SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 48
BAB I
                             PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

           Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu system yang saling
    berkaitan.Sistaem tersebut terdiri dari komponen – komponen antara lain :
    Guru, Siswa, dan Fasilitas belajar.Tanpa adanya komponen – komponen
    tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru
    sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
    agar mudah di terima oleh siswa.Untuk itu guru memerlukan strategi
    mengajar melalui model pembelajaran yang tepat sebagai sarana untuk
    meningkatkan prestasi belajar siswa.Keberhasilan seorang guru dapat diukur
    melalui nilai prestasi siswa yang meningkat setelah proses pembelajaran.
           Rendahnya prestasi belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor.
    Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya
    menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus
    menerus    tanpa   menggunakan      alat   bantumengajar     seperti   media
    pengajaranakan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang
    bersangkutan.Hal itu di karenakan kemampuan siswa dalam menerima materi
    yang tidak sama dalam satu kelas.Informasi akan menarik jika guru
    menggunakan model pembelajaran Inquiry, karena dalam pembelajaran
    Inquiry guru betugas sebagai Konselor dalam proses belajar mengajar, serta
    siswa beerusaha mengoptimalisasikan kemampuannya untuk belajar mandiri
    dalam mencari informasi untuk memecahkan permasalahan yang ada.
           Berdasarkan informasi dari kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
    kecamatan Besuki kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam
    mata pelajaran Biologi masih rendah sehingga terjadi kesalahan –
    kesalahandalam mengerjakan soal – soal.Kesalahanyang dilakukan siswa
    dalam menjawab soal merupakan indikator kesulitan siswa, kemungkinan
    juga dari model atau metode pembelajaran yang digunakan guru selama ini
    dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan aktivitas siswa sehingga


                                                                               1
siswa cenderung pasif dan hanya bergantung pada penjelasan guru.Dari
   pengalaman belajar siswa yang cenderung pasif mengakibatkan kemampuan
   kognitif siswa sangat rendah sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai
   ketentuan belajar.
            Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas VII MTS. AL –
   HIKMAH Besuki, bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih
   menggunakan metode ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang
   adanya komunikasi antara guru dan siswa sehingga keaktifan siswa sangat
   kurang. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Inquiry
   yang mana dalam proses pembelajaran Inquiry siswa dapat mengembangkan
   ke kreatifannya untuk mencari informasi melalui penelitian dan percobaan
   dalam memecahkan permasalahan dalam materi pembelajaran biologi.
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba
   mengangkat penelitian yang di fokuskan pada model pembelajaran Inquiry
   pada mata pelajaran biologi kelas VII pokok bahasan “EKOSISTEM” tahun
   pelajaran 2011 – 2012 dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
   siswa.
1.2 Rumusan Masalah

            Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka agar
   penelitian ini lebih terarah, terlabih dahulu akan merumuskan masalah yang
   menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, masalah adalah sesuatu
   yang masih berupa problema yang perlu dicari pemecahannya yakni sevagai
   berikut :
       1. Bagaimana penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam
            proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
            pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 – 2012.
       2. Adakah pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap
            aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi kelas VII
            MTs. AL – HIKMAH Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
            pelajaran 2011 – 2012.



                                                                             2
3. Adakah pengaruh pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap hasil
           belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL –
           HIKMAH Besuki pada pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
           pelajaran 2011 – 2012.
1.3 Definisi Operasional Variabel

           Definisi operasional variabel adalah definisi tentang variabel maupun
    konsep – konsep secara spesifik sehingga definisi tersebut dapat diamati oleh
    si peneliti maupun orang lainyang ingin menguji kembali. Dengan demikian
    definisi operasional variabel berfungsi untuk menghindari salah penafsiran
    dan perbedaan pendapat tentang judul Skripsi.
           Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang akan diteliti yaitu :
        1. Model pembelajaran inquiry terbimbing
        2. Aktivitas belajar
        3. Hasil belajar
    1.3.1 Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
           Inquiry terbimbing merupakan model pembelajaran yang menekankan
       pada aktivitas siswa yang mana dalam proses pembelajaran siswa dituntut
       untuk lebih aktif dalam memecahkan permasalahan yang telah ditentukan
       oleh guru dalam pembelajaran inquiry terbimbing ini guru berpegang
       penuh dalam membimbing proses pembelajaran dari awal pembelajaran
       sampai akhir pembelajaran.
    1.3.2 Aktivitas Belajar
           Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
       jasmani atau   rohani. Kegiatan atau aktivitas          yang diteliti yaitu
       membaca, menulis, mendengarkan , bertanya, merespon.
    1.3.3 Hasil Belajar
           Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai berkat usaha yang di
       tunjukkan dengan adanya perubahan yang mengarah pada penguasaan,
       pengeluaran, kecakapan dan kebiasaan sehingga menimbulkan tingkah
       laku yang progresif berkat pengalaman dan latihan.



                                                                                3
Dalam penelitian ini yang dimaksud nilai adalah ketuntasan belajar
       siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat diukur dengan Kriteria ketuntasan
       Minimal ( KKM ) yang mana dalam penelitian ini KKM yang ditentukan
       adalah 70 Model pembelajaran Inquiry dikatakan mampu meningkatkan
       aktiviatas dan hasil belajar siswa apabila dalam penelitian tindakan kelas,
       pada kelas VII MTS. AL – Hikmah Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM
       “ siswa mapu memperoleh nilai diatas KKM yang sudah ditentukan oleh
       guru.
1.4 Tujuan Penelitian
           Dalam suatu penelitian ada maksud dan tujuan tertentu dimana tujuan
    itulah terfokus dalam suatu penelitian. Menurut Kartini Kartono berpendapat
    bahwa penelitian bertujuan untuk menentukan, mengembangkan dan
    mengakaji kebenaran suatu penelitian ( 1996 ; 20 )
           Sesuai dengan permasalahan yang ada maka menjadi tujuan dalam
    penelitian ini adalah :
        1. Ingin mengetahui bagaimana model pembelajaran Inquiry terbimbing
            pada mata pelajaran biologi materi pokok “ EKOSISTEM “ kelas VII
            MTs. AL – HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012.
        2. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry
            terbimbing terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
            biologi materi pokok “ EKSISTEM “            kelas VII MTs. AL –
            HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012.
        3. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry
            terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi
            materi pokok “ EKOSISTEM “ MT. Al – HIKMAH Besuki tahun
            ajaran 2011 – 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
           Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini
           adalah :




                                                                                4
1. Bagi Peneliti
       a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah
           pendidikan.
       b. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.
2. Bagi Lembaga Sekolah / Guru.
       a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan menggunakan
           model pembelajaran Inquiry yang mampu menarik motivasi
           siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
       b. Hasil penelitian dapat di jadikan sarana untuk menyusun
           kebijaksanaan baru dalam strategi belajar mengajar di masa
           yang akan datang.
       c. Merangsang      motivasi   guru     untuk   lebih    menekankan
           keberhasilan proses pembelajaran dari pada hanya sekedar
           nilai akhir belajar siswa tanpa di sertai pencapaiankompetensi
           dasar yang seharusnya di kuasai.
3. Bagi Siswa
       a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang di sampaikan
           guru.
       b. Langkah – langkah pembelajaran yang di terapkan dapat
           mendorong penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat.
       c. Presentasi keberhasilan belajar siswa meningkat.
4. Bagi Institusi
       a. Program peningkatan kualitas kinerja guru.
       b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras denagn
           misi – misi sekolah.
5. Bagi masyarakat / Pendidikan Secara Umum
       a. Hasil penelitian ini sebagai sarana umtuk memberikan
           dorongan bagi putra bagi putra – putrinya agar lebih giat
           belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
       b. Hasil penelitian ini dapat diajadikan acuan dalam memecahkan
           problema pendidikan.


                                                                        5
BAB II
                             KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teori
           Teori merupakan hal yang mutlak di perlukan dalam setiap penelitian,
    sebab dengan mendasarkan diri pada teori yang konkrit dan relevan dalam
    masalah penelitian, maka unsur – unsur penelitian dapat diuraikandengan
    jelas sehingga akan memudahkan dalam pembuktian hipotesisnya. Selain itu
    pemakaian teori akan dapat memberikan petunjuk dalam pelaksanaan
    kerjasama dan yang dimaksud teori adalah suatu konsep dan definisi yang
    saling berhubungan dan dapat digunakan sebagai daar untuk menjelaskan dan
    meramalkan kejadian – kejadian atas peristiwa yang saling berhubungan.
    2.2.1 Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL )
    2.2.1.1 Pengertian CTL
                       Pembelajaran kontextual merupakan suatu konsepsi yang
           membantu guru mengaitkan isi materi dengan keadaan dunia nyata.
           Dengan model pembelajaran ini diterapkan dapat meningkatkan
           memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini karena siswa dapat
           menghubungkan pengetahuan yang di peroleh di kelas dan
           penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga,
           sebagai warga masyarakat, dan nantinya sebagai tenaga kerja (
           Suyanto, 2002 ; 2 ).
                       Landasan    filosofi   pengembangan       CTL      adalah
           konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
           belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontrusikan
           pengetahuan di benak mereka sendiri. Hal ini dilandasi filosofi bahwa
           pengetahuan tidak dapat di pisah – pisahkan menjadi fakta – fakta atau
           proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
           diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang




                                                                               6
di gagas oleh jhon dewey pada awal abad 20 yang lalu ( Nurhadi,
      2002 ; 26 ).
                Pembelajaran konstektual dalam terjemahan dari contextual
      teaching and learning ( CTL ) memiliki dua peranan dalam pendidikan
      yaitu sebagai filosofipendidikan dan sebagai rangkaian kesatuan
      strategi pendidikan. Bowling Green University, Johnson ( 2002 )
      menjelaskan bahwa “ CTL adalah sistem yang holistik, yang terdiri
      dari interrelasi bagian – bagian yang memberikan dampak pada di
      terima suatu bagian yang mendalam ( Jhonson, 2002 ; 24 ). Penerapan
      CTL dalam pembelajaran dilaksanakan dengan siswa belajar dan
      memahami konsep – konsep pelajaran melalui masalah ( problem )
      yang disajikan melalui alat peraga, memahami konsepnya kemudian
      mengaplikasikannya.
2.2.1.2 Karakteristik dan Komponen CTL
                 Nurhadi ( 2002 : 20 ) menjelaskan bahwa karakteristik
      pembelajaran berbasis CTL adalah : ( 1 ) kerjasama, ( 2 ) saling
      menunjang , ( 3 ) menyenangkan tidak membosankan, ( 4 ) belajar
      dengan bergairah, ( 5 ) pembelajaran terintegrasi ( 6 ) menggunakan
      berbagai sumber ( 7 ) siswa aktif ( 8 ) sharing dengan teman, ( 9 )
      siswa kritis dan guru kreatif, ( 10 ) dinding kelas dan lorong – lorong
      penuh dengan hasil kerja siswa, peta – peta, gambar, artikel, humor
      dan lain sebagainya, ( 11 ) laporan kepada orang tua bukan hanya
      rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, dan karangan
      siswa dan lain – lain.
                Karakteristik pembelajaran konstektual adalah :
      1. Pembelajaran bermakna
      2. Adanya keterkaitan yang kuat antar materi yang di pelajari dengan
          dunia nyata.
      3. Siswa bersikap kritis dan guru kreatif dan inovatif, dan
      4. Penilaian menggunakan authentic assessment.




                                                                           7
Secara khusus, Nurhadi, ( 2002 ; 10 ) menyatakan bahwa
      ada tujuan komponen utama CTL, yaitu :


          a. Kontruktivisme ( contructivism )
          b. Menemukan ( Inquiry )
          c. Bertanya ( Questioning )
          d. Masyarakat belajar ( Learning Community )
          e. Pemodelan ( Modeling )
          f. Refleksi ( Reflection )
          g. Penilaian yang sebenarnya ( Aunthentic Assessment )
2.2.1.3 Penerapan CTL dalam pembelajaran
                Dalam pembelajaran kontextual memungkinkan terjadinya
       lima bentuk belajaryang penting, yaitu mengaitkan ( relating ),
       mengalami ( exprinencing ), menerapkan ( applaying ), bekerjasama
       ( cooperating ), dan mentransfer ( transferring ).
            1. Mengaitkan adalah Strategi yang paling hebat dan
                merupakan inti konstrutivisme. Guru menggunakan konsep
                ini ketika ia mengaitkan konsep materi baru dengan materi
                yang sudah di kenal siswa.
            2. Mengalami. Merupakan inti belajar kontektual dimana
                mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan
                pengalaman maupun dengan pengetahuan sebelumnya.
            3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
                melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat
                memotivasi dengan memberikan latihan yang realistic dan
                relevan.
            4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak
                membantu kemajuan signifikan. Sebaliknya siswa yang
                bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
                yang komplek dengan sedikit bantuan.




                                                                       8
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam – macam
                pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
                hafalan.


2.2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning)
               1. Kelebihan CTL
                    a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
                           Artinya siswa di tuntut untuk dapat menagkap
                           hubungan antara penaglaman belajar di sekolah
                           dengan kehidupan nyata.hal ini sangat penting,
                           sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
                           ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi
                           siswa materi itu akan berfungsi secara fungsioanal,
                           akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
                           erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan
                           mudah dilupakan.
                    b. Pembelajaran        lebih    produktif    dan    mampu
                           menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
                           karena metode pembelajaran CTL menganut aluran
                           konstruktivisme, dimana seorang siswa di tuntun
                           uentuk menemukan pengetahuannya sendiri.
               2. Kelemahan CTL
                    a. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena
                           dalam model pembelajaran CTL guru tidak lagi
                           berperan   sebagai      pusat   informasi.   Dalam
                           pembelajaran ini, peran guru bukanlah sebagai
                           instruktur atau “ Penguasa “         yang memaksa
                           kehendak melainkan guru adalah pembimbing
                           siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
                           tahap berkembangnya.




                                                                            9
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
                           menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan
                           mengajak siswa agar menyadari dengan sadar
                           menggunakan strategi – strategi mereka sndiri
                           untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya
                           guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
                           ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
                           sesuai dengan apa yang di terapkannya.




2.2 Dasar Pandangan Teori Tentang Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
    2.2.2 Pengertian Pembelajaran Inquiry Terbimbing
                   Sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki dorongan
          untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang
          alam sekitar disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir
          kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal
          segal sesuatu melalui indra penglihatan, pendengaran, pengecapan dan
          indra – indra lainnya. Hingga dewasa keingin tahuan manusia secara
          terus – menerus berkembang        dengan menggunakan otak dan
          pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (
          meaning full ) manakala didasari oleh keingin tahuan itu. Didasari
          inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan model
          pembelajaran Inquiry dikembangkan
                   Inquiry secara harfiah berarti penyelidikan. Carind dan
          Sund ( Mulyase, E., 2005 ; 108 ) meyatakan bahwa “ Inquiry Is The
          Process Of Muestigi Ting a Probleme “ artinya bahwa Inquiry adalah
          proses penyelidikan suatu masalah. Menurut Kuslan dan Stone (
          Wartono, 1996 ; 29 ) mendefinisikan Inquiry sebagai pengajaran
          dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa. Peristiwa ilmiah
          dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Sanjaya ( 2008 ; 196 )
          menyatakan Inquiry berasal dari kata To Inquire yang berarti ikut


                                                                           10
serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan.
       Mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan
       bahwa Inquiry ini bertujuan untuk memberi cara bagi siswa untuk
       mwmbangun kecakapan – kecakapan intelektual ( kecakpan berfikir )
       terkait dengan proses – proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi
       tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara – cara
       untuk menbantu individu untuk membangun kemampuan itu.
                  Pembelajaran       inquiry     terbimbing      adalah   model
       pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan
       dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah pada suatu diskusi.
       Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
       tahap – tahap pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing
       ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
       guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep – konsep
       pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas –
       tugas yang relevan untuk diselesaikan baik diskusi kelompok maupun
       secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik
       suatu kesimpulan secara mandiri.


2.2.2.1 Ciri – cirri Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
                  Selanjutnya Sanjaya ( 2008 ; 19 ) menyatakan bahwa ada
       beberapa hal yang menjadi cirri utama model pembelajaran Inquiry,
       yaitu:
           1. Model pembelajaran Inquiry terbimbing ini             menekankan
                kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
                menemukan masalah. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak
                hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan
                secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukam
                sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri




                                                                             11
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
              mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang di
              pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
              percaya diri ( self blief ).
          3. Tujuan penggunaan model Inquiry adalah mengembangkan
              kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental,
              akibatnya dalam pembelajaran Inquiry siswa tidak hanya di
              tuntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana
              mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya.
2.2.2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Inquiry Terbimbing
                Sanjaya ( 2008 ; 202 ) menyatakan bahwa pembelajaran
        Inquiry mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :
      2.2.2.2.1 Orientasi
                       Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
                membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.
                Hal yang di lakukan dalam orientasi ini adalah :
                   1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang di
                       harapkan dapat di capai oleh siswa.
                   2. Menjelaskan pokok – pokok kegiatan yang harus di
                       lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
                   3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
                       Hal ini di lakukan dalam rangka memberikan
                       memotivasi belajar siswa.
      2.2.2.2.2 Merumuskan Masalah
                       Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
                siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka – teki.
                Persoalan yang di sajikan adalah persoalan yang menantang
                siswa untuk memecahkan teka – teki itu. Teka – teki dalam
                rumusan masalah tentu ada jawabanya, dan siswa didorong
                untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
                itulah yang sangat penting dalam pembelajaran Inquiry,


                                                                      12
oleh karna itu melalui proses tersebut siswa akan
         memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
         upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
2.2.2.2.3 Merumuskan Hipotesis
                 Hipotesis   adalah   jawaban      sementara      dari
         permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara
         hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang
         tepat di lakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
         menebak ( berhipotesis ) pada setiap anak adalah dengan
         mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
         siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
         dapat     merumuskan    berbagai   perkiraan    kemungkinan
         jawaban dari suatu permasalahan yang di kaji.
2.2.2.2.4 Mengumpulkan Data
                 Mengumpulkan data adalah aktivitas menyaring
         informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang di
         ajukan. Dalam pembelajaran Inquiry, mengumpulkan data
         merupakan proses mental yang sangat penting dalam
         pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
         hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
         tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
         menggunakan potensi berfikirnya.
2.2.2.2.5 Menguji Hipotesis atau melakukan pengamatan
                 Menguji hipotesis menentukan jawaban yang di
         anggap di terima sesuai dengan data atau informasi yang
         diperoleh berdasarkan pengumpulan datanya. Menguji
         hipotesis    juga   mengembangkan     kemampuan       berfikir
         rasional. Artinya kebenaran jawaban yang di berikan bukan
         hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus di dukung
         oleh data yang di temukan dan dapat di pertanggung
         jawabkan.


                                                                    13
2.2.2.2.6 Merumuskan Kesimpulan
                          Merumuskan          kesimpulan    adalah       proses
                    mendeskripsikan temuan yang di peroleh berdasarkan hasil
                    pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
                    akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
                    data mana yang relevan.
          Dalam mengembangkan sikap Inquiry di kelas guru mempunyai
peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap
yaitu :
1.) Tahap problem solving atau tugas ; 2.) Tahap pengeluaran kelompok ; 3.)
Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai
instruk dapat memberikan kemudahan dalam bekerja kelompok, melakukan
intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
2.2.3 Macam – Macam / Tingakatan Inquiry
                    Model pembelajaran inquiry terbagi menjadi tiga jenis
          berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya
          bimbingan yang di berikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis
          pembelajaran tersebut adalah :
          2.2.3.1 Inquiry Terbimbing ( Guided Inquiry Approuch )
                           Pembelajaran inquiry terbimbing adalah model
                  pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan
                  kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah
                  pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
                  menentukan      permasalahan      dan    tahap     –   tahap
                  pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing ini
                  siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
                  dari guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep –
                  konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan
                  pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
                  diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu


                                                                            14
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
              mandiri.
      2.2.3.2 Inquiry Bebas ( free inquiry approach )
                         Pada umumnya pembelajaran inquiry bebas ini di
              gunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan
              pembelajaran inquiry. Karena dalam inquiry bebas ini
              menempatkan siswa seolah – olah ilmuwan sungguhan.
              Siswa di beri kebebasan menentukan permasalahan untuk di
              selidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara
              mandiri, merancang prosedur atau langkah – langkah yang di
              perlukan.
      2.2.3.3 Inquiry Bebas Yang Di modifikasikan ( modified free inquiry
              approach )
                         Dalam pembelajaran inquiry jenis ini membatasi
              memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu
              secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
              sendiri penyelesaiannya. Namun apabila ada siswa yang tidak
              dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan
              dapat di berikan secara tidak langsung dengan memberikan
              contoh – contoh yang relevan dengan permasalahan yang di
              hadapi, atau melalui siswa dengan kelompok lain.
2.2.4 Tujuan pembelajaran Inquiry Terbimbing
                Metode pembelajaran inquiry disamping mengantarkan
      siswa pada tujuan intruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga
      memberikan tujuan ringan ( nutrunan effect ) sebagai berikut :
          1) Memperoleh keterampilan untuk memperoses secara ilmiah.
          2) Lebih berkembangnya daya kreaktifitas anak
          3) Belajar secara mandiri
          4) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang
              menerimanya secara sensitif ( Gulo, 2002 ;101 )
          5) Lebih memahami hal – hal yang mendua


                                                                       15
2.2.5 Peranan Pembelajaran Inquiry Terbimbing
                  Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inquiry
       mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para siswa antara
       lain sebagai berikut :
          1) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa
          2) Membuat konsep dari siswa bertambah dengan penemuan –
                penemuan yang di perolehnya
          3) Memilki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas
                penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif
                para siswa.
          4) Penemuan – penemuan yang di peroleh siswa dapat menjamin
                kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
          5) Tidak menjadikan guru satu – satunya sebagai sumber belajar.
2.2.6 Syarat kegiatan Pembelajaran Inquiry
                   Kondisi – kondisi umum yang merupakan syarat bagi
       timbulnya kegiatan inquiry adalah :
           1) Aspek social didalam kelas dan suasana terbuka yang
                mengundang siswa berdiskusi.
           2) Berfokus pada hipotesis
           3) Penggunaan fakta sebagai evidensi
2.2.7 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Terbimbing
                   Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran        yang
       banyak di anjurkan, karena memilki keunggulan di antaranya ;
           1.    Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan
                 kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor
                 secara seimbang sehingga pembelajaran ini dianggap jauh
                 lebih bermakna.
           2.    Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa
                 untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
           3.    Pembelajaran ini merupakan strategi yang di anggap sesuai
                 dengan perkembangan psikologi belajar modern yang


                                                                        16
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
                      berkata adanya pengalaman.
               4.     Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa
                      yang memiliki kemampuan diatas rata – rata.
                       Disamping memilki keunggulan, pembelajaran ini memiliki
           kelemahan diantaranya :


               1.     Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
               2.     Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
                      terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
               3.     Kadang    –   kadang     dalam     mengimplementasikannya,
                      memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
                      menyelesaikannya dengan waktu yang di tentukan.
               4.     Selama   kriteria   keberhasilan   belajar   ditentukan   oleh
                      kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi
                      ini tampaknya akan sulit di implementasikan.
2.3 Dasar Pandangan Teori Tentang Aktivitas Belajar
    2.3.1 Aktivitas
                      Menurut Anton M. Mulyono ( 2001 ; 26 ), aktivitas artinya “
         kegiatan atau keaktifan “ jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
         kegiatan – kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan
         suatu aktivitas.
                      Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiata yang di
         lakukan baik secara jasmani dan rohani. Aktivitas siswa selama proses
         belajar mengajar merupakan slah satu indicator adanya keinginan siswa
         untuk belajar.
    2.3.2 Aktivitas Belajar
                      Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
           dalam proses interaksi ( guru dan siswa ) dalam rangka mencapai
           tujuan belajar. Aktivitas yang di maksudkan disni penerapannya
           adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dlam proses


                                                                                 17
pembelajaran      terciptalah   situasi   belajar   aktif.   Seperti   yang
           dikemukakan oleh Rochman Nata Wijaya dalam Depdiknas ( 2005 ;
           31 ), belajar aktif adalah keaktivan siswa secara fisik, mental
           intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
           perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
                     Menurut Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang
           paling mendasar yang di tuntut dalam proses pembelajaran adalah
           keaktivan siswa “. Keaktivan siswa dalam proses belajar akan
           menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun
           dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
           menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
           melibatkan kemampuan semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul
           dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
           keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
2.4   Dasar Pandangan Teori Tentang Mata Pelajaran Biologi
  2.4.1 Pengertian Biologi
           2.4.1.1   Pengertian Ilmu Biologi
                             Berdasarkan etimologi biologi berasal dari dua kata
                     yaitu bios artinya hidup dan logos artinya ilmu dari dua kata
                     tersebut pengertian biologi yaitu “ biologi adalah ilmu yang
                     mempelajari tentang semua makhluk hidup di muka bumi (
                     manusia, hewan, tumbuhan, jamur, ganggang / alga, bakteri,
                     dan virus “.
                             Dari pendapat diatas dapat penulis simpilkan bahwa
                     mata pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang di ajarkan
                     untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan atas dimana pada
                     dasarnya pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa
                     dengan berbagai kemampuan tentang cara “ mengetahui “
                     dan cara “ mengerjakan “ yang dapat membantu siswa untuk
                     memahami alam sekitar secara mendalam.




                                                                                    18
2.4.1.2 Tujuan
                         Pengajaran biologi mempunyai tujuan dalam proses
                pembelajaran bagis siswa yaitu :
                   1. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
                   2. Kebanggaan nasional dan kebesaran serta kekuasaan
                         Tuhan Yang Maha Esa.
                   3. Memahami konsep – konsep biologi dan saling
                         keterkaitan.
                   4. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan
                         masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari.
                   5. Mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk
                         memperolehkonsep       –     konsep     biologi   dan
                         menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah.
                   6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk
                         menghasilkan karya tecknologi sederhana yang
                         berkaitan dengan kebutuhan manusia.
        2.4.1.3 Fungsi
                         Pengajaran biologi berfungsi menanamkan keyakinan
                terhadap     Tuhan      Yang   Maha    Esa,    mengembangkan
                keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta menguasai konsep
                biologi untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke
                jenjang yang lebih tinggi.
2.4.2   Materi Pokok EKOSISTEM
                Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oelh
        hubungan timbale balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
        lingkungannya. Ekosistem merupakan penggabungan dari stiap unit
        biosistem yang melibatkan interaksi timbale balik antara organisme


                                                                            19
dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu
struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan an organisme.


        2.4.2.1            Komponen Pembentuk Ekosistem
             Komponen – komponen pembentuk Ekosistem adalah :
            1. Abiotik
                            Abiotik atau komponen tak hidup adalah
                  komponen fisik dan kimia yang merupakan medium
                  atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
                  lingkungan tempat hidup.
                  Komponen abiotik dapat berupa bahan organik,
                  senyawa an organik, dan faktor yang mempengaruhi
                  distribusi organisme yaitu :
                  1. Suhu. Proses biologi di pengaruhi suhu. Mamalia
                     dan     unggas    membutuhkan       energi   untuk
                     meregulasi temperature dan tubuhnya.
                  2. Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi
                     organism
                  3. Garam.     Konsentrasi      garam   mempengaruhi
                     kesetimbangan air dalam organisme melalui
                     osmosis
                  4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya
                     mempengaruhi fotosintesis.
                  5. Tanah dan Batu. Beberapa karakteristiktanah
                     yang meliputi struktur fisik, PH, dan komposisi
                     mineral penyebaran organisme berdasarkan pada
                     kandungan sumber makananya di tanah.
                  6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka
                     waktu lama dalam suatu area.
            2. Biotik


                                                                    20
Biotik   adalah     istilah     yang   biasanya
               digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (
               organisme     ).   Komponen      biotic    adalah   suatu
               komponen yang menyusu suatu ekosistem selain
               komponen abiotik ( tidak bernyawa ).
        Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup di bedakan
        menjadi tiga macam yaitu :
            1. Heterotof / konsumen
                         Komponen heterotof terdiri dari organisme
                 yang memanfaatkan bahan – bahan organic yang
                 disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.
                 Yang tergolong heterotof adalah manusia hewan,
                 jamur, dan mikroba.
            2. Pengurai / decomposer
                         Pengurai atau dekomposer adalah organisme
                yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
                organisme mati.
2.4.2.2 Ketergantungan
              Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antara
        komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik.
        1. Antar komponen biotik
              a. Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi
                  melalui rantai makanan
              b. Jaring – jaring makanan yaitu raintai – rantai
                  makanan yang saling berhubungan satu sama lain
                  sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring
                  – jaring
2.4.2.3 Antar komponen biotik dan abiotik
              Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
        dpat terjadi melalui siklus materi. Seperti
        1. Siklus karbon


                                                                     21
2. Siklus air
                3. Siklus nitrogen
                4. Siklus sulfur


2.4.3   Dasar Pandangan Teori Tentang Hasil Belajar
                Asal kata hasil usaha adalah dari prestasi yang menurut Ws.
        Wingkel adalah : “ bukti usaha yang di capai karena adanya
        pengalaman dan latihan “ ( 1994 ; 161 ). Sedangkan pengertian belajar
        menurut James Whi Haber yang kemudian dikutip Wasty Soetomo
        adalah “ proses dimana tingkah laku yang timbul atau mengalami
        perubahan karena adanya latihan atau pengalaman “ ( 1991 ; 99 ).
                Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
        pengertian hasil belajar adalah hasil dari bukti usaha seseorang dalam
        proses pembelajaran baik berupa latihan ataupun pengalaman.
        2.4.3.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
                      Hasil belajar yang di capai oleh siswa merupakan
                interaksi dari berbagai factor yang saling mempengaruhi baik
                dari dalam ( faktor internal ) dari siswa itu.
                      Wasty Soemanto, mengemukakan pendapatnya faktor –
                faktor prestasi belajar dapat di golongkan menjadi tiga
                macam yaitu :
                     a. Faktor – faktor stimulasi belajar adalah hal diluar
                        individu       yang   merangsang         individu     untuk
                        menyadarkan reaksi atau perubahan belajar
                     b. Faktor – faktor metode belajar adalah metode belajar
                        yang dipakai oleh pelajar karena di pengaruhi oleh
                        metode mengajar yang digunakan guru
                     c. Faktor – faktor individu meliputi :
                                   “   Kematangan      usia,     jenis      kelamin,
                         pengalaman kapasitas mental, kondisi kesehatan




                                                                                 22
jasmani dan rohani, serta motivasi ( 1990 ; 107-115
                    ).




2.4.3.2 Penilaian Hasil Belajar
              Penilaian adalah belajar penting dalam proses belajar
        mengajar dan merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah
        program kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan dan di
        laksanakan itu sudah berhasil atau tidak.
              Dalam pelaksanaan penelitian itu tentu di perlukan
        informasi atau data kuantitatif yang di peroleh melalui
        kegiatan yang disebut pengukuran dengan menggunakan alat
        ukur, seperti : Tes tulis, tes lisan atau tes perbuatan
              Dalam bukunya Suhartini Ari Kunto menjelaskan
        sebagai berikut : “ penilaian pendidikan adalah kegiatan
        menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan tempat
        penilaian di sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran
        mengadakan penilaian dengan maksud usaha yang di lakukan
        melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah
        di umpamakan sebagai tempat mengelola sesuatu dan calon
        siswa di umpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan
        dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil bahan yang
        sudah siap digunakan. Dalam motivasi yang menggunakan
        teckhnologi maka tempat pengelolaan itu disebut informasi,
        jika di gambarkan dalam bentuk diagram akan terliahat
        sebagai berikut :

            Input                     transformasi                output



                                      Umpan balik




                                                                    23
a. Input adalah siswa yang belum memasuki sekolah di
   nilai lebih dahulu kemampuannya untuk mengetahui
   apakah ia mampu mengikuti pelajaran selamjutnya.
b. Transformasi adalah sekolah yang bertugas mengolah
   bahan mentah ( calon siswa ) menjadi bahan jadi (
   lulusan yang memiliki unsur – unsur antara lain :
           Guru dan personal lainnya
           Bahan pelajaran
           Metode mengajar dan system evaluasi
           Sarana penunjang
           Sistem administrasi
c. Out put adalah lulusan dari sekolah itu yang
   sebelumnya mengalami penilaian untuk dapat lulus
   atau tidak.
d. Umpan balik adalah senjata informasi yang dapat di
   pakai sebagai acuan untuk memperbaiki keadaan
   selanjutnya.
         Penilaian adalah serangakaian kegiatan untuk
memperoleh menganalisis dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar siswa yang di lakukan sistematis
dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan ( Direktorat Dik
menum, 1994 ; 2 ).
         Penilaian sebaiknya bersifat relatif artinya
diantara siswa yang ada didalam kelas. Siapakah yang
telah berhasil menyerap paling banyak pengetahuan yang
di ajarkan oleh guru dan siapa yang terampil berfikir
didalam memutuskan masalah biologi atau ilmiah. Di
dalam penilaian guru sudah memberikan standart Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang mana KKM tersebut




                                                       24
dijadikan acuan dalam proses penilaian hasil belajar
            siswa.




2.4.3.3 KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal )
              KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) adalah criteria
        paling rendah untuk menyatakanpeserta didik mencapai
        ketuntasan. KKM harus di tetapkan diawal tahun ajaran oleh
        satuan pendidikan berdasrkan hasil musyawarah guru mata
        pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan
        pendidikan yang memiliki karakteristik yang hamper sama.
        Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
        menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
2.4.3.4 Fungsi KKM
              Di dalam penilaian KKM memiliki beberapa fungsi
        untuk pemberian kriteria ketuntasan belajar siswa, agar dalam
        penilaian mudah bagi guru untuk menentukan siswa yang
        sudah mencapai indikator belajar atau tidak . Fungsi tersebut
        antara lain :
            1. Sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai
                 kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi
                 Dasar ( KD ) suatu mata pelajaran atau Standart
                 Kompetensi ( SK )
            2. Sebagai acuan peserta didik untuk mempersiapkan
                 diri dalam mengikuti pembelajaran
            3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai
                 dengan SK / KD – nya
            4. Sebagai slah satu instrumen dalam melakukan
                 evaluasi belajar




                                                                  25
5. Sebagai kontrak peda gogik anatara pendidik peserta
                          didik dan masyarakat ( khususnya orang tua dan wali
                          murid )




        2.4.3.5 Tahapan Penetapan KKM
                      Seperti pada uraian diatas bahwa penetapan KKM di
                 lakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
                 Adapun langkah dan penetapan KKM antara lain :
                     1.   Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata
                          pelajaran dengan mempertimbangakan tiga aspek
                          criteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, intake
                          peserta didik. Hasil penetapan KKM indicator
                          berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.
                     2.   Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok
                          guru mata pelajaran di sahkan oleh kepala sekolah
                          untuk dijadikan patokan guru didalam penilaian
                     3.   KKM yang ditetapkan di sosialisasikan kepada
                          pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu peserta
                          didik, orang tua dan dinas pendidikan
                     4.   KKM dicantumkan dalam laporan hasil belajar atau
                          rapor pada saat hasil penilaian di alporkan kepada
                          orang / wali peserta didik.
2.5 Keterkaitan Antara Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Aktivitas dan
  Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Biologi.
        Telah diketahui bahwa model pembelajaran inquiry merupakan model
 pembelajaran yang menekankan kepada aktivtas siswa secara maksimal untuk
 mencari menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai
 subjek belajar. Dalam pembelajaran inquiry siswa di ajarkan untuk mandiri
 dan siswa di latih untuk aktif mengikuti proses pembelajaran.


                                                                           26
Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang paling mendasar
 yang di tuntut dalam proses pembelajaran inquiry akan menyebabkan
 interaksi tinggi antara guru dengan siswa ataupun siwa itu sendiri. Hal ini
 mangakibatkan suasan kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing –
 masing siswa dapat melibatkannya semaksimal mungkin.
         Sanjaya ( 2008 ; 196 ) menyatakan bahwa “ seluruh aktivitas yang
 dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
 sesuatu yang di pertanyakan, sehingga di harapkan dapat menumbuhkan sikap
 percaya diri ( self belief )
         Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa pengaruh
 model pembelajaran inquiry terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa adalah
 sebagai berikut :
         “ Semakin kreatif guru mata pelajaran biologi dalam memberikan
 pertanyaan atau permasalahan yang harus di pecahkan siswa dalam proses
 pembelajaran maka semakin baik pula aktivitas dan hasil belajar siswa “.
         Dalam materi pokok Ekosistem siswa memerlukan pengetahuan dan
 pengalaman dalam mengenali atau mengetahui ekosistem dan kegiatan –
 kegiatannya. Maka dengan pembelajaran inquiry guru harus memberikan
 kebebasan siswa untuk mencari informasi, menemukan dan memecahkan
 permasalahan atau pertanyaan dari guru sehingga terciptalah suasana belajar
 yang aktif sehingga siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan
 siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan siswa mencapai hasil
 belajar yang lebih efektif.


2.6 Hipotesa Penelitian
         Hipotesa sangat perlu yaitu memberi arah bagi peneliti dan merupakan
 jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada sampai terbukti melalui
 data yang terkumpul. Dalam suatu penelitian hipotesa haruslah di rumuskan
 dengan jelas sesuai dengan syarat – syarat tertentu.
         Winarno Surahmad menyatakan “ hipotesa adalah sebuah kesimpulan
 sementara yang belum final dan untuk mencapai kesimpulan diadakan


                                                                            27
penggolongan secara cermat, maka akan didapatkan suatu kesimpulan yang
menerima atau menolak suatau hipotesa yang telah di ajukan
       Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hipotesis tindakan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
            1. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan aktivitas
                belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
                mata pelajaran biologi poko bahasan “ EKOSISTEM “ tahun
                pelajaran 2011 / 2012.
            2. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan hasil
                belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki
                Materi pelajaran Biologi pokok bahasan “ EKOSISTEM “
                tahun pelajaran 2011 / 2012.




                                                                          28
BAB III

                              MODEL PENELITIAN


3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
                Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan
kualitatif. Adapun ciri – ciri pendekatan kualitatif menurut Sudjana (dalam
Wahyuningsih, 2006.20 ) yaitu : ( 1 ) menggunakan lingkungan alamiyah sumber
data langsung ; ( 2 ) bersikap deskriptif analitis ; ( 3 ) lebih menekankan proses
daripada hasil ; ( 4 ) analisa data bersifat induktif , karena penelitian tidak dimulai
dari deduktif teori tetapi dari lapangan yakni fakta empiris ; ( 5) menggu nakan
makna. Ciri tersebut diperkuat oleh oleh pendapat Meong( dalam Fahmi, 2006 :
27 ) bahwa penelitian ini juga sesuai dengan karakteristik penelitian kuali tatif.
Karakteristik yang dimaksud adalah : ( 1 ) menggunakan latar belakang ala miah
seperti apa adanya di lapangan; ( 2 ) penelitian sebagai instrumen utama,
maksudnya disamping pengumpulan data dan menganalisis data, peneliti terlibat
langsung dalam proses penelitian ; ( 3 ) hasil penelitian bersifat deskriptif ; ( 4 )
desain bersifat sementara ; serta ( 5 ) batas permasalahan ditentukan fokus peneli
tian.
                Rancangan penelitian yang dipandang sesuai dengan tujuan peneli
tian adalah rancangan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Karena menurut Hobri (
2006 ) penelitian tindakan kelas adalah penelitian atau kajian secara sistematis
dan terencana dilakukan oleh oleh peniliti dan praktis ( dalam hal ini guru ) untuk
memperbaiki penbelajaran dengan jalan mengadakan perbaikan atau perubahan
dan mempelajari akibat yang ditimbulkan.
                Jenis penelitian tindakan ini termasuk penelitian tindakan kelas .
Penelitian ini dikatakan penelitian tindakan kelas dari awal sampai berakhirnya
penelitian. Rancangan pembelajaran yang digunakan berdasarkan dari model pene
litian Hopkins, yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk
spiral yang terdiri dari empat fase ( PGSM , 1998 : 8 ) yaitu fase perencanaan (
planning ) ; tindakan ( action ) ; pengamatan ( observation ) ; dan refleksi ( reflec
tion ) ; Penelitian ini berorientasi pada pengkajian masalah – masalah praktis yang


                                                                                    29
dihadapi guru dalam kelas, dan hasilnya dapat diaplikasikan oleh guru sendiri
dalam rangka memperbaiki pemanfaatan belajar mengajar yang dihadapi.
3.2 Lokasi penelitian
               Lokasi penelitian adalah lokasi yang dijadikan tempat untuk dilak
sanakannya penelitian. Sebagai mana dikatakan Hadi ( dalam fFahmi, 2006 : 28 )
bahwa daerah penelitian merupakan suatu tempat atau lokasi objek penelitian dila
kukan .
               Model penentuan lokasi penelitian yang digunakan dalam peneliti
an adalah purposive sampling area , yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau
lokasi penelitian yang didasarkan pada pertimbangan tertentu . Adapun lokasiyang
ditentukan adalah dalam penelitian dalah MTs. AL – HIKMAH yang berlo kasi di
jalan Adipodai No.36 Besuki Kabupaten Situbondo. Pertimbangan yang didasari
peneliti memilih tempat penelitian tersebut karena selama ini sekolah ter sebut
hanya terpaku pada proses pembelajarn dengan model ceramah yang mana guru
yang berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa sulit untuk
mencapai indikator pembelajaran serta sekolah tersebut masih belum pernah dia
dakan penelitian tentang tentang model pembelajaran inquiry dalam rangka peni
ngkatan mutu belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran biologi.
3.3 Kehadiran Peneliti
               Konsekuensi dari pemilihan jenis penelitian tindakan kelas dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memuat kehadiran peneliti di lokasi
penelitian mutlak diperlukan. Menurut Nasution ( dalam Sugiyono , 2005 : 60 )
menyatakan bahwa :
“ Dalam penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasan ialah bahwa; segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti masalah, fokus, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti, Segala sesuatu perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang tidak pasti dan tidak
jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu – satu
nya yang dapat mencapai “ .




                                                                                  30
Penelitian bertindak sebagai instrumen utama dan pemberi tinda
kan di lapangan. Peneliti sebagai instrumen dimaksudkan sebagai pewawancara
dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti mewawancarai subjek peneliti
dengan berpedoman pada hasil pekerjaan siswa . Peneliti sebagi pengamat yaitu
meneliti mengamati aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Kedudukan pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat
dan menyajikan bahan jar serta motivator kegiatan pembelajaran selama peneli
tian dilakukan , serta pada pembelajaran model inquiry penilit bertindak sebagi
konselor dalam proses diskusi yang dilakukan siswa. Disamping pembentukan
tindakan, peneliti juga bertindak sebagai pengamat, pengumpul data, penganalisis
data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Kehadirabn peneliti dilokasi sebnyak
tiga kali secara terbuka, maksudnya statussebagai peneliti dantujuan kegiatan pene
liti diketahui oleh siswa.
3.4 Data dan Sumber Data
                  Data yangdiperlukan dalampenelitian ini terdiridari dua macam
data yaitu :
    1. Data berupa dokumen , meliputi :
        a. Jawaban siswa dalam menyelesaikan soal
        b. Respon siswa untuk masing – masing penyelesaian tugas atau konsep
               yang diberikan dalam model pembelajaran .
    2. Data berupa non dokumenter, meliputi :
        a. Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah an guru mata
               pelajaran.
        b. Hasil wawancara peneliti dengan siswa yang menjadi subjek
               penelitian.
        c. Hasil observasi dan mengenai kegiatan pembelajaran baik berkenaan
               dengan peneliti maupun yang berkenaan dengan siswa selama proses
               pembelajaran berlangsung.

               Sumber data dan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa




                                                                                     31
kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki Tahun ajaran 2011 / 2012.
           Model yang digunakan untuk menentukan subjek alat penlitian ini
           adalah dengan menggunakan tekhnik penelitian sample. Subjek
           penelitian adalah siswa kelas VII MTs. AL –HIKMAH Besuki, salah
           satu pertimbangannya adalah siswa kelas tersebut mempunyai rata –
           rata tingkat kemampuan afektif, kognitif , dan psikomotor yang tidak
           jauh berbeda.
3.5 Metode Pengumpulan Data
              Pengumpulan data dimaksud untuk memperoleh bahan – bahan ya
ng relevan dan akurat, dimana model yang digunakan memiliki ciri yang bebeda –
beda . Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih, 2006 : 22 ), model pengumpulan
data adalah cara yang diguanakan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun mo
del yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
       3.5.1 Metode Test
                      Model test adalah satu cara pengumpulan data yang berupa
       angka atau nilai hasil belajar dengan tekhnik pengukuran. Pada penelitian
       ini tekhnik pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengunakan test.
       Seperti yang dikemukakn oleh Abdul ( 2003 : 09 ) yaitu dalam proses hasil
       belajar siswa kita menggunakan tekhnik atau model test, oleh karena itu
       dalam penelitian menngunakan alat penialain yang berupa test.
              Adapun jenis test digolongkan menjadi dua yaitu tes tulis dan test
       lisan.Test tulis terdiri dari test pilihan ganda dan tes uraian. Definisi tes
       pilihan gandan dan uraian adalah sebagai berikut :
              1. Pilihan ganda adalah test yang terdiri dari beberapa soal yang
                  dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban
                  uyang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar
              2. Uraian merupakan bentuk test yang terdiri dari suatu
                  pertanyaan atau perintah yang memrlukan jawaban yang
                  bersifat pembahasan atau uraian kata – kata yang relatif
                  panjang .




                                                                                 32
Test ini diberikan apada siswa dengan maksud mengukur sejauh
mana hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inquiry.
Test yang dilakukan Setelah kegiatan pemeblajaran, dengan menggunakan
soal test obyektif ( pilihan ganda ) dan essay ( uraian ), serta di konsultasi
kan dengan guru bidang studi. Sehingga dapat menunjukkan tingkat keter
capaian tujuan tujuan pemeblajaran. Hasil dari test tersebut dapat diguna
kan sebagai acuan dalam mewawancarai subyek penelitian.


3.5.2 Metode Wawancara
       Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih , 2006 : 22 ) menyatakan
bahwa wawancara atau interview dalam sebuah dialog yang dilakukanoleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara . Dalam pe
laksanaannya wawancara dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
       1. Wawancara bebas, dimana wawancara bebas menyatakan apa
           saja tetapi juga mengikat akan data yang dikumpulkan.
       2. Wawancara        terpimpin       ,   dimana   wawncara   dilakukan
           pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
           dan terperinci seperti yang dimaksud dalam wawncara
           terstruktur.
       3. Wawancara bebas terpimpin, yang merupakan kombinasi
           antara wawancara bebas dan terpimpin.

       Sanapiah faisal ( DALAM Sugiyono, 2005 : 76 ) mengemukakan
ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan
data dalam penelitian kualitatif yaitu :
       1. Menetapkan kepada siap wawancara itu akan dilakukan
       2. Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan
           pembicaraan
       3. Mengawali atau membuka alur wawancara
       4. Melangsungkan alur wawancara




                                                                           33
5. Mengkonfirmasikan       ikhtisar   hasil    wawancara      dan
             mengakhirinya
          6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
          7. Mengidentifikasi hasil tindak lanjut hasil wawancara yang telah
             diperoleh

          Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas terpimpin , karena pewawancara membawa pedoman
dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung.Wawancara
dilaksanakan setelahdiadakan test. Wawancara dilakukan dengan pedoman
pada pekerjaan siswa yang berupa tugas pengajuan soal dan test hasil
belajar. Data yang akan diperoleh ada lah data tanggapan guru dan siswa
tentang proses dan hasil pembelajaran yang te lah dilak sanakan.
3.5.3      Metode Observasi
           Model observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatanperhatian terhadap suatu objek menggunakan alat indera yaitu
pengamatan secara langsung . Observasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
          1. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan
             menggunakan instrument pengamatan.
          2. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat
             dengan tidak menggunakan pedoman instrument pengamatan.


            Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
 sistematis dengan pedoman yang sudah disiapkan ( lampiran ). Untuk
 mempermudah mengumpulkan data , penelitian ini akan dibantu oleh se
 orang observasi yang sudah mendapat kepercayaan dari peneliti dan guru
 pada saat pengambilan data. Pedoman yang akan digunakan pada saat ob
 servasi antara lain :




                                                                         34
1. Pedoman observasi yaitu berisikan tentang peraturan atau
                       tata tertib dalam melaksanakan observasi.
                   2. Panduan pengamatan yaitu berisikan tentang tata cara
                       pemberian nilai terntum dalam criteria atau kategori
                       penilaian.
                   3. Lembar pengamatan.
        3.5.4.     Metode Dokumentasi
                         Dokumentasi merupakan model penunjang dari model
        observasi dan wawancara. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
                 yang sudah berlaku (sugiyono,2005:82). Dokumentasibiasanya
      berbentuk tulisan,gambar,atau karya-karya monumental dari seseorang.
      teknik pe ngumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
      yang dipe roleh melalui dokumen-dokumen.
                         Jadi dengan model documenter kita dapat mengumpulkan
        data dengan melihat beberapa dokumen sebagai bahan informasi tamba
        han atau bukti otentik sebagai penunjang dalam pengumpulan data sebu
        ah penelitian.
                         Adapun data dokumen – dokumen yang dibutuhkan dalam
        penelitian ini adalah keadaan siswa MTs. AL- HIKMAH , keadaan fisik
        dan fasilitas MTs. AL – HIKMAH dan data lain yang berhubungan deng
        an objek yang diteliti.
3.6 Tekhnik Analisis Data
                 Data penelitian terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis
     deskriptif kualitatif. Data penelitian terkumpul terdiri dari test, hasil wawan
     cara, hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan data yang akan dianalisis
     dalam penelitian ini adalah :




                                                                                 35
1. persentasi ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran dicari
   dengan rumus.
                               n
                        P=             x 100 %
                                   N
   keterangan: p= persentase ketuntasan hasil belajar siswa
                n= jumlah siswa yang tuntas belajar
                N= jumlah seluruh siswa
2. Hasil analisis data digunakan untuk menentukan langkah-langkah
   penelitian berikutnya. Jika test siswa tidak mencapai ketetapan klasikal
    ( nilai test merupakan hasil evaluasi akhir atau test akhir dari bahan ajar
   yang diberikan ), maka penelitian akan dilanjutkan atau diteruskan ke
   siklus kedua dengan materi atau bahan ajar yang sejenis. jika pada siklus
   kedua hasil test siswa tidak mencapai ketuntasan klasikal, maka
   penelitian akan masuk pada siklus ketiga dan begitu seterusnya sehingga
   siswa dapat mencapai ketuntasan klasikal.
   1. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut:
       a. daya serap individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar
           apabila telah mencapai skor     70 dari skor maksimal 100
       b. Daya serap klasikal jika satu kelas dikatakan tuntas apabila
           terdapat skor minimal mencapai          85 % siswa yang telah
           mencapai skor dari atau sama dengan 70 dari skor maksimal.
           Langkah analisis hasil observasi diawali dengan menghitung
           jumlah skor hasil
  observasi pada masing-masing siswa, kemudian menggolongkan
  kedalam kategorisasi yang telah ditentukan, untuk menghitung jumlah
  skor digunakan pedoman sebagai berikut :
                                   n
                        P=             x 100 %
                                   M




                                                                            36
Keterangan : P = Presentase skor yang di capai
                     n = Skor yang diperoleh peserta didik
                    m = Skor maksimal
              Pengelompokan kategori aktivitas belajar siswa secara
individu menggunakan kriteria pengelompokan menurut Sukandi ( 199 :
100 ) adalah sebagai berikut :


Tabel Kategori Penilaian Kreativitas Siswa
            Presantase                         Kriteria
              Pa    80                       Sangat aktif
           70 ≤ Pa < 80                          Aktif
           60 ≤ Pa < 70                      Cukup aktif
              Pa < 60                         Tidak aktif


              Observasi terhadap kegiatan guru berupaya memberikan
pemafaatan mengenai kemampuan guru dalam menerapkan setiap
langkah dalam penerapan pembelajaran inquiry. Lembar observasi yang
digunakan dijabarkan pada tampilan. Hasil observasi tidak dianalisa
melainkan hanya untuk mengetahui langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
              Dengan pengelompokan kategori menurut ( Sukardi , 1999
: 100 ) adalah sebagai berikut :
      Tabel 1 Kategori Penialain Kreativitas Siswa
            Presantase                         Kriteria
             P     90 %                       sangat aktif
         80 % ≤ P < 90 %                         aktif
         65 % ≤ P < 80%                       cukup aktif
          50% ≤ P < 65%                         kurang
             P < 50%                         sangat kurang




                                                                 37
Data hasil test yang dianalisis secara statistic deskriptif,
                   dengan pengujian menggunakan table distribusi frekuensi. Hasil
                   dari statistik deskriptif kemudian dideskripsikan sedemikian
                   rupa sehingga dapat memberikan informasi yang menyeluruh
                   mengenai hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa berupa aspek
                   kognitif.
3.7   Pengecakan Keabsahan Data
                Menurut Sugiono ( 2005 : 121 ) dalam uji keabsahan dalam
                penelitian kualitatif
meliputi : ( 1 ) uji kredibilitas data ; ( 2 ) uji transferability ; ( 3 ) uji depenabiliti
; ( 4 ) uji konfermabiliti. Agar diperoleh temuan dan interprestasi yang abash
maka perlu diuji kredibilitas data atau kepercayaan kepada data. Menurut Sugiono
( 2005 : 22 ) dalam menguji sebuah keabsahan sebuah penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan cara :
        1. Perpanjangan pengamatan
                  Dengan perpanjangan pengamatn berarti berarti peneliti kembali
             kelapangan melakukan pengamatan, mengobservasi kembali dengan
             sumber data yang telah ditemui maupun degan yang baru. Hal tersebut
             dilakukan oleh peneliti apabila dalam pelaksanaan tindakan pada
             siklus satu tidak tercapai sehingga sehingga diperlukan perbaikan
             yang menuntut peneliti untuk hadir kembali pada siklus II.
        2. Meningkatkan Ketekunan
                Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
            cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
            data dan uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan
            sistematis.
        3. Triangulasi
                Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber
             dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
             tiga cara tringulasi yatu :




                                                                                        38
a. Triangulasi Sumber
            Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
    dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
    diperoleh melalui dari beberapa sumber. Data yang
    diperoleh dari berbagai sumber tersebut tidak dapat
    disamaratakan seperti didalam penelitian kuantitatif tetapi
    dideskripsikan , Maka pandangan yang sama dan yang
    berbeda terhadap data yang dianilisis oleh peneliti
    sehingga menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
    dimintakan kesempatan ( member chek ) dari berbagai
    sumber data.
b. Triangulasi Data
            Triangulasi    data    berfungsi    untuk    menguji
   kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
   kepada     sumberyang     sam    dengan     tekhnik   berbeda.
   Triangulasi data ini bertujuan untuk mencari kebenaran
   data dari berbagai sumber yang memiliki perbedaan
   pendapat sehingga dapat disimpulkan informasi yang benar.


c. Triangulasi Waktu
            Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data.
   Dalam rangka pengujian kredibilitas dapat dilakukan
   dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara ,
   observasi, atau tekhnik lain dalam waktu dan situasi yang
   berbeda.
d. Menggunakan Bahan Referensi
            Bahan referensi merupakan adanya pendukung
   untuk membuktikan data yang diperoleh oleh peneliti yang
   merupakan salah satu pendukung yang akan digunakan oleh
   peneliti dalam proses pembelajaran yang didukung oleh
   foto atau dokumentasi.


                                                              39
e. Member Chek
                               Member chek merupakan proses pengecekan data
                        yang diperoleh peneliti kepada pemberi data . Member chek
                        bertujuan untuk mengetahui sumber data seberapa jauh data
                        yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
                        pemberi data.
3.8 Tahap – Tahap Penelitian
               Seperti yang telah dijelaskan pada pemapatran sebelumnya bahwa
       penelitian ini
   merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Langkah – langkah dan prosedur
    penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
    Taggart ( dalam Fahmi , 2006 : 32 ) berupa suatu siklus spiral yang meliputi
    kegiatan perencanaan ( planning ); pemberian tindakan ( action ); pengamatan
    ( observation ); dan refleksi ( reflection ) yang membentuk siklus demi siklus
    sampai tuntas penelitian, sehingga dapat diperoleh data yang dapt
    disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan peneliti. Pada penelitian ini
    direncanakan menggunakan satu siklus dengan rincian dua kali pertemuan ,
    jika pertemuan pertama dan kedua sudah mencapai ketuntasan maka
    pelaksanaan siklus dihentikan, jika sebaliknya maka penelitian ini akan
    dilanjutkan pada siklus berikutnya.
       3.8.1   Tindakan Pendahuluan atau Pra Siklus
                        Sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan siklus terlebih
               dahulu dilakukan tindakan pra siklus atau tindakan pendahuluan
               agar peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa serta mencapai
               hasil penelitian yang maksimal. Tindakan pendahuluan atau pra
               siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
                        1. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk meneliti
                           atau mengadakan penelitian di kelas VII MTs. AL –
                           HIKMAH Besuki Kabupaten Situbondo.




                                                                                 40
2. Mewawancarai langsung dengan kepala sekolah, TU,
                 guru mata pelajarn biologi serta mengumpulkan data
                 menegnai hasil belajar siswa sebelumnya.
              3. Observasi awal kelas dalam hal ini peneliti menyusuri
                 langsung tentang metode atau model pembelajaran yang
                 digunakan selama ini , serta aktivitas siswa selama
                 proses pembelajaran dengan menggunakan metode atau
                 model yang diterapkan guru selama ini.

       Menurut tim pelatih peroyek PGSM (1999:7), keempat fase dalam
satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan sebuah spiral PTK, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :




                                                                   41
3.8.2 Pelaksanaan Siklus
           Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
     tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan satu siklus , jika pada
     siklus pertam sudah tercapai tujuan penelitian yaitu dalam proses
     pembelajarn inquiry mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
     siswa , maka pelaksanaan siklus dihentikan sampai satu siklus
     saja.Tetapi jika sebaliknya maka dilakukan siklus selanjutnya dengan
     mengoptimalkan kerja tim peneliti agar tujuan yang diharapkan
     tercapai. Silus dalam penelitian ini bersifat fleksibel dan tidak dibatasi
     , maksudnya dalam pelaksanan siklus akan berakhir jika tujuan sudah
     tercapai dan jika belu tercapai maka berlaku siklus kedua dan ketiga.


        1. Siklus I
           Tahap – tahap yang akan dilaksanakan pada siklus I dalam
     penelitian ini mengacu pada skema spiral penelitian tindakan kelas
     dengan mengunakan empat fase yaitu perencanaan, pelaksanaan
     tindakan, observasi dan refleksi
                1. Perencanaan ( planning )
                         Tahap ini merupakan tahap perecanaan dari segala
                      sesuatu   yang      akan   dilakukan   dalam   penelitian.
                      Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah
                      sebagai berikut :
                         1. Menyusun         silabus   dan    rencana    proses
                             pembelajaran ( RPP ) atas metri yang akan
                             diajarkan menggunakan model pembeljaran
                             Inquiry.
                         2. Menyiapkan materi plajaran dan hala – hal yang
                             berhubungan dengan tugas – tugas yang harus
                             dilakukan oleh siswa.
                         3. Menyusun lembar kerja siswa.
                         4. Menyusun daftar kelompok siswa


                                                                             42
5. Menyusu pertanyaan atau permasalahan yang
           akan dikaji oleh siswa dengan kelompok masing
           – masing.
       6. Menyusun soal test uraian yang diberikan pada
           siswa secara individu di akhir pelaksanaan
           tindakan     untuk    memperoleh   data   tentang
           kemampuan siswa dalam memahami materi
           yang di pelajari.
       7. Menyiapkan lembar observasi ang dilakukan
           pada saat pelaksanaan pembelajarn yaitu pada
           saat diskusi kelompok .
       8. Menyusun jadwal presentasi dari tiap – tiap
           kelompok yang tersaji dalam lampiran.
2. Pelaksanaan atau tindakan ( action )
       Pada pelaksanaan tindakan ini , diawali dengan
       kegiatan belajarn
   mengajar dengan menyampaikan indicator hasil belajar,
   memberikan motivasi pada siswa agar mempelajari
   materi pelajaran lembar kerja siswa yang telah
   diberikan. Kegiatan selanjutnya guru menerapkan
   model pembelajaran inquiry . Pada kegiatan ini peneliti
   menerapkan model pembelajaran contextual teaching
   and learning tipe inquiry di MTs. AL – HIKMAH
   Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo dengan
   langkah – langkah sebagai berikut :
       1. Siswa dikelompokkan kedalam lima kelompok
           dan beranggotakan 6 siswa
       2. Masing – masing kelompok diberi tugas untuk
           berdiskusi tentang materi ekosistem       , pada
           tahap       ini      siswa   ditugaskan    untuk




                                                         43
mengidentifikasi masalah atau pertanyaan dari
   peneliti.
3. Setelah      dirasa     cukup      masing    –    masing
   kelompok         mendiskusikan       untuk       membuat
   hipotesis dari masalah atau pertanyaan yang
   sudah dibagikan kepada tiap – tiap kelompok
   dengan cara tiap anggota keompok membuat
   hipotesis sendiri – sendiri kemudian hipotesis
   tersebut dikumpulkan kepada kelompok nya .
4. Dari hipotesis tersebut , setiap kelompok
   melakukan             penelitian      dengan          cara
   mengumpulkan informs baik dari buku , refrensi
   maupun dari lingkungan               yang berdasarkan
   pengetahuan dan pengalaman
5. Setelah      mendapatkan        informasi    masing     –
   masing      kelompok        memberikan       hasil    dari
   penelitian       tentang    hipoesa     masalah       dan
   menyimpulkan jawaban dari permasalahan yang
   diteliti.
6. Setiap perwakilah kelompok mengumpulkan
   lembar       penelitian       atau     jawaban        dari
   permasalahan
7. Setiap       kelompo       maju       kedepan        untuk
   mempresentasikan hasil darai peelitian terhadap
   pemecahan masalah secara bergantian.
8. Guru memberikan evaluasi akhirberupa test
   dengan soal uraian yang di bagikan kepada tiap
   siswa.
9. Peutup atau kesimpulan , guru dan siswa
   bersama      –    sama     memberikan        kesimpulan




                                                          44
terhadap materi yang telah di pelajari dengan
             menerapkan model pembelajaran inquiry.
3. Pengamatan ( observation )
            Kegiatan        pengamatan            dilakukan       untuk
    mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan
    dengan pemberian tindakan. Dalam hal ini yang
    diamati adalah kgiatan guru ( peneliti ) dan kegiatan
    siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
    kegiatan pelaksanaan observasi peneliti guru bidang
    studi    dan    dua     observer       yang      bertujuan    untuk
    mengamati peneliti . Kegiatan ini dilakukan secara
    konpherensif          dengan      memanfaatkan             pedoman
    observasi.
4. Refleksi ( reflection )
            Refleksi      merupaak         kegiatan         menganalisa,
    memahami,          menjelaskan,          menyimpulkan          hasil
    pengamatan         kegiatan     ini    sebagai      upaya     untuk
    memahami dan memakai proses dan hasil yang dicapai
    sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Hasil yan
    diperoleh      dari    kegiatan       refleksi    ini    merupakan
    informasi tantang apa yanga telah terjadi dan apa yang
    perlu dilakukan selanjutnya yang dapat dijadikan dasar
    dalam melakukan perencanaan berikutnya. Hasil dari
    refleksi digunakan peneliti sebagai diskusi balikan
    untuk merencanakan mengadakan perbaikan pada
    pelaksnaan      tindakan       berikutnya.       Kegiatan      yang
    dilakukan dalam tahap refleksi ini yaitu menganalisis ,
    menjelaskan dan mengumpulkan hasil – hasil dari
    observasi danhasil test siswa yang digunakan untuk
    mengetahui         apakah      dengan      penggunaan         model




                                                                     45
pembelajaran inquiry dapat meningkatakan aktivitas
                           dan hasil belajar siswa pad siklus I.
                              Berdasarkan hasil tindakan yang disertai observasi
                           dan refleksi maka peneliti dapat mengetahui kelemahan
                           dan kekuarangan kegiatan pembelajaran yang dapat
                           digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada
                           siklus ke II. Tindakan siklus ke II dilakukan apabila
                           dalam siklus I belum terjadi peningkatan aktivitas dan
                           hasil belajar siswa yang diharapkan. Tindakan siklus II
                           ini sebagai usaha perbaikan pada siklus I.
                        5. Pengembangan Desain
                               Pada tahap ini peneliti banyak menjelaskan tentang
                           pendekatan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran
                           penelitian, data dan sumber data yang diinginkan oleh
                           penelitian, pengumpulan data , model analisis data dan
                           pengecekan keabsahan.
                        6. Penelitian Sebenarnya
                               Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada
                           penelitian kualitatif deskriptif, karena peneliti harus
                           berusaha    mendeskripsikan       tentang    peningkatan
                           aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model
                           pembelajaran inquiry dengan rancangan penelitian
                           tindakan kelas.
3.9 Jadwal Penelitian

       Agar pelaksanan penelitian dapa selesai dengan rencana dan waktu yang
telah ditentukan maka peneliti membuat sebuah jadwal penelitian sebagai
pedoman dalam penelitian .




                                                                                 46
Waktu
No
      KEGIATAN                    Agustus    September Oktober         Nopember Desember
.
                                  12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.    Pendaftaran Skripsi             x x x


2.    Penentuan Pembimbing                  x x

      Bimbingan Pertama (
3.                                                x
      Bab I )

4.    Bimbingan Bab II & III                          x

      Bimbingan Bab I , II,
5.                                                        x x
      III dan IP

6.    Ujian Kompherensip                                        x x

7.    Penelitian                                                      x x x

      Bimibngan Bab IV dan
8.                                                                            x x
      V
      Persiapan    Ujian    dan
9.                                                                                  x
      Abstrak

10.   Ujian Akhir Skripsi                                                               x x




                                                                                         47
48

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Eko Supriyadi
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
guestf6b63af
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Harsidi Side
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
fadhyl_bagenda
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
nu rokhman
 
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhProposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Str Balondero
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Vhentha Agabag
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Muhammad Syafrullah
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Suaidin -Dompu
 

Was ist angesagt? (20)

Ptkipaklas4
Ptkipaklas4Ptkipaklas4
Ptkipaklas4
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
 
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhProposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Ptk akuntansi
Ptk akuntansiPtk akuntansi
Ptk akuntansi
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
 
B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repaired
 

Ähnlich wie skripsi BaB I

Ähnlich wie skripsi BaB I (20)

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah ainah
Makalah ainahMakalah ainah
Makalah ainah
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
 
Skripsi titin
Skripsi titinSkripsi titin
Skripsi titin
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
PTK 1 jadi revisi.pdf
PTK 1 jadi revisi.pdfPTK 1 jadi revisi.pdf
PTK 1 jadi revisi.pdf
 
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyantiSkripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Pts diklat
Pts diklatPts diklat
Pts diklat
 

skripsi BaB I

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu system yang saling berkaitan.Sistaem tersebut terdiri dari komponen – komponen antara lain : Guru, Siswa, dan Fasilitas belajar.Tanpa adanya komponen – komponen tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah di terima oleh siswa.Untuk itu guru memerlukan strategi mengajar melalui model pembelajaran yang tepat sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Keberhasilan seorang guru dapat diukur melalui nilai prestasi siswa yang meningkat setelah proses pembelajaran. Rendahnya prestasi belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus menerus tanpa menggunakan alat bantumengajar seperti media pengajaranakan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang bersangkutan.Hal itu di karenakan kemampuan siswa dalam menerima materi yang tidak sama dalam satu kelas.Informasi akan menarik jika guru menggunakan model pembelajaran Inquiry, karena dalam pembelajaran Inquiry guru betugas sebagai Konselor dalam proses belajar mengajar, serta siswa beerusaha mengoptimalisasikan kemampuannya untuk belajar mandiri dalam mencari informasi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Berdasarkan informasi dari kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki kecamatan Besuki kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran Biologi masih rendah sehingga terjadi kesalahan – kesalahandalam mengerjakan soal – soal.Kesalahanyang dilakukan siswa dalam menjawab soal merupakan indikator kesulitan siswa, kemungkinan juga dari model atau metode pembelajaran yang digunakan guru selama ini dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan aktivitas siswa sehingga 1
  • 2. siswa cenderung pasif dan hanya bergantung pada penjelasan guru.Dari pengalaman belajar siswa yang cenderung pasif mengakibatkan kemampuan kognitif siswa sangat rendah sehingga hasil belajar siswa tidak mencapai ketentuan belajar. Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki, bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih menggunakan metode ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang adanya komunikasi antara guru dan siswa sehingga keaktifan siswa sangat kurang. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Inquiry yang mana dalam proses pembelajaran Inquiry siswa dapat mengembangkan ke kreatifannya untuk mencari informasi melalui penelitian dan percobaan dalam memecahkan permasalahan dalam materi pembelajaran biologi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba mengangkat penelitian yang di fokuskan pada model pembelajaran Inquiry pada mata pelajaran biologi kelas VII pokok bahasan “EKOSISTEM” tahun pelajaran 2011 – 2012 dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka agar penelitian ini lebih terarah, terlabih dahulu akan merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, masalah adalah sesuatu yang masih berupa problema yang perlu dicari pemecahannya yakni sevagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran inquiry terbimbing dalam proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 – 2012. 2. Adakah pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 – 2012. 2
  • 3. 3. Adakah pengaruh pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran biologi kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki pada pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 – 2012. 1.3 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah definisi tentang variabel maupun konsep – konsep secara spesifik sehingga definisi tersebut dapat diamati oleh si peneliti maupun orang lainyang ingin menguji kembali. Dengan demikian definisi operasional variabel berfungsi untuk menghindari salah penafsiran dan perbedaan pendapat tentang judul Skripsi. Dalam penelitian ini, ada tiga variabel yang akan diteliti yaitu : 1. Model pembelajaran inquiry terbimbing 2. Aktivitas belajar 3. Hasil belajar 1.3.1 Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Inquiry terbimbing merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa yang mana dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih aktif dalam memecahkan permasalahan yang telah ditentukan oleh guru dalam pembelajaran inquiry terbimbing ini guru berpegang penuh dalam membimbing proses pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. 1.3.2 Aktivitas Belajar Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Kegiatan atau aktivitas yang diteliti yaitu membaca, menulis, mendengarkan , bertanya, merespon. 1.3.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai berkat usaha yang di tunjukkan dengan adanya perubahan yang mengarah pada penguasaan, pengeluaran, kecakapan dan kebiasaan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif berkat pengalaman dan latihan. 3
  • 4. Dalam penelitian ini yang dimaksud nilai adalah ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat diukur dengan Kriteria ketuntasan Minimal ( KKM ) yang mana dalam penelitian ini KKM yang ditentukan adalah 70 Model pembelajaran Inquiry dikatakan mampu meningkatkan aktiviatas dan hasil belajar siswa apabila dalam penelitian tindakan kelas, pada kelas VII MTS. AL – Hikmah Besuki pokok bahasan “ EKOSISTEM “ siswa mapu memperoleh nilai diatas KKM yang sudah ditentukan oleh guru. 1.4 Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian ada maksud dan tujuan tertentu dimana tujuan itulah terfokus dalam suatu penelitian. Menurut Kartini Kartono berpendapat bahwa penelitian bertujuan untuk menentukan, mengembangkan dan mengakaji kebenaran suatu penelitian ( 1996 ; 20 ) Sesuai dengan permasalahan yang ada maka menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Ingin mengetahui bagaimana model pembelajaran Inquiry terbimbing pada mata pelajaran biologi materi pokok “ EKOSISTEM “ kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012. 2. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran biologi materi pokok “ EKSISTEM “ kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012. 3. Ingin mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Inquiry terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi materi pokok “ EKOSISTEM “ MT. Al – HIKMAH Besuki tahun ajaran 2011 – 2012. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah : 4
  • 5. 1. Bagi Peneliti a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah pendidikan. b. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah. 2. Bagi Lembaga Sekolah / Guru. a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry yang mampu menarik motivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Hasil penelitian dapat di jadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan baru dalam strategi belajar mengajar di masa yang akan datang. c. Merangsang motivasi guru untuk lebih menekankan keberhasilan proses pembelajaran dari pada hanya sekedar nilai akhir belajar siswa tanpa di sertai pencapaiankompetensi dasar yang seharusnya di kuasai. 3. Bagi Siswa a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang di sampaikan guru. b. Langkah – langkah pembelajaran yang di terapkan dapat mendorong penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat. c. Presentasi keberhasilan belajar siswa meningkat. 4. Bagi Institusi a. Program peningkatan kualitas kinerja guru. b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras denagn misi – misi sekolah. 5. Bagi masyarakat / Pendidikan Secara Umum a. Hasil penelitian ini sebagai sarana umtuk memberikan dorongan bagi putra bagi putra – putrinya agar lebih giat belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik. b. Hasil penelitian ini dapat diajadikan acuan dalam memecahkan problema pendidikan. 5
  • 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Teori Teori merupakan hal yang mutlak di perlukan dalam setiap penelitian, sebab dengan mendasarkan diri pada teori yang konkrit dan relevan dalam masalah penelitian, maka unsur – unsur penelitian dapat diuraikandengan jelas sehingga akan memudahkan dalam pembuktian hipotesisnya. Selain itu pemakaian teori akan dapat memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kerjasama dan yang dimaksud teori adalah suatu konsep dan definisi yang saling berhubungan dan dapat digunakan sebagai daar untuk menjelaskan dan meramalkan kejadian – kejadian atas peristiwa yang saling berhubungan. 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL ) 2.2.1.1 Pengertian CTL Pembelajaran kontextual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi materi dengan keadaan dunia nyata. Dengan model pembelajaran ini diterapkan dapat meningkatkan memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini karena siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang di peroleh di kelas dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat, dan nantinya sebagai tenaga kerja ( Suyanto, 2002 ; 2 ). Landasan filosofi pengembangan CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontrusikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Hal ini dilandasi filosofi bahwa pengetahuan tidak dapat di pisah – pisahkan menjadi fakta – fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang 6
  • 7. di gagas oleh jhon dewey pada awal abad 20 yang lalu ( Nurhadi, 2002 ; 26 ). Pembelajaran konstektual dalam terjemahan dari contextual teaching and learning ( CTL ) memiliki dua peranan dalam pendidikan yaitu sebagai filosofipendidikan dan sebagai rangkaian kesatuan strategi pendidikan. Bowling Green University, Johnson ( 2002 ) menjelaskan bahwa “ CTL adalah sistem yang holistik, yang terdiri dari interrelasi bagian – bagian yang memberikan dampak pada di terima suatu bagian yang mendalam ( Jhonson, 2002 ; 24 ). Penerapan CTL dalam pembelajaran dilaksanakan dengan siswa belajar dan memahami konsep – konsep pelajaran melalui masalah ( problem ) yang disajikan melalui alat peraga, memahami konsepnya kemudian mengaplikasikannya. 2.2.1.2 Karakteristik dan Komponen CTL Nurhadi ( 2002 : 20 ) menjelaskan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis CTL adalah : ( 1 ) kerjasama, ( 2 ) saling menunjang , ( 3 ) menyenangkan tidak membosankan, ( 4 ) belajar dengan bergairah, ( 5 ) pembelajaran terintegrasi ( 6 ) menggunakan berbagai sumber ( 7 ) siswa aktif ( 8 ) sharing dengan teman, ( 9 ) siswa kritis dan guru kreatif, ( 10 ) dinding kelas dan lorong – lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta – peta, gambar, artikel, humor dan lain sebagainya, ( 11 ) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, dan karangan siswa dan lain – lain. Karakteristik pembelajaran konstektual adalah : 1. Pembelajaran bermakna 2. Adanya keterkaitan yang kuat antar materi yang di pelajari dengan dunia nyata. 3. Siswa bersikap kritis dan guru kreatif dan inovatif, dan 4. Penilaian menggunakan authentic assessment. 7
  • 8. Secara khusus, Nurhadi, ( 2002 ; 10 ) menyatakan bahwa ada tujuan komponen utama CTL, yaitu : a. Kontruktivisme ( contructivism ) b. Menemukan ( Inquiry ) c. Bertanya ( Questioning ) d. Masyarakat belajar ( Learning Community ) e. Pemodelan ( Modeling ) f. Refleksi ( Reflection ) g. Penilaian yang sebenarnya ( Aunthentic Assessment ) 2.2.1.3 Penerapan CTL dalam pembelajaran Dalam pembelajaran kontextual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajaryang penting, yaitu mengaitkan ( relating ), mengalami ( exprinencing ), menerapkan ( applaying ), bekerjasama ( cooperating ), dan mentransfer ( transferring ). 1. Mengaitkan adalah Strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstrutivisme. Guru menggunakan konsep ini ketika ia mengaitkan konsep materi baru dengan materi yang sudah di kenal siswa. 2. Mengalami. Merupakan inti belajar kontektual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun dengan pengetahuan sebelumnya. 3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan. 4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan signifikan. Sebaliknya siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. 8
  • 9. 5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam – macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hafalan. 2.2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning) 1. Kelebihan CTL a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa di tuntut untuk dapat menagkap hubungan antara penaglaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsioanal, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aluran konstruktivisme, dimana seorang siswa di tuntun uentuk menemukan pengetahuannya sendiri. 2. Kelemahan CTL a. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam model pembelajaran CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Dalam pembelajaran ini, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “ Penguasa “ yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap berkembangnya. 9
  • 10. b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar menyadari dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sndiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang di terapkannya. 2.2 Dasar Pandangan Teori Tentang Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing 2.2.2 Pengertian Pembelajaran Inquiry Terbimbing Sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segal sesuatu melalui indra penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indra – indra lainnya. Hingga dewasa keingin tahuan manusia secara terus – menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna ( meaning full ) manakala didasari oleh keingin tahuan itu. Didasari inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan model pembelajaran Inquiry dikembangkan Inquiry secara harfiah berarti penyelidikan. Carind dan Sund ( Mulyase, E., 2005 ; 108 ) meyatakan bahwa “ Inquiry Is The Process Of Muestigi Ting a Probleme “ artinya bahwa Inquiry adalah proses penyelidikan suatu masalah. Menurut Kuslan dan Stone ( Wartono, 1996 ; 29 ) mendefinisikan Inquiry sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa. Peristiwa ilmiah dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Sanjaya ( 2008 ; 196 ) menyatakan Inquiry berasal dari kata To Inquire yang berarti ikut 10
  • 11. serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan. Mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa Inquiry ini bertujuan untuk memberi cara bagi siswa untuk mwmbangun kecakapan – kecakapan intelektual ( kecakpan berfikir ) terkait dengan proses – proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara – cara untuk menbantu individu untuk membangun kemampuan itu. Pembelajaran inquiry terbimbing adalah model pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap – tahap pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep – konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan baik diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 2.2.2.1 Ciri – cirri Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Selanjutnya Sanjaya ( 2008 ; 19 ) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi cirri utama model pembelajaran Inquiry, yaitu: 1. Model pembelajaran Inquiry terbimbing ini menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan masalah. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukam sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri 11
  • 12. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri ( self blief ). 3. Tujuan penggunaan model Inquiry adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran Inquiry siswa tidak hanya di tuntut untuk menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya. 2.2.2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Inquiry Terbimbing Sanjaya ( 2008 ; 202 ) menyatakan bahwa pembelajaran Inquiry mengikuti langkah – langkah sebagai berikut : 2.2.2.2.1 Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang di lakukan dalam orientasi ini adalah : 1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang di harapkan dapat di capai oleh siswa. 2. Menjelaskan pokok – pokok kegiatan yang harus di lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. 3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini di lakukan dalam rangka memberikan memotivasi belajar siswa. 2.2.2.2.2 Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka – teki. Persoalan yang di sajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka – teki itu. Teka – teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabanya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran Inquiry, 12
  • 13. oleh karna itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 2.2.2.2.3 Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang tepat di lakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak ( berhipotesis ) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang di kaji. 2.2.2.2.4 Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menyaring informasi yang di butuhkan untuk menguji hipotesis yang di ajukan. Dalam pembelajaran Inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berfikirnya. 2.2.2.2.5 Menguji Hipotesis atau melakukan pengamatan Menguji hipotesis menentukan jawaban yang di anggap di terima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan datanya. Menguji hipotesis juga mengembangkan kemampuan berfikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang di berikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus di dukung oleh data yang di temukan dan dapat di pertanggung jawabkan. 13
  • 14. 2.2.2.2.6 Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang di peroleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Dalam mengembangkan sikap Inquiry di kelas guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap yaitu : 1.) Tahap problem solving atau tugas ; 2.) Tahap pengeluaran kelompok ; 3.) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruk dapat memberikan kemudahan dalam bekerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran. 2.2.3 Macam – Macam / Tingakatan Inquiry Model pembelajaran inquiry terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang di berikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pembelajaran tersebut adalah : 2.2.3.1 Inquiry Terbimbing ( Guided Inquiry Approuch ) Pembelajaran inquiry terbimbing adalah model pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarah pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap – tahap pemecahannyadengan pembelajaran inquiry terbimbing ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa dapat lebih memahami konsep – konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas – tugas yang relevan untuk diselesaikan baik diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu 14
  • 15. menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 2.2.3.2 Inquiry Bebas ( free inquiry approach ) Pada umumnya pembelajaran inquiry bebas ini di gunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pembelajaran inquiry. Karena dalam inquiry bebas ini menempatkan siswa seolah – olah ilmuwan sungguhan. Siswa di beri kebebasan menentukan permasalahan untuk di selidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah – langkah yang di perlukan. 2.2.3.3 Inquiry Bebas Yang Di modifikasikan ( modified free inquiry approach ) Dalam pembelajaran inquiry jenis ini membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat di berikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh – contoh yang relevan dengan permasalahan yang di hadapi, atau melalui siswa dengan kelompok lain. 2.2.4 Tujuan pembelajaran Inquiry Terbimbing Metode pembelajaran inquiry disamping mengantarkan siswa pada tujuan intruksional tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberikan tujuan ringan ( nutrunan effect ) sebagai berikut : 1) Memperoleh keterampilan untuk memperoses secara ilmiah. 2) Lebih berkembangnya daya kreaktifitas anak 3) Belajar secara mandiri 4) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara sensitif ( Gulo, 2002 ;101 ) 5) Lebih memahami hal – hal yang mendua 15
  • 16. 2.2.5 Peranan Pembelajaran Inquiry Terbimbing Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inquiry mempunyai peranan penting baik bagi guru maupun para siswa antara lain sebagai berikut : 1) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa 2) Membuat konsep dari siswa bertambah dengan penemuan – penemuan yang di perolehnya 3) Memilki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan keterampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa. 4) Penemuan – penemuan yang di peroleh siswa dapat menjamin kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya. 5) Tidak menjadikan guru satu – satunya sebagai sumber belajar. 2.2.6 Syarat kegiatan Pembelajaran Inquiry Kondisi – kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inquiry adalah : 1) Aspek social didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. 2) Berfokus pada hipotesis 3) Penggunaan fakta sebagai evidensi 2.2.7 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Terbimbing Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang banyak di anjurkan, karena memilki keunggulan di antaranya ; 1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna. 2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang di anggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang 16
  • 17. menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkata adanya pengalaman. 4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata – rata. Disamping memilki keunggulan, pembelajaran ini memiliki kelemahan diantaranya : 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3. Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyelesaikannya dengan waktu yang di tentukan. 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit di implementasikan. 2.3 Dasar Pandangan Teori Tentang Aktivitas Belajar 2.3.1 Aktivitas Menurut Anton M. Mulyono ( 2001 ; 26 ), aktivitas artinya “ kegiatan atau keaktifan “ jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan – kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiata yang di lakukan baik secara jasmani dan rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan slah satu indicator adanya keinginan siswa untuk belajar. 2.3.2 Aktivitas Belajar Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi ( guru dan siswa ) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang di maksudkan disni penerapannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dlam proses 17
  • 18. pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Seperti yang dikemukakan oleh Rochman Nata Wijaya dalam Depdiknas ( 2005 ; 31 ), belajar aktif adalah keaktivan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang paling mendasar yang di tuntut dalam proses pembelajaran adalah keaktivan siswa “. Keaktivan siswa dalam proses belajar akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuan semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. 2.4 Dasar Pandangan Teori Tentang Mata Pelajaran Biologi 2.4.1 Pengertian Biologi 2.4.1.1 Pengertian Ilmu Biologi Berdasarkan etimologi biologi berasal dari dua kata yaitu bios artinya hidup dan logos artinya ilmu dari dua kata tersebut pengertian biologi yaitu “ biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang semua makhluk hidup di muka bumi ( manusia, hewan, tumbuhan, jamur, ganggang / alga, bakteri, dan virus “. Dari pendapat diatas dapat penulis simpilkan bahwa mata pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang di ajarkan untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan atas dimana pada dasarnya pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara “ mengetahui “ dan cara “ mengerjakan “ yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. 18
  • 19. 2.4.1.2 Tujuan Pengajaran biologi mempunyai tujuan dalam proses pembelajaran bagis siswa yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan. 2. Kebanggaan nasional dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. 3. Memahami konsep – konsep biologi dan saling keterkaitan. 4. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari. 5. Mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk memperolehkonsep – konsep biologi dan menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah. 6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya tecknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. 2.4.1.3 Fungsi Pengajaran biologi berfungsi menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta menguasai konsep biologi untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 2.4.2 Materi Pokok EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oelh hubungan timbale balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan penggabungan dari stiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbale balik antara organisme 19
  • 20. dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan an organisme. 2.4.2.1 Komponen Pembentuk Ekosistem Komponen – komponen pembentuk Ekosistem adalah : 1. Abiotik Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa an organik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme yaitu : 1. Suhu. Proses biologi di pengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperature dan tubuhnya. 2. Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organism 3. Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis 4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi fotosintesis. 5. Tanah dan Batu. Beberapa karakteristiktanah yang meliputi struktur fisik, PH, dan komposisi mineral penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makananya di tanah. 6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. 2. Biotik 20
  • 21. Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup ( organisme ). Komponen biotic adalah suatu komponen yang menyusu suatu ekosistem selain komponen abiotik ( tidak bernyawa ). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup di bedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Heterotof / konsumen Komponen heterotof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan – bahan organic yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Yang tergolong heterotof adalah manusia hewan, jamur, dan mikroba. 2. Pengurai / decomposer Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. 2.4.2.2 Ketergantungan Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antara komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik. 1. Antar komponen biotik a. Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui rantai makanan b. Jaring – jaring makanan yaitu raintai – rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring – jaring 2.4.2.3 Antar komponen biotik dan abiotik Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dpat terjadi melalui siklus materi. Seperti 1. Siklus karbon 21
  • 22. 2. Siklus air 3. Siklus nitrogen 4. Siklus sulfur 2.4.3 Dasar Pandangan Teori Tentang Hasil Belajar Asal kata hasil usaha adalah dari prestasi yang menurut Ws. Wingkel adalah : “ bukti usaha yang di capai karena adanya pengalaman dan latihan “ ( 1994 ; 161 ). Sedangkan pengertian belajar menurut James Whi Haber yang kemudian dikutip Wasty Soetomo adalah “ proses dimana tingkah laku yang timbul atau mengalami perubahan karena adanya latihan atau pengalaman “ ( 1991 ; 99 ). Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah hasil dari bukti usaha seseorang dalam proses pembelajaran baik berupa latihan ataupun pengalaman. 2.4.3.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang di capai oleh siswa merupakan interaksi dari berbagai factor yang saling mempengaruhi baik dari dalam ( faktor internal ) dari siswa itu. Wasty Soemanto, mengemukakan pendapatnya faktor – faktor prestasi belajar dapat di golongkan menjadi tiga macam yaitu : a. Faktor – faktor stimulasi belajar adalah hal diluar individu yang merangsang individu untuk menyadarkan reaksi atau perubahan belajar b. Faktor – faktor metode belajar adalah metode belajar yang dipakai oleh pelajar karena di pengaruhi oleh metode mengajar yang digunakan guru c. Faktor – faktor individu meliputi : “ Kematangan usia, jenis kelamin, pengalaman kapasitas mental, kondisi kesehatan 22
  • 23. jasmani dan rohani, serta motivasi ( 1990 ; 107-115 ). 2.4.3.2 Penilaian Hasil Belajar Penilaian adalah belajar penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan dan di laksanakan itu sudah berhasil atau tidak. Dalam pelaksanaan penelitian itu tentu di perlukan informasi atau data kuantitatif yang di peroleh melalui kegiatan yang disebut pengukuran dengan menggunakan alat ukur, seperti : Tes tulis, tes lisan atau tes perbuatan Dalam bukunya Suhartini Ari Kunto menjelaskan sebagai berikut : “ penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan tempat penilaian di sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud usaha yang di lakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah di umpamakan sebagai tempat mengelola sesuatu dan calon siswa di umpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil bahan yang sudah siap digunakan. Dalam motivasi yang menggunakan teckhnologi maka tempat pengelolaan itu disebut informasi, jika di gambarkan dalam bentuk diagram akan terliahat sebagai berikut : Input transformasi output Umpan balik 23
  • 24. a. Input adalah siswa yang belum memasuki sekolah di nilai lebih dahulu kemampuannya untuk mengetahui apakah ia mampu mengikuti pelajaran selamjutnya. b. Transformasi adalah sekolah yang bertugas mengolah bahan mentah ( calon siswa ) menjadi bahan jadi ( lulusan yang memiliki unsur – unsur antara lain : Guru dan personal lainnya Bahan pelajaran Metode mengajar dan system evaluasi Sarana penunjang Sistem administrasi c. Out put adalah lulusan dari sekolah itu yang sebelumnya mengalami penilaian untuk dapat lulus atau tidak. d. Umpan balik adalah senjata informasi yang dapat di pakai sebagai acuan untuk memperbaiki keadaan selanjutnya. Penilaian adalah serangakaian kegiatan untuk memperoleh menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang di lakukan sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan ( Direktorat Dik menum, 1994 ; 2 ). Penilaian sebaiknya bersifat relatif artinya diantara siswa yang ada didalam kelas. Siapakah yang telah berhasil menyerap paling banyak pengetahuan yang di ajarkan oleh guru dan siapa yang terampil berfikir didalam memutuskan masalah biologi atau ilmiah. Di dalam penilaian guru sudah memberikan standart Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang mana KKM tersebut 24
  • 25. dijadikan acuan dalam proses penilaian hasil belajar siswa. 2.4.3.3 KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) adalah criteria paling rendah untuk menyatakanpeserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus di tetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasrkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hamper sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. 2.4.3.4 Fungsi KKM Di dalam penilaian KKM memiliki beberapa fungsi untuk pemberian kriteria ketuntasan belajar siswa, agar dalam penilaian mudah bagi guru untuk menentukan siswa yang sudah mencapai indikator belajar atau tidak . Fungsi tersebut antara lain : 1. Sebagai acuan bagi seorang guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan Kompetensi Dasar ( KD ) suatu mata pelajaran atau Standart Kompetensi ( SK ) 2. Sebagai acuan peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran 3. Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK / KD – nya 4. Sebagai slah satu instrumen dalam melakukan evaluasi belajar 25
  • 26. 5. Sebagai kontrak peda gogik anatara pendidik peserta didik dan masyarakat ( khususnya orang tua dan wali murid ) 2.4.3.5 Tahapan Penetapan KKM Seperti pada uraian diatas bahwa penetapan KKM di lakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Adapun langkah dan penetapan KKM antara lain : 1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangakan tiga aspek criteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, intake peserta didik. Hasil penetapan KKM indicator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran. 2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran di sahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru didalam penilaian 3. KKM yang ditetapkan di sosialisasikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas pendidikan 4. KKM dicantumkan dalam laporan hasil belajar atau rapor pada saat hasil penilaian di alporkan kepada orang / wali peserta didik. 2.5 Keterkaitan Antara Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Biologi. Telah diketahui bahwa model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada aktivtas siswa secara maksimal untuk mencari menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam pembelajaran inquiry siswa di ajarkan untuk mandiri dan siswa di latih untuk aktif mengikuti proses pembelajaran. 26
  • 27. Trinandita ( 1984 ) menyatakan bahwa “ hal yang paling mendasar yang di tuntut dalam proses pembelajaran inquiry akan menyebabkan interaksi tinggi antara guru dengan siswa ataupun siwa itu sendiri. Hal ini mangakibatkan suasan kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkannya semaksimal mungkin. Sanjaya ( 2008 ; 196 ) menyatakan bahwa “ seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan, sehingga di harapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri ( self belief ) Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : “ Semakin kreatif guru mata pelajaran biologi dalam memberikan pertanyaan atau permasalahan yang harus di pecahkan siswa dalam proses pembelajaran maka semakin baik pula aktivitas dan hasil belajar siswa “. Dalam materi pokok Ekosistem siswa memerlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mengenali atau mengetahui ekosistem dan kegiatan – kegiatannya. Maka dengan pembelajaran inquiry guru harus memberikan kebebasan siswa untuk mencari informasi, menemukan dan memecahkan permasalahan atau pertanyaan dari guru sehingga terciptalah suasana belajar yang aktif sehingga siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan siswa lebih memahami konsep pembelajaran ini dan siswa mencapai hasil belajar yang lebih efektif. 2.6 Hipotesa Penelitian Hipotesa sangat perlu yaitu memberi arah bagi peneliti dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam suatu penelitian hipotesa haruslah di rumuskan dengan jelas sesuai dengan syarat – syarat tertentu. Winarno Surahmad menyatakan “ hipotesa adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan untuk mencapai kesimpulan diadakan 27
  • 28. penggolongan secara cermat, maka akan didapatkan suatu kesimpulan yang menerima atau menolak suatau hipotesa yang telah di ajukan Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki mata pelajaran biologi poko bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 / 2012. 2. Model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VII MTS. AL – HIKMAH Besuki Materi pelajaran Biologi pokok bahasan “ EKOSISTEM “ tahun pelajaran 2011 / 2012. 28
  • 29. BAB III MODEL PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan kualitatif. Adapun ciri – ciri pendekatan kualitatif menurut Sudjana (dalam Wahyuningsih, 2006.20 ) yaitu : ( 1 ) menggunakan lingkungan alamiyah sumber data langsung ; ( 2 ) bersikap deskriptif analitis ; ( 3 ) lebih menekankan proses daripada hasil ; ( 4 ) analisa data bersifat induktif , karena penelitian tidak dimulai dari deduktif teori tetapi dari lapangan yakni fakta empiris ; ( 5) menggu nakan makna. Ciri tersebut diperkuat oleh oleh pendapat Meong( dalam Fahmi, 2006 : 27 ) bahwa penelitian ini juga sesuai dengan karakteristik penelitian kuali tatif. Karakteristik yang dimaksud adalah : ( 1 ) menggunakan latar belakang ala miah seperti apa adanya di lapangan; ( 2 ) penelitian sebagai instrumen utama, maksudnya disamping pengumpulan data dan menganalisis data, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian ; ( 3 ) hasil penelitian bersifat deskriptif ; ( 4 ) desain bersifat sementara ; serta ( 5 ) batas permasalahan ditentukan fokus peneli tian. Rancangan penelitian yang dipandang sesuai dengan tujuan peneli tian adalah rancangan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Karena menurut Hobri ( 2006 ) penelitian tindakan kelas adalah penelitian atau kajian secara sistematis dan terencana dilakukan oleh oleh peniliti dan praktis ( dalam hal ini guru ) untuk memperbaiki penbelajaran dengan jalan mengadakan perbaikan atau perubahan dan mempelajari akibat yang ditimbulkan. Jenis penelitian tindakan ini termasuk penelitian tindakan kelas . Penelitian ini dikatakan penelitian tindakan kelas dari awal sampai berakhirnya penelitian. Rancangan pembelajaran yang digunakan berdasarkan dari model pene litian Hopkins, yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral yang terdiri dari empat fase ( PGSM , 1998 : 8 ) yaitu fase perencanaan ( planning ) ; tindakan ( action ) ; pengamatan ( observation ) ; dan refleksi ( reflec tion ) ; Penelitian ini berorientasi pada pengkajian masalah – masalah praktis yang 29
  • 30. dihadapi guru dalam kelas, dan hasilnya dapat diaplikasikan oleh guru sendiri dalam rangka memperbaiki pemanfaatan belajar mengajar yang dihadapi. 3.2 Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah lokasi yang dijadikan tempat untuk dilak sanakannya penelitian. Sebagai mana dikatakan Hadi ( dalam fFahmi, 2006 : 28 ) bahwa daerah penelitian merupakan suatu tempat atau lokasi objek penelitian dila kukan . Model penentuan lokasi penelitian yang digunakan dalam peneliti an adalah purposive sampling area , yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau lokasi penelitian yang didasarkan pada pertimbangan tertentu . Adapun lokasiyang ditentukan adalah dalam penelitian dalah MTs. AL – HIKMAH yang berlo kasi di jalan Adipodai No.36 Besuki Kabupaten Situbondo. Pertimbangan yang didasari peneliti memilih tempat penelitian tersebut karena selama ini sekolah ter sebut hanya terpaku pada proses pembelajarn dengan model ceramah yang mana guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa sulit untuk mencapai indikator pembelajaran serta sekolah tersebut masih belum pernah dia dakan penelitian tentang tentang model pembelajaran inquiry dalam rangka peni ngkatan mutu belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran biologi. 3.3 Kehadiran Peneliti Konsekuensi dari pemilihan jenis penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini memuat kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan. Menurut Nasution ( dalam Sugiyono , 2005 : 60 ) menyatakan bahwa : “ Dalam penelitian kualitatif , tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasan ialah bahwa; segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti masalah, fokus, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti, Segala sesuatu perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu – satu nya yang dapat mencapai “ . 30
  • 31. Penelitian bertindak sebagai instrumen utama dan pemberi tinda kan di lapangan. Peneliti sebagai instrumen dimaksudkan sebagai pewawancara dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti mewawancarai subjek peneliti dengan berpedoman pada hasil pekerjaan siswa . Peneliti sebagi pengamat yaitu meneliti mengamati aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran Kedudukan pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat dan menyajikan bahan jar serta motivator kegiatan pembelajaran selama peneli tian dilakukan , serta pada pembelajaran model inquiry penilit bertindak sebagi konselor dalam proses diskusi yang dilakukan siswa. Disamping pembentukan tindakan, peneliti juga bertindak sebagai pengamat, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Kehadirabn peneliti dilokasi sebnyak tiga kali secara terbuka, maksudnya statussebagai peneliti dantujuan kegiatan pene liti diketahui oleh siswa. 3.4 Data dan Sumber Data Data yangdiperlukan dalampenelitian ini terdiridari dua macam data yaitu : 1. Data berupa dokumen , meliputi : a. Jawaban siswa dalam menyelesaikan soal b. Respon siswa untuk masing – masing penyelesaian tugas atau konsep yang diberikan dalam model pembelajaran . 2. Data berupa non dokumenter, meliputi : a. Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah an guru mata pelajaran. b. Hasil wawancara peneliti dengan siswa yang menjadi subjek penelitian. c. Hasil observasi dan mengenai kegiatan pembelajaran baik berkenaan dengan peneliti maupun yang berkenaan dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sumber data dan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa 31
  • 32. kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki Tahun ajaran 2011 / 2012. Model yang digunakan untuk menentukan subjek alat penlitian ini adalah dengan menggunakan tekhnik penelitian sample. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs. AL –HIKMAH Besuki, salah satu pertimbangannya adalah siswa kelas tersebut mempunyai rata – rata tingkat kemampuan afektif, kognitif , dan psikomotor yang tidak jauh berbeda. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksud untuk memperoleh bahan – bahan ya ng relevan dan akurat, dimana model yang digunakan memiliki ciri yang bebeda – beda . Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih, 2006 : 22 ), model pengumpulan data adalah cara yang diguanakan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun mo del yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Metode Test Model test adalah satu cara pengumpulan data yang berupa angka atau nilai hasil belajar dengan tekhnik pengukuran. Pada penelitian ini tekhnik pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengunakan test. Seperti yang dikemukakn oleh Abdul ( 2003 : 09 ) yaitu dalam proses hasil belajar siswa kita menggunakan tekhnik atau model test, oleh karena itu dalam penelitian menngunakan alat penialain yang berupa test. Adapun jenis test digolongkan menjadi dua yaitu tes tulis dan test lisan.Test tulis terdiri dari test pilihan ganda dan tes uraian. Definisi tes pilihan gandan dan uraian adalah sebagai berikut : 1. Pilihan ganda adalah test yang terdiri dari beberapa soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban uyang tersedia atau dengan mengisi jawaban yang benar 2. Uraian merupakan bentuk test yang terdiri dari suatu pertanyaan atau perintah yang memrlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata – kata yang relatif panjang . 32
  • 33. Test ini diberikan apada siswa dengan maksud mengukur sejauh mana hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran inquiry. Test yang dilakukan Setelah kegiatan pemeblajaran, dengan menggunakan soal test obyektif ( pilihan ganda ) dan essay ( uraian ), serta di konsultasi kan dengan guru bidang studi. Sehingga dapat menunjukkan tingkat keter capaian tujuan tujuan pemeblajaran. Hasil dari test tersebut dapat diguna kan sebagai acuan dalam mewawancarai subyek penelitian. 3.5.2 Metode Wawancara Menurut Arikunto ( dalam Wahyuningsih , 2006 : 22 ) menyatakan bahwa wawancara atau interview dalam sebuah dialog yang dilakukanoleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara . Dalam pe laksanaannya wawancara dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Wawancara bebas, dimana wawancara bebas menyatakan apa saja tetapi juga mengikat akan data yang dikumpulkan. 2. Wawancara terpimpin , dimana wawncara dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam wawncara terstruktur. 3. Wawancara bebas terpimpin, yang merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Sanapiah faisal ( DALAM Sugiyono, 2005 : 76 ) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif yaitu : 1. Menetapkan kepada siap wawancara itu akan dilakukan 2. Menyiapkan pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan 3. Mengawali atau membuka alur wawancara 4. Melangsungkan alur wawancara 33
  • 34. 5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan 7. Mengidentifikasi hasil tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin , karena pewawancara membawa pedoman dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung.Wawancara dilaksanakan setelahdiadakan test. Wawancara dilakukan dengan pedoman pada pekerjaan siswa yang berupa tugas pengajuan soal dan test hasil belajar. Data yang akan diperoleh ada lah data tanggapan guru dan siswa tentang proses dan hasil pembelajaran yang te lah dilak sanakan. 3.5.3 Metode Observasi Model observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatanperhatian terhadap suatu objek menggunakan alat indera yaitu pengamatan secara langsung . Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrument pengamatan. 2. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan pedoman instrument pengamatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi sistematis dengan pedoman yang sudah disiapkan ( lampiran ). Untuk mempermudah mengumpulkan data , penelitian ini akan dibantu oleh se orang observasi yang sudah mendapat kepercayaan dari peneliti dan guru pada saat pengambilan data. Pedoman yang akan digunakan pada saat ob servasi antara lain : 34
  • 35. 1. Pedoman observasi yaitu berisikan tentang peraturan atau tata tertib dalam melaksanakan observasi. 2. Panduan pengamatan yaitu berisikan tentang tata cara pemberian nilai terntum dalam criteria atau kategori penilaian. 3. Lembar pengamatan. 3.5.4. Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan model penunjang dari model observasi dan wawancara. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku (sugiyono,2005:82). Dokumentasibiasanya berbentuk tulisan,gambar,atau karya-karya monumental dari seseorang. teknik pe ngumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang dipe roleh melalui dokumen-dokumen. Jadi dengan model documenter kita dapat mengumpulkan data dengan melihat beberapa dokumen sebagai bahan informasi tamba han atau bukti otentik sebagai penunjang dalam pengumpulan data sebu ah penelitian. Adapun data dokumen – dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah keadaan siswa MTs. AL- HIKMAH , keadaan fisik dan fasilitas MTs. AL – HIKMAH dan data lain yang berhubungan deng an objek yang diteliti. 3.6 Tekhnik Analisis Data Data penelitian terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian terkumpul terdiri dari test, hasil wawan cara, hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah : 35
  • 36. 1. persentasi ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran dicari dengan rumus. n P= x 100 % N keterangan: p= persentase ketuntasan hasil belajar siswa n= jumlah siswa yang tuntas belajar N= jumlah seluruh siswa 2. Hasil analisis data digunakan untuk menentukan langkah-langkah penelitian berikutnya. Jika test siswa tidak mencapai ketetapan klasikal ( nilai test merupakan hasil evaluasi akhir atau test akhir dari bahan ajar yang diberikan ), maka penelitian akan dilanjutkan atau diteruskan ke siklus kedua dengan materi atau bahan ajar yang sejenis. jika pada siklus kedua hasil test siswa tidak mencapai ketuntasan klasikal, maka penelitian akan masuk pada siklus ketiga dan begitu seterusnya sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan klasikal. 1. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut: a. daya serap individual, seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 70 dari skor maksimal 100 b. Daya serap klasikal jika satu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat skor minimal mencapai 85 % siswa yang telah mencapai skor dari atau sama dengan 70 dari skor maksimal. Langkah analisis hasil observasi diawali dengan menghitung jumlah skor hasil observasi pada masing-masing siswa, kemudian menggolongkan kedalam kategorisasi yang telah ditentukan, untuk menghitung jumlah skor digunakan pedoman sebagai berikut : n P= x 100 % M 36
  • 37. Keterangan : P = Presentase skor yang di capai n = Skor yang diperoleh peserta didik m = Skor maksimal Pengelompokan kategori aktivitas belajar siswa secara individu menggunakan kriteria pengelompokan menurut Sukandi ( 199 : 100 ) adalah sebagai berikut : Tabel Kategori Penilaian Kreativitas Siswa Presantase Kriteria Pa 80 Sangat aktif 70 ≤ Pa < 80 Aktif 60 ≤ Pa < 70 Cukup aktif Pa < 60 Tidak aktif Observasi terhadap kegiatan guru berupaya memberikan pemafaatan mengenai kemampuan guru dalam menerapkan setiap langkah dalam penerapan pembelajaran inquiry. Lembar observasi yang digunakan dijabarkan pada tampilan. Hasil observasi tidak dianalisa melainkan hanya untuk mengetahui langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan pengelompokan kategori menurut ( Sukardi , 1999 : 100 ) adalah sebagai berikut : Tabel 1 Kategori Penialain Kreativitas Siswa Presantase Kriteria P 90 % sangat aktif 80 % ≤ P < 90 % aktif 65 % ≤ P < 80% cukup aktif 50% ≤ P < 65% kurang P < 50% sangat kurang 37
  • 38. Data hasil test yang dianalisis secara statistic deskriptif, dengan pengujian menggunakan table distribusi frekuensi. Hasil dari statistik deskriptif kemudian dideskripsikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi yang menyeluruh mengenai hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif. 3.7 Pengecakan Keabsahan Data Menurut Sugiono ( 2005 : 121 ) dalam uji keabsahan dalam penelitian kualitatif meliputi : ( 1 ) uji kredibilitas data ; ( 2 ) uji transferability ; ( 3 ) uji depenabiliti ; ( 4 ) uji konfermabiliti. Agar diperoleh temuan dan interprestasi yang abash maka perlu diuji kredibilitas data atau kepercayaan kepada data. Menurut Sugiono ( 2005 : 22 ) dalam menguji sebuah keabsahan sebuah penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara : 1. Perpanjangan pengamatan Dengan perpanjangan pengamatn berarti berarti peneliti kembali kelapangan melakukan pengamatan, mengobservasi kembali dengan sumber data yang telah ditemui maupun degan yang baru. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus satu tidak tercapai sehingga sehingga diperlukan perbaikan yang menuntut peneliti untuk hadir kembali pada siklus II. 2. Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan uraian peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. 3. Triangulasi Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga cara tringulasi yatu : 38
  • 39. a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui dari beberapa sumber. Data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut tidak dapat disamaratakan seperti didalam penelitian kuantitatif tetapi dideskripsikan , Maka pandangan yang sama dan yang berbeda terhadap data yang dianilisis oleh peneliti sehingga menhasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesempatan ( member chek ) dari berbagai sumber data. b. Triangulasi Data Triangulasi data berfungsi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumberyang sam dengan tekhnik berbeda. Triangulasi data ini bertujuan untuk mencari kebenaran data dari berbagai sumber yang memiliki perbedaan pendapat sehingga dapat disimpulkan informasi yang benar. c. Triangulasi Waktu Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Dalam rangka pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara , observasi, atau tekhnik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. d. Menggunakan Bahan Referensi Bahan referensi merupakan adanya pendukung untuk membuktikan data yang diperoleh oleh peneliti yang merupakan salah satu pendukung yang akan digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran yang didukung oleh foto atau dokumentasi. 39
  • 40. e. Member Chek Member chek merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data . Member chek bertujuan untuk mengetahui sumber data seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. 3.8 Tahap – Tahap Penelitian Seperti yang telah dijelaskan pada pemapatran sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Langkah – langkah dan prosedur penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart ( dalam Fahmi , 2006 : 32 ) berupa suatu siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan ( planning ); pemberian tindakan ( action ); pengamatan ( observation ); dan refleksi ( reflection ) yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian, sehingga dapat diperoleh data yang dapt disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan peneliti. Pada penelitian ini direncanakan menggunakan satu siklus dengan rincian dua kali pertemuan , jika pertemuan pertama dan kedua sudah mencapai ketuntasan maka pelaksanaan siklus dihentikan, jika sebaliknya maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. 3.8.1 Tindakan Pendahuluan atau Pra Siklus Sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan siklus terlebih dahulu dilakukan tindakan pra siklus atau tindakan pendahuluan agar peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa serta mencapai hasil penelitian yang maksimal. Tindakan pendahuluan atau pra siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut : 1. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk meneliti atau mengadakan penelitian di kelas VII MTs. AL – HIKMAH Besuki Kabupaten Situbondo. 40
  • 41. 2. Mewawancarai langsung dengan kepala sekolah, TU, guru mata pelajarn biologi serta mengumpulkan data menegnai hasil belajar siswa sebelumnya. 3. Observasi awal kelas dalam hal ini peneliti menyusuri langsung tentang metode atau model pembelajaran yang digunakan selama ini , serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode atau model yang diterapkan guru selama ini. Menurut tim pelatih peroyek PGSM (1999:7), keempat fase dalam satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan sebuah spiral PTK, seperti ditunjukkan pada gambar berikut : 41
  • 42. 3.8.2 Pelaksanaan Siklus Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan satu siklus , jika pada siklus pertam sudah tercapai tujuan penelitian yaitu dalam proses pembelajarn inquiry mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa , maka pelaksanaan siklus dihentikan sampai satu siklus saja.Tetapi jika sebaliknya maka dilakukan siklus selanjutnya dengan mengoptimalkan kerja tim peneliti agar tujuan yang diharapkan tercapai. Silus dalam penelitian ini bersifat fleksibel dan tidak dibatasi , maksudnya dalam pelaksanan siklus akan berakhir jika tujuan sudah tercapai dan jika belu tercapai maka berlaku siklus kedua dan ketiga. 1. Siklus I Tahap – tahap yang akan dilaksanakan pada siklus I dalam penelitian ini mengacu pada skema spiral penelitian tindakan kelas dengan mengunakan empat fase yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi 1. Perencanaan ( planning ) Tahap ini merupakan tahap perecanaan dari segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian. Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut : 1. Menyusun silabus dan rencana proses pembelajaran ( RPP ) atas metri yang akan diajarkan menggunakan model pembeljaran Inquiry. 2. Menyiapkan materi plajaran dan hala – hal yang berhubungan dengan tugas – tugas yang harus dilakukan oleh siswa. 3. Menyusun lembar kerja siswa. 4. Menyusun daftar kelompok siswa 42
  • 43. 5. Menyusu pertanyaan atau permasalahan yang akan dikaji oleh siswa dengan kelompok masing – masing. 6. Menyusun soal test uraian yang diberikan pada siswa secara individu di akhir pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam memahami materi yang di pelajari. 7. Menyiapkan lembar observasi ang dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajarn yaitu pada saat diskusi kelompok . 8. Menyusun jadwal presentasi dari tiap – tiap kelompok yang tersaji dalam lampiran. 2. Pelaksanaan atau tindakan ( action ) Pada pelaksanaan tindakan ini , diawali dengan kegiatan belajarn mengajar dengan menyampaikan indicator hasil belajar, memberikan motivasi pada siswa agar mempelajari materi pelajaran lembar kerja siswa yang telah diberikan. Kegiatan selanjutnya guru menerapkan model pembelajaran inquiry . Pada kegiatan ini peneliti menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning tipe inquiry di MTs. AL – HIKMAH Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Siswa dikelompokkan kedalam lima kelompok dan beranggotakan 6 siswa 2. Masing – masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang materi ekosistem , pada tahap ini siswa ditugaskan untuk 43
  • 44. mengidentifikasi masalah atau pertanyaan dari peneliti. 3. Setelah dirasa cukup masing – masing kelompok mendiskusikan untuk membuat hipotesis dari masalah atau pertanyaan yang sudah dibagikan kepada tiap – tiap kelompok dengan cara tiap anggota keompok membuat hipotesis sendiri – sendiri kemudian hipotesis tersebut dikumpulkan kepada kelompok nya . 4. Dari hipotesis tersebut , setiap kelompok melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan informs baik dari buku , refrensi maupun dari lingkungan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman 5. Setelah mendapatkan informasi masing – masing kelompok memberikan hasil dari penelitian tentang hipoesa masalah dan menyimpulkan jawaban dari permasalahan yang diteliti. 6. Setiap perwakilah kelompok mengumpulkan lembar penelitian atau jawaban dari permasalahan 7. Setiap kelompo maju kedepan untuk mempresentasikan hasil darai peelitian terhadap pemecahan masalah secara bergantian. 8. Guru memberikan evaluasi akhirberupa test dengan soal uraian yang di bagikan kepada tiap siswa. 9. Peutup atau kesimpulan , guru dan siswa bersama – sama memberikan kesimpulan 44
  • 45. terhadap materi yang telah di pelajari dengan menerapkan model pembelajaran inquiry. 3. Pengamatan ( observation ) Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberian tindakan. Dalam hal ini yang diamati adalah kgiatan guru ( peneliti ) dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan pelaksanaan observasi peneliti guru bidang studi dan dua observer yang bertujuan untuk mengamati peneliti . Kegiatan ini dilakukan secara konpherensif dengan memanfaatkan pedoman observasi. 4. Refleksi ( reflection ) Refleksi merupaak kegiatan menganalisa, memahami, menjelaskan, menyimpulkan hasil pengamatan kegiatan ini sebagai upaya untuk memahami dan memakai proses dan hasil yang dicapai sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Hasil yan diperoleh dari kegiatan refleksi ini merupakan informasi tantang apa yanga telah terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan perencanaan berikutnya. Hasil dari refleksi digunakan peneliti sebagai diskusi balikan untuk merencanakan mengadakan perbaikan pada pelaksnaan tindakan berikutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi ini yaitu menganalisis , menjelaskan dan mengumpulkan hasil – hasil dari observasi danhasil test siswa yang digunakan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan model 45
  • 46. pembelajaran inquiry dapat meningkatakan aktivitas dan hasil belajar siswa pad siklus I. Berdasarkan hasil tindakan yang disertai observasi dan refleksi maka peneliti dapat mengetahui kelemahan dan kekuarangan kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus ke II. Tindakan siklus ke II dilakukan apabila dalam siklus I belum terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang diharapkan. Tindakan siklus II ini sebagai usaha perbaikan pada siklus I. 5. Pengembangan Desain Pada tahap ini peneliti banyak menjelaskan tentang pendekatan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran penelitian, data dan sumber data yang diinginkan oleh penelitian, pengumpulan data , model analisis data dan pengecekan keabsahan. 6. Penelitian Sebenarnya Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada penelitian kualitatif deskriptif, karena peneliti harus berusaha mendeskripsikan tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran inquiry dengan rancangan penelitian tindakan kelas. 3.9 Jadwal Penelitian Agar pelaksanan penelitian dapa selesai dengan rencana dan waktu yang telah ditentukan maka peneliti membuat sebuah jadwal penelitian sebagai pedoman dalam penelitian . 46
  • 47. Waktu No KEGIATAN Agustus September Oktober Nopember Desember . 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pendaftaran Skripsi x x x 2. Penentuan Pembimbing x x Bimbingan Pertama ( 3. x Bab I ) 4. Bimbingan Bab II & III x Bimbingan Bab I , II, 5. x x III dan IP 6. Ujian Kompherensip x x 7. Penelitian x x x Bimibngan Bab IV dan 8. x x V Persiapan Ujian dan 9. x Abstrak 10. Ujian Akhir Skripsi x x 47
  • 48. 48