tinggi. Sehingga seluruh penyeimbangan jadwal yang dilakukan (dengan rumit) akan menjadi kaeau. Hal tersebut menunjukkan mengapa penyejajaran kapasitas konvensional jarang digunakan pada industri manufaktur dewasa ini. Kondisr tersebut diakibatkan prosedurnya yang rumit dan -diragukan keandalannya. Suatu alternatif umum adalan menggunakan daftar beban (load list) yang ditentukan pada saat penjadwalan order. Daftar tersebut digunakan sebagai rekomendasi penjadwalan LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 21 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) ----------_..._------_._-­
  • 34. ] , I I I, ]' I : II ,I: "" i I i i II " I I I 1 _. '+1',1, Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan PengendaJian Konvensional terbatas pada saat kegiatan dilakukan. Urutan operasi suatu order ditentukan oleh foreman atau oleh dispatcher melalui persetujuan foreman. Pengurutan dan pengalokasian operasi order ditentukan berdasarkan kriteria teknis pekerjaan pada mesin, kualitas personal, prioritas order dan minimasi setup time. Sebelum hal tersebut dapat dilakukan maka tooling, fixture, lembar kerja dan program NC harus tersedia. Melihat kondisi tersebut maka timbul suatu masalah yaitu bagaimanakah cara yang memungkinkan untuk melaksanakan pemenuhan order sesuai jadwal dewasa ini, walaupun terdapat kelemahan pada metoda penjadwalan sebelumnya (secara konvensional). Suatu distribusi lead time dapat menjawab pertanyaan tersebut. Gambar 1.19 menunjukkan distribusi pada work center tunggal yang diperoleh melalui penelitian pada pabrik pemesinan presisi. i!.,.,u A J I I I Mean Value 13.6 DaY" AI Expnoss Order e ..:::I t:r eu. 15 7% ),, , , ,, I • Top - Priority • Urgent Demand • Behind Schedule "»: ( I B I C 0 al Nonnal Order I I 38% 40% 15% 10 I I I • Known Requirements I I I CI Deferred OrderJ I I • Pull - Ahead Start . • Requirements Reduction I • Due Dates Change 5 D I Neglected Order • Unknown Demand • Order Backlog Sediment o -..,.-+---_Flow TIme (in DayS) o 6 10 16 20 26 30 > 30 Percentages Retelling to Work Content in Standard Hours Gambar 1.19 Distribusi flow time suatu work center mesin bubut Order diproses pada work center mesin bubut selama 16 minggu dan dikelompokkan berdasarkan lead time dikalikan unit kandungan kerja (work content). HasH perkalian yang diperoleh disebut weighted flow time. Pencatatan lead time dilakukan pada saat order meninggalkan upstream work center dan pada saat meninggalkan work center terkait, sedangkan unit kandungan kerja diperoleh melalui lembar operasi. Langkah berikutnya menentukan prosentase order per kelompok lead time. Distribusi tersebut menunjukkan varian flow time yang lebar dan harga rata-rata flow time yang tinggi, yaitu 13,5 hari kerja. Jika order dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan penurunan prioritas maka dapat disimpulkan bahwa : >- Express order sebesar 7%. Yaitu order yang melalui work center dengan prioritas tertinggi (flow time sampai 1 hari kerja). Order tersebut umumnya LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 22 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 35. Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional .merupakan order dengan permintaan prioritas tinggi dan telah mengalami keterlambatan. » Normal order diasumsikan memiliki flow time sampai dengan 10 hari kerja. Kelompok ini memiliki jumlah order sebesar 38%, dan order tersebut harus diselesaikan mendekati masa yang akan datang. » Deferred order yang memiliki lead time sampai dengan 20 hari kerja. Order tersebut merupakan order tidak panting yang mulai diproses mendahului jadwal karena ketidakpastian pada penjadwalan. Disebut juga order pengisi kekosongan (filling order), atau order economic lot (karena prioritas order tertinggi dan jika proses ditangguhkan maka lot tersebut tidak lama lagi akan menjadi order urgent), atau order yang mengalami penundaan due date. );> Neglected order, yaitu order yang permintaannya tidak jelas karena pengubahan teknls, atau order yang proses berikutnya dihentikan oleh bagian pemeriksa kualitas, atau order yang dibatalkan. Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat dinyatakan bahwa hanya order sanqat penting yang dikerjakan sesuai jadwal. Kelompok lainnya dipandang tidak penting selama pemantauan jadwal, sehingga diabaikan pada saat menilai unjuk kerja penjadwalan. Selama metoda penjadwalan konvensional tidak menjelaskan tujuan yang ingin dicapai (pembuktian data statistik pada lead time, unjuk kerja penjadwalan dan inventory yang terjadi), maka beberapa perusahaan merasa yakin bahwa sistem yang sedang dilaksanakan tidak mengalami gangguan. Umumnya informasi yang tersedia hanya berupa data pemberdayaan (utilization) fasilitas. Kondisi sebenarnya umumnya menunjukkan bahwa: );> Order dan operasi memiliki varian lead time yang lebar. );> Penjadwalan lead time hanya dilakukan untuk order penting. Penundaan order menyebabkan inventory yang tinggi dan terhambatnya proses produksi. );> Metoda penjadwalan dan pengendalian produksi umumnya tidak dihitung berdasarkan fakta bahwa flow time merupakan variabel yang ditentukan berdasarkan aturan statistik. );> Flow time, inventory, utilization dan unjuk kerja penjadwalan (variabel proses produksi) tidak dapat diukur dan tidak pernah diperiksa. » Tidak tersedianya petunjuk atau metoda untuk menentukan allowance. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada teori realistik ataupun yang dengan jelas mengulas aliran proses manufaktur dan menggambarkan hubungan tujuan yang akan dicapai, yang akan memberikan dasar bagi pengembangan metoda baru untuk melakukan penjadwalan dan pengendalian produksi. 1.2.4 KEBUTUHAN METODA BARU UNTUK PENJADWALAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Untuk menanggulangi kesulitan pada saat melakukan penjadwalan dan pengendalian produksi, maka alternatif yang dapat dilakukan adalah : );> Menggunakan workstation pada model dialog di dalam atau dekat bengkel. .. Kemungkinan dilakukannya integrasi melalui main frame atau jaringan komputer. .... Menambah ketersediaan software umum untuk memroses dan melindungi data masal. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCT/ON PLANNING 23 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 36. i i . i ' I, ·1 : . I • J I L Tinjauan Umum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional }> Mengintegrasikan evaluasi dan merepresentasikan kegiatan dalam bentuk grafik (diagram). }> Penggunaan sistem pengumpul data dengan biaya murah. Pada pelaksanaannya perangkat tersebut digunakan untuk mendata tanggal dimulainya (start date) dan berakhirnya (end date) suatu proses. Data tersebut kemudian dikumpulkan dan diproses untuk mendapatkan laporan kemajuan dan parameter proses yang dilakukan. Pada sistem produksi job shop, seringkali penjadwalan tidak dilakukan dan laporan kemajuan proses produksi hanya ditunjukkan pada papan perencanaan. Dewasa ini pengendalian dilakukan melalui tampilan grafik atau diagram yang memiliki kemampuan komunikasi. Pemantauan terhadap masuk atau keluarnya suatu order merupakan hal yang penting, sehingga pengendalian inventory dan lead time dapat dilakukan. Pendapat tersebut dijelaskan rnelalui model berikut (gambar 1.20). ----- _.----- -~~--~- lJManufacturing Lead Time ! Input Rate Output Rate Gambar 1.20 Situasi order pada perusahaan Laju masuknya order ditentukan dan dikendalikan oleh laju keluarnya order. Laju keluarnya order dipengaruhi oleh kapasitas (variabel yang dapat diatur). Jumlah work in process (WIP) ditentukan oleh laju masuk dan keluarnya order sehingga lead time dapat ditentukan. Melalui uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah pertama yang diperlukan adalah menentukan kebutuhan sistem pengendali manufaktur yang LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 24 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 37. Tinjauan Uinum Terhadap Metoda Penjadwalan dan Pengendalian Konvensional dapat dipertahankan pada masa yang akan datang. Kebutuhan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal seperti: ).. Sistem yang digunakan harus mewakili dan sesuai dengan model proses manufaktur yang dapat disimulasikan pada komputer sebagai sebuah proses yang stokastik. » Sistem yang digunakan harus memungkinkan penggunaan strategi pengenda/ian yang berbeda untuk mengatasi situasi pasar penjualan atau teknologi produk yang dipesan. » Pengukuran dan pengendalian terhadap flow time, inventory, schedule performance dan utilization dapat dilakukan seperti pada analisis deviasi proses produksi. » Sistem yang digunakan memungkinkan pemeriksaan kualitas data umpan balik, Daur pengendalian proses produksi harus dapat memeriksa kualitas data umpan balik yang diperoleh melalui pengukuran. Jika prinsip dasar yang telah dijelaskan sebelumnya tidak diikuti maka beberapa sistem perencanaan dan pengendalian produksi akan gaga/ da/am pelaksanaannya. Kondisi tersebut disebabkan ketidakmampuan sistem yang digunakan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan produksi modern. Esensi dari semua tuntutan pada penjadwalan dan pengendalian produksi modern adalah membuat pemodelan proses manufaktur yang realistik. merepresentasikan proses tersebut secara konkrit dan menunjang empat tujuan dasar pengendalian manufaktur yang saling terkait satu dengan lainnya. LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 25 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 38. Pengantar Load Oriented Manufacturing Control BAB II PENGANTAR LOAD ORIENTED MANUFACTURING CONTROL 2.1 PENDAHULUAN Untuk mengatasi masalah akibat penjadwalan dan pengendalian produksi konvensional, maka akan dikenalkan suatu metoda pemecahan masalah yang dlsebut Load-Oriented Manufacturing Control. Metoda tersebut akan menggantikan proses backward scheduling, finite loading, capacity alignment dan sequencing pada metoda penjadwalan dan pengendalian konvensional. Load-Oriented Manufacturing Control akan mengendalikan seluruh variabel produksi berupalead time, inventory, utilization dan schedule deviation (lateness) melalui suatu model proses produksi. Proses pengendalian direpresentasikan melalui diagram throughput atau model funnel, dan akan memantau seluruh variabel proses melalui diagram atau model tersebut. Order release dilakukan pada tingkat pengendalian job-shop jangka pendek (gambar 2.1). Sales Forecast I 1 Manufacturing Long-Term Sales Stock Capacity , Horizon: 12 - 18 Month Planning in $ I Master SchedUle 1 I Stock-on-Hand Capacity Levelling Order Planning and Alternate Horizon: 6 Month Stock-on-Order Processing I 1Job-5hop Load I I Current Job· Shop Control Produetlon Horizon: A Few WeekS Status Load Limit T IOrder release Gambar 2.1 Tiga tingkat pengendalian manufaktur LOAD ORIENTED ORDER RJ:LEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 27 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 39. Pengantar Load Oriented Manufacturing Control Sebelum order release dilakukan maka tahap perencanaan yang harus dilalui adalah: • Tahap perencanaan order yang memiliki tuiuan menghasilkan job-shop dan purchase order yang feasible. • Tahap perencanaan manufaktur yang memiliki tugas menyetel kapasitas yang diperlukan terhadap ketersediaan kapasitas untuk jangka panjang. Pengendalian job-shop akan terlaksana dengan baik jika perencanaan tahap sebelumnya dilakukan dengan baik. Untuk mengimplementasikan Load-Oriented Manufacturing Control diperlukan beberapa tahapan, yaitu (gambar 2.2): ( CONTINUOUS PLANNING AND OPERATION PROCESS 1 Y? MANUFACTURING ANALYSIS • Orders • Work Centers • Operations ~ 'i(M'""-'"'"P~l[ Feedback Accuracy Improvement Improvement ~ MONITORING SYSTEM ~.w.,,~·~. ___ • Actual Data J • Planned Data • Deviation Analysis • Measures ® , , , L Checking of the Present Manufacturing Control MANUFACTURING CONTROL • Load-oriented Order Release • Schedule-oriented Capacity Planning G).·······@ Sequence of Implementation Gambar 2.2 Tahap implementasi Load-Oriented Manufacturing Control • Tahap 1: Merupakan tahap analisis manufaktur. Tahap ini memiliki tujuan untuk mendapatkan data flow time dan lateness yang akurat, dan akan menjelaskan hubungan antara inventory, lead time dan utilization. Selain itu, titik lemah pada sistem umpan balik dapat dijumpai, dan melalui indikasi yang ada akan ditunjukkan bagaimana cara memperbaiki sistem umpan balik dan cara membagi kapasitas ke load cencer. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 28 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BA~.lDUNG)
  • 40. Level Model ;,,0" pengantar Load Oriented Manufacturing Control Tahap 2:• Hasil analisis manufaktur yang dilakukan akan dilanjutkan dengan perbaikan teknis dan organisatoris berupa pemendekan lead time dan pengurangan inventory. Tahap 3:• Selain proses perbaikan aliran manufaktur melalui pengukuran parameter teknis, maka perhatian harus ditujukan pula pada perbaikan data umpan balik. Tahap 4: • Sistem pemantauan hanya dapat diimplementasikan jika kualitas data umpan balik memenuhi syarat. Sistem tersebut akan mengijinkan pelaksanaan pemantauan secara permanen terhadap data kunci yang relevan, dan perbaikan yang diperlukan melalui bantuan sistem pengendali manufaktur dan aktifitas yang ada. Tahap 5:• Sistem pengendali manufaktur yang ada akan memerlukan perbaikan juga. Pada tahap ini, implementasi Load-Oriented Manufacturing Control harus dipertimbangkan secara cermat. yang digunakan untuk merepresentasikan proses produksi berupa diagram throughput atau model funnel (gam bar 2.3) yang akan menggambarkan kejadian input dan output order berdasarkan tuluan pengendalian lead time, inventory, utilization dan lateness secara grafis. Work (in H1'5) Arriving Orders Input in ( Input (HRS) ) Reference Period Inventory ....J.-...--..t----""'-----+--- L1 Initial Inventory Time Reference Period (in SeD) Output in Reference Period -----;"<-+" Ideal Output Actual Output a=PE m Trend Ideal Input ~~-----------~-----~---~~------------~----~ _ Processed Orders ( Output (HRS) ) Gambar 2.3 Penurunan diagram throughput dari model funnel Beberapa data kunci diperlukan pada tahap perencanaan untuk mengetahui status produksi tahap perencanaan dan status produksi aktual. Perbedaan status yang terjadi akan dipantau melalui sistem pemantauan permanen terhadap data kunci dan diagram throughput untuk mengetahui penyebabnya, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan perbaikan. LOAD ORfENTED ORDER RELEASESEBAGAIPENGANTAR PRODUCTION PLANNING 29 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 41. - - - - - - - - - ---'l , , I I I I I Ii,, :! I . I, I I .: .....-I-......~ 1Pengantar Load Oriented Manufacturing Control 1 Data kunci tersebut berupa: • Distribusi frekuensi relatif dan absolut untuk simple lead time dan weighted lead time. • Simple mean operation time dan weighted mean operation time. • Simple mean operation time percentages dan weighted mean operation time percentages, • Deviasi standar pada simple mean lead time dan weighted mean lead time. • Koefisien variasi pada simple lead time dan weighted lead time. Metoda pengendalian flow time pada shop floor melalui pengendalian input aktual terhadap output yang direncanakan disebut Load-Oriented Order Release. Untuk memastikan now time spesifik pada work center maka mean inventory harus diusahakan konstan, hal tersebut diakibatkan karena mean inventory merupakan variabel pengendali mean flow time. Akibatnya inventory setiap work center harus dikendalikan untuk menghindari terjadinya iddle time dan mendapatkan pemendekan lead time. Pada prinsipnya, Load-Oriented Order Release mengasumsikan bahwa kapasitas pada work center telah ditetapkan dan diseimbangkan, sebaliknya suatu algoritma akan menolak order yang akan menyebabkan overload penumpukan (bottleneck) kapasitas (gambar 2.4). Penyetelan kapasitas ditunjukkan melalui diagram throughput. $==-----TIme Limit ,Order 5 4 :~I I 3 :~ I I I 2~ 1~ Step 1 Scheduling 3 4 Period Step 3 Release Work Step 2 Conversion 41 0 A B C 0 Work Centers o[]I EJ Re'eVllnt, Converted Orders Ord"rStoek Gambar 2.4 Tahap Load-Oriented Order Release LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 30 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 42. .Pengantar Load Oriented Manufacturing Control Untuk menjamin penjadwalan input order (lead time. telah diasumsikan) yang tldak diperkirakan sampai dengan perioda yang akan datang dan menjamin ketersediaan kapasitas untuk order tersebut (walaupun perioda yang diminta 'belum direncanakan) maka penjadwalan lead time order dan penghitungan ulang 'beban yang akan datang (yang dihitung pada masa yang bersangkutan) harus termasuk pada proses release. Sebelum tahap Load-Oriented Order Release dilakukan rnaka sebagai titik awal proses relese adalah menentukan jenis, kuantitas dan due date untuk order shop-floor yang dilakukan selama perencanaan order. Selain itu harus diketahui juga routing untuk order, penetapan kuantitas, sequence operasi, jumlah work center, waktu setup dan waktu proses per unit. Tahap yang harus dilakukan adalah: • Tahap 1: Penjadwalan ke belakang untuk semua order yang diterbitkan dan belum di­ release. Harga lead time perencanaan (allowance) diasumsikan menjadi weighted mean lead time setiap work center yang ditentukan sebelumnya. Perbedaan waktu antara time limit dan waktu pada saat perencanaan dilakukan disebut dengan anticipation horizon yang diukur dalam jumlah perioda. Penjadwalan ke belakang akan menghasilkan daftar order sebelum di-release yang diurutkan sesuai start date. Start date order pertama mungkin terletak di masa yang lampau. Order yang terletak di bawah time limit diklasifikasikan sebagai order urgent. Tahap pertama akan menghasilkan: ~ Daftar order non-urgent. Order tersebut ditunda dan akan membentuk inventory order yang tidak di-release sampai dengan perioda penjadwalan berikutnya, dan akan mengalami proses release kembali bersamaan dengan order yang telah diterbitkan tetapi belum di-re/ease. }> Daftar order urgent berikut start date yang direncanakan, sequence operasi (berikut waktu standar dan work center) dan exit date yang direncanakan, semuanya disusun berdasarkan start date yang direncanakan. • Tahap 2: Mengevaluasi apakah order urgent akan rneniumpai kondisi inventory yang dijadwalkan pada setiap work center setelah order tersebut di-release. • Tahap 3: Memeriksa apakah load limit setiap work center yang dilalui order release tidak terlewati akibat proses release yang dilakukan. Jika load limit pada suatu work center terlewati maka order tersebut akan ditolak dan didaftar sebagai order non-feasible. Order tersebut bersamaan dengan order non­ urgent dan order yang dijadwal ulang akan masuk kernbali ke proses penjadwalan lead time perioda berikutnya. Setiap order hanya akan di­ re/ease satu kali. Load-Oriented order release akan rnenghasilkan daftar order: ~ Non-urgent ~ Urgent ~ Non-feasible }> Release Pada beberapa kondisi khusus, metoda tersebut akan mengijinkan bahwa order yang tidak di-re/ease dapat dikerjakan lebih awal. Sebagai contoh, jika dilakukan penambahan kapasitas jika terjadi bottleneck. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 31 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 43. · Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur "BAB III LEAD TIME SEBAGAI KUNCI PENENTU ;KEBERHASILAN PENGENDALIAN ';'MANUFAKTUR 3.1 PENDAHULUAN Work center lead time dan order lead time merupakan elemen dasar pada perencanaan dan pengendalian produksi. Sehingga definisi lead time beserta komponen waktu pembentuknya harus ditentukan dengan [elas dan detail. Perencanaan, pengukuran dan pemantauan lead time merupakan kegiatan penting pada saat penjadwalan dan pengendalian produksi. Umumnya, pengukuran lead time jarang dilakukan secara periodik, tetapi hanya dilakukan pada saat penelitian i1miah atau studi pemecahan masalah dilakukan. Pada awal 1963, Tully (rnelalui pengalamannya sebagai manajer pabrik mesin perkakas) mengemukakan bahwa: "Lead time aktual suatu operasi umumnya 5 hari kerja. Pada komponen yang memiliki tingkat kepresisian tinggi, waktu standar per operasi besar, jumfah operasi banyak (sampai 20 operasi) dan membutuhkan waktu lama pada saat pemeriksaan setiap operasi, maka akan dibutuhkan lead time yang lebih lama. Waktu tunggu (komponen lead time) sejak diterbitkannya raw material sampai proses selesai sekitar 90 % sampai dengan 95% dari waktu total. Penelitian terhadap waktu lead time pada suatu pabrik menunjukkan kodisi: ~ Waktu tunggu sebelurn proses dirnulai 75 % ~ Waktu proses 6 % » Waktu tunggu antara proses dan transportasi sampai inspeksi 7 % » Waktu tunggu sebelurn inspeksi 7 % ~ Waktu inspeksi dan transportasi ke downstream work center 2 % » Gangguan atau terhentinya proses 3 % Hasil tersebut menunjukkan kondisi buruk pada perusahaan yang sebagian diakibatkan oleh jenis produksi. Prosentese yang LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 33 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 44. Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur diperoleh menyarankan perlunya dilakukan pemeriksaan lebih teliti terhadap masalah pengurangan lead time", Masalah tersebut menjadi tujuan penelitian skala besar sekitar 10 tahun terakhir ini. Pada tahun 1972, Hackstein melaporkan hasil penelitian pertamanya berkenaan dengan studi waktu terhadap tiga perusahaan. Laporan yang lebih detail dipublikasikan oleh Stommel dan Kunz pada tahun 1973. Gambar 3.1 menunjukkan diagram yang diperoleh melalui penelitian tersebut dan membuktikan apa yang telah disimpulkan oleh Tully, dan masih relevan dengan kondisi beberapa perusahaan dewasa ini. : 5.9 Days per Operation : 6.8 Days : 207.4 min (=3.5 Hrs) ~....... 85%1 - - - - 1 75% _ 5% ~3% L2 % ----------------~ Job-Shop and Small-Batch Production Intermittent Production 32 Work Center 3,000 Operation Investigation Period of 4 Month Key data: Mean Lead Time Standard Deviation of Lead Time Mean Order Time Basis of Investigation -I Flow Time I - Operation Time ("'Setup T. + Process T.) '- Transit Time r-- Check Time '- Waiting Time I --..j Process - Dependent IWaiting Time ---1 Storing Time I ---1 Machine Down Time I 4Operator - DependentIWaiting Time , 100 % I I I I I I I I I I I I I I : Gambar 3.1 Komponen flow time pada pabrik pengolah logam (sistem produksi seri dan job-shop) Laporan tersebut menunjukkan suatu kenyataan bahwa waktu proses (komponen lead time manufaktur) umumnya lebih kecil dari 10%. Sebagai konsekuensinya maka pengukuran untuk mengurangi lead time akan membantu pelaksanaan pengurangan waktu tunggu sebelum proses. Hasil penelitian menunjukkan juga bahwa lead time aktual (flow time) pada suatu work center tunggal bervariasi pada batas waktu yang lebar. Gambar 3.2 menunjukkan rata­ rata lead time pada work center dan deviasi standar pada 32 work center untuk pabrik yang sarna. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 34 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG)
  • 45. l.ead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur - :.''''''-. : "~-,...-- -.­ , ~ -~~~ •• .:._,. ~-'''''''''< • o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 - .. -, ,..-. """ ~ ~ ::~,; ,~'- _:~ ~ ~: ~~::"I~:..':~ Mean Flow Time (Days) " .." - ~ ~ - , .­ - .' -~ II; -,_ I II l ~ I ~ ... I ~I -_I[I!!!;; ;;r_IU 'III --.. - I I I !!r Mean Standard Work Description Flow Deviation of Center Time Mean Flow (Days) Time (Days) 1/02 Identification 1.70 1.89 1/10 Lathes 4.01 5.22 1/11 Lathes 4.51 4.26 1/13 Lathes 2.33 1.80 1/20 Milling Machine 6.38 5.31 1/23 Milling Machine 5.30 6.97 1/35 Drilling Machine 2.36 2.31 1/40 Planing Machine 4.51 6.06 1/47 Broaching Machine 10.00 7.92 1/81 Sawing 3.27 3.75 1/89 SaWing 3.42 4.56 3/01 Tool Making 6.31 8.72 3/34 Drilling Machine 4.36 4.47 3/36 Drilling Machine 5.78 5.34 3/82 Separating 6.58 10.84 3/92 Signing 1.74 2.52 3/94 Engraving 4.15 4.63 3/96 Pressing 2.45 2.41 4/02 Marking 1.97 2.29 5/00 Hardening Room 3.24 1.74 7/50 Grinding Machine 2.54 2.59 7/51 Grinding Machine 3.31 8.40 7/54 Grinding Machine 9.18 3.17 7/61 Grinding Machine 6.60 8.36 7/62 Grinding Machine 5.64 8.39 7/65 Grinding Machine 4.98 5.27 7/66 Grinding Machine 2.43 3.02 7/70 Honing 1.75 1.58 7/72 Lapping 1.20 0.63 99/10 lathes 9.10 5.57 99/13 lathes 6.93 5.25 99/16 lathes 16.94 13.64 l: 32 Mean Value 4.84 4.97 Gambar 3.2 Rata-rata flow time pada beberapa work center Gambar 3.2 menunjukkan rata-rata lead time pada semua work center sekitar 5 hari kerja, tetapi perlu dipertimbangkan bahwa terdapat variasi lead time yang lebar. Lead time terendah 1,2 hari pada work center 7/72 (lapping) dan yang tertinggi 16,9 hari pada work center 99116 (lathes). Dipertimbangkan juga bahwa distribusi frekuensi merupakan sasaran penelitian. Gambar 3.3 menunjukkan basil analisis lead time per operasi aktual (masih pada perusahaan yang sama). Selain varian lead time yang lebar, dapat dilihat juga bahwa frekuensi pada kelompok tunggal tidak menunjukkan distrlbusi normal tetapi distribusi eksponensial. Nilai rata-rata distribusi terse but sekitar 5 hari. LOAD ORIENTED ORDER REl.EASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION Pl.ANNING 35 AND CONTROl. "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 46. Lead Time Sebagai Kuncl Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur __••~••L i. --.~ Gambar 3.3 Distribusi frekuensi flow time (2600 operael « 100%) Penulis lainnya melakukan penelitian juga terhadap analisis lead time. Awal tahun 1971, Kettner melakukan studi dasar lead time pada Institut fur Fabrikanlagen (IFA) di universitas Hannover Jerman. Penelitian yang di/akukan adalah menganalisis lead time dan inventory pada sejumlah perusahaan manufaktur dengan lebih teliti. Melalui hasH penelitian diperoleh sebuah metoda umum untuk sistem pencatatan data dan computer-aided evaluation yang disebut DUBAF (Durchlaufzeit-und Bestandsanalyse in der Ferligung = Manufacturing Lead Time and Inventory Analysis). DUBAF disempurnakan secara kontinyu dan digunakan dewasa ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IFA dapat disimpulkan bahwa perlu mendefinisikan lead time manufaktur berikut komponen pembentuknya dengan jelas dan seragam. Sehingga metoda pencatatan data dapat distandardisasikan, evaluasi data dapat diprogram dan dapat dilakukan perbandinqan jika diterapkan sistem produksi yang berbeda dengan job shop. 3.2 KOMPONEN LEAD TIME Lead time dibedakan menjadi lead time tahap perencanaan dan lead time aktual Kanet mendefinisikan lead time perencanaan sebagai allowance dan lead time aktual sebagai flow time. Throughput shop order akan lebih praktis jika digambar berdasarkan orde individu (meliputi operasi) pada sumbu waktu. Waktu pada saat diterimanys material oleh work center (operasi pertama) sampai menjadi komponen dar kemudian diserahkan pada bagian penyimpanan lanjut atau bagian perakitar LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 31 AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 47. .. i~ad Time Sebagai Kunci Penentu KeberhasJlan Pengendalian Manufaktur dlsebut dengan order lead time. Istilah yang lebih eksak adalah order lead time i5eiiod atau time interval atau time span. Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi disebut operation lead time. Gambar 3.4 menunjukkan definisi komponen pembentuk lead time yang diusulkan oleh Heinemeyer. Order Time Lead Time {Operatlon, Lot} InteroperaUon Time Trans- Waltlng Waiting 5 process-Ing (after Processing) =~~ (before Processing) OP... Processing Op. Order Lead lime ~_----0 /® ®----=:"0-®_.- Unitn Unit .. UnitS Unit 4 Unit 3 Unit 2 Unit 1 Waiting Time after Processin Unit Gambar 3.4 Lead time pada lot dan lead time pada order Heinemeyer memisahkan lead time menjadi tiga tingkat. Pada tingkat order, operas; dipisahkan menjadi OP1 sampai OPk. Setiap operasl dipisahkan menjadi lima atau lebih komponen waktu (pada tingkat operasi), yaitu: • Waktu tunggu setelah proses • Waktu transportasi . • Waktu tunggu sebe/um proses (antrian) • Waktu setup • Waktu proses Sebuah order manufaktur umumnya terdiri atas beberapa unit yang disebut manufacturing lot. Setiap unit throughput mulai 1 sampai n diperiksa pada tingkat komponen tunggal. Pada kondisi tersebut dapat dilihat terjadinya penambahan waktu tunggu (lot waiting time) untuk setiap komponen di dalam waktu proses lot. Pada sistem produksi job shop, lot tunggal biasanya ditransportasikan bersamaan dengan lot lainnya, serta diproses secara berurutan pada suatu work center dan dikendalikan dengan cara yang sesuai. Beberapa pertimbangan dilakukan untuk memperhatikan seluruh lot pada tingkat operasi. Pada sistem produks! batch, throughput untuk komponen tunggal atau sublot perlu dipertimbangkan jika waktu proses lebih lama dibandingkan waktu antar operasi. Sehingga perlu dilakukan pengaturan pelaksanaan overlapping pada proses yang berurutan. LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTARPRODUCT/ON PLANNING 37 AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 48. Lead Time Sebagai Kuncl Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur Gambar 3.5A menunjukkan throughput suatu order yang digambar pada sumbu waktu. Sebuah operasi berakhir pada tPE (process end) dan dimulai pada tPEU (akhir proses pada upstream work center). Tanggal tPEU bukan karakteristik fisik tibanya sebuah order pada suatu work center tetapi merupakan ditulisnya tanggal pada upstream work center, demikian juga dengan tanggal tPE. Melalui cara tersebut semua komponen lead time dapat diukur jika tanggal release diketahui. --­1=--- -- I tPEU t PE A) Shop-Order Flow Chart TL TIO TOP Waiting (after Processing) Trans­ port Waiting (before Processing) Sel­ ting­ up Processing TWA n TWB TSD TP tPEU tTB tTE tSB tPB tPE Time 8) Universal One-Dimensional Troughput Element TL I: T10 tSB tPE C) Reduced One-Dimensional Throughput Element TL TIO tPEU D) Reduced Two-Dimensional Throughput Element tPEU : Process End at Upstream Work Center TL =tpE • tpEU : Lead Time tPB : Transport Begin TIO =tsB • tpEU : Interoperation Time tTE ; Transport End TOP =tpE • tSB : Operation Time tSB : Setup Begin TSD =tPB - tSB : Setup Time (Duration) tPB : Process Begin TP =tpE • tPS : Process Time tPE : Process End TWB =tsB - tTE : Waiting before Process TO : Order Time IT =tTE - tTB : Transit Time TS : Setup Time TWA =tTB - tpEU : Waiting after Process TPO : Process Time per Order Gambar 3.5 Elemen throughput satu dan dua dimensi~ Gambar 3.58 menunjukkan elemen throughput operasi ke-3 beserta komponer pembentuknya. Karena komponen waktu satu dimensi maka elernen tersebu dinamai one-dimensional throughput element. Waktu operasi (operation time TOP) lebih kecil dibandingkan lead time (TL) da umumnya sekitar 2% sarnpai 10%. Sehingga pencatatan data tanggal aw~ proses (tPB) atau tanggal dimulainya setup (tSB) dapat dihilangkan pada sae dilakukan analisis dan pengendalian. Umumnya TOP dihitung dar; waktu orde 'I 'I (order time TO). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka elementhroughpL :1 i i LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 3 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANOUNG) I
  • 49. dapat Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan PengendaJian Manufaktur disederhanakan (gambar 3.5C). Perhitungan dilakukan melalui akhir proses pada upstream work center (tPEU), akhir proses work center yang bersangkutan (tPE) dan waktu operas; (TOP) yang dihasilkan melalui waktu order (TO). Perhitungan elemen throughput dapat dilihat pada gambar 3.6. Lead time aktual (TL) dihitung dari perbedaan pencatatan tanggal tPEU dan tPE. Untuk menghitung interoperation time (TIO) maka operation time (TOP) harus diketahui. / l I----~.r------I • W~ltlngfor Transport W~ltlngfor Process P",paratlo"" Inepe<>tlon (e.g., Marking) Post-Qperatlon Disruption (e.g.,Deb.nng) Gambar 3.6 Komponen lead time pada work center Interoperation time terdiri atas komponen transit time (TI) dan waiting time (TWA dan lWB). Waktu transit hanya penting atau diperlukan jika pelaksanaan transportasi lemah. Waktu tunggu (waiting time) meliputi waktu pemeriksaan kualitas atau waktu aktifitas lainnya pada work center seperti kegiatan penandaan (marking), pembersihan (cleaning) atau deburring suatu komponen. Kerusakan masin atau kegiatan pemeliharaan (breakdown) akan menyebabkan waktu tunggu pula. Komponen utama pada interoperation time adalah waiting time (contoh: antrian) sebeIum pemrosesan pada work center. Cara pencatatan tanggal output aktual suatu work center ditunjukkan pada gambar 3.7. Tanggal pencatatan output (order 4718 di work center A pada jam 7.18 dan hari ke-282) dilakukan dua kalL Pertama, merupakan tang9al output order 4718 pada work center yang bersangkutan, dan yang ke dua merupakan tanggal input order yang sarna pada downstream work center B. Jika order 4718 meninggalkan work center B maka tanggal output yang dicatat (jam 13.24 dan hari ke-285) pada work center B yang juga merupakan tanggal input yang dicatat pada work center C. LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 39 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 50. Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur ~ Load Time Of Order 4718 rI WorI< Center B: OUT: Day 286. 13.24 INP : Day 282, 7.18 Load Time : 3D S.DS Hrs Gambar 3.7 Pengukuran lead time pada work center Setelah pengukuran tanggal dilakukan maka lead time aktual (Tl.) untuk elemen throughput dihitung melalui persamaan: TL == tPEU - tPE ..........(3.1) tPEU : tanggal pencatatan akhir proses pada upstream work center tPE : tanggal pencatatan akhir proses pada work center yang bersangkutan Konversi waktu proses ke dalam hari kerja (workdays) dipengaruhi oleh jam kerja per hari (working hours per day): TL == TL[da s]+ TL[min utes] .......... (3.2) Y eOA Y[working min utes per day] TL : lead time CDAY : kapasitas per hari (daily capacity) Perhitungan waktu operasi (TOP) ditentukan oleh daily capacity (COAY) dan waktu order (TO): " TOP== TO ..........(3.3) COAYxER i , TO : waktu order Uam] i CDAY : kapasitas per hari Dam per hari] i ' ER : rata-rata efisiensi pada work center yang bersangkutan [ = jam tenaga kerja aktual per jam standar] I Ii i " LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 40 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNGj WORK CENTER C @ Order 4718 we INP OUT 282,7.18 286,13.24 OutputB WORK CENTER B Traneport + Waiting Operation WORK CENTER A we INP OUT
  • 51. Lead Time Sebagal Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur Karena operation time (TOP) cukup keeil dibandingkan dengan lead time (TL) maka dapat diasumsikan bahwa rata-rata efisiensi bernilai satu untuk mempermudah peneatatan dan penghitungan data. Sehingga waktu operasi dapat dihitung melalui persamaan berikut: i I TOP"" TO · (3.4) CDAY TO : waktu order(= waktu setup + ukuran Jot x waktu per unit) Jika TOP diketahui, maka setup begin (t58) dan interoperation time (TIO) dapat ditentukan sebagai berikut: tsa "" tPE - TOP .......... (3.5) tPE : tan99al pencatatan berakhirnya suatu proses TOP : waktu operasi 1 I TlO "" TL- TOP .......... (3.6) I! TL : lead time operasi TOP : waktu operasi 3.3 SIMPLE MEAN LEAD TIME DAN WEIGHTED MEAN LEAD TIME PADA S'UATU WORK CENTER Harga rata-rata (mean) lead time merupakan tujuan pengukuran yang dapat digunakan untuk analisis pemeeahan masalah dan perencanaan jadwal. Mean lead time dikaitkan dengan work center, operasi dan order. Mean lead time umumnya ditentukan melalui perhitungan rata-rata aritmatika lead time tunggal pada semua order yang dicatat pada saat meninggalkan suatu work center di dalam suatu rentang perioda waktu. Nilai rata-rata aritmatika tersebut dinamai simple mean lead time (TLm) . Persamaan 3.7 digunakan untuk menentukan simple mean lead time. 1 TLm = -(TL'1 +TL2 +...+TLn ) n , .........(3.7) TLm : simple mean lead time TL; : lead time orderke i ( = tPEj - tPEUj) n :jumlah orderyang dimati n Perhitungan tersebut menunjukkan waktu rata-rata order berada pada suatu work center. Funnel model merupakan salah satu eara yang digunakan untuk mewakili LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 41 AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)
  • 52. Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur definlsi tersebut (gambar 3.8). Model. tersebut dikembangkan oleh Kettner dan Bechte. Funnel model sangat penting untuk diketahui dan dimengerti karena akan memperjelas pengertian proses manufaktur. Arriving Lots Mean Lead Time (SCD) Mean Inventory (HRS) Mean Output (HRS/SCD Mean Output (HRS/SCD) =I Capacity (HRS/SCD) Capacity Loading Processed Lots Gambar 3.8 Funnel model pada suatu work center Lot yang tiba pada suatu work center akan membentuk inventory waiting lot yang suatu saat akan melewati funnel. Funnel exit gauge dapat diatur dan berhubungan dengan kapasitas yang merupakan variabel pada batas tertentu. Kondisi sebelumnya menunjukkan bahwa mean lead time untuk arriving lot lebih besar dari jumlah waiting lot, dan pada suatu saat akan mengecil jika pemberdayaan (utilization) kapasitas diperbesar sehingga akan dihasilkan output dari suatu work center. Pada sistem produksi kontinyu, kapasitas dan output memiliki satuan jumlah komponen per jam atau jLimlah komponen per hari. Pada sistem produksi job shop satuan tersebut tidak mungkin digunakan karena terdapat variasi waktu lead time yang besar. Sehingga kapasitas harus memiliki satuan jam per hari. Dengan satuan jam (hrs) , waktu order dirata-ratakan dalam jam standar, yang mana 1 hari didefinisikan sebagai 1 hari kerja yang disebut dengan shop calendar day (SeD). Jika kapasitas dan output memiliki satuan jam maka lot inventory harus memiliki satuan jam. Melalui kondisi tersebut rnaka setiap lead time tunggal harus diberi I' faktor pemberat (weighted) berupa waktu order (TO). Sehingga elemeni throughput satu dimensi menjadi elemen throughput dua dimensi. Dimensi ke dua merupakan unit kandungan kerja yang memiliki satuan jam. Jlka dimensi ke­ dua merupakan jurnlah komponen pada suatu order, maka elemen throuqnpu: dua dimensi berhubungan dengan kuantitas. Gambar 3.9 menunjukkar perbandingan ketiga konsep tersebut. .1 LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 4~ AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTLIR BANDUNG)
  • 53. N~~jjaei Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur TL !Ur--'----~_. Time tPEU tSB t PE A) One - Dimensional Throughput Element TIO • Time t PEU tSB t PE B) Two· Dimensional Throughput Element, Work - Related ~ Time t PEU tSB t PE C) Two - Dimensional Throughput Element, Quantity - Related Gambar 3.9 Hubungan elemen throughput terhadap unit kandungan kerja dan kuantitas Hubungan elemen throughput dua dimensi dengan lead time pada suatu work center disebut weighted lead time yang merupakan kebalikan simple lead time. Weighted mean lead time memiliki satuan harixjam. Nilai rata-rata yang diperoleh disebut weighted mean lead time. Gambar 3.10A menunjukkan contoh lead time untuk empat order yang diplot pada sumbu waktu dan diperoleh nilai rata-rata lead time sebesar 8,5 hari. m I- TL ~OrderNO. 4 HU> ' E.•I ~ 01 :§. 01Q.; 0 "C 01~-----~I /.. TL. ~I 101 105 110 115 120 A) Simple Mean Lead Time TLm Garnbar 3.10A Simple mean lead time n ITLi TL =~ = 10 + 7 +15 + 2 = 34[Days] =8.5[Days] m n 4 4 LOAD ORIENTED ORDER RELEASESEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 43 AND CONTROL "PPC" (D4 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG) I
  • 54. ! i i Lead Time Sebagai Kunci Penentu Keberhasilan Pengendalian Manufaktur Dengan menggunakan weighted lead time, dimensi ke-dua memiliki satuan kandungan kerja (jam). Setiap lead time dikalikan dengan unit kandungan kerja (waktu order TO), sehingga menghasilkan luas daerah yang mewakili weighted lead time suatu operasi. Untuk mendapatkan nilai rata-rata maka luas daerah tersebut harus dibagi dengan waktu order (jam): TL := T~ X TOt + TLz X T02 + .... + TLnx TOn mw Tat + T02 + .... + TOn n ITLi «to, _ i~1 ..........(3.8) : weighted mean lead time : lead time order ke-i : waktu order ke-i Gambar 3.10B menunjukkan luas daerah lead time untuk order 1 - 4 yang dibebani waktu order, dan diperoleh harga TLmw sebesar 10,7 hari yang lebih besar dua hari dibandingkan harga simple mean lead time (TLm;:: 8,5 hari). 14 TL w 13 012 11 10 0 6 9 8 ~ :r: g 7 ... 6 is 05~ 3 4 0 2J1O.2 ,,, TL, "I0 Time (in Days) 101 106 110 116 120 B) Weighted Mean Lead Time TL 0= 0 mw " Order (Lot) No. Gambar 3.106 Weighted mean lead time n LTL- x TO- TL := i~1 I 1:= 10x2+7x3+15x5+2x1 = 118[DaysxHrS]::::10.7[Days] mw ITO 2+3+5+1 11[Hrs] j i~1 I III LOAD ORIENTED ORDER RELEASE SEBAGAI PENGANTAR PRODUCTION PLANNING 44 AND CONTROL "PPC" (04 POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG)