SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Henry Tedjadharma
Membenahi Industri Penerbangan
Status Indonesia sebagai negara kepulauan dan tumbuhnya budaya berpergian di
kelas menengah mendorong tumbuh suburnya industri penerbangan di Tanah Air.
Namun sayangnya, pertumbuhan jumlah penumpang udara belum bisa diimbangi
dengan ketersediaan infrastruktur dan iklim bisnis penerbangan yang kondusif. Tidak
hanya menghambat peluang bisnis, kondisi penerbangan saat ini juga masih rawan
in- dan accident dan hal lain yang tidak diinginan yang dapat merugikan masyarakat.
Ditengah hiruk pikuk mudik Lebaran, ada kejadian di dunia penerbangan yang luput
dari perhatian masyarakat. Pada malam hari 18 Juni 2017, sesuai instruksi petugas
ATC pilot Garuda harus melakukan go-around atau kembali terbang pada saat final
approach sudah siap landing, sehingga membuat panik penumpang didalamnya. Hal
itu harus dilakukan untuk menghindari tabrakan di Bandara Soetta karena pesawat
Sriwijaya Air yang gagal take-off akibat persoalan teknis terhenti dilandas pacu.
Walau BNN terus melakukan pengawasan narkoba tetapi tidak membuat jera awak
pesawat. Pilot maskapai berkali-kali diamankan polisi saat sedang mengonsumsi
narkoba bahkan seorang captain yang hendak terbang diturunkan dari cockpit
pesawat karena didapati dalam keadaan “mabuk” berat.
Permukaan landas pacu [overlay] di Halim Perdana Kusuma Jakarta terkelupas
selebar 3x2 meter sedalam 25 cm setelah Boeing B777-300ER milik Garuda lepas
landas pada siang 28 Juli 2017. Hal yang membahayakan pesawat yang sedang lepas
landas dan juga pesawat lain yang akan mendarat tersebut terjadi karena kekuatan
landas pacu tidak mampu menahan beban pesawat. Seharusnya sebelum pesawat
beroperasi semua persyaratan operasional sudah diverifikasi.
Runway incursion yang mengakibatkan accident [ground collision] seperti yang
terjadi pada malam 04 April 2016 di Halim Perdana Kusuma antara B737-800 Batik
Air dengan ATR42 Trans Nusa kembali terjadi di bandara Kualanamu Medan pada
siang hari 03 Agustus 2017 antara pesawat Lion Air B737-900ER dengan Wing Air
ATR-72. Pesawat B737-800 no reg. 9V-MGG milik Silk Air yang baru mendarat dan
parkir di apron bandara Kualanamu ditabrak service truk pada sabtu pagi 23
Desember 2017 sehingga perut pesawat robek dan dilarang terbang.
Musibah juga menimpa sembilan penumpang yang sedang boarding menaiki tangga
pesawat Batik Air 6356 di apron 3 bandara Ahmad Yani Semarang jatuh terhempas
Henry Tedjadharma
akibat terkena Jetblast dari mesin pesawat Garuda GA365 pada Senin siang 09
Oktober 2017.
Contoh representatif diatas tentu tidak bisa dipandang sebagai hal kecil semata.
Banyak persoalan pada industri penerbangan mulai dari kapasitas dan fasilitas
bandara khususnya pada sisi airside, navigasi, hingga keterbatasan SDM pada
berbagai stakesholder perlu dibenahi secara sistematis.
Potensi Industri Penerbangan
Industri penerbangan di Indonesia tumbuh begitu cepat, terutama sejak deregulasi di
sektor penerbangan tahun 2000. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah
penumpang angkutan udara pada tahun 2016 mencapai 95,1 juta orang atau tumbuh
15,3% dibandingkan tahun 2015. Jumlah penumpang domestik untuk kurun waktu
Januari-Juli tahun 2017 saja sudah mencapai 50,1 juta. Dalam 25 tahun terakhir,
jumlah penumpang udara tumbuh lebih dari 10 kali lipat sehingga menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan penumpang angkutan udara domestik terbesar
kelima didunia setelah Amerika, Tiongkok, Jepang dan Brazil. Kecenderungan akan
hal inipun terus meningkat sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
jumlah turis mancanegara yang diperkuat dengan semakin baiknya ketersedian
beragam infrastruktur pendukung diseluruh wilayah Indonesia serta membaiknya
peringkat “ease of doing business” Indonesia di dunia.
Selaras dengan peningkatan jumlah penumpang udara, maskapai dan pesawat juga
tumbuh pesat hingga belasan kali lipat dari 102 unit pesawat penumpang komersial
yang beroperasi pada tahun 1990an menjadi total 1691 unit yang terregistrasi pada
Nopember 2017 dengan asumsi penambahan pesawat sekitar 45 unit/tahun sejak
empat tahun terakhir [2014-2017] yang rata-rata tumbuh 16,7% per tahun membuat
banyak pihak cukup kewalahan dalam menanganinya.
Maskapai nasional terbesar Liongroup saat ini mengoperasikan 300an unit armada
dan mengangkut 35 juta penumpang per tahun atau 35% dari total jumlah penumpang
angkutan udara domestik. Bahkan, grup bisnis milik Rusdi Kirana itu dengan tujuh
maskapainya sudah berkiprah di pasar global dan sudah memesan 520 unit pesawat
tambahan untuk strategi bisnis jangka panjangnya. Dengan jumlah pesawat tersebut
membuat Lion Air menjadi maskapai terbesar kelima di dunia.
Pertumbuhan jumlah penumpang dan armada pesawat di Indonesia diperkirakan
akan tetap tinggi mengingat gaya hidup kelas menengah dan atas yang pada 2017
berjumlah 40 juta rumah tangga yang cenderung berpergian dengan pesawat baik
untuk kepentingan keluarga, bisnis, maupun berwisata. Jika dulu orang berwisata
hanya sekali dalam satu tahun, kini hingga tujuh kali dalam setahun tetapi dengan
waktu yang lebih singkat.
Kondisi ini juga simultan dengan upaya sistematis pemerintah untuk mendatangkan
devisa dari pariwisata dengan menciptakan sepuluh kawasan destinasi wisata baru di
luar Bali. Keindahan alam equator dengan iklim tropis dan kekayaan budaya Tanah
Air membuat pariwisata sebagai resource-based business menjadi masa depan
Indonesia, termasuk penerbangan sebagai moda transportasi utama yang vital dan
strategis. Dengan kata lain, membenahi industri penerbangan tidak hanya menarik
Henry Tedjadharma
investasi dan tenaga kerja di sektor penerbangan, tapi juga menunjang industri
pariwisata yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan
dari multiplier effect yang ditimbulkan oleh turis mancanegara yang hingga Nopember
2017 berjumlah 12,68 juta atau naik 21,84% dibanding periode yang sama pada tahun
2016.
Pertumbuhan industri penerbangan yang begitu cepat harus dikendalikan dan
dipersiapkan dengan baik dalam berbagai aspek relevan supaya situasi yang pernah
kita alami pada era tahun 2004-2007 dimana kondisi aspek keselamatan dan
keamanan tidak baik sehingga membuat Indonesia jatuh terpuruk ke urutan 151 dunia
dengan compliance level yang hanya 54% dan dalam konteks safety Indonesia
disamakan dengan Kongo, Ethiopia bahkan Angola. Sebagai akibatnya sejak 2007
hingga saat ini seluruh maskapai Indonesia dilarang terbang ke Eropa [EU]
kecuali Garuda, Lion dan Airfast sudah dicabut. Australia dan Amerika Serikat juga
menurunkan kategori penerbangan Indonesia ke level II yang sesungguhnya adalah
larangan terbang.
Pada Oktober 2017 ada kabar gembira yang patut kita apresiasi dimana industri
penerbangan Indonesia telah berhasil memperbaiki safety compliance level dalam
audit keselamatan ICAO Coordinated Validation Mission [ICVM] dengan capaian 81%
yang berhasil membawa Indonesia ke posisi 55. Capaian tersebut membuat
Indonesia menjadi lebih dipercaya dunia dan hal itu dapat menjadi modal kuat bagi
pemerintah untuk mengajukan pencabutan larangan terbang kepada EU.
Perlu Perhatian
Industri penerbangan merupakan service business industri yang tidak hanya padat
modal, tapi juga padat karya dan teknologi. SDM yang bekerja pada sektor ini
sebagaian besar adalah highly skilled labor yang perlu lisensi dan sertifikat khusus.
Kondisi industri penerbangan indonesia saat ini tampaknya belum seindah
potensinya. Jumlah penumpang dan armada pesawat yang terus tumbuh dua digit
setiap tahunnya yang sekaligus merupakan pertumbuhan tercepat kedua didunia
itu belum diikuti dengan pertumbuhan yang seimbang pada stakesholder inti lainnya
didalam industri penerbangan.
Permintaan SDM di sektor ini tidak mampu dipenuhi supply yang ada. Jumlah tenaga
kerja operasional seperti pilot, ATC, mekanik MRO dan FOO [Flight Operation Officer]
belum cukup mampu untuk mengcover pertumbuhan. Begitu juga dalam hal fasilitas
bandara, navigasi udara, layanan penanganan penumpang, bagasi, cargo [ground
handling] dan layanan pemeliharaan, perbaikan, perawatan pesawat [MRO] yang 70%
masih dilakukan di luar negri sehingga memboroskan devisa negara. Industri
kedirgantaraan nasional harus berkembang secara mandiri dan tidak boleh
bergantung pada asing.
Dalam dunia penerbangan nasional terjadi anomali, dimana pada satu sisi maskapai
indonesia masih terus kekurangan pilot yang siap pakai tetapi pada saat yang sama
di sisi lain terdapat sekitar 1200 ab initio [pilot yang baru lulus dari flying school] yang
menganggur bahkan ada yang sudah hampir dua tahun lamanya. Akibat
Henry Tedjadharma
permasalahan tersebut pihak Kemenhub berencana untuk memberikan kesempatan
kerja pada sebagian [20%] dari ab initio tersebut di Mexico dan Tiongkok.
Fakta diatas menjelaskan bahwa proses pembentukan pilot [type rating] hingga siap
pakai pada sebuah maskapai mulai dari status ab initio menjadi ATPL [airline transport
pilot licence] cukup panjang dan tidaklah mudah serta murah, karena terdapat
keterbatasan pada kapasitas peralatan yang tersedia mis. full flight simulator untuk
initial training, line instruktur dan check pilot untuk line / route training. Selain perlu
edukasi mengenai job market dan tuntutan pendidikan bagi masyarakat, perlu
dibangun sistem perekrutan yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak,
termasuk lembaga pendidikan vokasi, pembiayaan, maskapai dan calon pilot itu
sendiri sangat dibutuhkan.
Pertumbuhan yang tidak seimbang [imbalance growth] menyebabkan overheating
dalam berbagai sisi mulai dari aspek service, safety, security hingga dampaknya
berupa biaya operasional yang tinggi. Permasalahan yang paling sering dirasakan
penumpang adalah keterlambatan jadwal keberangkatan. Untuk memanage
operasional maskapai dan bandara yang sangat kompleks karena banyaknya faktor
yang saling terkait dan saling mempengaruhi dengan dinamika yang tinggi diperlukan
sistem yang dapat mengoptimalisasi seluruh data operasional untuk menciptakan
tingkat efisiensi yang tinggi, ketepatan waktu, lancar dan hemat biaya.
Bandara yang over-crowded dan trafik di apron, taxiways, landasan dan ruang udara
sekitar bandara kerap kali membuat pesawat harus menunda pendaratan sehingga
harus berputar-putar [holding] di udara khususnya di bandara Soetta, dengan trafik 80
pesawat yang lepas landas dan mendarat setiap jam, akibat belum tersedianya
infrastruktur paling strategis yaitu East Cross Taxiway [penyambung kedua landas
pacu di sisi timur] sebagai penyebab utama delay penerbangan nasional. Kondisi
kepadatan udara ini dapat membahayakan tetapi yang pasti merugikan maskapai
karena pesawat harus mengonsumsi bahan bakar lebih banyak, dimana komposisi
bahan bakar tersebut merupakan 50% dari biaya operasional. Belum lagi, bahan
bakar pesawat di Indonesia dikenai pajak sehingga menjadi lebih mahal 27%
dibandingkan Singapura. Produktifitas maskapai otomatis menurun dan dibebani lagi
dengan biaya tambahan untuk memberikan kompensasi kepada penumpang atas
keterlambatan penerbangan.
Membangun terminal baru memang dapat membuat proses menunggu penumpang
lebih nyaman tetapi hal tersebut bukan solusi efektif untuk mengurangi kepadatan
yang sesungguhnya bersumber dari kekurangan pada sisi udara seperti runway,
taxiways, cross taxiway dan apron. Dalam pembangunan bandara mutlak dibutuhkan
dukungan pakar yang sangat berpengalaman dengan keahlian dan pengetahuan
khusus sehingga dapat menciptakan design konsep yang menjamin tercapainya
tujuan utama yaitu Balance of Capacity and Traffic flow Management yang lancar,
mulus, cepat, nyaman dan aman pada semua sisi baik udara, terminal maupun darat
dan bebas dari gangguan operasional dalam segala bentuk manifestasinya.
Seperti kita ketahui dalam design terminal 3 ultimate terdapat beberapa kekurangan,
baik yang berupa sistem drainage dan instalasi listrik juga tata letak peralatan
pendukung mis escalator yang hanya satu arah tentu mengurangi mobilitas dan
fleksibilitas penumpang, perlengkapan baggages claim dan groundhandling yang
Henry Tedjadharma
terasa masih kurang memadai baik kuantitas maupun posisinya yang jauh hampir satu
kilometer pada sisi kedatangan dan juga sama jauhnya dari titik pemeriksaan boarding
pass hingga gerbang keberangkatan. Selain itu fasilitas kenyamanan penumpang
seperti air conditioning, toilet, restaurant, shops dsb juga perlu ditingkatkan. Menara
control utama juga tidak dapat memonitor pergerakan pesawat pada sisi tertentu
terminal 3 yang akhirnya harus disiasati dengan mobile tower. Kekurangan tersebut
diatas tentu membebani penumpang dan maskapai baik dari segi ketepatan waktu,
kenyamanan, image maupun biaya operasional yang lebih tinggi untuk bahan bakar
dan airport tax.
Kunci dari kesuksesan pengelolaan bandara atau maskapai adalah tersedianya
brainwares berupa highly skilled, well knowledged and service minded crew yang
bekerja dengan team spirit dan didukung dengan softwares atau sistems yang tepat
serta hardware penunjang dalam bentuk infrastruktur fisik yang memadai.
Perlu dipahami bahwa fungsi bandara tidak lagi seperti pada masa lalu dimana
hanya merupakan sebuah infrastruktur fisik semata tetapi kini sesuai tuntutan para
pengguna jasa transportasi udara sudah menjadi sebuah fasilitas pelayanan
berkinerja tinggi dengan standard dunia yang cenderung terus berkembang menjadi
sebuah kota bandara dengan fasilitas yang cerdas [smart airport city]. Bahkan
sesuai trend dunia sekarang demi menghemat lahan yang semakin sempit dan mahal
serta produktifitas yang dituntut semakin tinggi dengan pelayanan yang serba praktis,
cepat dan murah, maka dari itu perlu didesign secara matang dan terpadu menjadi
sebuah kawasan yang dikenal dengan istilah Aerotropolis yang dapat dianalogikan
sebagai “physical reuters, dimana didalamnya terintegrasi secara konseptual dan
tersedia lengkap semua sarana dan fasilitas yang mensinergikan transportasi multi
moda, berbagai sentra produksi, berbagai jasa, logistik, energi, perbankan, real estate
untuk perkantoran dan perumahan, kesehatan, pendidikan, entertainment dsb yang
mana sebagai titik pusat utamanya terdapat bandara yang canggih dan cerdas
dengan bantuan berbagai artificial intelligence.
Bagi yang sering bepergian ke Eropa pasti merasakan perbedaan pada saat mendarat
di Tanah Air. Pemberitahuan intensif dengan pengeras suara [voice announcement]
yang memekakan telinga, bahkan juga sering tidak jelas dan sangat mengganggu
kenyamanan itu sudah ditiadakan di bandara Changi sejak 01 Januari 2018. Jadi
penumpang harus memperhatikan jadwal keberangkatannya sendiri.
Vietjet, maskapai Vietnam yang relatif baru dan tumbuh secara fenomenal dalam
satu dekade ini, sebagai trendsetter bersaing dengan maskapai regional lainnya
menggunakan strategi marketing yang sangat kreatif dan berdampak destruktif.
Dengan merebaknya disruptif teknologi dan bisnis model secara global maka industri
penerbanganpun tidak terlepas dari dampak situasi dunia usaha yang semakin
Volatile, Uncertain, Complex, Ambigous [VUCA] dan potensi resiko yang terkandung
didalamnya yang harus segera diantisipasi supaya industri penerbangan nasional
tidak menjadi korban dan hanya menjadi pasar bagi maskapai asing.
Pemimpin perusahaan dan pemerintahan tidak boleh lagi hanya melakukan proses
iterasi [melakukan hal yang sama dengan lebih baik] tetapi dituntut berfikir strategis
futuristik serba proaktif inovatif atau melakukan hal-hal baru dengan mindset, pola,
Henry Tedjadharma
cara dan sarana yang baru dengan applikasi sesuai kodrat zaman Internet of Things
[IOT]. Ingat kata Peter Drucker, yang paling berbahaya adalah menyelesaikan
permasalahan masa kini dengan logika dan mindset masa lalu.
Kondisi memprihatinkan diatas seperti biaya bahan bakar yang tinggi, kepadatan
udara, ketimpangan pertumbuhan, fasilitas bandara yang masih kurang memadai,
persaingan, perubahan dsb] membuat industri penerbangan nasional seperti
bertarung dengan satu tangan terikat. Padahal, kompetisi semakin mematikan
dengan diberlakukannya Open Sky Policy di ASEAN dalam era VUCA yang penuh
tantangan. Karakteristik bisnis penerbangan yang sangat unik dibanding bisnis
lainnya juga membuat sektor usaha ini membutuhkan perhatian yang sangat serius
dari pemerintah khususnya didalam menerapkan prinsip meritokrasi secara bijak.
Karakteristik industri penerbangan sangat unik. Pertama, bisnis model
penerbangan diatur dan dipantau secara ketat, khususnya keselamatan. Kedua,
padat modal, karya dan teknologi. Ketiga, bisnis penerbangan memiliki arus kas
[cashflow] yang tinggi dengan margin profit yang rendah [5%]. Keempat, kompetisi
yang sangat ketat dan seringkali terjadi perang tarif antar kompetitor. Kelima, untuk
penerbangan domestik di Indonesia, biaya operasional maskapai sebagian besar
menggunakan dollar AS sementara pendapatan yang mereka peroleh seluruhnya
dalam bentuk rupiah sehingga memiliki risiko kurs. Keenam, industri penerbangan
adalah industri dengan entry dan khususnya exit barrier yang tinggi serta berkorelasi
langsung dengan situasi dan kondisi ekonomi baik lokal, regional maupun global.
Kompetisi yang sangat ketat dan keras membuat dunia penerbangan sejak lama
sering mengalami disrupsi. Pada level global, banyak maskapai raksasa terkenal
seperti PanAm, Swiss Air, TWA dsb yang bangkrut. Sejumlah maskapai domestik
seperti Adam Air dan Merpati Air kini juga tidak lagi menghiasi langit Bumi Pertiwi,
bahkan Garuda flagcarrier kebanggaan kita yang pernah terbang tinggi saat ini
terancam berbagai kesulitan operasional, finansial dan leadership yang serius.
Dengan potensi besar, perubahan iklim usaha yang penuh tantangan, karakteristik
industri yang ketat, rumit dan kompleks tersebut, dibutuhkan sentuhan tangan ahli
dengan skillset yang handal, knowledge dan mindset yang tepat dalam menentukan
arah kebijakan strategis dan mendesain formasi industri penerbangan nasional agar
semakin berkibar di Tanah Air dengan memberdayakan potensi resourse-based yang
luar biasa melalui konsep “Championship by Design”.
Henry Tedjadharma
Pakar Kedirgantaraan

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Membenahi Industri Penerbangan RI

Ähnlich wie Membenahi Industri Penerbangan RI (12)

Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolisKualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
 
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di IndonesiaKualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
 
Sim,putri diana lestari , hapzi ali,implementasikan sistem informasi ii,unive...
Sim,putri diana lestari , hapzi ali,implementasikan sistem informasi ii,unive...Sim,putri diana lestari , hapzi ali,implementasikan sistem informasi ii,unive...
Sim,putri diana lestari , hapzi ali,implementasikan sistem informasi ii,unive...
 
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONMAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
 
Presentation eagle air academy
Presentation eagle air academyPresentation eagle air academy
Presentation eagle air academy
 
Proposal sponsorship aero expo itb 2015 [fix 250915]
Proposal sponsorship aero expo itb 2015 [fix 250915]Proposal sponsorship aero expo itb 2015 [fix 250915]
Proposal sponsorship aero expo itb 2015 [fix 250915]
 
bijb
bijbbijb
bijb
 
PPT ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
PPT ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONPPT ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
PPT ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
 
Artikel pengantar manajemen
Artikel pengantar manajemenArtikel pengantar manajemen
Artikel pengantar manajemen
 
Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility Development of Landside Fasility
Development of Landside Fasility
 
Bandar udara
Bandar udaraBandar udara
Bandar udara
 
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
8c756635be1fd2a77efe4b056fa5201d
 

Kürzlich hochgeladen

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Membenahi Industri Penerbangan RI

  • 1. Henry Tedjadharma Membenahi Industri Penerbangan Status Indonesia sebagai negara kepulauan dan tumbuhnya budaya berpergian di kelas menengah mendorong tumbuh suburnya industri penerbangan di Tanah Air. Namun sayangnya, pertumbuhan jumlah penumpang udara belum bisa diimbangi dengan ketersediaan infrastruktur dan iklim bisnis penerbangan yang kondusif. Tidak hanya menghambat peluang bisnis, kondisi penerbangan saat ini juga masih rawan in- dan accident dan hal lain yang tidak diinginan yang dapat merugikan masyarakat. Ditengah hiruk pikuk mudik Lebaran, ada kejadian di dunia penerbangan yang luput dari perhatian masyarakat. Pada malam hari 18 Juni 2017, sesuai instruksi petugas ATC pilot Garuda harus melakukan go-around atau kembali terbang pada saat final approach sudah siap landing, sehingga membuat panik penumpang didalamnya. Hal itu harus dilakukan untuk menghindari tabrakan di Bandara Soetta karena pesawat Sriwijaya Air yang gagal take-off akibat persoalan teknis terhenti dilandas pacu. Walau BNN terus melakukan pengawasan narkoba tetapi tidak membuat jera awak pesawat. Pilot maskapai berkali-kali diamankan polisi saat sedang mengonsumsi narkoba bahkan seorang captain yang hendak terbang diturunkan dari cockpit pesawat karena didapati dalam keadaan “mabuk” berat. Permukaan landas pacu [overlay] di Halim Perdana Kusuma Jakarta terkelupas selebar 3x2 meter sedalam 25 cm setelah Boeing B777-300ER milik Garuda lepas landas pada siang 28 Juli 2017. Hal yang membahayakan pesawat yang sedang lepas landas dan juga pesawat lain yang akan mendarat tersebut terjadi karena kekuatan landas pacu tidak mampu menahan beban pesawat. Seharusnya sebelum pesawat beroperasi semua persyaratan operasional sudah diverifikasi. Runway incursion yang mengakibatkan accident [ground collision] seperti yang terjadi pada malam 04 April 2016 di Halim Perdana Kusuma antara B737-800 Batik Air dengan ATR42 Trans Nusa kembali terjadi di bandara Kualanamu Medan pada siang hari 03 Agustus 2017 antara pesawat Lion Air B737-900ER dengan Wing Air ATR-72. Pesawat B737-800 no reg. 9V-MGG milik Silk Air yang baru mendarat dan parkir di apron bandara Kualanamu ditabrak service truk pada sabtu pagi 23 Desember 2017 sehingga perut pesawat robek dan dilarang terbang. Musibah juga menimpa sembilan penumpang yang sedang boarding menaiki tangga pesawat Batik Air 6356 di apron 3 bandara Ahmad Yani Semarang jatuh terhempas
  • 2. Henry Tedjadharma akibat terkena Jetblast dari mesin pesawat Garuda GA365 pada Senin siang 09 Oktober 2017. Contoh representatif diatas tentu tidak bisa dipandang sebagai hal kecil semata. Banyak persoalan pada industri penerbangan mulai dari kapasitas dan fasilitas bandara khususnya pada sisi airside, navigasi, hingga keterbatasan SDM pada berbagai stakesholder perlu dibenahi secara sistematis. Potensi Industri Penerbangan Industri penerbangan di Indonesia tumbuh begitu cepat, terutama sejak deregulasi di sektor penerbangan tahun 2000. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang angkutan udara pada tahun 2016 mencapai 95,1 juta orang atau tumbuh 15,3% dibandingkan tahun 2015. Jumlah penumpang domestik untuk kurun waktu Januari-Juli tahun 2017 saja sudah mencapai 50,1 juta. Dalam 25 tahun terakhir, jumlah penumpang udara tumbuh lebih dari 10 kali lipat sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penumpang angkutan udara domestik terbesar kelima didunia setelah Amerika, Tiongkok, Jepang dan Brazil. Kecenderungan akan hal inipun terus meningkat sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan jumlah turis mancanegara yang diperkuat dengan semakin baiknya ketersedian beragam infrastruktur pendukung diseluruh wilayah Indonesia serta membaiknya peringkat “ease of doing business” Indonesia di dunia. Selaras dengan peningkatan jumlah penumpang udara, maskapai dan pesawat juga tumbuh pesat hingga belasan kali lipat dari 102 unit pesawat penumpang komersial yang beroperasi pada tahun 1990an menjadi total 1691 unit yang terregistrasi pada Nopember 2017 dengan asumsi penambahan pesawat sekitar 45 unit/tahun sejak empat tahun terakhir [2014-2017] yang rata-rata tumbuh 16,7% per tahun membuat banyak pihak cukup kewalahan dalam menanganinya. Maskapai nasional terbesar Liongroup saat ini mengoperasikan 300an unit armada dan mengangkut 35 juta penumpang per tahun atau 35% dari total jumlah penumpang angkutan udara domestik. Bahkan, grup bisnis milik Rusdi Kirana itu dengan tujuh maskapainya sudah berkiprah di pasar global dan sudah memesan 520 unit pesawat tambahan untuk strategi bisnis jangka panjangnya. Dengan jumlah pesawat tersebut membuat Lion Air menjadi maskapai terbesar kelima di dunia. Pertumbuhan jumlah penumpang dan armada pesawat di Indonesia diperkirakan akan tetap tinggi mengingat gaya hidup kelas menengah dan atas yang pada 2017 berjumlah 40 juta rumah tangga yang cenderung berpergian dengan pesawat baik untuk kepentingan keluarga, bisnis, maupun berwisata. Jika dulu orang berwisata hanya sekali dalam satu tahun, kini hingga tujuh kali dalam setahun tetapi dengan waktu yang lebih singkat. Kondisi ini juga simultan dengan upaya sistematis pemerintah untuk mendatangkan devisa dari pariwisata dengan menciptakan sepuluh kawasan destinasi wisata baru di luar Bali. Keindahan alam equator dengan iklim tropis dan kekayaan budaya Tanah Air membuat pariwisata sebagai resource-based business menjadi masa depan Indonesia, termasuk penerbangan sebagai moda transportasi utama yang vital dan strategis. Dengan kata lain, membenahi industri penerbangan tidak hanya menarik
  • 3. Henry Tedjadharma investasi dan tenaga kerja di sektor penerbangan, tapi juga menunjang industri pariwisata yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan dari multiplier effect yang ditimbulkan oleh turis mancanegara yang hingga Nopember 2017 berjumlah 12,68 juta atau naik 21,84% dibanding periode yang sama pada tahun 2016. Pertumbuhan industri penerbangan yang begitu cepat harus dikendalikan dan dipersiapkan dengan baik dalam berbagai aspek relevan supaya situasi yang pernah kita alami pada era tahun 2004-2007 dimana kondisi aspek keselamatan dan keamanan tidak baik sehingga membuat Indonesia jatuh terpuruk ke urutan 151 dunia dengan compliance level yang hanya 54% dan dalam konteks safety Indonesia disamakan dengan Kongo, Ethiopia bahkan Angola. Sebagai akibatnya sejak 2007 hingga saat ini seluruh maskapai Indonesia dilarang terbang ke Eropa [EU] kecuali Garuda, Lion dan Airfast sudah dicabut. Australia dan Amerika Serikat juga menurunkan kategori penerbangan Indonesia ke level II yang sesungguhnya adalah larangan terbang. Pada Oktober 2017 ada kabar gembira yang patut kita apresiasi dimana industri penerbangan Indonesia telah berhasil memperbaiki safety compliance level dalam audit keselamatan ICAO Coordinated Validation Mission [ICVM] dengan capaian 81% yang berhasil membawa Indonesia ke posisi 55. Capaian tersebut membuat Indonesia menjadi lebih dipercaya dunia dan hal itu dapat menjadi modal kuat bagi pemerintah untuk mengajukan pencabutan larangan terbang kepada EU. Perlu Perhatian Industri penerbangan merupakan service business industri yang tidak hanya padat modal, tapi juga padat karya dan teknologi. SDM yang bekerja pada sektor ini sebagaian besar adalah highly skilled labor yang perlu lisensi dan sertifikat khusus. Kondisi industri penerbangan indonesia saat ini tampaknya belum seindah potensinya. Jumlah penumpang dan armada pesawat yang terus tumbuh dua digit setiap tahunnya yang sekaligus merupakan pertumbuhan tercepat kedua didunia itu belum diikuti dengan pertumbuhan yang seimbang pada stakesholder inti lainnya didalam industri penerbangan. Permintaan SDM di sektor ini tidak mampu dipenuhi supply yang ada. Jumlah tenaga kerja operasional seperti pilot, ATC, mekanik MRO dan FOO [Flight Operation Officer] belum cukup mampu untuk mengcover pertumbuhan. Begitu juga dalam hal fasilitas bandara, navigasi udara, layanan penanganan penumpang, bagasi, cargo [ground handling] dan layanan pemeliharaan, perbaikan, perawatan pesawat [MRO] yang 70% masih dilakukan di luar negri sehingga memboroskan devisa negara. Industri kedirgantaraan nasional harus berkembang secara mandiri dan tidak boleh bergantung pada asing. Dalam dunia penerbangan nasional terjadi anomali, dimana pada satu sisi maskapai indonesia masih terus kekurangan pilot yang siap pakai tetapi pada saat yang sama di sisi lain terdapat sekitar 1200 ab initio [pilot yang baru lulus dari flying school] yang menganggur bahkan ada yang sudah hampir dua tahun lamanya. Akibat
  • 4. Henry Tedjadharma permasalahan tersebut pihak Kemenhub berencana untuk memberikan kesempatan kerja pada sebagian [20%] dari ab initio tersebut di Mexico dan Tiongkok. Fakta diatas menjelaskan bahwa proses pembentukan pilot [type rating] hingga siap pakai pada sebuah maskapai mulai dari status ab initio menjadi ATPL [airline transport pilot licence] cukup panjang dan tidaklah mudah serta murah, karena terdapat keterbatasan pada kapasitas peralatan yang tersedia mis. full flight simulator untuk initial training, line instruktur dan check pilot untuk line / route training. Selain perlu edukasi mengenai job market dan tuntutan pendidikan bagi masyarakat, perlu dibangun sistem perekrutan yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, termasuk lembaga pendidikan vokasi, pembiayaan, maskapai dan calon pilot itu sendiri sangat dibutuhkan. Pertumbuhan yang tidak seimbang [imbalance growth] menyebabkan overheating dalam berbagai sisi mulai dari aspek service, safety, security hingga dampaknya berupa biaya operasional yang tinggi. Permasalahan yang paling sering dirasakan penumpang adalah keterlambatan jadwal keberangkatan. Untuk memanage operasional maskapai dan bandara yang sangat kompleks karena banyaknya faktor yang saling terkait dan saling mempengaruhi dengan dinamika yang tinggi diperlukan sistem yang dapat mengoptimalisasi seluruh data operasional untuk menciptakan tingkat efisiensi yang tinggi, ketepatan waktu, lancar dan hemat biaya. Bandara yang over-crowded dan trafik di apron, taxiways, landasan dan ruang udara sekitar bandara kerap kali membuat pesawat harus menunda pendaratan sehingga harus berputar-putar [holding] di udara khususnya di bandara Soetta, dengan trafik 80 pesawat yang lepas landas dan mendarat setiap jam, akibat belum tersedianya infrastruktur paling strategis yaitu East Cross Taxiway [penyambung kedua landas pacu di sisi timur] sebagai penyebab utama delay penerbangan nasional. Kondisi kepadatan udara ini dapat membahayakan tetapi yang pasti merugikan maskapai karena pesawat harus mengonsumsi bahan bakar lebih banyak, dimana komposisi bahan bakar tersebut merupakan 50% dari biaya operasional. Belum lagi, bahan bakar pesawat di Indonesia dikenai pajak sehingga menjadi lebih mahal 27% dibandingkan Singapura. Produktifitas maskapai otomatis menurun dan dibebani lagi dengan biaya tambahan untuk memberikan kompensasi kepada penumpang atas keterlambatan penerbangan. Membangun terminal baru memang dapat membuat proses menunggu penumpang lebih nyaman tetapi hal tersebut bukan solusi efektif untuk mengurangi kepadatan yang sesungguhnya bersumber dari kekurangan pada sisi udara seperti runway, taxiways, cross taxiway dan apron. Dalam pembangunan bandara mutlak dibutuhkan dukungan pakar yang sangat berpengalaman dengan keahlian dan pengetahuan khusus sehingga dapat menciptakan design konsep yang menjamin tercapainya tujuan utama yaitu Balance of Capacity and Traffic flow Management yang lancar, mulus, cepat, nyaman dan aman pada semua sisi baik udara, terminal maupun darat dan bebas dari gangguan operasional dalam segala bentuk manifestasinya. Seperti kita ketahui dalam design terminal 3 ultimate terdapat beberapa kekurangan, baik yang berupa sistem drainage dan instalasi listrik juga tata letak peralatan pendukung mis escalator yang hanya satu arah tentu mengurangi mobilitas dan fleksibilitas penumpang, perlengkapan baggages claim dan groundhandling yang
  • 5. Henry Tedjadharma terasa masih kurang memadai baik kuantitas maupun posisinya yang jauh hampir satu kilometer pada sisi kedatangan dan juga sama jauhnya dari titik pemeriksaan boarding pass hingga gerbang keberangkatan. Selain itu fasilitas kenyamanan penumpang seperti air conditioning, toilet, restaurant, shops dsb juga perlu ditingkatkan. Menara control utama juga tidak dapat memonitor pergerakan pesawat pada sisi tertentu terminal 3 yang akhirnya harus disiasati dengan mobile tower. Kekurangan tersebut diatas tentu membebani penumpang dan maskapai baik dari segi ketepatan waktu, kenyamanan, image maupun biaya operasional yang lebih tinggi untuk bahan bakar dan airport tax. Kunci dari kesuksesan pengelolaan bandara atau maskapai adalah tersedianya brainwares berupa highly skilled, well knowledged and service minded crew yang bekerja dengan team spirit dan didukung dengan softwares atau sistems yang tepat serta hardware penunjang dalam bentuk infrastruktur fisik yang memadai. Perlu dipahami bahwa fungsi bandara tidak lagi seperti pada masa lalu dimana hanya merupakan sebuah infrastruktur fisik semata tetapi kini sesuai tuntutan para pengguna jasa transportasi udara sudah menjadi sebuah fasilitas pelayanan berkinerja tinggi dengan standard dunia yang cenderung terus berkembang menjadi sebuah kota bandara dengan fasilitas yang cerdas [smart airport city]. Bahkan sesuai trend dunia sekarang demi menghemat lahan yang semakin sempit dan mahal serta produktifitas yang dituntut semakin tinggi dengan pelayanan yang serba praktis, cepat dan murah, maka dari itu perlu didesign secara matang dan terpadu menjadi sebuah kawasan yang dikenal dengan istilah Aerotropolis yang dapat dianalogikan sebagai “physical reuters, dimana didalamnya terintegrasi secara konseptual dan tersedia lengkap semua sarana dan fasilitas yang mensinergikan transportasi multi moda, berbagai sentra produksi, berbagai jasa, logistik, energi, perbankan, real estate untuk perkantoran dan perumahan, kesehatan, pendidikan, entertainment dsb yang mana sebagai titik pusat utamanya terdapat bandara yang canggih dan cerdas dengan bantuan berbagai artificial intelligence. Bagi yang sering bepergian ke Eropa pasti merasakan perbedaan pada saat mendarat di Tanah Air. Pemberitahuan intensif dengan pengeras suara [voice announcement] yang memekakan telinga, bahkan juga sering tidak jelas dan sangat mengganggu kenyamanan itu sudah ditiadakan di bandara Changi sejak 01 Januari 2018. Jadi penumpang harus memperhatikan jadwal keberangkatannya sendiri. Vietjet, maskapai Vietnam yang relatif baru dan tumbuh secara fenomenal dalam satu dekade ini, sebagai trendsetter bersaing dengan maskapai regional lainnya menggunakan strategi marketing yang sangat kreatif dan berdampak destruktif. Dengan merebaknya disruptif teknologi dan bisnis model secara global maka industri penerbanganpun tidak terlepas dari dampak situasi dunia usaha yang semakin Volatile, Uncertain, Complex, Ambigous [VUCA] dan potensi resiko yang terkandung didalamnya yang harus segera diantisipasi supaya industri penerbangan nasional tidak menjadi korban dan hanya menjadi pasar bagi maskapai asing. Pemimpin perusahaan dan pemerintahan tidak boleh lagi hanya melakukan proses iterasi [melakukan hal yang sama dengan lebih baik] tetapi dituntut berfikir strategis futuristik serba proaktif inovatif atau melakukan hal-hal baru dengan mindset, pola,
  • 6. Henry Tedjadharma cara dan sarana yang baru dengan applikasi sesuai kodrat zaman Internet of Things [IOT]. Ingat kata Peter Drucker, yang paling berbahaya adalah menyelesaikan permasalahan masa kini dengan logika dan mindset masa lalu. Kondisi memprihatinkan diatas seperti biaya bahan bakar yang tinggi, kepadatan udara, ketimpangan pertumbuhan, fasilitas bandara yang masih kurang memadai, persaingan, perubahan dsb] membuat industri penerbangan nasional seperti bertarung dengan satu tangan terikat. Padahal, kompetisi semakin mematikan dengan diberlakukannya Open Sky Policy di ASEAN dalam era VUCA yang penuh tantangan. Karakteristik bisnis penerbangan yang sangat unik dibanding bisnis lainnya juga membuat sektor usaha ini membutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah khususnya didalam menerapkan prinsip meritokrasi secara bijak. Karakteristik industri penerbangan sangat unik. Pertama, bisnis model penerbangan diatur dan dipantau secara ketat, khususnya keselamatan. Kedua, padat modal, karya dan teknologi. Ketiga, bisnis penerbangan memiliki arus kas [cashflow] yang tinggi dengan margin profit yang rendah [5%]. Keempat, kompetisi yang sangat ketat dan seringkali terjadi perang tarif antar kompetitor. Kelima, untuk penerbangan domestik di Indonesia, biaya operasional maskapai sebagian besar menggunakan dollar AS sementara pendapatan yang mereka peroleh seluruhnya dalam bentuk rupiah sehingga memiliki risiko kurs. Keenam, industri penerbangan adalah industri dengan entry dan khususnya exit barrier yang tinggi serta berkorelasi langsung dengan situasi dan kondisi ekonomi baik lokal, regional maupun global. Kompetisi yang sangat ketat dan keras membuat dunia penerbangan sejak lama sering mengalami disrupsi. Pada level global, banyak maskapai raksasa terkenal seperti PanAm, Swiss Air, TWA dsb yang bangkrut. Sejumlah maskapai domestik seperti Adam Air dan Merpati Air kini juga tidak lagi menghiasi langit Bumi Pertiwi, bahkan Garuda flagcarrier kebanggaan kita yang pernah terbang tinggi saat ini terancam berbagai kesulitan operasional, finansial dan leadership yang serius. Dengan potensi besar, perubahan iklim usaha yang penuh tantangan, karakteristik industri yang ketat, rumit dan kompleks tersebut, dibutuhkan sentuhan tangan ahli dengan skillset yang handal, knowledge dan mindset yang tepat dalam menentukan arah kebijakan strategis dan mendesain formasi industri penerbangan nasional agar semakin berkibar di Tanah Air dengan memberdayakan potensi resourse-based yang luar biasa melalui konsep “Championship by Design”. Henry Tedjadharma Pakar Kedirgantaraan