1. Mendengarkan Al Quran dengan diam dan memperhatikan merupakan adab utama ketika mendengarkan bacaan suci Al Quran.
2. Rasulullah senang mendengarkan Al Quran dibacakan oleh orang lain dan pernah menangis ketika mendengarkan bacaan sahabatnya.
3. Mendengarkan Al Quran dengan memahami makna ayat dan merasakan pengaruhnya dapat membantu konsentrasi dan pengaruh terhadap hati.
1. I N D I K AT O R C A PA I A N : *
1 . 1 . M E N E R A P K A N A D A B M E N D E N G A R K A N B A C A A N
2 . A L Q U R A N .
2 . M E N E R A P K A N A D A B S E T E L A H M E M B A C A A L Q U R A N
ADAB DALAM MENDENGAR
BACAAN AL QURAN
Rabiul akhir 1443H/5 Des 2021
2. TAUJIH RABBANI
• Surat al-A’raf/7 : 204.
• ْنَأَو ُهَل واُعِمَتْساَف ُآنْرُقْلا َئ ِ
رُق اَذِإَو
َونُمََْرُت ُُْْكََّعَل واُت ِ
ِص
“
• Artinya : “Apabila dibacakan al-Qur’an,
maka dengarkanlah dan diamlah agar
kalian mendapat rahmat”.
3. Membaca Al Qur’an dan Menyimaknya
• 1. Membaca Al Qur’an dan adab-adabnya
• 2. Keutamaan membaca Al Qur’an.
• 3. Memperhatikan:
• *khusyu’ dan menangis saat membaca
• *Amal-amal hati sebelum memperhatikan
• *Pengkhususan.
• *Memasukkan pengaruh
• 4. Menyimak/Mendengarkan Al Qur’an
• *Adab mendengar
• *Pengaruh yang dirasakan orang mukmin ketika menyimak Al
Qur’an
• *Orang-orang yang mendengar tapi tidak mendengar
4. MENYIMAK/MENDENGARKAN AL QUR’AN
• Membaca Al Qur’an termasuk ibadah begitu pula
menyimak dan mendengarkannya telah disebutkan
dalam riwayat Shahih dari Rasulullah Saw bahwa beliau
biasa mendengarkan bacaan Al Qur’an dari sahabat.
• Beliau pernah menyimaknya dari Abu Musa Ra yang
memiliki suara merdu. Karena itu beliau bersabda,” dia
telah diberi salah satu kemerduan suara Abu Daud”.
ketika Abu Musa mendengar bahwa beliau menyimak
bacaannya maka dia berkata, “sekiranya aku tahu
engkau mendengarkannya, tentu aku akan
membaguskannya sedemikian rupa” (Muttafaq alaihi).
5. Suatu malam beliau pernah menyimaknya dari Abdullah Bin
Mas’ud beserta Abu Bakar dan Umar. Cukup lama mereka
berdiri, lalu Beliau bersabda, “Siapa yang hendak membaca Al
Quran secara segar dan lunak seperti ketika diturunkan maka
hendaknya dia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abd”.
Maksudnya adalah Ibnu Mas'ud.
• Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
• َْكََّسَو ِهْيَََّع ُهللا ىكََِّص ِهللا ُلوُسَر يِل َلاَق
:
«
كيَََّع ْأَرْاق
َآنْرُقْلا
»
َلاَق
:
ُتَُّْقَف
:
ِهللا َلوُسَر اَي
َلاَق ؟َل ِ
زْنُأ َكْيَََّعَو ؟َكْيَََّع ُأَرْقَأ
:
«
َأ ْنَأ يِهَتْشَأ يِِّنِإ
ي ِ
رْيَغ ْنِم ُهَعَمْس
»
ََ َءاَسِِّنال ُتْأَرَقَف ،
ىكت
ُتْغَََّب اَذِإ
:
{
ِجَو ٍديَِهشِب ٍةكمُأ ِِّلُُ ْنِم اَنْئ ِج اَذِإ َفْيََُف
ًاديَِهش ِء َ
َُلؤَه ىَََّع َكِب اَنْئ
}
[
سورة
:
ْرق آية ،النساء
:
41
]
َف ،يِبْنَج ىَلِإ ٌلُجَر يِنَزَمَغ ْوَأ ،يِسْأَر ُتْعَفَر
ُْتيَأَرَف يِسْأَر ُتْعَفَر
ُليِسَت ُهَعوُمُد
6. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadaku, “Bacakanlah kepadaku al-Qur’an.” Ibnu Mas’ud
berkata: Aku katakan, “Wahai Rasulullah! Apakah saya akan
membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan
kepadamu?”. Beliau menjawab, “Aku senang mendengarnya
dari orang selain diriku.” Maka aku pun membacakan surat an-
Nisaa’, ketika sampai pada ayat [yang artinya], “Bagaimanakah
jika [pada hari kiamat nanti] Kami datangkan dari setiap umat
seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas
mereka.” (QS. an-Nisaa’: 41). Aku angkat kepalaku, atau ada
seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun
mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau
mengalir (HR. Bukhari [4582] dan Muslim [800])
7. • Hadits yang agung ini memberikan pelajaran kepada kita untuk
memiliki rasa senang dan menikmati bacaan al-Qur’an yang
dibacakan oleh orang lain. Oleh sebab itu Imam Bukhari juga
mencantumkan hadits ini di bawah judul bab ‘Orang yang
senang mendengarkan al-Qur’an dari selain dirinya’ (lihat Fath
al-Bari [9/107]). an-Nawawi rahimahullah berkata,“Ada beberapa
pelajaran dari hadits Ibnu Mas’ud ini, di antaranya; anjuran
untuk mendengarkan bacaan [al-Qur’an] serta
memperhatikannya dengan seksama, menangis ketika
mendengarkannya, merenungi kandungannya. Selain itu,
hadits ini juga menunjukkan dianjurkannya meminta orang lain
untuk membacanya untuk didengarkan, dalam keadaan seperti
ini akan lebih memungkinkan baginya dalam mendalami dan
merenungkan isinya daripada apabila dia membacanya sendiri.
Hadits ini juga menunjukkan sifat rendah hati seorang ulama
dan pemilik kemuliaan meskipun bersama dengan para
pengikutnya.”
8. • Aisyah meriwayatkan, dia berkata, "Suatu malam aku
terlarmbat datang menemui Rasulullah Saw setelah
isya'. beliau bertanya, "Dari mana engkau?”
Aku menjawab, "Tadi aku mendengar bacaan seseorang
dari shahabat engkau, yang belum pernah kudengar
bacaan dan suaranya sebelum ini.”
Maka beliau bangkit dan aku pun ikut bangkit bersama
beliau menyimak bacaan orang tersebut. Lalu beliau
menoleh ke arahku, seraya bersabda, "Itu adalah Salim,
budak Abu Hudzaifah.Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan orang ini ditengah umatku.”(Diriwayatkan Ibnu
Majah)
9. Di antara adab mendengarkan Al-Qur’an
adalah:
• 1. Diam dan memperhatikan bacaan Al-
Quran.
• 2. Berusaha memahami makna-makna ayat
yang didengarkan.
• 3. Memperhatikan, merasakan pengaruh dan
menyatu dengan Al-Qur'an..
• 4. Bergembira ketika mendengar ayat-ayat
tentang kasih sayang Allah SWT. Dan lain
sebagainya. Sebaliknya merasakan takut dan
kuatir ketika mendengar ayat tentang
peringatan dan teguran
10. • 1. Diam dan memperhatikan bacaan Al-Quran.
• Surat al-A’raf/7 : 204.
• ُت ْمُكَّلَعَل واُت ِ
صْنَأ َو ُهَل واُعِمَتْساَف ُآن ْرُقْال َئ ِ
رُق اَذِإ َو
َونُمََ ْر
“
• Artinya : “Apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah
dan diamlah agar kalian mendapat rahmat”.
Al-Inshat yang disebutkan di dalam ayat ini berarti diam dengan
memperhatikan dan menyimak, atau ditafsiri juga dengan
makna medengarkan secara baik-baik. Mendengarkan dengan
tenang ini bisa membantu konsentrasi pikiran dan berpengaruh
terhadap hati. Karena pikiran dan hati inilah yang membantu
kehendak untuk berkonsentrasi hada sesuatu. Ini pula yang
dilakukan para jin ketika mendengar Al- Our'an dari Rasulullah.
Firman Allah Swt dalam QS. Al Ahqaf ayat 29-31. .
11. • Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin
kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala
mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata,
‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan
telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk)
memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang
telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan
kepada jalan yang lurus, Hai kaum kami, terimalah (seruan)
orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya,
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan
melepaskan kamu dari azab yang pedih”.
12. • 2. Memahami makna-makna ayat yang didengarkan.
• Ketika Al Qur’an dibacakan dalam suatu majelis, hendaklah
kita berusaha memahami dan mentadaburinya, jangan
sampai kita lalai dan terlena…
• Dengan pendengaran (seperti) ini(tenang, ,memperhatikan
dan berusaha memahami, mudah-mudahan Allah Swt
memberikan hidayah kepada para hambaNya, memperbaiki
urusan kehidupan dan kematian.
• Karena kelaziman dari dua hal ini, ketika Kitabullah dibaca,
maka dia akan mendapatkan banyak kebaikan dan ilmu nan
luas, terus memperbaharui keimanan, petunjuk yang terus
bertambah, pengetahuan agamanya.Oleh karena itu Allah
menyambungkan agar mendapatkan rahmat darinya. Dari situ
menunjukkan,bahwa ketika dibacakan Kitabullah kepada
seseorang sementara tidak mendengarkan dan
memperhatikan dengan tenang, maka dia tidak mendapatkan
bagian rahmat, maka dia terlepas banyak kebaikan.
13. • 3. Memperhatikan, merasakan pengaruh dan menyatu
dengan Al-Qur'an.
Memperhatikan, merasakan pengaruh dan menyatu dengan Al-
Qur'an. Sebagaimana disebutkan tentang adab-adab
membaca, seperti memperhatikan, mengagungkan kalam dan
yang memfirmankan-nya(Allah SWT), merasakan pengaruh dan
menyatu dengan kalam Allah, menyelaraskannya dengan jiwa,
semua ini juga berlaku ketika menyimak dan mendengarkan Al-
Qur'an. Karena itu Allah mensifati orang-orang Mukmin dalam
firman-Nya,: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka vang jika disebut nama Allah, gemetarlah hati
mereka." (QS. Al-Anfal: 2). Sementara Allah mensifati
Ibadurrahman dalam firman-Nya,:
“Dan, orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan
ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya
sebagai orang-orang yang tuli lagi buta." (QS. Al-Furqan: 73).
14. • Bagi yang belum paham bahasa Arab tetaplah dengarkan dengan baik dan
perhatikan dengan tenang, meskipun engkau belum paham bahasa Arab.
Karena meskipun engkau tidak mengerti, engkau tetap akan mendapatkan
pahala darinya, insya allah.
• Bagaimana halnya dengan al Qur’an yang diperdengarkan di luar majelis
atau sholat atau khutbah Jumat?
• Pembacaan al-Qur’an boleh dilakukan di tempat apapun selama itu tempat
yang suci yang terhormat, jika dimaksudkan untuk mengingat Allah swt,
beribadah, mengharap pahala dari-nya, atau mengajarkan orang lain
bagaimana cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar. Allah swt
berfirman:
• ْمِهِبوُنُج ىَلَع َو ًادوُعُق َو اًماَيِق َ َّ
َّللا َونُرُكْذَي َِينذَّال
• “Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring,” (ali imran: 191)
15. • Maka dari itu, tidak apa-apa tetap menyalakan siaran al-quran dari
radio atau speaker namun harus memperhatikan adab serta etika
dalam mendengarkannya, dan tidak meninggikan volume radio
tersebut yang sekiranya bisa mengganggu ketenangan para
pendengar atau tetangga sekitar.
• Dalam kesempatan lain, Syeikh ‘Athiyah Shaqar, mantan ketua
Lembaga Fatwa Al-Azhar mengungkapkan, bahwasanya Ibnu Al-
Mundzir menceritakan, telah menjadi Ijma’, mendengarkan dan
memperhatikan dengan seksama bacaan Al-Quran dalam khutbah
jum’at dan shalat hukumnya wajib.
• Namun, selain dua keadaan ini, hukum mendengarkan dan
memperhatikannya adalah sunnah, karena apabila hal itu
diwajibkan, tentu akan memberatkan dan menyulitkan orang-orang
yang sedang sibuk dalam pekerjaannya yang penting.
16. PENGARUH YANG DIRASAKAN ORANG MUKMIN
KETIKA MENYIMAK AL-OUR’AN
• Al-Qur'an telah mengabarkan kepada kita bahwa para
shahabat mendapat pujian yang baik karena
interaksinya yang cepat saat mendengar Kitab Allah
vang dibaca. Mereka merunduk sujud, menangis dengan
khusyu', bertasbih dan memuji Allah. Ini pula sifat yang
diberikan Alah kepada orang-orang vang diberi ilmu dari
kalangan Ahli Kitab terdahulu. Ayat-ayat Allah
menggambarkan hal ini secara gamblang dan jelas di
antaranya dalam Al Qur’an surah Al Isra’ ayat 106 – 109
dan juga surah Al maidah ayat 83-85.
17. • Namun sebaliknya orang-orang musyrik senantiasa
mengganggu Rasulullah Saw selagi beliau membaca AL
Qur’an : surah Al Fushilat ayat 26:
•
َذ ٰهِل ا ْوُعَمْسَت َ
َل ا ْوُرَفَُ َنْيِذكلا َلاَقَو
َعَل ِهْيِف ا ْوَغْلاَو ِنٰاْرُقْلا ا
َن ْوُبَِّْغَت ُُْْكَّ
• Terjemahan:
• Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu
mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah
kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan
(mereka).”
18. *ORANG-ORANG YANG MENDENGAR TAPI TIDAK
MENDENGAR
• Di antara mereka ada pula yang mau mendengar al-
Qur’an tapi hatinya tertutup dan telinganya tuli, sehingga
dia tidak bisa memahami sedikitpun darinya.
Pengingkaran, pembangkangan dan kesombongan
menjadi tembok penghalang antara dirinya dengan kitab
Allah,, sehingga dia tidak mendengar dan tidak pula
memikirkan. Mereka inilah yang disifati Allah di berbagai
ayat di dalam KitabNya sambil mengisyaratkan
beberapa sebab yang membuat mereka menulikan
telinga dan menutup hati. Di antaranya dalam surah Al
Isra’ ayat 45-47 berikut ini :
19. (45) ِذَّال َْنيَب َو ََكنْيَب َانْلَعَج َنٰا ْرُقْال َتْأَرَق اَذِا َو
َّم اًباَج َِ ِةَر ِخٰ ْ
اَلِب َن ْوُنِمْؤُي َ
َل َْني
اًر ْوُتْس
ْوُهَقْفَّي ْنَا ًةَّنِكَا ْمِهِب ْوُلُق ىٰلَع َانْلَعَج َّو
َت ْرَكَذ اَذِا َو ۗاًرْق َو ْمِهِناَذٰا ْْٓيِف َو ُه
ٰا ْرُقْال ىِف ََّكب َر
ٗهَدَْ َو ِن
اًر ْوُفُن ْمِه ِ
ارَبْدَا ىْٰٓلَع ا ْوَّل َو
(46)
ُعِمَتْسَي ْذِا ْٓهِب َن ْوُعِمَتْسَي اَمِب ُمَلْعَا ُنََْن
ْوُقَي ْذِا ى ْٰٓ
وَْجن ْمُه ْذِا َو َْكيَلِا َن ْو
ْنِا َن ْوُمِلّٰظال ُل
اًر ْوَُْسَّم ً
ًلُجَر َّ
َلِا َن ْوُعِبَّتَت
(47)
Surah Al Isra’ ayat 45-47. Artinya:
“Dan apabila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur'an, Kami adakan suatu
dinding yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat,(“45)
“Dan Kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat, agar
mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila engkau menyebut
Tuhanmu saja dalam Al-Qur'an, mereka berpaling ke belakang melarikan
diri (karena benci).”(46)
“Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka
mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan engkau (Muhammad), dan
sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu) ketika orang zalim itu berkata, “Kamu
hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.”(47).
بالصواب أعلم وهللا