Teks tersebut membahas analisis kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) berdasarkan penyediaan oksigen dan air di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini menganalisis kebutuhan luas RTH untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan air masyarakat hingga tahun 2015, serta mengetahui preferensi masyarakat terhadap prioritas pembangunan di kota tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa luas RTH saat ini belum
2. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010170
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU
BERDASARKAN PENYEDIAAN OKSIGEN DAN AIR DI KOTA DEPOK
PROPINSI JAWA BARAT
Bos Ariadi Muis, SP.,M.Si 1
1
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
Abstract
The objective of this research were to determine green open space (GOS) area based on
oxygen requirement, to predict GOS area for water availability and to study human
preferential society for development priority at Depok City. The research was conducted
by using the approach oxygen requirement, water requirement and analysis hierarchical
process. Results of the research indicated that Depok City GOS area at present is
5.125,43 ha and was predict in year 2015 will be unable to take over oxygen requirement
for human, vehicles and animals, thus will need to add 933,57 ha. While, addition of GOS
for water requirement is not needed, because GOS area is still wide enough and be able
to fulfill water requirement. People of Depok City tent to give priority for settlement
development (3,17%) and on economic consideration (51%). While developments the
existing GOS had constraint, because of lack of socialization program.
Key words: green open space, oxygen requirements, water availability
1. Pendahuluan
Ruang terbuka hijau (RTH)
merupakan areal berupa ruang terbuka
yang bervegetasi berada di kawasan
perkotaan yang mempunyai fungsi
perlindungan, pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan hidup. Fungsi
RTH dapat berbentuk hutan kota, taman
kota, taman pemakaman umum,
lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya,
bantaran rel kereta api, bantaran sungai
dan kawasan pertanian. RTH disebut
sebagai paru-paru kota karena
merupakan produsen oksigen (O2) yang
belum tergantikan fungsinya.
Peran oksigen sangat vital bagi
manusia karena fungsinya yang begitu
penting, kekurangan O2 akan berdampak
serius bagi kesehatan. Manusia
membutuhkan O2 dari udara sebanyak
600 liter/hari setara dengan 864 g/hari
untuk menghasilkan energi dalam tubuh
dan mengeluarkan 480 liter karbon
dioksida (CO2). Menurut Siahaan
(2005), pada lahan seluas 1.600 m2
yang
terdapat 16 pohon berdiameter tajuk 10
m mampu menyuplai O2 sebesar 14.000
liter. Setiap jam, satu hektar daun-daun
hijau dapat menyerap 8 kg karbon
dioksida yang berasal dari 200 orang
dalam waktu yang sama. Selain dari itu
RTH juga dapat menyimpan 900 m3
air
tanah per tahun, dan mentransfer air
4.000 liter per hari.
Kota Depok dengan luas wilayah 20.029
ha merupakan salah satu kota yang
mengalami perkembangan cukup pesat
dalam pembangunannya. Dengan laju
pertambahan penduduk yang disebabkan
3. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010171
oleh urbanisasi dan kelahiran mencapai
3,70% per tahun dan jumlah penduduk
saat ini 1.386.470 jiwa memerlukan
perluasan permukiman, hal ini
menyebabkan berubahnya fungsi dari
kawasan bevegetasi menjadi kawasan
terbangun. Semakin berkurangnya
kawasan bervegetasi menyebabkan
meningkatnya run off, luas serapan air di
kota berkurang sehingga debit air yang
masuk ke sungai meningkat, sementara
persediaan air tanah terus berkurang
sehingga mengurangi cadangan air
tanah. Tersedianya air bersih dan sehat
merupakan salah satu faktor yang
penting bagi permukiman maupun
industri, sehingga pemanfaatan
sumberdaya air yang berlebihan
mengakibatkan terjadinya intrusi air laut.
Pemerintah Kota Depok harus
dapat menyediakan berbagai sarana dan
prasarana penunjang kebutuhan hidup
masyarakatnya. Salah satu kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi adalah RTH
yang berfungsi sebagai penyediaan O2
dan ketersediaan air. Luas RTH yang
ada saat ini 5.125,43 ha, terdiri dari
hutan kota, jalur hijau, taman kota, areal
pemakaman, sawah irigasi, kebun dan
halaman, serta situ dan danau.
Berkurangnya RTH di Kota Depok pada
tahun 2003, digunakan untuk perumahan
dan permukiman mencapai 10.968 ha
(54,76%), dan industri, jasa serta
perusahaan menempati areal 1.100 ha
(6%).
Saat ini ketersediaan air di Kota
Depok cenderung berkurang, air
permukaan menjadi kotor sehingga tidak
dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kebutuhan sehari-hari. Penyediaan air
Kota Depok bersumber dari PDAM,
mata air baku dan air permukaan dengan
kapasitas suplai 1.567,5 liter/detik hanya
mampu melayani 38.388 pelanggan dari
76.046 sambungan (50,47%), dan
besarnya jumlah pemakaian air
mencapai 11.403.912 m3
/tahun. Salah
satu penyebab berkurangnya
ketersediaan air tanah adalah
menurunnya luas ruang untuk resapan
air, dan pengambilan air oleh manusia
yang berlebihan sedangkan upaya
mengembalikannya ke dalam tanah tidak
ada. Oleh karena itu agar muka air tanah
relatif stabil dan meningkat, salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan merencanakan suatu RTH yang
dapat mengkonservasi air.
Permasalahan yang ada di Kota
Depok saat ini adalah ketersediaan RTH
dan kebutuhan air yang tidak tercukupi,
disebabkan oleh alih fungsi peruntukan
lahan akibat kebijakan pemerintah
daerah. Ruang terbuka hijau dianggap
penting oleh masyarakat jika dapat
memberi manfaat dan adanya perhatian
dari pemerintah daerah. Selain itu,
keberhasilan pengembangan
pembangunan RTH ditentukan oleh
tingkat partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat berupa
penyediaan lahan untuk RTH dan
kesadaran untuk menanam berbagai jenis
pohon di lingkungan rumah masing-
masing.
Kebutuhan RTH dan penyediaan
air yang dilakukan oleh pemerintah serta
para ahli dibidangnya, sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, perlu melibatkan banyak
pihak diluar instansi pemerintah. Dengan
kesadaran akan pentingnya keberadaan
RTH dan ketersediaan air sebagai
sumber kehidupan, baik masa kini
maupun masa datang yang dibutuhkan
oleh berbagai sektor, maka hal tersebut
membantu pengadaan RTH dan
penyediaan air di Kota Depok.
Berdasarkan latar belakang
sebagaimana telah disajikan, maka perlu
dilakukan suatu penelitian untuk
4. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010172
mengetahui kebutuhan RTH dalam
menyediakan oksigen dan air di Kota
Depok, Propinsi Jawa Barat.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
menentukan luas ruang terbuka hijau
berdasarkan kebutuhan oksigen dan
ketersediaan air, serta menilai preferensi
masyarakat terhadap prioritas
pengembangan pembangunan di Kota
Depok.
2. Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
administrasi Kota Depok, Propinsi Jawa
Barat. Meliputi 6 (enam) Kecamatan
yaitu Sawangan, Pancoran Mas,
Sukmajaya, Cimanggis, Beji, dan Limo,
dengan luas wilayah 20.029 hektar.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1
(satu) tahun mulai Oktober 2005 -
Oktober 2006.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Peta Rupabumi Administrasi
Kota Depok, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Depok 2000-2010, dan
Software ArcView GIS 3.3, Adobe
Photoshop 7.0, AutoCAD 2002, Expert
Choice 2000 serta Kuesioner.
Peralatan yang digunakan adalah satu
unit komputer, kamera digital, tripod,
meteran dan alat tulis.
Metode Pengumpulan Data
Tahapan penelitian ini terdiri dari
beberapa kegiatan yaitu:
1. Inventarisasi data primer dan data
sekunder terdiri dari data fisik,
biofisik, sosial dan budaya, serta
ekonomi yang diperoleh melalui
survei lapangan, studi pustaka,
wawancara dan pencatatan.
2. Tinjauan tapak dengan tujuan
melihat secara langsung kondisi
RTH saat ini berupa jenis vegetasi,
luas RTH, sumber air dan intensitas
pemeliharaannya.
3. Analisis data untuk mengetahui
potensi sumberdaya alam dan
penyelesaian permasalahan yang
terjadi di Kota Depok.
4. Sintesis adalah tahap mengajukan
program penyediaan ruang terbuka
hijau.
5. Pembuatan konsep kebutuhan RTH
berdasarkan penyediaan oksigen dan
air dengan pertimbangan kriteria
kebutuhan RTH di Kota Depok dan
diselaraskan pula dengan tujuan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok 2000-2010.
a. Analisis kebutuhan luas RTH
Kota Depok berdasarkan
penyediaan oksigen
Luas kebutuhan RTH dihitung
berdasarkan kebutuhan oksigen
dengan metode Gerarkis, 1974
(dalam Wisesa, 1988) yaitu sebagai
berikut:
Keterangan:
Lt = Luas RTH pada tahun t (m2
)
Pt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi
penduduk per hari pada tahun t (kg/hari)
Kt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi
kendaraan bermotor per hari pada tahun t
(kg/hari)
Tt = Jumlah kebutuhan oksigen untuk
ternak per hari pada tahun t (kg/hari)
2
)9375,0()54(
)(
m
TKP
L ttt
t
5. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010173
54 = Konstanta, produksi berat kering
tanaman per hari per m2
RTH (g/hari/m2
)
0,9375 = Konstanta, produksi oksigen
0,9375 /g berat kering tanaman.
Asumsi:
♠ Kebutuhan O2 per hari tiap penduduk
adalah 600 l/hari.
♠ Pengguna O2 hanya manusia,
kendaraan bermotor dan ternak,
sedangkan jumlah hewan peliharaan
dan ternak yang relatif kecil
diabaikan dalam perhitungan.
♠ Jumlah kendaraan yang keluar dan
masuk dalam wilayah Kota Depok
dianggap sama tiap hari.
♠ Suplai O2 dari luar wilayah Kota
Depok diabaikan dan hanya
dilakukan oleh tanaman.
♠ Kesejahteraan penduduk meningkat
tiap tahun sehingga mampu membeli
kendaraan bermotor.
b. Analisis kebutuhan luas RTH
untuk ketersediaan air Kota
Depok
Untuk meningkatkan ketersediaan air
dilakukan penghitungan berdasarkan
metode Fahutan IPB (1987) yaitu:
Keterangan:
La = Luas RTH yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan air (ha)
P0 = Jumlah penduduk kota pada
tahun ke 0 (jiwa)
K = Konsumsi air per kapita
(liter/hari)
r = Laju kebutuhan air bersih; sama
dengan laju pertambahan penduduk (%)
c = Faktor pengendali; upaya pemda
menurunkan laju pertambahan penduduk
(%)
PAM= Kapasitas suplai perusahaan air
minum (m3
/tahun)
Pa = Potensi air tanah (m3
/tahun)
z = Kemampuan RTH menyimpan
air (m3
/tahun/ha)
Asumsi:
♠ Potensi air tanah tersebar merata di
seluruh kawasan.
♠ Sumber air berasal dari wilayah Kota
Depok dan tidak menerima dari
daerah lain.
♠ Jenis vegetasi yang digunakan
memiliki kemampuan sama dalam
meresapkan air.
♠ Upaya pemerintah mengendalikan
pertambahan penduduk dinilai secara
kualitatif.
♠ Laju pertambahan penduduk 10
tahun mendatang relatif tetap
(3,70%).
♠ Standar kebutuhan konsumsi air
bersih 250 l/orang/hari dan
bersumber dari PDAM Kota Depok
dengan kapasitas suplai air bersih
tetap1)
.
c. Analisis preferensi masyarakat
terhadap prioritas pembangunan
RTH
Menggunakan pendekatan metode
Saaty (1993) yaitu Analysis Hierarchy
Process (AHP), bertujuan untuk
mengetahui preferensi masyarakat dalam
menentukan suatu kebijakan terhadap
prioritas utama pembangunan di Kota
Depok. Analisis ini dilakukan
1)
Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung. Medisa. Jakarta. 106 hlm.
z
PPAMcrKP
L a
a
1.0
6. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010174
menggunakan software Expert Choice
2000 dan melalui 8 tahap yaitu: (1)
Identifikasi masalah, (2) Penyusunan
hirarki, (3) Penyusunan matrik
perbandingan, (4) Menghitung matrik
pendapat individu, (5) Menghitung
pendapat gabungan, (6) Pengolahan
horizontal, (7) Pengolahan vertikal, (8)
Revisi pendapat.
Pemilihan responden dilakukan
secara sengaja (purposive sampling)
dengan pertimbangan responden adalah
pengguna tapak (stakeholder), terdiri
dari 4 (empat) stakeholder berjumlah 30
responden, yaitu (1) Pemerintah Kota
Depok terdiri dari badan perencanaan
dan pembangunan daerah, dinas
kependudukan dan lingkungan hidup,
dinas kebersihan dan pertamanan kota,
dinas lalu lintas dan angkutan jalan raya,
(2) Swasta, (3) Tokoh Masyarakat, (4)
Perguruan Tinggi.
3. Hasil Penelitian
1. Kebutuhan Luas RTH Kota
Depok Berdasarkan Penyediaan
Oksigen
Peningkatan jumlah penduduk,
kendaraan bermotor, dan hewan ternak
di Kota Depok sangat cepat, disebabkan
karena letak wilayahnya yang sangat
strategis berbatasan langsung dengan
wilayah DKI Jakarta. Peningkatan
jumlah penduduk yang mencapai 3,70%
per tahun, menjadikan Kota Depok
sebagai pusat permukiman,
perdagangan, jasa dan pendidikan.
Sektor permukiman, perdagangan, dan
jasa merupakan sektor ekonomi yang
banyak diminati oleh masyarakat baik
formal maupun informal. Oleh sebab itu,
kebutuhan lahan untuk fasilitas sarana
dan prasarana fisik kota sangat
dibutuhkan.
Pada dasarnya semua aktifitas kehidupan
membutuhkan oksigen (O2). Dari semua
jenis konsumen, yang sangat banyak
mengkonsumsi O2 adalah manusia,
kendaraan bermotor dan hewan ternak.
Manusia mengkonsumsi O2 untuk
pembakaran zat-zat makanan dalam
tubuh, sedangkan kendaraan bermotor
memerlukan O2 untuk pembakaran bahan
bakarnya. Selain dari itu O2 bagi hewan
ternak digunakan untuk
metabolisme basal dalam tubuhnya.
Hasil analisis kebutuhan luas RTH
berdasarkan penyediaan O2 untuk
penduduk, kendaraan bermotor dan
hewan ternak, membuktikan bahwa
peningkatan konsumsi O2 setiap tahun
semakin bertambah dan membutuhkan
lahan yang lebih luas untuk menambah
suplai O2 yaitu melalui pengembangan
RTH di Kota Depok. Dengan
menggunakan rumus bunga berganda
dapat diprediksikan jumlah penduduk,
kendaraan bermotor dan hewan ternak
yang ada di Kota Depok.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 jumlah penduduk Kota
Depok mencapai 1.386.470 jiwa, dan
membutuhkan O2 sebanyak 1.197.910
kg/hari. Pada tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah penduduk hingga
1.662.663 jiwa, dan O2 yang dibutuhkan
mencapai 1.436.541 kg/hari. Sedangkan
kendaraan bermotor terjadi peningkatan
rata-rata 14% per tahun dan hewan
ternak 18% per tahun.
7. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010175
Tabel 1 Jumlah pengguna dan kebutuhan oksigen di Kota Depok
Keterangan
Jumlah Pengguna O2 Kebutuhan O2 (kg/hari)
2005 2010 2015 2005 2010 2015
Penduduk 1.386.470 1.662.663 1.993.876 1.197.910 1.436.541
1.722.70
8
Kendaraan
Bermotor
50.959 98.116 188.915 144.221 271.908 523.536
Hewan
Ternak
1.394.910 3.231.989 4.702.013 243.662 564.562 821.345
Terjadinya pertambahan jumlah
pengguna O2 setiap tahun, maka
kebutuhan konsumsi O2 juga meningkat.
Oksigen sangat penting bagi kehidupan
karena menghasilkan energi yang
diperlukan oleh makhluk hidup.
Tumbuhan menghasilkan jutaan ton O2
setiap hari dan melepaskannya ke
atmosfer bumi. Atmosfer bumi
mengandung campuran uap air dan gas,
yang terdiri dari 77% gas nitrogen, 21%
gas O2 dan 1% gas CO2. Gambar 1
memperlihatkan perbandingan jumlah
kebutuhan O2 antara penduduk,
kendaraan bermotor dan hewan ternak
pada tahun 2005-2015 yang semakin
meningkat.
Agar terjadi keseimbangan
lingkungan hidup, maka salah satu usaha
untuk memenuhi kebutuhan O2 di Kota
Depok, yaitu melalui pengembangan
RTH baik berupa hutan kota, taman
kota, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta
api, bantaran sungai ataupun kawasan
pertanian. Berdasarkan data dinas
Gambar 1 Perbandingan kebutuhan oksigen untuk
manusia,
kendaraan bermotor dan hewan ternak
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
2005 2010 2015
Tahun
KebutuhanOksigen(kg/hari)
Penduduk Kendaraan Bermotor Hewan Ternak
8. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010176
pertamanan Kota Depok 2004, luas RTH
yang ada saat ini 5.125,43 ha.
Hasil perhitungan yang diperoleh
dengan menggunakan rumus Gerarkis
berdasarkan kebutuhan O2,
memperlihatkan luas RTH yang
dibutuhkan Kota Depok untuk tahun
2005 mencapai 3.132 ha, dan kebutuhan
pohon berdiameter tajuk 2 m berjumlah
1.370.125 batang pohon. Untuk tahun
2010 diprediksikan kebutuhan luas RTH
dan jumlah pohon di Kota Depok
memerlukan lahan seluas 4.490 ha dan
1.963.882 batang pohon (Tabel 2).
Tabel 2 Luas RTH dan kebutuhan jumlah pohon di Kota Depok
Tahun
Luas RTH (ha) Jumlah Pohon
(batang)Dibutuhkan Tersedia Tambahan
2005 3.132 5.125,43 - 1.370.125
2010 4.490 5.125,43 - 1.963.882
2015 6.059 5.125,43 933,57 2.650.397
Luas RTH di Kota Depok sampai
tahun 2010 masih mampu memenuhi
kebutuhan O2 bagi manusia, kendaraan
bermotor dan hewan ternak, tetapi untuk
tahun 2015 dibutuhkan penambahan luas
lahan RTH 933,57 ha dan diperlukan
2.650.397 batang pohon agar dapat
mencukupi kebutuhan pengguna O2.
2. Kebutuhan Luas RTH untuk
Ketersediaan Air Kota Depok
Air adalah sumberdaya yang
sangat vital bagi kelangsungan hidup
dan kehidupan manusia. Dengan
semakin bertambahnya jumlah
penduduk, maka suatu saat air tidak akan
mampu mencukupi kebutuhan seluruh
makhluk hidup di dunia ini jika tidak ada
upaya untuk melestarikannya. Air yang
dikonsumsi oleh manusia dapat berasal
dari dalam tanah dan juga dari air
permukaan. Oleh karena itu ketersediaan
air di permukaan tidak seterusnya tetap
jumlahnya sehingga dapat menjadi
berkurang. Salah satu penyebab
berkurangnya ketersediaan air tanah
adalah menurunnya luas ruang untuk
resapan air.
Dengan semakin berkurangnya air
yang masuk ke dalam tanah, maka air
sungai akan semakin bertambah banyak
dan kemudian meluap. Jika tidak ada
usaha pencegahan maka akan terjadi
banjir. Pengambilan air oleh manusia
yang berlebihan dan tidak ada usaha
mengembalikannya ke dalam tanah akan
mengakibatkan berkurangnya air tanah.
Penyediaan air bersih di Kota
Depok dikelola oleh PDAM Kabupaten
Bogor. Kapasitas suplai air mencapai
1.567,5 liter/detik atau 135.432 m3
/hari,
yang terpakai hanya 1.466 liter/detik.
Besarnya jumlah pemakaian air bagi
masyarakat adalah 11.403.912 m3
/tahun.
Potensi air tanah saat ini sebesar
41.343.696 m3
/tahun (BPS Kota Depok,
2003).
Berdasarkan pertambahan jumlah
penduduk terhadap kebutuhan air dan
kemampuan PDAM dalam mensuplai air
9. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010177
bersih, serta jumlah potensi air tanah
yang ada saat ini, maka dengan
menggunakan pendekatan perhitungan
luas hutan kota berdasarkan kebutuhan
air untuk tahun 2005-2015, dapat
diketahui luas RTH yang diperlukan
wilayah Kota Depok. Hasil perhitungan
kebutuhan luas RTH untuk ketersediaan
air di Kota Depok tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Kebutuhan luas RTH untuk
penyediaan air di Kota Depok
Tahun
Luas RTH (ha)
Dibutuhkan Tersedia Tambahan
2005 11,53 5.125,43 -
2010 14,64 5.125,43 -
2015 18,37 5.125,43 -
Dari hasil perhitungan kebutuhan
luas RTH untuk ketersediaan air di Kota
Depok dinyatakan bahwa, dari tahun
2005-2015 wilayah Kota Depok tidak
memerlukan penambahan luas RTH,
karena luas RTH yang tersedia sangat
besar untuk mencukupi kebutuhan air
bagi masyarakat wilayah Kota Depok.
Seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk terhadap kebutuhan air
dan ketersediaan lahan untuk RTH,
sudah saatnya pemerintah Kota Depok
memperhatikan pembagunan yang
berwawasan lingkungan, karena air,
udara dan tanah yang semua ini akan
menjadi lebih produktif dipergunakan
bagi pembangunan wilayah dan
peningkatan kesehatan masyarakat Kota
Depok.
Pemerintah Kota Depok
memegang peranan penting dalam hal
ini, dengan mengeluarkan kebijakan
perlindungan sumber air dan penertiban
daerah pinggiran sungai dari
permukiman agar tidak tercemar oleh
limbah rumah tangga. Selain dari itu
jaringan pendistribusian air bersih
PDAM harus menyebar merata di
seluruh wilayah Kota Depok, sehingga
masyarakat dapat menikmati air bersih.
3. Preferensi Masyarakat terhadap
Prioritas Pengembangan Kota
Depok
Keberhasilan suatu program
pengembangan RTH di Kota Depok,
ditentukan oleh konsistensi pemerintah
daerah dan partisipasi masyarakat dalam
menciptakan RTH sebagai suplai O2 dan
penyediaan air bersih. Partisipasi
masyarakat dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan cara
memasukkan masalah lingkungan dalam
rencana kegiatan kelembagaan sosial
yang ada, melaksanakan penyuluhan
secara terpadu melalui lembaga swadaya
masyarakat, tentang fungsi dan manfaat
dari RTH kota, dan mengikutsertakan
masyarakat dalam menentukan prioritas
program pengembangan pembangunan
di Kota Depok.
Untuk mengetahui preferensi
masyarakat terhadap prioritas
pembangunan khususnya pengembangan
RTH di Kota Depok, dilakukan
pendekatan metode proses analisis
hirarki (AHP). Masyarakat yang
dimintai pendapatnya berjumlah 30
responden, dan yang layak dinilai
pendapatnya hasil analisis terdiri dari 10
stakeholder. Masing-masing stakeholder
sebelumnya telah memiliki nilai
Inconsistency Ratio (IC) = <0,1 artinya
para stakeholder termasuk konsisten
dalam memberikan nilai pembobotan
dengan tingkat penyimpangan sangat
kecil.
Preferensi masyarakat diarahkan
berdasarkan RTRW 2000-2010 Kota
Depok, yaitu pengembangan sektor
10. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010178
permukiman, perdagangan, perkantoran,
penghijauan dan pariwisata. Faktor
pengambilan keputusan oleh pemerintah
daerah didasarkan atas pertimbangan
aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.
Selain dari itu, untuk mengetahui
perubahan skala prioritas pengembangan
dilakukan dengan uji sensitivitas.
Analisis sensitivitas ini dimaksudkan
untuk mengetahui kecenderungan
perubahan suatu kebijakan terhadap
faktor lain yang mempengaruhinya.
Dengan menggunakan metode
AHP melalui program software Expert
Choise 2000, hasil analisa pendapat 10
stakeholder dapat diketahui, yaitu
sebagai berikut:
a. Analisis pendapat gabungan
stakeholder
Hasil analisis dari pendapat tokoh
masyarakat dan perguruan tinggi,
diperoleh nilai 0,374 dan 0,355 (Tabel
4), artinya tokoh masyarakat dan
perguruan tinggi berpendapat bahwa
sektor penghijauan merupakan masalah
utama yang banyak dipersoalkan dan
dikembangkan secara luas. Terkait
dengan RTH sebagai penghasil O2
dengan berbagai macam jenis tumbuhan
didalamnya, dapat membantu
meningkatkan ketersediaan dan kualitas
air bersih di Kota Depok.
Tabel 4 Hasil analisis pendapat gabungan responden
Stakeholder Permukiman Perdagangan Perkantoran Penghijauan Pariwisata
Pemerintah 0,334 0,187 0,177 0,219 0,135
Swasta 0,299 0,186 0,148 0,154 0,210
Masyarakat 0,204 0,164 0,130 0,374 0,108
Perguruan
Tinggi
0,214 0,191 0,145 0,355 0,094
b. Analisis pendapat kriteria manfaat
pengembangan
Hasil analisis dari pendapat gabungan
stakeholder terhadap kriteria manfaat
pengembangan Kota Depok,
stakeholders berpendapat bahwa
pengembangan sektor permukiman jauh
lebih bermanfaat di tinjau dari
pendapatan, pemanfaatan ruang,
pemerataan pembangunan dan aktivitas
sosial bagi masyarakat Kota Depok.
Pengembangan sektor penghijauan lebih
bermanfaat jika ditinjau dari manfaat
dan jumlah RTH yang akan diwujudkan
(Tabel 5).
11. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010179
Tabel 5 Hasil analisis kriteria manfaat pengembangan
Kriteria Manfaat Permukiman Perdagangan Perkantoran Penghijauan Pariwisata
Pendapatan 0,363 0,235 0,159 0,130 0,114
Pemanfaatan
Ruang
0,371 0,146 0,135 0,246 0,102
Manfaat RTH 0,235 0,168 0,103 0,282 0,212
Jumlah RTH 0,229 0,128 0,109 0,331 0,223
Pemerataan -
Pembangunan
0,336 0,161 0,157 0,225 0,092
Aktifitas Sosial 0,368 0,128 0,166 0,239 0,098
c. Prioritas pengembangan
pembangunan Kota Depok
Hasil dari analisis metode AHP
mengenai preferensi masyarakat
(stakeholder) terhadap prioritas
pengembangan pembangunan di Kota
Depok, bahwa nilai pembobotan
tertinggi untuk pengembangan
pembangunan di Kota Depok
diprioritaskan pada sektor permukiman
dengan nilai 0,317, selanjutnya secara
berturut pengembangan diprioritaskan
pada sektor penghijauan (0,205),
perdagangan (0,178), perkantoran
(0,175), dan pariwisata (0,126). Hasil
pendapat tersebut dapat dibuktikan
kembali melalui uji sensitivitas untuk
prioritas pengembangan pembangunan
(Gambar 2).
Gambar 2 Uji sensitivitas pendapat stakeholders terhadap prioritas pengembangan
12,5
17,5
17,8
20,5
31,7
0
5
10
15
20
25
30
35
Permukiman Penghijauan Perdagangan Perkantoran Pariwisata
Prioritas Pengembangan
SensitivitasPrioritas(%)
12. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010180
Penetapan skala prioritas
pengembangan pembangunan di Kota
Depok didasarkan atas pertimbangan
aspek ekonomi sebagai prioritas utama
(51%), disusul dengan pertimbangan
aspek lingkungan sebagai prioritas kedua
(36,6%), dan pertimbangan aspek sosial
sebagai prioritas terakhir (12,4%). Uji
sensitifitas ini dimaksudkan untuk
mengetahui kecenderungan perubahan
suatu prioritas terhadap faktor lain yang
mempengaruhinya.
4. Kesimpulan
Hasil dari penelitian analisis
kebutuhan RTH berdasarkan penyediaan
oksigen dan air di Kota Depok, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kota Depok saat ini memiliki luas
RTH 5.125,43 ha. Sampai tahun
2010 diprediksikan RTH yang ada
masih mampu memenuhi kebutuhan
O2 bagi manusia, kendaraan
bermotor dan hewan ternak, tetapi
pada tahun 2015 dibutuhkan
penambahan luas RTH 933,57 ha.
2. Ketersediaan dan kebutuhan air bagi
masyarakat di Kota Depok dari tahun
2005-2015, tidak memerlukan
penambahan luas RTH, karena luas
RTH yang tersedia 5.125,43 ha,
sehingga masih mampu mencukupi
kebutuhan air bagi masyarakat Kota
Depok.
3. Preferensi masyarakat
memprioritaskan pengembangan
pembangunan pada sektor
permukiman (31,7%), atas dasar
pertimbangan aspek ekonomi
sebagai prioritas utama (51%), dan
dengan tujuan pengembangan adalah
pemanfaatan ruang, meningkatkan
aktifitas sosial masyarakat,
menciptakan pendapatan bagi
daerah, dan pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah
Kota Depok. Pengembangan
pembangunan RTH di Kota Depok
mengalami kendala, karena
kurangnya sosialisasi pada
masyarakat yang berimplikasi pada
pemahaman akan arti pentingnya
RTH.
Saran
1. Segera menyusun Perda Konservasi
RTH yang bertujuan melindungi
keberlanjutan RTH sebagai aset,
potensi, dan investasi Kota Depok
jangka panjang.
2. Perlunya proses sosialisasi,
penyuluhan, bimbingan, advokasi
yang serius dan kontinu pada
masyarakat luas tentang pentingnya
pembangunan RTH yang
berorientasi kelestarian lingkungan.
3. Mengadakan dengar pendapat publik
mencari solusi pengembangan RTH
yang diinginkan masyarakat sebagai
stakeholder utama RTH berbasis
masyarakat.
4. Harus ada evaluasi segera terhadap
berbagai kebijakan pembangunan
yang tidak menghiraukan kelestarian
Gambar 3 Uji sensitivitas aspek terhadap prioritas
pengembangan
12,4
51
36,6
0
10
20
30
40
50
60
Ekonomi Lingkungan Sosial
Sensitivitas Aspek
SensitivitasPrioritas(%)
13. Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010181
dan keseimbangan ruang terbuka
hijau di Kota Depok.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Di Taman Kota Lebih
Oke. http://www.pikiran-
rakyat.com/Cetak/-0903/
13/hikmah/lainnya07.htm [1
Februari 2005]
BPS Kota Depok. 2003. Kota Depok
Dalam Angka 2002. Kerjasama
Bappeda dan BPS Depok. 284 hlm.
Departemen Pekerjaan Umum. 1998.
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung. Medisa. Jakarta. 106 hlm.
Fakultas Kehutanan IPB. 1987. Konsepsi
Pengembangan Hutan Kota.
Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB
dan Setjen Departemen Kehutanan.
Jakarta. 82 hlm.
Saaty, T. L. 1993. Pengambilan
Keputusan Bagi Para Pemimpin.
Gramedia. Jakarta. 270 hlm.
Siahaan R. 2005. Sehat dan Energik
Berkat Oksigen. Human Health.
Tahun IV No.1 Januari. Hal 29-30.
WJEMP Depok City. 2004. Assignment
Completion Report (ACR), Study
for Normalization and Management
of Lakes. Draft. PT. Innerindo
Dinamika. Kota Depok. 274 hlm.
Wisesa, S.P.C. 1988. Studi
Pengembangan Hutan Kota Di
Wilayah Kotamadya Bogor. Skripsi.
Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor. 107 hlm.