SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia.
Malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika bagian selatan dan
daerah Oceania, serta kepulauan Karibia. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan
Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga
tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini
menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap
kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup
di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004)
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan
38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah yang
berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/ kota
merupakan wilayah endemis malaria ( Depkes RI, 2008)
Malaria adalah suatu penyakit menular, disebabkan oleh bibit penyakit malaria yaitu
parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Tercatat kejadian malaria di Dinas kota Bengkulu dipuskesmas suka merindu paling
banyak tingkat kejadian penyakit malaria yaitu klinis 1.638 orang.positif malria sebanyak 703
orang sekitar 42,92% masyarak yg terkena malaria.
Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Jumlah penderita malaria tahun
2007 sebanyak 8.397 orang, dengan rincian : penderita malaria klinis 6.103 orang dan
malaria positif 2,294 orang. Tahun 2008 jumlah penderita malaria sebanyak 16,725 orang
dengan rincian : malaria klinis 9,682 dan malaria positif 7,033 orang. Jumlah penderita ini
menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi yaitu 99 %.(dinas kesehatan kota bengkulu 2009).
Angka kesakitan malaria untuk wilayah luar Jawa dan Bali diukur dengan Annual Malaria
Incidence (AMI). Indikator ini menggambarkan semua kejadian malaria Klinis disuatu daerah.
AMI kota Bengkulu tahun 2007 sebesar 30,56 per 1000 jumlah penduduk, tahun 2008 sebesar
35,89 per 1000 jumlah penduduk. Angka ini lebih tinggi dari Angka kesakitan propinsi dan
nasional yaitu 16 per 1000 penduduk. Berdasarkan target Indonesia Sehat 2011-2015 sebesar 5
per 1000 penduduk.
Dalam data sepuluh penyakit terbanyak pada Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun
2008, malaria menempati peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah 1332 kasus dari 8460
kunjungan pasien yang datang berobat di poli umum Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
(ProfilKesehatanPuskesmasSukamerindu, 2008).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada rumah keluarga yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerindu, terdapat 21 rumah yang lingkungan rumahnya kurang baik yang bisa
memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kasa di ventilasi rumah,
adanya genangan air hujan di selokan-selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir
karena sampah yang menumpuk dan membuat genangan air yang menyebabkan tempat
bersarangnya nyamuk. Selain itu dapat dilihat pula lahan kosong, daerah rawah dan selokan
besar yang masih menjadi tempat bersarangnya nyamuk, selain itu juga disebabkan oleh faktor
manusia itu sendiri, faktor itu berkaitan dengan faktor perilaku atau kebiasaan masyarakat itu
sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil topik "Hubungan lingkungan tempat
tinggal dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas sukamerindu kota bengkulu tahun
2009?".
Penyakit malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi- kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang
biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh
faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin,
ketinggian. Air merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan nyamuk. Karena itu dengan
adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air
yang tidak dialirkan di sekitar rumah atau tempat tinggal. Nyamuk dan parasit malaria juga
sangat cepat berkembang biak pada suhu sekitar 20º - 27º C, dengan kelembaban 60-80 % (Ermi,
2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diuraikan pada latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu "Masih tingginya kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu"
dengan pertanyaan penelitian apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian
malaria wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009?".
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria di
RT.05 Kelurahan Sukamerindu wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.
2. Tujuan Khusus
a. untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria
b. untuk mengetahui angka kejadian malaria di puskesmas sukamerindu
c. untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai salah satu usaha
pencegahan malaria di masyarakat.
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dijurusan
keperawatan sebagai pelayanan kapada masyarakat mengenai penyebab malaria dan bagaimana
cara mengatasinya.
1. Bagi Masyarakat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat
mengenai apa penyebab malaria dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk
pencegahannya.
E. Keaslian Penelitian
1. Oktrisnawati (2006)
Gambaran Penatalaksaan Keperawatan Pasien Malaria ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
pengetahuan dan Motivasi Perawat di ruang Melati RSUD dr. M.Yunus Bengkulu tahun
2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan keperawatan pasien ditinjau
dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan motivasi perawat di ruang melati RSUD dr.M
Yunus Bengkulu, baik.
2. Devi Feronika (2004)
Gambaran Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Malaria ditinjau dari Pendidikan dan
Pengetahuan Keluarga di wilayah Puskesmas Basuki Rahmat.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel, waktu. Sampel dan metode
penelitian. Tingkat pengetahuan keluarga masih kurang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Dasar
A. Malaria
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali
(Mansjoer, A, 1999).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2008).
Malaria adalah penyakit menular yang dapat menyerang semua orang baik laki-laki
maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa
(Harijanto, 1997).
2. Etiologi
Malaria terjadi akibat invasi eritrosit oleh masing-masing dari 4 spesies parasit protozoa
dari genus plasmodium yaitu :
1. Plasmodium palsifarum, penyebab malaria tropika.
2. Plasmodium viva, penyebab pnyakit malaria tertiana.
3. Plasmodium Malaria, penyebab penyakit malaria kuartana.
4. Plasmodium ovale, jenis ini jarang dijumpai di Indonesia.
Tiga infeksi terakhir hampir tidak menimbulkan akibat yang fatal karena dapat mengalami
rekurensi berminggu-minggu setelah setelah terlihatnya penyembuhan dari suatu serangan
primer secara jelas. Berbeda dengan infeksi-infeksi palsifarum, yang merupakan penyebab
penyakit malaria yang paling berbahaya. Karena infeksi ini dapat menyerang susunan saraf pusat
dan dapat menimbulkan kematian (Nelson, 1992).
1. Patogenesis
Menurut Mansjoer, A (1999) daur hidup spesies terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)
dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra
termasuk manusia.
a. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan , sporozoit
masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak mebentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini
berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan
masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivak dan P.ovale sebagian sporozoit
membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang
dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase Seksual
Fase seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan
menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot
(Ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi
ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur
nyamuk.
Patogenesis malaria ada 2 cara :
1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia
melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang
terinfeksi (kongenital).
Malaria Nyamuk Anopheles betina
Dalam Hati Kelenjar Liur
sumber : Arief Mansyur, 2001.
Gambar 2.2 : Daur hidup parasit malaria
4. Manisfetasi Klinis.
Menurut Dep Kes RI (2008), manisfestasi klinis malaria berupa :
a. Demam
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit,
atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin antara lain Tumor Nekrosis Factor
(TNF), TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur
suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium
memerlukan waktu yang berbeda-beda. P.Falsiparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.
Vivax/ovale 48 jam, dan P.Malariae 72 jam. Demam pada P.Falciparum dapat terjadi
setiap hari. P.vivax/ovale selang waktu satu hari dan P. Malariae demam timbul selang
waktu 2 hari. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15menit – 1
jam), puncak demam (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh
dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
b. Anemia
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga
anemia dapat terjadi pada infeksi akut maupun kronis. Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale hanya menginfeksisel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2%
dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel
darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah, sehingga
anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.
c. Splenomegali
Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh
sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limfa
membesar.
d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa
pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat
ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan
hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat
:
1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan
pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang yang berkembang biak.
2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah
serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan
berkembang biak.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk
melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
Pemeriksaaan penunjang untuk malaria berat yaitu hemoglobin dan hematokrit, hitung
jumlah leukosit dan trombosit, kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, albumin,
ureum, kreatinin, natrium dan kalium), analisis cairan serebrospinalis, biakan darah dan
uji serolaogi, urinalisis.(Depkes RI, 2008)
6. Komplikasi
Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini :
 Syok hipopolemik, ditandai dengan dehidrasi akibat muntah-muntah.
 Hipertermia, penderita tidak mampu berkeringat sehingga suhu tubuh terus
naik sampai 42-43ºC.
 Anemia berat, dimana kadar hemoglobin < 59% atau hematokrit <15%.
 Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran
atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain.
 Gangguan fungsi ginjal, adanaya peningkatan ureum dan kreatinin darah,
penurunan produksi urin sampau anuria.
 Hipoglikemia, gual darah <40 mg%.
 Black water fever, urin menjadi merah tua atau hitam karena hemoglobinuria
hemolisis yang berlebihan.
 Edema paru, terjadi akibat adult respiratiry distres sindrome (ARDS) dan
overhidrasi akibat pemberian cairan.
 Distress pernafasan, sering terjadi pada anak-anak. Penyebabnya adalah
asidosis metabolic.
7. Pencegahan Penyakit Malaria (Kemofilaksis)
Kemofilaksis bertujuan untuk mengurangi faktor resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang berpergian ke daerah endemis malari dalam waktu yang terlalu lama seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok ataua individu yang akan
berpergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal
protection, seperti, pemakaian kelambu, repellent, kawat kasa dan lain-lain.
Oleh karena Plasmodium Falciparum merupakan spesies yang virulensinya tinggi maka
kemofilaksis terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan
tingginya tingkat resistensi plasmodium falsiparum terhadap kloroquin, maka tidak lagi
digunakan kloroquin sebagai kemofilaksis, oleh sebab itu doksisiklin menjadi pilihan
untuk mkemofilaksis. Doksisiklin diminum satu hari sebelum keberangkatan dengan
dosis 2mg/kg bb setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Dokisiklin tidak boleh
diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
1. Penatalaksanaan
Menurut DepKes RI (2003), pengobatan umum malaria berdasarkan :
1. Pengobatan Umum
Jenis obat yang dipakai :
1. Kina : merupakan obat terpilih untuk malaria berat (life saving, bekerja
cepat). Cara pemberian : parentral tertama bila telah timbul gejala koma,
kejang, muntah dan diare.
a). Infus : 500-100mg kina dihidroklorid/ hidroklorid dalam 500ml
larutan garam fisiologis dan glukosa atau plasma atau dextran. Lama
pemberian 1-2 jam. Dalam 24 jam apat diulang sampai dicapai dosis
maksimal kina 2000mg.
b). Intravena : Kina 200-500 mg dalam 20 ml larutan garam
fisiologis dan glukosa. Lama pemberian tidak boleh lebih cepat dari
10 menit. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan penurunan
tekanan darah yang mendadak serta aritmia jantung.
c). Imtramuskular (IM)
Larutan obat harus steril dan Ph netral.
(1). Alat suntik harus benar-benar steril
(2). Di suntik di daerah gluteal 6-7,5 cm di bawah pertengahan
krista iliaka.
(3).Jumlah trombosit > 20.000/mm3 untuk menghidarkan
hematoma
(4). Dosis perkali maksimal 100 mg dengan dosis total
200mg/24 jam
(5). Bila pasien dalam keadaan syok, pemberian kina ini
mungkin tidak dapat menolong karena adaya gangguan absorpsi
obat.
2). Klorokuin : memberi hasil sebaik kina pada P.Falciparum yang
sensitif.
Cara pemberian :
a). Interavena : dosis per kli (dewasa) 200-300 mg basa dalam
larutan 4-5%.
b). Infus : cara seperti kina, diberikan dalam tetesan lambat.
c). Intramuskular : lebih disukai karena tidak menyebabkan nekrosis,
toleransi lebih baik dan onsetnya sama seperti pemberian intravena.
Dosis detiap kali (dewasa) 300-400 mg basa (10ml dalam larutan
5%). Pemberian dapat diulang sampai maksimal 900 mg basa/24
jam.
b. Pengobatan pada anak-anak
Pada dasarnya sama dengan pengobatan pada orang dewasa. Umumnya anak-anak
lebih tahan terhadap kina tetapi pemberian klorokuin ini perlu dilakukan secara hati-
hati.
Pada pasien dalam keadaaan koma dan muntah hebat pengobatan enteral harus segera
diberikan, meskipun pemberian obat per oral jauh lebih aman bagi anak-anak. Obat
yang dapat diberikan adalah :
1). Kina
Cara pemberian :
a). Infus : 5-10 mg/kg Bb dalam 20-30 ml garam fisologis diberikan selama
2-4 jam, bila perlu diulang setelah 6-12 jam sampai maksimal 20mg/Kg
BB/24 jam.
b). Intramuskular : Syarat pemberian sama dengan pada dewasa. Dosis
tunggal maksimal : 15 mg/kgBb
2). Klorokuin
Cara pemberian :
a). Intravena : dosis pertama 5 mg/Kg BB dalam larutan isotonus 20 ml,
disuntikkan selama 10-15 menit. Bila perlu dapat diulang setelah 6-8 jam.
Suntikan sebaiknya diberikan separuh dosis dahulu dan sisanya diberikan
selang 1-2 jam kemudian.
b). Infus : 7 mg basa/kg BB diberikan secara terus menerus selama 24 jam.
c). Intramuskular : dosis pertama maksimal 5 mg/kg BB dengan dosis total
tidak lebih dari 10 mg/Kg BB/24 jam. Sebaiknya dosis suntikan dibagi dua
dan masing-masing diberikan dengan perbedaan waktu 1-2 jam. Tidak
diberikan pada bayi dan anak kecil karena dapat menimbulkan kejang-kejang
epileptik yang fatal atau gangguan susunan saraf pusat yang menetap.
d). Untuk menghindari muntah, klorokuin dapat dicampur dengan gula atau
muda, pasien perlu diamati selama 30 menit dan bila muntah pengobatan
diulang kembali.
3). Sulfadoksin/Primetamin
Pasien infeksi Falsiparum di daerah resisten dapat diberikan suntikan fansidar.
9. Prognosis
Malaria vivax, prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak
mendapatkan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selam 2 bulan atau lebih.
Malaria malariae, jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria
ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan
komplikasi yang menyebabkan kematian.(Dpkes RI, 2003).
Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu progualin,
pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin dan
amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang
ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P. Ovale adalah
kina, klorokuin dan amodiakuin.
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Penggunaan obat anti malaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk :
1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau
timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis
ini pada infeksi malaria oleh P.Falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase
eksoeritrosit.
2. Pengobatan kurativ dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid.
3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau
mempengeruhi sporogonik nyamuk. Obat anti malaria yang dapat digunakan seperti
jenis gametosid atau sporontosid.
Adapun cara perawatan malaria yaitu :
1. Istirahat total di tempat tidur.
2. Berikan minuman sesuai kebutuhan.
3. Pemberian kompres hangat.
4. Menggunakan pakaian atau selimut tebal pada saat menggigil.
5. Berikan makanan bubur
6. Hindarkan makanan yang merangsang seperti buah-buahan yang asam.
B. Lingkungan
Environment (lingkungan) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Faktor
lingkungan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu :
1. Lingkungan Fisik seperti terdapatnya genangan air disekitar rumah, banyaknya
Lingkungan fisik sangat mempengaruhi dalam perkembangbiakan nyamuk,seperti
banyaknya genangan air disekitar rumah, banyaknya sampah yang menumpuk, air parit
yang mampet.
2. Lingkungan Kimiawi
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat
perindukan. (Depkes RI,2003)
3. Lingkungan Biologik (flora dan fauna)
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lainnya yang dapat
mempengaruhi kehidupan larva nyamuk (Gunawan, 2003).
1. Lingkungan sosial ekonomi dan budaya
Adapun yang termasuk lingkungan sosial ekonomi adalah status pendidikan, penghasilan, gizi
dan tempat perindukan buatan manusia. Sedangkan yang termasuk lingkungan sosial budaya
berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup seperti perilaku aktifitas di malam hari, tidur
menggunakan kelamu, ventilasi berkawat kassa, menggunakan obat anti nyamuk, pengetahuan
serta persepsi mesyarakat tentang malaria. Faktor tersebut terkadang lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. (Depkes RI, 2003).
C. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria
1. Bebas jentik nyamuk
Jentik nyamuk akan menjadi nyamuk yang akan menggganggu kenyamanan bahkan
dapat menularkan penyakit, seperti malaria.
Agar rumah bebas dari jentik dan nyamuk perlu dilakukan suatu tindakan pengendalian
mulai dari tempat perindukan nyamuk sampai jentiknya. Khususnya untuk pengendalian
tempat perindukan nyamuk anopheles dan nyamuk Aedes Aigepty adalah sebagai berikut
:
a. Pengendalian mulai dari tempat perndukan nyamuk sampai jentiknya.
1). Menutup bak penampungan air dalam rumah
2).Mengganti secara teratur air hewan peliharaan, vas bunga dan lain-lain.
3). Memasang kawat kasa pada jedela pintu dan lubang angin (ventilasi).
4). Menyakinkan bahwa pintu dan jendela tertutup rapat
5). Menggunakan kelambu dan obat pengusir nyamuk
b. Pengendalian nyamuk disekitar rumah
1). Membersihkan air yang tergenang di talang/atap
2). Menutup tempat penampungan air dan memperbaikinya bial ada kebocoran.
3). Mengatur pengalihan dan pembuangan air buangan
4). Menyimpan barang bekas dan barang buangan lainnya dalam bak tertutup.
5). Memanfaatkan hewan ternak sebagai umpan untuk tempat hinggapnya
nyamuk.
c. Pengendalian nyamuk di lingkungan
1). Melakukan pengaliran air yang tepat
2). Membuat desain saluran pembuangan air yang tepat guan dan parit penahan
3). Pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak mengalir seperti
kubangan selokan dan lain-lain.
4). Memangkas semak-semak dan cabang pohon yang tumbuh dekat rumah.
5). Mengatur pembuangan air kotor dan sampah
D. Hipotesis
Lingkungan (environment) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Lingkungan fisik
sangat berpengaruh pada perkembang biakan nyamuk. Lingkungan fisik terdiri dari suhu,
kelembaban, serta curah hujan. Lingkungan rimah yang kurang baik bisa memungkinkan
bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kassa di ventilasi rumah, adanya genangan air
hujan diselokan- selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir. Walaupun lingkungan
tempat tinggal baik baik masih ada yang mengalami malaria. Hal ini berkaitan dengan
lingkungan sekitar tempat tinggal dan berkaitan dengan faktor manusia itu sendiri seperti
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan.
Ha : Ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian
malaria.
Ho : Tidak ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan
kejadian malaria
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah secara observasional analitik dengan
metode cross sectional dimana variabel independent, yaitu lingkungan tempat tinggal serta
variabel dependent, yaitu kejadian malaria akan diukur secara bersamaan (Sudigdo, 2002).
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.1. Rancangan Penelitian
B. Kerangka Konsep
Variabel independent pada penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal, sedangkan
variabel dependent adalah kejadian malaria. Maka dapat dibuat hubungan variabel sebagai
berikut :
Bagan 3.2. Variabel Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent C. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
1.
Lingkungan
tempat tinggal
Keadaan tempat tinggal
responden dan tempat
perkembang biakan nyamuk
malaria
Observasi Chek list
Kurang : 0
Jika <60% (8
chek list)
Baik : 1 Jika
> 75% (11-14
check list)
Ordinal
2.
Kejadian
malaria
Penderita yang telah
terdiagnosa terkena malaria
yang diperoleh dari register
Format
pengumpulan data
(chek list)
Cek
dokumen
Malaria = 0
Tidak malaria
= 1
Nominal
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel penelitian yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di Puskesmas
Sukamerindu baik yang terkena malaria maupun yang tidak terkena malaria sebanyak 77
rumah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara total sampling yaitu. Seluruh populasi tempat tinggal keluarga di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu sebanyak 77 rumah.
2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Sukamerindu pada bulan mei 2011.
F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari register mengenai alamat
rumah dan data primer yang diperoleh langsung dari responden yaitu data observasi dari
rumah penderita malaria.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat komputer yang melalui
beberapa tahap berikut :
1. Editing Data
Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan, kemungkinan kesalahan dan konstitusi
data
2. Coding Data
Memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan untuk mempermudah proses
pengolahan data. Untuk lingkungan kurang diberi kode 0, baik diberi kode 1,
sedangkan untuk kejadian malaria yang menderita malaria diberi kode 0 dan tidak
malaria diberi kode 1.
3. Entry data
Setelah dilakukan coding, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam master tabel
menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan
program SPSS for windows
4. Cleaning Data
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak pada
masing-masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai
(scorer) yang ada sesuai pengumpulan data.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Di lakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan terikat sehingga
dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel dengan rumus yang sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2005) :
f
P = x 100 %
n
Keterangan :
P = Jumlah persentase yang dicari
f = Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban
n = jumlah sampel
b. Analisis Bivariat
Di gunakan untuk melihat hubungan antara varibel independent (lingkungan tempat
tinggal) dan variabel dependent (malaria) dengan menggunakan analisis uji statistik X²
(chi-square), dengan tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. dengan
rumus :
(0- E )2
X2 = ∑
E
Keterangan :
X2 : Chi – square
O : Frekuensi yang diamati
E : Frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui derajat ke eratan hubungan variabel tersebut digunakan analisis
tabel 2 x 2 sebagai berikut :
Tabel 3.2. Tabel hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian
malaria
Variabel Lingkungan
Kejadian Malaria
Total
Ya Tidak
Kurang
Baik
A
C
B
D
A + B
C + D
Total A + C B + D A + B + C + D
Keterangan :
A = Lingkungan tempat tinggal kurang, menderita malaria
B = Lingkungan tempat tinggal kurang, tidak menderita malaria
C = Lingkungan tempat tinggal baik, menderita malaria
D = Lingkungan tempat tinggal baik, tidak menderita malaria
Hasil Perhitungan diterjemahkan ;
Apabila X2 hitung > X2 tabel / P≤ 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal berhubungan
dengan kejadian malaria.
Apabila X2 hitung < X2 tabel / P > 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal tidak ada
hubungan dengan kejadian malaria.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusRirinisahawaitun
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanAde Rahman
 
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasi
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan KomplikasiKonsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasi
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasipjj_kemenkes
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiAULIA SHARA
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalDestu Ayu Hapsari
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasLSIM
 
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
Makalah konsep dasar  keperawatan  keluargaMakalah konsep dasar  keperawatan  keluarga
Makalah konsep dasar keperawatan keluargaWarnet Raha
 
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienPenghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienpjj_kemenkes
 
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitan
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitanKonsep perawatan luka bersih dan angkat jahitan
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitanSulistia Rini
 
Model pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanModel pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanRahayoe Ningtyas
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanUwes Chaeruman
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemMarwiati Najwa
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 
Konsep dasar manajemen keperawatan
Konsep dasar manajemen keperawatanKonsep dasar manajemen keperawatan
Konsep dasar manajemen keperawatanAnita Widiastuti
 
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanprinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanzzikok pratama
 

Was ist angesagt? (20)

Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasus
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasi
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan KomplikasiKonsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasi
Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Normal dan Komplikasi
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi FekalAnatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
 
Bab 1 kasus
Bab 1 kasusBab 1 kasus
Bab 1 kasus
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
Makalah konsep dasar  keperawatan  keluargaMakalah konsep dasar  keperawatan  keluarga
Makalah konsep dasar keperawatan keluarga
 
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienPenghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasien
 
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitan
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitanKonsep perawatan luka bersih dan angkat jahitan
Konsep perawatan luka bersih dan angkat jahitan
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 
Model pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanModel pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatan
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan Keperawatan
 
Konsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistemKonsep sistem dan pendekatan sistem
Konsep sistem dan pendekatan sistem
 
Ruang lingkup keperawatan
Ruang lingkup  keperawatanRuang lingkup  keperawatan
Ruang lingkup keperawatan
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Konsep dasar manajemen keperawatan
Konsep dasar manajemen keperawatanKonsep dasar manajemen keperawatan
Konsep dasar manajemen keperawatan
 
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatanprinsip prinsip legal praktik keperawatan
prinsip prinsip legal praktik keperawatan
 

Andere mochten auch

Kti (membuat proposal)
Kti (membuat proposal)Kti (membuat proposal)
Kti (membuat proposal)Iskani kasim
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Astriie Desiyanti
 
Asuhan keperawatan pada lansia pada ny
Asuhan keperawatan pada lansia pada nyAsuhan keperawatan pada lansia pada ny
Asuhan keperawatan pada lansia pada nysammyfikes
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...Dicky Audi
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokokFaktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokokYhuli Alfiani
 
HTTP/2: What no one is telling you
HTTP/2: What no one is telling youHTTP/2: What no one is telling you
HTTP/2: What no one is telling youFastly
 

Andere mochten auch (9)

KTI keperawatan
KTI keperawatan KTI keperawatan
KTI keperawatan
 
Kti (membuat proposal)
Kti (membuat proposal)Kti (membuat proposal)
Kti (membuat proposal)
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam
 
Asuhan keperawatan pada lansia pada ny
Asuhan keperawatan pada lansia pada nyAsuhan keperawatan pada lansia pada ny
Asuhan keperawatan pada lansia pada ny
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokokFaktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Presentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTIPresentasi sidang KTI
Presentasi sidang KTI
 
HTTP/2: What no one is telling you
HTTP/2: What no one is telling youHTTP/2: What no one is telling you
HTTP/2: What no one is telling you
 

Ähnlich wie Proposal kti keperawatan

Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaRini Wahyuni
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariaRahayusri771
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaSittiNurIndah
 
Parasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaParasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaAwe Wardani
 
Kerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaKerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaSyamsul Arifin
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaWarnet Raha
 
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docxFadhilah Culan
 
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumitugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumikwrahayu
 
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013kwrahayu
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanSittiNurIndah
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatansindhysoara
 

Ähnlich wie Proposal kti keperawatan (20)

Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Malaria
 
penyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malariapenyajian data kesakitan pada malaria
penyajian data kesakitan pada malaria
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian MalariaPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Angka Kejadian Malaria
 
Parasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaParasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di Jawa
 
Keperawatan
KeperawatanKeperawatan
Keperawatan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kerangka acuan malaria
Kerangka acuan malariaKerangka acuan malaria
Kerangka acuan malaria
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
 
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx
243547889 laporan-kedokteran-komunitas-skenario-1-docx
 
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumitugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
tugas SIK mengenai data penyakit TB Paru tahun 2013 Kabupaten Sukabumi
 
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013
tugas SIK jumlah penderita TB Paru Kabupaten Sukabumi tahun 2013
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdfBUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi KesehatanPenyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Penyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi KesehatanPenyajian Data Informasi Kesehatan
Penyajian Data Informasi Kesehatan
 
Buletin malaria
Buletin malariaBuletin malaria
Buletin malaria
 
1838.pdf
1838.pdf1838.pdf
1838.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...nadyahermawan
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 

Proposal kti keperawatan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika bagian selatan dan daerah Oceania, serta kepulauan Karibia. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Silalahi, 2004) Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah yang berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/ kota merupakan wilayah endemis malaria ( Depkes RI, 2008) Malaria adalah suatu penyakit menular, disebabkan oleh bibit penyakit malaria yaitu parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tercatat kejadian malaria di Dinas kota Bengkulu dipuskesmas suka merindu paling banyak tingkat kejadian penyakit malaria yaitu klinis 1.638 orang.positif malria sebanyak 703 orang sekitar 42,92% masyarak yg terkena malaria. Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Jumlah penderita malaria tahun 2007 sebanyak 8.397 orang, dengan rincian : penderita malaria klinis 6.103 orang dan malaria positif 2,294 orang. Tahun 2008 jumlah penderita malaria sebanyak 16,725 orang dengan rincian : malaria klinis 9,682 dan malaria positif 7,033 orang. Jumlah penderita ini menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi yaitu 99 %.(dinas kesehatan kota bengkulu 2009).
  • 2. Angka kesakitan malaria untuk wilayah luar Jawa dan Bali diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI). Indikator ini menggambarkan semua kejadian malaria Klinis disuatu daerah. AMI kota Bengkulu tahun 2007 sebesar 30,56 per 1000 jumlah penduduk, tahun 2008 sebesar 35,89 per 1000 jumlah penduduk. Angka ini lebih tinggi dari Angka kesakitan propinsi dan nasional yaitu 16 per 1000 penduduk. Berdasarkan target Indonesia Sehat 2011-2015 sebesar 5 per 1000 penduduk. Dalam data sepuluh penyakit terbanyak pada Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2008, malaria menempati peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah 1332 kasus dari 8460 kunjungan pasien yang datang berobat di poli umum Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu (ProfilKesehatanPuskesmasSukamerindu, 2008). Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada rumah keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu, terdapat 21 rumah yang lingkungan rumahnya kurang baik yang bisa memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kasa di ventilasi rumah, adanya genangan air hujan di selokan-selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir karena sampah yang menumpuk dan membuat genangan air yang menyebabkan tempat bersarangnya nyamuk. Selain itu dapat dilihat pula lahan kosong, daerah rawah dan selokan besar yang masih menjadi tempat bersarangnya nyamuk, selain itu juga disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri, faktor itu berkaitan dengan faktor perilaku atau kebiasaan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil topik "Hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas sukamerindu kota bengkulu tahun 2009?". Penyakit malaria sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi- kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Air merupakan faktor esensial bagi perkembang-biakan nyamuk. Karena itu dengan adanya hujan bisa menciptakan banyak tempat perkembangbiakan nyamuk akibat genangan air yang tidak dialirkan di sekitar rumah atau tempat tinggal. Nyamuk dan parasit malaria juga sangat cepat berkembang biak pada suhu sekitar 20º - 27º C, dengan kelembaban 60-80 % (Ermi, 2006).
  • 3. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang diuraikan pada latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu "Masih tingginya kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu" dengan pertanyaan penelitian apakah ada hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009?". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria di RT.05 Kelurahan Sukamerindu wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu. 2. Tujuan Khusus a. untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria b. untuk mengetahui angka kejadian malaria di puskesmas sukamerindu c. untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan dengan penyakit malaria D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai salah satu usaha pencegahan malaria di masyarakat.
  • 4. 1. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dijurusan keperawatan sebagai pelayanan kapada masyarakat mengenai penyebab malaria dan bagaimana cara mengatasinya. 1. Bagi Masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai apa penyebab malaria dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk pencegahannya. E. Keaslian Penelitian 1. Oktrisnawati (2006) Gambaran Penatalaksaan Keperawatan Pasien Malaria ditinjau dari Tingkat Pendidikan, pengetahuan dan Motivasi Perawat di ruang Melati RSUD dr. M.Yunus Bengkulu tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan keperawatan pasien ditinjau dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan motivasi perawat di ruang melati RSUD dr.M Yunus Bengkulu, baik. 2. Devi Feronika (2004) Gambaran Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Malaria ditinjau dari Pendidikan dan Pengetahuan Keluarga di wilayah Puskesmas Basuki Rahmat. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel, waktu. Sampel dan metode penelitian. Tingkat pengetahuan keluarga masih kurang.
  • 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Dasar A. Malaria 1. Pengertian Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, A, 1999). Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2008). Malaria adalah penyakit menular yang dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa (Harijanto, 1997). 2. Etiologi Malaria terjadi akibat invasi eritrosit oleh masing-masing dari 4 spesies parasit protozoa dari genus plasmodium yaitu : 1. Plasmodium palsifarum, penyebab malaria tropika. 2. Plasmodium viva, penyebab pnyakit malaria tertiana. 3. Plasmodium Malaria, penyebab penyakit malaria kuartana. 4. Plasmodium ovale, jenis ini jarang dijumpai di Indonesia. Tiga infeksi terakhir hampir tidak menimbulkan akibat yang fatal karena dapat mengalami rekurensi berminggu-minggu setelah setelah terlihatnya penyembuhan dari suatu serangan
  • 6. primer secara jelas. Berbeda dengan infeksi-infeksi palsifarum, yang merupakan penyebab penyakit malaria yang paling berbahaya. Karena infeksi ini dapat menyerang susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan kematian (Nelson, 1992). 1. Patogenesis Menurut Mansjoer, A (1999) daur hidup spesies terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia. a. Fase Aseksual Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan , sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak mebentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada P.vivak dan P.ovale sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens. Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. b. Fase Seksual Fase seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (Ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk. Patogenesis malaria ada 2 cara : 1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
  • 7. 2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital). Malaria Nyamuk Anopheles betina Dalam Hati Kelenjar Liur sumber : Arief Mansyur, 2001. Gambar 2.2 : Daur hidup parasit malaria 4. Manisfetasi Klinis. Menurut Dep Kes RI (2008), manisfestasi klinis malaria berupa : a. Demam Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin antara lain Tumor Nekrosis Factor (TNF), TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda. P.Falsiparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. Vivax/ovale 48 jam, dan P.Malariae 72 jam. Demam pada P.Falciparum dapat terjadi setiap hari. P.vivax/ovale selang waktu satu hari dan P. Malariae demam timbul selang waktu 2 hari. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15menit – 1 jam), puncak demam (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun. b. Anemia
  • 8. Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut maupun kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksisel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah, sehingga anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. c. Splenomegali Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limfa membesar. d. Ikterus Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat : 1. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang yang berkembang biak. 2. Relaps jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak. 5. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin. Pemeriksaaan penunjang untuk malaria berat yaitu hemoglobin dan hematokrit, hitung jumlah leukosit dan trombosit, kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, albumin,
  • 9. ureum, kreatinin, natrium dan kalium), analisis cairan serebrospinalis, biakan darah dan uji serolaogi, urinalisis.(Depkes RI, 2008) 6. Komplikasi Definisi malaria berat/komplikasi adalah ditemukannya plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini :  Syok hipopolemik, ditandai dengan dehidrasi akibat muntah-muntah.  Hipertermia, penderita tidak mampu berkeringat sehingga suhu tubuh terus naik sampai 42-43ºC.  Anemia berat, dimana kadar hemoglobin < 59% atau hematokrit <15%.  Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.  Gangguan fungsi ginjal, adanaya peningkatan ureum dan kreatinin darah, penurunan produksi urin sampau anuria.  Hipoglikemia, gual darah <40 mg%.  Black water fever, urin menjadi merah tua atau hitam karena hemoglobinuria hemolisis yang berlebihan.  Edema paru, terjadi akibat adult respiratiry distres sindrome (ARDS) dan overhidrasi akibat pemberian cairan.  Distress pernafasan, sering terjadi pada anak-anak. Penyebabnya adalah asidosis metabolic. 7. Pencegahan Penyakit Malaria (Kemofilaksis) Kemofilaksis bertujuan untuk mengurangi faktor resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemofilaksis ini ditujukan kepada orang yang berpergian ke daerah endemis malari dalam waktu yang terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok ataua individu yang akan berpergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection, seperti, pemakaian kelambu, repellent, kawat kasa dan lain-lain. Oleh karena Plasmodium Falciparum merupakan spesies yang virulensinya tinggi maka kemofilaksis terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi plasmodium falsiparum terhadap kloroquin, maka tidak lagi
  • 10. digunakan kloroquin sebagai kemofilaksis, oleh sebab itu doksisiklin menjadi pilihan untuk mkemofilaksis. Doksisiklin diminum satu hari sebelum keberangkatan dengan dosis 2mg/kg bb setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Dokisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil. 1. Penatalaksanaan Menurut DepKes RI (2003), pengobatan umum malaria berdasarkan : 1. Pengobatan Umum Jenis obat yang dipakai : 1. Kina : merupakan obat terpilih untuk malaria berat (life saving, bekerja cepat). Cara pemberian : parentral tertama bila telah timbul gejala koma, kejang, muntah dan diare. a). Infus : 500-100mg kina dihidroklorid/ hidroklorid dalam 500ml larutan garam fisiologis dan glukosa atau plasma atau dextran. Lama pemberian 1-2 jam. Dalam 24 jam apat diulang sampai dicapai dosis maksimal kina 2000mg. b). Intravena : Kina 200-500 mg dalam 20 ml larutan garam fisiologis dan glukosa. Lama pemberian tidak boleh lebih cepat dari 10 menit. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan penurunan tekanan darah yang mendadak serta aritmia jantung. c). Imtramuskular (IM) Larutan obat harus steril dan Ph netral. (1). Alat suntik harus benar-benar steril (2). Di suntik di daerah gluteal 6-7,5 cm di bawah pertengahan krista iliaka. (3).Jumlah trombosit > 20.000/mm3 untuk menghidarkan hematoma
  • 11. (4). Dosis perkali maksimal 100 mg dengan dosis total 200mg/24 jam (5). Bila pasien dalam keadaan syok, pemberian kina ini mungkin tidak dapat menolong karena adaya gangguan absorpsi obat. 2). Klorokuin : memberi hasil sebaik kina pada P.Falciparum yang sensitif. Cara pemberian : a). Interavena : dosis per kli (dewasa) 200-300 mg basa dalam larutan 4-5%. b). Infus : cara seperti kina, diberikan dalam tetesan lambat. c). Intramuskular : lebih disukai karena tidak menyebabkan nekrosis, toleransi lebih baik dan onsetnya sama seperti pemberian intravena. Dosis detiap kali (dewasa) 300-400 mg basa (10ml dalam larutan 5%). Pemberian dapat diulang sampai maksimal 900 mg basa/24 jam. b. Pengobatan pada anak-anak Pada dasarnya sama dengan pengobatan pada orang dewasa. Umumnya anak-anak lebih tahan terhadap kina tetapi pemberian klorokuin ini perlu dilakukan secara hati- hati. Pada pasien dalam keadaaan koma dan muntah hebat pengobatan enteral harus segera diberikan, meskipun pemberian obat per oral jauh lebih aman bagi anak-anak. Obat yang dapat diberikan adalah : 1). Kina Cara pemberian : a). Infus : 5-10 mg/kg Bb dalam 20-30 ml garam fisologis diberikan selama 2-4 jam, bila perlu diulang setelah 6-12 jam sampai maksimal 20mg/Kg BB/24 jam.
  • 12. b). Intramuskular : Syarat pemberian sama dengan pada dewasa. Dosis tunggal maksimal : 15 mg/kgBb 2). Klorokuin Cara pemberian : a). Intravena : dosis pertama 5 mg/Kg BB dalam larutan isotonus 20 ml, disuntikkan selama 10-15 menit. Bila perlu dapat diulang setelah 6-8 jam. Suntikan sebaiknya diberikan separuh dosis dahulu dan sisanya diberikan selang 1-2 jam kemudian. b). Infus : 7 mg basa/kg BB diberikan secara terus menerus selama 24 jam. c). Intramuskular : dosis pertama maksimal 5 mg/kg BB dengan dosis total tidak lebih dari 10 mg/Kg BB/24 jam. Sebaiknya dosis suntikan dibagi dua dan masing-masing diberikan dengan perbedaan waktu 1-2 jam. Tidak diberikan pada bayi dan anak kecil karena dapat menimbulkan kejang-kejang epileptik yang fatal atau gangguan susunan saraf pusat yang menetap. d). Untuk menghindari muntah, klorokuin dapat dicampur dengan gula atau muda, pasien perlu diamati selama 30 menit dan bila muntah pengobatan diulang kembali. 3). Sulfadoksin/Primetamin Pasien infeksi Falsiparum di daerah resisten dapat diberikan suntikan fansidar.
  • 13. 9. Prognosis Malaria vivax, prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak mendapatkan pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selam 2 bulan atau lebih. Malaria malariae, jika tidak diobati maka infeksi dapat berlangsung sangat lama. Malaria ovale dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Malaria falciparum dapat menimbulkan komplikasi yang menyebabkan kematian.(Dpkes RI, 2003). Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis antara lain : 1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu progualin, pirimetamin 2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit yaitu primakuin. 3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin dan amodiakuin. 4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae, P. Ovale adalah kina, klorokuin dan amodiakuin. 5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil. Penggunaan obat anti malaria tidak terbatas pada pengobatan kuratif saja tetapi juga termasuk : 1. Pengobatan pencegahan (profilaksis) bertujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala klinis. Penyembuhan dapat diperoleh dengan pemberian terapi jenis ini pada infeksi malaria oleh P.Falciparum karena parasit ini tidak mempunyai fase eksoeritrosit. 2. Pengobatan kurativ dapat dilakukan dengan obat malaria jenis skizontisid. 3. Pencegahan transmisi bermanfaat untuk mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengeruhi sporogonik nyamuk. Obat anti malaria yang dapat digunakan seperti jenis gametosid atau sporontosid. Adapun cara perawatan malaria yaitu : 1. Istirahat total di tempat tidur. 2. Berikan minuman sesuai kebutuhan. 3. Pemberian kompres hangat. 4. Menggunakan pakaian atau selimut tebal pada saat menggigil.
  • 14. 5. Berikan makanan bubur 6. Hindarkan makanan yang merangsang seperti buah-buahan yang asam. B. Lingkungan Environment (lingkungan) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Faktor lingkungan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu : 1. Lingkungan Fisik seperti terdapatnya genangan air disekitar rumah, banyaknya Lingkungan fisik sangat mempengaruhi dalam perkembangbiakan nyamuk,seperti banyaknya genangan air disekitar rumah, banyaknya sampah yang menumpuk, air parit yang mampet. 2. Lingkungan Kimiawi Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. (Depkes RI,2003) 3. Lingkungan Biologik (flora dan fauna) Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk (Gunawan, 2003). 1. Lingkungan sosial ekonomi dan budaya Adapun yang termasuk lingkungan sosial ekonomi adalah status pendidikan, penghasilan, gizi dan tempat perindukan buatan manusia. Sedangkan yang termasuk lingkungan sosial budaya berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup seperti perilaku aktifitas di malam hari, tidur menggunakan kelamu, ventilasi berkawat kassa, menggunakan obat anti nyamuk, pengetahuan serta persepsi mesyarakat tentang malaria. Faktor tersebut terkadang lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. (Depkes RI, 2003). C. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan kejadian penyakit malaria 1. Bebas jentik nyamuk
  • 15. Jentik nyamuk akan menjadi nyamuk yang akan menggganggu kenyamanan bahkan dapat menularkan penyakit, seperti malaria. Agar rumah bebas dari jentik dan nyamuk perlu dilakukan suatu tindakan pengendalian mulai dari tempat perindukan nyamuk sampai jentiknya. Khususnya untuk pengendalian tempat perindukan nyamuk anopheles dan nyamuk Aedes Aigepty adalah sebagai berikut : a. Pengendalian mulai dari tempat perndukan nyamuk sampai jentiknya. 1). Menutup bak penampungan air dalam rumah 2).Mengganti secara teratur air hewan peliharaan, vas bunga dan lain-lain. 3). Memasang kawat kasa pada jedela pintu dan lubang angin (ventilasi). 4). Menyakinkan bahwa pintu dan jendela tertutup rapat 5). Menggunakan kelambu dan obat pengusir nyamuk b. Pengendalian nyamuk disekitar rumah 1). Membersihkan air yang tergenang di talang/atap 2). Menutup tempat penampungan air dan memperbaikinya bial ada kebocoran. 3). Mengatur pengalihan dan pembuangan air buangan 4). Menyimpan barang bekas dan barang buangan lainnya dalam bak tertutup. 5). Memanfaatkan hewan ternak sebagai umpan untuk tempat hinggapnya nyamuk. c. Pengendalian nyamuk di lingkungan 1). Melakukan pengaliran air yang tepat 2). Membuat desain saluran pembuangan air yang tepat guan dan parit penahan 3). Pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak mengalir seperti kubangan selokan dan lain-lain. 4). Memangkas semak-semak dan cabang pohon yang tumbuh dekat rumah.
  • 16. 5). Mengatur pembuangan air kotor dan sampah D. Hipotesis Lingkungan (environment) adalah tempat dimana manusia dan nyamuk berada. Lingkungan fisik sangat berpengaruh pada perkembang biakan nyamuk. Lingkungan fisik terdiri dari suhu, kelembaban, serta curah hujan. Lingkungan rimah yang kurang baik bisa memungkinkan bersarangnya nyamuk, seperti tidak terpasangnya kassa di ventilasi rumah, adanya genangan air hujan diselokan- selokan rumah pada hari hujan membuat selokan banjir. Walaupun lingkungan tempat tinggal baik baik masih ada yang mengalami malaria. Hal ini berkaitan dengan lingkungan sekitar tempat tinggal dan berkaitan dengan faktor manusia itu sendiri seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan. Ha : Ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria. Ho : Tidak ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria
  • 17. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah secara observasional analitik dengan metode cross sectional dimana variabel independent, yaitu lingkungan tempat tinggal serta variabel dependent, yaitu kejadian malaria akan diukur secara bersamaan (Sudigdo, 2002). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 3.1. Rancangan Penelitian B. Kerangka Konsep Variabel independent pada penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal, sedangkan variabel dependent adalah kejadian malaria. Maka dapat dibuat hubungan variabel sebagai berikut : Bagan 3.2. Variabel Penelitian Variabel Independent Variabel Dependent C. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Lingkungan tempat tinggal Keadaan tempat tinggal responden dan tempat perkembang biakan nyamuk malaria Observasi Chek list Kurang : 0 Jika <60% (8 chek list) Baik : 1 Jika > 75% (11-14 check list) Ordinal
  • 18. 2. Kejadian malaria Penderita yang telah terdiagnosa terkena malaria yang diperoleh dari register Format pengumpulan data (chek list) Cek dokumen Malaria = 0 Tidak malaria = 1 Nominal D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel penelitian yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di Puskesmas Sukamerindu baik yang terkena malaria maupun yang tidak terkena malaria sebanyak 77 rumah. 2. Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yaitu. Seluruh populasi tempat tinggal keluarga di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu sebanyak 77 rumah. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Sukamerindu pada bulan mei 2011. F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari register mengenai alamat rumah dan data primer yang diperoleh langsung dari responden yaitu data observasi dari rumah penderita malaria.
  • 19. 2. Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat komputer yang melalui beberapa tahap berikut : 1. Editing Data Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan, kemungkinan kesalahan dan konstitusi data 2. Coding Data Memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan untuk mempermudah proses pengolahan data. Untuk lingkungan kurang diberi kode 0, baik diberi kode 1, sedangkan untuk kejadian malaria yang menderita malaria diberi kode 0 dan tidak malaria diberi kode 1. 3. Entry data Setelah dilakukan coding, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam master tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan program SPSS for windows 4. Cleaning Data Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat diperbaiki dan dinilai (scorer) yang ada sesuai pengumpulan data. 3. Analisis Data a. Analisis Univariat Di lakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel bebas dan terikat sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing variabel dengan rumus yang sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :
  • 20. f P = x 100 % n Keterangan : P = Jumlah persentase yang dicari f = Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban n = jumlah sampel b. Analisis Bivariat Di gunakan untuk melihat hubungan antara varibel independent (lingkungan tempat tinggal) dan variabel dependent (malaria) dengan menggunakan analisis uji statistik X² (chi-square), dengan tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. dengan rumus : (0- E )2 X2 = ∑ E Keterangan : X2 : Chi – square O : Frekuensi yang diamati E : Frekuensi yang diharapkan Untuk mengetahui derajat ke eratan hubungan variabel tersebut digunakan analisis tabel 2 x 2 sebagai berikut : Tabel 3.2. Tabel hubungan lingkungan tempat tinggal dengan kejadian malaria
  • 21. Variabel Lingkungan Kejadian Malaria Total Ya Tidak Kurang Baik A C B D A + B C + D Total A + C B + D A + B + C + D Keterangan : A = Lingkungan tempat tinggal kurang, menderita malaria B = Lingkungan tempat tinggal kurang, tidak menderita malaria C = Lingkungan tempat tinggal baik, menderita malaria D = Lingkungan tempat tinggal baik, tidak menderita malaria Hasil Perhitungan diterjemahkan ; Apabila X2 hitung > X2 tabel / P≤ 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal berhubungan dengan kejadian malaria. Apabila X2 hitung < X2 tabel / P > 0,05 berarti lingkungan tempat tinggal tidak ada hubungan dengan kejadian malaria.