Teks memberikan tanggapan terhadap draf kurikulum 2013 khususnya untuk sekolah dasar. Penulis berpendapat bahwa bahasa Indonesia lebih baik diajarkan secara tematik terintegrasi dengan IPS dan IPA karena sifatnya yang terapan. Namun, penghapusan mata pelajaran IPS dan IPA dapat menyebabkan esensi kedua mata pelajaran tidak tersampaikan dan membebani guru untuk menyampaikan dua materi pelajaran sekalig
1. Sudah satu minggu lebih saya mendownload draf uji publik kurikulum 2013 dari kemendiknas,
dan saya sudah membaca beberapa kali dalam draf tersebut. Beberapa artikel yang mencoba mengulas,
membahas, dan mengkritisi draf tersebut juga sudah saya baca. Saya ingin memberikan tanggapan saya
mengenai kurikulum yang Insya Allah akan diterapkan tersebut terutama untuk sekolah dasar karena saya
merupakan salah satu pengajar SD
Lebih baik Bahasa Indonesia yang ditematikkan ke dalam pelajaran IPS dan IPA. Karena bahasa
Indonesia memang bersifat terapan, dan bisa diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Bahasa
Indonesia juga merupakan bahasa pengantar utama di tingkat SD sehingga memudahkan proses
pelaksanaan pembelajaran tematik integratif pada pelajaran lain.
Sepengetahuan saya kompetensi dasar yang ada pada bahasa Indonesia adalah menulis, membaca,
dan mendengarkan yang kemudian dijelaskan kembali penjabarannya dalam beberapa indikator. Ini akan
lebih mudah jika diterapkan pada mata pelajaran lain, karena kompetensi tersebut hampir pasti digunakan
dalam pelajaran yang lain. Ada juga ketakutan bahwa mata pelajaran yang dihapuskan hanya akan
menjadi selingan pada mata pelajaran yang utama. Guru kemungkinan besar hanya akan menjelaskan
sambil lalu saja, tanpa memperhatikan esensi dari pelajaran yang dihapuskan tersebut.
Ketika penghapusan IPA dan IPS menjadi pilihan pada kurikulum 2013 ini, akan terjadi beberapa
persoalan. Yang pertama adalah esensi dari kedua pelajaran tersebut akan tidak tersampaikan. Misalnya
pada Standar Kompetensi Sistem gerak, apakah mungkin pada mata pelajaran bahasa Indonesia akan
membahas materi tersebut sama detailnya dengan mata pelajaran IPA?
Kemampuan guru dalam memberikan pelajaran juga harus dibimbing terus menerus, kurikulum
ini mengharuskan guru pintar dan kreatif dalam menyiapkan setting pembelajaran. Tidak semua guru
dapat membawakan materi dua pelajaran dan mengemasnya menjadi sebuah materi yang mampu dicerna
anak.
Persoalan lain adalah ketersediaan bahan ajar berupa buku yang telah menerapkan kurikulum
2013 dengan penuh. Dilihat sampai sekarangpun, materi dari buku paket atau acuan utama di sekolah
belum bisa menerapkan KTSP (kurikulum 2006) dengan baik. Ini adlah PR besar bagi para guru untuk
dapat membuat materi ajar sendiri sehingga meningkatkan profesionalisme para guru itu sendiri.