1. MAKALAH
CONTOH KASUS PERSEPSI PERILAKU ORGANISASI DALAM
SEBUAH PERUSAHAAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi
Disusun oleh :
Dian Kurniawati ( MBTI G 2011/ 111400257)
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
INSTITUT MANAJEMEN TELKOM
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
2. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya-lah
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Persepsi dalam sebuah perkembangan
organisasi.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, dosen, dan teman-teman
sekalian. Oleh karena itu , saya selaku penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang kurang
berkenan, penulis mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, penulis sangat
mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Selanjutnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan khususnya pembaca. Amin
Bandung ,Oktober 2012
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................4
2.1. Pengertian gerak, massa, kecepatan, dan percepatan............................................. 4
2.2. Momentum ...........................................................................................................4
2.3. Hukum kekekalan momentum ...............................................................................5
2.4. Impuls ..................................................................................................................5
2.5. Moman gaya ........................................................................................................5
2.6. Gaya gesekan static dan gaya gesekan kinetik .......................................................6
2.7. Hukum Newton II ................................................................................................7
2.8. Hukum pemantulan ...............................................................................................7
BAB V PENUTUP ...........................................................................................................27
5.1. Kesimpulan .........................................................................................................27
5.2. Saran ..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................31
4. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persepsi didalam perilaku organisasi merupakan hal yang akan bibahas didalam makalah
ini. Didalam organisasi persepsi sangat dibutuhkan untuk pengembangan organisasi tersebut.
Persepsi setiap bagian didalam organisasi akan menjadi faktor dalam perilaku dan
pengembangan organisasi. Persepsi setiap individu atau kelompok akan menentukan perilaku
atau tindakan apa yang akan diambil oleh individu atau kelompok tersebut. Dalam pembahasan
makalah ini difokuskan pada unsur- unsur yang mempengaruhi perilaku sesorang yang datang
dari diri sendiri, khususnya tentang persepsi (perception)
Seorang individu mungkin saja pada saat memandang satu benda akan
mempersepsikannya secara berbeda dengan individu lainnya, karaena sejumlah factor akan
membentuk dan mempengaruhi persepsi seseorang. Cara pandang pada suatu objek dan
menafsirkannya objek tersebut, sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku individu
tersebut.
Mungkin muncul pertanyaan mengapa persepsi itu penting dalam studi Perilaku
Organisasi? Hal ini dikarenakan semata- mata perilaku orang- orang didasarkan pada
persepsinyamengenai apa yang menjadi realitas dari objek atau situasi yang diamati, bukan
mengenai realitas itu sendiri.
Dalam menafsirkan suatu objek, akan dipengaruhi juga oleh pengaruh lingkungan berupa
stimulus, sehingga persepsi merupakan proses seleksi stimulus dari lingkungannya dan
mengorganisasi serta menafsirkannya sesuai konteks yang dihadapi. Pada kenyataanya setiap
saat orang dihadapkan pada sejumlah besar objek dan peristiwa. Banyaknya stimulus yang
dihadapi dalam waktu yang sama memaksa seseorang untuk melakukan seleksi sebab tidak
mungkin baginya menangkap seluruh stimulus itu secara simultan. Perbedaan pilihan tersebut
dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam menghadapi objek
yang sama.
5. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari persepsi?
2. Apa factor- factor yang mempengaruhi persepsi?
3. Apa sajakah jenis-jenis dari persepsi?
4. Bagaimanakah keputusan dalam organisasi seharusnya harus dibuat?
5. Bagaimana dengan etika dalam pembuatan keputusan?
1.3 Tujuan Penyusunan
1. Memahami pengertian persepsi dari pendapat berbagai para ahli.
2. Menjelaskan jenis, proses dan faktor yang mempengaruhi persepsi.
3. Menjelaskan keputusan dalam organisasi dibuat
4. Memahami etika dalam pembuatan keputusan.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi menurut para ahli :
·Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
·Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur;
memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu
untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga
menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara
berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting
daripada situasi itu sendiri.
·Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang
memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu
sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan
alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar
proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang
cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang
terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan
7. bertindak.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal
di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya
mengenali benda tersebut Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian perseps i
merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera
yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang
stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya
dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.
· Manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang sesuatu obyek yang menjadi fokus
permasalahan yang sedang dihadapi.
2.2 Faktor – factor yang Mempengaruhi Persepsi
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Pelaku persepsi :
penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan
akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka.
2. Target :
Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita
memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara
bersama-sama pula.
3. Situasi :
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun
jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan
memandangnya.
8. Dari pendapat di atas yang dimaksud dengan persepsi adalah proses gambaran yang ada pada
individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan yang diterima oleh indera sehingga
memberikan makna kepada lingkungan.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran atau mengobservasi dan berusaha
menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari
pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari
sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
2.3 Persepsi Seseorang : Membuat penilaian tentang individu lain.
1) Teori persepsi:
persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek
mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat
penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi : teori yang mengarahkan
bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut
ditimbulkan secara internal atau eksternal
2) Teori Atribusi :
menurut Manahan adalah proses pembentukan persepsi dimulai dengan jalan obsevasi
tentang sesuatu obyek atau subyek, yang kemudian diinterpretasikan menjadi persepsi dengna
melengkapi gambaran-gambaran penyebab dan yang akan mengakibatkan sesuai akan terjadi
secara berlanjut.
Sedangkan menurut Robbins adalah pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu
mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau
eksternal.
Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal
karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam
dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dan lain sebagainya,
akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri
(eksternal).
Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga
faktor :
9. 1. Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam
situasi yang berlainan.
2. Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara
yang sama.
3. Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau
prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti
mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan
pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan
lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang
lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan.
Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena
itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini
menghasilkan distorsi.
• Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak
dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita.
• Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal.
• Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat
lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
• Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja orang
yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya.
• Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok
seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita akan
mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini dapat
menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan konsistensi,
namun sangat mungkin juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak
relevan.
10. 2.4 Penerapan Khusus dalam Organisasi
Penilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu
saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
1. Wawancara karyawan :
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak
akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang
calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan
mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi
siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu
organisasi.
2. Pengharapan kinerja :
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka
mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai
seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita. Misalnya manager memperkirakan
orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi
ekspektasi rendah ini.
3. Evaluasi kinerja :
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses perseptual. Walaupun
penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif
adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai
karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
4. Upaya karyawan :
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi
bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu
pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
5. Kesetiaan karyawan :
11. Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah
karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan
tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari
atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai
pengacau.
2.5 Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu
bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi
mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi
mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu
penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang
menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai
penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan
sebesar itu dianggap memuaskan oelh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap
informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data
mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut
menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak sistematis
seperti proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi biasanya
dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks. Dalam pengambilan suatu
keputusan individu dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian,
kecenderungan dalam pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan.
Persepsi merupakan fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission
making) karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk meyusun identifikasi, analisa, serta
menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.
2.6 Proses Pengambilan Keputusan Rasional
12. Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas
tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional, yaitu :
menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasikan bobot pada kriteria,
mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah asumsi, yaitu :
Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan
dengan situasi keputusan.
Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria
yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada
mereka stabil sepanjang waktu.
Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh tentang
kriteria dan alternatif.
Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.
2.7 Meningkatkan Kreativitas dalam Pengambilan Keputusan
Dengan adanya kreativitas pengambil keputusan dapat memproduksi gagasan-gagasan baru yang
bermanfaat. Selain itu, juga memungkinkan untuk lebih menghargai dan memahami masalah,
termasuk masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
1. Potensial kreatif : yaitu potensi yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk
mengeluarkannya orang harus keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita
terlibat didalamnya dan belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah dengan cara yang
berlainan.
2. Model kreativitas tiga komponen : suatu badan riset menunjukkan bahwa kreativitas
individual pada hakikatnya menuntut keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas
intrinsik. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini, maka semakin tinggi pula
kreativitas seseorang.
13. Dalam suatu organisasi mengambil keputusan merupakan solusi dari suatu masalah yang
disepakati bersama dan sesuai dengan tujuan dari oragansasi itu sendiri. Kebanyakan keputusan
dalam organisasi biasanya diambil seperti dibawah ini :
1. Rasionalitas terbatas : para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model
yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap
semua kerumitannya. Bila berhadapan pada masalah yang kompleks, kebanyakan orang
menanggapi dengan mengurangi masalah pada level amna masalah itu dapat dipahami. Ini
disebabkan karena kemampuan manusia mengolah informasi terbatas, membuatnya tidak
mungkin mengasimilasi dan memahami semua informasi yang perlu untuk optimisasi. Dengan
demikian, mereka mencari pemecahan yang memuaskan.
2. Intuisi : penggunaan intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak rasional atau
tak efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis rasional terlalu ditekankan
dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan pada intuisi dapat memperbaiki
pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa definisi intuitif dari para ahli adalah suatu
proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling
melengkapi dengan analisi rasional. Ada 8 kondisi dimana orang paling mungkin menggunakan
intuisi didalam pengambilan keputusan, yaitu : bila ada ketakpastian dalam tingkat yang tinggi,
bila hanya sedikit preseden untuk diikuti, bila variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara
ilmiah, bila ‘fakta’ terbatas, bila fakta tidak menunjukkan dengan jelas jalan utnuk dituruti, bila
data analitis kurang berguna, bila ada beberapa penyelesaian alternatif untuk dipilih dengan
argumen yang baik, dan bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan
yang tepat.
3. Identifikasi masalah : masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih lebih
tinggi dibanding masalah-masalah yang penting. Ada dua alasan atas hal tersebut : mudah untuk
mengenal masalah-masalah yang tampak, dan karena kita prihatin dengan pengambilan
keputusan dalam organisasi sehingga para pengambil keputusan ingin tampil kompeten dan
‘berada pada puncak masalah’.
4. Pengembangan alternatif : bukti menunjukkan bahwa pengambilan keputusan adalah
inkremental, bukan komprehensif. Artinya pengambil keputusan mengindari tugas-tugas sulit
yang mempertimbangkan semua faktor penting, menimbang relatif untung dan ruginya, serta
mengkalkulasi nilai untuk masing-masing alternatif. Sebagai gantinya, mereka membuat suatu
14. perbandingan terbatas yang bersifat suksesif. Akibatnya pilihan keputusanpun disederhanakan
dengan hanya membandingkan alternatif-alternatif yang berbeda dalam tingkat yang relatif kecil
dari pilihan terbaru.
5. Membuat pilihan : untuk menghindari keputusan yang terlalu sarat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
Ada dua kategori umum heuristik dan satu bias lainnya, yaitu :
1. Heuristik ketersediaan : kecenderungan pada orang untuk mendasarkan penilaian pada
informasi yang sudah ada ditangan mereka. Ini menjelaskan mengapa para manager lebih
mempertimbangkan kinerja terakhir karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu.
Sama halnya dengan pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
2. Heuristik representatif : menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan
melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya adalah manager yang sering
menghubungkan keberhasilan suatu produk baru dengan keberhasilan produk sebelumnya, anak-anak
yang menonton film Superman dan merasa dirinya seperti Superman, dan lain sebagainya.
3. Peningkatan komitmen : suatu peningkatan komitmen pada keputusan sebelumnya meskipun
ada informasi negatif. Individu meningkatkan komitmen terhadap suatu arah tindakan yang gagal
ketika mereka memandang diri mereka sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan
tersebut, dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak keliru dan
menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak organisasi menderita kerugian
karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa keputusan awalnya benar dengan terus
mengorbankan sumber daya kepada apa yang merupakan kerugian sejak awal.
2.8 Perbedaan individual-gaya pengambilan keputusan
Dari hasil riset mengidentikasikan empat pendekatan individual yang berbeda dalam
pengambilan keputusan, yaitu :
- Analitis : memiliki toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas, cermat, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi baru.
- Direktif : memiliki toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas, efisien, logis,
mengambil keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
15. - Konseptual : berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak alternatif, orientasi jangka
panjang, dan anagt baik untuk menemukan solusi yang kreatif.
- Perilaku : bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan kerja dan usulan-usulan
mereka, mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi, mencoba menghindari konflik,
dan mengupayakan penerimaan.
2.9 Hambatan dari organisasi
Hambatan dari organisas mengakibatkan para manager akan membentuk keputusan
sesuai dibawah ini :
- Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi.
Mereka akan bertindak sesuai apa yang dijadikan penilaian/tolok ukur.
- Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada karyawan pilihan apa yang lebih disukai
terhadap upah. Umumnya organisasi membuat peraturan formal untuk membakukan perilaku
anggotanya. Dengan memprogramkan keputusan, organisasi mampu membuat individu
mencapai level kinerja tinggi, namun membatasi pilihan pengambilan keputusan.
- Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu yang eksplisit dalam pengambilan
keputusan menciptakan tekanan waktu pada pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk
mengumpulkan semua informasi yang ingin merka dapatkan.
- Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu akan terus membayangi keputusan saat
ini.
2.10 Perbedaan Budaya (Cultural)
Latar belakang budaya dari pengambil keputusan dapat mempengaruhi seleksi masalah,
kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah
keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif.
Menurut Robbins lebih lanjut mengemukakan kultur berbeda-beda berdasarkan orientasi
waktu, kepentingan rasionalitas, keyakinan terhadap kemampuan individu untuk menyelesaikan
masalah, dan pilihan untuk membuat keputusan kolektif.
Bagian terakhir adalah mengenai keetisan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga kriteria
keputusan yang etis, yaitu : kriteria utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar
16. hasil/konsekuensi mereka), menekankan pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak
Asasi, dan menekankan pada keadilan. Kepedulian yang meningkat dalam masyarakat mengenai
hak individu dan keadilan sosial menyarankan perlunya bagi manager untuk mengembangkan
standar-standar etika yang didasarkan pada kriteria non-utiliter. Tentu saja ini adalah sebuah
tantangan yang besar bagi manager, karena dengan demikian akan melibatkan jauh lebih banyak
ambiguitas. Ini membantu menjelaskan mengapa para manager makin banyak dikritik karena
tindakan-tindakannya. Kini, keputusan seperti menaikkan harga, menutup pabrik,
memberhentikan karyawan secara massal, memindahkan produksi keluar negeri untuk
mengurangi biaya, hanya dapat dibenarkan dalam makna utiliter, sedangkan keputusan tidak
dapat lagi dinilai hanya dari kriteria tunggal tersebut.
17. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia
lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat.
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap
objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara
membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi : teori yang
mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah
masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka
(bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti
mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan
pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan
lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
18. Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang
lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan.
Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena
itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini
menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian
yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil
keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu;
analitis, direktif, konseptual dan perilaku.
Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang mempengaruhi
persepsi individu dalam membuat keputusan.
19. KRITIK DAN SARAN
Dipenghujung makalah ini ada beberapa masukan untuk para pembaca :
1. Jadikanlah makalah ini sebagai referensi dalam memahami persepsi di dalam suatu organisasi
2. Janganlah mudah kita berpresepsi terhadap sesuatu tanpa diselidiki dahulu kejelasan kita
terhadap apa yang kita persepsikan
3. Berpersepsilah secara baik dengan menggunakan metode berpersepsi yang baik
20. DAFTAR PUSTAKA
1. blog.indonesia.com/blog_archieve_12920_9.html
2. http.//filsafatkita.fzg.net/
3. http;//search.localcolorart.com/search/encyclopeda/List_of_terors_incidents/.
4. Robbins. Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit; Erlangga, Jakarta. 2002
5. Robbns. Stephen P. and Judge. Timothy A. Perilaku Organisasi. Buku I. Penerbit; Salemba
Empat, Jakarta, 2009
6.Theme:Blix by Sebastian Schmieg.blog at WordPress.com. Faktor Individu dalam
Pengambilan Keputusan.
7. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21085266.pdf