1. 0
REKAYASA IDE DAN MINI RISET
“PENYIMPANGAN IMPLIMENTASI KEIMANAN UMAT ISLAM TENTANG
TRADISI PEMBERIAN SESAJEN DAN SOLUSI UNTUK MENGATASINYA DI
KECAMATAN MEDAN JOHOR”
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pend.Agama Islam
Dosen pengampu :Dr.Ramli,MA.
DISUSUN
OLEH:
NAMA : DEVITA SURI AIRINA (4171131009)
KELAS : KIMIA DIK B 2017
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIDKAN KIMIA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
2. ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah
dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas Rekayasa Ide dan Mini risert ini, tak lupa pula
shalawat bertangkaikan salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah
Nabi besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan
semoga kita menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran
dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan
ini, kami ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah RI dan MR ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dr.Ramli.MA.yang telah membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah RI
dan MR ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini nantinya bisa
menjadi bukti bahwa kami telah melaksanakan tugas makalah yang dilakukan pada 13 April
2019 Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat. Amin.
Medan, 13 April 2019
PENULIS
3. iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
BAB I PENGANTAR
1. Latar Belakang masalah................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
3. Tujuan Penulisan CJR.................................................................................... 2
4. Manfaat CJR................................................................................................... 2
BAB II IDENTITAS & RINGKASAN ARTIKEL
1. Identitas Jurnal................................................................................................. 3
2. Ringkasan Isi Jurnal........................................................................................ 3
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. Jurnal Utama .................................................................................................. 7
2. Jurnal Pembanding I....................................................................................... 8
3. Jurnal Pembanding II...................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................... 10
2. Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi
yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT.
Beribadah tanpa ilmu akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama
lain dan harus dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang
menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah
Iman, Islam, dan Ihsan.
Seseorang dikatakan beriman,maka mereka meyakini dan membenarkan adanya
Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab
samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan
muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan
dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu
merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya
karena-Nya.
Dalam Negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan sehingga ada beberapa
budaya yang menyimpang dari agama islam,salah satunya budaya pemberian
sesajen.sesajen merupakan warisan budaya hindu dan budha yang biasanya dilakukan
untuk memuja para dewa,roh tertentu atau penunggu tempat (pohon,batu,persimpangan)
dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak
kesialan.
Oleh karena itu,dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara masyarakat
kecamatan medan johor dalam melakukan praktek sesajen,dan bagaimana cara mengatasi
kebudayaan sesajen dalam kehidupan bermasyarat.
5. 5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapat dari penggunaan sesajen yang dilakukan oleh masyarakat yang
melakukan ritual sesajen?
2. Bagaimana pendapat dari pemuka agama terhadap praktik sesajen dalam masyrakat
Kecematan Medan Johor?
3. Bagaimana cara mengatasi budaya sesajen dalam kehidupan bermasyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendapat dari penggunaan sesajen yang dilakukan oleh masyarakat
yang melaksanakan ritual tersebut.
2. Untuk mengetahui pendapat dari pemuka agama terhadap praktek sesajen dalam
masyarakat Kecamatan Medan Johor
3. Untuk mengetahui cara mengetasi budaya sesajen dalam kehidipan bermasyarakat
khususnya Kecamatan Medan Johor.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan atau pengetahuan dalam cara mengatasi penyimpangan
budaya ritual sesajaen dalam masyarakat.
2. Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pandangan ritual sesajen dalam
islam.
6. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IMAN
Seseorang telah meyakini adanya pencipta alam semesta,lalu menemukan islam sebagai
agama kebenaran maka resiko nya adalah seharusnya ia mewujudkan didalam keyakinan dan
prilakunya.Iman artinya percaya,maka iman mengambil pusat kesadarannya di dalam hati
manusia.Keimanan diawali dengan pengikraran seseorang terhadap asas keimanan dengan lisan
dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan dengan anggota tubuh.
Sebagai seorang muslim harus mengetahui konsep ketuhanan didalam islam sesuai ajaran
agama islam,konsep terpenting dalam islam adalah tauhid yakni meyakini keesaan Allah
Swt,mentauhidkan Allah Swt berarti tidak menserikatkannya dengan sesuatu apapun,maka
kesitikan adalah suatu sikap yang keliru dan kezaliman yang tiada tara seperti yang disebutkan
dalam surah Luqman ayat 13.
ٌميِظَع ٌمْلُظَل َكْرِالش َّنِإ ۖ ِ َّاَّللِب ْك ِرْشُت َِل َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِِل ُانَمْقُل َلاَق ْذِإ َو
Artinya :Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam islam ada tiga macam tauhid yaitu tauhid rububiyyah yaitu mengesakan Allah Swt
dalam segala perbuatannya dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciotakan seluruh
makhluk,tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah Swt dalam mengesakannya serta tauhid al -
asma wa ash - shifat yaitu tauhid dengan beriman kepada nama - nama Allah Swt.
KEPERCAYAAN
Kepercayaan dan agama yang disamakan sering meimbulkan perdebatan khususnya pada
masyarakat Jawa. Agama itu jelas Tuhannya sedangkan kepercayaan dianggap kabur. Timbul
anggapan bahwa agama lebih prestisius dibandingkan kepercayaan. Kepercayaan pada masyarakat
Jawa khususnya dianggap minor, sehingga posisinya kurang menguntungkan. Posisi kepercayaan
dianggap kurang beragama, padahal pada sebenarnya beragama, banyak orang melakukan hal-hal
yang bersifat gaib seperti ritual di Gunung Lawu, Gunung Srandil, Gunung Kemukus, Gunung
Kawi merupakan wujud dari kepercayaan masyarakat Jawa penganut agama Jawa (Endaswara
Suwardi, 2012: 19-22).
7. 7
Kepercayaan dan juga Agama sangatlah berbeda tidak seperti yang disebutkan pada pada
pernyataan di atas. Kedua hal tidak dapat disamakan dalam hal apapun. Agama lebih jelas
tujuannya dan terdapat aturan agama-agama didalamnya. Tujuan dari agama tentunya tertuju pada
sang pencipta yaitu Tuhan, sedangkan kepercayaan memang belum jelas ditujukan pada Tuhan
atau untuk tujuan tertentu saja. Seperti tujuan untuk kepentingan duniawi mereka. Kepercayaan
terhadap suatu ritual di Jawa masih sangat dipegang teguh oleh masyarakatnya, misalnya dalam
memperingati kematian seseorang masyarakat masih mempercayai adanya slametan, upacara
slametan diadakan berurutan, dari hari ke tiga setelah seseorang meninggal, hari ke tujuh,
kemudian empat puluh harian, slametan mendak pisan, mendak pindo, dan peringatan kematian
seseorang untuk terakhir kali. Tindakan seperti itu masih dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa
pada, adanya penggabungan antara kebudayaan Jawa pada masa animisme dengan ajaran agama
Islam. Dalam pelaksanaannya slametan yang sekarang dilakukan sudah tidak menggunakan sesaji-
sesaji seperti pada zaman dahulu, pada kenyataan yang terjadi dimasyarakat Jawa doa-doa yang
digunakan seperti tahlil dan juga sholawat yang ditujukan sebagai pelengkap doa slametan (Amin
Darori: 2002: 134).
Dapat diketahui bahwa masyarakat mempercayai ritual selain karena sifatnya yang masih
berkaitan dengan agama namun juga adanya kebudayaan sebagai karakteristik yang tidak dapat
ditinggalkan. Perpaduan antara kebudayaan dan agama salah satunya terlihat dalam kehidupan
masyarakat Islam di Jawa. Mereka memadukan kebudayaan yang ada dengan ajaran agama Islam.
Perpaduan yang dapat kita ketahui seperti adanya ritual dalam memperingati setiap kejadian yang
ada seperti kelahiran, kematian, dan juga acara-acara seperti memperingati hari besar agama.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap ritual didasarkan atas kebudayaan
dan juga agama yang saling berhubungan sehingga keberadaan ritual masih tetap dipegang teguh
dan dipertahankan sampai sekarang.
SESAJI
Sesaji merupakan salah satu sarana upacara yang tidak bisa ditinggalkan, dan disebut juga
dengan sesajen yang dihaturkan pada saat-saat tertentu dalam rangka kepercayaan terhadap
makluk halus, yang berada ditempat-tempat tertentu. Sesaji merupakan jamuan dariberbagai
macam sarana seperti bunga, kemenyan, uang recehan, makanan, yang dimaksudkan agar roh-roh
tidak mengganggu dan mendapatkan keselamatan (Koentjaraningrat 2002 : 349).
8. 8
Penggunaan sesaji menjadi pokok dalam pelaksanaan ritual terlihat dari ritual-ritual yang
sering ditemukan penggunaan sesaji tidak pernah ketinggalan. Setiap dilakukan ritual akan selalu
ada sesaji yang menjadi makna simbolik msyarakat Jawa dan juga beberapa daerah lain di
Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian Hafid Karami (2013) yang membahas tentang sesajen
menyatakan bahwa sesajen adalah penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang
berbeda (aphorisma), yang merupakan suatu simbol sesajen yang harus dipelajari. Kearifan lokal
merupakan simbol dalam sesajen perlu dipelajari bukan disalahkan karena itu adalah kearifan
budaya lokal yang diturunkan oleh leluhur kita.
Menurut Van Peur-sen mengungkapkan bahwa:Pola pemikiran masyarakat adat Jawa pada
proses perkawinan dipengaruhi oleh mitos-mitos tertentu yang dapat dilihat pada adanya beberapa
syarat atau sarana-sarana dalam upacara perkawinan seperti sajian-sajian, kembar mayang, sirih,
telur dan lain sebagainya. Dengan adanya mitos-mitos yang dibawa oleh para leluhur pada
kegiatan-kegiatan tertentu, masyarakat adat Jawa hingga saat ini enggan untuk meninggalkan
ataupun mengabaikan mitos tersebut.
9. 9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini dilakukan dengan objek bernama Kantini yang berumur 56 tahun,
beralamat di Jalan Luku V No.29 Kelurahan Kwala Bekala,Kecamatan Medan Johor.
Selain itu penelitian ini juga dilakukan dikediaman Ustadz Ruslan Idris Batubara bertempat
tinggal di Jalan Al-Falah 6.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 April 2019 yang
membutuhkan waktu selama 2 hari.
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan berjumlah 100 orang masyarakat di
Kelurahan Kwala Bekala.Jumlah sampel yang diambil sebanyak 1 orang.
3.3 Teknik Analisis Data
Di penelitian ini menggunakan teknik analisis data kulititatif. Data kualitatif
merupakan suatu kegiatan sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain
semua terkumpul. Teknik analisis data kualitatif di dalam penelitian kualitatif yaitu
memaparkan hasil wawancara antara peneliti dan narasumber.
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah non-probability sampling,yaitu bahwa tidak
semua dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas yaitu tidak semua unit populasi
memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel peneliti.
10. 10
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian yang digunakan adalah Wawancara bersama objek penelitian yang
bernama Kantini berumur 56 tahun,alamat Jalan.Luku V No.29 P.Bulan Medan.
1. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan sesajen?
Jawab : sesajen itu adalah rasa hormat kita terhadap orang-orang terdahulu seperti nenek
moyang dll yang sudah meninggal.
2. Apa fungsi sesajen?
Jawab :
untuk menghormati pendahulu
Untuk mengingat mereka
Agar orang yang tinggal dirumah in (rumah yang diberikan sesajen) sehat selalu.
3. Mengapa harus dibuat sesajen?
Jawab : karena sesajen itu suatu upacara yang turun menurun dari mamaknya nenek (orang
tua dulu) dalam merayakan hari-hari besar, serta agar orang-orang yang ada dirumah tidak
sakit.
4. Kapan saudara meletakkan sesajen?
Jawab : saat mau puasa, selesai lebaran,malam jum’at kliwon, 1,2,3,7,40 hari ,1,3,7 tahun
orang itu meninggal, hari raya haji (hari-hari besar)
5. Menurut pengetahuan saudara, bagaimana sesajen dalam hukum islam?
Jawab : dilarang, tetapi kegiatan itu yang selalu dilakukan secaraturun-menurun, jadi saya
ikut melakukannya.
6. Bahan apa saja yang dijadikan sesajen?
Jawab : tumpang, ayam, telur, nasi putih, sayur, bunga, kopi, teh manis, air putih.
7. Sejauh ini,adakah yang pernah mengingatkan kepada saudara bahwasahnya sesajen
dilarang dalam agama islam?
Jawab : ada cucu saya, dia selalu memarahi saya kalau melakukan itu, tetapi karena
rumahnya agak jauh sehingga saya melakukannya diam-diam. Kalau untuk sekarang saya
tidak pernah melakukannya lagi karena dihari-hari besar saya pulang ke Palembang.
11. 11
Hasil Wawancara dengan pemuka agama yang bernama Ustad Ruslan Idris Batubara
bertempat tinggal di Jalan Al-Falah 6 :
1. Menurut ustad,bagaimana pandangan dalam hukum islam tentang orang yang masih
melakukan sesajen di bulan ramadhan seperti meletakkan makanan dibawah kolong
tempat tidur,orang itu beranggapan bahwa keluarga mereka yang sudah meninggal
datang?
Jawab:Didalam islam tidak dibenarkan,sesajen itu hanya tradisi leluhur yang percaya
pada tahayyul dan pada kekuatan gaib selain Allah Swt,kemudian lebih cenderung
dilakukan orang-orang hindu dulu atau orang yang punya aliran kepercayaan kekuatan
yang datangnya seperti dari pihon,hutan dan gunung maka sesajen itu cenderung dibuat
untuk memohon pertolongan kepada selain Allah Swt.Dalam islam itu tidak benar dan
merupakan tahayyul karena orang yang sudah meninggal tidak mungkin dapat kembali
ke alam dunia,maka kita mengingatnya bukan dengan membuat sesajen tetapi dengan
berdoa dan bersedekah.
2. Menurut ustad,bqgaimana cara agar mengatasi perilaku praktek sesajen ini?
Jawab:Caranya kita kembali kepada ajaran agama islam,pengguna sesajen itu adalah
orang yang kurang yakin bahwa kekuatan gaib yang bisa mengatur dunia ini adalah
Allah Swt,orang yang imannya lemah dan ibadahnya kurang menganggap sesajen itu
boleh,tetapi orang yang betul-betul percaya kepada Allah Swt meyakini bahwa sesajen
itu perbuatan musyrik dan syirik karena menduakan Allah Swt.Makanya dilarang
dalam islam.Maka caranya adalah diberitahu bahwa islam melarang praktek sesajen
karena bertentangan dengan ajaran agama islam.
3. Menurut ustad,bagaimana apabila keluarga mereka tau sesajen itu dilarang tetapi
dibiarkan saja itu tetap dilakukan?
Jawab:Dalam sebuah hadist dijelaskan barang siapa yang mencegah
kemungkaran,maka cegah dengan tangan bagi yang memiliki kekuasaan,kalau tidak
bisa dengan tangan maka dengan ucapan,kalau keduanya tidak bisa maka harus
membenci dengan hati,artinya kita diam bukan karena dibiarkan,tetapi karena dilarang
dan tidak mau ya sudah kita tidak terlibat lagi.
12. 12
4.2 PEMBAHASAN
Dari wawancara yang telah dilakukan maka dapat saya dimpulkan bahwa:
Hukum Mempersembahkan Sesaji ( Sesajen ) Dalam Islam
Mempersembahkan sesaji yang berarti mengeluarkan sebagian harta dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, adalah suatu bentuk ibadah besar dan agung
yang hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya,
َكِلَذِب َو ُهَل َيك َِرش َِل َينِمَلاَعْلا ِبَر ِ َّ َِّلل يِتاَمَم َو َايَيْحَم َو يِكُسُن َو ي َّنِإِتالَص ْلُق
َينِمِلْسُمْلا ُتْرِمُأ َانَأ َو ُل َّوَأ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya sembelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah.)” (Qs. al-An’aam: 162-
163).
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
ْرَحْنا َو َكِبَرِل ِلَصَف
“Maka, dirikanlah shalat karena Rabb-mu (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan berkurbanlah” (Qs.
al-Kautsar: 2).
Kedua ayat ini menunjukkan agungnya keutamaan ibadah shalat dan berkurban, karena
melakukan dua ibadah ini merupakan bukti kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
pemurnian agama bagi-Nya semata-mata, serta pendekatan diri kepada-Nya dengan hati, lisan dan
anggota badan, juga dengan menyembelih kurban yang merupakan pengorbanan harta yang
dicintai jiwa kepada Dzat yang lebih dicintainya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.Oleh karena
itu, maka mempersembahkan ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala (baik itu jin,
makhluk halus ataupun manusia) dengan tujuan untuk mengagungkan dan mendekatkan diri
kepadanya, yang dikenal dengan istilah sesajen, adalah perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan
merupakan perbuatan syirik besar yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam
(menjadi kafir).
13. 13
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
اَمَّنِإ َمَّرَح ُمُكْيَلَع َةَتْيَمْلا َمَّدال َو َمْحَل َو ِنزير ِخْلا اَم َو َّلِهُأ ِهِب ِْريَغِل ِ َّاَّلل
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan sembelihan
yang dipersembahkan kepada selain Allah.” (Qs. al-Baqarah: 173)
Dalam sebuah hadits shahih, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
“Allah melaknat orang yang menyembelih (berkurban) untuk selain-Nya.”
Hadits ini menunjukkan ancaman besar bagi orang yang menyembelih (berkurban) untuk
selain-Nya, dengan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu dijauhkan dari rahmat-Nya. Karena
perbuatan ini termasuk dosa yang sangat besar, bahkan termasuk perbuatan syirik kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, sehingga pelakunya pantas untuk mandapatkan laknat Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan dijauhkan dari rahmat-Nya.
Penting sekali untuk diingatkan dalam pembahasan ini, bahwa faktor utama yang
menjadikan besarnya keburukan perbuatan ini, bukanlah semata-mata karena besar atau kecilnya
kurban yang dipersembahkan kepada selain-Nya, tetapi karena besarnya pengagungan dan
ketakutan dalam hati orang yang mempersembahkan tersebut kepada selain-Nya, yang semua ini
merupakan ibadah hati yang agung yang hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata-mata.
Oleh karena itu, meskipun kurban yang dipersembahkan sangat kecil dan remeh, bahkan
seekor lalat sekalipun, jika disertai dengan pengagungan dan ketakutan dalam hati kepada selain-
Nya, maka ini juga termasuk perbuatan syirik besar.
Dalam sebuah atsar dari sahabat Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Ada
orang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat, ada
dua orang yang melewati (daerah) suatu kaum yang sedang bersemedi (menyembah) berhala
mereka dan mereka mengatakan, ‘Tidak ada seorangpun yang boleh melewati (daerah) kita hari
ini kecuali setelah dia mempersembahkan sesuatu (sebagai kurban/tumbal untuk berhala kita).’
Maka, mereka berkata kepada orang yang pertama, ‘Kurbankanlah sesuatu (untuk berhala kami)!’
Tapi, orang itu enggan –dalam riwayat lain: orang itu berkata, ‘Aku tidak akan berkurban kepada
14. 14
siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala’–, maka diapun dibunuh (kemudian dia masuk surga).
Lalu, mereka berkata kepada orang yang kedua, ‘Kurbankanlah sesuatu (untuk berhala kami)!’, -
dalam riwayat lain: orang itu berkata, ‘Aku tidak mempunyai sesuatu untuk dikurbankan.’ Maka
mereka berkata lagi, ‘Kurbankanlah sesuatu meskipun (hanya) seekor lalat!’, orang itu berkata
(dengan meremehkan), ‘Apalah artinya seekor lalat,’, lalu diapun berkurban dengan seekor lalat,
–dalam riwayat lain: maka merekapun mengizinkannya lewat– kemudian (di akhirat) dia masuk
neraka.”
Bahaya dari Sesajen
Sesajen adalah syirik dan berbahaya, sama bahayanya dengan kemusyrikan yang lain, di antara
bahaya itu adalah:
1. Merupakan Pelecehan Terhadap Martabat Manusia
Apabila seseorang menyembah kepada sesama makhluk, yang tidak dapat
memberikan manfa’at dan menimpakan bahaya, maka berarti telah menjatuhkan martabat
kemanusiaannya ke tempat yang terendah. Allah telah memuliakan manusia dan menga-
runiai akal kepada mereka, maka apakah layak dan pantas seorang yang berakal dan
terhormat menyembah dan merendahkan diri di hadapan patung, pohon, jin, khadam, keris,
batu dan yang semisalnya. Maka tidak ada pelecehan terhadap martabat manusia yang lebih
parah daripada kemusyrikan.
2. Membenarkan Khurafat (Tahayul)
Dari keyakinan syirik inilah muncul berbagai khurafat yang tersebar di masyarakat,
mitos dan legenda yang penuh dengan takhayul, kisah-kisah yang sama sekali tidak bisa
diterima oleh akal sehat dan tidak dapat dibenarkan oleh hati nurani manusia.
3. Syirik adalah Kezhaliman Terbesar
Allah berfirman;
ُانَمْقُل َلاَق ْذِإ َوُظَل َكْرِالش َّنِإ ۖ ِ َّاَّللِب ْك ِرْشُت َِل َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِِل
ٌميِظَع ٌمْل
“Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezhaliman yang besar.” (Lukman: 13)
4. Syirik Menimbulkan Rasa Takut
15. 15
Orang musyrik tidak memiliki keteguhan dan rasa percaya kepada Allah, sehingga
hidupnya penuh dengan kegelisahan, jiwanya labil dipermainkan oleh klenik, khurafat dan
takhayul. Dia selalu diliputi ketakutan, takut akan segala-galanya dan terhadap segala-
galanya, dan inilah kehidupan yang sangat buruk.
5. Menjerumuskan ke Neraka
Kemusyrikan merupakan penyebab utama untuk masuk neraka, Allah Subhannahu wa
Ta’ala berfirman,
ُبْعا َليِئاَرْسِإ يِنَب اَي ُحيِسَمْلا َلاَق َو ۖ َمَيْرَم ُْنبا ُحيِسَمْلا َوُه َ َّاَّلل َّنِإ واُلاَق َينِذَّلا َرَفَك ْدَقَلَ َّاَّلل ُوادَمَّرَح ْدَقَف ِ َّاَّللِب ْك ِرْشُي ْنَم ُهَّنِإ ۖ ْمُكَّبَر َو يِبَر
ارَصْنَأ ْنِم َينِمِلاَّظلِل اَم َو ۖ ُارَّنال ُها َوْأَم َو َةَّنَجْلا ِهْيَلَع ُ َّاَّلل
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zhalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)
Firman-Nya yang lain;
ِب ْك ِرْشُي ْنَم َو ۚ ُءَاشَي ْنَمِل َكِلََٰذ َُوند اَم ُرِفْغَي َو ِهِب َكَرْشُي ْنَأ ُرِفْغَي َِل َ َّاَّلل َّنِإاًميِظَع اًمْثِإ َٰىَرَتْفا ِدَقَف ِ َّاَّلل
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (an-Nisa: 48)
16. 16
BAB V
PEMECAHAN MASALAH
Didalam islam tidak dibenarkan,sesajen itu hanya tradisi leluhur yang percaya pada
tahayyul dan pada kekuatan gaib selain Allah Swt,kemudian lebih cenderung dilakukan orang-
orang hindu dulu atau orang yang punya aliran kepercayaan kekuatan yang datangnya seperti dari
pihon,hutan dan gunung maka sesajen itu cenderung dibuat untuk memohon pertolongan kepada
selain Allah Swt.Dalam islam itu tidak benar dan merupakan tahayyul karena orang yang sudah
meninggal tidak mungkin dapat kembali ke alam dunia,maka kita mengingatnya bukan dengan
membuat sesajen tetapi dengan berdoa dan bersedekah.
Cara mengatasi perilaku sesajen adalah dengan Caranya kita kembali kepada ajaran agama
islam,pengguna sesajen itu adalah orang yang kurang yakin bahwa kekuatan gaib yang bisa
mengatur dunia ini adalah Allah Swt,orang yang imannya lemah dan ibadahnya kurang
menganggap sesajen itu boleh,tetapi orang yang betul-betul percaya kepada Allah Swt meyakini
bahwa sesajen itu perbuatan musyrik dan syirik karena menduakan Allah Swt.Makanya dilarang
dalam islam.Maka caranya adalah diberitahu bahwa islam melarang praktek sesajen karena
bertentangan dengan ajaran agama islam.
Dalam sebuah hadist dijelaskan barang siapa yang mencegah kemungkaran,maka cegah
dengan tangan bagi yang memiliki kekuasaan,kalau tidak bisa dengan tangan maka dengan
ucapan,kalau keduanya tidak bisa maka harus membenci dengan hati,artinya kita diam bukan
karena dibiarkan,tetapi karena dilarang dan tidak mau ya sudah kita tidak terlibat lagi.
17. 17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Sesaji merupakan salah satu sarana upacara yang tidak bisa ditinggalkan, dan
disebut juga dengan sesajen yang dihaturkan pada saat-saat tertentu dalam rangka
kepercayaan terhadap makluk halus, yang berada ditempat-tempat tertentu. Sesaji
merupakan jamuan dariberbagai macam sarana seperti bunga, kemenyan, uang recehan,
makanan, yang dimaksudkan agar roh-roh tidak mengganggu dan mendapatkan
keselamatan.
Cara mengatasi perilaku sesajen adalah dengan Caranya kita kembali kepada ajaran
agama islam,pengguna sesajen itu adalah orang yang kurang yakin bahwa kekuatan gaib
yang bisa mengatur dunia ini adalah Allah Swt,orang yang imannya lemah dan ibadahnya
kurang menganggap sesajen itu boleh,tetapi orang yang betul-betul percaya kepada Allah
Swt meyakini bahwa sesajen itu perbuatan musyrik dan syirik karena menduakan Allah
Swt.Makanya dilarang dalam islam.Maka caranya adalah diberitahu bahwa islam melarang
praktek sesajen karena bertentangan dengan ajaran agama islam.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Andrew Beatty. 2001. Variasi Agama di Jawa: Suatu Pendekatan Antropologi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Clifford Geertz. 1992. Tafsir Kebudayaan. KANISIUS. Yogyakarta
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.