Rangkuman dokumen tersebut adalah:
1) Merencanakan traffic lights pada simpang tak bersinyal Jalan Raya Narogong - Jalan Pangkalan 5 Kota Bekasi.
2) Mendapatkan gambaran karakteristik lalu lintas dan rencana lampu lalu lintas pada simpang tersebut.
3) Menentukan waktu hijau, kuning dan merah yang dibutuhkan."
1. PERENCANAAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TAK
BERSINYAL JALAN RAYA NAROGONG - JALAN PANGKALAN
5 KM. 13.5 KOTA BEKASI, JAWA BARAT
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
DINAR ALI
181130014
2. Dengan berkembangannya kota Bekasi, maka arus transportasi juga semakin padat terutama di persimpangan.
Solusi pertama untuk mengatasi masalah transportasi perkotaan adalah pengembangan sistem transportasi
umum atau masal. Solusi kedua untuk mengatasi masalah transportasi di daerah perkotaan adalah dengan
membatasi kendaraan pribadi.
Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5 merupakan simpang tiga dimana dua jalan bergabung atau
bersimpangan yang memiliki tiga lengan pendekat. Banyaknya kendaraan ringan dan kendaraan berat yang
melintasi persimpangan dapat menimbulkan permasalahan pada waktu-waktu tertentu sehingga mengakibatkan
kepadatan kendaraan yang cukup tinggi akibat kesemrawutan pengendara, serta kurangnya pengendalian lalu
lintas pada semua ruas jalan akibanya menimbulkan kemacetan pada persimpangan tersebut.
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
3. Bagaimana karakteristik lalu lintas pada simpang Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5
Bagaimana pengaturan simpang Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5
Berapa waktu hijau, kuning dan merah yang didapat saat merencanakan Traffic Lights ?.
BAB 1
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
4. Maksud dari penelitian ini adalah untuk merencanakan traffic lights. untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang arus lalu lintas, hambatan samping dan rencana lampu lalu lintas.
BAB 1
PENDAHULUAN
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Selain itu nantinya akan mendapatkan waktu hijau, kuning dan merah yang dibutuhkan pada simpang
tersebut. Sehingga arus lalu lintas pada persimpangan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat
mengurangi kemacetan yang terjadi.
5. Penelitian di lakukan di simpang Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5 Kota Bekasi
BAB 1
PENDAHULUAN
BATASAN MASALAH
Pengamatan dilakukan pada jam puncak pagi, siang, dan sore hari.
Data diambil sebanyak tiga kali dalam satu pekan, yaitu pada hari kerja dan hari libur.
6. Karakteristik simpang tak bersinyal Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5 Kota Bekasi.
BAB 1
PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Sistem pengendalian yang belum efektif pada simpang Jalan Raya Narogong dan Jalan
Pangkalan 5 Kota Bekasi
7. Manfaat Umum adalah untuk memperlancar pergerakan arus lalu lintas pada simpang tak
bersinyal Jalan Raya Narogong dan Jalan Pangkalan 5 Kota Bekasi, sehingga pengguna jalan
dapat melewati simpang tersebut dengan aman dan nyaman.
BAB 1
PENDAHULUAN
MANFAAT PENELITIAN
Sebagai bahan kajian dan masukan untuk penelitian selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah kota Bekasi dalam mengkaji permasalahan yang
ditemui di persimpangan tersebut dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi.
8. Persimpangan adalah pertemuan atau percabangan jalan, baik sebidang maupun yang tidak sebidang. Dalam persimpangan
sangat rentan terjadinya kecelakaan karena konflik pergerakan antar pengendara. Simpang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
simpang bersinyal dan simpang tak bersinyal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PERSIMPANGAN
Simpang Bersinyal
Pada simpang bersinyal arus kendaraan yang
memasuki simpang secara bergantian untuk
mendapatkan prioritas dengan berjalan terlebih dahulu
dengan menggunakan pengendali lampu lalu lintas.
Simpang Tak bersinyal
Pada simpang tak bersinyal berlaku suatu aturan yang
disebut “General Priority Rute” berlaku.
S
T
U
B
Gambar. Simpang bersinyal
U
S
T
Gambar. Simpang tak
bersinyal
9. Menurut MKJI (1997) berdasarkan geometriknya
persimpangan dapat dibedakan sebagai berikut:
Persimpangan sebidang
Persimpangan tak sebidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KLASIFIKASI SIMPANGAN
Persimpangan 3 kaki
bundaran
Persimpangan T atau terompet
Persimpangan intan biasa
persimpangan juga bisa dilihat dari tipe
persimpangan itu sendiri. Tipe simpang dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar.2 5 (b) Tipe Persimpangan
10. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PROSEDUR PERHITUNGAN ANALISIS
SIMPANG TIDAK BERSINYAL
Analisis yang digunakan untuk perhitungan simpang tidak bersinyal menggunakan metode Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997). Metode ini memperkirakan dampak kondisi geometri,
lingkungan dan kebutuhan lalu lintas terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya yang
diuraikan dalam metode ini adalah:
1) Kapasitas
2) Derajat kejenuhan
3) Tundaan
4) Peluang antrian,
5) serta Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)
Secara lebih spesifik, prosedur perhitungan analisis kinerja simpang tak bersinyal meliputi formulir-
formulir yang digunakan untuk menentukan tingkat kinerja pada simpang tak bersinyal sebagai berikut,
(MKJI 1997):
1) Formulir USIG-1
2) Formulir USIG-II
11. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KAPASITAS SIMPANG TIDAK BERSINYAL
Kapasitas adalah jumlah maksimum arus lalu lintas yang dapat dipertahankan pada suatu bagian
jalan pada kondisi tertentu dan dinyatakan dalam kendaraan/jam atau smp/jam.
perhitungan kapasitas simpang menurut MKJI 1997:
C = Co x Fw x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
Tabel. Variabel - Variabel Masukan Model
Kapasitas
Dengan :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar(smp/jam)
Fw = Faktor koreksi lebar masuk
FM = Faktor koreksi tipe median jalan
FCS = Faktor koreksi ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian kendaraan tidak bermotor,
hambatan samping dan tipe lingkungan jalan.
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
FMI = Faktor penyesuaian rasio arus minor
12. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) di definisikan sebagai
rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
dihitung sebagai berikut:
DS = QTOT / C
Dengan :
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
QTOT adalah Arus Total pada persimpangan
(smp/jam).
Dihitung dari rumus sebagai berikut:
QTOT = Qkend x Fsmp
Fsmp adalah didapat dari Ekivalen mobil
penumpang.
Tundaan
Tundaan pada persimpangan adalah total waktu
hambatan rata-rata yang dialami oleh kendaraan
sewaktu melewati suatu simpang. Tundaan pada
simpang terjadi karena dua sebab yaitu Tundaan
Lalu-Lintas (DT) dan Tundaan Geometrik (DG).
Tundaan Lalu Lintas Simpang (DT1)
Tundaan yang memasuki simpang
Tundaan Lalu Lintas Jalan Utama (DTMA)
Tundaan memasuki simpang dari jalan utama
Tundaan Lalu Lintas Jalan Minor (DTMI)
Ditentukan dari nilai DT1 dan DTMA
Tundaan Geometrik Simpang (DG)
Tundaan geometrik masuk simpang
Tundaan Simpang (D)
Dari perhitungan DG dan DT1
13. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN
Rasio Arus / Rasio Arus Jenuh
Perhitungan perbandingan arus jenuh (S)dengan
arus (Q) untuk tiap pendekat dapat dirumuskan
dengan persamaan dibawah ini
FR = Q / S
Rasio arus kritis (FRcrit) adalah nilai rasio arus
maksimum untuk setiap fase dengan
menjumlahkan nilai rasio arus kritis masing -
masing fase akan diperoleh arus simpangnya.
Dapat dilihat dibawah ini
IFR = ∑ (FRcrit)
Rasio fase (PR) untuk setiap fase merupakan
perbandingan antara FRcrit dengan IFR.
Dapat dilihat dibawah ini
PR = FRCrit / IFR
Peluang Antrian
Rentang nilai peluang antrian ditentukan dari
hubungan empiris antara peluang antrian terhadap
derajat kejenuhan, grafik antara peluang antrian
terhadap derajat kejenuhan.
Gambar. Grafik Peluang Antrian
dengan Derajat Kejenuhan
14. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN
Level of service ( LOS )
Level of service ( LOS ) merupakan ukuran kualitas sebagai rangkaian dari beberapa faktor yang mencakup
kecepatan kendaraan dan waktu perjalanan, kebebasan untuk maneuver, interupsi lalu lintas, kenyamanan dan
keamanan mengemudi, dan ongkos operasi, sehingga LOS sebagai tolak ukur kualitas suatu kondisi lalu lintas.
Tingkat Pelayanan A.
Arus lancar, Kecepatan ditentukan pengemudi, dan kepadatan rendah.
Tingkat Pelayanan B.
Arus stabil, Kecepatan dipengaruhi keadaan lalu lintas.
Tingkat Pelayanan C.
Arus masih stabil, Kecepatan dipengaruhi oleh volumenya.
Tingkat Pelayanan D.
Arus mulai tidak stabil, volume mempengaruhi kecepatan.
Tingkat Pelayanan E.
Arus sudah tidak stabil, Volume sama dengan kapasitas jalan.
Tingkat Pelayanan F.
Arus & kecepatan sangat rendah, Sering terjadi kemacetan total.
TINGKAT
PELAYANAN
TUNDAAN
(DET/SMP)
KETERANGAN
A
B
C
D
E
F
< 5
5,1-15
15,1-25
25,1-40
40,1-60
>60
Baik Sekali
Baik
Sedang
Kurang
Buruk
Buruk Sekali
Tabel. Tundaan Simpang Rata Rata (LOS)
15. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGUNAAN SINYAL
Penentuan Fase Sinyal
bagian dari siklus dengan lampu lalu lintas disediakan bagi kombinasi tertentu dan gerakan lalu lintas.
Jika perhitungan akan dikerjakan untuk rencana fase sinyal yang lain dari yang sudah tentukan, maka rencana fase
sinyal harus dipilih sebagai alternatif permulaan untuk keperluan evaluasi.
Waktu Antar Hijau
Untuk analisa operasional dan perencaaan disarankan untuk membuat suatu perhitungan rinci waktu antar hijau untuk
waktu pengosongan dan waktu hilang. waktu antar hijau berikut dapat dianggap sebagai nilai normal.
Ukuran Simpang Lebar jalan rata-rata
Nilai normal waktu antar
hijau
Kecil
Sedang
Besar
6 - 9 m
10 - 14 m
>15 m
4 detik/fase
5 detik/fase
>6 detik/fase
Tabel. Nilai Normal Waktu Antar Hijau
16. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APILL)
Undang - Undang No. 22 Tahun 2009 adalah
perangkat elektronik yang menggunakan isyarat
lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi
untuk mengatur lalu lintas orang dan atau kendaraan
di persimpangan pada ruas jalan.
Fungsi lampu lalu lintas:
a. Meningkatkan keselamatan lalu lintas
b. Menyediakan fasilitas penyeberang bagi
pejalan kaki
c. Meningkatan kapasitas simpang antara
dua jalan utama
d. Mengatur distribusi dari kapasitas
berbagai arah lalu lintas seperti
kendaraan umum, dan lain lain
istilah yang digunakan saat mengoperasikan lampu pada
persimpangan bersinyal (Liliani, 2002):
a. Siklus = urutan lengkap pada lampu lalulintas
b. Fase = secara bersamaan ditetapkan ke dalam kombinasi
gerakan.
c. Waktu hijau efektif = digunakan oleh pergerakan pada
fase yang bersangkutan.
d. Waktu antar hijau = waktu dimulainya satu fase lampu
hijau dan satu fase lainnya.
e. Rasio Hijau = perbandingan antara waktu hijau efektif
dan lamanya siklus.
f. Merah Efektif = waktu lamanya pergerakan secara efektif
yang tidak diijinkan bergerak.
g. Lost Time / waktu hilang = keterlambatan bergerak
kendaraan dan akhir pelepasan kendaraan yang terjadi
selama waktu kuning
17. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
LOKASI STUDY
Lokasi survey lalu lintas dilakukan pada Simpang Tak Bersinyal Jalan Raya Narogong -
Jalan Pangkalan 5 Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat
Gambar. Lokasi Pengambilan Data
PERTOKOANDAN
PERMUKIMAN
WARGA
PERTOKOANDAN
PERMUKIMAN
WARGA
PERTOKOANDAN
PERMUKIMAN
WARGA
PERUSAHAAN
ATAUPABRIK
KE ARAH
BEKASI
A
KE ARAHTPA
BANTARGEBANG
C
KE ARAH
BOGOR
B
10000
6600
3300
5000
1000
Gambar. Sketsa Lokasi Pengamatan
LOKASI
PENGAMATAN
18. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan Data Primer
Data primer yang dibutuhkan yaitu:
• Data geometrik jalan
• Data Arus Lalu lintas
Pengumpulan Data Sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder yaitu:
Badan Pusat Statistik (BPS).
Data ini digunakan untuk mendukung dari data primer.
Waktu Pengambilan Data
Waktu pengambilan data lalu lintas dilakukan selama 3 hari, pengamatan
dilakukan pada hari Senin, Sabtu dan Minggu, dilakukan sebanyak 3 sesi
dalam satu hari yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. pengamatan pendahuluan
1 hari penuh
19. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
DATA MASUKAN ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL
Kondisi Geometrik Persimpangan
• Tipe jalan ditentukan oleh jumlah lajur dan arah pada suatu
segmen jalan.
• Lebar jalur adalah lebar dari jalan yang dilewati.
• Median adalah daerah pemisah arus lalu lintas pada suatu
segmen jalan.
• Pendekat adalah daerah dari lengan persimpangan jalan
untuk kendaraan mengantri sebelum keluar melewati garis
henti.
• Lebar pendekat (WA) adalah bagian pendekat digunakan
oleh lalu lintas buangan setelah melewati persimpangan
jalan.
• Lebar masuk (WMASUK) adalah lebar bagian pendekat,
diukur pada garis henti.
• Lebar Keluar (WKELUAR) adalah lebar bagian pendekat
yang digunakan oleh lalu lintas berangkat setelah melewati
persimpangan jalan.
Kondisi Lalu Lintas
LV = Light vehicle (kendaraan ringan)
HV = Heavy vehicle (kendaraan berat)
MC = Motor Cycle (sepeda motor)
Jenis Kendaraan
Emp Untuk Tiap Pendekat
Terlindung
(P)
Terlawan
(O)
Kendaraan Ringan (LV) 1.0 1.0
Kendaraan Berat (HV) 1.3 1.3
Sepeda Motor (MC) 0.2 0.4
Tabel. Ekivalen Mobil Penumpang
20. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
DATA MASUKAN ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL
Kondisi Lingkungan
• Kelas Ukuran Kota
Faktor ini hanya dipengaruhi oleh
variabel jumlah penduduk dalam juta.
Ukuran kota (CS) Penduduk (juta)
Faktor penyesuaian Ukuran
kota (Fcs)
Sangat kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 – 0,5 0,88
Sedang 0,5 – 1,0 0,94
Besar 1,0 – 3,0 1,00
Sangat besar >3,0 1,05
Tabel. Faktor Penyesuaian Ukuran Kot
• Tipe Lingkungan Jalan
Lingkungan jalan diklasifikasikan
dalam kelas menurut tata guna lahan
jalan tersebut dari aktifitas sekitarnya.
Komersial Tata guna lahan komersial (misalnya perkotokoan, rumah makan,
perkantoran) yang dapat diakses bagi pejalan kaki dan
kendaraan.
Permukiman Tata guna lahan perumahan dengan akses langsung bagi
pejalan kaki dan kendaraan.
Akses
Terbatas
Tanpa akses atau akses langsung terbatas (Misalnya karena
adanyapenghalang fisik, jalan samping dsb).
Tabel. Tipe Lingkungan Jalan
• Kelas Hambatan Samping
Tabel.3 4 Kelas Hambatan Samping
Kelas Hambatan
Samping (SFC)
Kode
Jumlah bobot Kejadian
Per 200 m/jam (dua
sisi)
Kondisi Khusus
Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman:
jalan samping tersedia
Rendah L 100-299 Daerah pemukiman:
beberapa angkutan
umum dsb
Sedang M 300-499 Daerah industri:
Beberapa toko sisi jalan
Tinggi H 500-899 Daerah Komersial
Aktifitas sisi jalan tinggi
Sangat Tinggi VH 900 Daerah komersial:
Aktifitas pasar sisi jalan
21. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
PELAKSANAAN SURVEY
Jenis Survey dan Penempatan
Surveyor
• Survey Geometrik Jalan
a) Pengumpulan data geometric jalan
b) dilakukan dengan cara mengukur
langsung di lokasi survey surveyor yang
dibutuhkan 2(dua)
c) Alat-alat yang digunakan.
• Survey Volume Lalu Lintas
a) Survey volume lalu lintas dilakukan
untuk mendapatkan data volume lalu
lintas jam puncak.
b) Surveyor ditempatkan di setiap setiap
kaki persimpangan.
c) Alat-alat yang digunakan.
Titik Penempatan Surveyor
LOKASI SURVEYOR
PENGAMBILAN
DATA
KE ARAH
BEKASI
A
KE ARAH TPA
BANTARGEBANG
C
KE ARAH
BOGOR
B
10000
6600
LOKASI SURVEYOR
PENGAMBILAN
DATA
A
B
PERUSAHAAN
ATAU PABRIK
C
LOKASI SURVEYOR
PENGAMBILAN
DATA
5000
3300
1000
Gambar.3 4 Gambar sketsa Titik
Penempatan Surveyor
Metode Pengolahan
Data
menggunakan metode
perhitungan dan
penyelesaian diambil dari
buku Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI)
1997 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal
Binamarga.
22. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
FLOWCHART / DIAGRAM ALIR
Pengolahan Data
Analisa Kinerja Simpang Berdasarkan data yang ada
( Perhitungan Berdasarkan Mkji 1997)
Mulai
Identifikasi Masalah
Penentuan Lokasi Survey
Pengumpulan Data
Pengumpulan data Primer :
1. Data Geometri Jalan
2. Data Volume lalu lintas
Pengumpulan data Sekunder :
1. Data Jumlah Penduduk Kota
Bekasi
2. Peta Di Ruas Jalan Terkait
Kesimpulan Dan Saran
Selesai