SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 49
Downloaden Sie, um offline zu lesen
7 Steps of
Digital
Political
Marketing
DEDDY RAHMAN
Founder Katapedia.id
Table of Contents
Digital Political Marketing
[Sebuah Pengantar]
Digital Exposure
[Step#1 Digital Political Marketing]
Digital Awareness
[Step#2 Digital Political Marketing]
Digital Expectancy
[Step#3 Digital Political Marketing]
Digital Engagement
[Step#4 Digital Political Marketing]
Digital Preference
[Step#5 Digital Political Marketing]
Digital Commitment
[Step#6 Digital Political Marketing]
Digital Action
[Step#7 Digital Political Marketing]
Penutup 2
Digital Political Marketing
Saat tergabung di Tim Digital Anies-Sandi, terus-terang saya
belum belajar tentang konsep 7-Steps-of-Political-
Marketing yang terkenal itu. Bahkan saya tidak tahu siapa
penemunya.
Konsep 7-Steps-of-Political-Marketing baru saya terapkan
untuk klien-klien politisi saya yang ikut menjadi calon legislatif
di #pileg2019. Dan penerapannya saya lakukan dengan
menggunakan Facebook, Instagram, Whatsapp, dan berita
online lokal.
Bahkan saya membuatkan dokumen khusus buat semua Tim
Digital Marketing yang membantu saya menghandle para
politisi: Panduan Postingan Akun Official Calon Legislatif
2019. Terdiri 39 slide presentasi, digunakan sebagai “kitab
suci” dalam proses memenangkan para politisi di social
media.
Dokumen tersebut berdasarkan konsep 7-Steps-of-Political-
Marketing yang dikonversikan ke social media. Ke-7 langkah
tersebut dikelompokkan dalam 3 tahapan penting, yakni:
Popularitas, Likeabilitas, dan Elektabilitas.
Mari kita telaah sekilas tiap tahapan dan langkah-langkahnya.
SEBUAH PENGANTAR
3
Tahap Pertama, POPULARITAS. Ini langkah awal. Ada 2
langkah penting ditahap ini: Exposure dan Awareness. Tanpa
langkah ini, maka tak akan ada langkah-langkah berikutnya.
Jangan mimpi bakal terpilih.
Langkah pertama, Exposure, tujuannya mendapatkan
publisitas yang sebesar-besarnya. Makin ter-expose, makin
baik. Untuk proses digital marketing, maka expose dilakukan
dengan menggunakan 2 cara: Organic dan Paid.
Organic berarti kami membangun tim buzzers, dan
bekerjasama dengan influencers yang followers-nya ada di
wilayah calon pemilih klien kami. Paid berarti kami beriklan di
Facebook & Instagram. Dengan target netizen di daerah
pemilihan (dapil) calon pemilih politisi tersebut. Tentu harus
dibuat target yang terukur dalam melakukan exposure secara
digital. Budget iklan wajib disiapkan.
Langkah kedua, Awareness. Saya sebut sebagai “sadar-
politisi”. Ini proses memperkenalkan politisi ke netizen yang
berada di daerah pemilihan (dapil) -nya. Proses
pengenalannya tergantung hasil riset di dapil tersebut.
Ada 2 pendekatan penting untuk pengenalan politisi. Yang
pertama untuk pemilih rasional, dan yang kedua untuk
pemilih emosional.
4
Tahap Kedua, LIKEABILITAS. Bagaimana caranya agar politisi
tersebut disukai. Tentu setelah terkenal lebih dulu di tahapan
sebelumnya. Untuk tahap ini, butuh 3 langkah:
Expectancy, Engagement, dan Preference.
Langkah ketiga, Expectancy. Ini proses untuk membuat
netizen di dapil-nya mempunyai harapan tertentu terhadap
politisi tersebut. Kami harus menciptakan “harapan”
tersebut. Proses ini akan berbeda sekali penanganannya
untuk Politisi-Petahana (yang sudah pernah menjadi anggota
legislatif di periode sebelumnya) dengan Politisi-Pemula (yang
belum pernah menjabat sebelumnya).
Langkah keempat, Engagement, keterikatan. Di langkah ini,
akun official politisi perlu secara intensif berinteraksi dengan
netizen di dapil-nya. Dan tentu saja, proses ini juga harus
sinkron dengan proses interaksi politisi dengan calon
pemilihnya saat ada di lapangan selama proses sosialisasi
darat (kampanye offline) berlangsung.
Engagement bisa dibangun secara emosional maupun
rasional. Tergantung hasil riset. Berdasarkan pengalaman
kami, engagement secara emosional jauh lebih kuat efeknya,
karena ini dapat melahirkan netizen yang menjadi Relawan
Digital yang tangguh. Kelak, jenis relawan ini akan sangat
berguna dalam menentukan kemenangan akhir.
5
Langkah kelima, Preference. Tujuannya untuk menyelaraskan
antara apa yang menjadi faktor utama calon pemilih dalam
menentukan pilihannya. Karena banyaknya pilhan politisi
yang berputar di kepala calon pemilih, maka perlu diketahui,
berdasarkan apa saja mereka memilih. Apakah karena
kekuatan narasi dan kharisma politisi? Apakah karena partai
yang menjadi kendaraan politisi?
Setelah melewati 2 tahapan penting dengan 5 langkah yang
wajib dihandle secara baik, maka masuk ke tahapan yang
paling menentukan: ELEKTABILITAS. Di tahapan ini, ada 2
langkah sangat penting yang perlu dilakukan:
Commitment dan Action.
Langkah keenam, Commitment. Bila semua langkah
sebelumnya berjalan dengan baik, maka hasilnya akan sangat
menentukan keberhasilan di langkah ini. Targetnya terbentuk
sejumlah Relawan Digital yang siap untuk menyebarluaskan
konten-konten yang sudah kami siapkan di semua jaringan
socmed mereka: FB, IG, dan WA.
Tentu Relawan Digital yang tercipta sudah berdasarkan proses
seleksi yang panjang dan bertahap, agar militan dan bebas
dari penyusup.
6
Langkah ketujuh, Action. Bila konsep awalnya menyatakan
langkah ini adalah memastikan calon pemilih memilih politisi
kita, maka untuk ranah dunia digital bisa bergerak lebih jauh.
Targetnya adalah agar seluruh Relawan Digital yang telah
terbentuk di langkah sebelumnya bisa melakukan
aktifitas Users Generated Content (UGC), yakni para Relawan
Digital membuat konten sendiri di akun social medianya
masing-masing. Terutama saat “masa tenang” sebelum hari
pemilihan, ini adalah masa-sangat-tidak-tenang-nya di social
media. Bikin berisik sebanyak mungkin.
Pada langkah ini, tim pemenangan (campaign manager) mulai
secara rutin melakukan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan para relawan digital dalam hal memproduksi
konten yang berkualitas.
Kira-kira begitu sekilas tahapan dan langkah dalam mem-
branding politisi di social media. Sesuai dengan subjudulnya,
tentu tulisan ini hanya sebuah pengantar. Pada halaman-
halaman berikutnya di ebook ini Anda menemukan
pembahasan yang lebih detil dan bersifat aplikatif.
Semua tahapan dan langkah diatas kami jalankan minimal
selama 6 bulan. Tiap tahapan dijalankan selama minimal 2
bulan. Tidak ada yang instan. Bila mau menang, harus siap
berinvestasi waktu dan dana. Itu hukum alam.
Salam. 7
[Gambar-1]
Inilah bagan “7 Steps of Political Marketing” yang
sudah lama menjadi pegangan para konsultan
politik untuk mengelola branding seorang politisi
atau sebuah partai politik.
8
Digital Exposure
Syarat pertama dipilih adalah dikenal. Walau sudah dikenal
belum tentu dipilih. Urutannya: dikenal, disukai, dipilih.
Popularitas, likeabilitas, elektabilitas. Simple, kan?! Ga juga
sih. Hahaha
Di tulisan sebelumnya telah disampaikan bahwa agar punya
popularitas, butuh 2 langkah utama: Exposure dan Awarness.
Tulisan ini membahas exposure. Tentang Awarness ada di
tulisan berikutnya.
Tujuan “exposure” adalah agar politisi memiliki publisitas
sebesar-besarnya. Minimal lebih besar dari kompetitornya.
Makin ter-expose semakin bagus.
Apa Alat UKUR-nya?
Kalau di ranah social media, saya menggunakan beberapa
ukuran. Pertama, seberapa besar “audience” dan “audience
growth” dari akun official politisi. Term “audience” ini terkait
dengan jumlah “likes” pada FB Fanspage dan/atau jumlah
“followers” pada channel akun sosial media lainnya seperti
Instagram dan Twitter.
Step#1 Digital Political Marketing
9
Kedua, saya juga mengukur perolehan dari setiap postingan.
Jumlah “likes/loves/views”, jumlah “comments”, dan jumlah
akun yang “shares” postingan tersebut. Tidak hanya tiap
postingan, tapi juga untuk periode postingan tertentu,
misalkan untuk 100 postingan terakhir.
Saya masukkan pembobotan dari setiap hasil postingan
tersebut untuk mengukur popularitas online. Bobot terbesar
untuk “shares”, menyusul “comments”, lalu “likes”. Terakhir
diukur juga “reach” dari postingan tersebut.
Untuk setiap ukuran di atas tentu dibandingkan dengan
kinerja tim digital dari politisi lainnya (kompetitor). Dan saya
memaksa tim saya untuk selalu meraih posisi teratas. Kecuali
saya sedang menyiapkan strategi “kejutan” buat tim digital
kompetitor. Hehehe.
Ketiga, saya juga mengukur tingkat keterlibatan atau respon
netizen terhadap setiap postingan akun official politisi. Ada
“engagement/post” yang mengukur jumlah respon tiap
postingan, termasuk mengukur “engagement rate”-nya. Dan
bila memungkinkan, saya akan mengukur jumlah “mention”
di beberapa channel social media yang bersifat publik.
Engagement ini diperlukan untuk mengetahui behavior dari
netizen lokal. Minat dari netizen lokal bisa dilihat disini.
Postingan apa yang mereka sukai. Dan layak untuk
ditingkatkan kualitas dan kuantitas postingannya. 10
Saat #pileg2019 kemarin, ditemukan fakta menarik. Untuk
netizen yang berasal dari dapil Bengkulu sangat menyukai
postingan terkait dengan konten-konten kuliner dan
travelling. Sedangkan untuk netizen yang berada di dapil
Sumut-3 sangat antusias bila postingan politisi-nya berisi
konten terkait pemberantasan korupsi dan narkoba.
Unikkan?!
Apa KONTEN Terbaik?
Bila belum memiliki data terkait konten apa saja yang
menarik buat netizen lokal, maka bisa dilakukan berbagai
jenis konten untuk tahap testing. Untuk perkenalan awal,
sebaiknya gunakan konten dengan “Tema Humanis”. Yakni,
terkait dengan hal-hal yang menarik minat manusia.
Misalkan kuliner, fashion, beuty, travelling, budaya, olah raga,
musik, kesenian, komunitas, keluarga, UMKM, potensi alam,
keunikan lokal, dan banyak hal lainnya.
Testing juga bisa dilakukan dengan mencoba berbagai design
tampilan postingan yang sesuai “selera” dengan netizen lokal.
Juga termasuk testing untuk pilihan kata yang paling pas
dengan budaya setempat.
Setelah dirasakan puas dengan hasil postingan testing
sebelumnya, maka konten harus mulai mengenalkan politisi
secara lebih intensif. 11
Untuk pengenalannya, bisa dilakukan dengan 2 cara berbeda
berdasarkan latar belakang politisi. Yakni, politisi lama
(petahana) dan politisi baru (penantang). Keduanya perlu
ditangani secara sangat berbeda.
Untuk politisi-petahana, modal popularitasnya sudah ada.
Sehingga yang diperlukan adalah menggali kembali apa yang
menjadi “nilai jual” beliau di masa lalu. Sekaligus menggali
informasi “hasil kerja” yang beliau lakukan selama memangku
jabatan tertentu. Ini harus dikemas secara sangat baik untuk
kemudian dipublikasikan secara massif di social media.
Untuk politisi-penantang, proses branding harus ditangani
lebih serius. Perlu ditemukan “value” yang signifikan sehingga
layak untuk “dijual”. Segala informasi terkait politisi, latar
belakang, prestasi, dan mimpi terkait masa depan dapilnya
perlu dikemas dengan sangat baik dan terasa tulus.
Bagaimana CARA Mempublikasikannya?
Sederhananya, ada 2 cara, Organic dan Paid. Untuk yang
organic, bisa dilakukan dengan berbagai hal, yakni:
membangun website dan mengelola SEO-nya, membangun
tim opini melalui puluhan blogs, membangun ratusan tim
buzzer dengan followers netizen lokal, bekerjasama dengan
influencers yang memiliki followers netizen lokal yang tinggi.
Sedangkan untuk yang Paid, kita bisa menggunakan iklan di
Facebook dan Instagram. 12
Pembahasan terkait cara menjalankan metode Organic dan
Paid ini bisa panjang sekali, bisa dibuat dalam beberapa
tulisan. Saran saya, bisa cari artikel yang bersifat teknis untuk
mempelajari lebih dalam terkait cara mempublikasikan
konten di social media yang efisien dan efektif.
Saya sendiri lebih fokus pada strateginya, urusan teknis saya
serahkan pada para partner saya yang terdiri dari startup
digital marketing yang dimotori para milenial. Mereka jauh
lebih hebat dari saya. Saya suka bekerjasama dengan orang-
orang hebat. Dan berharap dapat melahirkan pemimpin
hebat di semua daerah yang saya bantu. Itu cita-cita saya
membangun bisnis Katapedia. Semoga Allah ridho. Aamiin...
13
[Gambar-2]
Ini contoh politisi muda yang kami bantu
menangkan di pemilihan anggota legislatif 2019
yang lalu. Semoga beliau amanah. Aamiin...
14
Digital Awareness
Langkah ini, berdasarkan pengalaman saya, adalah proses
yang paling sulit dalam meningkatkan POPULARITAS politisi.
Tujuan di tahapan ini adalah agar calon pemilih memiliki
ingatan yang kuat terhadap politisi. Dan ingatan tersebut
sudah sesuai dengan yang kami harapkan. Berbahaya kalau
berbeda, kuatir nanti kontra produktif apalagi sampai
melahirkan persepsi negatif. Walau dalam politik, persepsi
negatif bisa diubah menjadi persepsi positif dalam sekejap. Ini
bagian dari “the art of politics”. Tapi ini materi yang berbeda
sama sekali. Butuh tulisan tersendiri.
Saat #pileg2019 kemarin, saya menyebut Awareness dengan
“sadar-politisi”. Bertujuan agar calon pemilih di dapil,
terutama yang memiliki akun social media, memiliki
kesadaran pada level tertentu terhadap politisi yang kami
tangani.
Apa sajakah level kesadaran yang kami harapkan? Ada 2 jenis
level kesadaran. Pertama, level kesadaran yang mendalam
(thick). Kedua, level kesadaran yang sederhana (thin). Kedua
level awareness ini saya gunakan untuk jenis politisi yang
berbeda.
Step#2 Digital Political Marketing
15
Untuk “Thick-Awareness“, saya gunakan bagi politisi yang
memiliki konsep, visi-misi, dan program yang memang layak
untuk diketahui calon pemilih. Politisi model ini biasanya
sangat serius berniat untuk mengubah kondisi masyarakat
dan wajah perpolitikan menuju kearah yang semakin baik.
Mereka visioner. Tidak ingin tampil hanya sebagai politisi
biasa, tapi yang juga mengedukasi pemilih. Tim saya harus
banyak berdiskusi dengan politisi model ini agar memiliki
pemahaman yang sama terhadap semua konsep dan program
yang ingin disampaikan kepada netizen lokal. Berat memang,
tapi menambah wawasan dan pengetahuan. Kami banyak
tercerahkan dengan para politisi seperti ini.
Untuk “Thin-Awareness“, biasanya saya gunakan untuk jenis
politisi-petahana. Ini jenis politisi yang sudah punya modal
popularitas yang cukup. Jadi hanya perlu diperbanyak proses
awareness-nya untuk menanamkan beberapa atribut brand
yang diperlukan di benak calon pemilih.
Atribut brand yang perlu ditanamkan adalah nama, wajah,
nomer urut, slogan, dan logo partai. Konten yang kami
gunakan persis seperti konten untuk mempromosikan artis.
Fokusnya kepada hal-hal yang bersifat emosional. Seperti
kegantengan/kecantikan, kharismatik, kepedulian, perhatian,
keberpihakan, responsif dengan isu terkini, dan banyak hal
lain yang diharapkan bisa menyentuh hati calon pemilih.
16
Baik politisi yang dipopulerkan dengan cara “Thick-
Awareness” maupun “Thin-Awareness”, keduanya
membutuhkan media lain yang lebih dipercaya untuk
memperkenalkan “kehebatan” politisi tersebut.
Contoh media lain yang dibutuhkan adalah testimoni dari
pihak yang dianggap punya daya pengaruh terhadap netizen
lokal. Bisa tokoh masyarakat ataupun tokoh di ranah social
media atau Influencers.
Berdasarkan pengalaman kami membangun popularitas para
para politisi di beberapa pilkada dan pileg sejak tahun 2012,
ada pertanyaan kritis yang perlu dijawab selama proses
mengenalkan politisi dijalankan. Yakni, Mengapa Anda ingin
menjadi Politisi? Mengapa Anda layak menjabatnya? Apa
sebenarnya yang Anda cari?
Sayangnya, pertanyaan ini tidak selalu keluar dari bibir calon
pemilih. Tapi mata mereka yang memperlihatkan dan
“menyuarakan” pertanyaan tersebut. Politisi tidak akan
mengetahuinya bila tidak turun langsung dan merasakannya
sendiri.
Itu sebabnya saya memaksa para politisi yang kami tangani
untuk sedini mungkin, sebanyak mungkin, bertemu langsung
dengan calon pemilih mereka. Rajin turun ke lapangan.
17
Dan politisi hebat adalah politisi yang mampu menjawabnya
dengan sangat memuaskan, bahkan sebelum pertanyaan
tersebut diungkapkan oleh calon pemilih. Ini efeknya kuat
sekali. Calon pemilih akan menjadi pemilih yang fanatik dan
tak tergoyahkan oleh money-politics. Itu sudah saya buktikan
sendiri.
Jadi, kalo ada politisi yang mengeluhkan money-politics,
menurut saya, itu karena disebabkan oleh 2 hal. Pertama,
karena beliau belum tahu caranya. Dan yang kedua, dia sakit
hati karena tidak punya dana sebanyak kompetitornya. Ketiga,
ini bonus, mungkin dia pelit-melilit. Hahaha becanda.
Kelak saya akan uraikan apa saja yang diperlukan untuk
mengatasi masalah money-politics yang kerap terjadi di pesta
demokrasi kita. Namun, agar lebih kuat tulisan saya, saya
akan terapkan dulu untuk semua klien saya di #pilkada2020.
Semoga ini menjadi jalan untuk memperbaiki wajah
demokrasi Indonesia ke depannya. Bismillah.
18
[Gambar-3]
Faisal adalah politisi-penantang yang baru terjun
ke politik. Beliau membutuhkan banyak testimoni
dari para tokoh yang dihormati oleh calon
pemilihnya. Juga harus melakukan aktifitas yang
memperjelas keberpihakan beliau. 19
Digital Expectancy
Sekarang kita memasuki tahap LIKEABILITY. Ini tahapan yang
bertujuan agar politisi disukai oleh calon pemilihnya. Untuk
bisa terkenal itu mudah. Tapi untuk bisa disukai, itu butuh
proses tersendiri.
Ada 3 langkah besar dalam proses ini.
Expectancy, Engagement, dan Preference.
Tulisan ini hanya akan berbicara tentang Expectancy,
khususnya di ranah social media. Yang lainnya bisa dibaca
pada tulisan berikutnya.
“Expectancy” sesungguhnya berbicara tentang menciptakan
harapan. Proses penciptaan harapan akan berbeda sama
sekali antara politisi-lama dengan politisi-baru. Politisi-lama
sebenarnya sudah memiliki modal awal untuk menciptakan
harapan baru bagi calon pemilihnya. Ini keuntungan menjadi
politisi-lama.
Politisi-lama sudah memiliki gambaran / citra / image
dipandangan masyarakat (calon pemilihnya). Ini bisa menjadi
modal yang baik, bisa juga menjadi modal yang buruk,
tergantung prilakunya di masa lalu sebagai pejabat publik.
Step#3 Digital Political Marketing
20
Politisi-baru biasanya belum punya modal awal untuk
menciptakan harapan baru. Kecuali politisi-baru tersebut
sudah memiliki image yang cukup kuat di masyarakat sebagai
non-politisi yang berhasil. Misalkan sebagai arsitek kelas
dunia, artis papan atas, selebgram, budayawan, tokoh
nasional, dan banyak lagi. Modal image yang baik ini yang
harus dimanfaatkan untuk menciptakan harapan baru bagi
calon pemilihnya.
Bagaimana Harapan Diciptakan?
Saat #pileg2019 kemarin, kami melakukannya dengan 2
pendekatan untuk 2 kelompok politissi yang berbeda.
Kelompok politisi-petahana, yang kami anggap sebagai
politisi-lama, dan kelompok penantang-penantang yang kami
anggap sebagai politisi-baru.
Hasilnya juga menggembirakan, ada 2 politisi-petahana dan 2
politisi-penantang yang lolos ke parlemen. Info terbaru saya
dapatkan bahwa, ternyata ada 1 politisi lagi yang bakal jadi
anggota DPR RI, tidak tahun ini, karena statusnya PAW
(Pergantian Antar Waktu) yang akan dilantik kemudian
menggantikan anggota DPR RI yang saat ini menjabat. Jadi
totalnya ada 5 #politisikatapedia yang berhasil lolos di
#pileg2019 menjadi anggota dewan legislatif. Alhamdulillah.
21
Balik ke pertanyaan awal, proses penciptaan harapan yang
kami lakukan adalah dengan melakukan serangkaian proses
penyampaian pesan (message) yang dirancang secara
terstruktur, sistematis, dan berkesinambungan.
Proses komunikasi ini disampaikan sebenarnya sejak awal
sekali kami handle para politisi dan terus dipertahankan
sampai hari pencoblosan, agar pesan (message) yang ingin
disampaikan bisa terus dipastikan tetap melekat di benak
calon pemilih. Mengingat yang jadi calon anggota legislatif
ada ratusan pesaingnya.
Proses komunikasi untuk menciptakan harapan melalui pesan
yang disampaikan paling intens dilakukan pada langkah ketiga
ini.
Untuk politisi-petahana, kami banyak menggali informasi
terkait dengan hasil kerja mereka selama menjabat. Semua
informasi dikumpulkan dan dikemas ulang dalam berbagai
bentuk, bisa infografis (ini yang paling baik), foto-foto,
maupun video.
Kontennya bisa berupa daftar bantuan yang telah
direalisasikan kepada para konstituennya di dapil masing-
masing.
22
Semua “prestasi” selama menjadi anggota dewan dikupas
habis dan dibuatkan infografisnya dengan berbagai sudut
pandang. Dari jenis bantuan, jenis lokasi bantuan, jenis
kelompok penerima bantuan, tahun penyaluran bantuan, dan
berbagai sudut pandang lainnya.
Angka-angka harus ditampilkan dengan jelas. Pesannya harus
sangat jelas tersampaikan, bahwa “anggota dewan ini telah
bekerja sangat keras, penuh semangat, dan tulus ikhlas dalam
membantu meningkatkan taraf hidup orang-orang di wilayah
pemilihannya”.
Pesan ini tidak boleh diungkapkan dengan vulgar, biarkan
pesan itu perlahan masuk ke benak calon pemilih dan
menetap lama di sana sampai tibanya hari pencoblosan yang
dinanti.
Untuk politisi-penantang, prosesnya lebih berat, karena kami
harus menggali informasi terkait banyak hal. Apa saja hal
yang menarik pada diri politisi yang harus diangkat? Apa saja
isu dan program yang menarik bagi calon pemilih di dapilnya?
Bagaimana menghubungkan antara isu dan program yang
menarik bagi calon pemilih, dengan hal-hal menarik dan
prestasi-prestasi yang ada pada diri politisi, yang
memperlihatkan bahwa politisi tersebut memang mampu
dan mau untuk menjalankan program-program yang
dijanjikannya.
23
Khusus untuk mendapatkan isu dan program yang benar-
benar diharapkan oleh calon pemilih, saya menyarankan
kepada para politisi untuk terlebih dahulu melakukan
sosialisasi minimal di 200 lokasi. Ini dijalankan selama 1-2
bulan saja. Gali informasi sebanyak-banyaknya dari calon
pemilih.
Biasanya calon pemilih cukup terbuka menerima politisi.
Mereka juga cukup terbuka menyampaikan masalah-masalah
kesehariannya yang dianggap kira-kira bisa dibantu oleh calon
wakil mereka di parlemen nanti.
Politisi belum perlu menjanjikan apapun sebelum yakin kelak
memang bisa membantu bila memang terpilih. Bagi calon
pemilih, suara mereka didengarkan saja sudah cukup senang.
Mereka merasa dihargai.
Terutama keluhan dari kalangan emak-emak. Rebutlah hati
emak-emak. Insya Allah bisa menang. Dengan catatan, tanpa
ada kecurangan dari lawan politiknya. Hehehe
Salam.
24
[Gambar-4]
Dewi Coryati adalah politisi-petahana yang berhasil
meyakinkan kembali pemilihnya. Harapan terhadap
pendidikan anak Bengkulu dipercayakan kepada
beliau kembali. Infografis kinerjanya menarik.
25
Digital Engagement
Ini tahapan paling penting dalam proses peningkatan
LIKEABILITAS bagi politisi. Tahapan ini dijalankan bersamaan
dengan 2 tahapan pendampingnya: Expectancy & Preference.
Preference sendiri secara sederhana bisa dianggap
sebagai acuan dasar dalam menyukai politisi. Apakah politisi
tersebut disukai karena persamaan dalam pandangan politik
dengan pemilihnya, atau memang karena politisi tersebut
disukai karena faktor dirinya sendiri.
Dalam #pileg2019 kemarin, faktor partai pendukung dan
pilihan calon presiden menjadi sangat penting, sedangkan
dalam #pilkada2020, faktor politisi itu sendiri yang menjadi
penentu terbesar.
Proses Engagament sendiri bisa difahami sebagai proses
untuk membuat calon pemilih menjadi “merasa dekat”
dengan politisi. Politisi menjadi bagian dari “suara hati” calon
pemilih. Calon pemilih merasakan momen “gue banget” bila
mendengar dan melihat info terkait politisi tersebut. Rasanya
seperti ada “ikatan khusus” dengan politisi tersebut,
walaupun belum pernah ketemu dan berbicara secara
langsung sama sekali.
Step#4 Digital Political Marketing
26
Lalu, Bagaimana Membangun Engagement Secara Digital?
Pertama, politisi harus menentukan siapa calon pemilih
utamanya. Segmen pemilih cukup banyak dan luas. Berbasis
usia, gender, lokasi, suku, agama, pandangan politik,
keberpihakan isu terkini, minat yang beragam, dan banyak
bidang lainnya.
Pilihlah segmen mana saja yang dianggap paling pas dengan
narasi dan brand yang akan dikampanyekan. Tidak harus
semuanya. Cukup beberapa saja yang dianggap bisa
“dipuaskan” secara optimal. Segmen lainnya anggap “bonus”
saja. Akan ditangani kelak bila sumber dayanya
memungkinkan.
Saran saya, untuk politisi muda, sebaiknya menargetkan
generasi milenial (kelahiran 1981-1994) dan generasi Z
(kelahiran 1995-2010). Ini calon pemilih dengan jumlah
terbesar. Mereka memiliki karakteristik yang menarik.
Silahkan googling aja ya.
Politisi yang memenangkan hati mereka akan memenangkan
pertarungan di bilik suara. Mereka paling mudah ditemui di
social media. Itu sebabnya kami masih yakin dengan postulat
yang kami gemakan sejak 2012, yakni “Kemenangan di social
media adalah refleksi kemenangan di bilik suara”.
27
Kedua, tentukan narasi untuk semua segmen calon pemilih
utama. Akan jauh lebih baik bila dibuat hanya 1 narasi saja
untuk semua segmen terpilih. Narasinya bisa semakin kuat
dengan kemasan yang beragam.
Narasi yang kuat akan menggerakkan calon pemilih. Makin
kuat narasi, maka makin lemah pengaruh money-politic bagi
calon pemilih. Berlaku sebaliknya.
Ketiga, siapkan konten postingan yang sesuai dengan segmen
calon pemilih utama. Untuk generasi milenial dan generasi Z,
buatlah konten yang mengandung elemen CEF: Cool, Easy,
Fun.
>> Cool: konten dibuat secara baik, mengingat gen Milenial
dan gen Z sudah terbiasa dengan konten-konten keren di
social media.
>> Easy: konten harus sangat mudah difahami. Kalau sampai
pakai mikir segala, maka akan segera diabaikan.
>> Fun: konten harus menghibur, entertaining. Kalau tidak
lucu, tidak bakal seru. Mereka suka berbagi yang lucu. Jadi
pertimbangkan pakai TikTok ya. Hahaha.
28
Keempat, siapkan plan postingan harian. Postingan dengan
konten yang bernarasi dan mengandung unsur CEF harus
disiapkan secara sistematis dan terukur hasilnya.
Postingan dibuat agar netizen tergoda untuk berkomentar
dan berbagi. Postingan juga memperhitungkan waktu-waktu
yang dianggap paling banyak untuk mendapatkan perhatian
netizen.
Postingan bisa ditambahkan dengan geotag dan hastag yang
memungkinkan jangkauan distribusinya bisa lebih luas. Efek
leverage-nya dapat.
Tambahkan juga program giveaway contests untuk membuat
keramaian.
Sedapat mungkin bekerjasama dengan akun influencers yang
memiliki followers dari segmen netizen yang dituju.
Kelima, komen netizen ditanggapi dengan baik. Udah gitu
aja. Hahaha.
Keenam, lakukan pengukuran dan optimasi. Minimal tiap
pekan ada laporan lengkap terkait hasil postingan harian di
akun social media politisi. Evaluasi pekanan akan sangat
berguna untuk meningkatkan engagemant pada postingan
pekan berikutnya.
29
Ketujuh, ini terakhir, lakukan kopdar (ketemu langsung)
secara rutin dengan netizen. Ini yang akan memberikan efek
sangat kuat untuk meningkatkan LIKEABILITAS dari politisi
tersebut.
Pastikan bahwa image yang sudah dibangun di ranah social
media dan online benar-benar bisa ditampilkan saat bertemu
dengan netizen di dunia nyata. Jangan sampai berbeda atau
malah bertolak belakang, bisa ambyar... Hahaha.
30
[Gambar-5]
In adalah screenshoot dari video “om telolet om”
Anies-Sandi. Dibuat karena saat itu trendnya sangat
tinggi. Mengalahkan trend 212. Total engagement
dari video ini mencapai 5 juta di semua channel
social media. ini contoh konten dengan CEF yang
ditujukan untuk gen Milenial dan gen Z.
31
Digital Preference
Langkah terakhir yang penting dilakukan di tahapan
meningkatkan LIKEABILITAS bagi politisi adalah Preference. Ini
semacam acuan dasar, pilihan rasa, terhadap hal yang disukai
pada politisi. Biasanya, preference ini mengacu pada 2 faktor,
yakni faktor partai pendukungnya (party) dan/atau faktor
politisinya sendiri (candidate).
Saat #pileg2019 kemarin, faktor partai pendukung diwakili
oleh pilihan calon presidennya di #pilpres2014. Bagi politisi
yang berada di dapil dengan pendukung calon presiden yang
sesuai dengan partai-nya, maka saya sarankan foto calon
presiden-nya juga dimasukkan dalam postingan akun social
media politisi tersebut.
Namun, bila berbeda, maka politisi harus bekerja lebih keras
lagi agar pemilih benar-benar memilihnya karena faktor
pribadi politisi tersebut. Ini berat dan mahal. Hahaha
Untungnya, faktor partai pendukung tidak menjadi sangat
dominan di #pilkada2020. Calon pemilih akan lebih kuat
preferensi-nya ke faktor politisi-nya sendiri. Untuk itu perlu
dicari beberapa faktor lain yang bisa menjadi preferensi baru
bagi calon pemilih agar menyukai politisi tersebut.
Step#5 Digital Political Marketing
32
Beberapa preferensi lainnya terkait dengan: jaringan
komunitas yang bisa digerakkan politisi tersebut, organisasi
yang mendukungnya, dukungan tokoh lokal, pencapaian
prestasi di level lokal dan nasional, dukungan birokrasi, dan
banyak dukungan lainnya.
Tulisan ini tidak membahas itu semua. Saya hanya akan bahas
yang terkait ranah media sosial saja. Dunia digital!
Dalam 1-2 bulan terakhir ini, kami memberikan masukan
kepada beberapa politisi yang merupakan bakal calon bupati
dan bakal calon walikota yang akan bertarung di
#pilkada2020.
Masukan tersebut bertujuan menemukan cara yang paling
tepat bagi politisi untuk meningkatkan popularitas dan
likeabilitas-nya dalam 2-3 bulan ke depan. Termasuk usulan
preference yang perlu digunakan di akun social media politisi
tersebut. Ini beberapa contoh usulannya.
Pertama, bagi politisi yang sudah dikenal cukup luas, maka
untuk meningkatkan digital preference-nya perlu membuat
postingan yang terkesan “natural” dan menampilkan “sisi
lain” dari keseharian politisi tersebut. Ini akan menarik minat
netizen untuk mengetahui aspek humanis dari politisi
tersebut.
33
Kedua, bagi politisi yang belum dikenal luas, maka perlu
melakukan kunjungan dan berfoto bersama dengan para
tokoh nasional yang sangat disukai dan dikagumi oleh netizen
yang merupakan calon pemilih politisi tersebut. Politisi akan
naik level kesukaannya dikarenakan terangkat dari level
kesukaan calon pemilih terhadap tokoh nasional tersebut.
Ketiga, politisi perlu membuat postingan yang terkait dengan
“gerakan sosial” yang ada di masyarakat. Baik itu
berhubungan langsung dengan gerakan yang telah dipelopori
oleh komunitas lokal yang ada, maupun pembentukan
komunitas baru yang memiliki program sosial yang disukai di
daerah pemilihan tersebut.
Keempat, politisi juga perlu membuat postingan terkait
“behind the scene” dari bentuk publisitas resmi yang telah
diluncurkan. Apakah terkait dengan video visi-misi,
pemberitaan yang sempat viral, atau aksi-aksi yang diliput
oleh media lokal dan nasional. Karena pada dasarnya netizen
suka “kepo” dengan apapun yang dibalik sebuah peristiwa
yang terpublikasi secara luas.
Kelima, politisi perlu mengumpulkan dukungan netizen lokal
yang sudah mulai muncul di social media. Dukungan tersebut
dikemas ulang untuk kemudian diposting di akun official
politisi. Ini akan berefek positif baik pendukungnya maupun
pertemanan pendukungnya. Makin banyak, makin baik.
34
Keenam, kami juga mengusulkan kepada politisi untuk
mempertimbangkan channel social media selain facebook
dan instagram untuk meraih simpati dan kesukaan yang lebih
luas. Untuk beberapa politisi dengan jargon-jargon yang
bersifat emosional dan menyenangkan, maka kami
mengusulkan untuk penggunaan channel social media yang
sesuai, misalkan TikTok. Hahaha
Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan … Nanti akan dibeberkan
setelah pesta demokrasi #pilkada2020 berakhir. Untuk saat ini
biarlah menjadi rahasia dapur Katapedia. Hehehe
35
[Gambar-6]
Nasril Bahar adalah politisi yang berhasil
memanfaatkan preferensi pemilih capres tertentu
dan partai tertentu untuk memilih beliau. Aktifitas
sosial di lapangan selalu disosialisasikan dengan
menyertakan 2 preferensi tersebut 36
Digital Commitment
Tahapan terakhir dari 7-steps-of-political-marketing adalah
ELEKTABILITAS. Ada 2 langkah penting yang perlu ditempuh di
tahapan ini: Commitment & Action. Commitment yang
dimaksud adalah bentuk kegiatan dari calon pemilih yang
telah menentukan pilihannya kepada politisi tertentu.
Langkah ini akan berjalan mulus apabila 5 langkah
sebelumnya, yang telah dibahas di tulisan sebelumnya,
berjalan secara baik sesuai dengan targetnya.
Calon pemilih yang telah menentukan pilihannya dapat
dikonversikan menjadi Relawan Digital. Relawan ini
dikumpulkan secara bertahap dari netizen yang secara positif
dan aktif memberikan respon terhadap setiap postingan di
akun social media politisi. Bahkan mereka ikut membantu
mem-viral-kan postingan tersebut.
Relawan yang telah terbentuk dan terseleksi dengan baik
haruslah diberdayakan menjadi promoter bagi politisi di
social media. Strategi ini dikenal sebagai words-of–mouth
marketing. Strategi ini sangat penting dijalankan karena
memiliki keunggulan yang luar biasa, terutama bila
dijalankan melalui jalur social media.
Step#6 Digital Political Marketing
37
Tingkat keberhasilan words-of-mouth sangat tinggi, sekitar
67-93% berdasarkan hasil studi. Siapa lagi yang testimoninya
bisa dipercaya selain keluarga dan teman yang memang kita
percayai?
Pertanyaan sekarang, bagaimana words-of-mouth
marketing dijalankan di social media untuk kepentingan
politik? Berikut ini tahapannya.
Pertama, politisi yang merupakan “produk” yang akan di-
viral-kan haruslah memiliki tingkat kepopuleran yang cukup
tinggi dan sangat disukai oleh netizen lokal.
Proses ini ditempuh dengan menjalankan 5 langkah strategi
digital political marketing yang merupakan tahapan
peningkatan popularitas dan likeabilitas. Netizen lokal yang
simpati dikumpulkan secara bertahap selama proses ini
berlangsung.
Kedua, netizen lokal yang memiliki tingkat kesukaan yang
sangat tinggi terhadap politisi dihubungi secara personal
untuk kemudian diminta kesediaannya menjadi promotor
bagi politisi tersebut. Yang benar-benar bersedia akan
digabungkan dalam group whatsapp khusus. Seleksi yang baik
akan menemukan relawan yang berdaya dan militan.
38
Ketiga, siapkan konten yang memiliki elemen CEF (cool, easy,
fun). Cara menyiapkannya sudah dibahas di tulisan
sebelumnya tentang Digital Engagement (Step#4 Digital
Political Marketing). Konten ini diposting di semua akun-akun
official politisi.
Keempat, share link konten tersebut di group whatsapp para
relawan dan mintalah mereka melakukan re-share di semua
akun social media yang mereka punya.
Saat melakukan re-share, mintalah mereka untuk
memberikan caption yang natural dan kreatif, yang
mengesankan kesukaan mereka secara alami dan unik
terhadap politisi tersebut.
Kelima, hargailah usaha para relawan tersebut.
Berikan rewards yang memang menarik buat mereka. Tidak
harus dalam bentuk uang, bisa dalam konversi yang lain.
Bahkan hanya sekedar dapat undangan khusus dalam acara
kampanye di lapangan saja itu sudah menjadi rewards yang
luar biasa. Apalagi bila sampai makan dan foto bersama.
Impact-nya akan sangat signifikan bagi militansi para relawan
digital tersebut.
39
Sesekali, tampilkan para relawan di akun official politisi. Ini
juga bentuk rewards yang bagus. Para relawan akan dengan
senang hati untuk mem-viral-kan postingan tersebut di
pertemanan online-nya masing-masing.
Arahkan juga agar setiap kelompok relawan untuk
membentuk komunitas khusus yang memberikan dukungan
kepada politisi melalui postingan di akun official komunitas
mereka. Semakin banyak komunitas yang mendukung politisi
akan semakin baik. Baik dukungan secara offline maupun
online.
Dukungan kepada politisi sangat perlu didapatkan dari
berbagai komunitas yang sudah terbentuk sebelumnya.
Komunitas seperti ini sudah memiliki anggotanya yang cukup
militan. Pastikan prosesnya dijalankan secara bertahap, bukan
instan. Tidak ada komunitas yang menyukai hubungan instan
dengan politisi. Tidak ada yang suka “dimanfaatkan” oleh
politisi. Harus saling memberikan manfaat.
Komunitas yang telah bersedia mendukung politisi, pada
tahap ini, haruslah didorong untuk mendeklarasikan
dukungan sebagai bentuk komitmen mereka kepada politisi
tersebut. Deklarasi ini kemudian disebarluaskan melalui
semua jalur social media dan online news yang dimiliki
dan/atau telah bekerjasama dengan politisi tersebut.
40
Semakin banyak komunitas, baik offline maupun online, yang
mendeklarasikan dukungan politisi tersebut, maka tingkat
elektabilitas politisi tersebut bisa menanjak secara signifikan.
Terutama untuk komunitas-komunitas yang memang memiliki
daya pengaruh (influencers) yang kuat.
Hal yang sama juga berlaku untuk pribadi-pribadi yang punya
pengaruh kuat di social media. Mereka dikenal sebagai Key
Opinion Leaders. Dukungan mereka sangat berarti. Dapatkan
sebanyak mungkin.
Dukungan netizen lokal, komunitas lokal, dan key-opinion-
leaders lokal punya efek yang besar untuk meyakinkan calon
pemilih yang masih ragu dalam menentukan pilihannya.
Minimal ciptakan kesan bahwa politisi tersebut punya
peluang sangat besar untuk menang, dan hampir pasti
menjadi pemenang. Hanya masalah waktu saja. Dengan
begitu, calon pemilih ragu (undecided voters) akan memilih
politisi yang dianggap layak jadi pemenang.
Calon pemilih suka bila pilihannya menang. Ada perasaan
‘menang’ juga di hatinya. Bahagiakanlah calon pemilih
dengan perasaan itu.
Salam.
41
[Gambar-7]
Foto terlampir adalah deklarasi komunitas relawan
digital politisi tertentu kepada politisi yang lain.
Efeknya cukup signifikan
42
Digital Action
Ini langkah terakhir. Langkah paling penting. Langkah penentu
kemenangan. Hasil dari langkah ini wajib dimonitor secara
ketat.
Pastikan seluruh target pemenangan secara online bisa
tercapai di langkah ini. Apa saja target pemenangan secara
online?
Pertama, wajib menang dalam hal jumlah pembicaraan di
social media. Kedua, wajib menang dalam hal jumlah
followers akun official social media. Ketiga, wajib menang
dalam hal tingkat engagement semua postingan sebulan
terakhir di akun official social media.
Menang di social media adalah refleksi kemenangan di bilik
suara. Itu postulat saya, sejak 2012.
Bagaimana semua target itu dicapai pada langkah terakhir
ini? Pada langkah ini sudah saatnya melakukan “hard selling”
untuk memilih politisi. Sesuai namanya, maka harus fokus
dengan banyak “action”. Berikut ini beberapa “digital action”
yang pernah kami lakukan pada klien-klien politisi
sebelumnya.
Step#7 Digital Political Marketing
43
1 – Posting ulang semua konten yang pernah dibuat sejak
awal membangun langkah #1 (digital exposure) sampai
dengan langkah #6 (digital commitment). Netizen perlu di-
refresh kembali memorinya dengan postingan lama yang
membuat mereka tertarik dan siap mendukung politisi.
2 – Create berbagai jenis konten bertema ajakan untuk
memilih politisi dan cara menyoblos surat suara yang benar.
Konten dibuat semenarik dan sesederhana mungkin. Dibuat
sangat mudah difahami bagi tingkat pendidikan yang paling
rendah sekali, bahkan bagi yang masih buta huruf.
3 – Create berbagai konten bertema ajakan untuk tidak
golput, berpartisipasi aktif dalam pesta demokrasi, dan
menolak money politics. Konten dibuat dengan narasi yang
menggugah hingga menimbulkan keinginan dari netizen
untuk berpartisipasi lebih aktif menyebarluaskan konten-
konten inspiratif tersebut.
4 – Aktifkan secara maksimal tim Relawan Digital untuk mulai
membuat berbagai konten sendiri, Users Generated Content
(UGC). Timses politisi harus secara aktif bertemu,
berkoordinasi, dan memberikan arahan bagi para relawan
tersebut untuk menghasilkan konten-konten yang cukup baik.
Minimal konten tersebut disukai oleh di masing-masing
pertemanan social media relawan tersebut.
44
5 – Memaksimalkan peran News Online lokal dan nasional
untuk pembentukan opini massa. Diperlukan kerjasama yang
intensif antara tim sukses (campaign manager) politisi dengan
para wartawan news online untuk menghasilkan pemberitaan
yang sesuai dengan target menaikkan elektabilitas politisi.
6 – Memaksimalkan peran influencers untuk penyebaran
konten yang semakin meluas. Tiap influencers memiliki peran
yang besar untuk membentuk opini para followersnya.
Persepsi yang dibangun haruslah sudah sesuai dengan target
yang diharapkan. Kinerja influencers perlu diukur untuk
mengetahui tingkat kontribusi mereka secara online.
7 – Memenangkan semua polling online yang memiliki daya
pengaruh yang kuat terhadapa netizen lokal. Menangkan
polling dari akun social media dengan jumlah followers yang
cukup signifikan. Dan setiap kemenangan menjadi konten
baru untuk disebarluaskan di semua channel social media
yang telah bekerjasama dengan politisi.
Juga termasuk memberitakan kemenangan polling tersebut di
semua news online lokal dan nasional yang menjadi mitra
kerja politisi tersebut.
45
8 – Memaksimalkan peran Alat Peraga Kampanye (APK). APK
terbesar dipasang pada saat langkah ini dijalankan. Difoto dan
disebarluaskan di semua channel social media yang
bekerjasama dengan politisi. Nuansa keramaian di lapangan
(offline) harus tergambarkan secara luas dan massif di ranah
social media.
9 – Menyiapkan konten yang memiliki kualitas premium
sebagai alat kampanye yang powerfull. Bisa dalam bentuk
video musikal yang menarik. Konten terbaik ini di-viral-kan
baik secara organik maupun berbayar.
10 – Menyiapkan tim Comment Warriors untuk melakukan
pembelaan terhadap semua respon negatif dari pihak lawan.
Termasuk untuk memaksimalkan jumlah pembicaraan terkait
politisi pilihan di semua channel social media dan bagian
komentar dari semua news online pilihan.
11 – Menyiapkan konten-konten yang diambil dari proses
Kampanye Akbar. Politisi diarahkan agar memiliki gesture
dan gaya seorang pemenang. Nuansa kemenangan harus
dihidupkan dalam setiap foto dan video yang diambil dari
momen kampanye tersebut. Konten dikemas ulang sehingga
menimbulkan “aura kemenangan” bagi siapapun yang
melihat konten-konten tersebut. Para fotographer dan
videographer perlu diturunkan ke lapangan sebanyak-
banyaknya untuk mendapatkan pilihan konten yang beragam
dan sangat berkualitas. 46
12 – Menjalankan “Strategi Perang Gerilya di Social Media”
untuk proses demarketing terhadap lawan politisi. Proses ini
merupakan proses yang sangat berbeda dengan strategi
“Digital Political Marketing”. Bila dalam #politicalmarketing
ada 3 tahapan besar, maka dalam #peranggerilya ada 4
tahapan besar. Detil tentang strategi ini tidak dapat dijelaskan
di tulisan ini, tapi harus dalam ebook tersendiri.
13 – Menyiapkan tim relawan untuk menjaga suara di tiap
TPS. Menjadi penting sejak awal perlu diketahui domisili dari
setiap relawan digital sehingga pada saatnya tiba mereka bisa
diberdayakan untuk menjadi tim saksi yang bertugas menjaga
suara politisi di tiap TPS pada hari pencoblosan. Perlu
disiapkan aplikasi mobile yang memungkin semua hasil
perolehan suara dari semua paslon bisa tampil secara
realtime di rumah pemenangan politisi.
Ok, saya cukupkan sampai disini pembahasan terakhir
tentang “7 Steps of Digital Political Marketing”. Semoga bisa
bermanfaat bagi tim pemenangan di #pilkada2020. Tentu
pelaksanaannya di lapangan akan mengalami banyak
modifikasi, mengingat sifat dunia politik yang sangat dinamis.
Terima kasih telah membaca seluruh tulisan di ebook ini
sampai akhir. Sukses untuk kita semua. Salam.
47
Penutup
Saya secara pribadi sangat berterima kasih kepada Anda yang
bersedia meluangkan waktu untuk membaca ebook
sederhana ini sampai selesai.
Saya sadar, banyak kekurangan dalam penulisannya. Mohon
dimaklumi, saya bukan penulis, tapi seorang konsultan yang
punya minat sangat kuat untuk memenangkan klien-kliennya
dalam pertarungan apapun yang melibatkan dunia digital dan
social media. Di situ passion dan kebahagian saya.
Kelak, saya akan menulis ebook berikutnya tentang “Strategi
Perang Gerilya di Social Media”. Ada 4 tema besar, yakni:
1. Perang Gerilya adalah Perang Semesta
2. Perang Gerilya adalah Perang Ideologi
3. Perang Gerilya adalah Perang si Kecil Melawan si Besar
4. Pembentukan Tentara Perang Gerilya
Semuanya sudah saya jalankan saat menjadi Konsultan
Pemenangan Digital di Tim Anies-Sandi (Pilgub DKI Jakarta
2017) dan sebagian di Tim Eramas (Pilgub Sumut 2018).
Mohon doanya agar saya diberi kemudahan oleh-Nya.
Salam, Deddy Rahman. Founder Katapedia.id
48
“
Kemenangan di Social Media
adalah Refleksi Kemenangan
di Bilik Suara.
Deddy Rahman
“
49

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Proposal sosmedpol u publik by polmantic
Proposal sosmedpol u publik by polmanticProposal sosmedpol u publik by polmantic
Proposal sosmedpol u publik by polmanticPolmantic
 
Proposal pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024
Proposal  pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024Proposal  pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024
Proposal pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024Polmantic
 
Rencana kampanye politik sharing
Rencana kampanye politik sharingRencana kampanye politik sharing
Rencana kampanye politik sharingmuhammad hamdi
 
Indonesia Political Digital Landscape 2023
Indonesia Political Digital Landscape 2023Indonesia Political Digital Landscape 2023
Indonesia Political Digital Landscape 2023Deddy Rahman
 
Peta Politik Kota Serang 2021
Peta Politik Kota Serang 2021Peta Politik Kota Serang 2021
Peta Politik Kota Serang 2021Deddy Rahman
 
Presentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev iiPresentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev iiM Ungang
 
Satu Jari Indonesia
Satu Jari IndonesiaSatu Jari Indonesia
Satu Jari IndonesiaDeddy Rahman
 
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-SandiDeddy Rahman
 
Psi strategi sosialisasi
Psi strategi sosialisasiPsi strategi sosialisasi
Psi strategi sosialisasiGSaroso PSid
 
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIH
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIHPRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIH
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIHPolmantic
 
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network Process
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network ProcessStrategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network Process
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network ProcessMat Sahudi
 
Pendampingan_Pemilukada.ppt
Pendampingan_Pemilukada.pptPendampingan_Pemilukada.ppt
Pendampingan_Pemilukada.pptMansurSPahude1
 
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"Giant Hermanto
 
Influence of Social Media and Mainstream Media in Indonesia
Influence of Social Media and Mainstream Media in IndonesiaInfluence of Social Media and Mainstream Media in Indonesia
Influence of Social Media and Mainstream Media in IndonesiaIsmail Fahmi
 
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada Polmantic
 
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptx
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptxmemenangkan pemilu dengan political marketing.pptx
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptxashrafkhairulAzam
 
Psi bedah dapil saiful mujani
Psi bedah dapil   saiful mujaniPsi bedah dapil   saiful mujani
Psi bedah dapil saiful mujaniGSaroso PSid
 

Was ist angesagt? (20)

Proposal sosmedpol u publik by polmantic
Proposal sosmedpol u publik by polmanticProposal sosmedpol u publik by polmantic
Proposal sosmedpol u publik by polmantic
 
Proposal pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024
Proposal  pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024Proposal  pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024
Proposal pemetaan PEMILU 2019 untuk persiapan PEMILU 2024
 
Rencana kampanye politik sharing
Rencana kampanye politik sharingRencana kampanye politik sharing
Rencana kampanye politik sharing
 
Indonesia Political Digital Landscape 2023
Indonesia Political Digital Landscape 2023Indonesia Political Digital Landscape 2023
Indonesia Political Digital Landscape 2023
 
Peta Politik Kota Serang 2021
Peta Politik Kota Serang 2021Peta Politik Kota Serang 2021
Peta Politik Kota Serang 2021
 
Presentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev iiPresentation bapilu pks ntb rev ii
Presentation bapilu pks ntb rev ii
 
Satu Jari Indonesia
Satu Jari IndonesiaSatu Jari Indonesia
Satu Jari Indonesia
 
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi
[SKRIPSI] Manajemen Kampanye Politik Anies-Sandi
 
Psi strategi sosialisasi
Psi strategi sosialisasiPsi strategi sosialisasi
Psi strategi sosialisasi
 
Sosok pilihan
Sosok pilihanSosok pilihan
Sosok pilihan
 
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIH
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIHPRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIH
PRESENTASI AMDAP DPT PEMILU 2019 - MANAJEMEN DATA PEMILIH
 
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network Process
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network ProcessStrategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network Process
Strategi memenangkan pemilu dan pemilukada dengan Analytic Network Process
 
Paket proposal caleg
Paket proposal calegPaket proposal caleg
Paket proposal caleg
 
Pendampingan_Pemilukada.ppt
Pendampingan_Pemilukada.pptPendampingan_Pemilukada.ppt
Pendampingan_Pemilukada.ppt
 
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"
Strategi Pencitraan "Personal Branding Concept of Indonesia Political"
 
Influence of Social Media and Mainstream Media in Indonesia
Influence of Social Media and Mainstream Media in IndonesiaInfluence of Social Media and Mainstream Media in Indonesia
Influence of Social Media and Mainstream Media in Indonesia
 
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada
Proposal petasuara - strategi pemenangan pilkada
 
PSI Pembekalan
PSI PembekalanPSI Pembekalan
PSI Pembekalan
 
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptx
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptxmemenangkan pemilu dengan political marketing.pptx
memenangkan pemilu dengan political marketing.pptx
 
Psi bedah dapil saiful mujani
Psi bedah dapil   saiful mujaniPsi bedah dapil   saiful mujani
Psi bedah dapil saiful mujani
 

Ähnlich wie 7 Steps of Digital Political Marketing

Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...
Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...
Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...Kanaidi ken
 
Focus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAFocus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAbumnbersatu
 
Research and online brand monitoring_Strategic Brand Communications
Research and online brand monitoring_Strategic Brand CommunicationsResearch and online brand monitoring_Strategic Brand Communications
Research and online brand monitoring_Strategic Brand CommunicationsJudhie Setiawan
 
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media Sosial
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media SosialMerekalkulasi ROI Korporasi di Media Sosial
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media SosialGoutama Bachtiar
 
Digital marketing, sesi 9
Digital marketing, sesi 9Digital marketing, sesi 9
Digital marketing, sesi 9Judhie Setiawan
 
016 eight a smile
016 eight a smile016 eight a smile
016 eight a smileAdWar15
 
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal communication
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal  communicationMengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal  communication
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal communicationAchmadSyauqi9
 
Brief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingBrief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingprimahendra
 
Laporan program media
Laporan program mediaLaporan program media
Laporan program mediamistertipr
 
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PR
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PRMarcomm Strategy Exercise for Smithson PR
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PRTaufik M. Aditama
 
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingAMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingLhalNhiez1
 
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic Design
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic DesignProses Perancangan - Buku Computer Graphic Design
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic DesignHendi Hendratman
 
Lamp4 strategi social-marketing
Lamp4 strategi social-marketingLamp4 strategi social-marketing
Lamp4 strategi social-marketingAndi Cungkring
 
Customer Service Sosial Media
Customer Service Sosial MediaCustomer Service Sosial Media
Customer Service Sosial MediaFeriza Putra
 
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdfVinaViani1
 
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019Firdaus Mego
 

Ähnlich wie 7 Steps of Digital Political Marketing (20)

Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...
Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...
Bab 8_ Buku "STRATEGI DIGITAL MARKETING" (oleh : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., ...
 
Kampanye PR
Kampanye PRKampanye PR
Kampanye PR
 
Focus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAFocus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIA
 
Research and online brand monitoring_Strategic Brand Communications
Research and online brand monitoring_Strategic Brand CommunicationsResearch and online brand monitoring_Strategic Brand Communications
Research and online brand monitoring_Strategic Brand Communications
 
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media Sosial
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media SosialMerekalkulasi ROI Korporasi di Media Sosial
Merekalkulasi ROI Korporasi di Media Sosial
 
Digital marketing, sesi 9
Digital marketing, sesi 9Digital marketing, sesi 9
Digital marketing, sesi 9
 
016 eight a smile
016 eight a smile016 eight a smile
016 eight a smile
 
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal communication
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal  communicationMengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal  communication
Mengembangkan Bisnis Via Sosmed. Is not all ‘non-personal communication
 
Brief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketingBrief Note-22-2016-social marketing
Brief Note-22-2016-social marketing
 
kampanye politik.pptx
kampanye politik.pptxkampanye politik.pptx
kampanye politik.pptx
 
Laporan program media
Laporan program mediaLaporan program media
Laporan program media
 
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PR
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PRMarcomm Strategy Exercise for Smithson PR
Marcomm Strategy Exercise for Smithson PR
 
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketingAMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
AMSI-Modul-Pelatihan-Daring -digital-marketing
 
Ppt e marketing
Ppt e marketingPpt e marketing
Ppt e marketing
 
Strategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan calegStrategi pemenangan caleg
Strategi pemenangan caleg
 
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic Design
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic DesignProses Perancangan - Buku Computer Graphic Design
Proses Perancangan - Buku Computer Graphic Design
 
Lamp4 strategi social-marketing
Lamp4 strategi social-marketingLamp4 strategi social-marketing
Lamp4 strategi social-marketing
 
Customer Service Sosial Media
Customer Service Sosial MediaCustomer Service Sosial Media
Customer Service Sosial Media
 
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf
[eBook] First Journey To Be A Digital Marketer-Vokraf-LevelUp.pdf
 
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019
Manajemen Pemasaran - Tren Perilaku Konsumen 2019
 

Mehr von Deddy Rahman

Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018
Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018
Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018Deddy Rahman
 
Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Deddy Rahman
 
Perang Gerilya dalam BISNIS
Perang Gerilya dalam BISNISPerang Gerilya dalam BISNIS
Perang Gerilya dalam BISNISDeddy Rahman
 
How to Bulid A Startup using Business Model Canvas
How to Bulid A Startup using Business Model CanvasHow to Bulid A Startup using Business Model Canvas
How to Bulid A Startup using Business Model CanvasDeddy Rahman
 
Panen.id: Mobile Farming Marketplace
Panen.id: Mobile Farming MarketplacePanen.id: Mobile Farming Marketplace
Panen.id: Mobile Farming MarketplaceDeddy Rahman
 
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjid
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjidSurvey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjid
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjidDeddy Rahman
 
MASJEED, Social Media berbasis Masjid
MASJEED, Social Media berbasis MasjidMASJEED, Social Media berbasis Masjid
MASJEED, Social Media berbasis MasjidDeddy Rahman
 
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring tool
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring toolKATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring tool
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring toolDeddy Rahman
 
ITB coworking space
ITB coworking spaceITB coworking space
ITB coworking spaceDeddy Rahman
 
Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Deddy Rahman
 
KawalPendidikan.org
KawalPendidikan.orgKawalPendidikan.org
KawalPendidikan.orgDeddy Rahman
 
Masjeed, Social Network berbasis Masjid
Masjeed, Social Network berbasis MasjidMasjeed, Social Network berbasis Masjid
Masjeed, Social Network berbasis MasjidDeddy Rahman
 
4 steps to making innovation happen
4 steps to making innovation happen4 steps to making innovation happen
4 steps to making innovation happenDeddy Rahman
 
Kewirausahaan dan inovasi
Kewirausahaan dan inovasiKewirausahaan dan inovasi
Kewirausahaan dan inovasiDeddy Rahman
 
Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Deddy Rahman
 
Integrated & Sustainable Agrocluster
Integrated & Sustainable AgroclusterIntegrated & Sustainable Agrocluster
Integrated & Sustainable AgroclusterDeddy Rahman
 
Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Deddy Rahman
 
Manfaat online monitoring untuk business anda
Manfaat online monitoring untuk business andaManfaat online monitoring untuk business anda
Manfaat online monitoring untuk business andaDeddy Rahman
 

Mehr von Deddy Rahman (19)

Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018
Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018
Indonesia Political Digital Landscape - Agustus 2018
 
Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015
 
Perang Gerilya dalam BISNIS
Perang Gerilya dalam BISNISPerang Gerilya dalam BISNIS
Perang Gerilya dalam BISNIS
 
How to Bulid A Startup using Business Model Canvas
How to Bulid A Startup using Business Model CanvasHow to Bulid A Startup using Business Model Canvas
How to Bulid A Startup using Business Model Canvas
 
Panen.id: Mobile Farming Marketplace
Panen.id: Mobile Farming MarketplacePanen.id: Mobile Farming Marketplace
Panen.id: Mobile Farming Marketplace
 
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjid
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjidSurvey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjid
Survey kebutuhan aplikasi jejaring muslim berbasis masjid
 
Maraga app
Maraga appMaraga app
Maraga app
 
MASJEED, Social Media berbasis Masjid
MASJEED, Social Media berbasis MasjidMASJEED, Social Media berbasis Masjid
MASJEED, Social Media berbasis Masjid
 
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring tool
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring toolKATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring tool
KATAPEDIA, Indonesia Social Media Monitoring tool
 
ITB coworking space
ITB coworking spaceITB coworking space
ITB coworking space
 
Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015Katapedia profile 2015
Katapedia profile 2015
 
KawalPendidikan.org
KawalPendidikan.orgKawalPendidikan.org
KawalPendidikan.org
 
Masjeed, Social Network berbasis Masjid
Masjeed, Social Network berbasis MasjidMasjeed, Social Network berbasis Masjid
Masjeed, Social Network berbasis Masjid
 
4 steps to making innovation happen
4 steps to making innovation happen4 steps to making innovation happen
4 steps to making innovation happen
 
Kewirausahaan dan inovasi
Kewirausahaan dan inovasiKewirausahaan dan inovasi
Kewirausahaan dan inovasi
 
Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015
 
Integrated & Sustainable Agrocluster
Integrated & Sustainable AgroclusterIntegrated & Sustainable Agrocluster
Integrated & Sustainable Agrocluster
 
Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015Katapedia Profile 2015
Katapedia Profile 2015
 
Manfaat online monitoring untuk business anda
Manfaat online monitoring untuk business andaManfaat online monitoring untuk business anda
Manfaat online monitoring untuk business anda
 

7 Steps of Digital Political Marketing

  • 1. 7 Steps of Digital Political Marketing DEDDY RAHMAN Founder Katapedia.id
  • 2. Table of Contents Digital Political Marketing [Sebuah Pengantar] Digital Exposure [Step#1 Digital Political Marketing] Digital Awareness [Step#2 Digital Political Marketing] Digital Expectancy [Step#3 Digital Political Marketing] Digital Engagement [Step#4 Digital Political Marketing] Digital Preference [Step#5 Digital Political Marketing] Digital Commitment [Step#6 Digital Political Marketing] Digital Action [Step#7 Digital Political Marketing] Penutup 2
  • 3. Digital Political Marketing Saat tergabung di Tim Digital Anies-Sandi, terus-terang saya belum belajar tentang konsep 7-Steps-of-Political- Marketing yang terkenal itu. Bahkan saya tidak tahu siapa penemunya. Konsep 7-Steps-of-Political-Marketing baru saya terapkan untuk klien-klien politisi saya yang ikut menjadi calon legislatif di #pileg2019. Dan penerapannya saya lakukan dengan menggunakan Facebook, Instagram, Whatsapp, dan berita online lokal. Bahkan saya membuatkan dokumen khusus buat semua Tim Digital Marketing yang membantu saya menghandle para politisi: Panduan Postingan Akun Official Calon Legislatif 2019. Terdiri 39 slide presentasi, digunakan sebagai “kitab suci” dalam proses memenangkan para politisi di social media. Dokumen tersebut berdasarkan konsep 7-Steps-of-Political- Marketing yang dikonversikan ke social media. Ke-7 langkah tersebut dikelompokkan dalam 3 tahapan penting, yakni: Popularitas, Likeabilitas, dan Elektabilitas. Mari kita telaah sekilas tiap tahapan dan langkah-langkahnya. SEBUAH PENGANTAR 3
  • 4. Tahap Pertama, POPULARITAS. Ini langkah awal. Ada 2 langkah penting ditahap ini: Exposure dan Awareness. Tanpa langkah ini, maka tak akan ada langkah-langkah berikutnya. Jangan mimpi bakal terpilih. Langkah pertama, Exposure, tujuannya mendapatkan publisitas yang sebesar-besarnya. Makin ter-expose, makin baik. Untuk proses digital marketing, maka expose dilakukan dengan menggunakan 2 cara: Organic dan Paid. Organic berarti kami membangun tim buzzers, dan bekerjasama dengan influencers yang followers-nya ada di wilayah calon pemilih klien kami. Paid berarti kami beriklan di Facebook & Instagram. Dengan target netizen di daerah pemilihan (dapil) calon pemilih politisi tersebut. Tentu harus dibuat target yang terukur dalam melakukan exposure secara digital. Budget iklan wajib disiapkan. Langkah kedua, Awareness. Saya sebut sebagai “sadar- politisi”. Ini proses memperkenalkan politisi ke netizen yang berada di daerah pemilihan (dapil) -nya. Proses pengenalannya tergantung hasil riset di dapil tersebut. Ada 2 pendekatan penting untuk pengenalan politisi. Yang pertama untuk pemilih rasional, dan yang kedua untuk pemilih emosional. 4
  • 5. Tahap Kedua, LIKEABILITAS. Bagaimana caranya agar politisi tersebut disukai. Tentu setelah terkenal lebih dulu di tahapan sebelumnya. Untuk tahap ini, butuh 3 langkah: Expectancy, Engagement, dan Preference. Langkah ketiga, Expectancy. Ini proses untuk membuat netizen di dapil-nya mempunyai harapan tertentu terhadap politisi tersebut. Kami harus menciptakan “harapan” tersebut. Proses ini akan berbeda sekali penanganannya untuk Politisi-Petahana (yang sudah pernah menjadi anggota legislatif di periode sebelumnya) dengan Politisi-Pemula (yang belum pernah menjabat sebelumnya). Langkah keempat, Engagement, keterikatan. Di langkah ini, akun official politisi perlu secara intensif berinteraksi dengan netizen di dapil-nya. Dan tentu saja, proses ini juga harus sinkron dengan proses interaksi politisi dengan calon pemilihnya saat ada di lapangan selama proses sosialisasi darat (kampanye offline) berlangsung. Engagement bisa dibangun secara emosional maupun rasional. Tergantung hasil riset. Berdasarkan pengalaman kami, engagement secara emosional jauh lebih kuat efeknya, karena ini dapat melahirkan netizen yang menjadi Relawan Digital yang tangguh. Kelak, jenis relawan ini akan sangat berguna dalam menentukan kemenangan akhir. 5
  • 6. Langkah kelima, Preference. Tujuannya untuk menyelaraskan antara apa yang menjadi faktor utama calon pemilih dalam menentukan pilihannya. Karena banyaknya pilhan politisi yang berputar di kepala calon pemilih, maka perlu diketahui, berdasarkan apa saja mereka memilih. Apakah karena kekuatan narasi dan kharisma politisi? Apakah karena partai yang menjadi kendaraan politisi? Setelah melewati 2 tahapan penting dengan 5 langkah yang wajib dihandle secara baik, maka masuk ke tahapan yang paling menentukan: ELEKTABILITAS. Di tahapan ini, ada 2 langkah sangat penting yang perlu dilakukan: Commitment dan Action. Langkah keenam, Commitment. Bila semua langkah sebelumnya berjalan dengan baik, maka hasilnya akan sangat menentukan keberhasilan di langkah ini. Targetnya terbentuk sejumlah Relawan Digital yang siap untuk menyebarluaskan konten-konten yang sudah kami siapkan di semua jaringan socmed mereka: FB, IG, dan WA. Tentu Relawan Digital yang tercipta sudah berdasarkan proses seleksi yang panjang dan bertahap, agar militan dan bebas dari penyusup. 6
  • 7. Langkah ketujuh, Action. Bila konsep awalnya menyatakan langkah ini adalah memastikan calon pemilih memilih politisi kita, maka untuk ranah dunia digital bisa bergerak lebih jauh. Targetnya adalah agar seluruh Relawan Digital yang telah terbentuk di langkah sebelumnya bisa melakukan aktifitas Users Generated Content (UGC), yakni para Relawan Digital membuat konten sendiri di akun social medianya masing-masing. Terutama saat “masa tenang” sebelum hari pemilihan, ini adalah masa-sangat-tidak-tenang-nya di social media. Bikin berisik sebanyak mungkin. Pada langkah ini, tim pemenangan (campaign manager) mulai secara rutin melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan para relawan digital dalam hal memproduksi konten yang berkualitas. Kira-kira begitu sekilas tahapan dan langkah dalam mem- branding politisi di social media. Sesuai dengan subjudulnya, tentu tulisan ini hanya sebuah pengantar. Pada halaman- halaman berikutnya di ebook ini Anda menemukan pembahasan yang lebih detil dan bersifat aplikatif. Semua tahapan dan langkah diatas kami jalankan minimal selama 6 bulan. Tiap tahapan dijalankan selama minimal 2 bulan. Tidak ada yang instan. Bila mau menang, harus siap berinvestasi waktu dan dana. Itu hukum alam. Salam. 7
  • 8. [Gambar-1] Inilah bagan “7 Steps of Political Marketing” yang sudah lama menjadi pegangan para konsultan politik untuk mengelola branding seorang politisi atau sebuah partai politik. 8
  • 9. Digital Exposure Syarat pertama dipilih adalah dikenal. Walau sudah dikenal belum tentu dipilih. Urutannya: dikenal, disukai, dipilih. Popularitas, likeabilitas, elektabilitas. Simple, kan?! Ga juga sih. Hahaha Di tulisan sebelumnya telah disampaikan bahwa agar punya popularitas, butuh 2 langkah utama: Exposure dan Awarness. Tulisan ini membahas exposure. Tentang Awarness ada di tulisan berikutnya. Tujuan “exposure” adalah agar politisi memiliki publisitas sebesar-besarnya. Minimal lebih besar dari kompetitornya. Makin ter-expose semakin bagus. Apa Alat UKUR-nya? Kalau di ranah social media, saya menggunakan beberapa ukuran. Pertama, seberapa besar “audience” dan “audience growth” dari akun official politisi. Term “audience” ini terkait dengan jumlah “likes” pada FB Fanspage dan/atau jumlah “followers” pada channel akun sosial media lainnya seperti Instagram dan Twitter. Step#1 Digital Political Marketing 9
  • 10. Kedua, saya juga mengukur perolehan dari setiap postingan. Jumlah “likes/loves/views”, jumlah “comments”, dan jumlah akun yang “shares” postingan tersebut. Tidak hanya tiap postingan, tapi juga untuk periode postingan tertentu, misalkan untuk 100 postingan terakhir. Saya masukkan pembobotan dari setiap hasil postingan tersebut untuk mengukur popularitas online. Bobot terbesar untuk “shares”, menyusul “comments”, lalu “likes”. Terakhir diukur juga “reach” dari postingan tersebut. Untuk setiap ukuran di atas tentu dibandingkan dengan kinerja tim digital dari politisi lainnya (kompetitor). Dan saya memaksa tim saya untuk selalu meraih posisi teratas. Kecuali saya sedang menyiapkan strategi “kejutan” buat tim digital kompetitor. Hehehe. Ketiga, saya juga mengukur tingkat keterlibatan atau respon netizen terhadap setiap postingan akun official politisi. Ada “engagement/post” yang mengukur jumlah respon tiap postingan, termasuk mengukur “engagement rate”-nya. Dan bila memungkinkan, saya akan mengukur jumlah “mention” di beberapa channel social media yang bersifat publik. Engagement ini diperlukan untuk mengetahui behavior dari netizen lokal. Minat dari netizen lokal bisa dilihat disini. Postingan apa yang mereka sukai. Dan layak untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitas postingannya. 10
  • 11. Saat #pileg2019 kemarin, ditemukan fakta menarik. Untuk netizen yang berasal dari dapil Bengkulu sangat menyukai postingan terkait dengan konten-konten kuliner dan travelling. Sedangkan untuk netizen yang berada di dapil Sumut-3 sangat antusias bila postingan politisi-nya berisi konten terkait pemberantasan korupsi dan narkoba. Unikkan?! Apa KONTEN Terbaik? Bila belum memiliki data terkait konten apa saja yang menarik buat netizen lokal, maka bisa dilakukan berbagai jenis konten untuk tahap testing. Untuk perkenalan awal, sebaiknya gunakan konten dengan “Tema Humanis”. Yakni, terkait dengan hal-hal yang menarik minat manusia. Misalkan kuliner, fashion, beuty, travelling, budaya, olah raga, musik, kesenian, komunitas, keluarga, UMKM, potensi alam, keunikan lokal, dan banyak hal lainnya. Testing juga bisa dilakukan dengan mencoba berbagai design tampilan postingan yang sesuai “selera” dengan netizen lokal. Juga termasuk testing untuk pilihan kata yang paling pas dengan budaya setempat. Setelah dirasakan puas dengan hasil postingan testing sebelumnya, maka konten harus mulai mengenalkan politisi secara lebih intensif. 11
  • 12. Untuk pengenalannya, bisa dilakukan dengan 2 cara berbeda berdasarkan latar belakang politisi. Yakni, politisi lama (petahana) dan politisi baru (penantang). Keduanya perlu ditangani secara sangat berbeda. Untuk politisi-petahana, modal popularitasnya sudah ada. Sehingga yang diperlukan adalah menggali kembali apa yang menjadi “nilai jual” beliau di masa lalu. Sekaligus menggali informasi “hasil kerja” yang beliau lakukan selama memangku jabatan tertentu. Ini harus dikemas secara sangat baik untuk kemudian dipublikasikan secara massif di social media. Untuk politisi-penantang, proses branding harus ditangani lebih serius. Perlu ditemukan “value” yang signifikan sehingga layak untuk “dijual”. Segala informasi terkait politisi, latar belakang, prestasi, dan mimpi terkait masa depan dapilnya perlu dikemas dengan sangat baik dan terasa tulus. Bagaimana CARA Mempublikasikannya? Sederhananya, ada 2 cara, Organic dan Paid. Untuk yang organic, bisa dilakukan dengan berbagai hal, yakni: membangun website dan mengelola SEO-nya, membangun tim opini melalui puluhan blogs, membangun ratusan tim buzzer dengan followers netizen lokal, bekerjasama dengan influencers yang memiliki followers netizen lokal yang tinggi. Sedangkan untuk yang Paid, kita bisa menggunakan iklan di Facebook dan Instagram. 12
  • 13. Pembahasan terkait cara menjalankan metode Organic dan Paid ini bisa panjang sekali, bisa dibuat dalam beberapa tulisan. Saran saya, bisa cari artikel yang bersifat teknis untuk mempelajari lebih dalam terkait cara mempublikasikan konten di social media yang efisien dan efektif. Saya sendiri lebih fokus pada strateginya, urusan teknis saya serahkan pada para partner saya yang terdiri dari startup digital marketing yang dimotori para milenial. Mereka jauh lebih hebat dari saya. Saya suka bekerjasama dengan orang- orang hebat. Dan berharap dapat melahirkan pemimpin hebat di semua daerah yang saya bantu. Itu cita-cita saya membangun bisnis Katapedia. Semoga Allah ridho. Aamiin... 13
  • 14. [Gambar-2] Ini contoh politisi muda yang kami bantu menangkan di pemilihan anggota legislatif 2019 yang lalu. Semoga beliau amanah. Aamiin... 14
  • 15. Digital Awareness Langkah ini, berdasarkan pengalaman saya, adalah proses yang paling sulit dalam meningkatkan POPULARITAS politisi. Tujuan di tahapan ini adalah agar calon pemilih memiliki ingatan yang kuat terhadap politisi. Dan ingatan tersebut sudah sesuai dengan yang kami harapkan. Berbahaya kalau berbeda, kuatir nanti kontra produktif apalagi sampai melahirkan persepsi negatif. Walau dalam politik, persepsi negatif bisa diubah menjadi persepsi positif dalam sekejap. Ini bagian dari “the art of politics”. Tapi ini materi yang berbeda sama sekali. Butuh tulisan tersendiri. Saat #pileg2019 kemarin, saya menyebut Awareness dengan “sadar-politisi”. Bertujuan agar calon pemilih di dapil, terutama yang memiliki akun social media, memiliki kesadaran pada level tertentu terhadap politisi yang kami tangani. Apa sajakah level kesadaran yang kami harapkan? Ada 2 jenis level kesadaran. Pertama, level kesadaran yang mendalam (thick). Kedua, level kesadaran yang sederhana (thin). Kedua level awareness ini saya gunakan untuk jenis politisi yang berbeda. Step#2 Digital Political Marketing 15
  • 16. Untuk “Thick-Awareness“, saya gunakan bagi politisi yang memiliki konsep, visi-misi, dan program yang memang layak untuk diketahui calon pemilih. Politisi model ini biasanya sangat serius berniat untuk mengubah kondisi masyarakat dan wajah perpolitikan menuju kearah yang semakin baik. Mereka visioner. Tidak ingin tampil hanya sebagai politisi biasa, tapi yang juga mengedukasi pemilih. Tim saya harus banyak berdiskusi dengan politisi model ini agar memiliki pemahaman yang sama terhadap semua konsep dan program yang ingin disampaikan kepada netizen lokal. Berat memang, tapi menambah wawasan dan pengetahuan. Kami banyak tercerahkan dengan para politisi seperti ini. Untuk “Thin-Awareness“, biasanya saya gunakan untuk jenis politisi-petahana. Ini jenis politisi yang sudah punya modal popularitas yang cukup. Jadi hanya perlu diperbanyak proses awareness-nya untuk menanamkan beberapa atribut brand yang diperlukan di benak calon pemilih. Atribut brand yang perlu ditanamkan adalah nama, wajah, nomer urut, slogan, dan logo partai. Konten yang kami gunakan persis seperti konten untuk mempromosikan artis. Fokusnya kepada hal-hal yang bersifat emosional. Seperti kegantengan/kecantikan, kharismatik, kepedulian, perhatian, keberpihakan, responsif dengan isu terkini, dan banyak hal lain yang diharapkan bisa menyentuh hati calon pemilih. 16
  • 17. Baik politisi yang dipopulerkan dengan cara “Thick- Awareness” maupun “Thin-Awareness”, keduanya membutuhkan media lain yang lebih dipercaya untuk memperkenalkan “kehebatan” politisi tersebut. Contoh media lain yang dibutuhkan adalah testimoni dari pihak yang dianggap punya daya pengaruh terhadap netizen lokal. Bisa tokoh masyarakat ataupun tokoh di ranah social media atau Influencers. Berdasarkan pengalaman kami membangun popularitas para para politisi di beberapa pilkada dan pileg sejak tahun 2012, ada pertanyaan kritis yang perlu dijawab selama proses mengenalkan politisi dijalankan. Yakni, Mengapa Anda ingin menjadi Politisi? Mengapa Anda layak menjabatnya? Apa sebenarnya yang Anda cari? Sayangnya, pertanyaan ini tidak selalu keluar dari bibir calon pemilih. Tapi mata mereka yang memperlihatkan dan “menyuarakan” pertanyaan tersebut. Politisi tidak akan mengetahuinya bila tidak turun langsung dan merasakannya sendiri. Itu sebabnya saya memaksa para politisi yang kami tangani untuk sedini mungkin, sebanyak mungkin, bertemu langsung dengan calon pemilih mereka. Rajin turun ke lapangan. 17
  • 18. Dan politisi hebat adalah politisi yang mampu menjawabnya dengan sangat memuaskan, bahkan sebelum pertanyaan tersebut diungkapkan oleh calon pemilih. Ini efeknya kuat sekali. Calon pemilih akan menjadi pemilih yang fanatik dan tak tergoyahkan oleh money-politics. Itu sudah saya buktikan sendiri. Jadi, kalo ada politisi yang mengeluhkan money-politics, menurut saya, itu karena disebabkan oleh 2 hal. Pertama, karena beliau belum tahu caranya. Dan yang kedua, dia sakit hati karena tidak punya dana sebanyak kompetitornya. Ketiga, ini bonus, mungkin dia pelit-melilit. Hahaha becanda. Kelak saya akan uraikan apa saja yang diperlukan untuk mengatasi masalah money-politics yang kerap terjadi di pesta demokrasi kita. Namun, agar lebih kuat tulisan saya, saya akan terapkan dulu untuk semua klien saya di #pilkada2020. Semoga ini menjadi jalan untuk memperbaiki wajah demokrasi Indonesia ke depannya. Bismillah. 18
  • 19. [Gambar-3] Faisal adalah politisi-penantang yang baru terjun ke politik. Beliau membutuhkan banyak testimoni dari para tokoh yang dihormati oleh calon pemilihnya. Juga harus melakukan aktifitas yang memperjelas keberpihakan beliau. 19
  • 20. Digital Expectancy Sekarang kita memasuki tahap LIKEABILITY. Ini tahapan yang bertujuan agar politisi disukai oleh calon pemilihnya. Untuk bisa terkenal itu mudah. Tapi untuk bisa disukai, itu butuh proses tersendiri. Ada 3 langkah besar dalam proses ini. Expectancy, Engagement, dan Preference. Tulisan ini hanya akan berbicara tentang Expectancy, khususnya di ranah social media. Yang lainnya bisa dibaca pada tulisan berikutnya. “Expectancy” sesungguhnya berbicara tentang menciptakan harapan. Proses penciptaan harapan akan berbeda sama sekali antara politisi-lama dengan politisi-baru. Politisi-lama sebenarnya sudah memiliki modal awal untuk menciptakan harapan baru bagi calon pemilihnya. Ini keuntungan menjadi politisi-lama. Politisi-lama sudah memiliki gambaran / citra / image dipandangan masyarakat (calon pemilihnya). Ini bisa menjadi modal yang baik, bisa juga menjadi modal yang buruk, tergantung prilakunya di masa lalu sebagai pejabat publik. Step#3 Digital Political Marketing 20
  • 21. Politisi-baru biasanya belum punya modal awal untuk menciptakan harapan baru. Kecuali politisi-baru tersebut sudah memiliki image yang cukup kuat di masyarakat sebagai non-politisi yang berhasil. Misalkan sebagai arsitek kelas dunia, artis papan atas, selebgram, budayawan, tokoh nasional, dan banyak lagi. Modal image yang baik ini yang harus dimanfaatkan untuk menciptakan harapan baru bagi calon pemilihnya. Bagaimana Harapan Diciptakan? Saat #pileg2019 kemarin, kami melakukannya dengan 2 pendekatan untuk 2 kelompok politissi yang berbeda. Kelompok politisi-petahana, yang kami anggap sebagai politisi-lama, dan kelompok penantang-penantang yang kami anggap sebagai politisi-baru. Hasilnya juga menggembirakan, ada 2 politisi-petahana dan 2 politisi-penantang yang lolos ke parlemen. Info terbaru saya dapatkan bahwa, ternyata ada 1 politisi lagi yang bakal jadi anggota DPR RI, tidak tahun ini, karena statusnya PAW (Pergantian Antar Waktu) yang akan dilantik kemudian menggantikan anggota DPR RI yang saat ini menjabat. Jadi totalnya ada 5 #politisikatapedia yang berhasil lolos di #pileg2019 menjadi anggota dewan legislatif. Alhamdulillah. 21
  • 22. Balik ke pertanyaan awal, proses penciptaan harapan yang kami lakukan adalah dengan melakukan serangkaian proses penyampaian pesan (message) yang dirancang secara terstruktur, sistematis, dan berkesinambungan. Proses komunikasi ini disampaikan sebenarnya sejak awal sekali kami handle para politisi dan terus dipertahankan sampai hari pencoblosan, agar pesan (message) yang ingin disampaikan bisa terus dipastikan tetap melekat di benak calon pemilih. Mengingat yang jadi calon anggota legislatif ada ratusan pesaingnya. Proses komunikasi untuk menciptakan harapan melalui pesan yang disampaikan paling intens dilakukan pada langkah ketiga ini. Untuk politisi-petahana, kami banyak menggali informasi terkait dengan hasil kerja mereka selama menjabat. Semua informasi dikumpulkan dan dikemas ulang dalam berbagai bentuk, bisa infografis (ini yang paling baik), foto-foto, maupun video. Kontennya bisa berupa daftar bantuan yang telah direalisasikan kepada para konstituennya di dapil masing- masing. 22
  • 23. Semua “prestasi” selama menjadi anggota dewan dikupas habis dan dibuatkan infografisnya dengan berbagai sudut pandang. Dari jenis bantuan, jenis lokasi bantuan, jenis kelompok penerima bantuan, tahun penyaluran bantuan, dan berbagai sudut pandang lainnya. Angka-angka harus ditampilkan dengan jelas. Pesannya harus sangat jelas tersampaikan, bahwa “anggota dewan ini telah bekerja sangat keras, penuh semangat, dan tulus ikhlas dalam membantu meningkatkan taraf hidup orang-orang di wilayah pemilihannya”. Pesan ini tidak boleh diungkapkan dengan vulgar, biarkan pesan itu perlahan masuk ke benak calon pemilih dan menetap lama di sana sampai tibanya hari pencoblosan yang dinanti. Untuk politisi-penantang, prosesnya lebih berat, karena kami harus menggali informasi terkait banyak hal. Apa saja hal yang menarik pada diri politisi yang harus diangkat? Apa saja isu dan program yang menarik bagi calon pemilih di dapilnya? Bagaimana menghubungkan antara isu dan program yang menarik bagi calon pemilih, dengan hal-hal menarik dan prestasi-prestasi yang ada pada diri politisi, yang memperlihatkan bahwa politisi tersebut memang mampu dan mau untuk menjalankan program-program yang dijanjikannya. 23
  • 24. Khusus untuk mendapatkan isu dan program yang benar- benar diharapkan oleh calon pemilih, saya menyarankan kepada para politisi untuk terlebih dahulu melakukan sosialisasi minimal di 200 lokasi. Ini dijalankan selama 1-2 bulan saja. Gali informasi sebanyak-banyaknya dari calon pemilih. Biasanya calon pemilih cukup terbuka menerima politisi. Mereka juga cukup terbuka menyampaikan masalah-masalah kesehariannya yang dianggap kira-kira bisa dibantu oleh calon wakil mereka di parlemen nanti. Politisi belum perlu menjanjikan apapun sebelum yakin kelak memang bisa membantu bila memang terpilih. Bagi calon pemilih, suara mereka didengarkan saja sudah cukup senang. Mereka merasa dihargai. Terutama keluhan dari kalangan emak-emak. Rebutlah hati emak-emak. Insya Allah bisa menang. Dengan catatan, tanpa ada kecurangan dari lawan politiknya. Hehehe Salam. 24
  • 25. [Gambar-4] Dewi Coryati adalah politisi-petahana yang berhasil meyakinkan kembali pemilihnya. Harapan terhadap pendidikan anak Bengkulu dipercayakan kepada beliau kembali. Infografis kinerjanya menarik. 25
  • 26. Digital Engagement Ini tahapan paling penting dalam proses peningkatan LIKEABILITAS bagi politisi. Tahapan ini dijalankan bersamaan dengan 2 tahapan pendampingnya: Expectancy & Preference. Preference sendiri secara sederhana bisa dianggap sebagai acuan dasar dalam menyukai politisi. Apakah politisi tersebut disukai karena persamaan dalam pandangan politik dengan pemilihnya, atau memang karena politisi tersebut disukai karena faktor dirinya sendiri. Dalam #pileg2019 kemarin, faktor partai pendukung dan pilihan calon presiden menjadi sangat penting, sedangkan dalam #pilkada2020, faktor politisi itu sendiri yang menjadi penentu terbesar. Proses Engagament sendiri bisa difahami sebagai proses untuk membuat calon pemilih menjadi “merasa dekat” dengan politisi. Politisi menjadi bagian dari “suara hati” calon pemilih. Calon pemilih merasakan momen “gue banget” bila mendengar dan melihat info terkait politisi tersebut. Rasanya seperti ada “ikatan khusus” dengan politisi tersebut, walaupun belum pernah ketemu dan berbicara secara langsung sama sekali. Step#4 Digital Political Marketing 26
  • 27. Lalu, Bagaimana Membangun Engagement Secara Digital? Pertama, politisi harus menentukan siapa calon pemilih utamanya. Segmen pemilih cukup banyak dan luas. Berbasis usia, gender, lokasi, suku, agama, pandangan politik, keberpihakan isu terkini, minat yang beragam, dan banyak bidang lainnya. Pilihlah segmen mana saja yang dianggap paling pas dengan narasi dan brand yang akan dikampanyekan. Tidak harus semuanya. Cukup beberapa saja yang dianggap bisa “dipuaskan” secara optimal. Segmen lainnya anggap “bonus” saja. Akan ditangani kelak bila sumber dayanya memungkinkan. Saran saya, untuk politisi muda, sebaiknya menargetkan generasi milenial (kelahiran 1981-1994) dan generasi Z (kelahiran 1995-2010). Ini calon pemilih dengan jumlah terbesar. Mereka memiliki karakteristik yang menarik. Silahkan googling aja ya. Politisi yang memenangkan hati mereka akan memenangkan pertarungan di bilik suara. Mereka paling mudah ditemui di social media. Itu sebabnya kami masih yakin dengan postulat yang kami gemakan sejak 2012, yakni “Kemenangan di social media adalah refleksi kemenangan di bilik suara”. 27
  • 28. Kedua, tentukan narasi untuk semua segmen calon pemilih utama. Akan jauh lebih baik bila dibuat hanya 1 narasi saja untuk semua segmen terpilih. Narasinya bisa semakin kuat dengan kemasan yang beragam. Narasi yang kuat akan menggerakkan calon pemilih. Makin kuat narasi, maka makin lemah pengaruh money-politic bagi calon pemilih. Berlaku sebaliknya. Ketiga, siapkan konten postingan yang sesuai dengan segmen calon pemilih utama. Untuk generasi milenial dan generasi Z, buatlah konten yang mengandung elemen CEF: Cool, Easy, Fun. >> Cool: konten dibuat secara baik, mengingat gen Milenial dan gen Z sudah terbiasa dengan konten-konten keren di social media. >> Easy: konten harus sangat mudah difahami. Kalau sampai pakai mikir segala, maka akan segera diabaikan. >> Fun: konten harus menghibur, entertaining. Kalau tidak lucu, tidak bakal seru. Mereka suka berbagi yang lucu. Jadi pertimbangkan pakai TikTok ya. Hahaha. 28
  • 29. Keempat, siapkan plan postingan harian. Postingan dengan konten yang bernarasi dan mengandung unsur CEF harus disiapkan secara sistematis dan terukur hasilnya. Postingan dibuat agar netizen tergoda untuk berkomentar dan berbagi. Postingan juga memperhitungkan waktu-waktu yang dianggap paling banyak untuk mendapatkan perhatian netizen. Postingan bisa ditambahkan dengan geotag dan hastag yang memungkinkan jangkauan distribusinya bisa lebih luas. Efek leverage-nya dapat. Tambahkan juga program giveaway contests untuk membuat keramaian. Sedapat mungkin bekerjasama dengan akun influencers yang memiliki followers dari segmen netizen yang dituju. Kelima, komen netizen ditanggapi dengan baik. Udah gitu aja. Hahaha. Keenam, lakukan pengukuran dan optimasi. Minimal tiap pekan ada laporan lengkap terkait hasil postingan harian di akun social media politisi. Evaluasi pekanan akan sangat berguna untuk meningkatkan engagemant pada postingan pekan berikutnya. 29
  • 30. Ketujuh, ini terakhir, lakukan kopdar (ketemu langsung) secara rutin dengan netizen. Ini yang akan memberikan efek sangat kuat untuk meningkatkan LIKEABILITAS dari politisi tersebut. Pastikan bahwa image yang sudah dibangun di ranah social media dan online benar-benar bisa ditampilkan saat bertemu dengan netizen di dunia nyata. Jangan sampai berbeda atau malah bertolak belakang, bisa ambyar... Hahaha. 30
  • 31. [Gambar-5] In adalah screenshoot dari video “om telolet om” Anies-Sandi. Dibuat karena saat itu trendnya sangat tinggi. Mengalahkan trend 212. Total engagement dari video ini mencapai 5 juta di semua channel social media. ini contoh konten dengan CEF yang ditujukan untuk gen Milenial dan gen Z. 31
  • 32. Digital Preference Langkah terakhir yang penting dilakukan di tahapan meningkatkan LIKEABILITAS bagi politisi adalah Preference. Ini semacam acuan dasar, pilihan rasa, terhadap hal yang disukai pada politisi. Biasanya, preference ini mengacu pada 2 faktor, yakni faktor partai pendukungnya (party) dan/atau faktor politisinya sendiri (candidate). Saat #pileg2019 kemarin, faktor partai pendukung diwakili oleh pilihan calon presidennya di #pilpres2014. Bagi politisi yang berada di dapil dengan pendukung calon presiden yang sesuai dengan partai-nya, maka saya sarankan foto calon presiden-nya juga dimasukkan dalam postingan akun social media politisi tersebut. Namun, bila berbeda, maka politisi harus bekerja lebih keras lagi agar pemilih benar-benar memilihnya karena faktor pribadi politisi tersebut. Ini berat dan mahal. Hahaha Untungnya, faktor partai pendukung tidak menjadi sangat dominan di #pilkada2020. Calon pemilih akan lebih kuat preferensi-nya ke faktor politisi-nya sendiri. Untuk itu perlu dicari beberapa faktor lain yang bisa menjadi preferensi baru bagi calon pemilih agar menyukai politisi tersebut. Step#5 Digital Political Marketing 32
  • 33. Beberapa preferensi lainnya terkait dengan: jaringan komunitas yang bisa digerakkan politisi tersebut, organisasi yang mendukungnya, dukungan tokoh lokal, pencapaian prestasi di level lokal dan nasional, dukungan birokrasi, dan banyak dukungan lainnya. Tulisan ini tidak membahas itu semua. Saya hanya akan bahas yang terkait ranah media sosial saja. Dunia digital! Dalam 1-2 bulan terakhir ini, kami memberikan masukan kepada beberapa politisi yang merupakan bakal calon bupati dan bakal calon walikota yang akan bertarung di #pilkada2020. Masukan tersebut bertujuan menemukan cara yang paling tepat bagi politisi untuk meningkatkan popularitas dan likeabilitas-nya dalam 2-3 bulan ke depan. Termasuk usulan preference yang perlu digunakan di akun social media politisi tersebut. Ini beberapa contoh usulannya. Pertama, bagi politisi yang sudah dikenal cukup luas, maka untuk meningkatkan digital preference-nya perlu membuat postingan yang terkesan “natural” dan menampilkan “sisi lain” dari keseharian politisi tersebut. Ini akan menarik minat netizen untuk mengetahui aspek humanis dari politisi tersebut. 33
  • 34. Kedua, bagi politisi yang belum dikenal luas, maka perlu melakukan kunjungan dan berfoto bersama dengan para tokoh nasional yang sangat disukai dan dikagumi oleh netizen yang merupakan calon pemilih politisi tersebut. Politisi akan naik level kesukaannya dikarenakan terangkat dari level kesukaan calon pemilih terhadap tokoh nasional tersebut. Ketiga, politisi perlu membuat postingan yang terkait dengan “gerakan sosial” yang ada di masyarakat. Baik itu berhubungan langsung dengan gerakan yang telah dipelopori oleh komunitas lokal yang ada, maupun pembentukan komunitas baru yang memiliki program sosial yang disukai di daerah pemilihan tersebut. Keempat, politisi juga perlu membuat postingan terkait “behind the scene” dari bentuk publisitas resmi yang telah diluncurkan. Apakah terkait dengan video visi-misi, pemberitaan yang sempat viral, atau aksi-aksi yang diliput oleh media lokal dan nasional. Karena pada dasarnya netizen suka “kepo” dengan apapun yang dibalik sebuah peristiwa yang terpublikasi secara luas. Kelima, politisi perlu mengumpulkan dukungan netizen lokal yang sudah mulai muncul di social media. Dukungan tersebut dikemas ulang untuk kemudian diposting di akun official politisi. Ini akan berefek positif baik pendukungnya maupun pertemanan pendukungnya. Makin banyak, makin baik. 34
  • 35. Keenam, kami juga mengusulkan kepada politisi untuk mempertimbangkan channel social media selain facebook dan instagram untuk meraih simpati dan kesukaan yang lebih luas. Untuk beberapa politisi dengan jargon-jargon yang bersifat emosional dan menyenangkan, maka kami mengusulkan untuk penggunaan channel social media yang sesuai, misalkan TikTok. Hahaha Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan … Nanti akan dibeberkan setelah pesta demokrasi #pilkada2020 berakhir. Untuk saat ini biarlah menjadi rahasia dapur Katapedia. Hehehe 35
  • 36. [Gambar-6] Nasril Bahar adalah politisi yang berhasil memanfaatkan preferensi pemilih capres tertentu dan partai tertentu untuk memilih beliau. Aktifitas sosial di lapangan selalu disosialisasikan dengan menyertakan 2 preferensi tersebut 36
  • 37. Digital Commitment Tahapan terakhir dari 7-steps-of-political-marketing adalah ELEKTABILITAS. Ada 2 langkah penting yang perlu ditempuh di tahapan ini: Commitment & Action. Commitment yang dimaksud adalah bentuk kegiatan dari calon pemilih yang telah menentukan pilihannya kepada politisi tertentu. Langkah ini akan berjalan mulus apabila 5 langkah sebelumnya, yang telah dibahas di tulisan sebelumnya, berjalan secara baik sesuai dengan targetnya. Calon pemilih yang telah menentukan pilihannya dapat dikonversikan menjadi Relawan Digital. Relawan ini dikumpulkan secara bertahap dari netizen yang secara positif dan aktif memberikan respon terhadap setiap postingan di akun social media politisi. Bahkan mereka ikut membantu mem-viral-kan postingan tersebut. Relawan yang telah terbentuk dan terseleksi dengan baik haruslah diberdayakan menjadi promoter bagi politisi di social media. Strategi ini dikenal sebagai words-of–mouth marketing. Strategi ini sangat penting dijalankan karena memiliki keunggulan yang luar biasa, terutama bila dijalankan melalui jalur social media. Step#6 Digital Political Marketing 37
  • 38. Tingkat keberhasilan words-of-mouth sangat tinggi, sekitar 67-93% berdasarkan hasil studi. Siapa lagi yang testimoninya bisa dipercaya selain keluarga dan teman yang memang kita percayai? Pertanyaan sekarang, bagaimana words-of-mouth marketing dijalankan di social media untuk kepentingan politik? Berikut ini tahapannya. Pertama, politisi yang merupakan “produk” yang akan di- viral-kan haruslah memiliki tingkat kepopuleran yang cukup tinggi dan sangat disukai oleh netizen lokal. Proses ini ditempuh dengan menjalankan 5 langkah strategi digital political marketing yang merupakan tahapan peningkatan popularitas dan likeabilitas. Netizen lokal yang simpati dikumpulkan secara bertahap selama proses ini berlangsung. Kedua, netizen lokal yang memiliki tingkat kesukaan yang sangat tinggi terhadap politisi dihubungi secara personal untuk kemudian diminta kesediaannya menjadi promotor bagi politisi tersebut. Yang benar-benar bersedia akan digabungkan dalam group whatsapp khusus. Seleksi yang baik akan menemukan relawan yang berdaya dan militan. 38
  • 39. Ketiga, siapkan konten yang memiliki elemen CEF (cool, easy, fun). Cara menyiapkannya sudah dibahas di tulisan sebelumnya tentang Digital Engagement (Step#4 Digital Political Marketing). Konten ini diposting di semua akun-akun official politisi. Keempat, share link konten tersebut di group whatsapp para relawan dan mintalah mereka melakukan re-share di semua akun social media yang mereka punya. Saat melakukan re-share, mintalah mereka untuk memberikan caption yang natural dan kreatif, yang mengesankan kesukaan mereka secara alami dan unik terhadap politisi tersebut. Kelima, hargailah usaha para relawan tersebut. Berikan rewards yang memang menarik buat mereka. Tidak harus dalam bentuk uang, bisa dalam konversi yang lain. Bahkan hanya sekedar dapat undangan khusus dalam acara kampanye di lapangan saja itu sudah menjadi rewards yang luar biasa. Apalagi bila sampai makan dan foto bersama. Impact-nya akan sangat signifikan bagi militansi para relawan digital tersebut. 39
  • 40. Sesekali, tampilkan para relawan di akun official politisi. Ini juga bentuk rewards yang bagus. Para relawan akan dengan senang hati untuk mem-viral-kan postingan tersebut di pertemanan online-nya masing-masing. Arahkan juga agar setiap kelompok relawan untuk membentuk komunitas khusus yang memberikan dukungan kepada politisi melalui postingan di akun official komunitas mereka. Semakin banyak komunitas yang mendukung politisi akan semakin baik. Baik dukungan secara offline maupun online. Dukungan kepada politisi sangat perlu didapatkan dari berbagai komunitas yang sudah terbentuk sebelumnya. Komunitas seperti ini sudah memiliki anggotanya yang cukup militan. Pastikan prosesnya dijalankan secara bertahap, bukan instan. Tidak ada komunitas yang menyukai hubungan instan dengan politisi. Tidak ada yang suka “dimanfaatkan” oleh politisi. Harus saling memberikan manfaat. Komunitas yang telah bersedia mendukung politisi, pada tahap ini, haruslah didorong untuk mendeklarasikan dukungan sebagai bentuk komitmen mereka kepada politisi tersebut. Deklarasi ini kemudian disebarluaskan melalui semua jalur social media dan online news yang dimiliki dan/atau telah bekerjasama dengan politisi tersebut. 40
  • 41. Semakin banyak komunitas, baik offline maupun online, yang mendeklarasikan dukungan politisi tersebut, maka tingkat elektabilitas politisi tersebut bisa menanjak secara signifikan. Terutama untuk komunitas-komunitas yang memang memiliki daya pengaruh (influencers) yang kuat. Hal yang sama juga berlaku untuk pribadi-pribadi yang punya pengaruh kuat di social media. Mereka dikenal sebagai Key Opinion Leaders. Dukungan mereka sangat berarti. Dapatkan sebanyak mungkin. Dukungan netizen lokal, komunitas lokal, dan key-opinion- leaders lokal punya efek yang besar untuk meyakinkan calon pemilih yang masih ragu dalam menentukan pilihannya. Minimal ciptakan kesan bahwa politisi tersebut punya peluang sangat besar untuk menang, dan hampir pasti menjadi pemenang. Hanya masalah waktu saja. Dengan begitu, calon pemilih ragu (undecided voters) akan memilih politisi yang dianggap layak jadi pemenang. Calon pemilih suka bila pilihannya menang. Ada perasaan ‘menang’ juga di hatinya. Bahagiakanlah calon pemilih dengan perasaan itu. Salam. 41
  • 42. [Gambar-7] Foto terlampir adalah deklarasi komunitas relawan digital politisi tertentu kepada politisi yang lain. Efeknya cukup signifikan 42
  • 43. Digital Action Ini langkah terakhir. Langkah paling penting. Langkah penentu kemenangan. Hasil dari langkah ini wajib dimonitor secara ketat. Pastikan seluruh target pemenangan secara online bisa tercapai di langkah ini. Apa saja target pemenangan secara online? Pertama, wajib menang dalam hal jumlah pembicaraan di social media. Kedua, wajib menang dalam hal jumlah followers akun official social media. Ketiga, wajib menang dalam hal tingkat engagement semua postingan sebulan terakhir di akun official social media. Menang di social media adalah refleksi kemenangan di bilik suara. Itu postulat saya, sejak 2012. Bagaimana semua target itu dicapai pada langkah terakhir ini? Pada langkah ini sudah saatnya melakukan “hard selling” untuk memilih politisi. Sesuai namanya, maka harus fokus dengan banyak “action”. Berikut ini beberapa “digital action” yang pernah kami lakukan pada klien-klien politisi sebelumnya. Step#7 Digital Political Marketing 43
  • 44. 1 – Posting ulang semua konten yang pernah dibuat sejak awal membangun langkah #1 (digital exposure) sampai dengan langkah #6 (digital commitment). Netizen perlu di- refresh kembali memorinya dengan postingan lama yang membuat mereka tertarik dan siap mendukung politisi. 2 – Create berbagai jenis konten bertema ajakan untuk memilih politisi dan cara menyoblos surat suara yang benar. Konten dibuat semenarik dan sesederhana mungkin. Dibuat sangat mudah difahami bagi tingkat pendidikan yang paling rendah sekali, bahkan bagi yang masih buta huruf. 3 – Create berbagai konten bertema ajakan untuk tidak golput, berpartisipasi aktif dalam pesta demokrasi, dan menolak money politics. Konten dibuat dengan narasi yang menggugah hingga menimbulkan keinginan dari netizen untuk berpartisipasi lebih aktif menyebarluaskan konten- konten inspiratif tersebut. 4 – Aktifkan secara maksimal tim Relawan Digital untuk mulai membuat berbagai konten sendiri, Users Generated Content (UGC). Timses politisi harus secara aktif bertemu, berkoordinasi, dan memberikan arahan bagi para relawan tersebut untuk menghasilkan konten-konten yang cukup baik. Minimal konten tersebut disukai oleh di masing-masing pertemanan social media relawan tersebut. 44
  • 45. 5 – Memaksimalkan peran News Online lokal dan nasional untuk pembentukan opini massa. Diperlukan kerjasama yang intensif antara tim sukses (campaign manager) politisi dengan para wartawan news online untuk menghasilkan pemberitaan yang sesuai dengan target menaikkan elektabilitas politisi. 6 – Memaksimalkan peran influencers untuk penyebaran konten yang semakin meluas. Tiap influencers memiliki peran yang besar untuk membentuk opini para followersnya. Persepsi yang dibangun haruslah sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kinerja influencers perlu diukur untuk mengetahui tingkat kontribusi mereka secara online. 7 – Memenangkan semua polling online yang memiliki daya pengaruh yang kuat terhadapa netizen lokal. Menangkan polling dari akun social media dengan jumlah followers yang cukup signifikan. Dan setiap kemenangan menjadi konten baru untuk disebarluaskan di semua channel social media yang telah bekerjasama dengan politisi. Juga termasuk memberitakan kemenangan polling tersebut di semua news online lokal dan nasional yang menjadi mitra kerja politisi tersebut. 45
  • 46. 8 – Memaksimalkan peran Alat Peraga Kampanye (APK). APK terbesar dipasang pada saat langkah ini dijalankan. Difoto dan disebarluaskan di semua channel social media yang bekerjasama dengan politisi. Nuansa keramaian di lapangan (offline) harus tergambarkan secara luas dan massif di ranah social media. 9 – Menyiapkan konten yang memiliki kualitas premium sebagai alat kampanye yang powerfull. Bisa dalam bentuk video musikal yang menarik. Konten terbaik ini di-viral-kan baik secara organik maupun berbayar. 10 – Menyiapkan tim Comment Warriors untuk melakukan pembelaan terhadap semua respon negatif dari pihak lawan. Termasuk untuk memaksimalkan jumlah pembicaraan terkait politisi pilihan di semua channel social media dan bagian komentar dari semua news online pilihan. 11 – Menyiapkan konten-konten yang diambil dari proses Kampanye Akbar. Politisi diarahkan agar memiliki gesture dan gaya seorang pemenang. Nuansa kemenangan harus dihidupkan dalam setiap foto dan video yang diambil dari momen kampanye tersebut. Konten dikemas ulang sehingga menimbulkan “aura kemenangan” bagi siapapun yang melihat konten-konten tersebut. Para fotographer dan videographer perlu diturunkan ke lapangan sebanyak- banyaknya untuk mendapatkan pilihan konten yang beragam dan sangat berkualitas. 46
  • 47. 12 – Menjalankan “Strategi Perang Gerilya di Social Media” untuk proses demarketing terhadap lawan politisi. Proses ini merupakan proses yang sangat berbeda dengan strategi “Digital Political Marketing”. Bila dalam #politicalmarketing ada 3 tahapan besar, maka dalam #peranggerilya ada 4 tahapan besar. Detil tentang strategi ini tidak dapat dijelaskan di tulisan ini, tapi harus dalam ebook tersendiri. 13 – Menyiapkan tim relawan untuk menjaga suara di tiap TPS. Menjadi penting sejak awal perlu diketahui domisili dari setiap relawan digital sehingga pada saatnya tiba mereka bisa diberdayakan untuk menjadi tim saksi yang bertugas menjaga suara politisi di tiap TPS pada hari pencoblosan. Perlu disiapkan aplikasi mobile yang memungkin semua hasil perolehan suara dari semua paslon bisa tampil secara realtime di rumah pemenangan politisi. Ok, saya cukupkan sampai disini pembahasan terakhir tentang “7 Steps of Digital Political Marketing”. Semoga bisa bermanfaat bagi tim pemenangan di #pilkada2020. Tentu pelaksanaannya di lapangan akan mengalami banyak modifikasi, mengingat sifat dunia politik yang sangat dinamis. Terima kasih telah membaca seluruh tulisan di ebook ini sampai akhir. Sukses untuk kita semua. Salam. 47
  • 48. Penutup Saya secara pribadi sangat berterima kasih kepada Anda yang bersedia meluangkan waktu untuk membaca ebook sederhana ini sampai selesai. Saya sadar, banyak kekurangan dalam penulisannya. Mohon dimaklumi, saya bukan penulis, tapi seorang konsultan yang punya minat sangat kuat untuk memenangkan klien-kliennya dalam pertarungan apapun yang melibatkan dunia digital dan social media. Di situ passion dan kebahagian saya. Kelak, saya akan menulis ebook berikutnya tentang “Strategi Perang Gerilya di Social Media”. Ada 4 tema besar, yakni: 1. Perang Gerilya adalah Perang Semesta 2. Perang Gerilya adalah Perang Ideologi 3. Perang Gerilya adalah Perang si Kecil Melawan si Besar 4. Pembentukan Tentara Perang Gerilya Semuanya sudah saya jalankan saat menjadi Konsultan Pemenangan Digital di Tim Anies-Sandi (Pilgub DKI Jakarta 2017) dan sebagian di Tim Eramas (Pilgub Sumut 2018). Mohon doanya agar saya diberi kemudahan oleh-Nya. Salam, Deddy Rahman. Founder Katapedia.id 48
  • 49. “ Kemenangan di Social Media adalah Refleksi Kemenangan di Bilik Suara. Deddy Rahman “ 49