2. Lao-tse lahir pada tahun 604 sM di daerah Chu
selatan Tiongkok dia menjadi pengurus
perpustakaan di ibu kota negeri yaitu Loyang dan
hidup tentram sambil mempelajari berbagai ilmu.
Ketika ia sudah tua dan merasa akan meninggalkan
dunia yang fana ini, ia pergi ke barat setelah bahwa
dinasti Chu pun menemui ajalnya juga. Ketika akan
melewati tapal batas kerajaan seorang penjaga tapal
batas berkata hendaknya Lao-tse membuat sebuah
buku sebagai kenangan untuknya. Lao-tse bersedia
dan setelah itu ia kembali melanjutkan
perjalanannya dan setelah itu tak ada seorang pun
yang mendengar kabarnya lagi
.
3. Buku yang dibuat Lao-tse itu berisi tentang
tao yang berarti 'jalan tuhan' atau `sabda
tuhan' yang diantaranya mengatakan, tao tak
dapat dilihat, tak dapat didengar bahkan tak
dapat disebut Tak berbentuk tapi ada
dimana-mana semua dunia tergantung pada
tao untuk dapat hidup. Jika seorang mengerti
akan tao dan hidup selaras dengan tao dia
akan merasa senang dan tidak menonjolkan
diri ke muka karena kebaikan laksana air
yang memberi hidup kepada semua yang
ada, meskipun ia mengalir di tempat-tempat
yang rendah.
4. Kong Fu Tse adalah keturunan bangsawan. la masih
keturunan dari keluarga Shang (Lan, 1950 : 42) yang
bemama Kong Shu Fang yang karena kekalutan dalam
negerinya, lalu kabur ke negara Lu. Kong He adalah ayah
Kong Fu Tse, ia pernah menjadi pejabat rendah di negara
Lu
Kong Fu Tse hidup di zaman Dinasti Chou, masa
menyubumya kehidupan intelektual di Cina . Keadan
negeri Cina pada zaman Dinasti Chou sangat kacau, kaum
bangsawan saling bersaing, berbuat sekehendak hati
mereka, peperangan dalam negeri yang berlangsung tidak
putus- putusnya sehingga pada zaman itu muncullah para
intelektual yang berusaha untuk mengatasi kekacauan
dalam masyarakat, salah satunya ialah Kong Fu Tse.
5. Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Fu Tse
yaitu “Yen” dan “li”. Yen diartikan keramah-tamahan
dalam hubungan dengan seseorang. Li dilukiskan
sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah,adat
kebiasaan, tata karma dan sopan santun (Hart, 1978 :
53).
Kong Fu Tse dianggap selaku pendiri sebuah agama,
anggapan ini keliru. Dia jarang sekali mengkaitkan
ajarannya dengan ke-Tuhanan, menolak perbincangan
alam akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan
yang berhubungan dengan soal-soal metafisika. Dia
tak lebih dan tak kurang hanya seorang filosof sekuler,
berurusan dengan masalah - masalah moral dan politik
6. Dalam mempersembahkan hidupnya di hari – hari
terakhirnya, jasa Kong Fu Tse sangat besar
kesusastraan Cina karena ia mengumpulkan dan
mengediting buku – buku literature, antara lain kitab
sejarah, kita syair, kita perubahan, dia memperbaiki
catatan tahunan musim semi dan musim gugur, menguji
dan memperbaiki kitab upacara dan kitab music. Kitab
Syair –syair adalah kumpulan kumpulan awal dari lagu –
lagu rakyat Cina. Kitab – kitab itu disebut “enam klasik”,
yang harus si pelajari dan diikuti dengan sungguh –
sungguh oleh semua sarjana di Negara feudal Cina .
7. Mencius dilahirkan kira – kira seratus tahun sesudah
conficius meninggal. Seperti halnya Kong Fu Tse nama Meng-
Tse diganti dengan bahasa latin yaitu Mencius. Mencius
sangat menghargai sekali ajaran – ajaran cofucius. Dia juga
mengembara dari daerah ke daerah sambil memberi nasihat,
pelajaran dan contoh – contoh yang baik. Mencius lahir pada
saat kerajaan mengalami kekacauan dan penurunan moral
ajaran Confucius pun telah banyak ditinggalkan. Banyak
pangeran yang mengangkat dirinya sendiri sebagai raja dan
tidak sedikit daerah – daerah yang merdeka sama sekali.
Orang – orang bijaksana seperti Mencius kembali mengajak
raja – raja berbicara bagaimana cara mengatur negeri.
Menurut Mencius negeri dapat diatur dengan mempersatukan
semua lapisan rakyat di bawah satu pemerintahan. Jika raja
tidak suka berperang dan membunuh maka rakyat akan
mengerumuni dia, laksana air mengalir dengan kekuatan yang
tak dapat tertahan oleh siapapun juga.