Dokumen tersebut membahas beberapa teori pembangunan ekonomi utama meliputi:
1) Model pertumbuhan linier bertahap
2) Teori perubahan struktural dan pola pembangunan
3) Revolusi ketergantungan internasional
Teori-teori tersebut berkembang sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan sepanjang dekade 1950-an hingga 1990-an.
3. dadang-solihin.blogspot.com 3
Dadang holds a MA degree (Economics), University of
Colorado, USA. His previous post is Head, Center for
Research Data and Information at DPD Secretariat General
as well as Deputy Director for Information of Spatial
Planning and Land Use Management at Indonesian National
Development Planning Agency (Bappenas).
Beside working as Assistant Professor at Graduate School
of Asia-Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan,
he also active as Associate Professor at University of Darma
Persada, Jakarta, Indonesia.
He got various training around the globe, included Advanced
International Training Programme of Information Technology
Management, at Karlstad City, Sweden (2005); the Training
Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004);
Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala
Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development
Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government
Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001);
and Regional Development and Planning Training Course,
Sapporo, Japan (1999). He published more than five books
regarding local autonomous.
You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his
mobile at +62812 932 2202
4. Materi
Teori-teori Utama Pembangunan
Ekonomi: Lima Pendekatan
Dekade 1950-an dan 1960-an
Dekade 1970-an
Aliran Pemikiran yang Pertama
Aliran Pemikiran yang Kedua
Dekade 1980-an
Akhir 1980-an dan Awal 1990-an
4dadang-solihin.blogspot.com
5. dadang-solihin.blogspot.com 5
Teori-teori Utama Pembangunan
Ekonomi: Lima Pendekatan
1. Teori Tahapan Linier (linear-stages-of-growth
models);
2. Model Perubahan Struktural (the structural change
theories and patterns);
3. Revolusi Ketergantungan Internasional (international
dependence revolution);
4. Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik (neoclassical
free-market counterrevolution);
5. Teori Pertumbuhan yang Baru (new or endogenous
theory of economic growth).
6. dadang-solihin.blogspot.com 6
Dekade 1950-an dan 1960-an
Para teorisi cenderung memandang proses
pembangunan sebagai serangkaian tahapan
pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang pasti
akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan
pembangunan.
Pandangan ini merupakan suatu bentuk teori ekonomi
yang menyoroti pembangunan sebagai paduan dan
kuantitas tabungan nasional, penanaman modal, dan
bantuan asing dalam jumlah yang tepat.
Kesemuanya itu harus sedapat mungkin diupayakan
serta diadakan oleh negara-negara Dunia Ketiga agar
mereka juga dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan
ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui
dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang
maju.
Dengan demikian, pembangunan itu diidentikkan
dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat.
7. dadang-solihin.blogspot.com 7
Dekade 1970-an
Pendekatan tahapan-linier tergusur oleh dua aliran
pemikiran ekonomi, yang sesungguhnya lebih berbau
ideologis daripada akademis.
Aliran pemikiran yang pertama menitikberatkan
pada teori dan pola perubahan.
Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi
ketergantungan internasional.
8. dadang-solihin.blogspot.com 8
Aliran Pemikiran yang Pertama
menggunakan teori-teori ekonomi modern dan
analisis statistik guna melukiskan proses struktural
internal yang harus dialami oleh negara-negara
berkembang agar mampu dan berhasil menciptakan
serta sekaligus mempertahankan pertumbuhan
ekonominya yang cepat.
9. dadang-solihin.blogspot.com 9
Aliran Pemikiran yang Kedua
Bersifat radikal dan lebih berorientasi politik.
Memandang keterbelakangan negara-negara
berkembang sebagai akibat pola hubungan
kekuasaan internasional yang tidak adil.
Perhatian utama teori ini ditujukan pada pentingnya
menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan
kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan
kerja yang lebih bervariasi, dan mengurangi
ketimpangan distribusi pendapatan.
Teori ini cenderung menyangsikan bahwasanya
pertumbuhan ekonomi akan dapat diraih melalui
cara-cara yang dianjurkan secara gencar oleh model-
model pertumbuhan bertahap linier maupun teori-
teori perubahan struktural.
10. dadang-solihin.blogspot.com 10
Dekade 1980-an
Kontrarevolusi neoklasik (seringkali disebut
neoliberal)
menekankan pada peranan menguntungkan yang
dimainkan oleh pasarpasar bebas, perekonomian
terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan
milik pemerintah atau negara yang kebanyakan
memang tidak efisien dan boros.
Menurut teori ini, kegagalan pembangunan tidak
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal
maupun internal sebagaimana diyakini oleh para
tokoh teorisi ketergantungan, melainkan diakibatkan
oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi
pemerintah dalam kehidupan perekonomian
nasional.
11. dadang-solihin.blogspot.com 11
Akhir 1980-an dan Awal 1990-an
Teori baru pertumbuhan ekonomi.
Teori ini mencoba memodifikasikan dan
mengembangkan teori pertumbuhan tradisional
sedemikian rupa sehingga ia dapat menjelaskan
mengapa ada sebagian negara yang mampu
berkembang begitu cepat sedangkan yang lain begitu
sulit atau bahkan mengalami stagnasi (kemacetan).
Teori baru ini juga bermaksud menjelaskan mengapa
meskipun konsep-konsep neoklasik seperti pasar
bebas dan otonomi sektor swasta begitu gencar
didengungkan, tetapi peranan pemerintah dalam
keseluruhan proses pembangunan masih tetap
sangat besar.
12. dadang-solihin.blogspot.com 12
1. Teori Tahapan Linier
Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow.
Model Pertumbuhan Harrod-Domar.
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada:
Beberapa Kritik Terhadap Model Pembangunan
Bertahap.
13. dadang-solihin.blogspot.com 13
Rostow: Stages-of-growth-models of development
(Model-model pembangunan pertumbuhan bertahap)
Menurut Rostow, dalam proses pembangunannya,
suatu negara akan melalui beberapa tahapan yang
utama sebagai berikut:
1. tahapan tradisional, dengan pendapatan per kapita
yang rendah dan kegiatan ekonomi yang stagnan;
2. tahapan transisional, di mana tahap prakondisi bagi
pertumbuhan dipersiapkan;
3. tahapan lepas landas (ini merupakan permulaan bagi
adanya proses pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan);
4. tahapan awal menuju ke kematangan ekonomi; serta
5. tahapan produksi dan konsumsi massal yang bersifat
industri (inilah tahapan pembangunan atau
development stage).
14. dadang-solihin.blogspot.com 14
Harrod-Domar growth model
(Model pertumbuhan Harrod-Domar)
Sebuah persamaan yang menunjukkan hubungan
fungsional secara ekonomis antara berbagai variabel
pokok ekonomi.
Pada intinya model ini menyatakan bahwa tingkat
pertumbuhan GDP (g) secara langsung tergantung
pada tingkat tabungan nasional (s) dan sebaliknya
akan menentukan rasio modal-output (k), sehingga
persamaannya adalah g = s/k.
Persamaan tersebut mengambil nama dari dua orang
ekonom terkemuka, yakni Sir Roy Harrod dari Inggris
dan E. V. Domar dari Amerika Serikat.
15. dadang-solihin.blogspot.com 15
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang
Harus Ada: Beberapa Kritik Terhadap Model
Pembangunan Bertahap
Gagasan dasar tentang pembangunan yang
terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap
tersebut di atas tidak selalu berlaku.
Alasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan
karena tabungan dan investasi tidak lagi merupakan
syarat penting (necessary condition) bagi
pemacuan pertumbuhan ekonomi,
akan tetapi karena dalam kenyataannya telah terbukti
bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu saja
belumlah syarat cukup (sufficient condition) untuk
memacu pertumbuhan ekonomi.
16. dadang-solihin.blogspot.com 16
Necessary Condition (Syarat Perlu)
Syarat yang diperlukan demi terjadinya suatu
peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak
disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa
tidak terjadi.
Sebagai contoh, pembentukan modal (capital)
merupakan syarat perlu guna menunjang
pertumbuhan ekonomi (sebelum pertumbuhan
output terjadi, harus ada alatnya dahulu untuk
menghasilkan output tersebut).
Akan tetapi, agar pertumbuhan tersebut bisa
berlangsung secara berkesinambungan, maka
harus ada pula perubahan sosial, kelembagaan dan
sikap yang bersifat menunjang.
17. dadang-solihin.blogspot.com 17
Sufficient Condition (Syarat Cukup)
Suatu kondisi atau syarat yang harus dipenuhi guna
memungkinkan sesuatu hal bisa terjadi.
Sebagai contoh, menjadi mahasiswa dari sebuah
universitas tertentu merupakan syarat cukup untuk
menerima pinjaman dana dari Program Kredit
Mahasiswa.
18. dadang-solihin.blogspot.com 18
Model pembangunan Rostow dan Harrod-Domar
secara implisit ternyata mengasumsikan adanya
sikap-sikap dan pengaturan yang sama di negara-
negara terbelakang.
Akan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada di negara-negara Dunia Ketiga.
Negara-negara tersebut masih sangat kekurangan
faktor-faktor komplementer yang paling penting
seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja
yang terlatih, kemampuan perencanaan dan
pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dsb.
Teori-teori pertumbuhan bertahap boleh dikatakan
telah gagal total dalam memperhitungkan pelbagai
kenyataan penting lainnya.
19. dadang-solihin.blogspot.com 19
Negara-negara Dunia Ketiga sekarang ini merupakan
bagian integral dari suatu sistem internasional yang
sedemikian rumit dan integratif, sehingga strategi-
strategi pembangunan yang paling hebat dan
terencana secara matang sekalipun dapat
dimentahkan begitu saja oleh kekuatan-kekuatan
asing yang keberadaan dan sepak-terjangnya sama
sekali di luar kendali negara-negara yang
bersangkutan.
Maka muncullah pendekatan yang lebih baru dan
radikal yang mencoba mengkombinasikan faktor-
faktor ekonomi dan institusional ke dalam suatu
model sistem baru mengenai kemajuan dan
keterbelakangan internasional.
Pendekatan itu selanjutnya disebut sebagai
paradigma ketergantungan internasional.
20. dadang-solihin.blogspot.com 20
2. Model Perubahan Struktural
Mekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang
untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri
mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional
ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke
kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor
industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh.
Model perubahan struktural tersebut dalam analisisnya
menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-
konsep harga dan alokasi sumber daya, serta metode-metode
ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi.
Aliran pendekatan perubahan struktural ini didukung oleh
ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur
Lewis yang termasyur dengan model teoretisnya tentang
"surplus tenaga kerja dua sektor" (two sector surplus labor) dan
Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis
empirisnya tentang "pola-pola pembangunan" (patterns of
development).
21. dadang-solihin.blogspot.com 21
Model Perubahan Struktural
Teori Pembangunan Lewis:
– Transformasi struktural (structural transformation)
– Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model)
Perubahan Struktural dan Pola-pola Pembangunan.
Kesimpulan-kesimpulan dan Implikasinya.
22. dadang-solihin.blogspot.com 22
Structural Transformation
(Transformasi Struktural)
Proses pengubahan struktur industri dari suatu
perekonomian agar kontribusi sektor manufaktur
terhadap pendapatan nasional (national income)
lebih tinggi daripada sektor pertanian.
Dapat juga diartikan sebagai perubahan komposisi
industri dalam perekonomian.
Misalnya: primary sector, secondary sector, dan
tertiary industrial sector.
23. dadang-solihin.blogspot.com 23
Lewis Two-Sector Mmodel
(Model dua-sektor Lewis)
Teori pembangunan yang menyatakan bahwa jika
surplus tenaga kerja (surplus labor) dari sektor
pertanian tradisional bisa dialihkan ke sektor industri
modern yang daya serap tenaga kerjanya semakin
tinggi, maka hal itu akan mempromosikan
industrialisasi dan dengan sendirinya akan memacu
adanya pembangunan secara berkesinambungan.
24. dadang-solihin.blogspot.com 24
3. Revolusi Ketergantungan Internasional
(international dependence revolution)
Model Ketergantungan Neokolonial.
Model Paradigma Palsu.
Tesis Pembangunan Dualistik.
25. dadang-solihin.blogspot.com 25
Model Ketergantungan Neokolonial
(Neocolonial dependence model)
Suatu model yang dalil utamanya menyatakan bahwa
terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangan di
negara-negara Dunia Ketiga disebabkan oleh aneka
kebijakan ekonomi, sosial, politik, dan bahkan
budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-
negara maju terhadap negara-negara berkembang,
sehingga tidak ubahnya ketika mereka
memperlakukan wilayah jajahannya di masa
sebelumnya.
26. dadang-solihin.blogspot.com 26
Model Paradigma Palsu
(False-paradigm model of underemployment)
Bahwa negara-negara Dunia Ketiga telah gagal
mencapai kemajuan yang cukup berarti karena
strategi pembangunan mereka (biasanya disarankan
oleh pakar ekonomi Barat) didasarkan pada model-
model pembangunan "yang keliru" yang jelas tidak
cocok dengan kebutuhan mereka yang mendasar.
Model pembangunan yang selama ini telah mereka
terapkan terlalu menekankan pada akumulasi kapital
(capital accumulation) tanpa memberi perhatian
secukupnya pada perlunya untuk mengadakan
perubahan-perubahan sosial dan kelembagaan.
27. dadang-solihin.blogspot.com 27
Tesis Pembangunan Dualistik
Pandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua
kelompok besar, yakni negara-negara kaya dan
miskin.
Di negara-negara kaya memang masih ada sebagian
penduduknya yang miskin, dan sebaliknya di negara-
negara miskin pun ada segelintir penduduknya yang
makmur sejahtera.
Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang
dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi
pembangunan.
Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah
yang kian lama terus melebar antara negara-negara
kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya
dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara.
28. dadang-solihin.blogspot.com 28
Pada dasarnya, konsep dualisme ini terdiri dari empat
elemen kunci sebagai berikut:
1. Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada
sejumlah elemen "superior" dan sekaligus elemen
"inferior".
2. Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang
bersifat sementara atau transisional, melainkan.
sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis.
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-
masing elemen tersebut bukan hanya tidak
menunjukkan tanda-tanda akan berkurang,
melainkan bahkan cenderung meningkat.
4. Hubungan saling-keterkaitan antara elemen-elemen
yang superior dengan elemenelemen lainnya yang
inferior tersebut terbentuk dan berlangsung
sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-
elemen superior sangat sedikit atau sama sekali
tidak membawa manfaat untuk meningkatkan
kedudukan elemen-elemen yang inferior.
29. dadang-solihin.blogspot.com 29
Dengan demikian, apa yang disebut sebagai prinsip
"penetesan kemakmuran ke bawah" (trickle down
effect) itu sesungguhnya sulit diterima.
Bahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen
superior tersebut justru tidak jarang memanfaatkan,
memanipulasi, mengekploitasi ataupun menggencet
elemen-elemen yang inferior.
Jadi, yang mereka kembangkan justru
keterbelakangannya.
30. dadang-solihin.blogspot.com 30
4. Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik
(neoclassical free-market counterrevolution)
Tantangan bagi Pendekatan Statis
– Pasar Bebas
– Pilihan Rasional
– Ramah Terhadap Pasar
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional
(‘lama’)
31. dadang-solihin.blogspot.com 31
Pasar Bebas
Kondisi keterbelakangan negara-negara berkembang
bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi
sumber daya yang selama ini bertumpu pada
kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak
tepat dan adanya campur tangan pemerintah yang
berlebihan.
32. dadang-solihin.blogspot.com 32
Oleh karena itu, dengan membiarkan pasar bebas
(free markets) hadir dan beroperasi secara penuh,
pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik
pemerintah, promosi perdagangan bebas dan
pengembangan ekspor, menarik para investasi asing
(misalnya, investor dari negara-negara maju), serta
pembatasan regulasi dan distorsi harga pada pasar
input, pasar output maupun pasar keuangan, maka,
efisiensi serta pertumbuhan ekonomi akan terpacu
secara lebih optimal.
33. dadang-solihin.blogspot.com 33
Pilihan Rasional
Bahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam
urusan-urusan ekonomi selalu salah, sehingga setiap
bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi.
Pandangan pedas ini bertolak dari asumsi dasar
yang meyakini bahwa sikap, tindakan, dan keputusan
para politisi, birokrat, warga negara biasa, apalagi
pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari
kepentingan-kepentingan mereka sendiri, tidak peduli
apa konsekuensinya terhadap pihak lain.
34. dadang-solihin.blogspot.com 34
Ramah terhadap Pasar
Pendekatan ini mengakui adanya berbagai
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar, baik itu
pasar produk maupun pasar faktor, di negara-negara
Dunia Ketiga, dan bahwa pemerintah memang perlu
menjalankan peran aktif dalam perekonomian,
khususnya untuk mengoreksi pelbagai
ketidaksempurnaan pasar itu.
Yang ditekankan oleh pendekatan ini adalah,
intervensi pemerintah itu haruslah bersifat
"nonselektif" atau ramah terhadap (disesuaikan
dengan) mekanisme pasar.
35. dadang-solihin.blogspot.com 35
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (‘lama’)
Traditional (old) neoclassical growth theory
Model pertumbuhan Robert Solow yang menyatakan
bahwasanya ekuilibrium pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang itu sama dengan nol, dan
pendapatan per kapita dari semua negara cenderung
merasa atau menjadi sama besarnya.
Teori ini sendiri bertolak dari konsep persaingan
sempurna (perfect competition) dan prinsip skala
hasil (returns to scale) yang konstan.
36. dadang-solihin.blogspot.com 36
5. Teori Pertumbuhan yang Baru (new or
endogenous theory of economic growth).
Merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori pertumbuhan
tradisional (traditional growth theory) yang khusus dirancang untuk:
menjelaskan alasan mengapa ekuilibrium pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang bisa positif dan bervariasi di
kalangan negara-negara, dan
mengapa pula arus modal justru cenderung mengalir dari
negara-negara miskin ke negara-negara maju yang tentunya
lebih kaya,
meskipun rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio) di
negara-negara miskin tersebut masih rendah.