SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 177
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
PERMENKES SUNAT KAUM PEREMPUAN: PRO DAN KONTRAANTARA
TRADISIDANPERLINDUNGANKEPENTINGANPEREMPUAN
PERMENKES FEMALE GENITAL CUTTING BETWEEN
TO PROTECT WOMEN URGENTLYAND TRADITIONAL CULTURE
Oktarina
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Surabaya
ABSTRACT
Findings on female circumcision in few areas in Indonesia show
that nearly 88.5% of the field by medical personnel, in Padang
Pariaman 67.5% also carried out by medical staff, while the
remaining non-medical personnel, while in Makassar and bone
almost 100% female circumcision is performed by non-power
health or dukun beranak if done by non medical personnel,
Kemenkes can not regulate. Female circumcision as a tradition
that must be respected, even if they basically do not agree to
such practices as viewed from the medical side, female cir-
cumcision is an activity that is not known and is not recom-
mended. To protect the health of women and their infants to
further strengthen the decision then the health minister issued
regulations Permenkes No.1636/Menkes/Per/XI/2010 female
circumcision which issued November 2010. In the presence of
female circumcision Permenkes aims to protect women from
illegal life-threatening circumcision and reproductive system,
Health Minister also gave authority to certain medical workers
such as doctors, midwives and nurses to perform female cir-
cumcision procedure.
Keywords: ministerial regulation, Female Genital Cutting, tradi-
tion
ABSTRAK
Penelitian di Indonesia pada beberapa daerah tentang sunat
perempuan hasilnya di Padang hampir 88,5% dan Padang
Pariaman 67,5% dilakukan oleh tenaga medis, sedangkan
sisanya non tenaga medis. Sementara itu di Makassar dan
Bone hampir 100% sunat perempuan dilakukan oleh non tenaga
kesehatan atau dukun beranak. Bila dilakukan oleh non tenaga
medis, Kemenkes tidak bisa mengatur. Sunat perempuan
sebagai suatu tradisi masyarakat yang harus dihormati,
sekalipun pada dasarnya mereka tidak setuju terhadap praktik
tersebut karena ditinjau dari sisi medis, sunat perempuan
merupakan aktivitas yang tidak dikenal dan tidak dianjurkan.
Untuk melindungi kesehatan bayi perempuan serta untuk lebih
menguatkan keputusan tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/Menkes /Per/XI/2010
tentang Sunat Perempuan yang dikeluarkan November 2010.
Permenkes Sunat Perempuan ini bertujuan untuk melindungi
perempuan dari sunat ilegal yang membahayakan jiwa dan
sistem reproduksinya. Permenkes juga memberikan otoritas
kepada pekerja medis tertentu seperti dokter, bidan dan perawat
untuk melakukan prosedur sunat perempuan.
Kata Kunci: Permenkes Sunat Kaum Perempuan, tradisi
PENGANTAR
Di Indonesia sunat kaum perempuan dilakukan
umumnya didasari oleh adanya tradisi masyarakat
yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang
dimaksud adalah sesuatu yang berada di luar kemau-
an individu, di luar kemampuan perseorangan, dan
memaksakan kehendaknya pada setiap individu.
Adanya tekanan-tekanan sosial sering menghalangi
individu untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya
diinginkan.1
Manusia dalam berperilaku tidak hanya didasar-
kan pada pemikirannya sendiri. Pemikiran tersebut
akan mengalami proses pemaknaan atas kenyataan
eksternal yang melingkupinya untuk kemudian diolah
dalam kognitif manusia. Jika pemikiran tersebut di-
sepakati, terjadilah tindakan mengkhitankan sebagai
ekspresi penerimaan atas nilai-nilai sekitarnya. Peri-
laku manusia terdiri atas tiga faktor yaitu afektif, kog-
nitif, dan psikomotorik. Psikomotorik individu ini di-
ukur melalui praktik yang dilakukan individu. Praktik
tersebut mempunyai empat tingkatan yaitu persepsi,
respons terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Praktik
yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih lang-
geng daripada praktik yang tidak didasari oleh
pengetahuan.2
Penelitian di Peninsula-Malaysia3
menunjukkan
bahwa sunat kaum perempuan dilakukan oleh se-
bagian besar penduduk Malaysia 53%. Meskipun
sejauh ini belum ada laporan tentang dampak negatif
khitanterhadapkesehatanperempuan,kemungkinan
terjadinya infeksi selalu ada, terutama terkait dengan
cara sunat yang dilakukan oleh orang yang tidak
terlatih dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup
memadai tentang anatomi dan fisiologi organ geni-
tal perempuan.
Penelitian diAfrika 1996 yang meliputi Negara
Mali, Sudan, Yaman, Mesir, Nigeria,Arab dan Soma-
lia tentang sunat kaum perempuan dan dampaknya
JURNALMANAJEMENPELAYANANKESEHATAN
VOLUME 14 No. 04 Desember z 2011 Halaman 177 - 180
Makalah Kebijakan
178 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Oktarina: Permenkes Sunat Kaum Perempuan
terhadap kesehatan seksual telah banyak dilakukan.4
Misalnya penelitian female genital cutting diyakini
memiliki efek terhadap kesehatan perempuan, seper-
ti kecenderungan terjadinya perdarahan ketika
melakukan operasi dan adanya hambatan ketika
melakukan hubungan seksual. Meskipun demikian
kaum muslim di sana cenderung tetap mendorong
dilakukan female genital cutting.4
Penelitian di Indonesia pada beberapa daerah
tentang sunat perempuan. Hasilnya, di Padang ham-
pir 88,5% dan di Padang Pariaman 67,5% dilakukan
oleh tenaga medis, sedangkan sisanya non tenaga
medis. Sementara itu, di Makasar dan Bone hampir
100% sunat perempuan dilakukan oleh non tenaga
kesehatan atau dukun beranak. Bila dilakukan oleh
non tenaga medis, Kemenkes tidak bisa mengatur.5
Peraturan diberlakukan parlemen Mesir yang
mengesahkan Undang-Undang (UU) tentang pela-
rangankhitanperempuan.Bagiyangmelanggarakan
dikenai denda 185 dollar AS sampai 900 dollar AS
dan kurungan penjara antara 3 bulan dan 2 tahun.
Namun, diAsia praktik sunat perempuan hingga saat
ini masih dilakukan di Pakistan, India, Banglades,
dan Malaysia.6
Pemaknaan sunat perempuan dan tradisi
Female genital cutting didefinisikan sebagai pro-
sedur pemotongan (pembuangan) sebagian atau
seluruh bagian klitoris (clitoridectomy), pemotongan
klitoris dan sebagian atau seluruh bagian labia mi-
nora (excision), atau pemotongan sebagian atau
seluruh bagian luar genital dengan menjahit atau
menyempitkan pembukaan vaginal (infibulations).
Adanya pemaknaan sunat tidak bisa dilepaskan
dari interaksi stimulus dan respons. Adanya stimu-
lus yang berupa kebiasaan sunat perempuan di
kalangan masyarakat tertentu yang telah dilakukan
secara turun-temurun telah menuntun anggota-ang-
gotanya untuk mengambil sikap. Proses pemben-
tukan dan perubahan sikap, serta perilaku tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal mau-
pun eksternal. Faktor dari dalam individu (internal)
meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap,
emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar, sedangkan faktor dari luar
(eksternal) meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik, seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi dan budaya.7
Sebagai tuntunan tradisi, sunat kaum perem-
puan dianggap perlu dan penting dilakukan karena
ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, di
antaranya anak perempuan yang di sunat akan
tumbuh menjadi anak yang cantik dan bercahaya
(pliger), terjaga perilakunya (tidak genit dan binal),
dan klitorisnya tidak akan tumbuh memanjang. Sunat
perempuan sebagai suatu tradisi masyarakat yang
harus di hormati, sekalipun pada dasarnya mereka
tidak setuju terhadap praktik tersebut karena ditinjau
dari sisi medis, sunat perempuan merupakan
aktivitas yang tidak dikenal dan tidak dianjurkan. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan menolak jika dimintai
bantuannya untuk mengkhitan anak perempuan.4
Perdebatan tentang sunat kaum perempuan
sudah dimulai ditingkat internasional sejak tahun
1960-an oleh aktivis dan tenaga medis diAfrika yang
menyuarakan konsekuensi kesehatan dari praktik
sunat kaum perempuan ini kepada PBB dan WHO.
Namunsuaratersebuttidakpernahditanggapisecara
serius dengan menghasilkan suatu peraturan formal.
Masalah sunat kaum perempuan akhirnya ditegas-
kanpadaKonferensiPerempuanke-4diBeijingtahun
1995 sebagai isu kekerasan terhadap perempuan
yang dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
reproduksi.8
Perlindungan kesehatan reproduksi serta
dampak sunat perempuan
Agama hanya mewajibkan sunat untuk laki-laki,
sementara dari aspek medis sunat perempuan justru
berisiko memicu infeksi pada organ reproduksi. Sunat
bagi perempuan tidak ada manfaatnya sama sekali.
Untuk itu, Fakultas Kedokteran tidak ada yang
mengajarkan khitan untuk wanita. Kecil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan karena berada dalam area
sensitif wanita. Hal itu dinilai sangat berbahaya. Mulai
dari pembedahan sampai anastesi, yang paling
parah dari khitan bisa menimbulkan kematian.9
Dampak jangka pendek sunat pada perempuan:
1) Perdarahan yang mengakibatkan shock atau
kematian, 2) Infeksi pada seluruh organ panggul yang
mengarah pada sepsis, 3) Tetanus yang menyebab-
kankematian,4)Gangreneyangdapatmenyebabkan
kematian, 5) Sakit kepala yang luar biasa meng-
akibatkan shock, 6) Retensi urin karena pembeng-
kakan dan sumbatan pada uretra.
Dampak jangka panjang adalah: 1) Rasa sakit
berkepanjangan pada saat berhubungan seks, 2)
Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga
memerlukan tindakan operasi, 3) Disfungsi seksual
(tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhu-
bungan seks), 4) Disfungsi haid yang mengakibatkan
hematocolpos (akumulasi darah haid dalam vagina),
hematometra (akumulasi darah haid dalam rahim),
dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam
saluran tuba), 5) Infeksi saluran kemih kronis, 6)
Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing),
7) Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid
(jaringan parut mengeras).
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 179
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Implikasi kebijakan sunat kaum perempuan
Pada dunia medis memang tidak dikenal sunat
perempuan, bahkan dalam pendidikan dokter, bidan
danperawattidakpernahadapelajarantentangsunat
perempuan. Selama ini yang terjadi di masyarakat,
banyak ibu-ibu yang datang ke tenaga medis untuk
meminta bayi perempuannya disunat. Kemenkes
telah menerbitkan Surat Edaran sejak tahun 2006
tentang Larangan Medikalisasi Sunat Perempuan
bagi Petugas Kesehatan. Surat edaran ini telah dilak-
sanakan di lapangan. Untuk melindungi kesehatan
bayi perempuan serta untuk lebih menguatkan
keputusan tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/Menkes/
Per/XI/2010 tentang Sunat Perempuan yang
dikeluarkan November 2010.10
Adanya Permenkes Sunat Perempuan ini bertu-
juan untuk melindungi perempuan dari sunat ilegal
yang membahayakan jiwa dan sistem reproduk-
sinya. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
tersebut melegitimasi praktik perusakan alat kelamin
perempuan hingga pada mutilasi atau pemotongan
alat kelamin yang selama ini dikenal dengan istilah
sunat perempuan. Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) itu juga memberikan otoritas kepada
pekerja medis tertentu seperti dokter, bidan dan
perawat untuk melakukan prosedur sunat perem-
puan. Sebaiknya pemerintah menerapkan peraturan
khusus dengan hukuman yang pantas untuk
melarang segala jenis praktik sunat perempuan, baik
secara simbolis, perusakan alat kelamin perempuan,
hingga praktik mutilasi atau pemotongan alat kelamin
perempuan di Indonesia.
Isi Permenkes berlawanan dengan langkah
pemerintah dalam memperkuat kesetaraan gender
dan melawan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan/praktik sunat perempuan berpotensi
mengakibatkan perdarahan, kesakitan, penderitaan
serta hilangnya kenikmatan hubungan seksual bagi
perempuan. Berbagai praktik sunat perempuan juga
mendorong pelabelan yang diskriminatif atas
seksualitas perempuan.
Beberapa poin yang diatur dalam Permenkes
No. 1636/2010 tentang Sunat Perempuan antara lain:
1) Sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh
tenaga kesehatan baik dokter, bidan atau perawat
yang memiliki izin kerja. Sebaik mungkin, tenaga
kesehatan yang dimaksud berjenis kelamin perem-
puan. 2) Bagian yang dipotong tidak boleh semba-
rangan bahkan sebenarnya tidak ada bagian dari alat
kelamin perempuan yang boleh dipotong. Sunat yang
diizinkan hanya berupa goresan kecil pada kulit
bagian depan yang menutupi klitoris (frenulum
klitoris). 3) Sunat perempuan tidak boleh dilakukan
dengan cara mengkaterisasi atau membakar klitoris
(bagian mirip kacang yang paling sensitif terhadap
rangsang seksual, dalam bahasa Indonesia disebut
klentit). Goresan juga tidak boleh melukai atau
merusak klitoris, apalagi memotong seluruhnya. 4)
Bagian lain yang tidak boleh dirusak atau dilukai
dalam sunat perempuan adalah bibir dalam (labia
minora) maupun bibir luar (labia mayora) pada alat
kelamin perempuan. Hymen atau selaput dara juga
termasuk bagian yang tidak boleh dirusak dalam
prosedur sunat perempuan.10
KESIMPULAN DAN SARAN
Tradisi sunat perempuan sudah mulai dihapus.
Praktik ini dinilai melanggar hak reproduksi dan
bertentangan dengan kebijakan pemerintah sendiri
untuk menyehatkan perempuan.11
Tetapi tradisi sunat perempuan melekat erat di
kalangan masyarakat sehingga relatif sulit diubah.
Untuk melakukan sejumlah perubahan yang secara
signifikan dan diharapkan akan dapat mempengaruhi
pola perilaku masyarakat di masa-masa yang akan
datang khususnya menyangkut pelaksanaan sunat
perempuan. Sebagai contoh adalah mensosialisasi-
kan penanganan sunat perempuan yang aman
ditinjau dari sisi medis, baik dari segi prosedur pra
dan pasca sunat maupun peralatan, serta perleng-
kapan (termasuk obat-obatan) yang digunakan
kepada para pelaksana sunat perempuan yang
sesuai dengan Permenkes No. 1636/2010 tentang
Sunat Perempuan. Aturan tersebut secara rinci
menyebutkan bahwa sunat perempuan hanya boleh
dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan
atau perawat yang memiliki izin kerja.
Para tenaga kesehatan dapat mensosialisasi-
kan prosedur dan peralatan sunat perempuan yang
relatif lebih aman dari sisi medis dalam kegiatan
Posyandu dan pertemuan PKK. Selain itu pende-
katan yang lebih personal terhadap para dukun bayi
(dukun khitan). Hal ini dilakukan untuk meminimali-
sasi dampak negatif sekaligus untuk lebih mende-
katkan hubungan dengan pelaksana sunat perem-
puan (dukun khitan) sehingga pengaruh pemikiran
tenaga kesehatan dapat lebih mudah dimasukkan.
KEPUSTAKAAN
1. Ihromi TO. (ed). Pokok-pokok antropologi
budaya. Gramedia. Jakarta, 1984.
2. World Health Organization. Pendidikan kese-
hatan: pedoman pelayanan kebutuhan dasar.
Kerja sama Penerbit Institut Teknologi Bandung
dengan Universitas Udayana, Bandung,1992.
180 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Oktarina: Permenkes Sunat Kaum Perempuan
3. Hosken FP. The hosken report: genital and
sexual mutilations of females. Women’s Inter-
national Network News. Fourth revised edition.
Lexington, M.A, 1993.
4. Ristiani M, Ruli NS, Dian P. Khitan perempuan
antara tradisi dan ajaran agama. Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Unversitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003.
5. LBHAPIK. Lima alasan tolak sunat perempuan
lembaga bantuan hukum asosiasi perempuan
indonesia untuk keadilan. Http://www.tribun
news.com. Diakses pada tanggal 1 Juli 2011.
6. Bahaya di balik sunat perempuan. Http://
kesehatan.kompas.com/Inilah. Diakses pada
tanggal 1 Juli 2011.
7. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat.
Rineka Cipta. Jakarta,1997.
8. Althaus FA. Female circumcision: rite of pas-
sage or violation of rights?” International Family
Planning Perspective, 1997;23(3):130-3
9. Budi ASD. Khitan perempuan: dari sudut
pandang sosial, budaya,kesehatan, dan agama
lembaga studi kependudukan dan gender Uni-
versitas YARSI, Jakarta, 2010.
10. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
1636/Menkes/Per/XI/2010. Jakarta, 15 Novem-
ber 2010.
11. Pramudiarja U. Permenkes sunat perempuan
diminta dicabut. http://www.detikhealth. com.
Diakses pada tanggal 23 Juni 2011.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
Esty Biela
 
Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)
Vina W
 
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
refmaeka
 
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidanan
Via Dewi Syahara
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Operator Warnet Vast Raha
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Operator Warnet Vast Raha
 

Was ist angesagt? (20)

Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 
Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)Askeb i (kehamilan) (1)
Askeb i (kehamilan) (1)
 
Model model-asuhan-kebidanan
Model model-asuhan-kebidananModel model-asuhan-kebidanan
Model model-asuhan-kebidanan
 
Unsafe abortion 2
Unsafe abortion 2Unsafe abortion 2
Unsafe abortion 2
 
1890 3032-1-pb
1890 3032-1-pb1890 3032-1-pb
1890 3032-1-pb
 
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Coba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposalCoba coba nulis proposal
Coba coba nulis proposal
 
Jurnal KesMas Untika Luwuk
Jurnal KesMas Untika LuwukJurnal KesMas Untika Luwuk
Jurnal KesMas Untika Luwuk
 
PERANCANGAN KELUARGA
PERANCANGAN KELUARGAPERANCANGAN KELUARGA
PERANCANGAN KELUARGA
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
Manajemen asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi (2) akbid paramata
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidanan
 
Unsafe abortion
Unsafe abortionUnsafe abortion
Unsafe abortion
 
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopauseFaktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
 
Kti tiwi
Kti tiwiKti tiwi
Kti tiwi
 
Promkes
PromkesPromkes
Promkes
 
Proposal Penelitian Tentang Dampak Operasi Caesar Terhadap Kehamilan Selanjutnya
Proposal Penelitian Tentang Dampak Operasi Caesar Terhadap Kehamilan SelanjutnyaProposal Penelitian Tentang Dampak Operasi Caesar Terhadap Kehamilan Selanjutnya
Proposal Penelitian Tentang Dampak Operasi Caesar Terhadap Kehamilan Selanjutnya
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
 

Ähnlich wie Permenkes

6475 kespro n_papsmear_di_lapas
6475 kespro n_papsmear_di_lapas6475 kespro n_papsmear_di_lapas
6475 kespro n_papsmear_di_lapas
Surya Fahrozi
 
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasiHubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
rsd kol abundjani
 
PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
PELAYANAN LANSIA    YANG BERKAITAN DENGANKESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKATPELAYANAN LANSIA    YANG BERKAITAN DENGANKESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
ikemaharaniw
 
M E N G U B A H C A R A P A N D A N G M A S Y A R A K A T
M E N G U B A H  C A R A  P A N D A N G  M A S Y A R A K A TM E N G U B A H  C A R A  P A N D A N G  M A S Y A R A K A T
M E N G U B A H C A R A P A N D A N G M A S Y A R A K A T
Bebaskita Ginting
 

Ähnlich wie Permenkes (20)

6475 kespro n_papsmear_di_lapas
6475 kespro n_papsmear_di_lapas6475 kespro n_papsmear_di_lapas
6475 kespro n_papsmear_di_lapas
 
4. remaja kontrasepsi
4. remaja  kontrasepsi4. remaja  kontrasepsi
4. remaja kontrasepsi
 
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasiHubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
Hubungan peng kes dengan perilaku hiegenes menstruasi
 
PP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptxPP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptx
 
PP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptxPP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptx
 
Kedokteran
KedokteranKedokteran
Kedokteran
 
Artikal review 401
Artikal review 401Artikal review 401
Artikal review 401
 
PPT pasangan usia subur.pptx
PPT pasangan usia subur.pptxPPT pasangan usia subur.pptx
PPT pasangan usia subur.pptx
 
248596277 makalah-infeksi-saluran-reproduksi-isr-docx
248596277 makalah-infeksi-saluran-reproduksi-isr-docx248596277 makalah-infeksi-saluran-reproduksi-isr-docx
248596277 makalah-infeksi-saluran-reproduksi-isr-docx
 
Kespro remaja
Kespro remaja  Kespro remaja
Kespro remaja
 
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
 
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
 
PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
PELAYANAN LANSIA    YANG BERKAITAN DENGANKESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKATPELAYANAN LANSIA    YANG BERKAITAN DENGANKESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
PELAYANAN LANSIA YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI MASYARAKAT
 
145 287-1-sm
145 287-1-sm145 287-1-sm
145 287-1-sm
 
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKONSEP KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
 
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro LansiaKespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
Kespro Lansia : Faktor Yang Mempengaruhi Kespro Lansia
 
M E N G U B A H C A R A P A N D A N G M A S Y A R A K A T
M E N G U B A H  C A R A  P A N D A N G  M A S Y A R A K A TM E N G U B A H  C A R A  P A N D A N G  M A S Y A R A K A T
M E N G U B A H C A R A P A N D A N G M A S Y A R A K A T
 
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partumJurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
Jurnal pantangan perilaku pada ibu post partum
 
Review jurnal antropologi kesehatan - bu dina
Review jurnal   antropologi kesehatan - bu dinaReview jurnal   antropologi kesehatan - bu dina
Review jurnal antropologi kesehatan - bu dina
 
MATERI AJAR MANAJEMEN KESEHATAN MENSTRUASI.pptx
MATERI AJAR MANAJEMEN KESEHATAN MENSTRUASI.pptxMATERI AJAR MANAJEMEN KESEHATAN MENSTRUASI.pptx
MATERI AJAR MANAJEMEN KESEHATAN MENSTRUASI.pptx
 

Kürzlich hochgeladen

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

Permenkes

  • 1. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 177 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan PERMENKES SUNAT KAUM PEREMPUAN: PRO DAN KONTRAANTARA TRADISIDANPERLINDUNGANKEPENTINGANPEREMPUAN PERMENKES FEMALE GENITAL CUTTING BETWEEN TO PROTECT WOMEN URGENTLYAND TRADITIONAL CULTURE Oktarina Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Surabaya ABSTRACT Findings on female circumcision in few areas in Indonesia show that nearly 88.5% of the field by medical personnel, in Padang Pariaman 67.5% also carried out by medical staff, while the remaining non-medical personnel, while in Makassar and bone almost 100% female circumcision is performed by non-power health or dukun beranak if done by non medical personnel, Kemenkes can not regulate. Female circumcision as a tradition that must be respected, even if they basically do not agree to such practices as viewed from the medical side, female cir- cumcision is an activity that is not known and is not recom- mended. To protect the health of women and their infants to further strengthen the decision then the health minister issued regulations Permenkes No.1636/Menkes/Per/XI/2010 female circumcision which issued November 2010. In the presence of female circumcision Permenkes aims to protect women from illegal life-threatening circumcision and reproductive system, Health Minister also gave authority to certain medical workers such as doctors, midwives and nurses to perform female cir- cumcision procedure. Keywords: ministerial regulation, Female Genital Cutting, tradi- tion ABSTRAK Penelitian di Indonesia pada beberapa daerah tentang sunat perempuan hasilnya di Padang hampir 88,5% dan Padang Pariaman 67,5% dilakukan oleh tenaga medis, sedangkan sisanya non tenaga medis. Sementara itu di Makassar dan Bone hampir 100% sunat perempuan dilakukan oleh non tenaga kesehatan atau dukun beranak. Bila dilakukan oleh non tenaga medis, Kemenkes tidak bisa mengatur. Sunat perempuan sebagai suatu tradisi masyarakat yang harus dihormati, sekalipun pada dasarnya mereka tidak setuju terhadap praktik tersebut karena ditinjau dari sisi medis, sunat perempuan merupakan aktivitas yang tidak dikenal dan tidak dianjurkan. Untuk melindungi kesehatan bayi perempuan serta untuk lebih menguatkan keputusan tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/Menkes /Per/XI/2010 tentang Sunat Perempuan yang dikeluarkan November 2010. Permenkes Sunat Perempuan ini bertujuan untuk melindungi perempuan dari sunat ilegal yang membahayakan jiwa dan sistem reproduksinya. Permenkes juga memberikan otoritas kepada pekerja medis tertentu seperti dokter, bidan dan perawat untuk melakukan prosedur sunat perempuan. Kata Kunci: Permenkes Sunat Kaum Perempuan, tradisi PENGANTAR Di Indonesia sunat kaum perempuan dilakukan umumnya didasari oleh adanya tradisi masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang berada di luar kemau- an individu, di luar kemampuan perseorangan, dan memaksakan kehendaknya pada setiap individu. Adanya tekanan-tekanan sosial sering menghalangi individu untuk melakukan hal-hal yang sebetulnya diinginkan.1 Manusia dalam berperilaku tidak hanya didasar- kan pada pemikirannya sendiri. Pemikiran tersebut akan mengalami proses pemaknaan atas kenyataan eksternal yang melingkupinya untuk kemudian diolah dalam kognitif manusia. Jika pemikiran tersebut di- sepakati, terjadilah tindakan mengkhitankan sebagai ekspresi penerimaan atas nilai-nilai sekitarnya. Peri- laku manusia terdiri atas tiga faktor yaitu afektif, kog- nitif, dan psikomotorik. Psikomotorik individu ini di- ukur melalui praktik yang dilakukan individu. Praktik tersebut mempunyai empat tingkatan yaitu persepsi, respons terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Praktik yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih lang- geng daripada praktik yang tidak didasari oleh pengetahuan.2 Penelitian di Peninsula-Malaysia3 menunjukkan bahwa sunat kaum perempuan dilakukan oleh se- bagian besar penduduk Malaysia 53%. Meskipun sejauh ini belum ada laporan tentang dampak negatif khitanterhadapkesehatanperempuan,kemungkinan terjadinya infeksi selalu ada, terutama terkait dengan cara sunat yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang anatomi dan fisiologi organ geni- tal perempuan. Penelitian diAfrika 1996 yang meliputi Negara Mali, Sudan, Yaman, Mesir, Nigeria,Arab dan Soma- lia tentang sunat kaum perempuan dan dampaknya JURNALMANAJEMENPELAYANANKESEHATAN VOLUME 14 No. 04 Desember z 2011 Halaman 177 - 180 Makalah Kebijakan
  • 2. 178 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 Oktarina: Permenkes Sunat Kaum Perempuan terhadap kesehatan seksual telah banyak dilakukan.4 Misalnya penelitian female genital cutting diyakini memiliki efek terhadap kesehatan perempuan, seper- ti kecenderungan terjadinya perdarahan ketika melakukan operasi dan adanya hambatan ketika melakukan hubungan seksual. Meskipun demikian kaum muslim di sana cenderung tetap mendorong dilakukan female genital cutting.4 Penelitian di Indonesia pada beberapa daerah tentang sunat perempuan. Hasilnya, di Padang ham- pir 88,5% dan di Padang Pariaman 67,5% dilakukan oleh tenaga medis, sedangkan sisanya non tenaga medis. Sementara itu, di Makasar dan Bone hampir 100% sunat perempuan dilakukan oleh non tenaga kesehatan atau dukun beranak. Bila dilakukan oleh non tenaga medis, Kemenkes tidak bisa mengatur.5 Peraturan diberlakukan parlemen Mesir yang mengesahkan Undang-Undang (UU) tentang pela- rangankhitanperempuan.Bagiyangmelanggarakan dikenai denda 185 dollar AS sampai 900 dollar AS dan kurungan penjara antara 3 bulan dan 2 tahun. Namun, diAsia praktik sunat perempuan hingga saat ini masih dilakukan di Pakistan, India, Banglades, dan Malaysia.6 Pemaknaan sunat perempuan dan tradisi Female genital cutting didefinisikan sebagai pro- sedur pemotongan (pembuangan) sebagian atau seluruh bagian klitoris (clitoridectomy), pemotongan klitoris dan sebagian atau seluruh bagian labia mi- nora (excision), atau pemotongan sebagian atau seluruh bagian luar genital dengan menjahit atau menyempitkan pembukaan vaginal (infibulations). Adanya pemaknaan sunat tidak bisa dilepaskan dari interaksi stimulus dan respons. Adanya stimu- lus yang berupa kebiasaan sunat perempuan di kalangan masyarakat tertentu yang telah dilakukan secara turun-temurun telah menuntun anggota-ang- gotanya untuk mengambil sikap. Proses pemben- tukan dan perubahan sikap, serta perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal mau- pun eksternal. Faktor dari dalam individu (internal) meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, sedangkan faktor dari luar (eksternal) meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi dan budaya.7 Sebagai tuntunan tradisi, sunat kaum perem- puan dianggap perlu dan penting dilakukan karena ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, di antaranya anak perempuan yang di sunat akan tumbuh menjadi anak yang cantik dan bercahaya (pliger), terjaga perilakunya (tidak genit dan binal), dan klitorisnya tidak akan tumbuh memanjang. Sunat perempuan sebagai suatu tradisi masyarakat yang harus di hormati, sekalipun pada dasarnya mereka tidak setuju terhadap praktik tersebut karena ditinjau dari sisi medis, sunat perempuan merupakan aktivitas yang tidak dikenal dan tidak dianjurkan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan menolak jika dimintai bantuannya untuk mengkhitan anak perempuan.4 Perdebatan tentang sunat kaum perempuan sudah dimulai ditingkat internasional sejak tahun 1960-an oleh aktivis dan tenaga medis diAfrika yang menyuarakan konsekuensi kesehatan dari praktik sunat kaum perempuan ini kepada PBB dan WHO. Namunsuaratersebuttidakpernahditanggapisecara serius dengan menghasilkan suatu peraturan formal. Masalah sunat kaum perempuan akhirnya ditegas- kanpadaKonferensiPerempuanke-4diBeijingtahun 1995 sebagai isu kekerasan terhadap perempuan yang dapat menjadi ancaman bagi kesehatan reproduksi.8 Perlindungan kesehatan reproduksi serta dampak sunat perempuan Agama hanya mewajibkan sunat untuk laki-laki, sementara dari aspek medis sunat perempuan justru berisiko memicu infeksi pada organ reproduksi. Sunat bagi perempuan tidak ada manfaatnya sama sekali. Untuk itu, Fakultas Kedokteran tidak ada yang mengajarkan khitan untuk wanita. Kecil atau tidaknya tindakan yang dilakukan karena berada dalam area sensitif wanita. Hal itu dinilai sangat berbahaya. Mulai dari pembedahan sampai anastesi, yang paling parah dari khitan bisa menimbulkan kematian.9 Dampak jangka pendek sunat pada perempuan: 1) Perdarahan yang mengakibatkan shock atau kematian, 2) Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis, 3) Tetanus yang menyebab- kankematian,4)Gangreneyangdapatmenyebabkan kematian, 5) Sakit kepala yang luar biasa meng- akibatkan shock, 6) Retensi urin karena pembeng- kakan dan sumbatan pada uretra. Dampak jangka panjang adalah: 1) Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks, 2) Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi, 3) Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhu- bungan seks), 4) Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam vagina), hematometra (akumulasi darah haid dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba), 5) Infeksi saluran kemih kronis, 6) Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing), 7) Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras).
  • 3. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 179 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Implikasi kebijakan sunat kaum perempuan Pada dunia medis memang tidak dikenal sunat perempuan, bahkan dalam pendidikan dokter, bidan danperawattidakpernahadapelajarantentangsunat perempuan. Selama ini yang terjadi di masyarakat, banyak ibu-ibu yang datang ke tenaga medis untuk meminta bayi perempuannya disunat. Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran sejak tahun 2006 tentang Larangan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi Petugas Kesehatan. Surat edaran ini telah dilak- sanakan di lapangan. Untuk melindungi kesehatan bayi perempuan serta untuk lebih menguatkan keputusan tersebut maka dikeluarkanlah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/Menkes/ Per/XI/2010 tentang Sunat Perempuan yang dikeluarkan November 2010.10 Adanya Permenkes Sunat Perempuan ini bertu- juan untuk melindungi perempuan dari sunat ilegal yang membahayakan jiwa dan sistem reproduk- sinya. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tersebut melegitimasi praktik perusakan alat kelamin perempuan hingga pada mutilasi atau pemotongan alat kelamin yang selama ini dikenal dengan istilah sunat perempuan. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) itu juga memberikan otoritas kepada pekerja medis tertentu seperti dokter, bidan dan perawat untuk melakukan prosedur sunat perem- puan. Sebaiknya pemerintah menerapkan peraturan khusus dengan hukuman yang pantas untuk melarang segala jenis praktik sunat perempuan, baik secara simbolis, perusakan alat kelamin perempuan, hingga praktik mutilasi atau pemotongan alat kelamin perempuan di Indonesia. Isi Permenkes berlawanan dengan langkah pemerintah dalam memperkuat kesetaraan gender dan melawan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan/praktik sunat perempuan berpotensi mengakibatkan perdarahan, kesakitan, penderitaan serta hilangnya kenikmatan hubungan seksual bagi perempuan. Berbagai praktik sunat perempuan juga mendorong pelabelan yang diskriminatif atas seksualitas perempuan. Beberapa poin yang diatur dalam Permenkes No. 1636/2010 tentang Sunat Perempuan antara lain: 1) Sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan atau perawat yang memiliki izin kerja. Sebaik mungkin, tenaga kesehatan yang dimaksud berjenis kelamin perem- puan. 2) Bagian yang dipotong tidak boleh semba- rangan bahkan sebenarnya tidak ada bagian dari alat kelamin perempuan yang boleh dipotong. Sunat yang diizinkan hanya berupa goresan kecil pada kulit bagian depan yang menutupi klitoris (frenulum klitoris). 3) Sunat perempuan tidak boleh dilakukan dengan cara mengkaterisasi atau membakar klitoris (bagian mirip kacang yang paling sensitif terhadap rangsang seksual, dalam bahasa Indonesia disebut klentit). Goresan juga tidak boleh melukai atau merusak klitoris, apalagi memotong seluruhnya. 4) Bagian lain yang tidak boleh dirusak atau dilukai dalam sunat perempuan adalah bibir dalam (labia minora) maupun bibir luar (labia mayora) pada alat kelamin perempuan. Hymen atau selaput dara juga termasuk bagian yang tidak boleh dirusak dalam prosedur sunat perempuan.10 KESIMPULAN DAN SARAN Tradisi sunat perempuan sudah mulai dihapus. Praktik ini dinilai melanggar hak reproduksi dan bertentangan dengan kebijakan pemerintah sendiri untuk menyehatkan perempuan.11 Tetapi tradisi sunat perempuan melekat erat di kalangan masyarakat sehingga relatif sulit diubah. Untuk melakukan sejumlah perubahan yang secara signifikan dan diharapkan akan dapat mempengaruhi pola perilaku masyarakat di masa-masa yang akan datang khususnya menyangkut pelaksanaan sunat perempuan. Sebagai contoh adalah mensosialisasi- kan penanganan sunat perempuan yang aman ditinjau dari sisi medis, baik dari segi prosedur pra dan pasca sunat maupun peralatan, serta perleng- kapan (termasuk obat-obatan) yang digunakan kepada para pelaksana sunat perempuan yang sesuai dengan Permenkes No. 1636/2010 tentang Sunat Perempuan. Aturan tersebut secara rinci menyebutkan bahwa sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter, bidan atau perawat yang memiliki izin kerja. Para tenaga kesehatan dapat mensosialisasi- kan prosedur dan peralatan sunat perempuan yang relatif lebih aman dari sisi medis dalam kegiatan Posyandu dan pertemuan PKK. Selain itu pende- katan yang lebih personal terhadap para dukun bayi (dukun khitan). Hal ini dilakukan untuk meminimali- sasi dampak negatif sekaligus untuk lebih mende- katkan hubungan dengan pelaksana sunat perem- puan (dukun khitan) sehingga pengaruh pemikiran tenaga kesehatan dapat lebih mudah dimasukkan. KEPUSTAKAAN 1. Ihromi TO. (ed). Pokok-pokok antropologi budaya. Gramedia. Jakarta, 1984. 2. World Health Organization. Pendidikan kese- hatan: pedoman pelayanan kebutuhan dasar. Kerja sama Penerbit Institut Teknologi Bandung dengan Universitas Udayana, Bandung,1992.
  • 4. 180 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 Oktarina: Permenkes Sunat Kaum Perempuan 3. Hosken FP. The hosken report: genital and sexual mutilations of females. Women’s Inter- national Network News. Fourth revised edition. Lexington, M.A, 1993. 4. Ristiani M, Ruli NS, Dian P. Khitan perempuan antara tradisi dan ajaran agama. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2003. 5. LBHAPIK. Lima alasan tolak sunat perempuan lembaga bantuan hukum asosiasi perempuan indonesia untuk keadilan. Http://www.tribun news.com. Diakses pada tanggal 1 Juli 2011. 6. Bahaya di balik sunat perempuan. Http:// kesehatan.kompas.com/Inilah. Diakses pada tanggal 1 Juli 2011. 7. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta,1997. 8. Althaus FA. Female circumcision: rite of pas- sage or violation of rights?” International Family Planning Perspective, 1997;23(3):130-3 9. Budi ASD. Khitan perempuan: dari sudut pandang sosial, budaya,kesehatan, dan agama lembaga studi kependudukan dan gender Uni- versitas YARSI, Jakarta, 2010. 10. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/Menkes/Per/XI/2010. Jakarta, 15 Novem- ber 2010. 11. Pramudiarja U. Permenkes sunat perempuan diminta dicabut. http://www.detikhealth. com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2011.