Ceramah ini membahas tentang wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Wawasan kebangsaan lahir dari perjuangan melawan penjajahan dan semangat persatuan untuk membangun negara. Nilai-nilai perjuangan seperti semangat rela berkorban dan pantang menyerah perlu dijaga untuk mempertahankan kedaulatan negara.
1. 1
Ceramah
Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air
Pada acara : Perkemahan Kubro Wahidiyah 2014
Hari/Tgl : Senen/29 Desember 2014
Tempat : Pantai Kenjeran Baru, Surabaya Jawa Timur
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Yang saya hormati dan saya banggakan, Panitia dan para peserta Perkemahan
Kubro Wahidiyah 2014.
Saudara-saudaraku seluruh Penyiar Sholawat Wahidiyah yang saya cintai.
Marilah kita awali sub kegiatan perkemahan ini dengan memanjatkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT dengan harapan diberikan kelancaran kepada kita semua
untuk memberikan dan memahami materi Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah
Air pada Kegiatan Perkemahan Kubro Wahidiyah 2014 ini.
Wawasan Kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri
dari segala bentuk penjajahan. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih
bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil karena belum adanya persatuan dan
kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum penjajah terus menggunakan politik "devide et
impera" (memecah belah). Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para
pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa
Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang
bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari
seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata. Kesadaran
tersebut kemudian dapat terwujud dalam bentuk lahirnya pergerakan Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa
yang bersifat nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan
kebangsaan di bidang politik, ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian,
keagamaan dan kewanitaan.
2. 2
Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan terlaksananya Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928 dengan ikrar "Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi
bahasa persatuan Bahasa Indonesia". Wawasan kebangsaan tersebut kemudian
mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu usir penjajah dan memproklamasikan
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesial pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang
bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat
yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu Wawasan
Kebangsaan. Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu "Wawasan"
dan "Kebangsaan". Secara etimologis istilah "wawasan" berarti hasil mewawas,
tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti konsepsi cara pandang. Wawasan
Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang
bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan Ideologi, kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.
"Kebangsaan" berasal dari kata "bangsa" berarti kelompok masyarakat yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan
sendiri. "kebangsaan" mengandung arti ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,
perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara. Dengan demikian, wawasan kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan di dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, Ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan ekonomi serta
pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional.
Oleh karena itu, maka Wawasan Kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut
pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau
kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa
dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa
dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
3. 3
Dengan demikian, dalam kerangka NKRI, Wawasan Kebangsaan adalah cara
kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya
dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan
Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan
keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau
dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu
kesatuan IPOLEKSOSBUD dan HANKAM.
Saudara-saudarku yang berbahagia.
Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia, karena
Wawasan kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul,
keturunan, warna kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita
bertujuan membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan.
Wawasan kebangsaan Indonesia tidak mengenal adanya warga negara kelas
satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan tidak
dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa nasional tetapi justru
bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh rakyat Indonesia agar
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa
sehingga azas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan;
Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;
Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila,
bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani cita-citanya di tengah-tengah
tata kehidupan di dunia;
NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan
bangsa lain yang sudah maju.
Saudara saudaraku peserta Perkemahan Kubro Wahidiyah yang saya cintai.
4. 4
Untuk kita ketahui dan pahami bersama, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Wawasan Kebangsaan, yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:
1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa;
2. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan
besatu;
3. Cinta akan tanah air dan bangsa;
4. Demokrasi atau kedaulatan rakyat;
5. Kesetiakawanan sosial;
6. Masyarakat adil-makmur.
Para Peserta Perkemahan Kubro Wahidiyah dan Penyiar Sholawat
Wahidiyah yang Saya hormati dan Saya cintai.
Mengahadapi pengaruh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang sangat pesat saat ini yang sudah pasti akan menimbulkan dampak
baik positif maupun negative. Oleh karena itu, memerlukan upaya nyata untuk dapat
menghadapi dan menjalaninya dengan berupaya menumbuhkan, memelihara, dan
meningkatkan serta melestarikan kecintaan kita kepada tanah air Indonesia yang
tentunya kita mulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita yang pada akhirnya
seluruh masyarakat Indonesia Cinta tanah air Indonesia.
Saudara-saudaraku yang saya cintai,
Untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, mari kita lestarikan nilai-nilai
perjuangan para pahlawan bangsa dan para pendahulu yang telah
menanamkan/mewariskan nilai-nilai perjuangan bangsa yang telah terbukti, diakui
dan dikagumi bangsa-bangsa lain di dunia.
Sesungguhnya sangat banyak nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia yang
dapat kita lestarikan dalam menumbuhkan dan memelihara Cinta Tanah Air yang
pada akhirnya bermuara untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI agar
terhindar dari segala bentuk permasalahan yang dapat membahayakan keutuhan
5. 5
NKRI. Namun, pada kesempatan ini Saya hanya dapat memberikan contoh antara
lain, tumbuhkan, pelihara, dan lestarikan:
1. Rasa Senasib-sepenanggungan. Nilai ini muncul sebagai akibat dari
penindasan yang dilakukan oleh para penjajah kolonial kepada bangsa
Indonesia selama tiga setengah abad. Pada masa penjajahan tidak ada
seorang rakyat pun yang dapat merasakan kebebasan dalam kehidupan di
wilayah Nusantara yang terbentang luas dan subur ini, kecuali para penjilat
dan pengkhianat bangsa. Situasi seperti inilah yang melahirkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
2. Semangat Persatuan dan Kesatuan Nasional. Pengalaman sejarah telah
membuktikan bahwa untuk melawan penjajah secara kedaerahan pada
masa lalu tidak membuahkan hasil, alias gagal total. Entah beberapa kali
terjadi pemberontakan di masing-masing daerah, kenyataannya tetap
gagal. Sehingga akhirnya dari masing-masing daerah muncul benih-benih
persatuan dan kesatuan yang bulat dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu
membebaskan diri dari cengkeraman penjajah. Benih-benih ini muncul sejak
pergerakan organisasi Budi Utomo tahun 1908, dan kemudian muncul
semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sejak saat itu pula
semangat persatuan dan kesatuan nasional melekat pada setiap pribadi
anak bangsa, dan bertekad untuk mengusir penjajah dari atas bumi pertiwi
Indonesia dan berhasil, pada 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia berhasil
memprolamasikan NKRI.
3. Semangat Rela Berkorban. Semangat rela berkorban jiwa dan raga para
pejuang zaman dahulu begitu kuatnya, sehingga usahanya membuahkan
hasil seperti apa yang kita nikmat bersama sampai saat ini. Semangat rela
berkorban yang melekat pada setiap individu para pendahulu bangsa timbul
akibat dari kesadaran untuk hidup merdeka dan bermartabat. Semangat rela
berkorban adalah bentuk kesadaran dan ketulusan hati sehingga atas restu
Tuhan Yang Maha Esa kemerdekaan dapat diraih.
4. Semangat Pantang Menyerah. Sikap dan tekad yang kuat dalam
mengatasi segala bentuk tantangan adalah cerminan dari pribadi bangsa
Indonesia untuk mencapai kebebasan dan kemerdekaan. Kemerdekaan
6. 6
sebagai tujuan dari perjuangan melawan penjajah tanpa dilandasi dengan
semangat pantang menyerah tidak mungkin dapat diraih. Hal ini sangat
disadari oleh rakyat dan bangsa Indonesia di kala itu tidak ada jalan lain,
tidak ada modal lain selain semangat membara yang tidak kenal menyerah
sebelum cita-cita Indonesia merdeka tercapai..MERDEKA ATAU MATI.
Demikian ceramah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat untuk
para peserta perkemahan Kubro Wahidiyah dan seluruh Saudara saudaraku Penyiar
Sholawat Wahidiyah dimana saja berada, dengan harapan dapat memahami dan
memiliki wawasan kebangsaan dan lebih meningkatkan kecintaan terhadap Tanah Air
Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan
lindungan NYA kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas dan pengabdian
demi Kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita
cintai bersama. Jazaakumutloohu Khoirooti wasa'aadaatiddun-ya wal akhiroh.
Wasssalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Surabaya, 29 Desember 2014
Penceramah,
Kolonel Inf. H.M. lsmi Harun, S.Sos.M.Si.