Dokumen tersebut membahas tentang HIV pada anak, yang meliputi:
1. HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS dan menyerang sistem kekebalan tubuh
2. Diperkirakan 1,8 juta anak di bawah 15 tahun hidup dengan infeksi HIV di seluruh dunia
3. Penularan HIV pada anak terutama dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui
2. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah
RNA retrovirus yang menyebabkan Acquied
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), dimana
terjadi kegagalan sistem imun progresif.
3. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2015 memperkirakan
bahwa 1,8 juta anak di bawah 15 tahun di seluruh dunia hidup
dengan infeksi HIV
Risiko penularan HIV di Indonesia saat ini didomi
nasi oleh perilaku heteroseksual berisiko tinggi (47
%), termasuk melalui perilaku seks bebas
Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 613.435 Orang yang Hidup dengan
HIV (ODHIV) di Indonesia. Prevalensi HIV dalam lima tahun terakhir
tidak banyak berubah, didominasi oleh kelompok usia produktif
4. Rute utama infeksi HIV pada anak-anak adalah penularan dari
ibu ke anak, yang terjadi selama
kehamilan (intrauterin), saat melahirkan (intrapartum), melalui menyusui (postpartum).
5. • HIV adalah suatu retrovirus, anggota genus
Lentivirus.
• Berdiameter 80-100 nm,
• Nukleoid berbentuk silindris
• Karakteristik morfologi HIV yang unik adalah
nucleoid silindris di dalam virion yang matang.
• M, N, dan O
HIV tipe 1
HIV tipe 2
6. Patomekanisme
Virus HIV menempel ke
Limfosit T
Kontinyuitas limfosit T dari
membrane sel limfosit T
Transkripsi RNA virus
menjadi DNA dengan
enzim reverse transcriptase
RNA asli hancur dan DNA
terbentuk mengalami
polimerasi menjadi 2 DNA
dengan bantuan enzim
polimerase
DNA masuk ke inti limfosit
T dan menyisip ke dalam
DNA sel pejamu dengan
bantuan enzim integrase
(provirus)
Provirus mengalami fase
laten dan bereplikasi sangat
lambat sampai adanya
stimulasi yang dapat
memacu terjadinya
kecepatan replikasi
Stimulasi provirus:
• Sitokin: IL-1,3,6, TFN-α dan β, Interferon-γ, granulocyte-macrophage colony-stimulating fact
or
7. Diagnosis
Menurut pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
dan AIDS, anak memerlukan tes HIV pada kondisi :
Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB berat atau mendapat OAT
berulang, malnutrisi, atau pneumonia berulang dan diare kronis atau berulang)
Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan tindakan pencegahan penularan
dari ibu ke anak
Untuk mengetahui status bayi/anak kandung dari ibu yang didiagnosis terinfeksi HIV (pada umur
berapa saja)
8. Diagnosis
Menurut pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
dan AIDS, anak memerlukan tes HIV pada kondisi :
Untuk mengetahui status seorang anak setelah salah satu saudara kandungnya didiagnosis
HIV; atau salah satu atau kedua orangtua meninggal oleh sebab yang tidak diketahui tetapi
masih mungkin karena HIV
Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum suntik yang terkontaminasi,
menerima transfusi berulang dan sebab lain
Anak yang mengalami kekerasan seksual.
9. Uji Virologis
• untuk menegakkan diagnosis klinik
• Rekomendasikan untuk anak berumur <18
bulan
• Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir
dianjurkan untuk diperiksa dengan uji
virologis pada umur 4 – 6 minggu atau waktu
tercepat yang mampu laksana sesudahnya.
• Bila hasil virologi pertama (+) maka beri
ARV dan dilakukan pemeriksaan kedua
Uji Serologi
• Umur <18 bulan – digunakan sebagai uji
untuk menentukan ada tidaknya pajanan HIV
• Umur >18 bulan – digunakan sebagai uji
diagnostik konfirmasi
• Anak umur <18 bulan, tampak sehat dan
belum uji virologi, dianjurkan untuk
dilakukan uji serologis pada umur 9 bulan.
Bila (+) harus diikuti uji virologi
mengidentifikasi kasus yang perlu terapi ARV
Jika uji serologis positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan
klinis ketat dan uji serologis ulang pada usia 18 bulan.
13. Manifestasi klinis
Segera setelah diagnosis infeksi HIV ditegakkan, dilakukan penilaian stadium klinis. Penilaian
stadium ditetapkan menurut kondisi klinis paling berat yang pernah dialami
15. Stadium Klinis 2
• Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat
dijelaskan
• Erupsi pruritik papular Infeksi virus wart luas
• Angular cheilitis Moluskum kontagiosum luas
• Ulserasi oral berulang Pembesaran kelenjar parotis
persisten yang tidak dapat dijelaskan
• Eritema ginggival lineal
• Herpes zoster
• Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis
media, otorrhoea, sinusitis, tonsillitis)
• Infeksi kuku oleh fungus
16. Stadium Klinis 3
• Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara
adekuat terhadap terapi standar
• Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih )
• Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37.5oC
intermiten atau konstan, > 1 bulan)
• Kandidosis oral persisten (di luar saat 6- 8 minggu pertama kehidupan
) Oral hairy leukoplakia
• Periodontitis/ginggivitis ulseratif nekrotikans akut TB kelenjar TB
Paru
• Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
• Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik
• Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronki
ektasis
• Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl), neutropenia (<500/mm3
) atau trombositopenia (<50 000/ mm3)
17. Stadium Klinis 4
• Malnutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons
terhadap terapi standara
• Pneumonia pneumosistis
• Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya empiema, piomiositis, infeksi tulang dan
sendi, meningitis, kecuali pneumonia)
• Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau kutaneus > 1 bulan atau viseralis di lokasi
manapun)
• TB ekstrapulmonar
• Sarkoma Kaposi
• Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atau paru)
• Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa neonatus) Ensefalopati HIV
• Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau infeksi CMV pada organ lain, dengan onset
umur > 1bulan
• Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis
• Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
• Kriptosporidiosis kronik (dengan diarea)
• Isosporiasis kronik Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
• Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang simtomatik
• Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebral
• Progressive multifocal leukoencephalopathy
19. Anak berumur < 5 tahun bila terdiagnosis infeksi HIV maka terindikasi untuk mendapat
pengobatan ARV sesegera mungkin.
Umur Kriteria Klinis Terapi
< 5 tahun Terapi ARV tanpa terkecuali
>5 tahun Stadium 3 dan 4a Terapi ARVb
Stadium 2
Jangan diobati bila tidak ada pemeriks
aan CD4. Obati bila CD4 < nilai menu
rut umur
Stadium 3
a. Tatalaksana terhadap Infeksi Oportunistik yang terdeteksi harus didahulukan
b. Meskipun tidak menjadi dasar untuk pemberian ARV, bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4 untuk memantau hasil pengobatan
20.
21. Bayi umur < 18 bulan yang didiagnosis terinfeksi HIV dengan cara presumtif harus SEGERA mendapat te
rapi ARV.
Konfirmasi HIV
dapat dilakukan
(PCR DNA)
Iya/tidak
terdiagnosis HIV
Bila negative, ARV
dihentikan
22. Tatalaksana bayi dari Ibu HIV
Cara persalinan
Kewaspadaan standar
(universal) diindikasikan di
ruang bersalin dan kamar
bayi;
Melakukan tindakan awal
seperti bayi yang tidak
terpajan HIV
25. o Memulai pemberian ARV bukan suatu keadaan gawat darurat. Namun setelah
ARV dimulai, obat ARV harus diberikan tepat waktu setiap hari. Ketidakpatuhan
berobat merupakan alasan utama kegagalan pengobatan.
o Memulai pemberian ARV pada saat anak atau orangtua belum siap dapat meng
akibatkan kepatuhan yang buruk dan resistensi ARV.
Persiapan
31. Pemantauan respon terhadap ARV
Dilakukan pada 6 bulan pertama pemakaian ARV
• Ada tidaknya perbaikan klinis
• eksaserbasi infeksi subklinis yang selama ini sudah ada seperti contohnya
TB
• toksisitas obat dan/atau Immune Reconstitution Syndrome (IRIS)