Mochtar Riady adalah pendiri dan presiden komisaris Lippo Group, konglomerat asal Indonesia yang memulai karir dari menjual sepeda dan berhasil membangun jaringan bisnis yang mencakup berbagai sektor seperti properti, keuangan, infrastruktur, dan industri. Ia dianggap sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.
1. Pemilik San Diego Hills, Konglomerat Yang Awalnya Jualan Sepeda
San Diego Hills Memorial Park merupakan nama besar dalam dunia bisnis
pemakaman di Indonesia. Pemakaman dengan area lebih dari 350 hektar di Karawang
ini namanya semakin berkibar setelah banyaknya public figure yang dimakamkan di
area pemakaman San Diego Hills. Dibalik kesuksesan yang diraih oleh San Diego
Hills tentu ada tangan dingin yang menjadi penentu keberhasilan makam mewah
tersebut, seorang pendiri sekaligus pemilik San Diego Hills Memorial Park yang
menjadi icon pemakaman eksklusif di Indonesia.
Beliau dijuluki sebagai "The Magic Man of Bank Marketing", seorang praktisi
perbankan yang handal dan patut digelari sebagai seorang filsuf bisnis jasa keuangan
yang kaya dengan ide dan solusi dalam mengatasi masalah. Seorang konglomerat
yang visioner dan sarat dengan filosofi bisnis yang menjadi panutan bagi para
pengusaha dan pelaku pasar. Beliau adalah pemilik jaringan usaha yang menguasai
bisnis hingga mancanegara. Siapakah pemilik San Diego Hills Memorial Park? Beliau
adalah Mochtar Riady, taipan pemilik Lippo Group yang memiliki lebih dari 50 anak
perusahaan dengan karyawan yang diperkirakan lebih dari 50 ribu orang dengan
aktivitas bisnis di Indonesia dan juga di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong,
Guang Zhou, Fujian dan Shanghai.
2. Siapakah Mochtar Riady?
Mochtar Riady (Chinese: æææŁ)[1]
atau Lie Moe Tie yang lahir di Kota Malang
pada tanggal 12 Mei 1929 adalah seorang pengusaha terkemuka di Indonesia, pendiri
dan juga presiden komisaris dari Lippo Group. Mochtar Riady lahir dari seorang ayah
yang berprofesi sebagai pedagang batik bernama Li Yamei (1888-1959), dan seorang
ibu yang bernama Sibelau (1889-1939). Kedua orangtuanya merantau dari
Provinsi Fujian, Cina, dan tiba di Batu, Malang pada tahun 1918[2]
.
Pada usia lima bulan, orang tua Mochtar Riady membawanya ke desa leluhur
ayahnya di Fujian, dimana kemudian dia tinggal disana sampai usia enam tahun.
Namun pada saat itu, desa leluhurnya di Cina tidak aman karena banyaknya
peperangan, nenek beliau mengkhawatirkan masa depan Mochtar Riady kecil, hingga
akhirnya mendesak ayahnya membawa Mochtar Riady beserta keluarganya untuk
kembali ke Malang.
Sejak usia 10 tahun Mochtar Riady sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang
bankir. Hal ini bermula ketika ia pergi ke sekolah dan melewati gedung megah
bergaya eropa. Disana ia melihat para pegawai yang berpakaian rapi, parlente, dan
terlihat sibuk. Belakangan ia ketahui gedung itu adalah kantor dari Nederlandsche
Handels Bank (NHB) dan pegawai yang sering dilihatnya adalah pegawai bank. Dari
sana lah obsesi menjadi seorang bankir muncul dan menjadi cita-citanya hingga
dewasa.
Di tahun 1947 saat usianya 18 tahun, Mochtar Riady ditangkap oleh pemerintah
Belanda dan di buang ke Nanking, Cina. Disana ia menggunakan kesempatan untuk
3. kuliah filosofi di University of Nanking. Tapi akibat perang, Riady terpaksa pergi ke
Hongkong hingga tahun 1950 dan kemudian kembali lagi ke Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia Mochtar Riady kemudian menikah pada tahun 1951
dengan seorang wanita asal Jember. Pada saat itu mertuanya memberinya tanggung
jawab untuk mengurus sebuah toko kecil yang menjual sepeda. Hanya dalam tempo
tiga tahun, dia berhasil memajukan toko sepeda tersebut hingga menjadi yang terbesar
di kota Jember.
Keinginan Mochtar Riady untuk menjadi seorang banker masih tertanam kuat di
benaknya, hingga pada tahun 1954 dia pun memutuskan untuk pergi ke Jakarta.
Keputusannya saat itu tentu ditentang oleh keluarganya, namun mochtar Riady
memiliki prinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah,
pohon itu tidak akan pernah tinggi, tapi bila ditanam di sebuah lahan yang luas akan
tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan besar. Dia merasa yakin akan dapat
mewujudkan cita-citanya menjadi bankir di Jakarta, walaupun saat itu ia tidak
memiliki seorangpun kenalan disana.
Awal Karir di Perbankan
Pada tahun 1959, Mochtar Riady berkenalan dengan Andi Gappa (kakak kandung dari
Andi Muhamad Jusuf yang jadi menteri di zaman Sukarno dan Panglima ABRI di
zaman Soeharto), pemilik dari Bank Kemakmuran. Mochtar Riady mencoba
meyakinkan Andy Gappa untuk dapat bergabung sebagai mitra usaha, kebetulan pada
saat itu Bank Kemakmuran sedang bermasalah. Walau belum punya pengalaman
sedikitpun di dunia perbankan, dia berhasil meyakinkan Andi Gappa hingga ditunjuk
4. menjadi direktur di Bank Kemakmuran. Cita-cita Mochtar Riady untuk menjadi
seorang bankir akhirnya terwujud.
Dibawah kepemimpinannya, Bank Kemakmuran menjadi bank yang terpandang di
Jakarta. Namun karena ketidakcocokan dengan komisaris yang ada di Bank
Kemakmuran, Mochtar Riady akhirnya mengundurkan diri dari bank tersebut. Selepas
dari Bank Kemakmuran, Mochtar Riady kemudian bermitra dengan beberapa kawan
yang banyak bergerak di bidang komoditas hasil bumi. Dengan mitra
barunya itu kemudian bersama-sama membuat badan hukum berupa PT, dan salah
satu tugas beliau adalah mencari bank yang bisa diakuisisi. Saat itu kebetulan seorang
kawan yang bernama Ma Zhong yang memiliki Bank Buana sedang merugi karena
menajemen yang tidak beres. Bank Buana akhirnya dapat diambil alih oleh Mochtar
Riady dan para mitranya.
Pengalaman Mochtar Riady di dunia perbankan tidak berhenti sampai disitu, berbagai
bank pernah dipegang oleh beliau hingga memiliki reputasi besar di dunia perbankan
di Indonesia. Beberapa bank yang pernah merasakan kepemimpinannya adalah Panin
Bank, Bank BCA, dan Lippo Bank.
Kerajaan Bisnis Lippo Group
Pada tahun 1981, Mochtar Riady membeli sebagian saham di Bank Perniagaan
Indonesia milik Haji Hasyim Ning. Mochtar Riady sendiri ketika itu masih
menduduki posisi strategis di Bank Central Asia. Setelah ia bergabung dengan Haji
Hasyim Ning, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik hingga lebih dari 1.500
5. persen, setara dengan Rp 257,73 miliar pada tahun 1987. Keberhasilan inilah yang
kemudian banyak orang menjulukinya dengan sebutan "The Magic Man of Bank
Marketing".
Dua tahun kemudian, pada tahun 1989, Bank Perniagaan Indonesia melakukan merger
dengan Bank Umum Asia. Merger inilah yang kemudian mengawali lahirnya Lippo
Bank.
Saat ini Lippo Group dikenal banyak mengembangkan pusat perbelanjaan seperti mall
di Jakarta. Selain itu, dibawah kepemimpinan putranya, James Riady, Lippo Group
juga mengembangkan kawasan kota mandiri Bukit Sentul yang ada di Bogor, Lippo
Cikarang, serta hunian vertikal Meikarta yang berada di Cikarang. Ekspansi bisnis di
Karawang dimulai pada tahun 2006 dengan mengembangkan area pemakaman
komersil sekaligus menjadi pemilik San Diego Hills Memorial Park. Tepat di depan
area pemakaman San Diego Hills, Lippo Group juga memulai project area hunian
"Rolling Hills" di pertengahan tahun 2020. Dalam dunia pendidikan
Lippo Group mendirikan sekolah dan universitas Pelita Harapan, sekolah Dian
Harapan yang berada di Tangerang. Untuk wilayah Jawa Timur, Lippo Group
membangun Universitas M Chung yang terletak di daerah asal Mochtar Riady, Kota
Malang. Sedangkan di bidang kesehatan, Lippo Group mengembangkan rumah
sakit dengan nama Siloam Hospital.
Orang Terkaya di Indonesia
Selain Mochtar Riady sebagai orang paling penting di Lippo Group, putranya, James
Riady dan Stephen Riady juga mengikuti jejak sang ayah yang menjadi
konglomerat. Pada tahun 2017 majalah Forbes memasukkan nama
Mochtar Riady sebagai orang terkaya di Indonesia di urutan ke-9. Kekayaan yang
6. diraih ini berkat ekspansi bisnis keluarga Riady yang terus dikembangkan dari tahun
ke tahun. Jaringan bisnis Lippo Group saat ini mencakup berbagai sektor,
diantaranya :
1. Jasa keuangan: perbankan, reksadana, asuransi, manajemen asset, sekuritas.
2. Properti dan urban development: kota satelit terpadu, perumahan,
kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan
industri.
3. Pembangunan infrastruktur, seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas,
distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan
prasarana komunikasi.
4. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen
otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo
Industries, Lippo Group juga aktif memproduksi komponen elektonik seperti
kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan
yang dipimpin Mochtar Riady ini sukses memproduksi kabel persneling.
"Opportunity is important in a manâs life. To be able to spot an
opportunity and seize it means you are half way through to success.
The rest lies in hard work"
DR. Mochtar Riady