1. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Dasar
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan
dua hal, dengan salah satunya menjadi
pembanding/alat ukur yang besarnya harus
distandarkan, bertujuan untuk mengetahui kualitas
atau kuantitas suatu besaran. Untuk hal itu pemakaian
alat ukur perlu diperhatikan hal – hal berikut:
a) Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan
alat sebelum digunakan.
b) Skala terkecil yang di perlihatkan alat.
c) Batas maksimum yang dapat di ukur alat.
d) Cara pemakaian alat.
Cara pelaporan yang baik dituliskan sebagai :
X = X0±ΔX
2. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 8
Keterangan :
X = Besaran yang di cari.
X0 = Nilai besaran Sebenarnya.
ΔX = Simpangannya.
Besaran X0 dan ΔX ini tergantung pada cara di
dapatnya besaran X.
PENGENALAN ALAT
1. Jangka sorong
Jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu
penduga rahang dalam untuk mengukur poros atau
ketebalan suatu benda. Rahang luar untuk mengukur
diameter bagian dalam suatu benda, Sedangkan
penduga berfungsi untuk mengukur ke dalam suatu
benda. Jangka sorong memiliki skala utama dan
skala nonius, skala utama berada pada bagian atas
nilai jangka sorong yang satuannya cm atau inch
sedangkan skala nonius berada pda bagian bawah
skala utama yang nilainya tergangung pada ketelitian
beda tersebut.
3. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 9
Gambar 2.1 jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk
mengukur bagian luar saja dan batas kemampuan
ukur mikrometer sekrup tergantung dari besar
kecilnya micrometer tersebut. Cara pengunaannya
itu dengan memutarkan pemutar kasar jika sudah
dekat, putarkan pemutar bagian halus jika sudah pas
dapat di kunci denganpenguat. Skala utamanya
adalah bagian dari horizontal sedangkan skala
nonius di bagian vertical. Biasanya bagian vertikal
terdiri dari 50 skala putaran vertikal akan mengubah
pemutar horizontal.
4. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 10
Gambar 2.2 Mirometer
3. Neraca Teknis
Neraca teknis menggunakan prinsip
keseimbangan untuk itu bidang kerjanya harus
mendatar, ini dapat di lihat dengan pemutar sekrup
dengan unting – unting hingga benda tersebut
seimbang maka neraca tekniks siap di pakai car
penggunaanya dengan meletakan beban pada satu
lengannya hingga menunjukan keseimbangan pada
alat tersebut maka hasil pengukuran sudah bisa di
gunakan jika nilai masih meragukan maka neraca
teknis tersebut harus di kalibrasi lagi.
5. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 11
Gambar 2.3 Neraca Teknis
2.2 Pesawat Atwood Modern Dan Konvensional
Hukum Newton I menyatakan jika resultant gaya
yang bekerja pada suatu sistem (benda) sama dengan
nol, maka sistem dalam keadaan seimbang.
Sedangkan Hukum Newton II memberikan penertian
bahwa:
1. Arah dan percepatan benda sama dengan
arah gaya yang bekerja pada benda.
2. Besarnya percepatan sebanding denghan
gayanya.
3. Bila gaya bekerja pada benda, maka benda
mengalami percepatan tentu ada gaya
penyebabnya.
6. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 12
Sistem total gaya gaya yang konstan akan
menyebabkan percepatan yang tetap/ konstan dan
pada sistem akan berlaku persamaan gerak yang
disebut sebagai gerak lurus berubah beraturan.
Bila sebuah benda bergerak melingkar melalui
porosnya, maka persamaan-persamaan geraknya
ekivalen dengan persamaan gerak linear. Tapi dalam
hal ini ada besaran fisis “momen inersia” (momen
kelembaman) I yang memainkan peranan seperti
besaran fisis “massa” pada gerak linear, momen
gaya ekivalen dengan gaya dan seterusnya. Secara
umum Momen Inersia I suatu benda terhadap poros
tertentu harganya sebanding dengan massa benda
tersebut dan sebanding dengan ukuran atau jarak
benda pangkat dua terhadap poros.
I~ m
I~ r2
Untuk katrol dengan beban seperti pada gambar
2.2a dengan menerapkan Hukum Newton II dan
7. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 13
beranggapan m2 dan m3 lebih besar dari m1 maka
berlaku persamaan:
𝛼 =
(𝑚2 − 𝑚1 + 𝑚3)𝑔
𝑚2 − 𝑚1 + 𝑚3 + 𝐼/𝑟2
Pada pesawat atwood digunakan sehingga m2 =
m1 = m3 sehingga
𝛼 =
𝑚3 𝑔
2𝑚 + 𝑚3 + 𝐼/𝑟2
Pada saat m1 di P dijepit, m2 serta m3
berada di A. Jika kemudian m1 dilepaskan maka
(m2+m1) akan turun dari A ke B dengan gerak lurus
dipercepat. Pada saat melalui B, m3 akan tertinggal
sehingga gerak dari B ke C akan merupakan gerak
lurus beraturan karena m1= m2.
Gambar 2.4 Pesawat Atwood
8. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 14
Gambar 2.5 Pesawat Atwood Modern
2.3 Modulus Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan benda padat untuk
kembali ke bentuk semula setelah gaya/beban pada
benda tersebut dihilangkan. Seperti pada karet
gelang jika kita berikan gaya tarikan maka karet
gelang tersebut akan memanjang lalu ketika kita
lepaskan akan kembali kebentuk semula.
Gambar 2.6 Pengujian Modulus Elastisitas
9. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 15
Setiap benda memiliki pertambahan panjang yang
berbeda meskipundi berikan gaya yang sama. Hal
tersebut tergantung dari sifat dan kepadatan benda.
Modulus eastisitas/modulus young adalah
perbandingan antara tegangan benda dan secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
𝑦 =
𝜎
𝜀
Dimana :
y = modulus elastisitas
σ = Tegangan (stress)
ε = Regangan (strain)
Pelenturan F ( Pada penambahan beban ) :
𝑓 =
𝑩. L3
4.8. 𝐸. 𝑙
=
B. L3
4. E. b. h3
Dimana :
G = Modulus elastitas
B = Lebar batang
10. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 16
H = Tebal batang
L = Panjang dari tumpuan satu kemampuan lain
I = Momen inersia linier batang terhadap garis netral
2.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
Sederhana
Bandul sederahan merupakan suatu benda (yang
berbentuk bola) yang digantung pada seutas tali
yang mana massa dapat diabaikan dibandingkan
massa bola dan panjang tali yang digantung pada
gantungan tetap.
Jika bandul diberi simpangan kecil dan kemudian
dilepaskan maka bandul akan berosilasi anatara dua
titik (missal titik A dan B) dengan priodeosilasi yang
tetap. Penurunan rumus secara teoritis pada bandul
sederhana adalah :
11. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 17
𝑇 = 2𝜋√
𝑙
𝑔
Dimana :
T = Priode g = Percepatan gravitasi
l = Panjang bandul
2.5 Resonansi Pada Pegas Heliks
Resonansi secara sederhana dapat diartikan
sebagai. Peristiwa bergetarnya sebuah benda pada
suatu frekuensi yang sama. Saat resonansi terjadi,
gaya yang beraksi sefase dengan kecepatan dan
energy mencapai nilai maksimum serta berkembang
secara harmonis.
Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk
menyimpan energy mekanis. Pegas memiliki fungsi
menyerap kejut
12. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 18
2.6 HambatanListrik
George Simon Ohm (1787-1854), melalui
eksperimennya menyimpulkan bahwa arus (I) pada
kawat penghantar sebanding dengan beda potensial
(V) yang diberikan ke ujung-ujung kawat penghantar
tersebut.
Besarnya arus yang mengalir pada kawat
penghantar tidak hanya bergantung pada tegangan,
tetapi juga pada hambatan yang dimiliki kawat. Kuat
arus listrik berbanding terbalik denganhambatan.
Dengan demikian, arus I yang mengalir
berbanding lurus dengan beda potensial antara
ujung-ujung penghantar dan berbanding terbalik
dengan hambatannya.Pernyataan ini dikenal dengan
HukumOhm, dan dinyatakan dengan persamaan :
I = v/r
V = i. R
R = i / v
13. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 19
Resistor
adalahpengendaliaruslistrikpadarangkaiansebagaipen
ghambat. Harga suatu resistor ditunjukan melalui
suatu skema kodifikasi berbasis warna. Resistor
dapat dirangkai secara seri, parallel atau seri-paralel.
Hamabatan pengganti pada rangkaian seri adalah
jumlah nilai seluruh resistor yang dirangkai,
sedangkan pada rangkaian pararel adalah kebalikan
hasil penjumlahan nilai seluruh resistor pada seluruh
rangkaian.
2.7 Elektromagnet
Magnet adalah suatu obyek yang mempunayai
suatu medan magnet. Medan magnet itu sendiri
adalah ruang disekitar magnet yang memiliki/masih
terpengaruh gaya magnet.
Selamaabad ke-18 para peneliti sudah mengenal
magnet dan listrik namun keduanya dianggap
berbeda. Hingga pada tahun 1819 seorang
berkebangsaan Denmark menemukan adanya
hubungan antara magnet dan listrik yaitu Hans
14. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 20
Christian Oersted. Dia menemukan bahwa arus listrik
di dalam seutas kawat membalikan arah magnet
(kompas) yang berada didekatnya.
Selanjutnya, Secarateoritis Laplace menyatakan
bahwa kuat medan magnet disekitar arus listrik itu :
Berbandinglurusdengankuatarus
Berbandinglurusdenganpanjangkawatpeng
hantar
Berbandingterbalikdengankuadratjaraksua
tutitikdarikawatpenghantartersebut
Arahinduksi magnet
tegaklurusdenganbidang yang dilaluilistrik
2.8 Kalorimeter
Kalori definisikan sebagai perpindahan energy
panas yang melewati batas system berdasarkan
perubahan suhu antara system dan lingkungannya.
Sebelum orang-orang mengetahui bahwa kalori
adalah energi orang – orang sudah mengetahui bahwa
kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepas.
Asas ini pertama kali ditemukan oleh Joseph Black
15. BAB II LANDASAN TEORI KELOMPOK 42
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II- 21
(1728 – 1799) oleh karena itu asas ini disebut asas
black
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Salah satu teknik pengukurankalor yang
melibatkan sebuah sampel yaitu dengan
menempatkannya dalam sebuah bejana yang berisi
air yang kemudian diukur suhu airnya setalah
tercapai keseimbangannya dinamakan teknik kalori
materi dan alat tempat perpindahan energinya
disebut kalorimeter.
Gambar 2.7 Kalorimeter