SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 3
Pemanfaatan Air Tanah




     Menanggapi tulisan Saudari Dwi Sephtiani di Bangka Pos tanggal 28 November
2012, dengan judul Kelapa Sawit vs Tanah Bangka, penulis ingin berbagi sedikit
berbagi informasi mengenai kelapa sawit dan air tanah. Umumnya informasi yang kita
peroleh mengenai kelapa sawit adalah kebutuhan air yang relatif cukup besar, yaitu 12
– 30 liter perhari (Boy Maclin, 2010 dalam Dwi Septiani, 2012). Tentunya dibandingkan
dengan informasi sekilas mengenai keterdapatan air tanah di Pulau Bangka yang
potensinya relatif kecil, tentulah sebagian orang langsung menyatakan bahwa kelapa
sawit adalah jenis tanaman yang menghabiskan air tanah dan menyebabkan
menurunnya jumlah pasokan air tanah. Namun alangkah baiknya jika opini tersebut
didukung oleh literatur yang terpercaya, mengingat media ini dibaca oleh kalangan
dengan beragam strata pendidikan. Mungkin saja sebagian besar pembaca akan
langsung menyetujui pendapat ini tanpa menelaahnya terlebih dahulu.




     Pertama-tama penulis ingin berbagi informasi mengenai air tanah. Air di dalam
tanah (biasa disebut air tanah) adalah air yang terdapat pada lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah. Jadi air tanah di alam terdapat pada lapisan tanah dan juga
lapisan batuan. Air tanah yang terdapat pada lapisan batuan atau biasa disebut akuifer.
Sedangkan definisi akuifer menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008
adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air
tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis. Adapun cara pengisian air ke dalam tanah
adalah melalui 2 cara yaitu melalui media pori dan melalui media rekahan. Pada media
pori, air meresap dengan cara mengisi ruang antar butir tanah atau batuan. Contoh
pada lapisan pasir, batu lempung pasiran dan lainnya. Pada media rekahan, air yang
mengisi melalui rekahan batuan. Contoh pada rekahan batuan keras seperti granit.


     Adapun jenis akuifer ada 3 macam yaitu : 1) akuifer bebas/ tidak tertekan atau
biasa disebut juga akuifer dangkal, karena umumnya keterdapatan dangkal dari
permukaan tanah, 2) akuifer tertekan, biasa disebut akuifer dalam dan 3) akuifer semi
tertekan. (DESDM, 2008). Jadi harus dibedakan antara tanah penutup dengan akuifer
dangkal. Tanah penutup adalah lapisan tanah yang posisinya berada di atas akuifer
bebas/tidak tertekan/dangkal. Air pada tanah penutup bisa meresap ke dalam akuifer
jika struktur batuannya memungkinkan, namun air tanah ini juga bisa menguap kembali
ke udara jika temperatur udara memungkinkan.



     Telah banyak penelitian yang dilakukan guna memberikan kejelasan informasi
mengenai hubungan antara pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap ketersedian
air tanah. Salah satunya adalah hasil penelitian Erwin Masrul, 2007, yang
dipublikasikan dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam bidang ilmu
konservasi tanah dan air Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Beliau
menyatakan bahwa semakin bertambah umur sawit maka persentase ruang pori
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh aktifitas perakaran kelapa sawit yang
meningkat. Ini sesuai dengan penjelasan mengenai akuifer dengan media pengisian
berupa ruang antar pori, yaitu meningkatnya jumlah pori akan meningkatkan pula
kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini dibuktikan pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) Barumun, Sumatera Utara, sewaktu daerah tangkapan yang dikonversi dengan
kelapa sawit maka hidrografnya menjadi membaik, yakni tidak banjir pada musim hujan
dan masih tersedia air yang cukup banyak pada musim kemarau.




     Senada dengan hasil penelitian Erwin Masrul di atas, hasil penelitian kegiatan
pengembangan data dan informasi pengelolaan air tanah pada Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Bangka Tengah, 2012 di sekitar area perkebunan sawit
menunjukan bahwa tidak terdapat penurunan muka air tanah pada sumur gali
penduduk. Pengukuran dilakukan di Desa Romadhon Kecamatan Sungai Selan
Kabupaten Bangka Tengah dengan rentang pengukuran selama 4 (empat) tahun. Hasil
pendugaan geolistrik pada 3 (tiga) titik di sekitar area perkebunan kelapa sawit
menginformasikan bahwa terdapat 2 (dua) lapisan akuifer di wilayah tersebut. Yang
pertama adalah akuifer dangkal pada kedalaman 1,43 – 3,76 m, 9,46 – 20,53 m dan
11,29 – 18,26 m. Lapisan akuifer kedua adalah akuifer dalam pada ketiga titik tersebut
berkisar pada kedalaman 45,18 – 68,92 m. Menurut Harahap, 2003, akar kelapa sawit
yang tumbuh normal akan mencapai kedalaman 2-5 m dari pangkal batang. Jika
dibandingkan dengan kedalaman akuifer dangkal yang terdapat di area perkebunan
sawit, asumsi bahwa kelapa sawit mendapatkan pasokan air melalui akuifer dangkal.
Namun hasil pengukuran muka air tanah (MAT) di sumur gali penduduk menunjukan
tidak terjadi penurunan MAT. Hal ini menunjukan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak
mempengaruhi jumlah keterdapatan air tanah pada akuifer dangkal. Ini menunjukan
bahwa infiltrasi air tanah tidak terpengaruh oleh kegiatan perkebunan sawit. Kelapa
sawit bisa hidup pada daerah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun (Tui, 2004
dalam Murtilaksono dkk, 2007) sedangkan data curah hujan rata-rata di Bangka Tengah
adalah 3444,3 mm (Bangka Tengah Dalam Angka, 2010).




     Hal lain yang sebenarnya lebih penting untuk dicermati berkenaan dengan
cadangan air tanah di Pulau Bangka adalah pengambilan air tanah pada akuifer dalam.
Hal ini disebabkan Pulau Bangka termasuk pulau yang tidak terlalu luas dan termasuk
daerah kepulauan yang dikelilingi oleh laut sehingga aktifitas pengambilan air tanah
yang berlebihan dapat menyebabkan intrusi air laut. Langkah yang sebaiknya diambil
berkenaan dengan pengambilan air tanah di wilayah manapun, terlebih pada wilayah
pesisir, adalah harus sesuai dengan parameter akuifernya. Pengambilan air tanah tidak
boleh melebihi daya imbuh akuifernya.




     Demikian uraian singkat ini disampaikan. Semoga memberikan tambahan
pengetahuan sebagai bahan diskusi ataupun second opinion bagi kita semua.

Weitere Àhnliche Inhalte

Was ist angesagt? (9)

Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
 
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
IPTEK (Sumur resapan, Kompos cair, dan Recycle sampah kertas)
 
Hidrosfer
HidrosferHidrosfer
Hidrosfer
 
Novi
NoviNovi
Novi
 
Hazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidulHazard assessment kekeringan gunungkidul
Hazard assessment kekeringan gunungkidul
 
Tkw 1
Tkw 1Tkw 1
Tkw 1
 
Tps50 tgs2-leonardo-waduk
Tps50 tgs2-leonardo-wadukTps50 tgs2-leonardo-waduk
Tps50 tgs2-leonardo-waduk
 
Kekeringan (Geografi)
Kekeringan (Geografi)Kekeringan (Geografi)
Kekeringan (Geografi)
 

Ähnlich wie Pemanfaatan air tanah

Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
Bedy Chenk
 
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxlDAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
fartamhd
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Posma Andri Octavia Siagian
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
rizky hadi
 
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
Risda moe
 
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
M A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A HM A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A H
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
BBAP takalar
 

Ähnlich wie Pemanfaatan air tanah (20)

Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebakTeknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
Teknologi produksi padi pada lahan rawa lebak
 
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxlDAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
DAS danpengenalan apa itu Daerah Aliran Sungai.pptxl
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
 
Tanah gambut
Tanah gambut Tanah gambut
Tanah gambut
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Aliran Air Tanah
Aliran Air TanahAliran Air Tanah
Aliran Air Tanah
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Ang...
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Maratus ...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Maratus ...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Maratus ...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Maratus ...
 
Hidrosfer
HidrosferHidrosfer
Hidrosfer
 
Usle
UsleUsle
Usle
 
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
 
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRKONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
KONSERVASI DAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
 
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
M A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A HM A N J E M E N  K U A L I T A S  A I R  D A N  T A N A H
M A N J E M E N K U A L I T A S A I R D A N T A N A H
 
Teknik sungai dan rawa dan cara pengecekan.pptx
Teknik sungai dan rawa dan cara pengecekan.pptxTeknik sungai dan rawa dan cara pengecekan.pptx
Teknik sungai dan rawa dan cara pengecekan.pptx
 

Mehr von Dianora Didi

Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
Dianora Didi
 
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air TanahRancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
Dianora Didi
 
Pertambangan bangka tengah
Pertambangan bangka tengahPertambangan bangka tengah
Pertambangan bangka tengah
Dianora Didi
 

Mehr von Dianora Didi (17)

Draft Raperbup penilaian dokumen lingkungan dan izin lingkungan kabupaten ban...
Draft Raperbup penilaian dokumen lingkungan dan izin lingkungan kabupaten ban...Draft Raperbup penilaian dokumen lingkungan dan izin lingkungan kabupaten ban...
Draft Raperbup penilaian dokumen lingkungan dan izin lingkungan kabupaten ban...
 
Perda nomor 13 tahun 2016 ttg pengelolaan dan pengendalian limbah bahan berba...
Perda nomor 13 tahun 2016 ttg pengelolaan dan pengendalian limbah bahan berba...Perda nomor 13 tahun 2016 ttg pengelolaan dan pengendalian limbah bahan berba...
Perda nomor 13 tahun 2016 ttg pengelolaan dan pengendalian limbah bahan berba...
 
Surat Deputi Menteri LH bidang tata lingkungan tentang integrasi pelaksanaan ...
Surat Deputi Menteri LH bidang tata lingkungan tentang integrasi pelaksanaan ...Surat Deputi Menteri LH bidang tata lingkungan tentang integrasi pelaksanaan ...
Surat Deputi Menteri LH bidang tata lingkungan tentang integrasi pelaksanaan ...
 
Pamflet
PamfletPamflet
Pamflet
 
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
 
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
 
Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
Geolistrik Metode Sclumberger Garut Mei 2014
 
Pemetaan zonasi air tanah kabupaten bangka tengah
Pemetaan zonasi air tanah kabupaten bangka tengahPemetaan zonasi air tanah kabupaten bangka tengah
Pemetaan zonasi air tanah kabupaten bangka tengah
 
Lampiran 1
Lampiran 1Lampiran 1
Lampiran 1
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Bab i ratih
Bab i ratihBab i ratih
Bab i ratih
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air TanahRancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
Rancangan Peraturan Bupati Bangka Tengah tentang Perizinan Air Tanah
 
Pertambangan bangka tengah
Pertambangan bangka tengahPertambangan bangka tengah
Pertambangan bangka tengah
 

Pemanfaatan air tanah

  • 1. Pemanfaatan Air Tanah Menanggapi tulisan Saudari Dwi Sephtiani di Bangka Pos tanggal 28 November 2012, dengan judul Kelapa Sawit vs Tanah Bangka, penulis ingin berbagi sedikit berbagi informasi mengenai kelapa sawit dan air tanah. Umumnya informasi yang kita peroleh mengenai kelapa sawit adalah kebutuhan air yang relatif cukup besar, yaitu 12 – 30 liter perhari (Boy Maclin, 2010 dalam Dwi Septiani, 2012). Tentunya dibandingkan dengan informasi sekilas mengenai keterdapatan air tanah di Pulau Bangka yang potensinya relatif kecil, tentulah sebagian orang langsung menyatakan bahwa kelapa sawit adalah jenis tanaman yang menghabiskan air tanah dan menyebabkan menurunnya jumlah pasokan air tanah. Namun alangkah baiknya jika opini tersebut didukung oleh literatur yang terpercaya, mengingat media ini dibaca oleh kalangan dengan beragam strata pendidikan. Mungkin saja sebagian besar pembaca akan langsung menyetujui pendapat ini tanpa menelaahnya terlebih dahulu. Pertama-tama penulis ingin berbagi informasi mengenai air tanah. Air di dalam tanah (biasa disebut air tanah) adalah air yang terdapat pada lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Jadi air tanah di alam terdapat pada lapisan tanah dan juga lapisan batuan. Air tanah yang terdapat pada lapisan batuan atau biasa disebut akuifer. Sedangkan definisi akuifer menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis. Adapun cara pengisian air ke dalam tanah adalah melalui 2 cara yaitu melalui media pori dan melalui media rekahan. Pada media pori, air meresap dengan cara mengisi ruang antar butir tanah atau batuan. Contoh pada lapisan pasir, batu lempung pasiran dan lainnya. Pada media rekahan, air yang mengisi melalui rekahan batuan. Contoh pada rekahan batuan keras seperti granit. Adapun jenis akuifer ada 3 macam yaitu : 1) akuifer bebas/ tidak tertekan atau biasa disebut juga akuifer dangkal, karena umumnya keterdapatan dangkal dari
  • 2. permukaan tanah, 2) akuifer tertekan, biasa disebut akuifer dalam dan 3) akuifer semi tertekan. (DESDM, 2008). Jadi harus dibedakan antara tanah penutup dengan akuifer dangkal. Tanah penutup adalah lapisan tanah yang posisinya berada di atas akuifer bebas/tidak tertekan/dangkal. Air pada tanah penutup bisa meresap ke dalam akuifer jika struktur batuannya memungkinkan, namun air tanah ini juga bisa menguap kembali ke udara jika temperatur udara memungkinkan. Telah banyak penelitian yang dilakukan guna memberikan kejelasan informasi mengenai hubungan antara pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap ketersedian air tanah. Salah satunya adalah hasil penelitian Erwin Masrul, 2007, yang dipublikasikan dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar dalam bidang ilmu konservasi tanah dan air Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Beliau menyatakan bahwa semakin bertambah umur sawit maka persentase ruang pori semakin meningkat. Hal ini dikarenakan oleh aktifitas perakaran kelapa sawit yang meningkat. Ini sesuai dengan penjelasan mengenai akuifer dengan media pengisian berupa ruang antar pori, yaitu meningkatnya jumlah pori akan meningkatkan pula kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini dibuktikan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Barumun, Sumatera Utara, sewaktu daerah tangkapan yang dikonversi dengan kelapa sawit maka hidrografnya menjadi membaik, yakni tidak banjir pada musim hujan dan masih tersedia air yang cukup banyak pada musim kemarau. Senada dengan hasil penelitian Erwin Masrul di atas, hasil penelitian kegiatan pengembangan data dan informasi pengelolaan air tanah pada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah, 2012 di sekitar area perkebunan sawit menunjukan bahwa tidak terdapat penurunan muka air tanah pada sumur gali penduduk. Pengukuran dilakukan di Desa Romadhon Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah dengan rentang pengukuran selama 4 (empat) tahun. Hasil pendugaan geolistrik pada 3 (tiga) titik di sekitar area perkebunan kelapa sawit menginformasikan bahwa terdapat 2 (dua) lapisan akuifer di wilayah tersebut. Yang pertama adalah akuifer dangkal pada kedalaman 1,43 – 3,76 m, 9,46 – 20,53 m dan
  • 3. 11,29 – 18,26 m. Lapisan akuifer kedua adalah akuifer dalam pada ketiga titik tersebut berkisar pada kedalaman 45,18 – 68,92 m. Menurut Harahap, 2003, akar kelapa sawit yang tumbuh normal akan mencapai kedalaman 2-5 m dari pangkal batang. Jika dibandingkan dengan kedalaman akuifer dangkal yang terdapat di area perkebunan sawit, asumsi bahwa kelapa sawit mendapatkan pasokan air melalui akuifer dangkal. Namun hasil pengukuran muka air tanah (MAT) di sumur gali penduduk menunjukan tidak terjadi penurunan MAT. Hal ini menunjukan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak mempengaruhi jumlah keterdapatan air tanah pada akuifer dangkal. Ini menunjukan bahwa infiltrasi air tanah tidak terpengaruh oleh kegiatan perkebunan sawit. Kelapa sawit bisa hidup pada daerah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun (Tui, 2004 dalam Murtilaksono dkk, 2007) sedangkan data curah hujan rata-rata di Bangka Tengah adalah 3444,3 mm (Bangka Tengah Dalam Angka, 2010). Hal lain yang sebenarnya lebih penting untuk dicermati berkenaan dengan cadangan air tanah di Pulau Bangka adalah pengambilan air tanah pada akuifer dalam. Hal ini disebabkan Pulau Bangka termasuk pulau yang tidak terlalu luas dan termasuk daerah kepulauan yang dikelilingi oleh laut sehingga aktifitas pengambilan air tanah yang berlebihan dapat menyebabkan intrusi air laut. Langkah yang sebaiknya diambil berkenaan dengan pengambilan air tanah di wilayah manapun, terlebih pada wilayah pesisir, adalah harus sesuai dengan parameter akuifernya. Pengambilan air tanah tidak boleh melebihi daya imbuh akuifernya. Demikian uraian singkat ini disampaikan. Semoga memberikan tambahan pengetahuan sebagai bahan diskusi ataupun second opinion bagi kita semua.