Memberikan gambaran bagaimana tata kelola proses persalinan ibu hamil yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19 di Puskesmas sebagai dampak pandemi dan terbatasnya akses ke layanan kesehatan vertikal yang lebih tinggi.
2. Pendahuluan
• Peningkatan kasus COVID-19 di
wilayah kerja.
• Perubahan peta epidemi dan potensi
mutasi SARS-CoV-2.
• Potensi ibu hamil sebagai terinfeksi
SARS-CoV-2.
• Potensi Puskesmas sebagai fasyankes
dalam pelayanan persalinan menerima
pasien bersalin yang positif COVID-19.
• Situasi yang tidak memungkinkan
rujukan dilakukan.
3. Perubahan
mendasar:
• Semua ibu hamil yang memberikan gejala
demam (>37,8°C) menetap pada dua kali
pemeriksaan berjarak setidaknya 30 menit
dengan penyebab yang tidak dapat
dijelaskan: harus dicurigai sebagai penderita
COVID-19.
• Pada situasi tersebut, pemeriksaan SARS-
CoV-2 selayaknya dikerjakan.
• Catatan: apabila jumlah kasus di lingkungan
rendah (serta tetap rendah) dan penyebab
demam lainnya dapat dijelaskan, maka
pemeriksaan SARS-CoV-2 bisa ditiadakan.
4. Pedoman Umum (1
dari 4)
• Dengan tidak memandang
bumil positif COVID-19 atau
tidak, fasyankes tempat
direncanakan persalinan
tetap mempertimbangkan
kondisi obstetri pasien dan
yang paling sesuai dengan
kebutuhan tersebut.
5. Pedoman Umum (2
dari 4)
• Pergerakan/perpindahan
di dalam dan antar
fasyankes harus dibatasi.
• Pertimbangkan indikasi
rujukan ibu hamil dengan
COVID-19.
6. Pedoman Umum (3
dari 4)
• Perkiraan waktu persalinan
(HPL) ditentukan melalui
indikasi obstetri. Hanya
dengan status kecurigaan
dan konfirmasi COVID-19
tidak cukup sebagai indikasi
induksi atau bedah caesar.
7. APD (1 dari 4)
• Pengkajian risiko pelayanan
langsung (di tempat) harus dapat
dilakukan oleh semua tenaga
kesehatan terhadap risiko
transmisi droplets selama proses
persalinan.
• Perlindungan yang disarankan
dapat termasuk: sarung tangan,
gaun, masker bedah, dan
pelindung mata (goggles atau
face shield).
8. APD (2 dari 4)
• Pada kondisi pasien memerlukan
rujukan, dan memperoleh
rujukan. Ambulans dan staf
ambulans telah tersedia dengan
APD sesuai dengan pengkajian
risiko.
• Tersedia tim dan APD dalam
jumlah yang optimum untuk
dalam melakukan persalinan yang
aman.
9. APD (3 dari 4)
• Hanya petugas yang
menangani persalinan
secara langsung disediakan
APD dengan kewaspadaan
sesuai dengan pengkajian
awal, termasuk jika
diperlukan kewaspadaan
airborne lengkap dengan
respirator N95 yang pas.
10. APD (4 dari 4)
• Apabila terjadi
kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan yang
menghasilkan aerosol pada
pasien. Petugas yang berada
di ruangan diminimalkan,
hanya petugas yang
melakukan tindakan
tersebut.
11. Penapisan (1 dari 5)
• Semua ibu hamil yang memiliki demam (> 37,8°C, yang diperiksa
pada selang 30 menit) dengan penyebab yang tidak dapat
dijelaskan selayaknya dicurigai untuk kemungkinan COVID-19.
• Tes SARS-CoV-2 harus dilakukan.
• Apabila jumlah kasus di wilayah domisili ibu hamil tetap rendah,
dan sumber demam dapat dijelaskan, maka tidak diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan sebagai bagian dari rutinitas.
12. Penapisan (2 dari 5)
• Tenaga kesehatan menapis
ulang semua ibu hamil saat
datang untuk bersalin baik
untuk tanda, gejala dan
riwayat kontak dengan
COVID-19.
13. Penapisan (3 dari 4)
• Penapisan selayaknya dilakukan pada area
terlindung (dari balik pelindung) terhadap
penularan kontak/droplet.
• Sawar terbuat dari plexiglass dapat
melindungi staf dari pasien yang
batuk/bersin.
• Jika tidak tersedia plexiglass, staf menjaga
jarak setidaknya 2 meter dari pasien dan
mengenakan APD untuk kewaspadaan
kontak/droplet.
14. Penapisan (4 dari 4)
• Ibu hamil selayaknya menaati protokol
kesehatan yang berlaku di Puskesmas,
termasuk mengenakan masker dan
mencuci tangan.
• Saat didapatkan hasil penapisan positif
COVID-19, pasien ditempatkan di
dengan pintu tertutup (tidak
dikohorting), dan hindari kontak dengan
pasien lain.
• Ibu hamil mendapatkan konsultasi
dengan pendekatan berorientasi pada
pasien mengenai manfaat dan kerugian
rawat gabung ibu dan bayi.
15. Dukungan
• Penunggu pasien hanya
satu orang (sedapatnya
tidak diganti) dan harus
yang terkonfirmasi negatif
tes NAAT/RDT-Ag, dan
bersedia mengikuti
protokol kesehatan.
• Puskesmas membantu
menyediakan APD baik
bagi ibu hamil maupun
penunggu.
16. Tes pada bayi
• Bayi yang lahir dari ibu positif COVID-19
diperiksa COVID-19 dalam 24 jam pasca
kelahiran, tanpa melihat gejalanya.
• Jika tes untuk ibu tertunda hingga ibu dan
bayi pulang, maka tes susulan diperlukan
untuk memastikan jika ibu positif, maka
bayi juga turut di tes selanjutnya.
• Tes yang dianjurkan adalah usapan
nasofaring untuk PCR.
• Bayi yang positif COVID-19
dirujuk/dikonsultasikan dengan dokter
spesialis anak.
17. Perawatan bayi dari ibu yang dicurigai/positif
COVID-19
• Menerapkan kewaspadaan kontak/droplet.
• Bayi tetap berada bersama ibu (rawat gabung) di mana: ruangan tersendiri,
ibu mengenakan masker, membersihkan tangan sebelum merawat bayi,
jaga jarak ibu dan bayi ketika tidak sedang dirawat.
• Jika memungkinkan, tersedia ruang perawatan bayi yang terpisah apabila
oleh karena kondisi/situasi, ibu tidak dapat memberikan perawatan pada
bayi.
• Bayi dalam kondisi baik bisa dipulang sedini mungkin setelah dilakukan
pengkajian risiko.
• Edukasi ibu mengenai perawatan bayi di rumah.
18. Menyusui
• Ibu selayaknya diedukasi untuk:
• Selalu membersihkan tangan sebelum
memegang bayi, botol susu, pompa asi,
dsb;
• Selalu mengenakan masker saat
menggendong atau menyusui bayi;
• Batuk atau bersin mengarah menjauhi
bayi;
• Membersihkan area kulit dan payudara
sebelum memegang dan menyusui
bayi;
• Memastikan pompa dan botol ASI
dibersihkan sesuai dengan protokol PPI.
19. Ide-ide preventif
• Motivasi vaksinasi pada ibu
hamil dan anggota keluarga
terdekat.
• Membatasi aktivitas sosial
ibu hamil mulai sejak usia
kehamilan 35 minggu.
• Memisahkan anggota
keluarga serumah yang
terdeteksi bergejala atau
positif COVID-19.
21. Edukasi COVID-19
• Staf memahami COVID-19 dan pentingnya menahan laju wabah.
• Staf mengetahui kebijakan terkait mengurangi paparan SARS-CoV-2.
• Staf terlatih mengenai tugasnya masing-masing dalam mencegah
penularan SARS-CoV-2.
• Staf memahami evaluasi kondisi COVID-19 dan tatalaksananya.
• Staf mengetahui alternatif rencana pengelolaan kasus COVID-19.
• Staf mampu memberikan edukasi mengenai COVID-19 pada pasien.
22. Sistem dan Alur Pasien
• Pendaftaran
• Penapisan (screening):
• Tersangka (suspect) COVID-19
• Kontak erat kasus COVID-19
• Terkonfirmasi COVID-19
• Penempatan:
• Rujukan
• Persalinan emergency
• Pelayanan perinatologi (postpartum care)
• Pertimbangan tambahan
• Ruangan (partus, post-partum, toilet,
ruang tunggu)
• Area isolasi
• APD (petugas, pasien, penunggu pasien)
• Test-kit RDT-Ag/NAAT
• Alat periksa (Spighmomanometer,
termometer, oximeter)
• Formulir informed consent
• Suplai oksigen + kanula nasal