2. NO TUGAS KIMIA SERO SEKRESI&E
KRESI
HEMA
1 METODE 1 18 DES
2010
2 METODE 2 23 DES
2010
3 METODE 23
MARET
2011
4 METODE 23 MEI
2011
5 METODE 3 AGUSTUS
2011
3. HEMOSTASIS:
Mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan
secara spontan
Kegagalan hemostasis dapat menimbulkan :
• Perdarahan.
• Kegagalan mempertahankan darah dalam keadaan
cair.
4. Hemostasis terdiri dari 3 tahap :
1. Hemostasis primer
melibatkan tunika intima pembuluh darah
dan trombosit.
2. Hemostasis sekunder
melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
3. Hemostasis tersier
melibatkan fibrinolisis.
5. Perdarahan bisa disebabkan kelainan pembuluh
darah, trombosit, atau sistem pembekuan darah
Clotting Time/CT, Activated Partial
Thromboplastin Time/APTT→ screening
hemostasis
CT/APTT→ Mengukur aktifitas kogulasi darah, dijalur
intrinsik dan jalur bersama
6. PROSES KOAGULASI – CASCADE / WATERFALL
F XII
Pencetus Pre Kalikrein
HMWK
F XI
F XII a Kalikrein
HMWK F IX
F XI a
Ion Ca F IX a
F IX a – PF 3 – F VIII – Ion Ca
F VII
Pencetus
Ion Ca
F VII a
F X F Xa
F X a – F V – PF 3 - Ion Ca
Protrombin Trombin
Fibrin
F XIII F XIII a
Fibrin Insoluble
Fibrinogen
APTT-CT
JALURINTRINSIK
JALUR
BERSAMA
JALUR
EKSTRINSIK
PT
7. Faktor yang mempengaruhi:
Clotting Time:
Faktor faktor yang membentuk tromboplastin
Faktor yang berasal dari trombosit
Kadar fibrinogen
APTT:
Faktor XII (Hageman Faktor)
Prekalikrein
Kininogen
Faktor XI(Plasma Tromboplastin Antecendent)
Faktor IX(Crismast factor)
faktor VIII(Antihemofilic factor)
faktor X(Stuart faktor)
Factor V(Proasselerin)
Faktor II(Protrombin)
Faktor I ( fibrinogen)
8. INDIKASI TES HEMOSTASIS:
• Ada gejala perdarahan atau riwayat
perdarahan
• Pada penyakit yang berpotensi mengalami
gangguan hemostasis(penyakit
hati, DIC, DVT)
• Prabedah
• Pemantauan antikoagulan
9. Prinsip:
Menentukan lamanya waktu yang diperlukan
darah untuk membeku
Ada 2 metode:
A. Metode dengan tabung (Modifikasi Lee dan
White)
B. Metode dengan tabung kapiler (Duke)
10. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
Bahan:
A.Metode dengan Tabung (Modifikasi Lee
dan Whithe)
Darah segar 4 ml
B.Metode dengan Tabung Kapiler (Duke)
Darah Kapiler
11. Alat :
A.Cara dengan tabung( Modifikasi Lee dan White)
1. Rak
2. Tabung dengan diameter 7-8 mm
3. Stopwatch
4. Spuit 5 ml atau 10 ml
B. Cara dengan tabung kapiler(Duke)
1. Lancet steril
2. Tabung kapiler dengan diameter 1-2 mm,
panjang 10 cm
3. Kikir ampul
12. Analitik
A.Cara dengan tabung (Modifikasi Lee dan White)
1. Sediakan dalam rak, 4 buah tabung
2. Lakukan vena punksi, saat darah masuk dalam
semprit jalankan stopwacth. Isap 5 ml darah
3. Angkat jarum dari semprit dan alirkan perlahan
1 ml darah dalam tiap tabung yang dimiringkan
waktu diisi darah
4. Tiap 30 detik, tabung petama diangkat dari rak
dan dimiringkan untuk melihat apakah telah terjadi
pembekuan
5. Setelah darah dalam tabung pertama beku,
periksa tabung kedua, dan tabung selanjutnya
6. Masa pembekuan darah adalah masa
pembekuan rata rata dari tabung kedua, ketiga,
keempat
13. B. Cara dengan tabung Kapiler (Duke)
Sebelumnya gores tabung kapiler dengan jarak 1 cm
supaya mudah dipatahkan
1. Buat tusukan dengan ujung jari atau anak daun
telinga
2. Mulailah menjalankan stopwatch saat darah keluar
dari tusukan
3. Hapus dua tetes yang pertama keluar dan isap
tetes berikutnya kedalam tabung kapiler oleh gaya
kapilaritasnya
4. Patahkan tabung kapiler pada tiap goresan dimulai
dari ujung pertama darah masuk, tiap 30 detik
5. Masa pembekuan adalah saat terlihatnya benang
fibrin pada pematahan kapiler terhitung mulai
stopwach dijalankan
14. Nilai rujukan
A.Cara dengan tabung ( Modifikasi Lee dan
White)
9- 15 menit
B.Cara dengan tabung kapiler(Duke)
2-6 menit
15. Sumber kesalahan:
• Pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan
• Pungsi vena yang tidak segera berhasil dengan baik
• Terjadinya busa dalam semprit atau dalam tabung
• Menggoyang goyangkan tabung yang yang tidak
sedang diperiksa
• Semprit atau tabung kotor
• Pemakaian obat yang mempengaruhi
16. Clotting Time memanjang:
• Hemofilia
• Trombositopenia
• Penyakit Chrismas
• Penyakit Van Willebrand’s
17. Metode Lee Whithe merupakan tes kasar saja
dan merupakan cara terbaik diantara tes yang
menggunakan darah lengkap
Tidak ada standarisasi kondisi dan ukuran
tabung
Metode Duke kurang dapat diandalkan
karena relatif banyak cairan jaringan
berisikan tromboplastin jaringan bercampur
dengan darah
18. Prinsip:
Mengukur lama terbentuknya bekuan bila
dalam plasma ditambahkan reagens
tromboplastin parsial, aktivator serta ion
kalsium pada suhu 37°C. Reagen
tromboplastin parsial adalah fosfolipid
sebagai pengganti platelet faktor 3
19. Ada dua metode:
A. Metode Manual
Metode Tilt Tube
Metode Hook
B. Metode Otomatik
Metode Elektromekanik
Metode Optik
20. Metode manual
Semua reagens dan sampel dicampur secara
manual
Temperatur dipertahankan 37 C pada
inkubator atau penangas air
End point ditentukan secara visual
21. Persiapan Pasien :
Tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan
- Sampel darah diperoleh melalui vena punksi.
- Antikoagulan yang dipakai Sodium Sitrat 3.8 %
atau 3.2% (9 bagian darah : 1 bagian Natrium
citras)
- Sample darah dicentrifuge 10-15 menit
dengan kecepatan 2000 g
- Penampung :bahan plastik atau gelas yang
dilapisi silikon →mencegah aktivasi faktor
pembekuan
- Semprit ukuran besar
22. Bahan:
a. Plasma (Wholeblood dengan antikoagulan
natrium sitrat)
b. Reagen APTT yang mengandung kloroform dari
otak kelinci, dan asam elagik, kalsium klorida(Cacl
2)0.02 mol/L
Alat :
a. Tabung reaksi.
b. Rak tabung
c. Inkubator
d. Batang pengaduk.
e. Stopwatch.
23. Analitik
Cara 1 (Metode Hook)
a. Reagen APTT 100 μl + 100 μl plasma dimasukkan ke
dalam tabung 1
b. 200 μl CaCl2 dimasukkan dalam tabung 2
c. Tabung 1 dan 2 diinkubasi selama 5 menit pada
inkubator yang bersuhu 37 0 C.
d. Ambil 100 μl (tabung 2), dimasukkan dalam tabung
1, lihat terjadinya bekuan dengan mencelupkan ose
yang berkait secara berulang
e. Tes ini diulang dengan plasma kontrol.
24. Cara 2 (Metode Tilt Tube )
a. Lakukan tahap a-d
b. Biarkan tabung 1 selama 20 detik setelah
percampuran. Pindahkan tabung dari
inkubator , putar posisi setengah tabung tes
setiap 1-2 detik. Hentikan stop watch ketika
cairan sudah tampak dalam bentuk fibrin.
26. Sumber Kesalahan:
• Saat pengambilan darah: pemakaian tornikuet
yang terlalu lama atau terlalu ketat, darah
mengalir terlalu lama atau terlalu cepat
• Terjadi Bekuan partial
• Rasio Sitrat dan darah tidak tepat
27. APTT memanjang:
• Defisensi satu atau lebih faktor koagulasi di
jalur intrinsik dan bersama
• DIC
• Penyakit hati
• Hemofili A dan B
• Pemakaian heparin
• Lupus antikoagulan
28. CT APTT Manual
Waktu Lama Lebih cepat
Tempat
Pemeriksaan
Bed Side Laboratorium
Reprodusibilitas Kurang Lebih
Sensitivitas Kurang Sensitif
29. APTT manual lebih direkomendasikan
daripada Clotting time karena pada APTT
waktu pemeriksaan lebih cepat, lebih sensitif,
mempunyai reprodusibilitas lebih baik
dibanding Clotting Time
30. 1. Hardjoeno H, dkk. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik. Hasanuddin University Press, Makasar, 2007:
113-116
2. Sacher Ronald A, McPherson Richard A. Tinjauan Klinis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11. EGC. Jakarta,
2004: 162-163
3. Gandasoebrata R: Penuntun Laboratorium Klinik. Dian
Rakyat. Jakarta, 1984: 52-53
4. Setiabudy R . Hemostasis dan Trombosis, edisi 3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta, 2007: 23-29
5. Lutze G. Useful facts about coagulation. Roche Diagnostic
GmbH.Mannheim, 2000: 198-199
6. Indrayani. Dasar Pemeriksaan Koagulasi dan Interpretasi,
Available at URRL http://www.salipo.com, 2010
7. Bennet S. A practical guide to laboratory haemostasis.
Available at URRL http://www.practical-haemostasis.com ,
2011
31.
32. Peran vaskuler dalam hemostasis→ luka
mengenai vakuler:
- Vasokontriksi
- Menghasilkan sistem koaguasi(tromboplastin)
- Mengaktikan trombosit(kolagen)
Peran sistem koagulasi dalam hemostasis
- Proses koagulasi:raksi berantai perubahan kooenzim
menjadi enzim
- Dapat dimulai dari jalur ektrinsik atau intrisik
45. B. Metode Otomatik
Pencampuran reagens dan sampel secara
otomatis
Waktu awal sampai terbentuknya bekuan
otomatis
Temperatur dipertahankan 37°C dikontrol
secara otomatis oleh alat
46.
47. B.1 Metode Optik
Deteksi pembentukan bekuan diukur melalui
perubahan densitas optik dari sampel yang
merupakan dasar instrumentasi photooptik
Saat sumber cahaya dengan panjang
gelombang tertentu melalui larutan sejumlah
cahaya akan dideteksi photo detektor yang
terletak disisi lain dari larutan
Jumlah cahaya yang terdeteksi tergantung dari
warna dan kejernihan sampel yang ditetapkan
sebagai nilai dasar transmisi cahaya
48. Stabilitas sampel tes koagulasi 4 jam setelah
pengambilan darah pada suhu kamar (22-24o C).
Stabilitas Assay F VIII < 2 jam setelah
pengambilan darah
Bila harus ditunda > 4 jam, simpan plasma
dalam keadaan beku - 20 oC tahan 1 bulan
- 70 oC tahan 6 bulan
Sampel beku harus di cairkan cepat pada suhu
37oC, dicampur perlahan sebelum dikerjakan
49. Ketika soluble fibrinogen mulai
berpolimerisasi menjadi bekuan fibrin, akan
terbentuk menjadi benang fibrin yang
menyebabkan cahaya berpendar/scater,
sehingga lebih sedikit cahaya tertangkap
phtodetektor
Cahaya yang mencapai photodetector, akan
mengubah doptical density, akan mentriger
timer untuk berhenti, menunjukan
terbentuknya bekuan
50. Metode Keuntungan Kerugian
Manual Sederhana, dapat mendeteksi
kadar fibrinogen yang sangat
rendah
•Perlu tenaga yang
berpengalaman
•Variasi antar petugas
tinggi, sehingga harus
dilakukan duplo dirata
ratakan
•Lama, memerlukan banyak
tenaga
Otomatik Dapat memeriksa sampel
dalam jumlah besar dan
teliti
Tidak dapat
mendeteksi jika kadar
fibrinogen sangat
rendah
51.
52.
53.
54.
55. Segera setelah darah diambil (< 1jam)
“Swing out” rotor ,jangan gunakan rem
Sentrifus dikalibrasi berkala
56. Menghasilkan PPP (trombosit < 10.000/ul)
2000- 2500 g selama 10 - 15 menit untuk
pemeriksaan koagulasi
Menghasilkan PRP
150 -200 g selama 10 – 15 menit
untuk pemeriksaan aggregasi
PRP Trombosit > 150.000/ul (cara Born)
Menghasilkan PFP (sentrifus 2 x)
pertama 2500 g selama 10 -15 menit,
pindahkan plasma
kedua 2500 g selama 10 -15 menit
57. Rcf= 1.118x 10-5 x r x n2
Rcf=relative centrifugal force
R= radius sentrifus (cm)
N= rotation rate (rpm)
58. III.INR(International Normalized Ratio)
◦ Adalah suatu perhitungan dengan menggunakan
ratio dari PT pasien terhadap PT rata-rata dari nilai
referens normal(X NRR)yang dirumuskan sebagai :
◦ INR :
Patient PT ISI
◦ INR : --------
XNRR
ISI : International Sensitivity Index : suatu ukuran
tromboplastin terhadap faktor koagulasi.
59. INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang
didapat dengan nilai PT normal kemudian
dipangkatkan dengan ISI
ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan
tromboplastin terhadap penurunan faktor
koagulasi yang bergantung pada vitamin K. Sediaan
baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0 (
tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI >
1,0).
Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai
INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk
bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5.