SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 5
Catatan Koalisi Nasional untuk Peradilan Bersih (KNPB) dan
                        Aliansi Penyelamat Mahkamah Agung
                   Terhadap Proses dan Substansi Revisi UU MA, KY


Tradisi emoh diawasi yang ada pada Mahkamah Agung, telah melahirkan kegeraman
bagi sebagian hakim agung, ketika ada lembaga Komisi Yudisial yang diberi wewenang
untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perlilaku
mereka. Akibatnya, 31 orang hakim agung pun segera melakukan serangkaian upaya
penggembosan atas kewenangan KY tersebut. Salah satu cara yang ditempuh, ialah
dengan memohonkan judicial review UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
pada Mahkamah Konstitusi. Mereka meminta uji konstitusionalitas kewenangan yang
dimiliki KY, dengan sandaran Pasal 24B UUD 1945. Pada initinya, hakim agung tidak
merasa bagian dari yang diawasi KY, karena Pasal 24B tidak secara tersurat
menyebutkan kata hakim agung, tetapi sekedar kata hakim, artinya hakim di bawah
Mahkamah Agung. Parahnya, MK membenarkan tafsir ini, bahwa kata hakim, di
dalamnya tidak mengandung terminology hakim agung. Selain itu, MK juga memberi
tafsir bahwa Pasal 24B tidak mengamanatkan adanya kewenangan KY untuk
mengawasi hakim konstitusi, meski perihal ini tidak dimintakan oleh pemohon.
Imbasnya, KY pada akhirnya hanya mempunyai kewenangan mengusulkan
pengangkatan hakim agung, serta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, dan perlilaku hakim di bawah MA (hakim agung). Melihat centang-
perenangnya hubungan antara KY, MA, dan MK, khususnya pascadipangkasnya
kewenangan KY, selanjutnya MK menyarankan kepada organ pembentuk undang-
undang untuk:

           “… karena itu, Mahkamah Konstitusi juga merekomendasikan kepada DPR
           dan Presiden untuk segera mengambil langkah-langkah penyempurnaan UU
           KY. Bahkan, DPR dan Presiden dianjurkan pula untuk melakukan perbaikan-
           perbaikan yang bersifat integral dengan juga mengadakan perubahan dalam
           rangka harmonisasi dan sinkronisasi atas UUKK, UUMA, UUMK, dan undang-
           undang lain yang terkait dengan sistem peradilan terpadu…”1

Memerhatikan karut-marutnya relasi antar tiga lembaga yudisial (KY, MA, MK), sebagai
implikasi dari tidak adanya sinergisitas perundang-undangan yang mengatur ketiganya,
serta saran dari MK, untuk segara melakukan perbaikan-perbaikan yang bersifat
integral terhadap UUKY, UUMA, dan UUMK, sebagai langkah harmonisasi dan
sinkronisasi, DPR bersama pemerintah tengah melakukan proses pembahasan, atas
tiga UU tersebut. Proses pembahasan ini dimulai semenjak awal September 2008, dan
rapat kerja antara Komisi III DPR dengan pemerintah, pada Senin (15/9/2008), telah
menyepakati pembentukan panitia kerja (panja), untuk membahas masing-masing RUU
tersebut. disepakati pula, bahwa proses pembahasan revisi UUMA menjadi prioritas
utama pembahasan, yang akan diselesaikan sebelum masa sidang berakhir
(24/10/2008). Sementara, apabila kita mencermati daftar inventaris masalah (DIM),
yang dibuat oleh DPR dan pemerintah, masih banyak permasalahan krusial yang patut
untuk diperdebatkan kembali.




Catatan atas Proses dan Substansi Pembahasan Revisi UUMA-UUKY
1   Putusan MK Nomor 005/PUU-IV/2006, hal. 201.
Dalam proses pembahasan revisi UUMA, sejauh ini DPR terkesan melakukannya secara
tertutup atau ditutup-tutupi. Pada satu sisi, publik tidak pernah mendapatkan informasi
jadwal proses pembahasan RUU MA dilakukan. Dan di sisi lain, Komisi III DPR juga
tidak pernah membuka ruang publik lebih luas untuk memberikan masukan terhadap
subtansi yang sedang dibahas. Proses pembahasan yang dilakukan secara tertutup
selain menimbulkan kecurigaan juga berdampak pada menurunnya citra DPR di mata
masyarakat.

Selain itu patut dipertanyakan mengenai motif Komisi III DPR yang lebih
memprioritaskan pembahasan RUU MA daripada RUU yang lain seperti RUU Komisi
Yudisial (KY) dan RUU Mahkamah Konstitusi. Dalam hal ini Komisi III DPR tidak pernah
menjelaskan kepada publik mengenai pilihan prioritas pembahasan tersebut. Muncul
kekhawatiran pembahasan UU MA lebih diutamakan karena adanya keberpihakan dari
Komisi III kepada MA. Kekhawatiran ini juga didasarkan fakta bahwa sebagian anggota
Komisi III DPR memiliki latar belakang advokat.

Berdasarkan uraian diatas bersama ini kami meminta Komisi III DPR membahas RUU
MA secara terbuka dan partisipatif serta membuka ruang bagi publik untuk melakukan
pemantauan selama proses panja RUU MA berlangsung dan menerima masukan dari
berbagai kalangan seperti akademisi, praktisi hukum, maupun KY.

Subtansi dalam RUU MA.
Secara subtansi dalam RUU MA terdapat beberapa hal krusial penting dicermati.
Ketentuan ini antara lain:

   a. Usia pensiun hakim agung

Meski dalam RUU MA versi DPR menyebutkan usia pensiun hakim agung 65 tahun,
namun pemerintah justru mengusulkan bahwa usia pensiun hakim agung yaitu 70
tahun. Usulan ini sudah selayaknya ditolak dengan beberapa alasan. Pertama, angka
harapan hidup dan tingkat kesehatan. Menurut data statistik dari BPS (Badan Pusat
Statistik) dan dari Depkes tahun 2003, angka harapan hidup orang Indonesia paling
rendah se ASEAN yaitu 65 tahun. Tahun 2006 angkanya naik menjadi 66,2 tahun.
Artinya diatas usia 66 tahun, kondisi orang Indonesia menurun karena dipengaruhi
banyak hal.

Kedua, usia 70 tahun tergolong usia tidak produktif. Menurut BPS, usia penduduk
dikelompokkan menjadi 3 yaitu belum produktif (0-14 tahun), produktif (15-65) dan
tidak produktif 66 keatas. Berdasarkan kategorisasi itu, jelas bahwa hakim agung
dengan usia 70 tahun termasuk yang tidak produktif. Dihubungkan dengan beban
perkara MA saat ini, usia hakim agung yang terlalu tua tentu akan sangat menghambat
proses percepatan reformasi MA dari pengurangan tumpukan perkara. Saat ini,
tunggakan di MA ditambah perkara yang masuk mencapai 20 ribu perkara. Dengan
beban kerja menyelesaikan tunggakan perkara di MA yang berat dan menyangkut,
nasib masyarakat luas, tentu usia pensiun 65-67 tahun sudah merupakan usia
maksimal.

Ketiga, perbandingan dengan profesi atau lembaga lainnya. Alasan penetapan angka
70 tahun tidak jelas, dan lebih tinggi dibanding sejumlah jabatan publik lainnya.
Misalnya untuk Hakim Mahkamah Konstitusi usia pensiun adalah 67 tahun, Polisi dan
Jaksa usia pensiun adalah 58-60 tahun, Pegawai Negeri Sipil usia pensiun 56 tahun.
Upaya memperpanjang usia pensiun hakim agung hingga 70 tahun seperti yang
diusulkan berbahaya bagi semangat pembersihan MA dari Mafia Peradilan dari
perspektif REGENERASI. Semakin lama kekuatan status quo bertahan di MA, maka
semakin sulit melakukan reformasi di MA.

Isu delegitimasi KY pun menjadi relevan dibicarakan. Bila usia diperpanjang menjadi 70
tahun, tentu hingga 3-5 tahun mendatang KY tidak melakukan seleksi hakim agung.
Atau, pantas publik khawatir, rencana perpanjangan usia pensiun ini berada dibalik
upaya memperpanjang masa jabatan Ketua MA saat ini, mengingat beberapa kali
bahkan Bagir Manan telah mencoba memperpanjang usia pensiunnya sendiri.
Mengangkat diri sendiri dengan SK sendiri.

Aliansi sendiri mengusulkan usia pensiun hakim agung maksimal yaitu 67 tahun dan
tanpa perpanjangan. (sepertihalnya usia pensiun hakim Mahkamah Konstitusi).

   b. Seleksi Hakim Agung

Terdapat beberapa hal penting terkait dengan proses seleksi calon hakim agung.
Pertama, prioritas Calon Hakim Agung. Sistem rekruitmen dilakukan terbuka (artinya
calon hakim agung berasal dari hakim karir dan hakim non karier), namun demikian
perlu adanya afirmasi untuk profesi hakim misalnya mengenai kriteria masa
pengabdian dan pendidikan. Calon hakim agung dari non karir syaratnya memiliki
pengalaman 25 tahun maka calon hakim agung dari karir harus memiliki pengalaman
minimal 20 tahun. Syarat pendidikan minimal hakim agung non karir adalah Doktor
Hukum (S3) dan hakim agung karir adalah Magister Hukum (S2). Afirmasi ini
mempertimbangkan profesi hakim merupakan profesi hukum paling tertinggi.

Kedua, syarat usia calon hakim agung. Pemerintah mengusulkan syarat usia sebagai
calon hakim agung adalah minimal 50 tahun dan tanpa adanya batas maksimal. Untuk
tujuan regenerasi dilingkungan Mahkamah Agung dan efektivitas pelaksanaan tugas
sebagai Hakim Agung, maka syarat usia calon hakim agung sebaiknya adalah berusia
sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam
puluh) tahun.

Ketiga, pelaksanaan proses seleksi calon hakim agung yang dilakukan oleh KY .
Berdasarkan UU KY , proses seleksi baru dilakukan jika ada posisi yang lowong akibat
adanya pensiun hakim agung. Artinya jika tidak ada hakim agung yang pensiun, maka
KY tidak melakukan seleksi hakim agung. Oleh karena itu perlu ada perbaikan aturan
mengenai proses seleksi calon hakim agung yang dilakukan oleh KY, tidak saja
mempertimbangkan untuk mengisi kekosongan akibat adanya hakim agung yang akan
pensiun namun yang lebih penting adalah melihat pada kebutuhan hakim agung.
Misalnya, saat ini Mahkamah Agung kekurangan hakim agung untuk bidang Tata Usaha
Negara, meski tidak ada hakim agung yang pensiun, namun karena Mahkamah Agung
membutuhkan maka KY untuk mengisi kekosongan hakim agung tersebut. Perlu
diketahui dari batas maksimal jumlah 60 orang hakim agung sebagaimana yang
ditentukan oleh UU, saat ini yang baru terisi adalah 51 orang hakim agung.

Keempat, jumlah calon hakim agung yang diusulkan dari Komisi Yudisial kepada DPR
untuk diseleksi. Pasal 8 ayat (2a) RUU MA Versi DPR menyebutkan quot;Calon hakim agung
yang diusulkan oleh Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih oleh
DPR 1 (satu) orang dari 3 nama calon untuk setiap lowonganquot; Pada prakteknya selama
dua tahun terakhir, KY sendiri mengalami kesulitan untuk mendapatkan calon hakim
agung yang memenuhi kriterai yang ditetapkan oleh Undang-Undang maupun kriteria
bersih, bekualitas dan berintegritas. Oleh karena itu standar perbandingan calon Hakim
Agung yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dengan yang dipilih DPR, idealnya adalah
dua kali kebutuhan dari posisi hakim agung yang kosong.

   c. Pengawasan dan Pemberhentian Hakim Agung

Pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan
peradilan dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman ada pada Mahkamah
Agung. Namun demikian terkait dengan pengawasan terhadap kehormatan, keluhuran
martabat serta perilaku Hakim Agung tetap dilakukan oleh Komisi Yudisial. Dalam
pemberian sanksi terhadap hakim agung, Mahkamah Agung perlu memperhatikan
rekomendasi yang diberikan oleh KY.

Berkaitan dengan proses pemberhentian hakim agung, maka hal-hal penting yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
   1.    Untuk menghindari politisasi, maka proses pemberhentian Hakim Agung tidak
         melibatkan DPR.
   2.    Hakim Agung sebelum diajukan pemberhentian, maka yang bersangkutan
         diberi hak untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim (MKH):
   3.    MKH dibentuk oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial; bersifat ad hoc
         (kasus per kasus); dan keanggotaan MKH terdiri dari unsur MK, KY, dan
         akademisi.
   4.    Apabila salah satu pihak baik MA ataupun KY menolak untuk membentuk
         MKH, maka sanksi dapat dijatuhkan.

Kemudian terkait dengan revisi UU Komisi Yudisial, meski berdiri sendiri, tetapi UUKY
memiliki irisan yang kuat dengan revisi UUMA maupun MK.

Beberapa Catatan untuk Substansi Revisi UUKY

Pertama, berkait dengan wewenang pengusulan hakim agung, seharusnya calon
hakimagung yang diusulkan kepada DPR bukan 3:1 melainkan 2:1 (dua orang calon
untuk setiap satu lowongan hakim agung). Dua orang calon tersebut bisa berasal dari
hakim karir dan non karir. Selain alasan yang telah dijelaskan di atas, hal ini penting
untuk diperdebatkan, sebab akan berkait erat dengan efisiensi anggaran yang
digunakan untuk pelaksanaan seleksi calon hakim agung, serta penggunaan waktu
seleksi yang tidak berkepanjangan. Pilihan 2:1 juga akan mengurangi banyaknya calon
hakim agung, yang sekedar memanfaatkan moment seleksi tersebut sebagai ajang
mencari pekerjaan, bukan didasarkan atas integritas, kredibilitas, dan keinginan
mengabdi. Kaitannya dengan keberadaan pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor),
Komisi Yudisial seharusnya juga memiliki kewenangan untuk mengusulkan
pengangkatan hakim pengadilan tindak pidana korupsi.

Kedua, terkait dengan wewenang pengawasan yang dimiliki Komisi Yudisial, terdapat
beberapa hal yang musti ditegaskan, yaitu:
   1. Penempatan KY sebagai satu-satunya lembaga, yang secara konstitusional
      memiliki kewenangan pengawasan terhadap hakim, yang sifatnya eksternal dan
      internal. Baik terhadap hakim di bawah Mahkamah Agung, hakim agung,
      maupun hakim konstitusi. Karenanya wewenang pengawasan internal yang
      sebelumnya ada pada Inspektorat Jenderal Departeman Kehakiman, sebaiknya
      dilimpahkan kewenangannya kepada Komisi Yudisial. Pengecualian dari
kewenangan pengawasan ini hanya ada pada teknis yudisial. KY tidak memiliki
     wewenang untuk mengawasi berjalannya fungsi yudisial dari badan peradilan,
     hal ini demi tetap menjaga objektifitas, independensi, dan imparsialitas badan
     peradilan.
2.   Komisi Yudisial dilibatkan dalam penyusunan code of coduct hakim dan/atau
     pedoman perilaku hakim, baik yang disusun oleh MA maupun MK. Artinya
     penyusunan code of coduct hakim dan/atau pedoman perilaku hakim tidak
     mutlak menjadi hak dari MA dan MK, tetapi Komisi Yudisial sebagai pengawas,
     dilibatkan dalam penyusunannya.
3.   Ruang lingkup pengawasan Komisi Yudisial sebaiknya menyangkut pula panitera
     pengadilan, sebab kecenderungan yang berkembang saat ini, tidak hanya hakim
     yang terlibat dalam mafia peradilan, tetapi juga mengikutsertakan panitera di
     dalamnya.
4.   Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pengawasan, Komisi Yudisial dapat
     meminta keterangan pada pihak-pihak terkait, seperti: advokat, jaksa, dan
     polisi, agar pengawasan bisa dilakukan secara komprehensif.
5.   Sanksi teguran dalam bentuk tertulis, kepada hakim yang melanggar pedoman
     perilaku hakim dan/atau kode etik hakim, bersifat mengikat.
6.   Rekomendasi dari Komisi Yudisial sifatnya mengikat, yang harus segera
     ditindaklanjuti oleh Mahkamah Agung, maupun Mahkamah Konstitusi.
7.   Apabila terjadi pelanggaran, KY membentuk Majelis Kehormatan Hakim (MKH)
     dengan komposisi tiga orang berasal dari KY dan dua orang dari MA, serta dua
     orang akademisi. MKH sifatnya ad hoc kasus per kasus. Namun demikian, ke
     depan sebaiknya mekanisme MKH ini ditiadakan, karena justru akan
     memandulkan fungsi KY, khususnya yang berkait dengan fungsi penindakan
     atas pengawasan yang sudah dilakukan.
8.   Hakim yang dikenakan sanksi pemberhentian sementara atau pemberhentian
     oleh Komisi Yudisial, dapat melakukan pembelaan diri di hadapan Majelis
     Kehormatan Hakim, atau jika MKH ditiadakan atau tidak terbentuk, pembelaan
     dilakukan di depan Komisi Yudisial.

Demikian beberapa catatan atas proses dan substansi revisi UU MA dan UU KY.



                            Jakarta, 17 september 2008

                   Koalisi Nasional untuk Peradilan Bersih (KNPB)
                                        Dan
                       Aliansi Penyelamat Mahkamah Agung

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Jannah 6411413047 tugas paper
Jannah 6411413047 tugas paperJannah 6411413047 tugas paper
Jannah 6411413047 tugas papernatal kristiono
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agamaKurniawan Sukawangi
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluIr. Soekarno
 
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110natal kristiono
 
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negaraTugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negaraTopan Freeman
 
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemen
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemenPerbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemen
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemenOperator Warnet Vast Raha
 
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...Hendie Cahya Maladewa
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorIr. Soekarno
 
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMuhamad Yogi
 
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014Hendrik Tobing
 
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimRuu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimLanka Asmar, SHI, MH
 

Was ist angesagt? (17)

Tugas p kn..
Tugas p kn..Tugas p kn..
Tugas p kn..
 
Jannah 6411413047 tugas paper
Jannah 6411413047 tugas paperJannah 6411413047 tugas paper
Jannah 6411413047 tugas paper
 
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
2009 50 perubahan kedua tentang peradilan agama
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemilu
 
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah  6411413110
Efektifitas Mahakamah Konstitusi dalam sengketa pemilu Ima azizah 6411413110
 
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negaraTugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
 
2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi
 
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemen
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemenPerbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemen
Perbedaan uud 1945 sebelum dan sesudah amandemen
 
Komisi Yudisial
Komisi YudisialKomisi Yudisial
Komisi Yudisial
 
Komisi yudisial
Komisi yudisialKomisi yudisial
Komisi yudisial
 
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
 
Htn aziz ii
Htn aziz iiHtn aziz ii
Htn aziz ii
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptor
 
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di IndonesiaMencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
Mencermati Sistem Lembaga Peradilan di Indonesia
 
Cara memilih anggota
Cara memilih anggotaCara memilih anggota
Cara memilih anggota
 
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014
Putusan sidang mk pembatalan uu koperasi telahucap-28-mei2014
 
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimRuu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
 

Andere mochten auch

PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4
PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4
PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4Daniela Paoletti
 
La Francia - presentazione di un viaggio virtuale
La Francia - presentazione di un viaggio virtualeLa Francia - presentazione di un viaggio virtuale
La Francia - presentazione di un viaggio virtualetuttiabordodislessia
 
Paris Power Point
Paris Power PointParis Power Point
Paris Power Pointvtorres19
 
París powerpoint
París powerpointParís powerpoint
París powerpointcrismorin
 
Power Point project on Paris
Power Point project on ParisPower Point project on Paris
Power Point project on Pariskimmy
 

Andere mochten auch (10)

Cittadi Parigi
Cittadi ParigiCittadi Parigi
Cittadi Parigi
 
PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4
PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4
PaolettiDaniela_2010-11_Esercizio4
 
Paris france
Paris franceParis france
Paris france
 
Parigi power point
Parigi power pointParigi power point
Parigi power point
 
La Francia - presentazione di un viaggio virtuale
La Francia - presentazione di un viaggio virtualeLa Francia - presentazione di un viaggio virtuale
La Francia - presentazione di un viaggio virtuale
 
Paris Power Point
Paris Power PointParis Power Point
Paris Power Point
 
París powerpoint
París powerpointParís powerpoint
París powerpoint
 
Power Point project on Paris
Power Point project on ParisPower Point project on Paris
Power Point project on Paris
 
France Power Point
France Power PointFrance Power Point
France Power Point
 
France Ppt
France PptFrance Ppt
France Ppt
 

Ähnlich wie Catatan Koalisi Nasional Untuk Peradilan Bersih

Consilium Forum Pada Mahkamah Konstitusi
Consilium Forum Pada Mahkamah KonstitusiConsilium Forum Pada Mahkamah Konstitusi
Consilium Forum Pada Mahkamah KonstitusiUniversitas Trisakti
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Ahsanul Minan
 
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxADITHYA ERLANGGA
 
Media Indonesia 8 Maret 2014
Media Indonesia 8 Maret 2014Media Indonesia 8 Maret 2014
Media Indonesia 8 Maret 2014hastapurnama
 
Kemahiran hukum#3.pptx
Kemahiran hukum#3.pptxKemahiran hukum#3.pptx
Kemahiran hukum#3.pptxgirimekar
 
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept 21.pptx
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept   21.pptxPKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept   21.pptx
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept 21.pptxDownloadFilm31
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxdnsstore
 
Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraHukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraZakiUlya1
 
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Sari Kusuma Dewi
 
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK Tri Widodo W. UTOMO
 
Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik LegisprudensiKonstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik LegisprudensiUniversitas Trisakti
 
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxIndahSimbolon2
 
Mahkamah Konstitusi.pptx
Mahkamah Konstitusi.pptxMahkamah Konstitusi.pptx
Mahkamah Konstitusi.pptxBinaSabrina4
 
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945ZlatAn AfrhymovIc
 

Ähnlich wie Catatan Koalisi Nasional Untuk Peradilan Bersih (20)

Consilium Forum Pada Mahkamah Konstitusi
Consilium Forum Pada Mahkamah KonstitusiConsilium Forum Pada Mahkamah Konstitusi
Consilium Forum Pada Mahkamah Konstitusi
 
Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3Menyoal revisi UU MD3
Menyoal revisi UU MD3
 
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI kelompok 5 mahasiswa fakultas hukum universitas jambi.pptx
 
Materi HAM Ibrahim 3.pdf
Materi HAM Ibrahim 3.pdfMateri HAM Ibrahim 3.pdf
Materi HAM Ibrahim 3.pdf
 
Media Indonesia 8 Maret 2014
Media Indonesia 8 Maret 2014Media Indonesia 8 Maret 2014
Media Indonesia 8 Maret 2014
 
Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusi
 
Kemahiran hukum#3.pptx
Kemahiran hukum#3.pptxKemahiran hukum#3.pptx
Kemahiran hukum#3.pptx
 
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept 21.pptx
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept   21.pptxPKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept   21.pptx
PKPA AL-UI, Fungsi dan Peranan Organisasi Advokat, Sept 21.pptx
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
 
Ki impeachment
Ki impeachmentKi impeachment
Ki impeachment
 
Hukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan NegaraHukum Kelembagaan Negara
Hukum Kelembagaan Negara
 
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
 
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK
Menyelamatkan Konstitusi Pasca Penangkapan Ketua MK
 
Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik LegisprudensiKonstitusi Dalam Optik Legisprudensi
Konstitusi Dalam Optik Legisprudensi
 
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptxMAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
MAHKAMAH KONSTITUSI.pptx
 
Mahkamah Konstitusi.pptx
Mahkamah Konstitusi.pptxMahkamah Konstitusi.pptx
Mahkamah Konstitusi.pptx
 
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
Konsekuensi implementasi ham dalam uud 1945
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
D1 Pajak: Mahkamah Konstitusi
D1 Pajak: Mahkamah KonstitusiD1 Pajak: Mahkamah Konstitusi
D1 Pajak: Mahkamah Konstitusi
 

Mehr von People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 

Mehr von People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 

Catatan Koalisi Nasional Untuk Peradilan Bersih

  • 1. Catatan Koalisi Nasional untuk Peradilan Bersih (KNPB) dan Aliansi Penyelamat Mahkamah Agung Terhadap Proses dan Substansi Revisi UU MA, KY Tradisi emoh diawasi yang ada pada Mahkamah Agung, telah melahirkan kegeraman bagi sebagian hakim agung, ketika ada lembaga Komisi Yudisial yang diberi wewenang untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perlilaku mereka. Akibatnya, 31 orang hakim agung pun segera melakukan serangkaian upaya penggembosan atas kewenangan KY tersebut. Salah satu cara yang ditempuh, ialah dengan memohonkan judicial review UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial pada Mahkamah Konstitusi. Mereka meminta uji konstitusionalitas kewenangan yang dimiliki KY, dengan sandaran Pasal 24B UUD 1945. Pada initinya, hakim agung tidak merasa bagian dari yang diawasi KY, karena Pasal 24B tidak secara tersurat menyebutkan kata hakim agung, tetapi sekedar kata hakim, artinya hakim di bawah Mahkamah Agung. Parahnya, MK membenarkan tafsir ini, bahwa kata hakim, di dalamnya tidak mengandung terminology hakim agung. Selain itu, MK juga memberi tafsir bahwa Pasal 24B tidak mengamanatkan adanya kewenangan KY untuk mengawasi hakim konstitusi, meski perihal ini tidak dimintakan oleh pemohon. Imbasnya, KY pada akhirnya hanya mempunyai kewenangan mengusulkan pengangkatan hakim agung, serta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perlilaku hakim di bawah MA (hakim agung). Melihat centang- perenangnya hubungan antara KY, MA, dan MK, khususnya pascadipangkasnya kewenangan KY, selanjutnya MK menyarankan kepada organ pembentuk undang- undang untuk: “… karena itu, Mahkamah Konstitusi juga merekomendasikan kepada DPR dan Presiden untuk segera mengambil langkah-langkah penyempurnaan UU KY. Bahkan, DPR dan Presiden dianjurkan pula untuk melakukan perbaikan- perbaikan yang bersifat integral dengan juga mengadakan perubahan dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi atas UUKK, UUMA, UUMK, dan undang- undang lain yang terkait dengan sistem peradilan terpadu…”1 Memerhatikan karut-marutnya relasi antar tiga lembaga yudisial (KY, MA, MK), sebagai implikasi dari tidak adanya sinergisitas perundang-undangan yang mengatur ketiganya, serta saran dari MK, untuk segara melakukan perbaikan-perbaikan yang bersifat integral terhadap UUKY, UUMA, dan UUMK, sebagai langkah harmonisasi dan sinkronisasi, DPR bersama pemerintah tengah melakukan proses pembahasan, atas tiga UU tersebut. Proses pembahasan ini dimulai semenjak awal September 2008, dan rapat kerja antara Komisi III DPR dengan pemerintah, pada Senin (15/9/2008), telah menyepakati pembentukan panitia kerja (panja), untuk membahas masing-masing RUU tersebut. disepakati pula, bahwa proses pembahasan revisi UUMA menjadi prioritas utama pembahasan, yang akan diselesaikan sebelum masa sidang berakhir (24/10/2008). Sementara, apabila kita mencermati daftar inventaris masalah (DIM), yang dibuat oleh DPR dan pemerintah, masih banyak permasalahan krusial yang patut untuk diperdebatkan kembali. Catatan atas Proses dan Substansi Pembahasan Revisi UUMA-UUKY 1 Putusan MK Nomor 005/PUU-IV/2006, hal. 201.
  • 2. Dalam proses pembahasan revisi UUMA, sejauh ini DPR terkesan melakukannya secara tertutup atau ditutup-tutupi. Pada satu sisi, publik tidak pernah mendapatkan informasi jadwal proses pembahasan RUU MA dilakukan. Dan di sisi lain, Komisi III DPR juga tidak pernah membuka ruang publik lebih luas untuk memberikan masukan terhadap subtansi yang sedang dibahas. Proses pembahasan yang dilakukan secara tertutup selain menimbulkan kecurigaan juga berdampak pada menurunnya citra DPR di mata masyarakat. Selain itu patut dipertanyakan mengenai motif Komisi III DPR yang lebih memprioritaskan pembahasan RUU MA daripada RUU yang lain seperti RUU Komisi Yudisial (KY) dan RUU Mahkamah Konstitusi. Dalam hal ini Komisi III DPR tidak pernah menjelaskan kepada publik mengenai pilihan prioritas pembahasan tersebut. Muncul kekhawatiran pembahasan UU MA lebih diutamakan karena adanya keberpihakan dari Komisi III kepada MA. Kekhawatiran ini juga didasarkan fakta bahwa sebagian anggota Komisi III DPR memiliki latar belakang advokat. Berdasarkan uraian diatas bersama ini kami meminta Komisi III DPR membahas RUU MA secara terbuka dan partisipatif serta membuka ruang bagi publik untuk melakukan pemantauan selama proses panja RUU MA berlangsung dan menerima masukan dari berbagai kalangan seperti akademisi, praktisi hukum, maupun KY. Subtansi dalam RUU MA. Secara subtansi dalam RUU MA terdapat beberapa hal krusial penting dicermati. Ketentuan ini antara lain: a. Usia pensiun hakim agung Meski dalam RUU MA versi DPR menyebutkan usia pensiun hakim agung 65 tahun, namun pemerintah justru mengusulkan bahwa usia pensiun hakim agung yaitu 70 tahun. Usulan ini sudah selayaknya ditolak dengan beberapa alasan. Pertama, angka harapan hidup dan tingkat kesehatan. Menurut data statistik dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan dari Depkes tahun 2003, angka harapan hidup orang Indonesia paling rendah se ASEAN yaitu 65 tahun. Tahun 2006 angkanya naik menjadi 66,2 tahun. Artinya diatas usia 66 tahun, kondisi orang Indonesia menurun karena dipengaruhi banyak hal. Kedua, usia 70 tahun tergolong usia tidak produktif. Menurut BPS, usia penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu belum produktif (0-14 tahun), produktif (15-65) dan tidak produktif 66 keatas. Berdasarkan kategorisasi itu, jelas bahwa hakim agung dengan usia 70 tahun termasuk yang tidak produktif. Dihubungkan dengan beban perkara MA saat ini, usia hakim agung yang terlalu tua tentu akan sangat menghambat proses percepatan reformasi MA dari pengurangan tumpukan perkara. Saat ini, tunggakan di MA ditambah perkara yang masuk mencapai 20 ribu perkara. Dengan beban kerja menyelesaikan tunggakan perkara di MA yang berat dan menyangkut, nasib masyarakat luas, tentu usia pensiun 65-67 tahun sudah merupakan usia maksimal. Ketiga, perbandingan dengan profesi atau lembaga lainnya. Alasan penetapan angka 70 tahun tidak jelas, dan lebih tinggi dibanding sejumlah jabatan publik lainnya. Misalnya untuk Hakim Mahkamah Konstitusi usia pensiun adalah 67 tahun, Polisi dan Jaksa usia pensiun adalah 58-60 tahun, Pegawai Negeri Sipil usia pensiun 56 tahun.
  • 3. Upaya memperpanjang usia pensiun hakim agung hingga 70 tahun seperti yang diusulkan berbahaya bagi semangat pembersihan MA dari Mafia Peradilan dari perspektif REGENERASI. Semakin lama kekuatan status quo bertahan di MA, maka semakin sulit melakukan reformasi di MA. Isu delegitimasi KY pun menjadi relevan dibicarakan. Bila usia diperpanjang menjadi 70 tahun, tentu hingga 3-5 tahun mendatang KY tidak melakukan seleksi hakim agung. Atau, pantas publik khawatir, rencana perpanjangan usia pensiun ini berada dibalik upaya memperpanjang masa jabatan Ketua MA saat ini, mengingat beberapa kali bahkan Bagir Manan telah mencoba memperpanjang usia pensiunnya sendiri. Mengangkat diri sendiri dengan SK sendiri. Aliansi sendiri mengusulkan usia pensiun hakim agung maksimal yaitu 67 tahun dan tanpa perpanjangan. (sepertihalnya usia pensiun hakim Mahkamah Konstitusi). b. Seleksi Hakim Agung Terdapat beberapa hal penting terkait dengan proses seleksi calon hakim agung. Pertama, prioritas Calon Hakim Agung. Sistem rekruitmen dilakukan terbuka (artinya calon hakim agung berasal dari hakim karir dan hakim non karier), namun demikian perlu adanya afirmasi untuk profesi hakim misalnya mengenai kriteria masa pengabdian dan pendidikan. Calon hakim agung dari non karir syaratnya memiliki pengalaman 25 tahun maka calon hakim agung dari karir harus memiliki pengalaman minimal 20 tahun. Syarat pendidikan minimal hakim agung non karir adalah Doktor Hukum (S3) dan hakim agung karir adalah Magister Hukum (S2). Afirmasi ini mempertimbangkan profesi hakim merupakan profesi hukum paling tertinggi. Kedua, syarat usia calon hakim agung. Pemerintah mengusulkan syarat usia sebagai calon hakim agung adalah minimal 50 tahun dan tanpa adanya batas maksimal. Untuk tujuan regenerasi dilingkungan Mahkamah Agung dan efektivitas pelaksanaan tugas sebagai Hakim Agung, maka syarat usia calon hakim agung sebaiknya adalah berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun. Ketiga, pelaksanaan proses seleksi calon hakim agung yang dilakukan oleh KY . Berdasarkan UU KY , proses seleksi baru dilakukan jika ada posisi yang lowong akibat adanya pensiun hakim agung. Artinya jika tidak ada hakim agung yang pensiun, maka KY tidak melakukan seleksi hakim agung. Oleh karena itu perlu ada perbaikan aturan mengenai proses seleksi calon hakim agung yang dilakukan oleh KY, tidak saja mempertimbangkan untuk mengisi kekosongan akibat adanya hakim agung yang akan pensiun namun yang lebih penting adalah melihat pada kebutuhan hakim agung. Misalnya, saat ini Mahkamah Agung kekurangan hakim agung untuk bidang Tata Usaha Negara, meski tidak ada hakim agung yang pensiun, namun karena Mahkamah Agung membutuhkan maka KY untuk mengisi kekosongan hakim agung tersebut. Perlu diketahui dari batas maksimal jumlah 60 orang hakim agung sebagaimana yang ditentukan oleh UU, saat ini yang baru terisi adalah 51 orang hakim agung. Keempat, jumlah calon hakim agung yang diusulkan dari Komisi Yudisial kepada DPR untuk diseleksi. Pasal 8 ayat (2a) RUU MA Versi DPR menyebutkan quot;Calon hakim agung yang diusulkan oleh Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih oleh DPR 1 (satu) orang dari 3 nama calon untuk setiap lowonganquot; Pada prakteknya selama dua tahun terakhir, KY sendiri mengalami kesulitan untuk mendapatkan calon hakim
  • 4. agung yang memenuhi kriterai yang ditetapkan oleh Undang-Undang maupun kriteria bersih, bekualitas dan berintegritas. Oleh karena itu standar perbandingan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dengan yang dipilih DPR, idealnya adalah dua kali kebutuhan dari posisi hakim agung yang kosong. c. Pengawasan dan Pemberhentian Hakim Agung Pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman ada pada Mahkamah Agung. Namun demikian terkait dengan pengawasan terhadap kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku Hakim Agung tetap dilakukan oleh Komisi Yudisial. Dalam pemberian sanksi terhadap hakim agung, Mahkamah Agung perlu memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh KY. Berkaitan dengan proses pemberhentian hakim agung, maka hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menghindari politisasi, maka proses pemberhentian Hakim Agung tidak melibatkan DPR. 2. Hakim Agung sebelum diajukan pemberhentian, maka yang bersangkutan diberi hak untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim (MKH): 3. MKH dibentuk oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial; bersifat ad hoc (kasus per kasus); dan keanggotaan MKH terdiri dari unsur MK, KY, dan akademisi. 4. Apabila salah satu pihak baik MA ataupun KY menolak untuk membentuk MKH, maka sanksi dapat dijatuhkan. Kemudian terkait dengan revisi UU Komisi Yudisial, meski berdiri sendiri, tetapi UUKY memiliki irisan yang kuat dengan revisi UUMA maupun MK. Beberapa Catatan untuk Substansi Revisi UUKY Pertama, berkait dengan wewenang pengusulan hakim agung, seharusnya calon hakimagung yang diusulkan kepada DPR bukan 3:1 melainkan 2:1 (dua orang calon untuk setiap satu lowongan hakim agung). Dua orang calon tersebut bisa berasal dari hakim karir dan non karir. Selain alasan yang telah dijelaskan di atas, hal ini penting untuk diperdebatkan, sebab akan berkait erat dengan efisiensi anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan seleksi calon hakim agung, serta penggunaan waktu seleksi yang tidak berkepanjangan. Pilihan 2:1 juga akan mengurangi banyaknya calon hakim agung, yang sekedar memanfaatkan moment seleksi tersebut sebagai ajang mencari pekerjaan, bukan didasarkan atas integritas, kredibilitas, dan keinginan mengabdi. Kaitannya dengan keberadaan pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor), Komisi Yudisial seharusnya juga memiliki kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan hakim pengadilan tindak pidana korupsi. Kedua, terkait dengan wewenang pengawasan yang dimiliki Komisi Yudisial, terdapat beberapa hal yang musti ditegaskan, yaitu: 1. Penempatan KY sebagai satu-satunya lembaga, yang secara konstitusional memiliki kewenangan pengawasan terhadap hakim, yang sifatnya eksternal dan internal. Baik terhadap hakim di bawah Mahkamah Agung, hakim agung, maupun hakim konstitusi. Karenanya wewenang pengawasan internal yang sebelumnya ada pada Inspektorat Jenderal Departeman Kehakiman, sebaiknya dilimpahkan kewenangannya kepada Komisi Yudisial. Pengecualian dari
  • 5. kewenangan pengawasan ini hanya ada pada teknis yudisial. KY tidak memiliki wewenang untuk mengawasi berjalannya fungsi yudisial dari badan peradilan, hal ini demi tetap menjaga objektifitas, independensi, dan imparsialitas badan peradilan. 2. Komisi Yudisial dilibatkan dalam penyusunan code of coduct hakim dan/atau pedoman perilaku hakim, baik yang disusun oleh MA maupun MK. Artinya penyusunan code of coduct hakim dan/atau pedoman perilaku hakim tidak mutlak menjadi hak dari MA dan MK, tetapi Komisi Yudisial sebagai pengawas, dilibatkan dalam penyusunannya. 3. Ruang lingkup pengawasan Komisi Yudisial sebaiknya menyangkut pula panitera pengadilan, sebab kecenderungan yang berkembang saat ini, tidak hanya hakim yang terlibat dalam mafia peradilan, tetapi juga mengikutsertakan panitera di dalamnya. 4. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pengawasan, Komisi Yudisial dapat meminta keterangan pada pihak-pihak terkait, seperti: advokat, jaksa, dan polisi, agar pengawasan bisa dilakukan secara komprehensif. 5. Sanksi teguran dalam bentuk tertulis, kepada hakim yang melanggar pedoman perilaku hakim dan/atau kode etik hakim, bersifat mengikat. 6. Rekomendasi dari Komisi Yudisial sifatnya mengikat, yang harus segera ditindaklanjuti oleh Mahkamah Agung, maupun Mahkamah Konstitusi. 7. Apabila terjadi pelanggaran, KY membentuk Majelis Kehormatan Hakim (MKH) dengan komposisi tiga orang berasal dari KY dan dua orang dari MA, serta dua orang akademisi. MKH sifatnya ad hoc kasus per kasus. Namun demikian, ke depan sebaiknya mekanisme MKH ini ditiadakan, karena justru akan memandulkan fungsi KY, khususnya yang berkait dengan fungsi penindakan atas pengawasan yang sudah dilakukan. 8. Hakim yang dikenakan sanksi pemberhentian sementara atau pemberhentian oleh Komisi Yudisial, dapat melakukan pembelaan diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim, atau jika MKH ditiadakan atau tidak terbentuk, pembelaan dilakukan di depan Komisi Yudisial. Demikian beberapa catatan atas proses dan substansi revisi UU MA dan UU KY. Jakarta, 17 september 2008 Koalisi Nasional untuk Peradilan Bersih (KNPB) Dan Aliansi Penyelamat Mahkamah Agung