Dokumen tersebut membahas tipologi keagamaan masyarakat dari berbagai sudut pandang seperti sosiologis, antropologis, dan politik. Terdapat beberapa tipologi keagamaan masyarakat seperti liberal, fundamentalis, kaffah, salafiah/ortodoks, dan tradisional. Dokumen ini juga membahas landasan teoretis dari Islam normatif dan historis beserta ciri-cirinya.
1. Pertemuan VII
Tipologi Keagamaan Masyarakat
Pengantar
Mempelajari tipologi keagamaan dalam masyarakat dapat
dilakukan berdasarkan berbagai sudut pandang. Karena
itu keragamaan keagamaan secara sosiologis dapat
dilihat dalam golongan-golongan sosial-keagamaan,
sedangkan secara antropologis tipologi tersebut menjadi
keragaman perilaku keagamaan, aliran, dan tradisi-
tradisi. Demikian halnya keagamaan secara politik atau
setidaknya dalam konteks politik, maka akan dijumpai
berbagai tipologi keagamaan masyarakat.
2. • Liberal
• Fundamentalis
• Kaffah
• Salafiah/ortodoks
• Tradisional
• Modernis, reformis
3. Landasan Teoretik
Islam Normatif adalah keberagamaan Islam
yang terkait dengan normatifitas ajaran
wahyu yang bersifat doktriner dan tekstual.
Islam Historis adalah keberagamaan Islam
yang dilihat dari sudut pandang tertentu dan
terkait erat dengan historisitas pemahaman
dan interpretasi orang perorang atau
kelompok-kelompok terhadap norma-norma
ajaran agama Islam. Di samping itu, model-
model amalan dan praktek-praktek ajaran
agama yang dilakukannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Ciri-ciri Normativitas
1. Dibangun, diramu, dibakukan, dan ditelaah lewat pendekatan
doktrinal-teologis
2. Berangkat dari teks yang sudah tertulis dalam kitab suci,
sehinga brsifat literalis, tekstualis, dan skriptualis
3. Pemahaman keagamaan cenderung absolutis lantaran
cenderung mengabsolutkan teks yang sudah tertulis, tanpa
berusaha memahami lebih dahulu apa yang sesungguhnya
melatarbelakangi berbagai teks keagamaan yang ada
4. Adanya realitas transendental yang bersifat mutlak dan
universal, malampaui ruang dan waktu.
5. Ciri-ciri Historisitas
1. Keberagamaan ditelaah lewat berbagai sudut pandang atau
pendekatan sosial keagamaan yang bersifat multidisipliner, baik
historis, sosiologis, antropologis, psikologis, dan politis
2. Pemahaman keagamaan lebih bersifat ekternal-lahiriyah dari
keragaman manusia, dan kurang menyentuh aspek batiniyah-
esoteris serta makna terdalam dan moralitas yang dikandung
oleh ajaran-ajaran agama.
3. Mementingkan telaah mendalam tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi fenomena keagamaan, baik yang bersifat
kultural, psikologis maupun sosiologis.
4. Agama tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan
manusia yang berada dalam ruang dan waktu