MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pengembangan dan Aplikasi K3 dalam Perusahaan
1. Makalah K3 tentang
PENGEMBANGAN DAN APLIKASI K3
DALAM PERUSAHAAN
Mochamad Robby Firmansyah
MI – 1B
(1331140019)
2. 1
Daftar Isi
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 1
Abstraksi ......................................................................................................................................... 2
Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 3
B. Tujuan ..................................................................................................................................... 5
C. Manfaat ................................................................................................................................... 5
Bab 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja..................................................................... 6
1. Sebab-sebab Kecelakaan .................................................................................................. 8
2. Faktor - faktor Kecelakaan ............................................................................................... 8
3. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ................................................................... 9
B. Pengembangan Program K3 di Perusahaan ........................................................................... 11
C. Aplikasi K3 di Perusahaan..................................................................................................... 13
Bab 3 PENUTUP ......................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
B. Saran................................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 18
3. 2
Abstraksi
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan pengaplikasian
pada perusahaan dan karyawan terhadap pelaksanaan keselamatan dan program kesehatan di
sebuah perusahaan, dan manfaat yang dirasakan oleh karyawan. Ada lima elemen atau aplikasi
dari pelaksanaan keselamatan dan program kesehatan di setiap perusahaan, yaitu Jaminan
Keselamatan dan Kesehatan, Keselamatan dan Pelatihan Kesehatan, Alat Pelindung Diri, Beban
Kerja dan Jam Kerja, sudah mencerminkan bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
sudah berkembang di dalam lingkungan perusahaan.
Manfaat yang bisa diperoleh dari pelaksanaan program pengembangan dan aplikasi
keselamatan dan kesehatan adalah pengurangan absentisme, pengurangan biaya klaim kesehatan,
pengurangan turnover pekerja, dan peningkatan produktifitas.
Kata kunci: Perkembangan, Aplikasi, Manfaat, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. 3
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang
ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional
maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Industrialisasi
tidak terlepas dari sumber daya manusia, yang dimana setiap manusia diharapkan dapat
menjadi sumber daya siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan perusahaan
dalam bidang yang dibutuhkan.
Masalah yang sering muncul dalam perusahaan saat ini adalah kurangnya perhatian
terhadap aspek manusiawi. Bila ingin memahami perilaku karyawan, seorang manajer
atau pimpinan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan
dan kegairahan kerja, sehingga dengan kondisi tersebut karyawan dapat meningkatkan
mutu kerjanya sehingga sekaligus dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan
itu sendiri. Semakin cukup kuantitas dan kualitas fasilitas keselamatan dan kesehatan
kerja, maka semakin tinggi pula mutu kerja karyawannya. Dengan demikian perusahaan
akan semakin diuntungkan dalam upaya pencapaian tujuannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi
juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa
pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa
ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin
atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi
pekerja dengan mesin dan lingkungan kerja.
Dengan adanya berbagai tuntutan tentang masalah kesehatan dan keselamatan
kerja, maka perusahaan harus dapat memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan
perlindungan pada karyawan dengan melakukan program-program tentang kesehatan dan
keselamatan kerja.
5. 4
Oleh sebab itu, pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan
menyusun Undang-Undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 Januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah
Tentang Pernyataan berlakunya Peraturan Kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun
1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam
perusahaan. Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan
aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya
dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah
ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.
6. 5
B. Tujuan
Pengembangan dan aplikasi K3 di perusahaan bertujuan untuk :
- Meningkatkan derajat kesehatan kerja di perusahaan.
- Melindungi pekerja atau karyawan dari semua gangguan kesehatan.
- Meningkatkan produktifitas perusahaan.
C. Manfaat
Pengembangan dan aplikasi K3 di perusahaan bermanfaat untuk :
- Agar para pekerja atau karyawan mendapat rasa aman.
- Agar lingkungan kerja sehat dan ramah lingkungan.
- Mencegah kecelakaan kerja.
- Meningkatkan produktifitas kerja.
7. 6
Bab 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
8. 7
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar
terjalan dengan baik.
9. 8
1. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah
atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai
tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai
seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan
kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi
yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan
pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung
yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung
mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan
lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai
ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat
dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus
dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.
2. Faktor - faktor Kecelakaan
Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri
terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai
kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus
menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk
seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya
sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada
hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau
10. 9
salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang
manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak
membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan
menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan
membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka
ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah
kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.
3. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang
dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi
maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan
produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.
a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan
bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat
lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh
petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga
untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkut masalah PHK dan kecelakaan kerja.
11. 10
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi
8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium
menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah
dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada
bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease &
Work Related Diseases).
12. 11
B. Pengembangan Program K3 di Perusahaan
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang
untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak
menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga
bisa disebut suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
yang tidak diinginkan.
Program pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga
alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit
kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu
untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur
ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang
melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu,
perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata
bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup
tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi
karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
13. 12
Apabila perusahaan dapat melaksanakan pengembangan program keselamatan
dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat
sebagai berikut:
4. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
5. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
6. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
7. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
8. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras
kepemilikan.
9. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.
10. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
Kemudian manfaat pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan antara lain:
1. Pengurangan Absentisme. Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit
kerja dalam tempat kerja, sehingga karyawan yang tidak masuk karena alasan cedera dan
sakit akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang
benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya kemungkinan
untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil pula
kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja. Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim
pesan yang jelas pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan
kesejahteraan mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia
dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
4. Peningkatan Produktivitas. Perusahaan yang melakukan program keselamatan dan
kesehatan kerja secara serius, akan menunjukkan bahwa baik secara individual maupun
bersamasama program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja.
14. 13
C. Aplikasi K3 di Perusahaan
Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja
agar pelaksanaan program pengembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
perusahaan dapat berjalan efektif. Dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja di setiap perusahaan :
Pelatihan K3
Alat
Pelindung
Diri
Beban Kerja
Jam Kerja
Jaminan
Keselamatan
dan Kesehatan
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
15. 14
1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau
diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang
mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. Jaminan keselamatan dan kesehatan dapat
membuat para tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan,
sehingga dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan penyakit
kerja. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan. Kinerja karyawan yang meningkat akan diikuti
pula dengan meningkatnya produktivitas karyawan.
2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk
memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di
tempat kerja. Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja,
melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan bahan beracun berbahaya dan
penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan
pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan.
3. Alat Pelindung Diri
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi:
“Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pada
umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
16. 15
1. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.
2. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan
alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
3. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang
becek ataupun berlumpur.
4. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang
menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan
sebagainya.
5. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
6. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
7. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat
bekerja di tempat yang bising.
5. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja
(misal mengelas).
8. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan
sebagainya).
6. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda
asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
7. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (missal
bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
17. 16
4. Beban Kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Semakin berat beban
kerja yang ditanggung, maka akan semakin besar risiko perawat yang bekerja di tempat tersebut
terkena stres. Beban kerja berhubungan negatif dengan kinerja karyawan. Semakin berat
kelebihan beban kerja yang mereka terima, maka kinerjanya akan semakin menurun.
5. Jam Kerja
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam
satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam
satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu
minggu (berdasarkan info dari www.gajimu.com). Hampir satu abad berlalu sejak standar
internasional jam kerja diberlakukan, sebuah studi yang dilakukan oleh Organisasi Buruh se-
Dunia (ILO) memperkirakan bahwa satu dari 5 pekerja di berbagai penjuru bumi atau lebih dari
600 juta orang masih bekerja lebih dari 48 jam per minggu.
Studi bertajuk “Working Time Around the World: Trends in Working Hours, Laws and
Policies in a Global Comparative Perspective” itu mengungkapkan, 22% tenaga kerja global,
atau 614,2 juta pekerja, bekerja di atas standar jam kerja. Padahal, sedemikian studi tersebut
mengingatkan, jam kerja yang lebih pendek bisa mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif,
seperti meningkatkan kesehatan hidup karyawan dan keluarganya, mengurangi kecelakaan di
tempat kerja dan mempertinggi produktivitas. Namun, pada sisi lain, studi yang sama juga
mengungkapkan sisi negatif dari jam kerja yang pendek, terutama di negara-negara berkembang
dan transisi. Yakni, bisa menyebabkan pengangguran dan dengan demikian cenderung
meningkatkan kemiskinan.
18. 17
Bab 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di setiap perusahaan harus selalu ada kebijakan K3 untuk melindungi pekerja atau
karyawannya agar terciptanya rasa aman dan nyaman saat melakukan kegiatan produksi dan
secara otomatis meningkatkan efisiensi dan produktifitas dari perusahaan itu sendiri. Dalam
penerapan K3 tersebut, diperlukan juga adanya pengembangan dan pengaplikasiannya dalam
proses produksi di perusahaan tersebut agar tetap terjaganya keamanan dan mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses produksi di suatu perusahaan.
B. Saran
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3
sehingga penerapan K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan dan setiap pekerja/buruh dan
orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan K3.